Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480
PENGARUH CONTEXT-RICH PROBLEMS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR KREATIF, DAN PROSES SAINS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KIMIA DASAR II Pahriah1 & Yusran Khery2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram Email :
[email protected] /
[email protected]
1&3
ABSTRAK: Dalam mata kuliah kimia dasar II, mahasiswa belum mampu menerapkan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan proses sains secara maksimal. Oleh sebab itu mahasiswa sering tidak memahami dengan baik, kehilangan arah, tidak dapat memberi alternatif dalam proses penyelesaian permasalahan kimia baik di kelas maupun laboratorium. Penerapan Context-rich Problems dapat mendorong mahasiswa untuk menerapkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan proses sains secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Context-rich Problems terhadap keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan proses sains mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar II. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan quasy eksperimental. Subjek penelitian adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan context-rich problems dapat menyebabkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan beprikir kreatif dan keterampilan proses sains mahasiswa lebih baik dalam mata kuliah kimia dasar II daripada tanpa contet-rich problems. Hal ini ditunjukkan melalui skor ratarata kemampuan beprikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen (67,85) lebih baik daripada kelas kontrol (54,61) dengan uji t-polled varians, diperoleh thitung = 3,56 > ttabel = 1,99 pada taraf signifikan 5%. Skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen (71,80) lebih tinggi daripada kelas kontrol (61,54) dengan thitung > ttabel (4,67 > 2,008) pada taraf signifikan 5%. Nilai rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen (74) lebih tinggi daripada kelas kontrol (63). Dengan hasil uji kolmogorov-smirnov, terhadap data keterampilan proses sains siswa menunjukkan KD hitung = 0,34 > KD tabel = 0,29 pada taraf signifikan 5%. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kata Kunci: Context-rich Problems, Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif, Proses Sains PENDAHULUAN Sebagaimana tujuan pendidikan nasional dan tuntutan kurikulum 2013, pembelajaran kimia di sekolah seyogyanya mampu membentuk peserta didik menjadi problem solver yang berkarakter ilmuan. Konsekuensinya, pembelajaran kimia untuk mahasiswa calon guru kimia juga harus mendorong pembentukan karakter sebagai ilmuan kimia. Maka dari itu, mahasiswa hendaknya dibelajarkan melalui suatu strategi yang mendorong munculnya kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif dan keterampilan proses sains. Menurut Ibnu (2009), mahasiswa harus diarahkan untuk bertindak sebagai ilmuwan yang mampu mengumpulkan, dan mengkategorikan data, melakukan pengukuran, menganalisa hubungan, dan membuat kesimpulan. Pada jenjang yang lebih tinggi, mahasiswa dapat diarahkan untuk mampu menyusun suatu hipotesis, merancang penyelesaian masalah dan
melaksanakan percobaan. Keterampilanketerampilan tersebut diistilahkan sebagai keterampilan proses sains (Khery dkk., 2013). Dalam mata kuliah kimia dasar II di IKIP Mataran, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengikuti perkuliahan di kelas namun juga mengikuti kegiatan praktikum di laboratorium. Sifat muatan pelajaran kimia dasar II yang konseptual dan algoritmik menuntut mahassiwa untuk mempu berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan performa dalam kegiatan praktikum akan menuntuk keterampilan proses sains yang baik. Hasil observasi peneliti tentang performa mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar II antara lain: (1) mahasiswa sering mengalami kesulitan atau kehilangan arah dalam proses penyelesaian masalah yang bersifat konseptual dan algoritmik; (2) mahasiswa belum mampu mengembangkan persamaan atau langkah penyelesaian yang
283
