PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN SUKUN KE DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS DAGING ITIK TEGAL JANTAN UMUR 9 MINGGU (Effect of Giving Breadfruit Leaf Powder (Artocarpus altilis) in Rations on Meat Quality of Male Tegal Duck 9 Weeks) Elly Tugiyanti, Ibnu Hari S, Novie Andri Setianto, Emmy Susanti dan Sri Mastuti Faculty of Animal Science, University of Jenderal Soedirman, Jl.Dr. Soeparno Purwokerto53123 - Indonesia Corresponding E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The study aims to determine the effect of the use of breadfruit leaf in feed to meat quality of drake. The material used is male Tegal duck a day old of 120 head with experimental research methods and completely randomized design (CRD). There are 6 treatments, namely: feed without supplemented flour breadfruit leaves, feed + flour breadfruit leaves 3% / kg of feed, feed + flour breadfruit leaves 6% / kg of feed, feed + flour breadfruit leaves 9% / kg of feed, feed + leaf meal breadfruit 12% / kg of feed, and feed the leaves of breadfruit flour + 15% / kg feed. Each treatment was repeated 5 times and each replication consisted of 4 ducks. The variables measured were water content, protein, fat and collagen content, pH value, tenderness, water holding capacity and cooking losses. The collected data is then analyzed and if there is a difference of variance followed by honestly significant difference test. Results of analysis of variance showed granting leaves of breadfruit flour affect the levels of fat, collagen, pH, water holding capacity, tenderness male Tegal duck meat, but not significant effect on the water content and protein content Tegal duck meat. It was concluded that Giving breadfruit leaf meal in the diet can reduce fat levels of meat, but produce collagen levels were fluctuating not affect moisture and protein of Tegal male duck meat. The addition of leaf meal 9 percent rate in the feed resulted in a high water holding capacity and cook meat shrinkage of the lowest and highest tender meat. Keywords : Breadfruit leaf meal, Duck meat quality, Antioxidants PENDAHULUAN Populasi itik di dunia sebanyak 700 juta, dan 500 juta ekor diantaranya tersebar di Asia (Van der Meulen dan den Dikken, 2004). Itik lokal yang dipelihara disamping untuk menghasilkan telur, itik juga menghasilkan daging yang saat ini mulai banyak peminatnya. Kualitas daging itik lokal yang beredar di masyarakat hingga saat ini umumnya masih rendah, karena lemak daging itik sebagian besar terdiri atas asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi, sehingga daging itik berwarna gelap dan berbau apek (Pisulewski, 2005; Tugiyanti, 2015). Daun sukun (Artocarpus altilis) selain mudah didapat, juga mengandung antioksidan alami antara lain flavonoid, karotenoid, vitamin A, E, C, asam
174
Tugiyanti, dkk
hidrosianat, asetilcolin, tannin, riboflavin, saponin, phenol, quercetin, champerol dan kalium (Shahidi dan Naczk, 1995; Southon dan Faulks, 2001; Orhan et al., 2010). Kandungan fitokimia antioksidan daun sukun dapat dimanfaatkan untuk penangkal radikal bebas dan stres oksidatif melalui berbagai cara, antara lain dengan dibuat tepung dan dicampurkan ke dalam pakan (Suryanto dan. Wehantouw, 2009). Antioksidan dalam senyawa flavonoid dapat membantu untuk memperbaiki kualitas daging seperti warna, bau serta menurunkan kadar kolesterol (Guyton, 1997; Tugiyanti et al., 2014). Pemanfaatan tepung daun sukun (TDS) tersebut dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas fisik daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan TDS dalam pakan terhadap kualitas daging itik jantan. MATERI DAN METODE Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Tegal jantan umur sehari (day old duck/DOD) sebanyak 120 