ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA PROBIOTIK LOKAL TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA Probiotics Microbial Effect of Local Improvement of Hybrid Maize Production Yati Haryati* dan Karsidi Permadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayu Ambon 80, Lembang, Bandung *Alamat korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Kebutuhan jagung nasional terus meningkat setiap tahun, baik untuk pangan, pakan maupun bahan baku industri. Untuk memenuhi kebutuhan ini terpaksa melakukan impor jagung karena hasil di tingkat petani masih rendah. Salah satu penyebanya adalah belum optimal penerapan inovasi teknologi pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Dalam upaya peningkatan produksi jagung diperlukan juga penggunaan mikroba probiotik lokal. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil jagung yang menerapkan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT-jagung) yang dilengkapi dengan pemberian pupuk Mikroba Probiaik Lokal. Pengkajian iji dilaksanakan di desa Cicurug, kecamatan Majalengka, kabupaten Majalengka pada MK II. Kajian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), empat perlakuan dengan enam ulangan. Sebagai perlakuan pemberian mikroba probiotik lokal yaitu, takaran 3 l/ha Agri Simba, takaran 3 l/ha Agri Simba + 1.500 g Urea, takaran 6 l/ha Agri Simba, dan takaran 6 l/ha Agri Simba + 3.000 g Urea. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemberian mikroba probiotik lokal (Agri Simba) berpengaruh nyata pada pertumbuhan, komponen hasil dan hasil jagung varietas hibrida P-21.Hasil pipilan biji kering tertinggi dicapai oleh pemberian mikroba probiotik lokal pada takaran 6 l/ha Agri Simba + 3.000 g Urea sebesar 12,20 t/ha. Hasil terendah diperoleh pada takaran 3 l/ha Agri Simba sekitar 8,73 t/ha. Kata kunci : Jagung, Mikroba Probiotik Lokal
ABSTRACT National corn demand continues to increase every year, either for food, feed and industrial raw materials. To meet this requirement forced to do import corn because the results at the farm level is still low. One is not applying technological innovation and resource integrated crop management (ICM). Then in an effort to increase corn production as well need to use the local probiotic microbes allow. This study aims to determine the extent to which the results of applying maize crop management and integrated resource ( ICM - maize) equipped with Local Probiotic Microbial fertilizer. The assessment was conducted in the village Cicurug, Majalengka Subdistricts, District Majalengka. The study used a Randomized Block Design Complete (RCBD), four treatments with six replications. For the treatment of local administration of probiotic microbes, the dose of 3 l ha-1 Agri Simba, the dose of 3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g of urea, the dose of 6 l ha-1 Agri Simba, and a dose of 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g of urea. The results of the study showed that administration of probiotic microbes local (Agri Simba) has significant effect on growth, yield components and yield of hybrid maize varieties P-21. Yield dried shelled beans highest achieved by the provision of local probiotic microba in the dose 6 l ha-1 + 3.000 g Agri Simba urea was 12.20 t ha-1. The results obtained at the lowest dose of 3 l ha-1 Agri Simba around 8.73 t ha-1. Component results support the results of the P-21 hybrid maize is a heavy cob, number of rows per ear and weight of 100 grains . Key words: Maize, Local Probiotic Microba
PENDAHULUAN Dalam rangka peningkatan produksi jagung dilakukan pendekatan penerapan pengelolaan tanaman dan sumberdaya
terpadu terdapat dua komponen teknologi yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen
dasar
merupakan
terpadu (PTT-jagung). Dalam pelaksanaan
komponen teknologi yang perlu diterapkan
pengelolaan tanaman dan sumberdaya
seperti penggunaan varietas unggul baru
72
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 baik hibrida atau non hirida (komposit atau
pupuk nitrogen yang merupakan faktor
bersari bebas), benih bermutu dan berlabel
pembatas
(bersertifikat),
tanaman jagung. Pemberian pupuk N, P dan
populasi
66.000-75000
dan
pemupukan
tanaman/hektar,
K
dalam
utama
dalam
budidaya
pertumbuhan
jagung
apabila
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
dilengkapi dengan pemberian Mikroba
hara
Probiotik
tanah
dan
komponen
pilihan,
teknologi yang diterapkan disesuaikan
pemberian
pupuk
dapat
meningkatkan
produksi jagung.