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 diperlukannya. Sedangkan Hasil observasi Maka dari itu, kegiatan pembelajaran peneliti tentang kegiatan praktikum kimia dasar dalam mata kuliah kimia dasar II harus II di IKIP Mataram antara lain: (1) kegiatan dilaksanakan dengan strategi yang dapat praktikum tidak lebih dari kegiatan menstimulasi peningkatan keterampilan melaksanakan panduan praktikum; (2) kegiatan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan proses sains praktikum sebatas kegiatan mengingat apa salah satunya adalah context-rich problems. yang harus dilakukan; (3) mahasiswa sering Strategi context-rich problems akan mendorong lupa dan kehilangan arah dalam pelaksanaan mahasiswa menerapkan suatu strategi praktikumnya; (4) peran asisten praktikum pemecahan masalah yang logis dan terorganisir masih sangat mendominasi; dan (5) dalam (Khery, 2010). Dengan context-rich problems, laporan praktikum nampak bahwa mahasiswa melalui pertanyaan-pertanyaan pendek mereka tidak memahami dengan baik tentang apa yang menentukan sendiri apa yang harus dilakukan, telah dilakukannya dalam praktikum, tidak apa yang harus diamati dan bagaimana mampu merumuskan masalah, memilah dan mengamati, hubungan apa yang berlaku, mengkategorikan data dengan baik, dan persamaan apa yang perlu dipahami, dan menganalisa hubungan. Kondisi tersebut bagaimana suatu metode diterapkan secara menyebabkan ketika mahasiswa dituntut untuk benar selama kerja laboratorium. Dengan mengerjakan investigasi melalui kerja begitu peningkatan keterampilan proses sains laboratorium dalam proses pengerjaan skripsi dapat di stimulasi. Akan tetapi, Masih timbul permasalahan antar lain: (1) mahasiswa diperlukan suatu penelitian yang mempelajari kesulitan dalam merumuskan masalah dan tentang pengaruh context-rich problems tidak mampu merancang metode percobaan terhadap keterampilan berpikir kritis, berpikir yang sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasan kreatif, dan keterampilan proses sains laboratorium; (2) seringkali mahasiswa mahasiswa. kehilangan arah dalam proses penyelesaian Berdasarkan latar belakang yang telah masalahnya; dan (3) mahasiswa tidak mampu dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam menjelaskan alasan memilih suatu metode penelitian ini adalah sebagai berikut. percobaan walaupun mungkin solusi yang 1. Bagaimana pengaruh context-rich problems ditawarkan tidak salah. terhadap keterampilan berpikir kritis Untuk menjawab permasalahan mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar tersebut, kegiatan pembelajaran kimia dasar II II? harus mengarah pada peningkatan keterampilan 2. Bagaimana pengaruh context-rich problems berpikir kritis, berpikir kreatif, dan terhadap keterampilan berpikir kreatif keterampilan proses sains. Mahasiswa perlu mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar didorong untuk memiliki keahlian bagaimana II? konsep, pemikiran, dan strategi pemecahan 3. Bagaimana pengaruh context-rich problems masalah diterapkan secara terorganisir. Biggs terhadap keterampilan proses sains dalam Downing (2010) menyatakan bahwa mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar mahasiswa harus mampu mengintegrasikan II? pengetahuan, keahlian yang dimiliki, konteks yang ada, dan menggunakannya dalam proses METODE penyelesaian masalah. Mereka juga harus Rancangan pada peneltian ini memahami bagaimana pemikiran diterapkan, merupakan rancangan quasy eksperimental seberapa banyak hal yang bisa dipelajari, yang dilaksanakan melalui pretest posttest strategi apa yang digunakan, bagaimana nonequivalent control group design merencanakan, menetapkan tujuan, dan sebagaimana disajikan pada Tabel 1 (Sugiyono, memproses umpan balik (Frese dkk. dalam 2009: 74). Downing, 2010). Tabel 1. Skema Rancangan Quasy Eksperimental Kelompok Pre-tes Perlakuan Pasca-tes Eksperimen KPS1 XCRP KPS2 Kontrol KPS3 X KPS4 Keterangan: XCRP : Kegiatan praktikum yang disertai dengan context-rich problems X : Kegiatan praktikum tanpa disertai dengan context rich problems KPS1 dan KPS2 : Keterampilan proses sains mahasiswa kelas eksperimen KPS2 dan KPS4 : : Keterampilan proses sains mahasiswa kelas kontrol
284
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 Teknik Analisis Data dalam penelitian terdistribusi normal. Uji yang digunakan ini (Analisis Statistik Inferensial) adalah: yakni uji t sampel bebas. 1. Uji Normalitas Bila syarat jumlah dan normalitas Uji normalitas menggunakan data tidak terpenuhi, maka uji hipotesis metode Kolmogorov-Smirnov. komparasi dilakukan dengan teknik uji 2. Uji Homogenitas statistika nonparametrik Mann-Whitney dan Jika data normal, maka dilakukan atau kolmogorov-smirnov 2 sampel uji homogenitas dengan uji F. (Kurniawan, 2011). 3. Uji Hipotesis Komparasi Uji hipotesis komparasi dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN dengan teknik uji statistika parametrik bila A. Hasil syarat jumlah data terpenuhi dan data 1. Data Berpikir Kritis Tabel 2. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Kelas Kelas E Kelas K Rata-rata skor Kemampuan Berpikir Kritis 67.85 54.61 Berdasarkan data kemampuan 2. Data Berpikir Kreatif berpikir kritis, diperoleh skor rata-rata Data tes berpikir kreatif kemampuan beprikir kritis mahasiswa di memberikan gambaran kemampuan kelas eksperimen (67,85) lebih baik berpikir kreatif siswa pada kelas daripada kelas kontrol (54,61). eksperimen dan kelas kontrol. Deskripsi data hasil tes berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi Data Berpikir Kreatif No Kelas Komponen Berpikir Kreatif Skor ratarata 1 2 3 1 Kelas Eksperimen 7 8 11 71,80 2 Kelas Kontrol 12 6 8 61,54 Keterangan Rendah Tinggi Keterangan : Komponen 1 : Kefasihan Komponen 2 : Kefasihan dan fleksibel Komponen 3 : Kefasihan, fleksibel dan kebaruan Tabel 3 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dapat diketahui jumlah siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 dan 3 lebih banyak dari pada kelas kontrol sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan context-rich problem dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Data hasil tes berpikir kreatif menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi berjumlah 11 Gambar 1. Diagram Perolehan Komponen orang siswa sedangkan yang memiliki Berpikir Kreatif kemampuan berpikir kreatif rendah Keterangan : berjumlah 15 orang siswa. Pada kelas Komponen 1: Kefasihan kontrol siswa yang memiliki Komponen 2: Kefasihan dan fleksibel kemampuan berpikir kreatif tinggi Komponen 3: Kefasihan, fleksibel dan berjumlah 8 orang dan rendah 18 orang. kebaruan Untuk memperjelas sebaran data 3. Data Keterampilan Proses Sains kemampuan berpikir kreatif kelas Data penelitian ini diproleh dari eksperimen dan kelas kontrol, berikut hasil observasi keterampilan proses disajikan diagram perolehan komponen sains mahasiswa pada praktikum berpikir kreatif kedua kelas. kinetika reaksi kimia menggunakan instrumen lembar keterampilan proses
285
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 sains. Kemudian data hasil keterampilan keterampilan proses sains dapat dilihat proses sains dianalisis. Hasil analisis pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Keterampilan Proses Sains No KPS Kelas E Kelas K 1 Rata-rata skor aspek keterampilan dasar 78 68 2 Rata-rata skor aspek keterampilan memproses 69 59 3 Rata-rata skor aspek keterampilan menginvestigasi 73 61 4 Rata-rata skor KPS 74 63 Tabel 4 di atas dapat dilihat data jika Fhitung < Ftabel maka sampel Keterampilan Proses Sains mahasiswa homogen. pada praktikum kinetika reaksi kimia 3) Uji t kelas eksperimen yang menggunakan Untuk mengetahui context rich problems lebih baik pengaruh penerapan context-rich dibandingkan kelas kontrol. problems terhadap keterampilan 4. Hasil Uji Hipotesis proses sains pada praktikum sifat a. Pengaruh CRP Terhadap koligatif larutan, maka dilakukan Kemampuan Berpikir Kritis pengujian hipotesis dengan 1) Uji Normalitas menggunakan rumus uji-t. a) Hasil Uji Normalitas Kelas Berdasarkan hasil uji Eksperimen homogenitas varian yang Berdasarkan hasil menyatakan bahwa kedua sampel perhitungan pada lampiran 11 homogen maka uji t dilakukan diperoleh X2hitung = 9,59 dan dengan menggunakan rumus tX2tabel = 11,07 dengan taraf polled varians, dimana diperoleh signifikan 5 % karena X2hitung thitung = 3,56 > ttabel = 1,99 dengan < X2tabel maka data untuk dk = (n1 + n2 - 2) = (38 + 47 -2) kelas eksperimen terdistribusi = 83 dan taraf signifikan 5% . normal. Jadi, karena diperoleh thitung pada b) Hasil Uji Normalitas Kelas data hasil observasi keterampilan Kontrol proses sains lebih besar dari ttabel Berdasarkan hasil (3,56 > 1,99). Maka dapat perhitungan pada diperoleh disimpulkan bahwa ada X2hitung = 3,89 dan X2tabel = pengaruh penerapan context11,07 dengan taraf signifikan rich problems terhadap 5 % karena X2hitung < X2tabel kemampuan berpikir kritis. maka data untuk kelas b. Pengaruh CRP Terhadap kontrol terdistribusi normal. Kemampuan Berpikir Kreatif 2) Uji Homogenitas 1) Uji Normalitas Data Berdasarkan data Uji normalitas dilakukan kemampuan berpikir kritis untuk melihat apakah data mahasiswa, hasil perhitungan sampel terdistribusi normal atau untuk uji homogenitas sampel tidak. Untuk uji normalitas data diperoleh Fhitung = 1,09 dan Ftabel ini dilakukan dengan = 1,67 pada taraf signifikan 5% menggunakan rumus uji Chi dengan dk pembilang (38-1) = 37 Kuadrat. Berikut ini dipaparkan dan dk penyebut (47-1) = 46. hasil uji normalitas untuk data Berdasarkan kriteria pengujian pre-test dan post-test. Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Data Pretest Posttest
Kelas Kontrol Eksperimen Kelas kontrol Kelas eksperimen
̅ 𝟐 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑿 6,06 6,69 7,86 4,61
