PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BATU
SKRIPSI
Oleh: Nuzulul Mucharomah 04110118
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG JULI, 2008
i
PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BATU
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Oleh: Nuzulul Mucharomah 04110118
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI, 2008
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BATU
SKRIPSI OLEH Nuzulul Mucharomah 04110118
DOSEN PEMBIMBING
Dra. Hj. Sutiah, M. Pd NIP. 150 262 509
Tanggal, 23 Juni 2008 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. M. Padil. M. Pd.I NIP. 150 267 235
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BATU SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh Nuzulul Mucharomah (04110118) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Juli 2008 dengan nilai A. dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Starata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I) Pada tanggal 24 Juli 2008 Panitia Ujian Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
H. Imron Rossidy, M. Th, M. Ed 150 303 406 Penguji Utama,
Dra. Hj. Sutiah, M.Pd NIP. 150 262 509 Pembimbing,
Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 150 215 375
Dra. Hj. Sutiah, M.Pd NIP. 150 262 509 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
iv
PERSEMBAHANKU
Dengan Segenap Jiwa dan Ketulusan Hati Ku Persembahkan Buah Karya ini Kepada:
Allah Yang Maha Esa dan Maha Segalanya, Pencipta Alam Raya dan Yang Menguasai Seluruh Makhluk Ciptaan-Nya
Ayah dan Ibundaku Tercinta (M. Zainuri Hasan & Siti Aminah), Kakek dan Nenek (Mak Tum & Bapak Bakri), Saudaraku (Mb’ Dian, Dik Raj, Dik Nisa’ & Mas Kadun) serta Seluruh Keluargaku yang Senantiasa Tiada Putus-putusnya untuk Mengasihiku Setulus Hati, yang Selalu Membantu Baik Moril, Material dan Spiritual sehingga Aku Mampu Menatap dan Menyongsong Masa Depan
Semua Guru-guru dan Dosen-dosenku yang Memberikan Secercah Cahaya Berupa Ilmu Hingga Aku Dapat Mewujudkan Harapan, Angan dan Cita-citaku untuk Masa Depan
Sahabat dan Teman-temanku yang Telah Memberikan Warna-warni Kehidupan dan Pengalaman yang Bermakna
v
MOTTO
( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) 4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.) Dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An-Nahl: 125)
vi
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 23 Juni 2008
Nuzulul Mucharomah
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillah, tiada kata yang pantas dan patut penulis ungkapkan selain rasa syukur ke hadirat Allah SWT “Sang Maha Cahaya” yang telah melimpahkan kasihsayang-Nya yang tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terlimpahcurahkan kepada teladan suci kita Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi umat. Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tuaku, Ayahanda dan Ibunda (M. Zainuri Hasan dan Siti Aminah) tercinta
yang
dengan
ikhlas
memberikan
kasih
sayangnya
serta
pengorbanannya, saudara-saudaraku dan segenap keluarga (umi Tum, abah Bakri, mbak Dian, dik Raj, mas Kadun, dik Nisya dan keluargaku yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu) yang selalu memberikan dorongan baik moril, materiil dan spirituil. 2.
Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H.M. Djunaidy Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, dan Bapak Drs. Padil, M. Pd.I, selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah beserta segenap dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang dengan ikhlas telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Ibu Dra. Hj. Sutiah, M.Pd, yang dengan ikhlas membagikan waktu, tenaga dan fikiran Beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan kepada penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 5. Bapak Drs. Rasyid, selaku Kepala SMP Negeri 2 Batu, beserta guru-guru dan karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Negeri 2 Batu.