kondisi wilayah setempat seperti penyiapan lahan,
Lokal
Pengkajian ini bertujuan untuk
organik,
mengetahui sejauh mana hasil jagung
pembuatan saluran drainase pada lahan
dengan menerapkan pengelolaan tanaman
kering atau saluran irigasi pada lahan
dan sumberdaya terpadu (PTT-jagung)
sawah, pembumbunan, pengendalian gulma
yang dilengkapi dengan pemberian pupuk
secara mekanis atau dengan herbisida
Mikroba Probiotik Lokal.
kontak, pengendalian hama penyakit, dan panen tepat waktu, pengeringan segera (Litbang Pertanian, 2010 dan Permadi, 2012).
METODE PENELITIAN Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah setelah panen padi kedua di
Menurut
Arief
et
al.,
(2010),
Kelurahan
Cicurug,
Kecamatan
penggunaan varietas unggul baru jagung
Majalengka, Kabupaten Majalengka pada
hibrida merupakan salah satu faktor yang
MK II 2013. Varietas yang digunakan
dapat meningkatkan produktivitas. Harga
jagung hibrida P-21. Rancangan yang
benih
digunakan
jagung
hibrida
lebih
mahal
rancangan
acak
kelompok
dibandingkan jagung komposit, namun
dengan empat perlakuan dan enam ulangan.
tetap menjadi pilihan petani terutama di
Perlakuan yang diuji adalah pemberian
daerah pengembangan jagung. Selanjutnya
mikroba probiotik lokal (Agri Simba) dapat
menurut Ulisma (2011), bahwa peningkatan
dilihat pada Tabel 1.
produksi
jagung
dicapai
melalui
Persiapan lahan dilakukan dengan
penggunaan varietas unggul baru dan
tanpa olah tanah, jerami padi sisa panen
pengaturan populasi tanaman. Selanjutnya
dibabad kemudian dibuatkan parit setiap
berdasarkan hasil penelitian Musfal et al.,
enam baris tanaman yang berfungsi sebagai
(2009) penggunaan varietas unggul baru
pembuangan air bila kelebihan dan sebagai
yang bersertifikat dan pengaturan populasi
saluran
tanaman perlu diimbangi dengan efesiensi
memerlukan air. Lebar parit antara 25 - 30
penggunaan pupuk N, P, dan K, terutama
cm dengan kedalaman 20 cm, dan panjang
pengairan
bila
tanaman
73
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 parit tergantung pada petakan. Jerami padi
yang digunakan Hibrida P-21 dengan 2
sisa panen digunakan sebagai mulsa yang
biji/lubang. Pupuk kandang digunakan
dihamparkan diantara barisan tanaman.
sebagai penutup lubang tanaman diberikan
Selanjutnya aplikasi mikroba probiotik
pada saat tanam dengan takaran 50 g/lubang
lokal (Agri Simba) diberikan
sehari
atau 2 t ha-1. Penambahan pupuk anorganik
sebelum tanam pada barisan tanaman untuk
seperti pupuk N, P, dan K ini diberikan
masing-masing perlakuan. Ukuran petak
berdasarkan rekomendasi pemupukan pada
perlakuan dengan luas 1.000 m2. Jarak
tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 2.
