e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MAKE A MATCH BERBANTUAN KARTU TEKA TEKI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV Kadek Yuliantini1, A. A. Gede Agung2., I Made Citra Wibawa3., 1Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang ditemukan di sekolah diantaranya 1) Hasil belajar IPS siswa masih di bawah KKM, 2) Guru hanya menggunakan metode ceramah di dalam pembelajaran dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi sendiri, 3) Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat dan kurang bervariasi, 4) Guru jarang menggunakan media untuk menunjang pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas IV yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe make a match dan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di SD Gugus IV tahun ajaran 2016/2017 . Penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan desain post test only control group desain. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng. Sampel penelitian ini adalah kelas IV SDN 1 Alasangker dan kelas IV SDN 2 Alasangker. Sampel ditentukan menggunakan teknik simple random sampling. Data hasil belajar dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t dengan rumus polled varians. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS antara kelompok siswa rata-rata kelompok eksperimen (24,60) lebih besar daripada rata-rata kelompok kontrol (19,16). Selanjutnya, t hitung (16,03) > t tabel (2,000). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Bueleleng, Kabupaten Buleleng, tahun ajaran 2016/2017. Kata kunci: Make a Match, Hasil Belajar. Abstract This research is based on the problems found in the school such as 1) The student's learning outcomes are still under KKM, 2) The teacher only uses lecture method in the lesson and rarely gives opportunity to the students to dig their own information, 3) Appropriate and less varied, 4) Teachers rarely use media to support learning. The purpose of this study is to know there is a significant effect on the learning outcomes of fourth grade students who are taught by cooperative model type make a match and students who are not dibelajarkan with cooperative learning model type make a match in SD Gugus IV academic year 2016/2017. This research is a pseudo experiment, with post test design only control group design. The population of this research is the entire class IV elementary school in Gugus IV Buleleng District. The sample of this research is class IV SDN 1 Alasangker and class IV SDN 2 Alasangker. The sample is determined using simple random sampling technique. Learning result data is collected using multiple choice test. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis technique and inferential statistic t-test with the formula of polled variance. The results showed that there was a significant difference in the IPS learning outcomes between the average student group of the experimental group (24,60) greater than the control group average (19,16). Furthermore, t (16.03)> t (2,000).
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 Thus, it can be concluded that the model of cooperative learning type make a match have a significant effect on the results of IPS study of fourth graders of elementary school in Gugus IV Bueleleng District, Buleleng Regency, academic year 2016/2017. Keywords: Make a Match, Learning Results.
PENDAHULUAN
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Terhadap tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Untuk menanamkan rasa sebagai makhluk sosial pada diri siswa terhadap lingkungan disekitarnya lingkungan luar, dan mengenal berbagai macam budaya yang ada di Indonesia tidaklah mudah seperti dibayangkan. Penerapan nila-nilai tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan, kebudayaaan, geografi, sejarah di sekitar manusia dalam bentuk mata pelajaran IPS( Ilmu Pengetahuan Sosial). Yang mana mata pelajaran IPS ini merupakan bekal kecakapan hidup siswa tersebut. Untuk itu, mata pelajaran IPS harus dilandasi nilai, dan mata pelajaran yang secara keseluruhan terpadu dan nyata seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari hari masyarakat di sekitar yang melibatkan potensi aktif siswa IPS merupakan perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner pelajaran ilmuilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, antara lain: Sosiologi, Antropologi, Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi. (Taneo,2010:5). Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar benar dapat mengembangkan pemahaman kosep berpikir kritis. Pembelajaran IPS diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan datang, mampu bertindak secara efektif. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pendidikan IPS yaitu: nilai nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat dan kebutuhan.