viii
6. Bapak M. Mauluddin Zuhri, S.Pd.I, selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Batu, yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dari awal sampai selesai di SMP Negeri 2 Batu dan segenap siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu yang dengan ikhlas membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. 7. Sahabatku (Rama, eka, lala, Miela, khusnul, Ka’ Ha, dll) terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan selama ini, tanpa kalian semua, hidup ini tidak akan bermakna dan berwarna. 8. Seluruh penghuni Kerto Rejo 05 (Mama Ilak Ilak, ak, Mba’ Lia, Junet, Junet, Dian, Debol, Tau, Mb’ Linda, Mb’ Mumud, ieta N Bhita) Bhita) terima kasih atas pengertian dan motivasinya. 9. Teman-temanku (Ratna, Jijex, Fia, Cik Me, Rhodik, Om Abie, Shihab N PAI 04) 04) thanks for all. 10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesainya skripsi ini. Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah Ahsanal Jazaa” semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT. Dan akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Malang, Juni 2008
Penulis
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Stuktur Kurikulum SMP ............................................................ 24 2. Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI untuk SMP Kelas VIII Semester I .............................................. 25 3. Tabel 2.3 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI untuk SMP Kelas VIII Semester II............................................. 26 4. Tabel 3.1 Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif Siswa ...... 72 5. Tabel 3.2 Kategori Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif Siswa......... 73 6. Tabel 3.3 Observasi Hasil Belajar Afektif.................................................. 73 7. Tabel 3.4 Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siswa ........ 74 8. Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Batu .............................. 79 9. Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Kognitif siswa sebelum tindakan .................. 81 10. Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Afektif siswa sebelum tindakan .................... 82 11. Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif Siklus I .......................................... 92 12. Tabel 4.5 Taraf Keberhasilan Tindakan Hasil Belajar Afektif Siklus I ....... 93 13. Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siklus Kognitif II......................................... 109 14. Tabel 4.7 Taraf Keberhasilan Tindakan Hasil Belajar Afektif Siklus II...... 111
x
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .....................................
67
2. Gambar 4.1
Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum Tindakan .......
81
3. Gambar 4.2
Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Sebelum Tindakan.........
83
4. Gambar 4. 3
Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ........................
92
5. Gambar 4. 4
Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ..........................
94
6. Gambar 4. 5
Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II.......................
109
7. Gambar 4. 6
Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II........................
111
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin UIN
Lampiran 2
Surat Penelitian Dari SMP Negeri 2 Batu
Lampiran 3
Bukti Konsultasi
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 6
Lembar Informasi
Lampiran 7
Tes Formatif Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8
Pola Siklus I
Lampiran 9
Pola Siklus II
Lampiran 10
Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif
Lampiran 11
Grafik Peningkatan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Afektif
Lampiran 12
Kategori Keberhasilan Observasi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 13
Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 14
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Observasi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 15
Hasil Uji T
Lampiran 16
Instrumen Observasi
Lampiran 17
Instrumen Dokumentasi
Lampiran 18
Denah Sekolah
Lampiran 19
Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Batu
Lampiran 20
Data Jumlah Guru
Lampiran 21
Data Jumlah Pegawai
Lampiran 22
Dokumentasi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING..................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
vii
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................
viii
KATA PENGANTAR......................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
ABSTRAK........................................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 F. Penjelasan Istilah dan Ruang Lingkup Penelitian.................................... 7 G. Keterbatasan Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 8 H. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karakteristik Pendidikan Agama Islam di SMP ...................................... 11 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ................................... 11 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP ........................ 15 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP ........................... 20 4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP................................... 22
xiii
B. Prestasi Belajar PAI ............................................................................... 28 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI........................................................ 28 2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI ............................. 35 C. Pendekatan Active Learning ................................................................... 42 1. Pengertian Pendekatan Active Learning ........................................... 42 2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Active Learning..................................... 44 3. Ciri-Ciri Pendekatan Active Learning............................................... 49 4. Beberapa Macam Pendekatan Active Learning dan Langkah-langkah Penerapannya................................................................................... 50 D. Penerapan Pendekatan Active Learning dengan Metode Information Search dan Learning Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI............ 57 E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendekatan Active Learning ........... 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian .................................................................... 64 B. Kehadiran Peneliti di Lapangan ............................................................. 67 C. Lokasi Penelitian ................................................................................... 