tanam jagung 70 cm x 40 cm, benih jagung Tabel 1. Susunan perlakuan pemberian mikroba probiotik lokal (Agri Simba) pada tanaman jagung Hibrida P-21.di lahan sawah pada MK II 2013 Kode Perlakuan A B C D
Takaran aplikasi mikroba probiotik lokal (Agri Simba) 3,0 liter ha-1 3,0 liter ha-1 6,0 liter ha-1 6,0 liter ha-1
Pupuk Urea 500 gr (per liter Agri Simba) 1.500 gr 3.000 gr
Volume air 20 liter (per liter Agri Simba) 60 l air ha-1 60 l air ha-1 120 l air ha-1 120 l air ha-1
Tabel 2. Kadar hara, takaran dan waktu pemberian pupuk anorganik pada tanaman jagung Kadar hara
Katagori
N Rendak N Sedang N Tinggi P Rendah P Sedang P Tinggi K Rendah K Sedang K Tinggi Sumber : Permadi (2012)
Takaran pupuk (kg/ha) 350 Urea 300 Urea 300 Urea 200 SP-36 100 SP-36 100 SP-36 200 KCl 100 KCl 100 KCl
Waktu pemberian pupuk 7-10 HST 28-30 HST 40-45 HST 30 % 70 % BWD 30 % 70 % BWD 30 % 70 % BWD 100 % 100 % 100 % 75 % 25 % 75 % 25 % 75 % 25 % -
Tabel 3. Nilai skala berdasarkan pemantauan dengan BWD pada umur 40-45 HST dan takaran pupuk yang perlu ditambahkan baik untuk jagung jenis hibrida maupun komposit atau bersari bebas Skala < 4,0 4,0 – 4,5 ≥ 4,5 Sumber : Permadi (2012)
74
Takaran pupuk Urea (kg/ha) Hibrida Komposit 150 50 125 25 100 0
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 Cara pemupukan diberikan dengan
Data hasil pengamatan dianalisis
cara ditugal di samping lubang tanaman
berdasarkan rancangan acak kelompok, dan
jagung dengan jarak 5-7 cm, kemudian
beda perlakuan dengan uji
ditutup dengan tanah. Untuk masing-
Kemudian dilakukan hubungan antara hasil
masing pupuk
P (100%) dan K (75%)
dengan komponen hasil (panjang tongkol,
diberikan bersamaan dengan pemupukan N
berat tongkol, diameter tongkol, jumlah
pertama (30%) pada umur tanaman 7 HST.
baris per tongkol, dan bobot 100 biji) yang
Pemupukan ke dua baik pupuk N (70%) dan
dianalisis menggunakan regresi berganda
K (25%) diberikan pada umur tanaman 28
dan dilanjutkan dengan uji regresi bertatar.
DMRT 5%.
hst. Kemudian pada umur tanman 40 atau 45 HST berdasarkan hasil pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
bagan warna daun (BWD), jika masih
Kondisi lingkungan
memerlukan penambahan pupuk N maka takaran
pupuk
Urea
yang
diberikan
tercantum pada Tabel 3.
Pada
pengkajian
ini
dilakukan
analisis tanah menggunakan metode PUTS (perangkat uji tanah sawah). Hasil analisis
Untuk pemberian air pertama 5 hari
tanah menunjukkan bahwa untuk kadar N
sebelum tanam agar tanah menjadi lembab,
termasuk rendah, kadar P dikatagorikan
kemudian
umur
tinggi, dan kadar K termasuk sedang.
tanaman 20, 45, dan 65 HST (hari setelah
Berdasarkan rekomendasi pemupukan pada
tanam). Pengendalian gulma dilakukan dua
tanaman
kali yaitu pada tanaman berumur 15 dan 35
ketersediaan jenis pupuk yang berada di
hst. Sedangkan untuk pengendalian hama
lokasi pengkajian yaitu pupuk NPK Kujang,
penggerek dengan pemberian insektida
pupuk NK, pupuk SP-36, dan pupuk Urea,
Furadan 3G melalui pucuk tanaman (2-3
untuk pupuk KCl tidak terdapat. Oleh
butir/tanaman).