ekor yang dibeli dari peternak dari kelompok tani ternak Itik “Bebek Umbaran” Desa Negar Ayu, Kec. Tonjong, Kab. Brebes. Daun sukun yang diperoleh dari kebun sukun di wilayah Kab. Cilacap. Bahan pakan terdiri dari jagung, soy bean meal, poultry meat meal, dedak, Llysin-HCl, DL Methionin, Topmix, NaCl dan CaCO3. Pakan yang diberikan untuk itik starter (umur 0-8 minggu) mengandung protein 21% dan Energi metabolis 3100 kcal/kg, kemudian untuk itik Finisher (9-12 minggu) mengandung protein pakan 17% dan Energi metabolis 2700 kcal/kg. Peralatan untuk pemeliharaan itik yang terdiri dari kandang, tempat pakan dan minum, timbangan pakan, peralatan untuk vaksinasi, alat prosesing, freezer, plastik, strereo form dan peralatan untuk mengukur kualitas fisik daging dan proksimat daging. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Masing-masing perlakuan ini diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik, sehingga penelitian ini membutuhkan itik jantan sebanyak 120 ekor. Perlakuan yang diberikan terdiri 6 perlakuan, yaitu: pakan tanpa disuplementasi tepung daun sukun, pakan + tepung daun sukun 3%/kg pakan, pakan + tepung daun sukun 6%/kg pakan, pakan + tepung daun sukun 9%/kg pakan, pakan + tepung daun sukun 12%/kg pakan, dan pakan + tepung daun sukun 15%/kg pakan.Variabel yang diamati adalah kadar air, protein, lemak dan kadar kolagen diukur sesuai petunjuk AOAC (1995), sedangkan nilai pH keempukan, daya ikat air dan susut masak yang diukur sesuai petunjuk Soeparno (2005). Data yang terkumpul kemudian dianalisis variansi dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji polinomial orthogonal ( Steel dan Torrie, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air Air sangat mudah terhidrolisis sehingga menghasilkan radikal bebas yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas fisik daging. Hasil anasilis variansi
175
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan ber pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air daging itik Tegal jantan. Tidak ada perubahan ion H+ akibat suplementasi tepung daun sukun, sehingga kadar air pada perlakuan tidak memberikan adanya perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun mampu mempertahankan kadar air daging itik jantan, diduga antioksidan yang terkandung pada tepung daun sukun mampu menstabilkan kondisi air daging sehingga air tidak mudah menguap atau terhidrolisis. Kadar air daging berpengaruh terhadap kadar protein dan lemak. Menurut Lawrie and Ledward (2006) ada tiga bentuk ikatan air di dalam otot yakni air yang terikat secara kimiawi oleh protein otot sebesar 4 – 5% sebagai lapisan monomolekuler pertama, kedua air terikat agak lemah sebagai lapisan kedua dari molekul air terhadap grup hidrofilik, sebesar kira-kira 4%, dimana lapisan kedua ini akan terikat oleh protein bila tekanan uap air meningkat. Ketiga adalah lapisan molekul-molekul air bebas diantara molekul protein, besarnya kira-kira 10%. Balawa et al. (2010) menyatakan bahwa kadar air daging itik berkisar antara 71.3 – 74.1% dan Damayanti (2006) menyatakan kadar air itik jantan sebesar 74.6%. Tabel 1. Kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar kolagen daging itik Tegal yang pakannya disuplementasi tepung daun sukun Parameter
Pemberian Tepung Daun Sukun 0%
3%
6%
9%
12%
15%
Kadar air (%)
76,330 ±2,105
77,464 ±0,616
75,490 ±1,392
76,686 ±0,845
76,342 ±2,017
77,800 ±1,168
Kadar protein (%)
20,136 ±0,102
20,554 ±0,425
20,362 ±0,149
20,550 ±0,387
20,502 ±0,325
20,526 ±0,781
KLD dengan kulit (%)
14,062 ±0,698a
14,154 ±0,413a
13,586 ±0,199a
12,560 ±0,398b
12,388 ±0,353b
11,882 ±0,337b
KLD tanpa kulit (%)
5,56 ±0,19 b
5,03 ±0,07a
4,78 ±0,41a
5,00 ±0,12a
5,05 ±0,02a
5,40 ±0,05b
Kadar kolagen (g/g)
1,966 ±0,070b
2,062 ±0,140bc
2,080 ±0,097bc
