ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG PADA BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI KABUPATEN MAJALENGKA Integrated Farming of Composites Maize in District of Majalengka Oleh: Yati Haryati, Bebet Nurbaeti, dan Karsidi Permadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jl. Kayu Ambon 80, Lembang, Bandung Alamat korespondensi: Yati Haryati (
[email protected]) ABSTRAK Balai Penelitian Tanaman Serealia telah melepas beberapa varietas unggul baru (VUB) jagung komposit. Penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2014 di kelompok tani Sawah Datar, Desa Talaga Kulon, Kecamatan Talaga dan kelompok tani Mitra Sejahtera, Desa Wanahayu, Kecamatan Maja, serta lahan milik BP3K Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pelaksanaan kegiatan melibatkan petani sebagai pelaksana kegiatan. Perlakuan yang digunakan pada masing-masing lokasi yaitu penerapan komponen teknologi PTT dan non PTT. Tujuan pengkajian untuk mengetahui adaptasi varietas jagung komposit di wilayah Kabupaten Majalengka. Data yang diamati yaitu data agronomis (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam (hst), waktu berbunga 50%, jumlah tongkol per pohon, panjang tongkol (cm), diameter tongkol, bobot biji per tongkol (g), bobot 100 butir (g), bobot tongkol (g), bobot pipilan kering (t ha-1), berat brangkasan (t ha-1), berat tongkol jagung (t ha-1)), dan data penunjang (karakteristik wilayah dan curah hujan selama pengkajian). Data keragaan agronomi dianalisis menggunakan uji t dengan menggunakan SPSS for Windows 20.0 dan data penunjang dianalisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jagung komposit dengan menerapkan komponen teknologi Pengelelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung lebih tinggi dibandingkan non PTT. Varietas Lamuru dan Sukmaraga cocok untuk ditanam di wilayah Kabupaten Majalengka. Kata kunci : Varietas jagung komposit, PTT jagung
ABSTRACT Cereal Crops Research Institute has released several new varieties composite maize. The use of new varieties is one of the technology components of Integrated Crop Management (ICM) maize. Assessment conducted in June-September 2014, in kelompok tani Rice Flat, Kulon Talaga village, District Talaga, and kelompok tani Mitra Sejahtera, Wanahayu Village, and District-owned lands BP3K Maja, District of Majalengka, Majalengka. Implementation of activities involving farmers as implementing activities. The treatments used in each location that adoption of the technology components Integrated Crop Management (ICM) maize and Non ICM. Objective assessment to determine adaptation composite maize varieties in the region Majalengka. Observed data are agronomic data (plant height, number of leaves, stem diameter at the age of 30, 60 and 90 days after planting, flowering time of 50%, the number of cobs per plant, ear length (cm), diameter of cob, grain weight per ear (g) , 100 grain weight (g), cob weight (g), dry seed weight (t ha-1), weight stover (t ha-1), corn cob weight (t ha-1), and supporting data (characteristics of the region and rainfall during the assessment). The performance of agronomic data were analyzed using t-test using SPSS for Windows 20.0 and supporting data were analyzed descriptively. The study showed that the composite maize productivity by implementing components of Integrated Crop Management (ICM) maize is higher than the non-ICM, Lamuru and Sukmaraga varieties suitable for planting in the area Majalengka. Key words: composit maize varieties, maize integrated crop management
166
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 abiotik. Penggunaan varietas unggul yang
PENDAHULUAN Salah satu tanaman jagung yang
dikombinasikan dengan penggunaan pupuk
dibudidayakan petani merupakan varietas
dan pengairan dapat berpengaruh terhadap
jagung komposit, namun tidak semua
peningkatan produktivitas tanaman jagung
varietas unggul jagung komposit yang
(Puslitbangtan, 2009).
sudah dilepas mampu beradaptasi baik pada
Peluang pengembangan usahatani
lokasi setempat (spesifik lokasi). Badan
jagung komposit masih sangat besar, karena
Litbang Pertanian sudah menghasilkan
benih komposit mudah dan sederhana
banyak inovasi teknologi akan tetapi masih
dikembangkan, benih dapat secara cepat
sedikit
diperbanyak oleh petani atau kelompok
yang
digunakan
oleh
pengguna/petani (Nurdin, 2013).
tani, sehingga memungkinkan menyebar,
Penggunaan varietas unggul baru
mengurangi ketergantungan petani kepada
merupakan salah satu komponen teknologi
pihak lain karena dapat menyimpan benih
Pengelolaan
sendiri, dan biaya produksi lebih murah.
jagung.
Tanaman
Prinsip
PTT
Terpadu
(PTT)
memprioritaskan
Beberapa alasan
sebagian besar petani
pemecahan masalah setempat (petani dan
masih menggunakan jagung komposit
lahannya) serta memadukan pengelolaan
antara lain 1) mempunyai daya adaptasi
tanaman dan lingkungannya, sehingga
yang luas, 2) dapat dikembangkan pada
model pengembangan bersifat spesifik
lahan marginal maupun lahan subur, 3)
lokasi. Paket teknologi PTT harus benar-
harga benih relatif murah, 4) benih dapat
benar bertitik tolak dari karakterisitik
digunakan
sumberdaya dan kebutuhan di wilayah
mengalami degenerasi (kemunduran hasil),
setempat.