karena itu, jenis pupuk yang digunakan
Data
setelah
yang
tanam
diamati
pada
jagung
dihubungkan
dengan
diantaranya
yaitu pupuk NPK Kujang, pupuk NK,
analisis tanah sebelum tanam dengan
pupuk SP-36, dan pupuk Urea dengan
metode PUTS (perangkat uji tanah sawah),
masing-masing takaran sekitar 300 kg ha-1
pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman,
NPK Kujang, 200 kg ha-1 NP, 55 kg ha-1 SP-
jumlah daun), diameter batang, panjang
36, dan 100 kg ha-1 Urea. Untuk aplikasi
tongkol, jumlah baris per tongkol, diameter
pemupukannya tercantum pada Tabel 2.
tongkol, berat tongkol, bobot 100 biji dan hasil pipilan biji kering t ha-1.
Berdasarkan hasil pengamatan bagan warna daun (BWD) jagung hibrida P-21 pada saat umur 40 HST, tidak perlu diberi
75
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 tambahan pupuk Urea karena hara N sudah
Simba + 3.000 g Urea) dapat dilihat pada
mencukupi
pertumbuhan
Tabel 4. Oleh karena itu, peubah tinggi
tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan
tanaman menjadi indikator pertumbuhan
pendapat Efendi et al., (2012), bila
tanaman untuk varietas yang sama ( Taufik
kandungan N tanaman sudah mencukupi
dan Thamrin, 2009),
kebutuhan
kebutuhan pertumbuhan tanaman jagung hibrida
maka
hasil
optimum
dapat
Peubah jumlah daun, pertumbuhan jumlah
daun
tidak
dipengaruhi
oleh
mencapai antara 8 sampai di atas 10 t ha-1.
pemberian mikroba probiotik lokal (Agri
Pertumbuhan tanaman
Simba), kecuali pada umur 30 HST (Tabel
Pertumbuhan
tinggi
tanaman
4). Oleh karena itu, pada umur 30 HST
pemberian
mikroba
pemberian mikroba probiotik lokal (Agri
probiotik lokal (Agri Simba), kecuali pada
Simba) untuk perlakuan C (takaran 6 l ha-1
umur 60 HST. Perlakuan C (takaran 6 l ha-
Agri Simba) menunjukkan perbedaan yang
1
Agri Simba) pada umur tanaman 30 hst
nyata dengan perlakuan B (takaran 3 l ha-1
memberikan pertumbuhan tinggi tanaman
Agri Simba + 1.500 g Urea) dan D (takaran
tertinggi sekitar 91,13 cm yang berbeda
6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g Urea), kecuali
nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
dengan perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri
pertumbuhan tanaman terpendek dicapai
Simba). Sedang perlakuan B (takaran 3 l ha-
oleh perlakuan D (takaran 6 l ha-1 Agri
1
Simba + 3.000 g Urea) sekitar 66,30 cm
pengaruh yang sama dengan perlakuan D
yang memberikan pertumbuhan yang sama
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 gram
dengan perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri
Urea). Dengan demikian, jumlah daun yang
Simba), dan B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba
terbanyak didapat perlakuan C (takatan 6 l
+ 1.500 g Urea). Sebaliknya pada tanaman
ha-1 Agri Simba) sekitar 7,30 helai/batang,
berumur 90 HST perlakuan A (takaran 3 l
dan terendah dicapai perlakuan D (takaran
ha-1
6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 gr Urea) sekitar
dipengaruhi
oleh
Agri
pertumbuhan
Simba) tinggi
mendapatkan
tanaman
tertinggi
5,13 helai/batang (Tabel 4).
sekitar 211,33 cm yang berbeda nyata dengan
lainnya.
