ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X MIA MAN 2 MODEL MATARAM
OLEH: SARNIATI E1M012057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln. Majapahit Mataram NTB, 83125 Telp.(0370) 623873 fax.(0370) 634918
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI Jurnal skripsi yang disusun oleh: Sarniati (E1M012057) dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Metakognisi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X MIA MAN 2 Model Mataram, telah diperiksa dan disetujui.
Mataram,
2
Agustus 2016
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X MIA MAN 2 MODEL MATARAM Oleh: Sarniati, [2]Agus Abhi Purwoko, [3]Muntari
[1]
[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia [2], [3]Dosen FKIP Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Pes. 122 Fax. 634918 Mataram 83125 Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi reaksi redoks dan tata nama senyawa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain non-equivalaent control group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 208 siswa yang terbagi menjadi lima kelas. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yaitu 54,29 dan kelas kontrol 50,4. Data hasil belajar siswa dikonversi menggunakan uji Rasch sehingga diperoleh rata-rata nilai logit kelas eksperimen sebesar 0,53 dan kelas kontrol sebesar -0,86. Teknik analisis data menggunakan uji anakova untuk uji hipotesis. Hasil uji hipotesis Fhitung (2,85) < Ftabel (3,96) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram. Kata-kata Kunci: model discovery learning, lembar kerja siswa berbasis metakognisi, hasil belajar ABSTRACT The aim of this research was to know the effect of discovery learning model using worksheet based on metacognition toward the chemistry learning outcome of MIA student’s 10th grade of MAN 2 Model Mataram. The material taught in this research is redox reaction and naming compounds. This research was included in a quasy experimental research using a nonequivalent control group pretest-posttest design. The population of this research were all of MIA student’s 10th grade at MAN 2 Model Mataram in academic year 2015/2016 with total 208 students, devided into five classes. The research sample consisted of two classes, including X MIA 1 as the control class and X MIA 4 as an experimental class. The instrument used to measure the learning result was in the form of a two-tier multiple choices test. The learning result average of experiment class is 54,29 and control classis 50,4. The learning result score was conversion using Rasch model so obtained the logit average of experiment class is -0,53 and control classis -0,86. The data were analyzed using Ancova to hypothesis test. The hypothesis test resulted Fhitung (2,85) < Ftabel (3,96), so that H0 was accepted and Ha was rejected. Based on these results, it could be concluded that applying of discovery 3
learning model using worksheet based on metacognition was not effect positive on chemistry learning outcome of MIA student’s 10th grade of MAN 2 Model Mataram. Keywords: discovery learning model, worksheet based on metacognition, learning outcome Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam Tabel
PENDAHULUAN Ilmu kimia merupakan salah satu
1.1.
disiplin ilmu dalam IPA. Perkembangan
Tabel 1.1. Nilai MID Kimia Kelas X MIA 1 sampai X MIA 4
ilmu kimia diarahkan pada suatu rangkaian kegiatan pemikiran, penelitian, diskusi, verifikasi langkah
yang dari
merupakan metode
langkah-
ilmiah
(Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI,
kimia
diarahkan
Kelas
1 2 3 4
X MIA 1 X MIA 2 X MIA 3 X MIA 4
pada
metode ilmiah, sikap ilmiah yang dimiliki
observasi
dari proses tersebut dan akhirnya bermuara hasil
kenyataannya
belajar
siswa.
pembelajaran
40,47% 28,5 % 28,5 % 35,71%
yang
dilakukan
peneliti,
oleh strategi pembelajaran yang diterapkan
di
guru dalam proses pembelajaran hanya
dalam kelas tidak berbasis pada metode
menggunakan metode ceramah dan tanya
ilmiah.
jawab sehingga materi pelajaran hanya Proses pembelajaran kimia di kelas
diperoleh
X MIA di MAN 2 Model Mataram lebih
disertai
tanya
jawab
dan
jarang
pelajaran
kimia
di
MAN
guru 2
sehingga
dalam
Hal ini menyebabkan siswa menjadi tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
Hal tersebut diketahui peneliti berdasarkan dengan
guru
mendengar apa yang disampaikan guru.
dikombinasikan dengan metode diskusi.
wawancara
dari
kegiatan pembelajaran siswa lebih banyak
didominasi oleh metode ceramah yang
hasil
Ketuntasan Klasikal
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan
Pada
kimia
Nilai Tertinggi/ Terendah 80/45 85/40 85/35 88/40
Berdasarkan hasil wawancara dan
siswa serta produk ilmiah yang dihasilkan
pada
Nilai ratarata 64,69 62,61 60,83 63,02
Sumber data : Arsip guru kimia Kelas X semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 MAN 2 Model Mataram.