5) umur genjah dan daya hasil cukup tinggi
beberapa
generasi
tanpa
Balai Penelitian Tanaman Serealia
(Rumbaina et al., 2011). Oleh karena itu
telah melepas beberapa varietas unggul
salah satu upaya untuk penyebaran varietas
baru (VUB) jagung komposit (bersari
unggul baru jagung komposit dilakukan uji
bebas). Penganekaragaman varietas sangat
adaptasi
penting untuk menekan serangan hama dan
mendapatkan varietas yang sesuai untuk
penyakit. Varietas unggul merupakan salah
ditanam pada wilayah tertentu (spesifik
satu teknologi inovatif yang handal untuk
lokasi). Tujuan pengkajian adalah untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, yaitu
mengetahui
melalui peningkatan potensi (daya hasil)
komposit
tanaman dan peningkatan toleransi terhadap
Kabupaten Majalengka.
pada beberapa lokasi
adaptasi di
lahan
untuk
varietas
jagung
sawah
wilayah
berbagai cekaman lingkungan biotik dan 167
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 kg ha-1, di Kecamatan Maja N (sedang), P
METODE PENELITIAN Pengkajian
dilaksanakan
di
(sedang), dan K (tinggi), dosis pupuk yang
Kelompok tani Sawah Datar, Desa Talaga
diberikan yaitu Urea 300 kg ha-1, SP-36 175
Kulon, Kecamatan Talaga dan Kelompok
kg ha-1, dan KCl 50 kg ha-1, dan di
tani Mitra Sejahtera, Desa Wanahayu,
Kecamatan Majalengka
Kecamatan Maja, serta lahan milik BP3K
(rendah), P (rendah) dan K (tinggi), dosis
Kecamatan
pupuk yang diberikan yaitu urea 350 kg ha-
Majalengka,
Majalengka
pada
bulan
Kabupaten Juni
sampai
1
status hara N
, SP-36 250 kg ha-1, dan KCl 50 kg ha-1.
September 2014. Pelaksanaan kegiatan
Pupuk urea dan KCl diaplikasikan dua kali
melibatkan
yaitu pada umur 7-10 hst dan 28-30 hst,
kegiatan.
petani
sebagai
Perlakuan
pelaksana
terdiri
dari
1)
sedangkan pupuk SP-36 diaplikasikan
Penerapan komponen teknologi PTT dan 2)
seluruhnya pada umur tanaman jagung 7-10
Non PTT (cara petani) dengan 9 ulangan.
hst; 5. Pemberian pupuk organik (2 ton ha-
Ukuran plot masing-masing perlakuan
1
adalah 100 m2
menutup lubang tanam. Pupuk diberikan
Perlakuan komponen teknologi PTT jagung
yang
dengan jarak 10 cm dari tanaman jagung; 6.
komponen teknologi dasar dan pilihan
Penyiapan lahan dengan minimum tillage;
yaitu: 1. Varietas unggul baru jagung
7. Pembuatan saluran drainase untuk
komposit
dan
mengatur keluar masuknya air untuk
dengan
mengairi tanaman jagung yang disesuaikan
(Lamuru, benih
terdiri
dengan cara ditugal di samping tanaman
dari
Gumarang),
digunakan
), diaplikasikan pada saat tanam untuk
Sukmaraga dicampur
fungisida ridomil 2 g per kg benih jagung;
dengan
2.
Pembumbunan,
Benih
bermutu
dan
berlabel
kebutuhan
tanaman;
dilakukan
pada
8. saat
(bersertifikat); 3. Populasi 66.000-75.000
penyiangan kedua umur 25-30 hst dengan
tanaman per hektar untuk jarak tanam
cara menimbun akar tanaman jagung
75x40 cm dengan 2 biji per lubang; 4.
supaya tidak rebah; 9. Pengendalian gulma
Pemupukan
kebutuhan
secara mekanis (manual) dan dilakukan dua
tanaman yaitu menggunakan Perangkat Uji
kali yaitu pada umur tanaman 10-15 hst dan
Tanah Sawah (PUTS) dan status hara tanah
25-30 hst; 10. Pengendalian hama dan
untuk menentukan dosis pupuk. Status hara
penyakit berdasarkan konsep Pengendalian
tanah di Kecamatan Talaga yaitu N
Hama
(sedang), P (sedang), dan K (sedang),
monitoring secara terjadwal, dan 11) Panen
sehingga dosis pupuk yang digunakan Urea
tepat waktu dan pengeringan segera, yaitu
300 kg ha-1, SP-36 175 kg ha-1,dan KCl 75
dilakukan pada saat masak fisiologis.
168
berdasarkan
Terpadu
(PHT),
dilakukan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Perlakuan
non
1.