1,652 ±0,047a
2,124 ±0,089c
1,458 ±0,086a
Keterangan:
superskrip pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05). KLD =kadar lemak daging
Kadar protein daging Jun et al. (1996) dan Kim et al. (2006), menyatakan bahwa kadar protein daging itik berkisar antara 18,6 – 20,1%, sedangkan Damayanti (2006) menyatakan 20,04%. Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar protein daging itik Tegal jantan. Hal tersebut dikarenakan kandungan antioksidan dalam daun sukun mampu mempertahankan kadar protein daging
176
Tugiyanti, dkk
karena antioksidan yang memiliki gugus OH yang banyak dapat dipastikan mengikat radikal bebas paling banyak. Semakin banyak jumlah senyawa aktif yang terdapat pada bahan antioksidan tersebut maka semakin dapat mempertahankan kadar proteinnya. Protein yang dideposisikan dalam daging relatif sama dengan protein pakan. Mazanowski dan Książkiewicz (2004) menyatakan bahwa kadar protein daging relatif konstan dan salah satu fungsi protein pakan erat kaitannya dengan laju pertumbuhan, sehingga jika ada perbedaan kadar protein daging terutama disebabkan karena adanya perbedaan kadar air dan perbedaan struktur daging terutama protein miofibrilar dan kadar jaringan ikat. Kadar lemak daging Lemak daging itik dengan kulit berkisar antara 11.882±0.337 14.062±0.698% sedangkan yang tanpa kulit 4,78±0,41- 5,56±0,19%. Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar lemak daging dengan dan tanpa kulit itik Tegal jantan. Pemberian tepung daun sukun ke dalam pakan menurunkan kadar lemak daging, dikarenakan kandungan antioksidan pada daun sukun mampu melakukan penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMG-CoA reduktase dan aktivasi beta oksidasi asam lemak mitokondria karena desensitisasi dari carnitine palmitoyltransferase (CPT-I) yang merupakan gerbang pengatur masuknya asam lemak rantai panjang ke dalam mitokondria. Penurunan kadar lemak pada daging itik kemungkinan besar berhubungan dengan sifat antioksidan yang terkandung dalam tepung daun sukun. Suplementasi tepung daun sukun yang mengandung antioksidan dan flavonoid diduga kuat bersifat larut lemak, sehingga dalam batas tertentu menyebabkan adanya kecenderungan untuk menurunnya penimbunan lemak di dalam jaringan tubuh. Menurut Gurr et al. (2002) dan Linder (2006) vitamin yang larut dalam lemak cenderung ditimbun di dalam jaringan. Tabel 2. pH, daya ikat air, susut masak, keempukan daging itik Tegal yang pakannya disuplementasi tepung daun sukun
Parameter
Pemberian tepung daun sukun 0%
3%
6%
9%
12%
15%
pH
5,814 ±0,058b
5,676 ±0,267b
5,452 ±0,293b
5,368 ±0,295a
5,818 ±0,325b
5,738 ±0,192b
Daya ikat Air (%)
17,692± 1,027a
18,164 ±1.157a
19,784 ±0,445b
20,558 ±1,916b
18,628 ±1,720a
18,904 ±1,371a
Susut Masak (%)
35,562 ±1,977b
34,792 ±1,386b
33,078 ±2,426b
32,662 ±1,514a
34,754 ±1,020b
35,642 ±1,610b
Keempukan (kg/cm2)
5,994 ±0,725
5,140 ±0,364
5,270 ±0,456
4,830 ±0,285
5,220 ±0,277
5,196 ±0,696
177
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
Kadar kolagen daging Kandungan kolagen pada jaringan otot berpengaruh terhadap tekstur/kealotan daging. Daging yang mempunyai tekstur yang lebih kasar menyebabkan daging kurang empuk. Rataan daging itik mengandung kolagen sebesar 7,05 % (Witkiewicz et al, 2006). Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar kolagen daging itik Tegal jantan. Hal ini dikarenakan vitamin C pada perkembangan otot dan jaringan ikat terutama kolagen. Pada itik muda ikatan kolagen masih labil dibandingkan itik tua, karena umur merupakan faktor utama pada perkembangan otot dan jaringan kolagen. Selain itu antioksidan yang lain sebagai anti radikal yang mampu meningkatkan vitalitas, menekan proses autooksdidasi sehingga itik dapat tumbuh secara normal dan dapat dipanen pada umur yang lebih muda.