2007). Berdasarkan hal tersebut proses pembelajaran
No
dan cenderung melakukan kegiatan lain di
mata
luar
Model
kegiatan
belajar
yang
dapat
menyebabkan siswa tidak fokus dalam
Mataram. Hasil observasi di MAN 2
memperhatikan
Model Mataram menunjukkan hasil belajar
dan
mendengarkan
penjelasan yang disampaikan guru. Guru
kognitif kimia di kelas X MIA 1 sampai X
juga
MIA 4 tergolong rendah. Hal tersebut
masih
menggunakan
LKS
dari
penerbit dalam kegiatan pembelajaran
terlihat dari nilai rata-rata MID kimia
yang seringkali masih terdapat jawaban
4
soal yang salah, sehingga siswa seringkali
learning menggunakan lembar kerja siswa
bingung ketika mengerjakan soal.
berbasis metakognisi diharapkan dapat
Model
pembelajaran
yang
akan
meningkatkan
keaktifan
pembelajaran
siswa
dalam
sehingga
akan
diterapkan peneliti adalah model discovery
kegiatan
learning menggunakan lembar kerja siswa
berdampak positif terhadap hasil belajar
berbasis metakognisi. Model discovery
kimia siswa.
learning merupakan model pembelajaran METODE PENELITIAN
yang menuntut guru lebih kreatif untuk membuat
peserta
didik
belajar
Penelitian
aktif
ini
dilaksanakan
pada
menemukan pengetahuan sendiri (Sani,
semeseter genap Tahun Ajaran 2016/2017
2014). Sedangkan, lembar kerja siswa
di MAN 2 Model Mataram. Variabel bebas
berbasis metakognisi merupakan lembar
pada
kerja siswa yang memuat komponen-
pembelajaran
komponen
menggunakan lembar kerja siswa berbasis
metakognisi,
antara
lain
penelitian
ini
adalah
discovery
Variabel
model learning
merencanakan, monitoring, dan evaluasi
metakognisi.
terikat
pada
(Nuvitalia, 2014).
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa. Sampel dipilih dengan beberapa
Pembelajaran dengan model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa
pertimbangan,
berbasis metakognisi dapat meningkatkan
rekomendasi dari guru dan nilai rata-rata
keaktifan
kegiatan
siswa, sehingga dipilih kelas X MIA 1
pembelajaran, siswa dapat menemukan
sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 4
konsep materi secara mandiri. Lembar
sebagai kelas eksperimen. Jenis penelitian
kerja siswa berbasis metakognisi pada
yang digunakan dalam penelitian ini
penelitian ini merupakan media yang dapat
adalah
membimbing
siswa
kegiatan
Experimental Design) dengan desain non-
pembelajaran,
sehingga
dapat
equivalent control group pretest-posttest
siswa
dalam
dalam siswa
yaitu
eksperimen
semu
design
optimal untuk mengukur seberapa besar
kognitif
kemampuan siswa terhadap materi yang
menggunakan
dikuasai,
dapat
berupa
dalam
kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya
memahami materi dan dapat memantau
dengan menggunakan pemodelan Rasch.
perkembangan
Uji
menentukan
cara
mereka
yang
tepat
pemahaman
mereka
2009).
(Quasy
mengungkapkan pengetahuan awal secara
sehingga
(Cozby,
berdasarkan
Hasil
belajar
siswa
diukur
hasil
belajar
pilihan
ganda,
(pengetahuan)
tes
instrumen objektif
hipotesis
dilakukan
menggunakan uji anakova.
sendiri. Oleh karena itu, model discovery 5
dengan
discovery learning berbantuan lembar HASIL DAN PEMBAHASAN
kerja siswa berbasis metakognisi tidak
Kelas eksperimen (X MIA 4) dan
berpengaruh positif terhadap hasil belajar
kelas kontrol (X MIA 1) diberikan pretest
kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model
di awal pertemuan. Tujuan dari pretest ini
Mataram.
adalah untuk mengetahui kemampuan awal
Hasil penelitian ini tidak sejalan
siswa dan hasil pretest digunakan sebagai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
kovariat pada perhitungan hipotesis yang menggunakan
uji
anakova.
oleh Retnosari (2015) yang memberikan
Setelah
hasil bahwa terjadi peningkatan hasil
diberikan perlakuan, kedua kelas sampel
belajar pada kelas eksperimen. Pada
selanjutnya diberikan posttest. Nilai rata-
pretest rata-ratanya yaitu 63,5 sedangkan
rata hasil pretest dan posttest kelas
rata-rata pada posttest yaitu 79,3. Adapun
eksperimen dan kelas kontrol diberikan
langkah-langkah pembelajaran pada kelas
pada Gambar 1.
