PENGARUH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMPN 6 TELUK KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
Oleh
DWI NOPRIA NENGSIH NIM. 10813001763
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1433 H/2012 M
PENGARUH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMPN 6 TELUK KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh
DWI NOPRIA NENGSIH NIM. 10813001763
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1433 H/2012M
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kebupaten Kuantan Singingi, yang ditulis oleh Dwi Nopria Nengsih. NIM. 10813001763 dapat diterima dan disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru, 11 Sya’ban 1433 H. 02 Juli 2012 M.
Menyetujui
Ketua Program Studi Kependidikan Islam
Pembimbing
Amirah Diniaty, M.Pd.Kons.
Zaitun, M.Ag.
i
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kebupaten Kuantan Singingi, yang ditulis oleh Dwi Nopria Nengsih. NIM. 10813001763 Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tanggal 23 Sya’ban 1433 H/13 Juli 2012 M. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Program Studi Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling.
Pekanbaru, 23 Sya’ban 1433 H. 13 Juli 2012 M. Mengesahkan Sidang Munaqasyah Ketua
Sekretaris
Drs. Hartono, M.Pd.
Amirah Diniaty, M.Pd.Kons.
Penguji I
Penguji II
Fitra Herlinda, M.Ag.
Tuti Andriani, S.Ag.,M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag. NIP. 19700222 199703 2 001
ii
ABSTRAK DWI NOPRIA NENGSIH ( 2012) : Pengaruh Mengikuti Konseling Kelompok Keaktifan Belajar Siswa di Teluk Kuantan Kabupaten Singingi.
Layanan Terhadap SMPN 6 Kuantan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) bagaimana siswa kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi yang mengikuti konseling kelompok, (2) bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, dan (3) mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini penelitian korelasi. Subjek penelitian ini siswa kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi dan objek penelitian ini adalah pengaruh mengikuti Iayanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan singingi. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang pernah mengikuti layanan konseling kelompok yang berjumlah 30 orang. Mengingat populasi tidak begitu besar maka penulis menggunakan Total Sampling. Untuk mengumpulkan data digunakan data angket yang disusun mengikuti skala Likert. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara korelasi dengan rumus Product Moment Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) siswa yang mengikuti konseling kelompok kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi berada dalam kategori sedang yakni sebesar 83.33%. (2) keaktifan belajar siswa kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi berada dalam kategori sedang yakni sebesar 90%. (3) berdasarkan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.753. Hasil koefisien korelasi ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan belajar siswa SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi diperoleh dan koefisien determinasi adalah 57%. Dengan kata lain semakin siswa mengikuti layanan konseling kelompok semakin aktif siswa dalam belajar. Kepada guru pembimbing diharapkan kiranya terus meningkatkan intensitas pelaksanaan layanan konseling kelompok di sekolah.
vii
اﻟﻤﻠﺨﺺ دوى ﻧﻮﻓﺮﯾﺎ ﻧﯿﻌﺴﺢ ) : (2012ﺗﺄﺛﯿﺮ ﺑﻌﺪ اﻟﻤﺠﻤﻮﻋﺔ ﻋﻠﻰ ﻧﺸﺎط ﺧﺪﻣﺎت اﻹرﺷﺎد اﻟﻄﻼﺑﻲ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔاﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ. وﻛﺎﻧﺖ اﻷھﺪاف واﻟﺪراﺳﺔ ﻟﺘﺤﺪﯾﺪ ﻣﺎ ﯾﻠﻲ (1) :ﻛﯿﻒ اﻟﻄﻼب اﻟﺼﻒ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ اﻟﻤﺸﻮرة (2) ،ﻛﯿﻒ أن ﻣﺴﺘﻮى اﻟﻨﺸﺎط ﻣﻦ اﻟﺼﻒ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻃﺎﻟﺐ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ ،و )(3ﻣﻌﺮﻓﺔ ھﻞ ھﻨﺎك ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻛﺒﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺨﺪﻣﺎت اﻻﺳﺘﺸﺎرﯾﺔ ﻟﻤﺘﺎﺑﻌﺔ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ اﻟﺪﯾﻨﺎﻣﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﯿﺔ ﻟﻠﻄﻼب ﻓﻲ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ .ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﯾﺪرس اﻟﻌﻼﻗﺔ .ﻛﺎن ﻣﻮﺿﻮع ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﻓﺌﺔ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻃﺎﻟﺐ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ واﻟﮭﺪف ﻣﻦ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﻟﻤﺘﺎﺑﻌﺔ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ اﻟﻤﺸﻮرة ﺧﺪﻣﺎت إﻟﻰ اﻟﺪﯾﻨﺎﻣﯿﺔ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻄﻼب ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ .وﻛﺎن ﻣﺠﺘﻤﻊ اﻟﺪراﺳﺔ وھﻮ ﻃﺎﻟﺐ اﻟﺼﻒ اﻟﺜﺎﻣﻦ اﻟﺬﯾﻦ ﺣﻀﺮوا ﺧﺪﻣﺎت اﻟﻤﺸﻮرة اﻟﻤﺠﻤﻮﻋﺔ ،واﻟﺘﻲ ﺗﺒﻠﻎ 30 ﺷﺨﺼﺎ .وﻧﻈﺮا ﻟﻌﺪد اﻟﺴﻜﺎن ﻛﺒﯿﺮ ﺟﺪا ،واﻟﻜﺎﺗﺐ ﯾﺴﺘﺨﺪم أﺧﺬ اﻟﻌﯿﻨﺎت اﻟﻤﺠﻤﻮع . ﻟﺠﻤﻊ ا ﻟﺒﯿﺎﻧﺎت اﻟﻤﺴﺘﺨﺪﻣﺔ ﺑﯿﺎﻧﺎت ﺟﻤﻌﺘﮭﺎ ﺑﻌﺪ ﻣﻘﯿﺎس ﻟﯿﻜﺮت اﻻﺳﺘﺒﯿﺎن .ﯾﻤﻜﻦ ﻣﺮة واﺣﺪة ﻓﻲ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت اﻟﺘﻲ ﯾﺘﻢ ﺟﻤﻌﮭﺎ وﺗﺤﻠﯿﻠﮭﺎ ﺑﻌﺪ ذﻟﻚ ﻓﻲ ارﺗﺒﺎط ﻣﻊ اﻟﺼﯿﻐﺔ ﻟﺤﻈﺔ اﻟﻤﻨﺘﺞ وﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت أن ﺧﻠﺺ إﻟﻰ أن ) (1ﻃﺎﻟﺒﺎ وﻃﺎﻟﺒﺔ ﻓﻲ اﻟﺼﻒ اﻟﺜﺎﻣﻦ اﻟﻤﺸﻮرة ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ اﻟﺘﻲ وﺻﻠﺖ اﻟﻰ (2) ٪83،33ﻧﺸﺎط ﻟﻄﺎﻟﺐ اﻟﺼﻒ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ ھﻮ ﻓﻲ اﻟﻔﺌﺔ اﻟﻤﺘﻮﺳﻄﺔ ﺑﻨﺴﺒﺔ . (3) ٪90ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺎﻣﻞ اﻻرﺗﺒﺎط اﺧﺘﺒﺎر اﻻرﺗﺒﺎط . 0,753ﻧﺘﺎﺋﺞ ﻣﻌﺎﻣﻞ اﻻرﺗﺒﺎط ﯾﺸﯿﺮ إﻟﻰ أن ھﻨﺎك ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻛﺒﯿﺮ ﺑﯿﻦ اﻟﻄﻼب ﻓﻲ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺪﯾﻨﺎﻣﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ .ﻣﺘﺎﺑﻌﺔ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﺧﺪﻣﺎت اﻟﻤﺸﻮرة ﻟﻤﺠﻤﻮﻋﺔ اﻟﺪﯾﻨﺎﻣﯿﺔ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻄﻼب ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻹﻋﺪادﯾﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ 6ﺗﯿﻠﻮك ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺣﻰ ﻛﻮاﻧﺘﺎن ﺳﻐﯿﻐﻲ وﻣﻌﺎﻣﻞ اﻟﺘﺤﺪﯾﺪ اﻟﺘﻲ ﺗﻢ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻛﺎﻧﺖ 57٪.وﺑﻌﺒﺎرة أﺧﺮى ،وﯾﺤﻀﺮ اﻟﻄﻼب ﺧﺪﻣﺎت اﻟﻤﺸﻮرة ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﺗﻨﺸﻂ ﻋﻠﻰ ﻧﺤﻮ ﻣﺘﺰاﯾﺪ ﻓﻲ اﻟﺘﻌﻠﻢ .وﻣﻦ اﻟﻤﺘﻮﻗﻊ أن ﻣﺴﺘﺸﺎر اﻟﺘﻮﺟﯿﮫ إﻟﻰ اﻻﺳﺘﻤﺮار ﻓﻲ زﯾﺎدة ﻛﺜﺎﻓﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﺨﺪﻣﺎت اﻻﺳﺘﺸﺎرﯾﺔ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪارس. ABSTRACT
viii
DWI NOPRIA NENGSIH (2012) : Effects Of Counselling Services Following activity Student in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi.