pH daging itik Perubahan pH daging akan mempengaruhi kualitas daging seperti warna, daya ikat air, susut masak dan keempukan (Matitaputty dan Suryana, 2010). pH daging itik Tegal yang pakannya disuplementasi dengan tepung daun sukun masih dalam kisaran pH normal yaitu 5.368±0,295 - 5.818±0,325 (Tabel 2). Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pH daging itik Tegal jantan. Hal ini disebabkan adanya donasi ion H dari antioksidan yang terkandung dalam tepung daun sukun, sehingga pada suplementasi tepung daun sukun taraf 6 dan 9% pH daging lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun taraf 6 dan 9% mampu mencegah stress sebelum ternak dipotong sehingga cadangan glikogen tidak cepat turun dan pH yang dihasilkan relatif rendah, sesuai dengan pendapat Lawrie and Ledward (2006) dan Soeparno (2005) yaitu penurunan pH postmortem ditentukan oleh laju glikolisis, dan cadangan glikogen. Sesuai dengan pendapat Choi et al. (2010) dan Kim et al. (2009) yang menyatakan bahwa penurunan pH daging dipengaruhi oleh pemberian antioksidan sebelum ternak dipotong, hal ini menunjukkan bahwa antioksidan efektif mempengaruhi proses habisnya cadangan glikogen menjadi asam laktat serta mencegah proses oksidasi oleh radikal bebas. Denaturasi protein dan akumulasi substansi dasar daging dapat menyebabkan peningkatan nilai pH daging (Moawad et al., 2012) selain itu glikolisis anaerob tergantung pada jumlah glikogen otot sebagai sumber energi pada saat pemotongan meliputi perubahan-perubahan bertahap dalam konversi glukosa dan glikogen menjadi asam laktat yang melibatkan banyak senyawa, reaksi, dan enzim yang mengatalisis reaksi (Lukman et al., 2007). Daya ikat air Daya mengikat air oleh protein daging adalah kemampuan daging untuk mengikat air. Jumlah air yang terikat oleh protein otot dapat dipengaruhi oleh adanya proses denaturasi protein. Lukman (1995) melaporkan bahwa daya mengikat air pada daging dada itik sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi (83,78 mg/g) dari ayam (72,51mg/g). Menurut Omojola (2007), bahwa daya mengikat air pada entok jantan dan betina berkisar antara 72,69 – 73,55.
178
Tugiyanti, dkk
Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap daya ikat air daging itik tegal jantan. Hal ini disebabkan antioksidan yang terkandung dalam tepung daun sukun (vitamin C, flavonoid, vitamin A, gugus fenol dan lainnya) mampu menjaga integritas membran sel yang berpengaruh terhadap hilangnya air sehingga berpengaruh terhadap DIA (Petrraci dan Cavani,2012). dan efektif dalam melindungi sel dari radikal bebas yang secara alamiah terbentuk dari proses endogen tubuh (Rahman, 2003). Kadar lemak intramuskuler yang tinggi akan menyebabkan daya ikat air oleh protein daging lebih tinggi (Rusmana et al., 2008). Lawrie and Ledward (2006) bahwa laju penurunan pH daging postmortem merupakan penentu utama daya ikat air. Perubahan pH daging sangat mempengaruhi daya mengikat air. Daya mengikat air akan meningkat bila pH lebih tinggi atau lebih rendah dari pada pH isoelektrik protein daging (Soeparno, 2005). Susut masak Susut masak dapat digunakan sebagai indikator besarnya cairan daging yang hilang selama pemasakan dan nilai nutrisi daging itik. Nilai susut masak daging itik yang pakannya disuplementasi tepung daun sukun berkisar antara 32.662±1.514 - 35.642±1.610 lebih rendah dari hasil penelitian Utami et al. (2011) yang menghasilkan susut masak itik afkir sebesar 40,18%, sedangkan Omojola (2007) sebesar 25,50%. Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap susut masak daging itik Tegal jantan. Hal ini dikarenakan antioksidan yang terkandung dalam tepung daun sukun mampu melindungi kerusakan membran sel sehingga proteinnya tidak mudah terdenaturasi dan kemampuan daya ikat airnya tinggi dan susut masak rendah. Antioksidan ini mampu mengubah sel-sel tubuh menjadi pengaman untuk melawan radikal bebas sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Nurwantoro dan Mulyani (2003) menyatakan bahwa susut masak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain nilai pH, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut otot, status kontraksi miofibril, ukuran dan berat sampel, penampang melintang daging, pemanasan, strain, lemak daging, umur dan konsumsi energi dalam pakan Keempukan Keempukan daging merupakan hal yang sangat menentukan kualitas daging sekaligus mempengaruhi daya terima konsumen. Nilai keempukan daging itik dalam penelitian ini berkisar antara 4,830±0.285 – 5,440±0.119. Hasil anasilis variansi menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun sukun ke dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap keempukan daging itik Tegal jantan. Perlakuan suplementasi tepung daun sukun 9% ke dalam pakan menghasilkan daging yang paling empuk. Hal ini dikarenakan antioksidan yang terkandung dalam tepung daun sukun meningatkan tingkat kesehatan dan pertumbuhan ternak yang berakibat terhadap perlemakkan daging juga semakin meningkat dan daging semakin empuk. Akumulasi lemak dapat melarutkan kolagen sehingga daging menjadi lebih lunak. Hartono et al. (2013) menambahkan bahwa daging yang tidak berlemak menyebabkan nilai
179
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
keempukan daging rendah dan daging menjadi lebih keras. Adanya kandungan flovonoid dalam tepung daun sukun mempengaruhi penyerapan lemak oleh sistem pencernaan. Widyamanda et al. (2013) menjelaskan bahwa flavonoid mempunyai sifat yang dapat mengaktifkan enzim lipase. Enzim lipase akan mengubah lemak berlebih dalam tubuh menjadi asam lemak dan gliserol sehingga tidak terjadi penimbunan lemak dalam tubuh. Namun dalam batas level 12 dan 15% tepung daun sukun menyebabkan terjadinya penurunan keempukan daging. Hal ini dikarenakan semakin tinggi penambahan tepung daun sukun maka kandungan flavonoid juga semakin tinggi dan kandungan lemak dalam tubuh itik semakin berkurang sehingga keempukan daging semakin rendah. Reny (2009) menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel lemak yang ada diantara serabut daging. KESIMPULAN Pemberian tepung daun sukun dalam pakan belum mempengaruhi kadar air, kadar protein daging itik Tegal jantan. Pemberian tepung daun sukun dalam pakan mampu menurunkan kadar lemak daging, namun menghasilkan kadar kolagen yang fluktuatif. Penambahan tepung daun suku 9% dalam pakan menghasilkan daya ikat air yang tinggi, susut masak daging yang paling rendah serta menghasilkan daging yang paling empuk. DAFTAR PUSTAKA Belawa T. G. Y., N.M.S Sukmawati, A.A.A. Sri Trisnadewi, dan A.A. Putu Putra Wibawa. 2010. The Effect of Zingiber Officinale Rosc in The Diets of Performance in Culled Layer Ducks. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak,5(2) : 41-48. Choi, I.H., W.Y. Park and Y.J. Kim. 2010. Effects of dietary garlic powder and αtocopherol supplementation on performance, serum cholesterol levels and meat quality of chicken. J. Poult. Sci., 89: 1724-1731 Damayanti, A.P.2006. Kandungan protein, lemak daging dan kulit itik, entog dan mandalung umur 8 Minggu. J. Agroland., 13(3): 313-317 Gurr, M.I., J.L. Harwood, and K.N. Frayn, 2002. Lipid biochemistry: an introduction, 5th ed, Blackwell Science, ISBN 0632054093, Oxford, United Kingdom. Guyton, A.C. l997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiologi And Mechanism of Disease). (Terj.) Petrus Andriyanto. Jakarta: EGC. p. 665-708 Hartono, E. , N. Iriyanti, dan R. S.S. Santosa. Penggunaan Pakan Fungsional Terhadap Daya Ikat Air, Susut Masak, Dan Keempukan Daging Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(1):10-19 Jun, K., O.H.Rock And O.M.J In. 1996. Chemical composition of special poultry meat. Chungnam Taehakkyo. 23(1): 90 – 98 Kim, G.D., J.Y.Jeong., S.H.Moon, Y.H. Hwang, G.B. Park and S.T. Joo. 2006. Division of Applied Life Science, Graduate School, Gyeongsang National University,Jinju, yeongnam 660 – 701, Korea. pp. 1 – 3
180
Tugiyanti, dkk