68 D. Sumber dan Jenis Data........................................................................... 68 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 69 F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 71 G. Pengecekan Keabsahan Data.................................................................. 74 H. Tahapan Penelitian................................................................................ 75 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN B. Latar Belakang Obyek Penelitian ........................................................... 76 1. Kronologis Berdirinya SMP Negeri 2 Batu ........................................ 76 2. Denah Lokasi SMP Negeri 2 Batu...................................................... 77 3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Batu ...................................................... 78 4. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Batu........................... 79 C. Hasil Observasi Awal ............................................................................ 80 D. Hasil Siklus I ......................................................................................... 84 E. Hasil Siklus II ........................................................................................ 97
xiv
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu ............................................ 115 B. Langkah-langkah Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Penerapan Pendekatan Active Learning Pada Siswa Kelas SMP Negeri 2 Batu........ 119 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan............................................................................................ 127 B. Saran ..................................................................................................... 129 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 131 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
ABSTRAK Mucharomah, Nuzulul. Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing: Dra. Hj. Sutiah, M.Pd. Kata Kunci: Pendekatan active learning, Prestasi Belajar PAI. Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan, seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah lebih memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilainilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatifvolutif. Banyak kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa PAI di sekolah lebih bersifat verbalistik dan formalis atau merupakan tempelan saja. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan, sehimgga menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI dan prestasi belajar PAI siswa menjadi rendah. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pendektan active learning. Berangkat dari permasalahan di atas, maka secara umum permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, apakah penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu? Bagaimana langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu dan juga untuk mendeskripsikan langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Batu. Dengan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) jenis kolaboratif. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) pengukuran tes hasil belajar; dan (3) dokumentasi. Tehnik analisis data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data yang berupa angka atau data kuantitatif dianalisis dengan cara menghitung prosentase dan uji T dengan bentuk one group design kemudian dideskripsikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan active learning pada bidang studi PAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Batu. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar kognitif berupa tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus dan hasil belajar afektif. Selain itu, data empiris juga menunjukkan xvi
peningkatan hasil belajar kognitif siswa, dilihat dari meningkatnya prosentase ketuntasan siswa yang dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75%. Pada observasi awal sebelum tindakan rata-rata hasil belajar 66,43 dengan prosentase ketuntasan 38,10% sebanyak 16 siswa meningkat menjadi rata-rata hasil belajar 69,52 dengan prosentase ketuntasan 52,38% sebanyak 22 siswa pada siklus I. Pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat 75,36 dengan prosentase ketuntasan 85,71% sebanyak 36 siswa. Hasil belajar afektif siswa meningkat, dilihat dari hasil observasi awal sebelum tindakan diketahui bahwa prosentase aspek kejujuran adalah 70,63%, meningkat menjadi 74,60% dan meningkatan menjadi 83,33%. Aspek penghargaan pada observasi awal sebesar 60,32%, meningkat menjadi 62,70% dan meningkat menjadi 72,22%. Aspek keberanian observasi awal sebesar 47% meningkat menjadi 50% dan semakin meningkat menjadi 77%. Aspek kerjasama pada observasi awal sebesar 52,38% meningkat pada siklus I menjadi 53,97% dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 75,40%. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji T dengan bentuk one group design, hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar kognitif menunjukkan t hitung = 9,331 lebih besar dari pada t tabel = 1,684 dan hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar afektif menunjukkan t hitung = 15,328 lebih besar dari pada t tabel = 1,684 sehingga Ha diterima (Ha = Ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning). Langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI siswa melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu sebagaimana yang telah peneliti lakukan adalah: sesuai dengan tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ditambah lagi dengan pemberian motivasi yang tinggi kepada siswa dan reward (hadiah) berupa pujian kepada kelompok yang aktif dan kompak, sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah tujuan pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam pasal Undang-undang RI No. 20 tentang SISDIKNAS. Sedangkan Pendidikan Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat, karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain.1 Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan, seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah lebih memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama) dan mengabaikan pembinaan
1
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara dan Depag, 1996),
hlm. 28.
1
2
aspek afektif dan konatifvolutif, yakni kemauan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama yang benar. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi Islami.2 Begitu juga selama ini banyak berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa PAI di sekolah lebih bersifat verbalistik dan formalis atau merupakan tempelan saja. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.3 Seperti halnya pendekatan pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI dan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik-teknik 2
Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengeefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 106. 3 Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, loc. cit.