The Objectives of this research were to investigate the following: (1) how students' grade VIII in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi a counseling group, (2) how the activity level of a class VIII in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi, and (3) knowing is there a significant effect of group counseling services to follow the students' learning activeness in in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi. This research studies the correlation. The subject of this study a class VIII student in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi and the object of this study were to follow the effect of group counseling Services to students' learning activeness in in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi. The study population was a class VIII student who had attended group counseling services, amounting to 30 people. Given the population is so large, the writer uses Total Sampling. To collect the data used data compiled following questionnaire Likert scale. Once the data is collected and then analyzed in correlation with the formula Product Moment Based on data analysis can be concluded that (1) students in the group counseling class VIII in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi medium category which amounted to 83.33%. (2) The activity of a class VIII student in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi Bay is in the medium category by 90%. (3) Based on correlation coefficient correlation test for 0753. The result of the correlation coefficient indicates that there is significant influence between students' learning activeness in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi. Follow the influence of group counseling services for students' learning activeness in in State Junior High School 6 Teluk Kuantan Regency Kuantan Singingi. Gulf and the coefficient of determination obtained was 57%. In other words, the students attend group counseling services are increasingly active in learning. Guidance counselor would be expected to continue increasing the intensity of the implementation of group counseling services in schools.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN....................................................................................... PENGESAHAN ........................................................................................ PENGHARGAAN .................................................................................... PERSEMBAHAN..................................................................................... ABSTRAK ................................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................. DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR DIAGRAM ..............................................................................
Halaman i ii iii vi vii x xi xii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ A. Latar Belakang ............................................................................... B. Penegasan Istilah............................................................................ C. Permasalahan.................................................................................. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................
1 1 9 10 11
BAB II. KAJIAN TEORI ........................................................................ A. Konsep Konseling Kelompok ........................................................ B. Konsep Keaktifan Belajar .............................................................. C. Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling kelompok Terhadap Keaktifan Belajar Siswa................................................................ D. Penelitian yang Relevan................................................................. E. Konsep Operasional .......................................................................
13 13 24
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ B. Subyek dan Obyek penelitian ........................................................ C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. E. Uji Coba Instrumen Penelitian ....................................................... F. Teknik Analisi Data .......................................................................
34 34 34 34 36 36 41
BAB IV. PENYAJIAN HASIL PENELITIAN...................................... A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................ B. Penyajian Data ............................................................................... C. Analisa Data ...................................................................................
42 42 49 52
BAB V. PENUTUP................................................................................... A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran...............................................................................................
59 59 60
DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
31 32 32
DAFTAR TABEL
Halman III. 1
Sampel Penelitian ............................................................................
III. 2
Pemberian Skor Pada Pilihan Jawaban Mengikuti Layanan Konseling Kelompok.......................................................................
III. 3
35
37
Hasil Analisis Validitas Mengikuti Layanan Konseling Kelompok ........................................................................................
39
III. 4
Hasil Analisis Validitas Keaktifan Belajar......................................
40
IV. 1
Data Guru dan Karyawan SMPN 6 Teluk Kuantan ........................
46
IV. 2
Jumlah Siswa SMPN 6 Teluk Kuantan ...........................................
47
IV. 3
Sarana dan Prasarana SMPN 6 Teluk Kuantan ...............................
48
IV. 4
Data Siswa Mengikuti Layanan Konseling Kelompok ...................
50
IV. 5
Data Keaktifan Belajar Siswa..........................................................
51
IV. 6
Persentase Mengikuti Layanan Konseling Kelompok ....................
53
IV. 7
Persentase Keaktifan Belajar Siswa ................................................
55
IV. 8
Pasangan Data Variabel X dan Y ....................................................
56
IV. 9
Korelasi Product Moment................................................................
57
xi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman 1. Bagan 1. Tahap Pembentukan..............................................................
18
2. Bagan 2. Tahap peralihan.....................................................................
19
3. Bagan 3. Tahap Kegiatan Kelompok Bebas .......................................
20
4. Bagan 4. Tahap Kegiatan Kelompok Tugas ........................................
21
5. Bagan 5. Tahap pengakhiran ...............................................................
22
6. Struktur Organisasi SMP Negeri 6 Teluk Kuantan..............................
45
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan dapat di pahami sebagai usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai kedewasaan dalam segala hal. Jika dilihat dari kacamata individu, maka penelitian memiliki makna ‘pengembangan potensi pribadi manusia’. Setiap manusia diciptakan dengan berbagai potensi. Jika ia tidak tersentuh oleh upaya pendidikan maka tidak akan tampak potensi pada diri seseorang. Seperti telah diketahui bahwa inti pendidikan adalah belajar dan pembelajaran sesuai dengan yang tercantum pada undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal I tentang pengertian sebagai berikut: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1 Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian integral dari upaya pendidikan berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik bagi pengembangan potensi mereka seoptimal mungkin. Saat sekarang kehadiran bimbingan dan konseling pada lembaga pendidikan tidak perlu diragukan lagi karena secara yuridis formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah. 1
SISDIKNAS 2003, “(UU RI No. 20 Tahun 2003)”, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 2
1
2
Mulai dari Undang-Undang Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri. Peraturan Pemerintah No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah Bab X Pasal 27 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi:2 “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kapada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, bimbingan diberikan oleh guru pembimbing”. Guru pembimbing sebagai salah satu tenaga pendidik di sekolah harus bisa memaksimalkan fungsinya sebagai konselor sekolah yang bertugas mengembangkan potensi dan memandirikan peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengembangkan kreativitas siswa, karena pada hakikatnya proses pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Mengajar dalam standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi. Akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan belajar siswa. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan, yaitu agar setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.3 Peserta didik akan lebih kreatif jika dikembangkan rasa percaya dirinya, diberi kesempatan berkomunikasi secara bebas dan terarah, dilibatkan dalam menentukan tujuan evaluasi belajar, serta dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Dalam hal ini berarti proses
2
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Pekanbaru: Suska Press,
2008, h. 1 3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, h. 103
3
pembelajaran tidak berlangsung satu arah, tetapi secara timbal balik. Guru dan siswa berperan secara aktif dalam kerangka kerja. Aktif yang dimaksud bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta didik dalam membangun pengetahuan, bukan proses pasif yang hanya menerima penjelasan guru tentang pengetahuan. Apabila pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.4 Dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, dan menganalisis hasil percobaan. Implikasi priinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. 5 Menurut Prayitno dalam Suhertina menyatakan bahwa: 4
Hartono, dkk, PAIKEM Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011, h. 11 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 51
4
Bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang bergunadalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan dan interpretasi, pilihan penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan.6 Dalam bimbingan dan konseling ada sembilan jenis layanan yang harus dilaksanakan oleh guru pembimbing. Layanan dalam bimbingan dan konseling
meliputi
layanan
orientasi,
layanan
informasi,
layanan
penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konseling individual, layanan mediasi, dan layanan konsultasi. Dari sembilan jenis layanan tersebut diambil satu jenis layanan yaitu layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah proses konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah siswa (pribadi siswa) yang terlibat dalam kegiatan itu. Setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Pembahasan masalah dari anggota kelompok dibicarakan oleh seluruh anggota kelompok.7 Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan di masa depan yang menuntut adanya reformasi program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, maka layanan bimbingan merupakan layanan yang membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya serta memilih dan menyesuaikan diri 6 7
Suhertina, op.cit, h. 2 Suhertina, op.cit.h.61
5
dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier.Secara konseptual, bimbingan sangat esensial bagi kemajuan perkembangan dan prestasi belajar siswa, walaupun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bimbingan belum berjalan efektif. Layanan konseling kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Di dalam konseling kelompok topik yang dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (Konselor).8 Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan
peserta
didik
memperoleh
kesempatan
untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan
layanan
konseling
yang
diselenggarakan
dalam
suasana
kelompok.9 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkankan bahwa tujuan dari layanan konseling kelompok meliputi:
8
Prayitno, Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok, (Padang:_____,
2004), h. 1 9
Dewa Ketut Sukardi, pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, Jakarta:Rineka Cipta, 2002, h. 49
6
1. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak. 2. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya. 3. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok. 4. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok. Materi layanan konseling kelompok mencakup: 1. Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat dan penyalurannya. 2. Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya pengenalan kekuatan diri dan pengembangannya. 3. Perencanaan dan perwujudan diri. 4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima / menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. 5. Mengembangkan hubungan teman sebaya baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat sesuai dengan kondisi, peraturan materi pelajaran. 6. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar dan berlatih, serta teknik-teknik penguasaan materi pelajaran. 7. Pemahaman kondisi fisik, sosial dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar diperguruan tinggi. 8. Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihan siswa. 9. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan. 10. Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang akan dikembanngkan. 11. Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.10 Layanan konseling kelompok dipandang tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya terutama masalah yang berkaitan dengan keaktifan belajar, karena masalah kurang aktif dalam belajar merupakan masalah pribadi yang telah menjadi masalah bersama, dan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, siswa sebagai
10
Ibid, h. 50
7
anggota kelompok akan bersama-sama membahas topik-topik masalah mengenai meningkatkan diri dan menciptakan dinamika kelompok yang dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan keaktifan belajar. Anggota kelompok akan mempunyai hak yang sama untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapatnya, membahas masalah yang dialaminya dengan tuntas, siswa dapat saling tukar informasi, memberi saran dan belajar memecahkan masalah yang dihadapi anggota bersama-sama, dapat berbagi pengalaman dan diskusi, sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Layanan konseling kelompok di SMP Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi di laksanakan di luar jam khusus bimbingan konseling mengingat pelaksanaannya tidak cukup dengan alokasi 1 jam pelajaran. Layanan konseling kelompok telak dilaksanakan oleh guru pembimbing dan diikuti oleh para siswa untuk mengatasi permasalahan dan keaktifan belajar mereka. Upaya ini dilakukan dengan harapan siswa siswi yang mengikuti layanan konseling kelompok, masalah keaktifan belajar mereka segera diatasi. Oleh karena itu, siswa-siswa yang mengalami masalah, apabila mengikuti layanan konseling kelompok dan selama mengikuti layanan konseling tersebut dengan baik, maka dapat diharapkan mereka akan mengalami perubahan positif. Demikiann pula siswa-siswa yang memilki masalah kurang aktif dalam belajar, apabila mereka cukup baik dalam mengikuti layanan konseling kelompok, maka sangat memungkinkan mereka akan mengalami perubahan positif dalam arti akan mengalami peningkatan
8
dalam keaktifan belajarnya. Siswa yang sering mengikuti layanan konseling kelompok dapat dilihat dari kehadiran, siswa sering menyampaikan pendapat, siswa sering memberikan tanggapan. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Teluk Kuantan, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Di sekolah ini guru pembimbing melaksanakan beberapa layanan dalam bimbingan dan konseling dengan metode klasikal dan hasil dari kegiatan tersebut masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut: a. Ada sebagian Siswa tidak mau mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa yang lainnya. b. Ada sebagian Siswa tidak mau mengajukan tanggapan, pendapat, terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau terhadap pendapat yang diajukan oleh siswa lain. c. Ada sebagian Siswa tidak mau memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru. d. Ada sebagian Siswa tidak mau melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya. e. Ada sebagian Siswa tidak membuat sendiri kesimpulan pelajarannya. f. Ada sebagian Siswa tidak memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal.
9
Berdasarkan gejala-gejala diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang,“Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”.
B. Penegasan Istilah Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka penulis perlu membatasi beberapa istilah yang sangat perlu dijelaskan. 1. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.11 2. Keaktifan siswa dalam belajar perlu mencari informasi sendiri, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya.12Jadi yang dimaksud Keaktifan belajar siswa dalam judul penelitian ini adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegitan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
11 12
Dewa Ketut Sukardi,Op.Cit , h. 49 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 62
10
C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi sejumlah masalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMPN 6 Teluk Kuantan belum optimal b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung belum sempurna. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang terdapat pada identifikasi, maka penulis membatasi permasalahan yaitu tentang pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Rumusan Masalah a. Bagaimana tingkat keikutsertaansiswa kelas VIII Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi yang mengikuti layanan konseling kelompok? b. Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa kelas VIIINegeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi? c. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara mengikuti layanan konseling kelompok terhadapkeaktifan belajar siswa di Sekolah
11
Menengah Pertama Negeri 6 Teluk kuantan Kabupaten Kuantan Singingi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat keikutsertaan siswa kelasVIII Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi yang mengikuti layanan konseling kelompok. b. Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa kelas VIIINegeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna: a. Bagi penulis, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana starata satu (S1) pada fakultas tarbiyah dan keguruan jurusan kependidikan islam konsentrasi bimbingan dan konseling universitas islam negeri sultan syarif kasim riau sekaligus untuk menambah cakrawala berpikir dalam rangka ikut serta memberikan sumbangan pikiran dalam memberikan motivasi mengenai pentingnya peranan siswa dalam kesuksesan pelaksanaan layanan konseling kelompok di sekolah menengah
12
pertama negeri 6 teluk kuantan kabupaten kuantan singingi serta menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang layanan konseling kelompok b. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan informasi kepada siswa tentang pentingnya persepsi yang baik tentang layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri 6 teluk kuantan kabupaten kuantan singingi c. Bagi siswa, sebagai bahan masukan dan informasi akan pentingnya layanan konseling kelompok d. Bagi guru pembimbing, sebagai bahan masukan dan informasi agar dapat meningkatkan kemampuan kualitas layanan konseling kelompok di sekolah e. Bagi fakultas, sebagai literatur atau bahan referensi khususnya bagi mahasiswa yang membutuhkan dan semua pihak pada umumnya.
13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Layanan Konseling Kelompok 1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang harus diterapkan di sekolah. Layanan konseling
kelompok
dilakukan
dalam
format
kelompok
dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Layanan konseling kelompok memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam menyampaikan pendapat, gagasan yang berkenaan dengan permasalahan yang disajikan. Kata senada juga dikemukakan oleh Riswani dan Amirah adalah layanan yang membantu siswa dalam pengembangan pribadi, sosial, belajar, karir jabatan dan pengambilan keputusan dan melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.13 Menurut Tohirin, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. 13
Riswani dan Amirah Diniaty, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, Pekanbaru: Suska Press, 2008, h. 40
13
14
Keunggulan konseling kelompok yakni melalui dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok yang tidak dapat dijumpai dalam konseling perorangan.14 Menurut Dewa Ketut Sukardi, layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan
untuk
pembahasan
dan
pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. 15Dinamika kelompok diartikan Slamet Santosa sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lainnya.16 Berdasarkan pengertian di atas maka disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling yang membahas permasalahan-permasalahan pribadi yang dialami anggota kelompok dalam suatu kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.Layanan konseling kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk saling tukar pendapat dan menyampaikan pendapat yang tidak terjadi pada layanan konseling individu atau perorangan. Diharapkan melalui layanan konseling kelompok siswa mau terbuka dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan pribadi yang dialaminya.
14
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h. 311. 15 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 49. 16 Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 9.
15
2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok memiliki dua aspek tujuan, yakni umum dan khusus. Tujuan umum dilaksanakan layanan konseling kelompok agar kemampuan berkomunikasi siswa dapat berkembang. Komunikasi di sini bukan hanya di tekankan pada komunikasi kelompok namun komunikasi hangat antarpribadi. Hal ini didasarkan pada pendapat Tohirin, bahwa secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya.17 Selain itu konseling kelompok memiliki beberapa tujuan khusus, yakni: a. Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya bersosialisasi dan komunikasi. Pemimpin kelompok dituntut mampu memberi kesempatan dan stimulus bagi setiap anggota kelompok agar semua mau mengeluarkan pendapat berkenaan permasalahan yang dibahas. b. Membantu masing-masing anggota kelompok itu untuk menemukan penyelesaian terhadap masalah yang memberatkan dirinya. 18Dinamika kelompok
akan
mengarahkan
individu
pada
pengembangan
kediriannya dalam hubungan dengan orang lain. Lebih jauh lagi Prayitno mengemukakan bahwa di dalam layanan konseling kelompok
17
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 179. 18 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, Yogyakarta: Nuha Litera, 2010, h. 118.