Berdasarkan Tabel 5 di atas untuk data kemampuan awal pada kelas kontrol diperoleh X2hitung = 6,06 dan X2tabel = 11,070. Karena X2hitung < X2tabel
̅ 𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 𝑿 11,070 11,070
Kesimpulan 𝑋̅ 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋̅ 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 X2hitung< X2tabel
Ket. Data Normal Data Normal Data Normal Data Normal
(6,06 > 11,070) maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal pada taraf kesalahan 5%. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh
286
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 2 2 X hitung = 6,69 dan X tabel = Karena X2hitung < X2tabel (4,61 < 2 2 11,070. Karena X hitung < X tabel 11,070) maka dapat disimpulkan (6,69 < 11,070) maka dapat bahwa data terdistribusi normal disimpulkan bahwa data pada taraf kesalahan 5%. Karena terdistribusi normal pada taraf dari data terdistribusi normal kesalahan 5%. Sedangkan untuk maka dilakukan uji homogenitas. data post-test pada kelas kontrol 2) Uji Homogenitas diperoleh X2hitung = 7,86 dan Berdasarkan hasil X2tabel 11,070. Karena X2hitung < perhitungan uji normalitas X2tabel (7,86 > 11,070) maka diketahui bahwa data dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal dan posttest terdistribusi normal pada taraf terdistribusi normal. Dilanjutkan kesalahan 5%. Sedangkan untuk dengan uji homogenitas yang kelas eksperimen diperoleh dipaparkan sebagai berikut : X2hitung = 4,61 dan X2tabel 11,070. Tabel 6. Data Uji Homogenitas 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Data 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan Keterangan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Pre-test 1,28 1,92 Data homogen Post-test 1,83 1,92 Data homogen Fhitung< Ftabel Berdasarkan Tabel 6 kreatif siswa antara siswa yang Dijelaskan bahwa hasil data dibelajarkan dengan context-rich kemampuan awal diperoleh nilai problem dibandingkan yang F hitung 1,28 dengan F tabel tidak. 1,92 yang berarti data tersebut c. Pengaruh CRP terhadap homogen. Hasil data posttest Keterampilan Proses Sains diperoleh F hitung 1,83 dan F 1) Hasil Uji Normalitas tabel 1,92 yang berarti data Berdasarkan data hasil tersebut homogen. observasi keterampilan proses 3) Uji t (polled varian) sains dilakukan uji normalitas Berdasarkan hasil uji yaitu untuk mengetahui apakah homogenitas, data kemampuan dapat disimpulkan bahwa awal dan post test diperoleh hasil hipotesis yang diajukan yang yang homogen sehingga berbunyi, “Ada pengaruh dilakukan uji–t polled varian penerapan context-rich problems untuk membandingkan nilai data terhadap keterampilan proses tersebut dan menentukan hasil sains pada praktikum kinetika hipotesis yang diterima. reaksi kimia” diterima. Dari hasil perhitungan uji Uji normalitas dilakukan statistik uji-t dengan untuk melihat apakah data menggunakan rumus polled terdistribusi normal apa tidak. varian diperoleh nilai t-hitung = Untuk uji normalitas ini 4,67 dan nilai t-tabel = 2,008. dilakukan dengan menggunakan Jadi, nilai t-hitung > t-tabel (4,67 Chi Kuadrat. Secara garis besar > 2,008) pada taraf signifikan hasil tersebut dipaparkan pada 5%. Hal ini berarti terdapat Tabel 7: perbedaan kemampuan berfikir Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Uji Normalitas dengan statistik Chi Kuadrat Kelas X Hitung X Tabel kesimpuan Eksperimen 16,54 11,07 X hitung > X tabel Kontrol 73,47 Keterangan: Kelas ekperimen dan kontrol tidak terdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan, untuk kelas ekperimen ditemukan harga Chi Kuadrat hitung = 16,54 Selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi
Kudrat Tabel, dengan dk 6 – 1 = 5 dan taraf kesalahan 5% maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Karena harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari
287
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Chi Kuadrat tabel (11,070 < 16,54), maka distribusi data kelas eksperimen tersebut tidak terdistribusi normal sedangkan untuk kelas kontrol ditemukan harga Chi Kuadrat hitung = 73.47 Selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kudrat Tabel, dengan dk 6 – 1 = 5 dan taraf kesalahan 5% maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Karena harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari Chi Kuadrat tabel (11,070 < 34,77 ), maka data kelas kontrol tersebut tidak terdistribusi normal. Karena data tersebut tidak terdistribusi normal maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik non parametrikdengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel. Uji homogenitas tidak perlu dilakukan karena data tersebut tidak terdistribusi normal sehinga data bisa diuji menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel. 2) Test Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel Untuk mengetahui pengaruh penerapan context rich problems terhadap keterampilan proses sains pada praktikum kinetika reaksi kimia, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel. Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya harus berbentuk ordinal yang telah disusun pada tabel distribusi frekuensi komulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval. Berdasarkan hasil uji kolmogorov-smirnov, dimana diperoleh KD hitung = 0.34 dan KD tabel = 0.29 sehingga KD hitung > KD tabel dengan taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkanterdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap keterampilan proses sains pada praktikum kinetika reaksi kimia, jadi karena diperoleh KD hitung lebih besar
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 dari KD tabel, maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh penerapan context rich problems terhadap keterampilan proses sains pada praktikum kinetika reaksi kimia” diterima. B. Pembahasan 1. Pengaruh context-rich problem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkah hasil analisi data kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa penerapan contex-rich problems dapat menyebabkan terjadinya kemampuan berpikir kritis yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori context-rich problems itu sendiri sebagai salah satu cara dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan ide dan inisiatif ilmiah. Melalui penerpaan context-rich problems, siswa diajak untuk kreatif dan aktif memecahkan suatu masalah dan mengajukan pertanyaan, jawaban dan tanggapan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berfikir kritis (Gallet, 1998; Setyowati, 2007; Sulistina, 2008 dalam Khery, 2010). Selain itu context-rich problems juga dapat membuat mahasiswa lebih terarah dalam melaksanakan penyelesaian masalah karena memahami kondisi dari permasalahan tersebut. Konsep context-rich problems itu sendiri yaitu penerapan item-item kontekstual akan memberitahukan kompleksitas pembelajaran mahasiswa dan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan konstruksi pengetahuan yang majmuk guna memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen yang menggunakan contextrich problems lebih baik dari kelas kontrol menggunakan metode konvensional. 2. Pengaruh context-rich problem Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil analisis data tes berpikir kreatif menunjukan adanya perbedaan perolehan skor komponen berpikir kreatif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perbedaan ini tentunya
288
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih baik. Hasil tes siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif menunjukkan siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen berpikir kreatif 2 dan 3 lebih banyak dari pada kelas kontrol, maka dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini diakibatkan karena pengaruh perlakuan yang diberikan, dimana siswa kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran context-rich problem yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi (Ritonga, 2009). Menurut Katsberg dan D’Abrosio, dalam situasi nyata, integrasi pengetahuan adalah sangat penting guna kesuksesan pengamalan pemecahan masalah. Semakin akrab konteks dimana permasalahan itu dihadirkan dan semakin dekat permasahan tersebut dengan pengalaman keseharian siswa, maka akan semakin menyukai untuk membuat hubungan- hubungan yang diperlukan dan tiba pada penafsiran yang tepat pada permasalahan (Herron dalam Khery, 2010). Dalam garis besarnya langkahlangkah model pembelajaran contextrich problems dapat dituliskan sebagai berikut: a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misanya, dengan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d. Menguji kebenaran jawaban sementara. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban sementara itu sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji menguji kebenaran jawaban ini tentu