3
mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.4 Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain.5 Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, serta pendekatan tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya seperti hasil atau prestasi belajar siswa yang semakin meningkat.
4
A. Saepul Hamdani, Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran PAI (Surabaya: NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya), hlm. 1. 5 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar (Jakarta: Paramadina dan Logos, 2003), hlm. 24.
4
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pendekatan pembelajaran active learning, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa yaitu dengan penerapan pendekatan active learning. Pendekatan active learning yaitu belajar dengan menggunakan otak, mempelajari
gagasan-gagasan,
memecahkan
berbagai
masalah,
dan
menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif (active learning) merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik, karena sering kali siswa tidak hanya terpaku di tempat duduk mereka tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk berfikir keras.6 Penggunaan pendekatan active learning ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini sejalan dengan yang dimaksudkan dari pendekatan active learning agar mampu merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan siswa agar menjadikan siswa lebih aktif, bebas berekspresi baik secara individu maupun kelompok sehingga pelajaran akan tercapai dengan hasil yang lebih 6
Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 9.
5
baik dan sesuai dengan yang diharapkan serta dengan cara memaksimalkan penggunaan pendekatan active learning yang mengedepankan potensi nalar dan emosi. Oleh karena itulah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan active learning. Maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul “Penerapan Pendekatan Active Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti pengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu? 2. Bagaimana langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu.
2.
Untuk
mendeskripsikan
Bagaimana
langkah-langkah
meningkatkan
prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu.
6
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka, hipotesis dapat dirumuskan: Ha. Ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning. Ho. Tidak ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak: Teoritik. •
Sekolah Sebagai
sumbangan
pengembangan
metodologi
agama
Islam
disekolah. •
Bagi Penelitian Lebih Lanjut Sebagai bahan kajian untuk diadakannya penelitian lebih lanjut tentang pendekatan pembelajaran active learning dengan pendekatan maupun variabel yang berbeda.
Praktisi •
Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru PAI untuk menerapkan pendekatan active learning dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.
7
•
Bagi Siswa Memudahkan siswa untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.
•
Bagi Penulis Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional.
F. Penjelasan Istilah dan Ruang Lingkup Penelitian Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah penulisan skripsi ini, ada baiknya penulis terlebih dahulu menjelaskan kata kunci yang terdapat dalam pembahasan ini: 1. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.7 2. Prestasi Belajar PAI Prestasi belajar atau hasil belajar dapat diperoleh di bidang suatu mata pelajaran tertentu, begitu juga dengan mata pelajaran PAI, sehingga
7
Muhaimin, Suti’ah, Nur Ali. op.cit., hlm. 75-76.
8
batasan istilah ini lebih difokuskan pada prestasi belajar PAI. Prestasi belajar PAI dapat didefinisikan penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari tentang mata pelajaran PAI yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.8 3. Pendekatan Active Learning. Batasan istilah ini lebih difokuskan pada pendapat Melvin L. Silberman, yaitu belajar aktif adalah belajar dengan menggunakan otak, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif (active learning) merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik, karena sering kali siswa tidak hanya terpaku di tempat duduk mereka tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk berfikir keras.9 G. Keterbatasan Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini hanya terbatas pada penerapan pendekatan active learning dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode information search dan siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw.
8
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20. 9 Melvin L. Silberman. op.cit., hlm. 9.
9
2. Langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII F SMP negeri 2 Batu, yaitu: sesuai dengan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian. Untuk mengukur penilaian prestasi belajar siswa, diukur dari aspek kognitif dan aspek afektif.
H. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika pembahasan skripsi ini dibagi dalam enam bab: Bab I memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan ruang lingkup penelitian, keterbatasan ruang lingkup penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab II merupakan pembahasan tentang kajian teori, yang mencakup pembahasan tentang karekteristik pendidikan agama Islam di SMP yang meliputi: pengertian pendidikan agama Islam di SMP, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam di SMP, ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMP, serta kurikulum pendidikan agama Islam di SMP; tinjauan tentang prestasi belajar PAI yang meliputi: pengertian prestasi belajar pendidikan agama Islam, serta faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam; tinjauan tentang pendekatan active learning yang meliputi: pengertian pendekatan active learning, prinsip-prinsip pendekatan active learning, ciri-ciri pendekatan active learning, serta beberapa macam pendekatan active learning dan langkah-langkah penerapannya; tinjauan
10
tentang penerapan pendekatan active learning dengan metode information search dan learning jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar PAI; faktor pendukung dan penghambat pendekatan active learning. Bab III merupakan penjelasan tentang pendekatan penelitian yang mencakup desain dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian. Bab IV merupakan penjelasan tentang laporan hasil penelitian, yang telah dilakukan oleh peneliti, meliputi penjelasan tentang latar belakang obyek penelitian, penjelasan observasi awal, siklus I, dan siklus II. Bab V merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Bab VI merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dari semua isi atau hasil penelitian ini. Dalam bab ini, juga dikemukakan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karekteristik Pendidikan Agama Islam di SMP 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP Berbicara tentang Pendidikan Agama Islam tidak lepas dari pengertian pendidikan secara umum, karena pengertian Pendidikan Agama Islam sama halnya dengan pengertian pendidikan secara luas, hanya saja landasan yang digunakan dalam Islam. Didalam UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.10 Ahmad Tafsir memberikan pengertian bahwa
pendidikan
adalah usaha
meningkatkan diri dalam segala aspek. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik); mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan adalah seluruh aspek kepribadian.11
10 Undang-undangan No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Darut Bahagia), hlm. 2. 11 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 6.
11
12
Menurut Encyclopedia Education, yang dikutip oleh Zuhairini, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Dengan demikian perlu untuk diarahkan kepada pertumbuhan moral dan karakter. Pendidikan Islam tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, akan tetapi di samping pengetahuan agama mesti ditekankan pada feeling attitude, persoalan ideal, aktivitas kepercayaan.12 Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional merumuskan hakikat pendidikan sebagai usaha orang tua bagi anak-anak dengan maksud untuk menyokong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki timbulnya kekuatan rohani dan jasmani yang ada pada anak-anak. Pendidikan juga dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan yang ada agar masyarakat mencapai keselamatan dan bahagia setinggi-tingginya.13 Azizy berpendapat bahwa esensi dari pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus mencakup dua hal, yaitu mendidik peserta didik untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau ahlak Islam dan mendidik peserta didik untuk mempelajari materi agama Islam – subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.14
12
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Universitas Negeri Malang: UM PRESS, 2002), hlm. 1. 13 Darmaningtyas. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 10. 14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 131.
12
13
Menurut Zakiah Darajat, pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak didiknya supaya kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life (pandangan hidup) .15 Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengalaman,
pengetahuan
dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.16 Muhaimin mengatakan bahwa di dalam GBPP PAI di sekolah umum menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dari pengertian ini dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:
15
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 6. 16 Abdul Majid dan Dian Andayani, op cit., hlm. 130.
13
14
a. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan dan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta didik yang hendak dipersiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti orang yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan dan pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam. c. Guru pendidikan agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didik untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim), ataupun
yang tidak seagama
(hubungan dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathoniyah) dan bahkan persatuan dan kesatuan antar manusia (ukhuwah insaniyah).17 Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pakar pendidikan agama Islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan agama Islam. Ada yang menitikberatkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada yang menuntut pendidikan teori dan praktek dan sebagian lagi ada yang menghendaki terwujudnya kepribadian muslim. Namun 17
Muhaimin, Sutiah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengeefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 75-76.
14
15
demikian, dari perbedaan tersebut secara ringkas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian seorang muslim.18 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP a. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam di SMP Masalah dasar adalah masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari dasar itu akan membentuk corak dan misi pendidikan dan dari tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana pendidikan itu akan diarahkan. Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Layaknya sebuah bangunan kekokohannya sangat tergantung pada pondasi yang menjadi dasarnya, pondasi itu akan menjadi sumber kekuatan dan keteguhan bangunan tersebut. Dasar pendidikan agama Islam, yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan agama Islam dapat berdiri tegak tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik di masa sekarang maupun di masa datang. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan agama Islam akan tegak berdiri tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhi. 18
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 11.