Peubah
diameter
batang
jagung
Dan
Hibrida P-21 yang diamati pada umur 90
pertumbuhan tinggi tanaman terendah
HST memperlihatkan pemberian mikroba
diperoleh perlakuan C (takaran 6 ha-1 Agri
probiotik lokal (Agri Simba) berpengaruh
Simba) yang tidak berbeda nyata dengan
nyata (Tabel 4). Perlakuan C (takaran 6 l ha-
perlakuan B (takaran 3l ha-1 Agri Simba +
1
1.500 g Urea), dan D (takaran 6 l ha-1 Agri
yang nyata dengan perlakuan B (takran 3 l
76
perlakuan
Agri Simba + 1.500 gr Urea) memberikan
Agri Simba) menunjukkan perbedaan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 ha-1 Agri Simba + 1.500 g Urea) dan
batang dan yang terbesar dicapai oleh
perlakuan D (takaran 6 l ha-1 Agri Simba +
perlakuan C (takaran 6 l ha-1 Agri Simba)
3.000 g Urea) terhadap diameter batang,
sekitar 2,54 cm, dan terkecil diperoleh
kecuali dengan perlakuan A (takaran 3 l ha-
perlakuan B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba +
1
1.500 g Urea) sekitar 2,27 cm (Tabel 4).
Agri Simba). Akan tetapi perlakuan A
(takaran 3 l ha-1 Agri Simba) memberikan
Komponen hasil
pengaruh yang sama dengan perlakuan D
Berdasarkan uji statistik pemberian
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3..000 g
mikroba probiotik lokal (Agri Simba)
Urea). Namun untuk perlakuan D (takaran
berpengaruh
6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g Urea)
panjang tongkol (Tabel 5). Oleh karena itu,
memberikan pengaruh yang sebanding
perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri Simba),
dengan perlakuan B (takaran 3 l ha-1 Agri
dan B (takaran 3 l/ha Agri Simba + 1.500 g
Simba + 1.500 g Urea) pada diameter
Urea) menunjukkan perbedaan yang nyata
nyata
terhadap
variabel
Tabel 4. Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang pada jagung Hibrida P21 yang diberi mikroba probiotik lokal (Agri Simba) di desa Cicurug, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada MK II 2013. Kode Perlakuan A B C D Rerata
Tinggi tanaman (cm) 30 HST 60 HST 90 HST 73,30 b 172,63 a 211,33 a 68,20 b 178,27 a 184,50 b 91,13 a 177,07 a 177,07 b 66,30 b 167,47 a 183,83 b 74,73 173,86 189,18
Jumlah daun (helai) 30 HST 60 HST 90 HST 6,70 a 12,53 a 12,70 a 5,73 b 12,33 a 12,63 a 7,30 a 12,37 a 12,40 a 5,13 b 12,47 a 12,67 a 6,22 12,43 12,60
Diameter batang (cm) 2,44 ab 2,27 c 2,54 a 2,31 bc 2,39
Keterangan: Angka-angka vertikal yang ditandai huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%. Tabel 5. Komponen hasil (panjang tongkol, berat tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot 100 butir) dan hasil pipilan biji kering pada jagung Hibrida P-21 yang diberi mikroba probiotik lokal (Agri Simba) di desa Cicurug, kecamatan Majalengka, kabupaten Majalengka pada MK II 2013. Kode Perlakuan
Panjang tongkol (cm)
Berat tongkol (g)
Diameter tonggol (cm)
Jumlah baris per tongkol
Bobot 100 butir
Hasil pipilan biji kering (t/ha)
A 18,53 a 14,66 b 5,60 a 13,30 a 41,15 b 8,73 c B 18,67 a 14,26 b 5,34 n 9,83 b 44,47 a 8,90 c C 17,17 b 15,48 b 5,27 b 9,97 b 35,53 c 10,49 b D 18,30 ab 20,52 a 5,28 b 9,53 b 43,44 ab 12,20 a Rerata 18,17 16,23 5,37 10,66 41,15 10,08 Keterangan: Angka-angka vertikal yang ditandai huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.