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap orang mengerti arti makna pendidikan. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup, Abdul Kadir (dalam Mudyahardjo, 2006: 3). Pendidikan adalah upaya yang terorganisai, berencana, dan berlangsung secra terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik diantaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi pada aspek psikomotorik Susanto (2013 :85). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 , tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirtual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan merupakan komponen penting dan sangat menentukan bahkan merupakan esensi dari pendidikan. Tujuan pendidikan nasional yang berasal dari akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam UUD sistem pendidikan nasional, yaitu UUD Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Sayannya kenyataan dilapangan bawa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa dibandingkan dengan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan sains dan teknologi. Tentu anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang nilai dan sikap, pengetahuan serta kehidupan nyata, khususnya kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Mewujudkan pembelajaran IPS yang diharapan tidaklah mudah. Terbukti masih kerap ditemui hasil belajar IPS siswa yang cenderung rendah di lapangan. Hal tersebut menandakan bahwa di beberapa tempat, pembelajaran IPS yang diharapkan belum dapat terwujud dengan maksimal. Berdasarkan hasil observasi yang dapatkan di gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, hasil belajar siswa kelas IV masih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. . Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri, contohnya ketika siswa sakit. Siswa tidak akan dapat menyerap atau menerima pelajaran dengan baik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa, seperti contohnya lingkungan di kelas, cara guru mengajar yang monoton sehingga siswa merasa malas untuk mendengarkan penjelasan dari guru. Berdasarkan hasil observasi awal yang saya dapatkan di SD gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV di gugus IV kecamatan Buleleng. Guru yang cenderung hanya menggunakan metode ceramah dan jarang memberikan kesempatan untuk siswa menggali informasi sendiri, serta guru hanya memberikan tugas. Model/metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat dan kurang bervariasi. Guru
juga jarang menggunakan media pembelajaranyang ada di lingkungan kelasnya. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa.Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPS diatas upaya yang dapat segera dilakuakan adalah merancang strategi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Penentuan model pembelajaran dirasa menjadi solusi utama untuk menjawab permasalahan tersebut. Mills (dalam Agus Suprijono, 2009:45) “Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasionalnya di kelas”. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. . Menurut Arends, (dalam Agus Suprijono, 2009:46) “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan kelas”. Model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran yang bagus digunakan yaitu salah satunya adalah model cooperative learning tipe make a match Model pembelajaran make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.(Rusman, 2010:239). Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masingmasing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak udian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban. “Peserta didik yang mendapat soal mencari pesert didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Model ini dapat digunakan dalam bentuk permainan” Mulyatiningsih(2012:248). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Isjoni(dalam Shoimin, 2014 :98). Karakteristik model pembelajaran make a match adalah memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Pelaksanaan model make a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaba atau pertanyaan dalam kartu tersebut. Siswa yang pembelajarannya dengan model make a match aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna (Shoimin, 2014:98). Di tempat lain Penelitian yang dilakukan oleh I Made Saptria Parwata yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang didapatkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V, mendapatkan hasil yang baik dengan 50% atau 20 siswa mencapai skor sangat baik dan 50% atau 20 siswa berkatagori baik. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata pada data post test diperoleh thitung = 3,365> ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 0,05
berarti uji t yang dilakukan menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa pada ranah kognitif yang mengikuti pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Konvensional. Ini berarti bahwa Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret berpengaruh secara signifikan pada hasil belajar PKn siswa. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk mengukur Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Kartu Teka Teki Berpasangan dengan Jawaban Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Di SD Gugus IV, Tahun Ajaran 2016/2017 Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. METODE Jenis penelitian ini penelitian eksperimen semu (quasi experimental. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan pada rentangan waktu semester II (genap) pada tahun ajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus IV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumblah keseluruhan 130 siswa. Pada penelitian ini, teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas control adalah dengan cara Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana yaitu suatu skema penarikan sampel dengan sifatsifatnya bahwa untuk setiap kemungkinan subset dari sejumblah elemen-elemen yang berbeda dari elemen-elemen dari populasi N mempunyai kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Teknik ini dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Teknik random sampling dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu undian, ordinal, dan bilangan random. Prosedur pengambilan sampelnya sebagai berikut, menyusun 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kerangka sampling, menetapkan jumblah sampel yang akan diambil, menentukan alat pemilihan sampel, dan memilih sampel sampai dengan jumblah terpenuhi. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan cara undian. Berdasarkan sistem undian yang telah dilakukan, diperoleh hasil kelas IV di SDN 2 Alasangker sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV di SDN 1 Alasangker sebagai kelompok kontrol. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Data hasil belajar IPS diperoleh melalui tes hasil belajar yaitu tes Objektif yang dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dimana data dianalisis dengan
menghitung nilai rata-rata, modus, maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen. Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol disajikan pada tabel 1
Tabel 1. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Modus Median Mean Varians Standar Deviasi
Kelompok Eksperimen 27,4 25,6 24,60 3,667 13,446
Kelompok Kontrol 19 19,3 19,16 4,28 18,3
Selanjutnya data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan ke dalam polygon seperti pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurva polygon data hasil belajar siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
A Match, menunjukkan juling negatif karena Mo > Md > M (27,4> 25,6> 24,60). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match cenderung tinggi.
prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji F, varians data hasil hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Setelah diketahui data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran discovery learning berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV semester genap di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun 2016/2017. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng.