16
seharusnya menjadi tempat pengembangan sikap, keterampilan, dan keberanian sosial yang tenggang rasa.19 c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.20 3. Teknik dalam Layanan Konseling Kelompok Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.21 Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menyelenggarakan konseling kelompok menurut Prayitno, antara lain: a. Teknik pertanyaan dan jawaban Teknik pertanyaan dan jawaban merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan diri. Tata cara yang dilakukan adalah dengan memberikan kertas yang telah dilengkapi dengan pertanyaan dan kemudian dijawab oleh anggota kelompok. Jawaban-jawaban ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk mengukur keseluruhan suasana dan tanggapan kelompok atas sesuatu permasalahan yang dikemukakan. b. Teknik perasaan dan tanggapan Secara umum teknik ini sering digunakan di dalam Konseling kelompok. Pemimpin kelompok dalam hal ini dapat meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan perasaan ataupun tanggapan tentang masalah yang disajikan ataupun suasana yang tengah berlangsung. c. Teknik permainan kelompok Permainan kelompok dapat dipergunakan untuk menghangatkan suasana. Terkadang rasa jenuh, lelah dan malas dirasakan oleh anggota kelompok dan sikap-sikap seperti ini akan berdampak pada ketidakefektifan layanan konseling kelompok yang dilaksanakan. 4. Fungsi Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok memiliki beberapa fungsi. Menurut Gadza, fungsi layanan Konseling kelompok adalah pengembangan, pencegahan dan pengentasan. 19
Prayitno, Op.Cit, h. 24. Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit, h. 50. 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h.125. 20
17
a. Pengembangan Layanan konseling kelompok berfungsi untuk mengembangkan keseluruhan potensi siswa terutama keterampilan sosialisasi dan komunikasi.Anggota kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, pandangan ataupun pendapat terhadap permasalahan yang dibahas, dengan demikian anggota kelompok bisa belajar dan memperlancar komunikasi agar menjadi efektif. b. Pencegahan Melalui layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk mencegah timbulnya permasalahan pada anggota kelompok. Pembahasan mengenai permasalahan hingga didapati penyelesaian dari masalah akan memberikan pengalaman kepada anggota kelompok dalam bertindak khususnya berkaitan dengan bidang permasalahan yang dibahas. c. Pengentasan Sesuai dengan tujuan layanan konseling kelompok yakni untuk mengentaskan permasalahan. Semua bentuk tindakan dalam kelompok akan bermuara pada penyelesaian suatu permasalahan dengan memanfaatkan dinamika kelompok. 5. Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok memiliki beberapa tahapan. Empat tahap yang perlu dilalui dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok yaitu, tahap pembentukan peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Tahaptahap itu dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap pembentukan Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan dan tahap perlibatan awal dalam kelompok. Tahapan ini sangat perlu sebagai dasar pembentukan dinamika kelompok. Dalam tahapan ini pemimpin kelompok harus menjelaskan pengertian layanan konseling kelompok, tujuan, tata cara dan asas-asas konseling kelompok.
Selain itu
pengenalan antar sesama anggota kelompok maupun pengenalan anggota kelompok dengan pemimpin kelompok juga dilakukan pada tahapan ini.
18
Bagan 1 Tahap I: Pembentukan TAHAP 1 PEMBENTUKAN Tema: - Pengenalan - Pelibatan diri - Pemasukan diri
Tujuan: 1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling. 2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok. 4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota. 5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. 6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.
Kegiatan: 1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling. 2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok. 3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri. 4. Teknik khusus. 5. Permainan penghangatan/pengakraban.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan secara utuh dan terbuaka. 2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati. 3. Sebagai contoh. b. Tahap peralihan Pada tahapan ini pemimpin kelompok perlu kembali mengalihkan perhatian anggota kelompok tentang kegiatan apa yang akan dilakukan selanjutnya, menjelaskan jenis kelompok (kelompok tugas atau bebas),
19
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, membahas suasana yang terjadi, dan meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.22 Bagan 2 Tahap II: Peralihan TAHAP II PERALIHAN
Tema: pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga Tujuan: 1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya. 2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan. 3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan: 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. 5. Kalalu perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. 2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. 3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan. 4. Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.
c. Tahap kegiatan Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari layanan konseling kelompok. Dalam tahap ketiga ini hubungan antar anggota kelompok tumbuh 22
Prayitno, Op.Cit, h. 47.
20
dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Masing-masing anggota kelompok secara bebas mengemukakan masalah yang akan dibahas, menetapkan masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, kemudian anggota membahas masingmasing masalah secara mendalam dan tuntas, akhir tahapan ini adalah dihasilkan solusi atau penyelesaian masalah atas permasalahan yang telah dibahas. Bagan 3 Tahap III: Kegiatan TAHAP III KEGIATAN Kelompok Bebas Tema: kegiatan pencapaian tujuan. Tujuan: 1. Terungakapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. 2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. 3. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Kegiatan: 1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu. 3. Anggota membahas masing-masing topik seecara mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara. 3. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
21
Bagan 4 Tahap III: Kegiatan TAHAP III KEGIATAN Kelompok Tugas
Tema: Kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas)
Tujuan: 1. Terbahsnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas. 2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Kegiatan: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik. 2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok. 3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara. d. Tahap pengakhiran Pada tahapan ini pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, meminta kepada para anggota kelompok untuk mengemukakan perasaan tentang kegiatan yang telah dijalani, serta membahas kegiatan lanjutan. Dalam tahapan ini pemimpin kelompok tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka, memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota,
22
memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut dan penuh rasa persahabatan.23 Bagan 5 Tahap IV: Pengakhiran TAHAP IV PENGAKHIRAN Tema: Penilaian dan Tindak Lanjut Tujuan: 1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. 2. Terungkapnya hasil kegatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. 3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut. 4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.
1. 2. 3. 4.
Kegiatan: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK Tetap mengusahakan suasana, hangat, bebas dan terbuka. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. Penuh rasa persahabatan dan empati. 6. Peranan anggota kelompok dan pemimpin kelompok Dinamika kelompok yang benar-benar hidup mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi tiap-tiap anggota kelompok oleh karena itu, peranan anggota kelompok sangat menentukan. Peranan tersebut hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar sperti yang diharapkan, dintaranya:
23
Prayitno, Ibid, h. 60.
23
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok. b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama. d. Membantu tersusunnya aturan anggota kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik. e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok. f. Mampu berkomunikasi secara terbuka. g. Berusaha membantu anggota lain. h. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya. i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. Peranan pemimpin kelompok dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pemimpin kelompok memeberikan bantuan, pengarahan, ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan tersebut meliputi hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan dan proses kegiatan itu sendiri. b. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialaminya itu.
24
c. Jika kelompok tersebut nampaknya kurang menjurus ke arah yang diamaksudkan, pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan. d. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. e. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Di samping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok-kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok, sehingga ia/mereka itu menderita karenanya. f. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
B. Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Dalam kamus lengkap bahasa indonesia, aktivitas diartikan sebagai keaktifan,
kegiatan, kesibukan.24
Sedangkan
dalam
kamus besar
kontemporer, aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu
24
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2002, h. 23
25
berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Keaktifan yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan mengikuti layanan layanan konseling kelompok siswa akan lebih aktif dalam belajar dan akan tercipta perubahan belajar siswa kearah yang lebih baik. Dilihat dari pengertian diatas semakin siswa mengikuti layanan konseling kelompok maka keaktifan belajar siswa akan meningkat. 2. Macam-Macam Keaktifan Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono yang membedakan aktivitas menjadi 2 yaitu: 1. Aktivitas fisik yang ddapat diamati diantaranya yaitu, dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan dan mengukur. 2. Aktivitas psikis yaitu peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak bernafas dalam pengajaran. Misalnya, mengingat kembali isi pelajaran sebelumnya, menggunkaan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam pemecahan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain.25
25
114
Dimiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h.
26
Paul B. Diedrich menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut: 1. Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya. 3. Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, pidato dan sebagainya. 4. Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya. 5. Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya. 6. Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities (23) seperti menggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat
hubungan,
mengambil
keputusan
dan
sebagainya. 8. Emotional activities (25) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira berani, tenang, gugup dan sebagainya.26
26
Nasution, Dediksi Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 91
27
Dari macam-macam aktifitas diatas, siswa pada saat mengikuti layanan konseling kelompok melakukan berbagai aktifitas tersebut, oleh karena itu untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini penulis mengelompokkan kaektifan-keaktifan tersebut sesuai pada pelaksanaan layanan konseling kelompok yang meliputi aktifitas fisik dan psikis.