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 saja diperlukan metode-metode lainya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain. e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tersebut. Ada beberapa kelebihan dari penerapan context-rich problems dalam suatu kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, yaitu diantaranya : a. Mempertinggi partisipasi anak baik secara program maupun kelompok b. Membina sikap ilmiah paa anakanak c. Mempunyai nilai-nilai yang fungsional,karena model ini dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi yang problemastik dalam kenyataan hidup yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan d. Anak belajar memecahkan masalah secara ilmiah. Anak didik untuk berfikir secara obyektif, teliti, dan cermat serta belajar untuk melihat alternatif-alternatif pemecahan masalah yang secara hipotesis dipandang cukup rasional. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Pada lembar kerja siswa (LKS) digunakan pemecahan masalah dengan model soal context-rich problem. Peningkatan pengalaman siswa dalam menghadapi berbagai soal terbukti menimbulkan peningkatan menuju tingkah laku pemecahan masalah yang kian mahir, mampu memulai dengan analisis kualitatif dan lebih selektif dalam mencari dan menyajikan informasi (Antonenko et el., 2007). Karakteristik context-rich problems adalah sebagai berikut (Khery, 2010). a. Setiap soal merupakan cerita pendek dengan karakter utaasnya adalah siswa. Setiap pernyataan soal menggunakan kata ganti personal “kamu/anda”. b. Pernyataan soal mengandung motivasi atau alasan bagi “anda”
289
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” (dalam hal ini siswa) untuk memecahkan /menghitung sesuatu. c. Obyek-obyek dalam soal nyata dan dapat dibayangkan. d. Tidak ada gambar atau diagram sehingga siswa harus memvisualisasikannya melalui latihan-latihan yang pernah dilakukan. e. Soal tidak dapat dipecahkan dengan satu langkah yakni memasukkan angka-angka ke dalam rumus. Masalah yang peneliti berikan dalam evaluasi berupa tugas pemecahan masalah menggunakan pertanyaan berfikir kreatif (divergen). Tujuan siswa diberikan pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan motivasi dan menumbuhkan sifat kreatif. Russefendi (1988) menjelaskan untuk mengungkapkan atau menjaring manusia kreatif sebaiknya menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (divergen). Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengundang sejumlah jawaban. Pada pertanyaan terbuka rentangan kemungkinan respon yang dapat diberi adalah lebih luas jika dibandingkan dengan pertanyaan tertutup (Widodo, 2006). Pertanyan divergen disampaikan melalui hal nyata yang secara sistimatis dapat memberikan ruang yang maksimal dan menciptakan azas pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (Nerima, 2010). Dengan demikian, melalui teknik ini semua siswa dalam kelompoknya aktif untuk mengemukakan gagasan atau pendapatnya sehingga akan menumbuhkan motivasi dalam berpikir. Hasil tes berpikir kreatif pada kelas eksperimen menunjukkan lebih banyak siswa tergolong ke dalam kelompok dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dari 26 siswa yang mengikuti tes, hanya 11 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi. Rendahnya pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mengindikasikan adanya penerapan perlakuan yang masih belum maksimal. Selain dilihat dari hasil analisis kemampuan berfikir kreatif siswa. Pengaruh penerapan model context-rich problem dapat dilihat dari hasil belajar kognitif siswa. Data hasil pretest
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 (kemampuan awal) siswa diambil dari nilai kompetensi dasar sebelumnya yaitu persamaan reaksi. Penggunaan nilai persamaan reaksi sebagai nilai pretest (kemampuan awal) dikarenakan kemiripan materi dengan materi stokiometri yang akan diterapakan. Melalui hasil pretest siswa diketahui bahwa kemampuan awal siswa sama satu sama lain pada materi persamaan reaksi sehingga setelah perlakuan diberikan akan terlihat ada atau tidaknya pengaruh model context-rich problem terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa. Ada atau tidaknya pengaruh tersebut dapat diketahui dengan melihat perbedaan hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan individual dan klasikal lebih banyak dibandingkan siswa kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran kelas eksperimen diajarkan untuk menyelesaikan masalah secara berkelompok, sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses pemecahan masalah secara efektif yang berdampak pada tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Trianto (dalam Septia, 2012), menjelaskan bahwa model kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. Melalui permasalahan yang diberikan siswa tergerak untuk memahami materi pelajaran sebagai jawaban atas masalah tersebut, sehingga yang terjadi siswa bukan belajar dengan menghafal melainkan dengan memahami. Meskipun begitu namun ketuntasan klasikal belum sepenuhnya tercapai, ini dikarenakan dalam proses pembelajaran masih terlihat beberapa siswa kurang memperhatikan dan enggan untuk mengikuti pelajaran. Salah satu penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran dikelas adalah dengan menerapkan context-rich problems. Context-rich problems mencoba membawa siswa memasuki permasalahan yang bisa ditemuinya didunia nyata. Menurut Katsberg dan D”Ambrosio, dalam situasi nyata, integrasi pengetahuan adalah sangat penting guna kesuksesan pengamalan