100 butir (g), bobot tongkol (g), bobot
Menggunakan Varietas unggul baru jagung
pipilan kering (ton ha-1), berat brangkasan
komposit
dan
(ton ha-1), berat tongkol jagung (ton ha-1),
Lamuru); 2. Jarak tanam yang digunakan
dan data penunjang (karakteristik wilayah
75x25 cm dengan 2 bibit per lubang, 3.
dan curah hujan selama pengkajian). Data
Pupuk anorganik sesuai dengan kebiasaan
keragaan agronomi dianalisis menggunakan
petani di Kecamatan Talaga yaitu dengan
uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh
dosis Urea 900 kg ha-1 dan Phonska 600 kg
secara parsial dari masing-masing variabel
ha-1, di Kecamatan Maja dosis pupuk yang
independen terhadap variabel dependennya.
digunakan yaitu Urea 750 kg dan Phonska
Uji t merupakan pengujian yang bertujuan
400 kg, dan di Kecamatan Majalengka urea
untuk mengetahui signifikan atau tidak atau
600 kg ha-1, Phonska 150 kg ha-1, dan SP-
agar dapat diketahui variabel independen
36 150 kg ha-1. Pupuk urea diaplikasikan
(X) yang berpengaruh signifikan terhadap
tiga kali yaitu pada umur 7-10 hst, 20-30
variabel dependen (Y) secara parsial. Nilai
hst, dan 40-45 hst dan pupuk phonska
t
diaplikasikan dua kali yaitu pada umur 7-10
menggunakan rumus berikut:
hst dan 28-30 hst. Pupuk organik dengan
Langkah perhitungannya adalah sebagai
dosis 4 ton ha-1 diaplikasikan dengan cara
berikut.
disebarkan ke lahan yang digunakan untuk
Rata-rata d
(Lamuru,
PTT
yaitu
Sukmaraga
hitung
dapat
:
menanam jagung, 4) Penyiangan dilakukan hanya satu kali pada umur 10-15 hst; 5. Pengendalian hama dan penyakit tanpa
diketahui
̅ = ∑
Simpangan baku d : Sd =
∑
dengan
Statistik hitung (t hitung) : t = √
dilakukan monitoring secara terjadwal; 6 Panen dilakukan pada saat daun sudah
Dianalisis dengan menggunakan SPSS for
mengering dan 7. Pasca panen, biji dipipil
Windows 20.0
dengan menggunakan alat perontok dan dijemur dengan bantuan sinar matahari
HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 3-5 hari pada kondisi panas terik.
Karakteristik Wilayah
Data yang diamati yaitu data agronomis
Kecamatan dataran
Talaga
mempunyai
sampai
pegunungan
seperti tinggi tanaman, jumlah daun,
topografi
diameter batang pada umur 30, 60 dan 90
dengan
hst, waktu berbunga 50%, jumlah tongkol
ketinggian tempat dari permukaan laut 563-
per pohon, panjang tongkol (cm), diameter
870 m. Curah hujan rata-rata 3.439 mm per
tongkol, bobot biji per tongkol (g), bobot
tahun dengan rata-rata hari hujan 16 hari per
kemiringan
antara
15-20%,
169
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 bulan, termasuk tipe iklim agak basah (tipe
tertinggi pada bulan Juli (177 mm) dan
C) (Schmidt and Ferguson, 1951). Secara
terendah pada bulan Agustus (15 mm).
geografis Kecamatan Talaga berada pada
Kisaran curah hujan yang ideal untuk
106o17.554’ Bujur Timur dan 06o52.878’
pertumbuhan tanaman jagung antara 100 -
Lintang Selatan. Jenis tanah yang dominan
125 mm/bulan (Rusastra et al., 2006). Dari
PMK (Podsolik Merah Kuning), struktur
ketiga lokasi, saat pertumbuhan tanaman
tanah remah sampai gembur, pH tanah 5-
sampai umur 30 hst, curah hujan mencukupi
6,5.
untuk pertumbuhannya. Jumlah curah hujan saat pelaksanaan
Sumber air di Kecamatan Talaga dan
kegiatan yang paling rendah pada bulan
Majalengka
Agustus 15 mm dan paling tinggi pada
menggunakan pompanisasi dari sungai
bulan Juli 177 mm (Tabel 1).