eksperimen
diterapkan
model
discovery learning dengan menggunakan
60
lembar kerja siswa berbasis metakognisi
54 50
50
adalah;
Kelas Kontrol
40 30
yang
Menganalisa
Kelas Eksperimen
27
20
1) Memberikan stimulus; masalah
dan
2)
menyusun
hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5)
10
Mengolah data; 6) Melakukan pembuktian;
0
7) Presentasi; dan 8) Menarik kesimpulan. Pretest
Posttest
Pada
Gambar 4.1 Grafik nilai pretest dan posttest siswa
tahap
pemberian
peneliti
memberikan
motivasi
pada
siswa.
stimulus,
apersepsi Kegiatan
dan ini
bertujuan untuk memberikan semangat dan menarik minat siswa untuk mengikuti
Gambar tersebut menunjukkan bahwa, kelas
kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
eksperimen lebih tinggi dibanding kelas
akan lebih terlibat aktif dalam mengikuti
kontrol, yaitu 54>50. Namun, setelah diuji
kegiatan
secara empiris menggunakan uji anakova
memberikan
ternyata hasilnya menunjukkan bahwa
mengkaitkan
Fhitung
pengalaman pribadi siswa. Salah satunya,
skor
rata-rata
hasil
Dengan
posttest
demikian,
H0
pembelajaran.
dengan
pembelajaran
dengan
yaitu
disimpulkan
pencoklatan buah apel dan besi yang
penerapan
model 6
menampilkan
cara
diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat bahwa
dengan
apersepsi
Peneliti
gambar
berkarat. Pada tahap ini peneliti juga
pertanyaan dan hipotesis Syah dalam
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
(Widyastuti, 2015). Kegiatan ini dapat
berkaitan
akan
melatih siswa untuk menentukan apa yang
dipelajari pada pertemuan tersebut yang
harus mereka lakukan dan pelajari untuk
dapat menimbulkan kebingungan siswa.
menjawab rumusan masalah yang telah
Semangat
siswa
dengan
siswa
materi
dapat
yang
dilihat
dari
buat.
Pada
tahap
ini
semua
antusiasnya dalam memberikan jawaban
kelompok mengalami kesulitan dalam
dari pertanyaan, contoh jawaban siswa
menyusun rumusan masalah dan hipotesis.
adalah “karena mengalami reaksi oksidasi,
Pada pertemuan berikutnya sebagian besar
bereaksi dengan udara, dan
berikatan
kelompok sudah dapat menyusun rumusan
dengan air,”. Selain itu, peneliti juga
masalah dan hipotesis tanpa bertanya
membahas
pertemuan
terlebih dahulu pada peneliti, namun
sebelumnya dan memberikan kesempatan
beberapa rumusan masalah dan hipotesis
pada siswa untuk menanyakan materi yang
yang telah ditulis tidak sesuai dengan
belum
wacana
pelajaran
dimengerti
pada
pada
pertemuan
ataupun
materi
yang
akan
sebelumnya, namun hanya beberapa siswa
dipelajari dan hanya tiga kelompok yang
yang mengajukan pertanyaan terkait materi
dapat menuliskan rumusan masalah dan
pada pertemuan sebelumnya. Menurut
hipotesis yang benar. Hal ini disebabkan
Yamin dalam Royani (2014), mengajukan
karena
pertanyaan berarti menunjukan pola pikir
menyusun rumusan masalah dan hipotesis.
yang dimiliki oleh seseorang, sehingga
Pada tahap mengumpulkan data, siswa
bertanya
juga
dapat
mendorong
terbiasa
dalam
melakukan praktikum yang dilakukan
Pada tahap menganalisa masalah dan hipotesis,
belum
melakukan pengumpulan data dengan cara
kemampuan siswa untuk berpikir.
menyusun
siswa
sebanyak dua kali pertemuan. Siswa juga
masing-masing
melakukan pengumpulan data dengan
kelompok membaca wacana yang terdapat
bertanya kepada peneliti, mencari, dan
pada
berbasis
membaca informasi sebanyak-banyaknya
metakognisi. Wacana tersebut berkaitan
dari buku paket, lembar kerja siswa, atau
dengan materi yang akan dipelajari pada
sumber informasi di internet seperti :
hari tersebut. Berdasarkan wacana tersebut
www.wikipedia.com
siswa dapat mengidentifikasi masalah yang
www.bisakimia.com terkait dengan materi
relevan
yang dipelajari, sehingga siswa dapat
lembar
dipelajari.