Lawrie, R.A and D.A. Ledward. 2006. Lawrie’s Meat Science. Seventh edition. Woodhead Publishing. Printed in United Kingdom Linder M.C., 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia,Jakarta Lukman, H. 1995. Perbedaan Karakteristik Daging, Karkas dan Sifat lahannya antara Itik Afkir dan Ayam Petelur Afkir. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lukman, D.W., A.W. Sanjaya, M. Sudarwanto, R.R. Soejoedono, T. Purnawarman dan H. Latif. 2007. Higiene Pangan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mazanowski, A. and J. Książkiewicz. 2004. Comprehensive evaluation of meat traits of ducks from two sire strains. J. Anim. and Feed Sci., 13: 173 -182 Moawad, R.K., W. M. Abozeid, & A. S. Nadir. 2012. Effect of nitrite level and tea catechins on residual nitrite and quality indices of raw-cured sausages. J. Appl. Sci Res., 8: 815-822 Nurwantoro dan S. Mulyani. 2003. Buku Ajar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang Omojola, A.B. 2007. Carcass and organoleptic characteristics of duck meat as influenced by breed and sex. Int. J. Poult. Sci., 6 (5): 329 – 334 Orhan D. D., Berrin özc-elik, Selda özgen, F. Ergun. 2010. Antibacterial, antifungal, and antiviral activities of some flavonoids. Microbiological Research, 165 : 496—504 Petracci,M. and C. Cavani. 2012. Muscle growth and poultry meat quality issues. Nutrients 4, 1-12 Pisulewski P. M. 2005. Nutritional potential for improving meat quality in poultry. Anim. Sci. Pap. Rep., 23: 303–315 Rahman, I. 2003. Oxidative stress, chromatin remodelling and gene transciption in inflammation and chronic lung disease. J. Biochem. Mol. Biol., 36: 95-109 Reny, DT. 2009. Keempukan Daging dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lampung Rusmana,D., D. Natawiharja Dan Happali. 2008. The Effect of giving ration containing sardinella oil and vitamin e on fat and cholesterol of meat in broiler chicken. J. Ilmu Ternak, 8 ( 1) : 19 – 24 Shahidi, F. dan M. Naczk. 1995. Food Phenolics. Technomicpub.Co. Inc. Lancester-Basel. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
University
Southon, S . and R. Faulks. 2001. Predicting the Bioavailability of Antioxidants in Food : The Case Carotenoids. In Antioxidants in Food. Editor : J. Pokorny, N. Yanishlieva and M. Gordon. CRC Press Boca Raton Boston New York Washingthon DC Steel, C.J. dan J.H. Torrie.1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. PT. Gramedia. Jakarta. Suryanto, E. and F. Wehantouw,2009. Free radical scavenging activities of phenolic extracts from Bread Fruit Leaves. Chem. Prog. 2, ( 1) : 1-7 Tugiyanti, E., T. Yuwanta, Zuprizal and Rusman. 2014. Supplementation of Vitamin E and C In Feed on Meat Quality,Thiobarbituric Acid Reactive Substance (Tbars) and Myoglobin Level of Muscovy Duck Meat. J. Indonesian Trop. Anim. Agric. 39(1):3744
181
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
Tugiyanti, E. 2015. Pengaruh Kadar Protein Dan Energi Metabolis Pakan Yang Disuplementasi Vitamin E dan C Terhadap Kinerja Produksi, Kualitas, Warna dan Aroma Daging Itik Manila. Disertasi. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Utami, D.P., Pudjomartatmo dan A.M.P. Nuhriawangsa.2011. Manfaat Bromelin dari Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr) dan Waktu Pemasakan untuk Meningkatkan Kualitas Daging Itik Afkir . Sains Peternakan, 9(2): 82-87 Van der Muelen, S.J. and G.den Dikken. 2004. Duck Keeping in the Tropics. Second Edition. Agromisa Foundation. Wageningen. Netherland. Widyamanda, L. P., V. D. Yunianto, dan I. Estiningdriati. 2013. Pengaruh Penambahan Bangle (Zingiber cas-sumunar) dalam Ransum Terhadap Total Lipid dan Kolesterol Hati Pada Ayam Broiler. Animal Agriculture Journal. 2(1): 183-190 Witkiewicz, K., H. Kontecka and J. Ksiażkiewicz. 2006. Basic elements of eviscerated carcass and chemical composition of pectoral muscle in selected and unselected ducks. Arch. Tierz., Dummerstorf 49(5): 502-507
182