karena lahan sawahnya merupakan lahan
Curah hujan di Kecamatan Maja yang
sawah
tadah
saat
hujan,
fase
generatif
sedangkan
di
tertinggi pada bulan Juli mencapai 143 mm,
Kecamatan Maja sumber air untuk mengairi
terendah pada bulan Agustus (31 mm). Di
tanaman jagung saat curah hujan rendah
Kecamatan Majalengka pelaksanaan tanam
berasal dari sumber mata air yang ada di
pada bulan Juli-September, curah hujan
sekitar lokasi, sehingga kebutuhan air dapat
Tabel 1. Curah Hujan di Kecamatan Talaga, Maja, dan Majalengka pada MK II 2014 Uraian
Bulan Mei
Jan Peb Mar Apr Juni Juli Agust Sept Kecamatan Talaga Jumlah hujan (mm) 461,0 357,0 525,0 474,0 117,0 78 177,0 15,0 Hari hujan (hari) 28,0 22,0 20,0 23,0 13,0 11,0 7,0 2,0 Rata-rata hujan (mm) 14,9 12,7 16,9 15,8 3,8 2,6 5,9,0 0,5 Hujan max (mm) 58,0 74,0 89,0 107,0 36,0 24,0 66,0 8,0 Hujan min (mm) 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 Kecamatan Maja Jumlah hujan (mm) 471,0 361,0 557,0 414,0 52,0 113,0 143,0 31,0 Hari hujan (hari) 24,0 24,0 21,0 18,0 7,0 8,0 8,0 1,0 Rata-rata hujan (mm) 15,0 13,0 19,0 13,0 2,0 4,0 5,0 1,0 Hujan max (mm) 55,0 40,0 67,0 50,0 20,0 35,0 24,0 20,0 Hujan min (mm) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1 Kecamatan Majalengka Jumlah hujan (mm) 461,0 357,0 525,0 474,0 117,0 78,0 177,0 15,0 72,0 Hari hujan (hari) 28,0 22,0 20,0 23,0 13,0 11,0 7,0 2,0 2,0 Rata-rata hujan (mm) 15,0 13,0 17,0 16,0 4,0 3,0 6,0 0,0 2,0 Hujan max (mm) 58,0 74,0 89,0 107,0 36,0 24,0 66,0 8,0 10,0 Hujan min (mm) 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 Sumber : UPTD Jaringan Irigasi Wilayah Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka
170
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 terpenuhi. Jumlah hujan pada fase generatif
Keragaan Agronomis
dan pengisian biji tidak memenuhi untuk
1.
Pertumbuhan Tanaman Jagung
kebutuhan air yang diperlukan untuk
Varietas jagung komposit (Lamuru,
pertumbuhan tanaman jagung, sehingga
Sukmaraga, dan Gumarang) pertumbuhan
dilakukan pompanisasi yang dialirkan ke
tanaman pada umur 30, 60, dan 90 hst
saluran drainase setiap dua hari sekali,
(tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter
sedangkan saat fase generatif kira-kira
batang) yang menerapkan non PTT lebih
umur 50 hst kebutuhan air tercukupi dari
tinggi dibanding PTT jagung (Tabel 2).
curah hujan.
Pertumbuhan vegetatif pada penerapan non
Ketepatan
pemberian
air
sesuai
PTT
lebih
tinggi
dibanding
yang
dengan
tingkat
pertumbuhan
tanaman
menerapkan PTT jagung, diduga karena
jagung
sangat
berpengaruh
terhadap
dosis pupuk non PTT lebih tinggi yaitu 900
produksi. Periode pertumbuhan tanaman
kg ha-1 Urea dan 600 kg ha-1 Phonska,
yang membutuhkan adanya pengairan
sedangkan dosis pupuk PTT menggunakan
dibagi
fase
300 kg ha-1 urea, 175 kg ha-1 SP-36, dan 75
pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase
kg ha-1 KCl sehingga dosis pupuk urea yang
vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan
tinggi memacu pertumbuhan vegetatif
(15-20 hari), fase pengisian biji (35-45
tanaman jagung.
atas
lima
fase,
yaitu
hari), dan fase pematangan (10-25 hari).
Pemberian hara N yang tidak sesuai
Fase kritis kebutuhan air pada tanaman
dengan kebutuhan tanaman baik jumlah
jagung yaitu saat fase pembungaan dan fase
maupun
pengisian dan pembentukan biji. Penurunan
kehilangan N dalam tanah, pertumbuhan
hasil yang cukup besar
tanaman
terjadi apabila
waktu
tidak
akan
menyebabkan
optimal,
akhirnya
rendahnya
efisiensi
tanaman mengalami kekurangan air pada
menyebabkan
fase pembungaan, saat bunga jantan dan
penggunaan N. Kelebihan unsur N pada
betina muncul, di mana sedang terjadi
tanaman
penyerbukan. Kekurangan air pada fase
kerusakan akibat serangan hama penyakit
tersebut
terutama
proses
mengakibatkan pengisian
betina/tongkol
biji
terhambatnya karena
pada
dapat
meningkatkan
musim
hujan,
bunga
memperpanjang umur, ukuran batang dan
sehingga
daun melebihi ukuran normal, sehingga
biji per tongkol
akar tidak mampu menahan tanaman dan
mengering,
menurunnya jumlah
jagung
(Sirrapa dan Razak, 2010).
menyebabkan mudah rebah (Sawardi dan Efendi, 2009).