3. Pengertian Belajar Menurut Dove Mier, belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.27 Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Ini berarti sehabis belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya.28 4. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Belajar Harus memerhatikan faktor-faktor yang ada di dalam proses belajar tersebut. Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar, antara lain: a. Faktor anak/individu Faktor anak/individu merupakan faktor yang penting. Anak jadi belajar atau tidak sangat tergantung kepada anak itu sendiri. Walaupun mungkin faktor-faktor yang lain telah memenuhi persyaratan, tetapi jika individu tersebut tidak mempunyai kemauan untuk belajar maka proses
27
Ibid, h, 83-84 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004, h. 167
28
28
belajar itu tidak terjadi. Individu terbentuk dari fisik dan psikis yang masing-masing tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, satu dengan yang lainnya saling memengaruhi. Fisik memengaruhi psikis, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, baik faktor fisik maupun psikis harus diperhatikan. Dalam proses belajar, kedua faktor itu harus dijaga agar tetap dalam kondisi yang sebaik-baiknya. 1) Faktor fisik Ini berhubungan erat dengan soal kesehatan fisik. Fisik harus dalam kondisi yang baik (sehat). Bila badan sakit maka akan berpengaruh terhadap proses belajar anak. Untuk menjaga kesehatan badan, perlu ada aktivitas fisik (gerak badan) sebagai selingan belajar untuk menjaga agar badan selalau dalam kondisi yang baik. Sehubungan denga itu, apabila terasa ada gangguan fisik maka harus segera mendapatkan perhatian. 2) Faktor psikis Dalam hal ini, individu harus mempunyai kesiapan mental (mental set) untuk menghadapi tugas. b. Faktor Lingkungan Dalam proses belajar, faktor lingkungan juga turut memegang peran yang penting. Pengertian lingkungan disini adalah termasuk peralatan. Oleh karena itu, hal ini harus mendapatkan perhatian sebaikbaiknya. Faktor lingkungan ini berhubungan dengan: 1) Tempat
29
2) Alat-alat untuk belajar 3) Suasana 4) Waktu pergaulan c. Faktor bahan yang dipelajari Bahan yang dipelajari akan menentukan cara atau metode balajar apa yang akan ditempuh. Jadi, teknik atau metode belajar dipengaruhi atau ditentukan pula oleh materi yang dipelajari. Belajar mata pelajaran eksakta berbeda dengan cara belajar untuk mata pelajaran sosial.29 5. Ciri-ciri aktivitas belajar Nana Sudjana mengungkapkan ciri-ciri aktivitas belajar adalah: a. Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari dan memberi informasi. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa yang lainnya. b. Siswa lebih banyak mengajukan tanggapan, pendapat, terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau terhadap pendapat yang diajukan oleh siswa lain. c. Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru seperti membaca, mengerjakan tugas, mendiskusikan pemecahan masalahnya dengan teman sekelas, bertanya kepada siswa lain bila mendapat kesulitan, mencari informasi dari beberapa sumber belajar, dan kegiatan nyata lainnya d. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang dianggapnya masih belum sempurna. e. Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan bahasa dan cara masing-masing baik secara mandiri maupun secara berkelompok. f. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal dalam kegiatannya, merespon stimulus belajar yang diberikan oleh guru.30
29
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling (studi & karier), Yogyakarta: Andi Offset, 2010,
h. 142-147 30
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 1996, h. 110-111
30
Selain itu, Gagne dan Briggs dalam kiat membelajarkan siswa karangan Martinis Yamin berpendapat bahwa ada 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. Mengingatkan kompetensi masyarakat. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Memberikan umpan balik (feed back). Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran. 31 Dalam
konsep
belajar
aktif,
pengetahuan
merupakan
pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswanya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif kegiatan belajar. Dalam hal ini, pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Dengan kata lain, pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan
cara-cara
belajar
mandiri,
berperan
dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, proses pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih utama dalam memutuskan titik tolak kegiatan. 31
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007, h. 114
31
Jadi, dalam proses belajar mengajar siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan pengajar hanya berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran bermakna. Disamping itu, pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran.
C. Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Layanan konseling kelompok merupakan salah satu jenis dari layanan bimbingan dan konseling. Layanan konseling kelompok dilakukan dalam format kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan
yang
ditentukan.
Layanan
konseling
kelompok
memberikan
kesempatan siswa untuk aktif dalam menyampaikan pendapat, gagasan yang berkenaan dengan permasalahan yang disajikan. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Layanan konseling kelompok memiliki pengaruh terhadap keaktifan belajar. Setelah mengikuti layanan konseling kelompok, siswa akan lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat, bertanya maupun menanggapi, maka semakin aktif dalam belajar.
32
D. Penelitian yang Relevan Risa Septi Wahyuni, 2010, dengan judul Pengaruh Keaktifan Mengikuti Layanan Konseling Individual Terhadap Kenakalan Siswa di SMA 12 Pekenbaru. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa Pengaruh Keaktifan Mengikuti Layanan Konseling Individual Terhadap Kenakalan Siswa di SMA 12 Pekenbaru tergolong rendah 0.00%-0.49%. Berdasarkan dari penelitian yang penulis utarakan di atas, jelas bahwa penelitian tentang pengaruh diteliti orang, namun dengan objek kajian yang berbeda. Adapun penelitian yang penulis lakukan belum pernah diteliti orang yaitu Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok Terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
E. Konsep Operasional Konsep operasional ini merupakan suatu konsep yang digunakan unuk memberi batasan terhadap konsep teoritis. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran penulisan ini. Seperti yang telah dikemukakan di awal bahwa penelitian ini berkenaan dengan yaitu pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singing. Layanan konseling kelompok dapat dikatakan menimbulkan persepsi yang sangat baik (positif) bagi siswa apabila: 1. Layanan konseling kelompok Siswa yang mengikuti konseling kelompok dapat dikatakan baik berdasarkan indikator di bawah ini:
33
a. Anggota kelompok membina suasana keakraban dalam hubungan antar kelompok. b. Anggota kelompok menyusun aturan dan mematuhinya. c. Anggota kelompok aktif dalam kegiatan. d. Semua anggota kelompok berkomunikasi secara terbuka. e. Berusaha membantu anggota lain. f. Memberi kesempatan pada anggota lain untuk memainkan peranannya. g. Siswa sering mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok. 2. Keaktifan belajar Nana Sudjana mengungkapkan ciri-ciri aktivitas belajar adalah: a. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa yang lainnya. b. Siswa lebih banyak mengajukan tanggapan, pendapat, terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau terhadap pendapat yang diajukan oleh siswa lain. c. Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru. d. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya. e. Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajarannya. f. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal.
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari Bulan Mei tahun 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Teluk kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
B. Subyek dan Obyek Penelitian Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi dan obyeknya adalah pengaruh mengikuti layanankonseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 32 Adapun populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi yang mengikuti konseling kelompok (30 orang), populasi ini sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini, karena jumlahnya dibawah 100 32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2010, h. 80
34
35
orang, apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. 33cara pengambilan sampel ini digunakan sampel acak. Pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau random dari populasi, yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara rendominasi atau dengan cara melalui undian persampelan ini dilakukan karena populasi dianggap seragam.34untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III. 1 Sampel Penelitian Jumlah
Jumlah siswa yang mengikuti
siswa
layanankonseling kelompok
VIII A
30 siswa
10 siswa
2.
VIII B
30 siswa
10 siswa
3.
VIII C
28 siswa
10 siswa
Jumlah
88 siswa
30 siswa
No
Kelas
1.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kelas VIII A jumlah seluruhanya 30 siswa, yang mengikuti layanan konseling kelompok berjumlah 10 orang, kelas VIII B jumlah seluruhanya 30 siswa, yang mengikuti layanan konseling kelompok berjumlah 10 orang, kelas VIII C jumlah seluruhnya 28 siswa, yang mengikuti layanan konseling kelompok berjumlah 10 orang. Jumlah
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 1993. h. 134 34 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( kuantitatif dan kualitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 70
36
keseluruhan Kelas VIII sebanyak 88 siswa. Tetapi yang mengikuti layanan konseling kelompok hanya berjumlah 30 orang.
D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Angket Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan penggunaannya35. Angket ini di tujukan kepada siswa untuk mengetahui pangaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Dokumentasi Dokumentasi adalahPemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan.36
E. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan skala.Skala tersebut kemudian diberi skor berdasarkan model skala likert yang telah dimodifikasi.Adapun kategori jawaban untuk skala pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa sebagai berikut.
35
Ridwan, “Skala Pengukuran Variabe-variabel Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2002.
36
http://widodo.staff.uns.ac.id/2010/03/08/ringkasan-modul-1-konsep-dan-definisi-
h. 25 dokumentasi/
37
Tabel III. 2 Pemberian Skor Pada Pilihan Jawaban Mengikuti Layanan Konseling Kelompok dan Keaktifan Belajar Pernyataan No Jawaban
Nilai
1
SL
4
2
SR
3
3
JR
2
4
TP
1
Keterangan: SL = Selalu SR = Sering JR = Jarang TP = Tidak pernah 2. Uji Validitas Menurut Sugiono instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.37 Untuk mengukur validitas digunakan analisis faktor yakni mengkorelasikan skor item instrumen dan skor totalnya dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Adapun rumus yang digunakan adalah product moment dari pearson.