Gambar 2 Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Gambar 2. Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol
PEMBAHASAN Perbedaan yang signifikan antar kedua kelompok dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam hal merumuskan masalah, merancang eksperimen atau percobaan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan dalam hal merumuskan problem. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match menekankan kepada siswa dan guru melalui langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make match merupakan model pembelajaran berkelompok yang beranggotakan dua orang, namun masingmasing anggota tidak diketahui sebelumnya, setiap siswa mendapatkan satu buah kartu, kartu soal atau kartu
Berdasarkan kurva polygon data hasil pengetahuan konseptual kelompok siswa yang melakukan pembelajaran dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukkan juling positif karena Mo < Md < M (19<19,3<19,16). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match cenderung rendah. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus kolmogorov-Smirnov berbantuan SPSS v.23 diperoleh hasil belajar IPS data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
jawaban, kemudian siswa mencari anggota kelompoknya masing-masing berdasarkan kartu yang didapatkan tadi. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t diketahui thitung = 16,03 dan ttabel 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng Perbedaan cara pembelajaran antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan kelompok yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna, aktif dalam pembelajaran serta memberikan siswa untuk menemukan dan memahami sendiri pengetahuan yang dimilikinya, serta peran guru di dalam kelas juga sangat membantu dalam meluruskan pengetahuan siswa yang masih keliru. Sehingga mendorong siswa untuk mampu mengkorelasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model ini dapat digunakan dalam bentuk permainan” Mulyatiningsih (2012:248). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia Isjoni (dalam Shoimin,2014:98). Berbeda dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran make a match selama proses pembelajaran, guru bertindak selaku pelaksana proses pembelajaran. Umumnya yang dilakukan guru yaitu ceramah, mendemonstrasikan
sesuatu, dan mendiskusikan apa yang telah dilihat atau didengar, sehingga guru lebih aktif daripada siswa karena aktivitas siswa hanya duduk, dengar, catat, dan hafal. Hal ini menyebabkan aktivas siswa dalam proses pembelajaran cenderung bermain dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh I Made Saptria Parwata yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang didapatkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V, mendapatkan hasil yang baik dengan 50% atau 20 siswa mencapai skor sangat baik dan 50% atau 20 siswa berkatagori baik. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata pada data post test diperoleh thitung = 3,365> ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 0,05 berarti uji t yang dilakukan menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa pada ranah kognitif yang mengikuti pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Konvensional. Ini berarti bahwa Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Semi Kongkret berpengaruh secara signifikan pada hasil belajar PKn siswa. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Lalu Saparwadi yang berjudul Pengaruh Cooperative Learningtipe Make A Match Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Matchterhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII MTsN Model Selongtahun Pelajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah dipilih dua kelas, masing-masing satu kelas menjadi kelas kontrol sebanyak 30 siswa dan satu kelas 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
menjadi kelas eksperimen sebanyak 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dan nontes untuk mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa. Data hasil penelitian dianalisis melalui statistik nonparametrik yaitu statistik two-group Manova dengan bantuan program SPSS16.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan twogroup Manova, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara cooperative learning tipe Make A Match jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa terhadap matematika. Artinya terdapat pengaruh CooperativeLearning tipe Make A Match terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian empat dilakukan oleh Ratna Zawil yang berjudul ”Using Make A Match Technique To Teach Vocabulary”. Tujuan utama adalah untuk mengetahui apakah siswa diajarkan menggunakan teknik Pertandingan akan mendapatkan skor yang lebih baik untuk kosa kata dibandingkan dengan mereka yang diajarkan dengan cara yang biasa. Materi yang diberikan kepada siswa adalah kosakata dalam konteks teks naratif. Populasi dan sampel untuk penelitian ini adalah dua kelas tahun delapan siswa di SMP Nomor 18 (SMP Negeri 18), Banda Aceh yang memiliki 58 siswa, 29 di masing-masing kelas. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari pra-tes dan pasca-tes yang dianalisis dengan menggunakan SPSS 15.0. Mean dari post-test dari kelompok eksperimen (EG) adalah 49 yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (CG) di 42. mean dari pre-test dari EG adalah 39 sama dengan yang dari CG yang juga 39. hasil dari uji t disimpulkan bahwa siswa diajarkan menggunakan Make teknik Pertandingan mendapat skor lebih baik dalam kosakata daripada di CG. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan kartu teka-teki berpasangan berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS. Nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Oleh karena itu, kepada kepala sekolah dan seluruh guru SD di Gugus IV kecamatan buleleng dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpasangan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menyesuaikan pembelajaran yang diajarkan. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpasangan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan penguasaan materi siswa akan menjadi lebih baik, sehingg mampu meningkatkan hasil belajar IPS. Dibelajarkannya model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpasangan mendapat tanggapan yang positif baik dari guru maupun siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpasangan mempunyai potensi untuk dikembangkan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan dan kerja sama, aktivitas, dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga lebih mudah dalam memahami materi IPS, siswa menjadi lebih antusias dalam belajar dan berani mengemukakan pendapat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpasangan Penelitian lima dilakukan oleh Fakhrudin yang berjudul “Problem Based Learning Approach Through Cooperative Learning Strategy Type Make A Match Againts Mathematical Reasoning Ability And Soft Skill Students”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian akhir dari kemampuan penalaran matematika siswa dan soft skill setelah memperoleh Make-a-Match jenis Cooperative Learning dengan masalahBased Approach Learning adalah lebih baik daripada siswa yang menerima 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
pembelajaran kooperatif umum. Penelitian ini dilakukan pada satu siswa kelas 8 negara SMP di Cilegon pada semester I tahun akademik 2013/2014. Sampel diambil dari dua kelas dari delapan kelas yang menjabat sebagai kelas eksperimen yang menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Make-a-Match jenis pembelajaran dan kontrol kooperatif kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif umum. Data diperoleh dengan menggunakan matematika kemampuan penalaran instrumen tes aljabar dalam bentuk pertanyaan esai yang diberikan dalam pretest dan posttest dan soft skill mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi akhir siswa dan kemampuan penalaran matematika peningkatan kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Selain itu, prestasi akhir siswa dari soft skill terhadap pendekatan pembelajaran berbasis masalah itu baik. Namun, peningkatan kemampuan soft skill siswa tidak secara signifikan lebih baik.