dengan
kerja
siswa
materi
Permasalahan
yang yang
akan dipilih
menjawab
selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan
dan
yang
terdapat pada lembar kerja siswa. Secara 7
tidak langsung saat mencari informasi
dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil
siswa belajar dari informasi yang didapat
pengamatan, beberapa kelompok sudah
karena pastinya informasi yang didapatkan
dapat menuliskan konsep secara mandiri
akan dibaca oleh siswa. Hal ini dapat
yang terlihat dari hasil pengerjaan LKS.
menambah wawasan siswa tanpa peneliti
Pada tahap melakukan pembuktian,
harus menjelaskan. Hal ini sesuai dengan
setiap
pendapat Sani, (2014) yang menyatakan
pemeriksaan
bahwa
model
jawaban soal yang telah siswa tulis.
discovery learning membuat siswa belajar
Namun, tahap ini tidak berjalan secara
aktif menemukan pengetahuan sendiri.
optimal karena beberapa hipotesis yang
Kegiatan pada tahap ini memerlukan
telah siswa tulis tidak berkaitan dengan
kerjasama
materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil
pembelajaran
yang
dengan
baik
antar
anggota
anggota
kelompok
terhadap
hipotesis
pengamatan,
baik, agar kegiatan mengumpulkan data
kelompok yang aktif dalam mengikuti
berjalan
kegiatan ini.
Berdasarkan
hasil
pengamatan, hanya beberapa kelompok
Pada
beberapa
dan
kelompok dan managemen waktu yang
lancar.
hanya
melakukan
tahap
anggota
presentasi,
siswa
yang sungguh-sungguh bekerjasama dalam
perwakilan kelompok mempresentasikan
mengumpulkan data dengan cara membagi
hasil diskusinya didepan kelas. Siswa dari
tugas dengan sesama anggota.
kelompok lain diminta untuk memberikan
Pada tahap mengolah data, setiap
pendapat ataupun pertanyaan kepada siswa
anggota kelompok melakukan diskusi
yang sedang presentasi. Salah satu contoh
untuk
pertanyaan
mengolah
informasi
yang
dari
siswa
bernama
M.
percobaan
Akmaludin “dalam senyawa H2O yang
ataupun kajian informasi yang relefan,
mengikat adalah H2 atau O2?”. Pertanyaan
menggabungkan pendapat, dan jawaban
tersebut kemudian dijawab oleh penyaji
mereka untuk menyelesaikan pertanyaan-
dengan
pertanyaan
pembentukan dari H2O, H2 + O2 → H2O.
didapatkan
baik
melalui
yang terdapat
pada
LKS
berbasis metakognisi. Menurut Slavin
menuliskan
Pada
tahap
persamaan
menarik
reaksi
kesimpulan,
dalam Astuti (2013), siswa akan lebih
peneliti meminta siswa untuk memberikan
mudah menemukan dan memahami konsep
kesimpulan
yang sulit apabila siswa dapat saling
dipelajari. Beberapa siswa memberikan
mendiskusikan masalah-masalah tersebut
kesimpulan tentang materi yang telah
dengan temannya. Pada tahap ini, siswa
dipelajari. Kegiatan terakhir adalah siswa
juga diarahkan untuk menuliskan konsep
mengisi jurnal belajar yang merupakan 8
dari
materi
yang
telah
bagian dari lembar kerja siswa berbasis
peneliti memberikan penjelasan, sebagian
metakognisi. Jurnal belajar ini berfungsi
besar siswa memperhatikan penjelasan dari
sebagai alat monitoring dan evaluasi untuk
peneliti dan siswa yang lain hanya diam
siswa sendiri, sehingga siswa mengetahui
dan mengerjakan hal yang lain, seperti
sejauh mana pencapaian yang telah dicapai
bermain dengan laptop. Beberapa siswa
siswa pada pertemuan tersebut. Selain itu
mengajukan pertanyaan terkait materi yang
diharapkan siswa sadar akan kemampuan
belum dimengerti, salah satu contoh
yang
melakukan
pertanyaan yang diajukan adalah terkait
pembelajaran, menilai pencapaian tujuan
dengan penentuan bilangan oksidasi dari
pembelajaran
suatu unsur.