37
Sugiono, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung, Cv Alfabeta, 2007, h. 137
38
Keterangan:
=
[ ∑
∑
− (∑ )(∑ )
− (∑ ) ][ . ∑
− (∑ ) ]
Rxy
: Koefisien korelasi antara skor item dan skor total
∑X
: Jumlah skor butir
∑Y
: Jumlah skor total
∑x2
: Jumlah kuadrat butir
∑Y2
: Jumlah kuadrat total
∑XY : Jumlah perkalian skor item dan skor total N
: Jumlah responden Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada output SPSS,
yakni dengan membandingkan nilai hitung dengan nilai tabel. Apabila nilai hitung lebih besar dari nilai tabel maka dapat dikatakan item tersebut valid, sebaliknya apabila nilai hitung lebih rendah dari nilai tabel maka disimpulkan item tersebut tidak valid sehingga perlu diganti atau digugurkan. Pada uji validitas sampel yang digunakan sebanyak 35 orang responden. Untuk menentukan nilai “r” tabel digunakan df = N-nr yang berarti df = 35-2 = 33. Dikarenakan df = 28 tidak ada pada tabel maka digunakan df yang mendekati 33, yaitu 35. Dari tabel nilai koefisien korelasi signifikan 5% diketahui nilai “r” sebesar 0.325.
39
Tabel III. 3 Hasil Analisis Validitas Mengikuti Layanan Konseling Kelompok Butir Pertanyaan Nilai “r” hitung Butir 1 0.479 Butir 2 0.631 Butir 3 0.484 Butir 4 0.496 Butir 5 0.216 Butir 6 0.476 Butir 7 0.219 Butir 8 0.324 Butir 9 0.456 Butir 10 0.361 Butir 11 0.456 Butir 12 0.530 Butir 13 0.590 Sumber: Data olahan 2012
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tiga belas pertanyaan pada variabel mengikuti layanan konseling kelompok bahwa pertanyaan yang valid berjumlah 10 pertanyaan dan yang tidak valid berjumlah 3 pertanyaan.Pertanyaanpertanyaan yang tidak valid digugurkan mengingat masing-masing item yang valid sudah mewakili indikator. Untuk butir 1 hasilnya sebesar 0.479 > 0.325 r tabel, untuk butir 2 hasilnya sebesar 0.631 > 0.325 r tabel, untuk butir 3 hasilnya sebesar 0.484 > 0.325 r tabel, untuk butir 4 hasilnya sebesar 0.496 > 0.325 r tabel, untuk butir 5 hasilnya sebesar 0.216 < 0.325 r tabel, untuk butir 6 hasilnya sebesar 0.476 > 0.325 r tabel, untuk butir 7 hasilnya sebesar 0.219 <0.325 r tabel,
untuk butir 8 hasilnya
sebesar 0.324 < 0.325 r tabel, untuk butir 9 hasilnya sebesar 0.456 > 0.325 r tabel, untuk butir 10 hasilnya sebesar 0.361 > 0.325 r tabel, untuk butir 11 hasilnya sebesar 0.456 > 0.325 r tabel, untuk butir 12 hasilnya
40
sebesar 0.530 > 0.325 r tabel, untuk butir 13 hasilnya sebesar 0. 590 > 0.325 r tabel. Tabel III. 4 Hasil Analisis Validitas Keaktifan Belajar Butir Pertanyaan Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Butir 10 Butir 11 Butir 12 Butir 13 Sumber: Data Olahan 2012
Nilai r hasil 0.525 0.381 0.521 0.377 0.480 0.661 0.262 0.366 0.230 0.702 0.505 0.241 0.455
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid
Dari tiga belas pertanyaan dalam variabel keaktifan belajar siswa bahwa pertanyaan yang valid berjumlah 10 pertanyaan dan yang tidak valid berjumlah 3 pertanyaan.Pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid digugurkan mengingat masing-masing item yang valid sudah mewakili indikator. Untuk butir 21 hasilnya sebesar 0.525 > 0.325 r tabel, untuk butir 22 hasilnya sebesar 0.381 > 0.325 r tabel, untuk butir 23 hasilnya sebesar 0.521 > 0.325 r tabel, untuk butir 24 hasilnya sebesar 0.377 > 0.325 r tabel, untuk butir 25 hasilnya sebesar 0.480 > 0.325 r tabel, untuk butir 26 hasilnya sebesar 0.661 > 0.325 r tabel, untuk butir 27 hasilnya sebesar 0.262 < 0.325 r tabel, untuk butir 28 hasilnya sebesar 0.366 > 0.325 r tabel, untuk butir 29 hasilnya sebesar 0.230 < 0.325 r tabel, untuk butir 30 hasilnya sebesar 0.702 > 0.325 r tabel, untuk butir 31 hasilnya
41
sebesar 0.505 > 0.325 r tabel, untuk butir 32 hasilnya sebesar 0.241 < 0.325 r tabel, untuk butir 33 hasilnya sebesar 0.455 < 0.325 r tabel.
F. Teknik Analisis Data Sebelum mencari pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, penulis terlebih dahulu mencari persentase masing-masing variabel untuk mengetahui bagaimana gambaran mengikuti layanan konseling kelompok dan keaktifan belajar siswa, dengan rumus: P=
F x 100 N
Keterangan: P
: Persentase
F
: Frekuensi Jawaban Responden
N
: Number of Cases (Jumlah Responden)
100 : Bilangan Tetap Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi adalah dengan menggunakan teknik koefisin korelasi Product Moment dengan rumus: =
[ ∑
∑
− (∑ )(∑ )
− (∑ ) ][ . ∑
− (∑ ) ]
Untuk menganalisis data penulis menggunakan bantuan perangkat komputer melalui program SPSS (Statistical Program Society Science) versi 16.0 for windows.