171
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Tabel 2. Pertumbuhan Tanaman Jagung Komposit di Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka MK II 2014. Varietas Jagung Komposit Lamuru Sukmaraga Gumarang Peubah PTT Non PTT Non PTT Non PTT PTT PTT Kecamatan Talaga Tinggi Tanaman (cm) 30 hst 48,37b 104,92a 73,04b 85,29a 66,78b 71,78a 60 hst 198,47b 229,70a 204,96b 236,70a 189,82b 184,93a 90 hst 221,18b 235,74a 228,81b 247,48a 208,74a 200,00b Jumlah Daun (helai) 30 hst 6,78b 8,07a 7,24a 7,54a 7,00a 7,07a 60 hst 12,85a 13,40a 12,70a 13,00a 15,79a 16,78a 90 hst 15,00a 14,96a 14,70a 14,52a 14,40a 14,33a Diameter Batang (cm) 30 hst 7,80b 13,96a 8,81a 9,93a 7,87a 8,93a 60 hst 19,74a 19,67a 17,65b 20,18a 15,79a 16,78a 90 hst 21,18a 20,33a 19,28b 20,96a 17,46a 17,46a Kecamatan Maja Tinggi Tanaman (cm) 30 hst 78,44b 116,41a 85,33b 107,37a 69,78b 103,11a 60 hst 169,57b 199,44a 194,96b 216,33a 158,07b 203,81a 90 hst 203,07b 213,70a 222,62a 228,33a 198,51b 218,25a Jumlah Daun (helai) 30 hst 7,67b 9,17ba 6,93b 9,15a 6,41b 9,11a 12,48a 12,59b 13,40a 12,07a 13,55a 60 hst 13,07a 90 hst 14,37a 14,40a 14,74a 14,78a 14,48a 14,48a Diameter Batang (cm) 30 hst 10,26b 14,92a 9,61b 14,11a 7,41b 13,07a 60 hst 19,59a 19,70a 18,06a 19,14a 16,42a 17,83a 90 hst 20,44a 20,25a 19,89a 20,28a 18,50a 18,85a Kecamatan Majalengka Tinggi Tanaman (cm) 30 hst 78,44b 116,41a 85,33b 107,37a 69,78b 103,11a 60 hst 169,57b 199,44a 194,96b 216,33a 158,07b 203,81a 90 hst 203,07b 213,70a 222,62a 228,33a 198,51b 218,25a Jumlah Daun (helai) 30 hst 7,67b 9,17ba 6,93b 9,15a 6,41b 9,11a 60 hst 12,48a 13,07a 12,59b 13,40a 12,07a 13,55a 90 hst 14,37a 14,40a 14,74a 14,78a 14,48a 14,48a Diameter Batang (cm) 30 hst 10,26b 14,92a 9,61b 14,11a 7,41b 13,07a 60 hst 19,59a 19,70a 18,06a 19,14a 16,42a 17,83a 90 hst 20,44a 20,25a 19,89a 20,28a 18,50a 18,85a Keterangan: Angka yang sama dalam baris yang sama tidak berbeda nyata pada Uji t-test pada taraf 0,05.
172
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Perbedaan
tanaman
jagung, bunga jantan dan betina lebih cepat,
jagung pada masing-masing varietas karena
sedangkan Varietas Gumarang umur 50%
adanya perbedaan susunan genetik. Hal ini
berbunga sama antara PTT dan non PTT
merupakan salah satu faktor penyebab
jagung. Di Kecamatan Majalengka Varietas
keragaman penampilan tanaman. Susunan
Sukmaraga, Lamuru dan Gumarang umur
genetik akan diekspresikan pada suatu fase
berbunga
pertumbuhan yang diekspresikan pada
menerapkan PTT jagung. Keluar bunga
berbagai sifat tanaman yang mencakup
betina dengan penerapan PTT jagung lebih
bentuk
yang
cepat dibandingkan dengan non PTT.
pertumbuhan
Menurut Nurdin et al., (2009), kecepatan
dan
menghasilkan
pertumbuhan
fungsi
tanaman
keragaman
50%
lebih
pembentukan
2.
menentukan fase generatif tanaman jagung.
Varietas jagung komposit di masingmasing
Umur berbunga tanaman jagung lebih dominan ditentukan oleh faktor genetis dan
berbunganya antara penerapan komponen
lingkungan atau interaksi antara kedua
PTT jagung dan non PTT. Di Kecamatan
faktor tersebut. Interval waktu umur
Talaga umur 50% berbunga betina Varietas
berbunga pada masing-masing varietas
Sukmaraga dan Lamuru lebih cepat dengan
(Sukmaraga, Lamuru dan Gumarang) di
menerapkan
sedangkan
tiga lokasi relatif kecil, yaitu hanya berbeda
Varietas Gumarang lebih cepat berbunga
4-5 hari. Menurut Rusliyadi dan Azrai
dengan teknis budidaya non PTT.
(2009), interval umur 50% berbunga jantan
PTT
Kecamatan
Sukmaraga
dan
berbeda
sangat
umur
Di
kecamatan
betina
dengan
tanaman (Pandia et al., 2013). Umur Berbunga 50%
bunga
cepat
jagung
Maja,
Varietas
dan betina yang kecil dapat meningkatkan
Lamuru
dengan
produksi. Hal ini dapat terjadi karena proses
menerapkan komponen teknologi PTT
penyerbukan dapat berlangsung optimum.