290
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” pemecahan masalah. Semakin akrab konteks dimana permasalahan itu dihadirkan dan semakin dekat permasalahan tersebut dengan pengalaman keseharian siswa, maka siswa akan menyukai untuk membuat hubungan-hubungan yang diperlukan dan tiba pada penafsiran yang tepat terhadap permasalahan (Herron, 1996). Berdasarkan hasil uji hipotesis yang diakhiri dengan uji t polled varians terlihat perbedaan yang jelas antara kelas eksperimen dan kontrol. Perbedaan ini terjadi karena strategi context-rich problems didesain untuk mendorong siswa menggunakan strategi pemecahan masalah yang terorganisisr dan logis. Dengan demikian siswa terdorong mempertimbangkan konsepkonsep pada konteks objek nyata; memandang pemecahan masalah sebagai sebuah deretan pemilihan keputusan (Khery, 2010). Hasil hipotesis diperoleh nilai t-hitung = 4,67 dan nilai t-tabel = 2,008. Jadi, nilai thitung > t-tabel (4,67 > 2,008) pada taraf signifikan 5%. Dapat Disimpulkan bahwa strategi contex- rich problem ada pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa. Adanya pengaruh perlakuan yang diberikan menunjukkan bahwa peneliti sudah mampu menerapkan model context-rich problem dengan baik. Keefektifan context rich problem dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Yuni (2013), memberikan hasil positif terhadap pemahaman hasil belajar siswa. 3. Pengaruh CRP terhadap Keterampilan Proses Sains a. Keterampilan Proses Sains Kelas Ekperimen Keterampilan Proses Sains kelas ekperimen terdiri dari beberapa aspek. Aspek yang pertama yaitu keterampilan dasar, keterampilan memperoses dan keterampilan menginvestigasi. Berdasarkan hasil analisis keterampilan proses sains didapatkan nilai rata-rata skor aspek keterampilan dasar kelas ekperimen sebesar 78, aspek keterampilan memperoses sebesar 69 dan aspek keterampilan menginvestigasi sebesar 73 sehinga rata-rata skor
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 keterampilan proses sains yang didapat sebesar 74. b. Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol Keterampilan Proses Sains kelas kontrol terdiri dari beberapa aspek. Aspek yang pertama yaitu keterampilan dasar, keterampilan memperoses dan keterampilan menginvestigasi. Berdasarkan hasil analisis keterampilan proses sains didapatkan nilai rata-rata skor aspek keterampilan dasar kelas kontrol sebesar 68, aspek keterampilan memperoses sebesar 59 dan aspek keterampilan menginvestigasi sebesar 61 sehinga rata-rata skor keterampilan proses sains yang didapat sebesar 63. Ketiga aspek tersebut juga menunjukkan pengaruh bahwa penerapan context rich problems terhadap keterampilan proses sains dengan prolehan rata-rata skor mahasiswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. keterampilan proses sains dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehinga proses sains dimasing-masing siswa terbentuk tapi kebayakan mahasiswa ada yang aktif dan kurang aktif sehinga mahasiswa yang aktif akan memiliki proses sains yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang kurang aktif, hal ini disebabkan banyak mahasiswa yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan karena kurangnya pengetahuan atau gambaran yang dimiliki pada saat melakukan praktikum. Pengetahuan awal sangat penting sekali pada saat melakukan sesuatu yang melibatkan keterampilan. pada saat melakukannya, mahasiswa harus diberikan gambaran terlebih dahulu agar mahasiswa lebih paham dalam melakukan suatu kegiatan yang bersifat nyata. Pada saat melakukan praktikum jelas terlihat perbedaan antara mahasiswa yang sudah diberikan soal context rich problem dengan mahasiswa yang tidak diberikan soal context rich problem, hal ini dapat dilihat dari keaktifan masing-masing mahasiswa baik pada saat mempersiapkan alat mulai dari mengamati, mengklasifikasi,
291