77
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 dengan perlakuan C (takaran 6 l ha-1 Agri
tongkol dan bobot 100 biji yang tinggi pada
Simba) pada panjang tongkol, kecuali
Varietas
dengan perlakuan D (takaran 6 l ha-1 Agri
mempengaruhi terhadap hasil biji.
Simba + 3.000 g Urea). Akan tetapi untuk
Lamuru
dan
Bisi-16
Variabel jumlah baris pada tongkol
perlakuan D (takaran 6 l ha-1 Agri Simba +
jagung
3.000 g Urea) memberikan pengaruh sama
mikroba probiotik lokal (Agri Simba).
dengan perlakuan C (takaran 6 l ha-1 Agri
Perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri Simba)
Simba) pada panjang tongkol, dan panjang
mendapatkan jumlah baris terbanyak yitu
tongkol yang terpanjang dicapai oleh
13,30 baris per tongkol yang menunjukkan
perlakuan B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba +
perbeda nyata dengan perlakuan lainnya
1.500 g Urea) sekitar 18,67 cm, dan
(Tabel 5). Sedangkan perlakuan B, C
terpendek diperoleh perlakuan C (takaran
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba), dan D
6 l ha-1 Agri Simba) yaitu 17,17 cm (Tabel
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g Urea)
5).
dengan
dipengaruhi
adanya
oleh
pemberian
pemberian
mikroba
Variabel diameter tongkol, perlakuan
probiotik lokal (Agri Simba) memperoleh
A (takaran 3 l ha-1 Agri Simba) memberikan
pengaruh yang sama. Akan tetapi jumlah
tongkol terbesar dengan diameter tongkol
baris terendah dicapai oleh perlakuan D
sekitar 5,60 cm, dan tongkol terkecil dicapai
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g Urea)
oleh perlakuan C (takaran 6 l ha-1 Agri
yaitu 9,53 baris per tongkol.
Simba) dengan diameter tongkol sekitar
Peubah berat tongkol dipengaruhi
5,27 cm. Perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri
oleh penggunaan mikroba probiotik lokal
Simba)
menunjukkan perbedaan yang
(Agri Simba). Perlakuan D (takaran 6 l ha-1
nyata dengan perlakuan B (takaran 3 l ha-1
Agri Simba + 3.000 g Urea) menunjukkan
Agri Simba + 1.500 g Urea), C (takaran 6 l
perbedaan yang nyata dengan perlakuan
ha-1 Agri Simba), dan D (takaran 6 l ha-1
lainnya (Tabel 5). Akan tetapi untuk
Agri Simba + 3.000 g Urea) pada diameter
perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri Simba),
tongkol. Namun untuk perlakuan B (takaran
B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g
3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g Urea), C
Urea), dan C (takaran 6 l ha-1 Agri Simba)
ha-1 Agri Simba), dan D
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(takaran 6 l
(takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g Urea)
terhadap
tidak dipengaruhi oleh penggunaan miroba
perlakuan D (takaran 6 l ha-1 Agri Simba +
probiotik lokal (Agri Simba) terhadap
3.000 g Urea) mendapatkan berat tongkol
diameter tongkol (Tabel 5). Sejalan dengan
terbesar sekitar 20,52 g, sedangkan berat
hasil penelitian Tabri (2010), diameter
tongkol terkecil diperoleh perlakuan B
78
berat
tongkol.
Selanjutnya
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 (takaran 3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g Urea) yaitu 14,26 g.