Tabel 3. Umur Berbunga 50% Jagung Komposit pada Kegiatan Display dengan Penerapan Komponen Teknologi PTT dan Non PTT di Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka, Kabupaten Majalengka 2014. Talaga Jantan Betina PTT 56 61 Sukmaraga Non PTT 58 62 PTT 58 64 Lamuru Non PTT 58 65 PTT 50 55 Gumarang Non PTT 48 54 Sumber: diolah dari data primer Varietas
Perlakuan
Maja Jantan Betina 56 61 57 61 50 55 56 60 53 58 53 58
Majalengka Jantan Betina 53 57 56 60 55 60 56 60 54 58 55 59
173
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Tabel 4. Umur Panen Jagung Hibrida dan Komposit pada Kegiatan Display dengan Penerapan Komponen Teknologi PTT dan Non PTT di Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka, Kabupaten Mjalengka. 2014. Varietas
Perlakuan Talaga 92 97 102 106 92 97
PTT Non PTT PTT Lamuru Non PTT PTT Gumarang Non PTT Sumber: diolah dari data primer Sukmaraga
3.
Umur Panen Jagung Komposit
setiap
varietas
hasil varietas jagung komposit
yaitu
Di
Lamuru (panjang tongkol, bobot biji per
Kecamatan Talaga, Varietas Sukmaraga
tongkol, bobot 100 biji, bobot tongkol,
dan Gumarang dengan penerapan PTT
bobot pipilan kering, jumlah baris per
jagung umurnya lebih cepat (92 hst)
tongkol, dan diameter tongkol), Sukmaraga
dibandingkan non PTT, sedangkan di
(jumlah tongkol, bobot biji per tongkol,
Kecamatan Maja dan Majalengka yang
bobot 100 biji, bobot tongkol, bobot pipilan
lebih cepat yaitu Varietas Gumarang (92
kering, dan diameter tongkol), Gumarang
hst).
(2012),
(jumlah tongkol, bobot biji per tongkol,
kemampuan suatu varietas dapat dipanen
bobot 100 biji, bobot tongkol, bobot pipilan
lebih cepat karena dipengaruhi genetik,
kering, jumlah baris per tongkol dan
lingkungan, cahaya, dan suhu. Suatu
diameter
tanaman pada suatu daerah mempunyai
komponen teknologi PTT lebih tinggi
umur panen lebih cepat, tetapi apabila
dibandingkan non PTT. Dengan demikian
ditanam di daerah lain belum tentu
berpengaruh terhadap produktivitas per ha.
mempunyai umur
Penerapan komponen PTT jagung pada
Menurut
berbeda.
Majalengka 102 106 102 107 92 97
Di Kecamatan Talaga, komponen
Pada masing-masing lokasi, umur panen
Umur Panen (hst) Maja 105 119 107 113 92 98
Maruapey
yang sama karena
tongkol)
untuk
penerapan
dipengaruhi ligkungan setempat.
komponen hasil baik hibrida maupun
4.
Komponen Hasil
komposit lebih tinggi dibandingkan dengan
Jumlah tongkol per pohon, panjang
non PTT.
tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji
Di Kecamatan Maja, komponen hasil
tiap tongkol, bobot 100 butir biji, dan
pada varietas jagung komposit
pipilan kering biji merupakan variabel
Lamuru (bobot biji per tongkol, bobot 100
komponen hasil yang dapat menentukan
biji, bobot tongkol, bobot pipilan kering),
hasil tanaman jagung per satuan luas.
Sukmaraga (bobot biji per tongkol, bobot
174
yaitu
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Tabel 5. Komponen Hasil Display Varietas Jagung Komposit di Kecamatan Talaga, Maja, dan Majalengka, Kabupaten Majalengka MK II. 2014 Varietas Lamuru Sukmaraga Gumarang Peubah PTT Non PTT Non PTT Non PTT PTT PTT Kecamatan Talaga Jumlah Tongkol (buah) 1,63a 1,18ba 1,29a 1,00b 1,44a 1,00b Panjang Tongkol (cm) 17,43a 15,90b 15,65a 14,98a 15,46a 14,63a Bobot biji per tongkol (g) 188,52a 205,93b 112,04a 109,44b 124,81a 101,11b Bobot 100 biji (g) 31,26a 25,37b 30,96a 23,44b 27,37a 23,11b Bobot tongkol (g) 64,26a 56,67b 22,96a 22,22a 25,74a 14,81b Bobot pipilan biji kering (g) 149,26a 124,26b 89,82a 86,48b 99,07a 86,30b Jumlah baris per tongkol 14,81a 13,56b 13,78a 13,04a 12,67a 12,15b (buah) Diameter tongkol (mm) 47,93a 43,56b 40,74a 38,96b 40,89a 39,44b Kecamatan Maja Jumlah Tongkol (buah) 1,11a 1,11a 1,67a 1,10a 1,22a 1,07a Panjang Tongkol (cm) 16,50a 16,15a 16,63a 16,85a 15,81a 15,89a Bobot