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan Berdasarkan hasil uji hipotesis, Penerapan context rich problems berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan proses sains pada praktikum kinetika reaksi kimia dibandingkan dengan penerapan soal biasa. Jika dilihat dari data tentang keterampilan proses sains yang dianalisis dengan uji kolmogorovsmirnov, diperoleh KD hitung sebesar 0.34 lebih besar dari KD tabel yaitu 0.29 pada taraf signifikansi 5%. Uji kolmogorov-smirnov digunakan karena normalitas kedua data tidak terdistribusi normal sehinga tidak dilanjutkan untuk perhitungan uji F. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan uji inilah maka hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dapat diterima, yang mana artinya Penerapan context rich problems berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan proses sains mahasiswa dibandingkan menggunakan motode konvensional pada materi kinetika reaksi kimia. Soal context-rich problems yang diberikan pada saat respon awal sudah memenuhi karateristik Contextrich problems dimana soalnya sudah dibuatkan sesuai dengan petunjuk praktikum. Dari uraian diatas dapat menunjukkan pengaruh penerapan soal context rich problem terhadap keterampilan proses sains, hal ini membuktikan bahwa context rich problem memberikan gambaran terhadap mahasiswa pada saat melakukan praktikum sehinga keterampilan proses sainnya berjalan cukup baik. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang terlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan context-rich problems dapat menyebabkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa lebih baik dalam mata kuliah kimia dasar II daripada tanpa contet-rich problems. Hal ini ditunjukkan melalui skor rata-rata kemampuan beprikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen (67,85) lebih baik daripada kelas kontrol (54,61). Berdasarkan hasil analisis data kemampuan
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 berpikir kritis menggunakan uji t-polled varians, diperoleh thitung = 3,56 > ttabel = 1,99. Hal ini bermakna ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui penerapan context-rich problems daripada yang tidak. 2. Penerapan context-rich problems dapat menyebabkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa lebih baik dalam mata kuliah kimia dasar II daripada tanpa contet-rich problems. Skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen (71,80) lebih tinggi daripada kelas kontrol (61,54). Hasil uji perbandingan kemampuan berpikir kreatif menggunakan uji t menunjukkan nilai t-hitung > t-tabel (4,67 > 2,008) pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan berfikir kreatif antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan context-rich problem dengan yang tidak. 3. Penerapan context-rich problems dapat menyebabkan keterampilan proses sains mahasiswa dalam mata kuliah kimia dasar II lebih baik daripada tanpa context-rich problems. Hasil uji kolmogorov-smirnov, terhadap data keterampilan proses sains siswa menunjukkan KD hitung = 0.34 dan KD tabel = 0.29 sehingga KD hitung > KD tabel dengan taraf signifikan 5%. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen (74) lebih tinggi daripada kelas kontrol (63). DAFTAR RUJUKAN Antonenko, et al., 2007. Understanding Students Pathways in Context-rich Problems. (Online), (http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CRP/onlineArchive/crow.html , diakses 2 Mei 2015). Downing, K. 2010. Problem-Based Learning and Metacognition. Asian Journal on Education & Learning, 1(2): 75-96. Ibnu, S. 2009. Kaidah Dasar Pembelajaran Sains. Makalah disajikan dalam kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran IPA, PPS Universitas Negeri Malang, PSSJ Pendidikan IPA (RSBI), Malang, 18 Mei. Khery, Y., 2010. Context-Rich Problems dan Pengantar Bilingual untuk Pengembangan Bahan Ajar Materi Kimia Larutan, Prosiding Seminar
292
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Nasional Lesson Study 3 Peran Lesson Study dalam Meningkatkan Profesionalitas Pendidik dan Kualitas Pembelajarn Fmipa Universitas Negeri Malang, 9 Oktober 2010 24, Hal. 24-39 Khery, Y., Subandi, Ibnu, S., 2013. Metakognitif, Proses Sains, dan Kemampuan Kognitif Mahasiswa Divergen dan Konvergen dalam PBL. Jurnal Prisma Sains. Vol. 1 No.1, hal 36-48. Subali, B. 2009. Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA.
Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480 Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya, Jurdik Biologi, FMIPA, UNY, Yogyakarta, 4 Juli, hlm. 581-593. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Susiwi, Hinduan, A.A., Liliasari, & Ahmad, S. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada “Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2): 87104.
293