KESIMPULAN Pemberian mikroba probiotik lokal (Agri Simba) berpengaruh nyata pada
Hasil pipilan biji kering Penggunaan
mikroba
probiotik
pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman,
lokal (Agri Simba) berpengaruh nyata
jumlah daun, dan diameter batang), dan
terhadap variabel hasil pipilan biji kering
komponen hasil (panjang tongkol, berat
(Tabel 5). Oleh karena itu, perlakuan D
tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per
(takaran 6 l/ha Agri Simba + 3.000 g Urea),
tongkol, dan bobot 100 butir), dan hasil
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
pipilan biji kering jagung hibrida P-21.
perlakuan A (takaran 3 l ha-1 Agri Simba),
1. Hasil pipilan kering biji tertinggi
B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g
dicapai
Urea), dan C (takaran 6 l ha-1 Agri Simba).
probiotik lokal (Agri Simba) pada
Begitu juga perlakuan C (takaran 6 l ha-1
takaran 6 l ha-1 Agri Simba + 3.000 g
Agri Simba) memperlihatkan perbedaan
Urea sekitar 12,20 t ha-1. Hasil pipilan
yang nyata dengan A (takaran 3 l ha-1 Agri
biji kering terendah diperoleh pada
Simba), dan B (takaran 3 l ha-1 Agri Simba
pemberian mikroba probiotik lokal
+ 1.500 g Urea). Akan tetapi perlakuan A
(Agri Simba) dengan takaran 3 l ha-1
(takaran 3 l ha-1 Agri Simba), dan B (takaran
Agri Simba yaitu 8,73 t ha-1.
pada
pemberian
mikroba
3 l ha-1 Agri Simba + 1.500 g Urea)
2. Komponen hasil yang mendukung
memberikan pengaruh yang sama terhadap
terhadap hasil pipilan biji kering untuk
hasil biji jagung.
varietas jagung hibrida P-21 adalah
Hasil pipilan biji kering
tertinggi
dicapai oleh perkaluan D (takaran 6 l ha-1
berat tongkol, jumlah baris per tongkol, dan bobot 100 butir.
Agri Simba + 3.000 g Urea) debesar 12,20 t ha-1, dan terendah didapat oleh perlakuan A
DAFTAR PUSTAKA
(takaran 3 l ha-1 Agri Simba) sekitar 8,73 t
Arief, R., Mursalim, Z. Badron, dan S. Saenong. 2010. Analisis hubungan mutu benih jagung dengan produktivitas. Jurnal Penelitian Petanian Tanaman Pangan. 29(2): 104-115.
ha-1. Hal ini sejalan dengan pendapat Permadi et al., (2005), dan Trigunasih dan Kusmawati
(2011),
bahwa
semakin
meningkat jumlah biji, bobot 100 butir dan berat tongkol maka dapat mengakibatkan hasil biji jagung semakin bertambah.
Efendi, R., Suwardi., Syafruddin., dan Zubachtirodin. 2012. Penentuan takaran pupuk nitrogen pada tanaman jagung hibrida berdasarkan klorofil meter dan bagan warna daun. Jurnal
79
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016 Penelitian Pertanian Pangan, 31(1): 27-34.
Tanaman
Pertanian. Kementerian Pertanian. 31p.
Litbang Pertanian. 2010. Panduan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Tabri, F. 2010. Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Prosiding Pekan Serealia Nasional. hal : 248-253.
Musfal., Delvia., dan A. Jamil. 2009. Efesiensi penggunaan pupuk NPK melalui pemanfaatan cendawan mikroriza arbuskular pada jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 28(3): 165-169. Permadi, K., Yati, H., dan Indah Nurhati. 2005. Pengaruh pupuk N, P dan K terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan komposit di lahan kering. Jurnal Agrivigor, 5(1): 9-15. Permadi, K. 2012. Inovasi Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
80
Taufik, M., dan M. Thamrin. 2009. Analisis input-output pemupukan beberapa varietas jagung di lahan kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 28(2): 78-82. Trigunasih, N.M., dan T. Kusmawati. 2011. Sifat fisik tanah dan hasil tanaman akibat pemberian pupuk organik pada sistem tumpangsari jagung-kacang tanah pada Inceptisol. Jurnal Agrotrop. 1(1): 89-97. Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung pada berbagai jarak tanam. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(3): 196-203.