42
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMPN 6 Teluk Kuantan Sekolah menengah pertama negeri 6 Teluk Kuantan ini di dirikan pada tahun 1982. Pada tahun 1984 SMP ini berubah satusnya dari swasta menjadi negeri dengan No statistik 201090405060 nama Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Teluk Kuantan, kode pos 29565 SK terakhir 052/0/11/1988 pada tahun 1996 Sekolah Menengah Pertama diubah namanya dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun 2006 diubah kembali namanya Sekolah Menengah Pertama, luas tanah 20.000 M jumlah ruangan sekarang 15 dengan jumlah seluruh pegawai 30 orang jumlah murid keseluruhan 288 orang dengan 10 ruangan belajar. Sejak mulai negeri, SMPN 6 Teluk Kuantan ini telah mengalami pergantian kepala sekolah yaitu sebagai berikut: a. Ahmad Bakri : Tahun 1982 – 1992 b. Ablin
: Tahun 1992 – 2000
c. Yurlis
: Tahun 2000 – 2003
d. Sudarmo
: Tahun 2003 – 2004 ( Pelaksana Tugas: PLT)
e. Khairani
: Tahun 2004 – 2006
f. Amrizal
: Tahun 2006 – sekarang
42
43
Adapun yang menjadi visi dan misi SMPN 6 Teluk Kuantan adalah: 1. Visi Cerdas, Terampil, Iman, Taqwa dan Unggul 2. Misi a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa b. Berekembang secara optimal sesuai kompetensi yang dimiliki c. Meningkatkan Mutu Pendidikan d. Membangun citra sekolah sebagai citra terpercara di masyarakat e. Meningkatkan kemampuan akademik siswa f. Memacu semangat berprestasi bidang IPTEK g. Memacu prestasi bidang Olahraga, seni dan budaya h. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif dan produktif i. Menghapus buta aksara baca Al-Qur’an j. Meningkatkan etika dan perilaku yang agamis dalam kehidupan sehari-hari k. Mewujudkan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala 3. Tujuan a. Barhasil dalam kegiatan keagamaan b. Berhasil dalam perolehan nilai UN c. Berhasil meningkatkan kemampuan bidang IPTEK d. Berhasil dalam pengembangan diri
44
e. Mampu mewujudkan budi pekerti yang luhur f. Memiliki keterampilan untuk bekal di dalam masyarakat g. Memilki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 4. 10 budaya malu yang yang diterapkan di SMPN 6 Teluk Kuantan a. Malu tidak melaksanakan tugas b. Malu terlambat atau tidak tepat waktu c. Malu tidak berprestasi d. Malu tidak menepati janji e. Malu tidak bersih f. Malu tidak rapi g. Malu berkata-kata tidak sopan h. Malu tidak ikut kegiatan sekolah i. Malu tidak naik kelas j. Malu kepada Allah 2. Struktur Organisasi SMPN 6 Teluk Kuantan Sekolah merupakan organisasi formal yang bergerak dalam bidang pendidikan, pengelolaannya dipimpin oleh kepala sekolah, untuk tidak menyimpang dari ketentuan peranan kepala sekolah yang ditetapkan oleh Dpdikbud, maka SMPN 6 Teluk Kuantan juga mempunyai struktur organisasi yang dipimpin oleh kepala sekolah yaitu Bapak Amrizal sebagai berikut:
45
BAGAN VI. 1 STRUKTUR ORGANISASI SMPN 6 TELUK KUANTAN TAHUN AJARAN 2011/2012 Kepala Sekolah Amrizal
Ketua Komite
Wak. Kepsek
Ka. Tata Usaha
Kasheri
Yunizarnas
Roslaili
Seksi-Seksi
Seksi Kurikulum
Seksi admistrasi
Seksi Kesiswaan
Seksi humas
Seksi BP/BK
Yusparman
Yunizarnas
Abdul Karim
Agus Usman
Drs. Yusparman
Peng. UKS
Peng. IMATQ
Peng. Pramuka
Peng. Kepustakaan
Peng. laboratorium
Peng. Sanggar
Ratna Sari, S.Pdi
Gusti Prawira, SE
Efrizon Yusuf,S.Pd
Hidayati
Sudarmo
Hidayati
Wali kelas
Kelas VII VII. A. Endrawati VII. B. Ratna sari, S.Pd.I VII. C. Desi Eprita
Kelas VIII VIII. A. Yusmanidar VIII. B. Artini VIII. C. Gusti Prawira VIII. D. Reflin
Kelas IX IX. A. Syafrida Heryati IX. B. Hidayati IX. C. Sil Hadi, S.Pd
Guru Bidang Studi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Yunizarnas Maswadi Khairani Artini Reflin Isnaini Agus usman
8. Jasmiana 9. Sil ahdi 10. Efryon yusuf 11. Efrion 12. Sudarmo 13. Khairunnas 14. Syafrida haryati
15. Desi efrita 16. Halwati yulia 17. Abdul karim 18. Muhartini 19. Yusmanidar 20. Erdawati 21. Gusti prawira
PESERTA DIDIK
22. Endang Rahayu 23. Ratna sari 24. Abu Halil Mashuri 25. Tri Gusmawait 26. Desriadi
46
3. Guru, Karyawan, dan Siswa SMPN 6 Teluk Kuantan Sehubungan dengan upaya mewujudkan proses belajar mengajar yang baik dan lancar di sebuah lembaga pendidikan formal pada umumnya dan SMPN 6 Teluk Kuantan pada khususnya, maka keterkaitan berbagai pihak menjadi sesuatu yang harus terealisasi dengan baik, dalam artian keberhasilan pelaksanaan pencapaian tujuan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah saja melainkan juga melibatkan peran guru, tata usaha, siswa dan pihak lainnya. Adapun keadaan guru dan karyawan di SMPN 6 Teluk Kuantan sebagai berikut: TABEL IV. 1 DATA GURU DAN KARYAWAN SMPN 6 TELUK KUANTAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
NO
Nama
L/P
Mata pelajaran
Jabatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
L L L P P L P L P L L L P L L L P P
Kepala Sekolah IPS Matematika B. Inggris IPS IPS B. Indonesia BP/BK B. Inggris BP/BK IPS/PKN B. Indonesia B. Indonesia IPA (Fis) B. Inggris IPA (Bio) Matematika Pkn
Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Tk. I Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Tk. I Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Tk. I Guru Pembina Tk. I Guru Dewasa Guru Muda
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Amrizal Yunizarnas Maswadi Khairani Artini Reflin Isnaini Agus Usman Jasmiana Yusparman Sil’Ahdi Evryon Yusuf Hidayati Efrion Sudarmo Hairunnas Syafrida H. Desi Efrita
47
19 Halwati Yulia P Pkn Guru Muda 20 Abdul Karim L PENJAS Guru Muda 21 Yusmanidar P Matematika Guru Muda 22 Erdawati P Kesenian Guru Muda 23 Endang R. P PAI 24 Ratna Sari P PAI 25 Abu Halil M. L PAI 26 Ardeny Elva P Matematika 27 Roslaili P Ka. Tata Usaha 28 Indrawati P Tata Usaha Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMPN 6 Teluk Kuantan Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran di SMPN 6 Teluk Kuantan berjumlah 26 orang, guru pembimbinga 2 orang dan karyawan TU 2 orang. Adapun jumlah siswa SMPN 6 Teluk Kuantan sebagai berikut: TABEL IV.2 JUMLAH SISWA SMPN 6 TELUK KUANTAN 2011/2012 NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 VII 50 68 118 2 VIII 40 48 88 3 IX 38 44 82 4 JUMLAH 128 160 288 Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMPN 6 Teluk Kuantan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas VII jumlah siswa laki-laki 50 orang perempuan 68 orang jadi jumlah siswa kelas VII 118 orang, kelas VIII jumlah siswa laki-laki 40 orang dan perempuan 48 orang jadi jumlah siswa kelas VIII ada 88 orang dan kelas IX jumlah siswa lakilaki 38 orang dan perempuan 44 orang jadi jumlah siswa kelas IX ada 82 orang. Jadi jumlah keseluruhannya adalah 288 orang siswa.
48
4. Sarana dan Prasarana SMPN 6 Teluk Kuantan Sarana dan prasarana sangat menentukan keberhasilan sautu lembaga pendidikan, begitu juga hal nya dengan SMPN 6 Teluk Kuantan. TABEL IV.3 SARANA DAN PRASARANA SMPN 6 TELUK KUANTAN SARANA DAN JUMLAH NO KETERANGAN PRASARANA UNIT 1 Ruang Belajar 10 3 Rusak 2 Ruang Kepala Sekolah 1 Kondisi Baik 3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Kondisi Baik 4 Ruang Tamu 1 Kondisi Baik 5 Ruang Tata Usaha 1 Kondisi Baik 6 Ruang Majelis Guru 1 Kondisi Baik 7 Ruangan BK 1 Kondisi Baik 8 Ruang Perpustakaan 1 Kondisi Baik 9 Ruang Komputer 1 Kondisi Baik 10 Ruang Kesenian 1 Kondisi Baik 11 Ruang Laboratorium 1 Kondisi Baik 12 Ruang UKS 1 Kondisi Baik 13 Mushalla 1 Kondisi Baik 14 Gudang 1 Kondisi Baik 15 Kantin 2 Kondisi Baik 16 WC Guru 2 Kondisi Baik 17 WC Siswa 3 Kurang Baik 18 Lapangan Volley Ball 1 Kondisi Baik 19 Lapangan Upacara Bendera 1 Kondisi Baik 20 Lapangan Takraw 1 Kondisi Baik 21 Tenis Meja 1 Kondisi Baik Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMPN 6 Teluk Kuantan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 10 ruang belajar yang ada di SMPN 6 Teluk Kuantan ada 3 unit yang kondisinya rusak atau kurang baik, kemudian 3 WC siswa yang kondisinya juga kurang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di SMPN 6 Teluk Kuantan belum sepenuhnya ideal sesuai dengan kebutuhan.