biji per tongkol (g) 173,33a 153,71b 166,15a 159,00b 149,63a 121,67b Bobot 100 biji (g) 33,67a 32,11b 32,78a 32,33a 28,44a 25,78b Bobot tongkol (g) 33,33a 31,11b 25,38a 25,33a 22,78a 22,04a Bobot pipilan biji kering (g) 139,63a 122,59b 140,77a 136,33b 126,85a 100,00b Jumlah baris per tongkol 13,62a 13,92a 13,56a 13,70a 12,37a 12,74a (buah) Diameter tongkol (mm) 46,37a 45,74a 45,03a 45,03a 41,51a 41,74a Kecamatan Majalengka Jumlah Tongkol (buah) 1,04a 1,00a 1,07a 1,15a 1,20a 1,07a Panjang Tongkol (cm) 43,81a 41,11b 41,96a 39,29a 42,20a 41,85a Bobot biji per tongkol (g) 15,63a 13,87b 16,71a 14,52b 16,33a 15,81a Bobot 100 biji (g) 13,78a 13,93a 13,85a 13,04a 13,47a 13,25a Bobot tongkol (g) 134,81a 108,80b 140,87a 100,40b 151,93a 128,16b Bobot pipilan biji kering (g) 27,48a 26,83a 25,45a 20,71b 29,23a 26,10b Jumlah baris per tongkol 107,33a 81,97b 115,43a 79,69b 122,69a 102,07b (buah) Diameter tongkol (mm) 30,52a 28,78a 28,04a 26,19b 28,28a 26,63a Keterangan: Angka yang sama dalam baris yang sama tidak berbeda nyata pada Uji t-test pada taraf 0,05. pipilan kering) dan Gumarang (bobot biji
Lamuru (panjang tongkol, bobot biji per
per tongkol, bobot 100 biji, dan bobot
tongkol, bobot tongkol, dan jumlah baris
pipilan
penerapan
per tongkol), Sukmaraga (bobot biji per
komponen teknologi PTT lebih tinggi
tongkol, bobot tongkol, bobot pipilan
dibandingkan non PTT.
kering, jumlah baris per tongkol dan
Di
kering)
dengan
Kecamatan
Majalengka,
diameter tongkol; dan Gumarang (bobot
komponen hasil jagung komposit Varietas
tongkol, bobot pipilan kering dan jumlah
175
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 baris per tongkol) penerapan komponen
dan kapasitas lahan dalam menyediakan
teknologi PTT lebih tinggi dibandingkan
hara bagi tanaman (Sirrapa dan Razak,
non PTT.
2010). Pertumbuhan tanaman, komponen
Varietas
jagung
komposit
dapat
hasil dan hasil jagung yang lebih baik pada
memberikan hasil yang maksimal jika unsur
varietas unggul disebabkan oleh faktor
hara yang diperlukan tanaman terpenuhi
genetik, dengan demikian proses fisiologis
sesuai kebutuhan tanaman. Pengelolaan
(fotosintesis) tanaman akan meningkat
hara spesifik lokasi dapat menyediakan hara
(Pesireron dan Senewe, 2011). Menurut
untuk tanaman secara tepat baik jumlah,
Hinz
jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
memberikan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman
lingkungan yang berbeda dan genotipe yang
et
al.
(1977),
genotipe
akan
tanggapan
berbeda
pada
Tabel 6. Produktivitas Display Beberapa Varietas Jagung Komposit di Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka, Kabupaten Majalengka. MK II 2014.
Peubah
Lamuru PTT Non PTT
Varietas Sukmaraga PTT Non PTT
Gumarang PTT Non PTT
Kecamatan Talaga Berat basah Brangkasan + 24,30a 22,05a 22,39a 19,03b 21,47a 18,39b jagung (ton/ha) Berat basah tongkol + biji 11,69a 10,77a 10,44a 8,13b 11,36a 8,77b (ton/ha) Berat biji pipilan kering 7,80a 7,19a 6,99a 5,39a 7,25a 5,77b (ton/ha) Berat kering tongkol (ton/ha) 1,80a 2,19a 1,61a 1,55a 1,47a 1,25a Kecamatan Maja Berat basah Brangkasan + 24,44a 23,33a 26,53a 22,53b 20,28a 14,25b jagung (ton/ha) Berat basah tongkol + biji 13,64a 11,39a 13,39a 11,61b 11,17a 7,50b (ton/ha) Berat biji pipilan kering 9,17a 6,69b 8,81a 8,06a 7,19a 4,72b (ton/ha) Berat kering tongkol (ton/ha) 2,58a 2,56a 2,64a 2,64a 1,81a 1,44a Kecamatan Majalengka Berat basah Brangkasan + 22,39a 19,03b 24,31a 22,06b 21,47a 18,39b jagung (ton/ha) Berat basah tongkol + biji 10,44a 8,14b 11,69a 10,78a 11,36a 8,78b (ton/ha) Berat biji pipilan kering 7,00a 5,39b 7,81a 7,19a 7,25a 5,78b (ton/ha) Berat kering tongkol (ton/ha) 1,61a 1,56a 1,81a 2,19a 1,47a 1,25a Keterangan: Angka yang sama dalam baris yang sama tidak berbeda nyata pada Uji t-test pada taraf 0,05.