dimiliki
setelah
apakah
sudah
berhasil
ataukah belum, mengidentifikasi kesalahan
Pada tahap diskusi, siswa secara
yang dilakukan, dan membuat kesimpulan
berkelompok melakukan diskusi untuk
dari pembelajaran yang dilakukan (Safitri,
menyelesaikan soal-soal yang terdapat
2015). Beberapa siswa yang mengisi jurnal
pada LKS. Sebagian kelompok aktif
belajar dengan sungguh-sungguh.
berdiskusi dan mencari jawaban dari soal-
Kelas
kontrol
penelitian
soal yang terdapat pada LKS, membagi
dikenai perlakuan dengan menerapkan
tugas sesama teman kelompoknya, dan
pembelajaran
dengan
juga menanyakan kepada guru apakah
memberikan
jawaban yang telah mereka tulis sudah
apersepsi; 2) menjelaskan materi; 3)
benar atau belum. Namun, ada beberapa
Diskusi;
siswa
konvensional
langkah-langkah;
4)
pada
1)
Presentasi.
Pada
tahap
dalam
kelompok
mengerjakan
pemberian apersepsi, peneliti memberikan
kegiatan yang lain, seperti mengobrol
apersepsi dengan menampilkan gambar
dengan temannya dalam satu kelompok,
yang
dan mengganggu teman dalam kelompok
berkaitan
dengan
materi
pembelajaran untuk menarik minat dan
lain.
perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan
Pada tahap presentasi, perwakilan
pembelajaran. Pada tahap ini banyak siswa
kelompok
antusias
diskusinya di depan kelas. Pada tahap ini
yang
menjawab
ditunjukkan
pertanyaan
guru
dengan dan
sebagian
mempresentasikan
besar
siswa
hasil
memperhatikan
memberikan pendapat terkait gambar yang
penjelasan temannya dan memberikan
ditampilkan.
respon yang positif ketika jawabannya
Pada tahap menjelaskan materi,
benar, namun beberapa siswa yang lain
peneliti memberikan penjelasan tentang
hanya diam. Peneliti juga memberikan
konsep materi yang akan dipelajari. Ketika
perbaikan terhadap jawaban siswa yang 9
masih keliru dan memberikan kesempatan
2.
Penelitian lebih lanjut agar dapat lebih
pada siswa untuk mengajukan pertanyaan
mengontrol siswa terutama dalam
terkait materi yang belum dimengerti.
kegiatan diskusi, sehingga semua
Kegiatan
yang
siswa ikut terlibat dan berperan aktif
dilakukan pada kelas eksperimen lebih
dalam mencari informasi, membaca,
membuat siswa aktif, namun nilai rata-rata
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
hasil belajar dari kedua kelas tersebut
yang terdapat pada LKS.
masih
di
pembelajaran
bawah
kriteria
ketuntasan
3.
Penelitian lebih lanjut agar dapat lebih
minimal (KKM), yaitu 75. Rendahnya
mengatur waktu pembelajaran untuk
nilai KKM siswa dalam penelitian ini
setiap tahapan kegiatan, sehingga
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
semua tahapan model pembelajaran
siswa belum terbiasa dengan model yang
yang diterapkan dilakukan secara
diterapkan dan masih banyak siswa tidak
optimal.
terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan
4.
pembelajaran.
berbasis
pembahasan, maka dapat disimpulkan model
Cozby,
berbasis metakognisi tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa
Adapun saran-saran yang diajukan peneliti, diantaranya: Kepada mahasiswa (calon guru kimia) dapat
meneliti
lebih
dengan
menggunakan
discovery
learning
lembar
kerja
lanjut
Paul C. 2005. Method in Behavioral Reseacrh. Maufur. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Royani, M. dan Bukhari M. 2014. Keterampilan Bertanya Siswa SMP Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz pada Materi Segi Empat. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1, Hal. 22.
model
menggunakan
siswa
maupun
Nuvitalia, D. 2014. Elemen Bernalar: Implikasi dan Akibat-Akibat pada Indikator Mengantisipasi serta Mencari Solusi Terhadap Masalah Melalui Metakognisi. Jurnal PHENOMENON, Vol. 4, No. 2, Hal. 45.
kelas X MIA MAN 2 Model Mataram.
agar
metakognisi
siswa
DAFTAR PUSTAKA
discovery
learning menggunakan lembar kerja siswa
1.
kerja
lagi.
Berdasarkan hasil penelitian dan
penerapan
lembar
instrumen sebaiknya disempurnakan
KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa
Pembuatan
berbasis
metakognisi pada materi pokok yang lain.
10
Safitri, S. 2015. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Metakognisi pada Materi Laju Reaksi. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sani, Ridwan A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIPUPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Intima.
11