49
B. Penyajian Data Data yang akan disajikan terdiri dari dua macam data, yaitu data mengenai siswa dalam mengikuti layanan konseling kelompok dan data keaktifan belajar siswa. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dalam rangka mengumpulkan data, penulis menggunakan instrumen berupa angket yang disebarkan kepada 30 orang responden. Baik angket keaktifan siswa mengikuti layanan konseling kelompok maupun angket tentang keaktifan belajar siswa masing-masing terdiri dari 10 item pernyataan. Pernyataan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban yaitu SL (Selalu) dengan bobot 4, SR (Sering) dengan bobot 3, JR (Jarang) dengan bobot 2, TP (Tidak pernah) dengan bobot 1. Angket disebarkan kepada 30 orang responden. 30 responden mengembalikan angket dalam keadaan terisi. Selanjutnya jawaban responden penulis rekap menurut bobotnya dalam sebuah tabel rekapitulasi sebagai berikut. 1. Data Mengikuti Layanan Konseling Kelompok Data mengikuti layanan konseling kelompok dikumpulkan melalui angket. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden yang telah diberi bobot sebagai berikut:
50
Tabel IV. 4 Data Siswa Mengikuti Layanan KonselingKelompok ITEM RES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 4 3 4 4 3 4 4 1 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 6 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 7 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 8 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 9 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 10 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 11 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 12 4 3 4 3 4 4 4 3 2 1 13 3 4 4 3 4 2 3 4 4 2 14 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 15 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 16 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 17 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 18 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 19 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 20 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 21 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 22 4 2 4 3 4 4 2 4 3 3 23 3 4 4 4 4 2 4 3 2 4 24 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 25 3 4 3 4 3 4 4 4 2 4 26 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 27 4 2 3 3 4 4 4 2 4 4 28 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 29 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 30 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 Sumber: Data Olahan 2012
Jumlah 34 35 38 37 36 36 38 33 35 37 38 32 33 34 35 34 37 35 36 37 35 33 34 37 35 37 34 34 33 36
51
2. Data Keaktifan Belajar Siswa Data tentang keaktifan belajar siswa juga dikumpulkan melalui angket. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden yang telah diberi bobot sebagai berikut:
RES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3
Tabel IV. 5 Data Tentang Keaktifan Belajar Siswa ITEM 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1 4 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4 2 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4
Jumlah 35 37 34 38 38 37 35 35 37 38 38 34 34 34 38 36 38 37 38 37 35 34 35 35 34 37 35 33 35 36
52
C. Analisa Data 1. Persentase Penulis menggunanakan standar deviasi untuk menentukan interval klasifikasi/kategorisasi masing-masing variabel.Hal ini sesuai dengan pendapat Anas Sudijono bahwa standar deviasi dapat digunakan untuk mengelompokan anak didik ke dalam tiga rangking.1 Adapun patokannya sebagai berikut: Rangking Atas M + 1 SD Rangking Tengah M – 1 SD Rangking Bawah a. Mengikuti Layanan Konseling Kelompok Siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Teluk Kuantan Langkah
awal
klasifikasi/kategorisasi
untuk
variabel
menentukan
mengikuti
layanan
interval konseling
kelompok yakni dengan menghitung mean dan standar deviasi. MX =
∑
= MX = 35 SDx =
∑
= 1
Anas Sudijono, PengantarStatistik Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009,
hlm. 176.
53
= √3.266
SDx = 1.807
Kategori sedang: = M - 1 SD = 35 – 1(1.807) = 33
M + 1 SD 35 + 1(1.807)
36
Sehingga interval kategorisasi variabel mengikuti layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut: Tinggi
= 37 - 40
Sedang
= 33 - 36
Rendah
= 1- 32
Gambaran hasil perhitungan angket mengikuti layanan konseling kelompok akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel IV. 6 Persentase Mengikuti Layanan Konseling Kelompok No
Kategori
Interval
1 Tinggi 37 – 40 2 Sedang 33 – 36 3 Rendah 1-32 Sumber: Data Olahan 2012
F 2 25 3
Jumlah P 6.66% 83.33% 10%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 30 orang responden terdapat 2 orang (6.66%) yang dapat dikatakan mengikuti layanan konseling kelompok, 25 responden (83.33%) dalam kategori sedang, dan 3 responden (10%) dapat dikatakan tidak mengikuti layanan konseling kelompok.
54
b. Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Teluk Kuantan Langkah
awal
untuk
menentukan
interval
klasifikasi/
kategorisasi Keaktifan Belajar Siswayakni dengan menghitung mean dan standar deviasi. My =
∑
= My = 35.9 ∑
SDy=
= = √2.533
SD = 1.591
Kategori sedang = M – 1 SD M + 1 SD = 36 – 1(1.591) = 34
36 + 1(1.591)
37
Sehingga interval kategorisasi variabel keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut: Tinggi
= 38 - 40
Sedang
= 34 - 37
Rendah
= 1- 33
55
Gambaran hasil perhitungan keaktifan belajar siswa kelas VIII SMPN 6 Teluk Kuantan akan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel IV. 7 Persentase Kaktifan Belajar Siswa Jumlah No Kategori Interval F P 1 Tinggi 32 – 40 2 6.66% 2 Sedang 26 – 31 27 90% 3 Rendah 1 – 25 1 3.33% Sumber: Data Olahan 2012 Dari tabel di atas menunjukan terdapat 2 responden (6.66%) yang dikatakan keaktifan belajar, 27 responden (90%) dalam kategori sedang, dan 1 responden (3.33%) yang tidak aktif dalam belajar. c. Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Untuk menganalisis pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Teluk Kuantan, maka sebagai langkah awal akan ditampilkan pasangan data variabel X dan Y kemudian menganalisisnya dengan korelasi product moment. Tabel IV. 8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Siswa N
∑X
∑Y
∑X
∑y
∑xy
∑x2
∑y2
30
1050
1078
0
0
76
98
76
56
Dari tabel kerja tersebut telah dapat diketahui: N
= 30
xy
= 76
x2
= 98
y2
= 76
Selanjutnya angka-angka tersebut disubstitusikan ke dalam rumus r Product Moment, yaitu:
rxy
=
(∑
= = = rxy
∑
(
)(∑
) (
) )
√ .
= 0.881
Berkonsultasi pada table nilai r product moment Df = 30 – nr = 30 – 2 = 28
Dengan df 28, pada table nilai “r” diperoleh r table sebagai berikut: Pada taraf signifikan 5% = 0,361 Pada taraf signifikan 1% = 0,463 Sedangkan rxy = 0,881 (hasil perhitungan) lebih besar dari r table baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf 1%. Oleh
57
karena nilai “r” hitung lebih besar dari nilai tabel “r”product moment, maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara Pengaruh
Mengikuti
Layanan
Konseling
Kelompok
terhadap
Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable X (keaktifan mengikuti layanan konseling perorangan) terhadap variable Y (kedisiplinan siswa) dapat digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus: KD = r2 x 100% = 0,8812 x 100% = 0,776161 x 100% = 77,6161% dibulatkan menjadi 78%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Mengikuti Layanan Konseling Kelompok terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi adalah sebesar 78%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
58
Tabel IV. 9 Pasangan Data Variabel X dan Y No Urut Siswa Variabel x Variabel y 1
34
35
2
35
37
3
32
34
4
37
38
5
35
36
6
36
37
7
32
35
8
33
35
9
35
37
10
35
36
11
38
38
12
32
34
13
33
34
14
34
34
15
35
36
16
34
36
17
35
36
18
35
37
19
36
36
20
35
36
21
35
35
22
33
34
23
34
35
24
35
35
25
35
34
26
35
36
27
34
35
28
34
33
29
33
35
30
36
36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada halaman-halaman sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari
hasil
persentase
dapat
diketahui
bahwa
mayoritas
tingkat
keikutsertaan siswa mengikuti layanan konseling kelompok berada dalam kategori sedang yakni sebesar 83.33%. 2. Dari hasil persentase dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat keaktifan belajar siswa berada dalam kategori sedang yakni sebesar 90%. 3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengaruh mengikuti layanan konseling kelompok terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Semakin siswa mengikuti layanan konseling kelompok maka semakin meningkat keaktifan belajar siswa SMPN 6 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Dan besar pengaruh variable X terhadap Variabel Y adalah sebesar 68%
B. Saran 1. Kepada guru pembimbing diharapkan kiranya terus meningkatkan intensitas pelaksanaan layanan konseling kelompok.
59
60
2. Kegiatan layanan konseling kelompok sangat besar manfaatnya bagi siswa sehingga untuk meningkatkan keaktifan belajar siswadiharapkan kepada siswa agar dapat mengikuti layanan konseling kelompok dengan serius dan rutin. 3. Kepada pihak sekolah diharapkan kiranya tetap dapat mendukung setiap pelaksanaan layanan konseling kelompok yang dilaksanakan oleh guru pembimbing baik dari segi sarana, prasarana dan penyediaan waktu yang cukup agar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat terlaksana secara efektif.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004. , Bimbingan Konseling (studi & karier), Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Dimiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2002. Hartono, dkk, PAIKEM Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011. , Statistik untuk Penelitian, Pekanbaru: Pustaka Belajar, 2006. Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2010. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007. Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 1996. Nasution, Dediksi Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Prayitno, Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok, Padang :_____, 2004. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Ridwan, “Skala Pengukuran Variabe-variabel Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2002. Riswani dan Amirah Diniaty, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, Pekanbaru: Suska Press, 2008. SISDIKNAS 2003, “(UU RI No. 20 Tahun 2003)”, Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Pekanbaru: Suska Press, 2008. Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, Jakarta, Bumi Aksara, 1992. Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. http://widodo.staff.uns.ac.id/2010/03/08/ringkasan-modul-1-konsep-dan-definisidokumentasi/