176
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 berbeda meskipun di lingkungan yang sama
KESIMPULAN
akan memberikan tanggapan yang berbeda.
1. Produktivitas jagung komposit dengan
5.
Produktivitas Jagung Komposit
menerapkan
Varietas jagung komposit dengan
Pengelelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
menerapkan komponen teknologi PTT
jagung di ketiga lokasi ditinjau dari
jagung
berat kering biji pipilan menunjukkan
secara
produktivitas
umum yang
menunjukkan paling
tinggi
dibandingkan non PTT. Dengan penerapan rekomendasi
teknologi
hasil lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa menerapkan PTT (non PTT)
berdasarkan
2. Varietas Lamuru di Kecamatan Talaga
meningkatkan
dan Maja mempunyai produktivitas
produktivitas jagung. Hal ini sejalan dengan
yang tinggi dibandingkan Varietas
Kasno dan Rostaman (2014), bahwa
Sukmaraga dan Gumarang sedangkan di
pemupukan berimbang baik menggunakan
Kecamatan
pupuk tunggal maupun pupuk majemuk
Sukmaraga
dengan memperhatikan status hara tanah,
tinggi, sehingga varietas yang cocok
dinamika hara tanah, dan kebutuhan
untuk
tanaman
Kabupaten Majalengka yaitu Varietas
status
pemupukan
komponen
hara
dapat
dapat
mencapai
produksi
optimum. Penggunaan
Majalengka produktivitasnya
dikembangkan
di
Varietas paling
wilayah
Lamuru dan Sukmaraga. varietas
unggul,
pemupukan dan pengelolaan budidaya yang
DAFTAR PUSTAKA
tepat dapat meningkatkan produktivitas
Hinz, P.N., R. Shorter, P.A. Du Bose, and S.S. Yang. 1977. Probabilities of Selecting Genotypes when Testing at Several Locations. Crop Science, 17: 325 - 326.
jagung. Hasil Penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Serealia pada lahan
kering
dengan
menerapkan
komponen teknologi PTT pada jagung, produksi Varietas Lamuru mencapai 6 – 6.5 ton ha-1, Varietas Sukmaraga pada lahan kering masam mencapai 5.5 - 6 ton ha-1, dan pada lahan sawah tadah hujan Varietas Lamuru dan Srikandi Kuning memberikan hasil sekitar 6-7 ton ha-1 (Sirrapa dan Nurdin, 2010).
Kasno, A dan Rostaman, T. 2013. Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas Jagung dengan Aplikasi Pupuk NPK Majemuk. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32 (3) : 179 - 186. Maruapey, A. 2012. Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Berbagai Asal Jagung Pulut (Zea mays ceratina. L). Jurnal Agroforestri, 7 ( 1) : 33 - 41. Nurdin, Maspeke, P., Ilahude, Z., dan Zakaria, F. 2009. Pertumbuhan dan 177
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 2, Oktober 2015 Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurnal Tanah Tropika, 14 (1) : 49 - 56. Nurdin, M. 2013. Kajian Pola dan Faktor Penentu Distribusi Penerapan Inovasi Pertanian PTT Padi Sawah Di Kabupaten Buru. Jurnal Agribisnis Kepulauan, 2 (2): 1 - 15. Pandia, A., Bangun, M., K., dan Hasyim, H. 2013. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemberin Pupuk N Dan K. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (3) : 348 - 361. Puslitbangtan. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Palawija 1918-2009. Puslitbangtan. Bogor. Pesireron, M. dan Senewe, R., E. 2011. Keragaan 10 Varietas/Galur Jagung Komposit Dan Hibrida Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Maluku, 7 (2) : 53 - 59 Rumbaina, D., Mustikawati dan Pujiharti, Y. 2011. Introduksi Varietas Unggul Jagung Komposit Di Lampung. Prosiding Seminar Nasional Serealia, 134-142.
178
Rusastra, I.W., T.A. Napitupulu, A.M. Oka, M.F. Kasim, 2006. Pengembangan Agribisnis Berbasis Palawija di Indonesia: Perannya dalam Peningkatan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan. Prosiding Seminar Nasional Bogor, 13 Juli 2006. Rusliyadi, M. dan Azrai, M. 2009. Penampilan Fenotif Dan Beberapa Parameter Genetika Genotif Jagung Komposit Di Gorontalo. Jurnal Pembangunan Pedesaan, 9 (1) : 1 - 8. Sawardi dan Efendi, R. 2009. Efisiensi Penggunaan Pupuk N Pada Jagung Komposit Menggunakan Bagan Warna Daun. Prosiding Seminar Nasional Serealia. 108 - 115. Sirrapa, M., P. dan Razak, N. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian Pupuk N, P, K dan pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku. Prosiding Pekan Serealia Nasional, hal 277 - 286. Sirrapa, M. dan Nurdin, M. 2010. Tanggapan Varietas Jagung Hibrida Dan Komposit Pada Pemberian Pupuk Tunggal N, P, K Dan Pupuk Kandang Di Lahan Kering. Jurnal Agrotropika, 15 (2): 49 - 55.