Kepada siswa SD di gugus IV Kecamatan Buleleng disarankan agar pengalaman belajar dapat diteruskan mengikuti pembelajaran dengan fokus serta aktif. Siswa yang aktif akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2) Kepada Guru di SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng disarankan agar meneruskan menciptakan pembelajaran yang inovatif dalam aktivitas pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas. Guru juga disarankan agar tidak menciptakan suasana pembelajaran yang menegangkan sehingga membuat siswa cenderung pasif. 3) Kepada Kepala SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng disarankan agar melakukan pembinaan terhadap guru-guru untuk meningkatkan kualitas pebelajaran, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guruguru dalam mengikuti seminar maupun pelatihan agar para guru mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif. 4) Kepada peneliti lain agar dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan kepustakaan untuk meneliti aspek atau variabel yang sama atau variabel lain yang memungkinkan memiliki kontribusi terhadap konsep-konsep dan teori-teori tentang pembelajaran dan bermanfaat sebagai pedoman penulisan untuk penelitian sejenis.
PENUTUP Simpulan peneitian ini yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki pada siswa kelas IV SD di gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017, nilai rata–rata kelompok eksperimen adalah 24,60 lebih besar dari rata–rata kelompok kontrol adalah 19,16. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu teka teki berpengaruh signifikan pada hasil belajar siswa kelas IV SD di gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1)
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A.A.G. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Penerbit Aditya Media Publishing.
Fakhrudin.2014. “Problem Based Learning Approach Through Cooperative Learning Strategy Type Make A Match Againts Mathematical Reasoning Ability And Soft Skill Students. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t& rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE wjP4aDmmvXRAhWCpY8KHfHYD 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
McQFghtMAg&url=http%3A%2F% 2Ficmseunnes.com%2Fwpcontent %2Fuploads%2F2015%2F10%2F2 9.pdf&usg=AFQjCNHJfLAweEjuZP hUJK0FbVovKfkzVA&bvm=bv.146 094739,d.c2I. diakses pada tanggal 2 Februari 2017) Mikran, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make AMatch Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa KelasViia Smp Negeri 1 Tomini Pada KonsepGerak.Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t& rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKE wicyO6imfXRAhVKP48KHWJXC3k QFggZMAA&url=http%3A%2F%2F jurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Find ex.php%2FEPFT%2Farticle%2Fvie wFile%2F2781%2F1887&usg=AF QjCNHwWPOcLGzfW30uhSJFZB AHqRlLA&bvm=bv.146094739,d.c2I
=AFQjCNFyCpVKNGwQ8_Z3OF OieVBeM2BgDg&bvm=bv.14609 4739,d.c2I. (Diakses pada tanggal 2 Februari 2017).
Sohimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Penerbit Kencana Predana Media Group. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Penadamedia Group. Taneo,dkk.2010. Kajian IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.
Mulyaningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.Bandung: Alfabeta cv. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/E EJ/article/view/4586. (diakses pada tanggal 2 Februari 2017) Rusman, Dr. 2010. Model-Model Pembelajaran “ Mengembangkan Profesionalisme Guru”. Bandung: Penerbit Mulia mandiri Pers Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengemangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers Saparwadi,Lalu.2015.Pengaruh Cooperative Learningtipe Make A Match Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t &rct=j&q=&esrc=s&source=web& cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwicyO6imfXRAhVKP48KHW JXC3kQFgg6MAU&url=http%3A %2F%2Fejurnal.iainmataram.ac.i d%2Findex.php%2Fbeta%2Fartic le%2Fview%2F596%2F752&usg 10