15
16
Dasar pendidikan Islam ada tiga, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah dan Perundang-undangan yang merupakan dasar operasional pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia.19 1) Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan dasar ideal pendidikan agama Islam. AlQur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan, di samping masalah keimanan, juga masalah pendidikan. Allah berfirman dalam surat Al-Alaq:
ù&tø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Allahmu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah dan Allahmulah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (3). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang telah diketahuinya” (Al Alaq:1-3).20
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah menciptakan manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya, dia harus memeliharanya dan agar tidak luntur hendaknya melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
19 20
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 19. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Diponegoro, 2005), hlm. 479.
16
17
Bahkan tidak hanya itu, Allah juga memberikan bahan (materi pendidikan) agar manusia hidup sempurna di dunia ini. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah:
tΑ$s)sù Ïπs3Í×‾≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎz÷tä §ΝèO $yγ‾=ä. u!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u zΝ‾=tæuρ ∩⊂⊇∪ tÏ%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) ÏIωàσ‾≈yδ Ï!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6/Ρr& Artinya: “…Dan Dia mengajarkan nana-nama (benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah pada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu memang benar-benar beriman” (Al Baqarah: 31).21
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memenuhi segala sesuatu belum cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana, serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu. Dengan penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan supaya manusia itu menemukan jati dirinya sebagai insan
yang
bermartabat,
maka
tidak
boleh
tidak
harus
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Di samping itu masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggung pendidikan .22 2). As-Sunnah Sebagaimana Al-Qur’an, As-Sunnah juga merupakan landasan ideal bagi pendidikan agama Islam, As-Sunnah merupakan sumber
21 22
Ibid., hlm.6. Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 19-21.
17
18
kedua setelah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, As-Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. As-Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia menjadi manusia seutuhnya. Beliau juga mendidik dengan menggunakan rumah Al-Arqom Ibn Abi AlArqom, dengan memanfaatkan tawanan perang dan juga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, As-Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim.23 Dalam pendidikan Islam, As-Sunnah mempunyi dua fungsi, yaitu menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam AlQur’an serta menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya dan
menyimpulkan
pendekatan
pendidikan
dari
kehidupan
Rasulullah SAW bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.24 3) Dasar Yuridis (Perundang-undangan) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia merupakan dasar operasional yang terbentuk sebagai perwujudan dari dasar ideal pendidikan Islam itu sendiri. Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
23
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara dan Depag, 1996),
hlm. 21. 24
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 35.
18
19
UUD 1945 (1). UUD 1945, pasal 29 ayat 1, berbunyi : Negara berdasarkan atas KeTuhanan Yang Maha Esa. (2). UUD 1945, pasal 29. Ayat 2 berbunyi : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk
agamanya
masing-masing
dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.25 Pasal 29 UUD 1945 mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama. Dalam arti orang-orang atheis dilarang hidup di Negara Indonesia. Di samping itu Negara melindungi umat beragama, untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya masing-masing. Karena itu, agar seluruh ummat dapat menjalankan ajaran agamanya masing-masing diperlukan adanya pendidikan agama.26 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang memerlukan suatu kegiatan. Karena itu, tujuan pendidikan agama Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan pendidikan agama Islam.27
25
Undang-undang Dasar Tahun 1945 (Surabaya: Jaya Sakti, 2005), hlm. 1. Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 22-23. 27 Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 68. 26
19
20
Tujuan pendidikan agama Isam dirumuskan dari nilai-nilai filosofis yang kerangka dasarnya termuat dalam filsafat pendidikan agama Islam. Seperti halnya dasar pendidikannya, tujuan pendidikan agama Islam juga identik dengan tujuan Islam itu sendiri.28 Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pada setiap tahap atau tingkatan yang dilaluinya, adapun pendidikan agama Islam di SMP bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi, pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.29 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur’an hadits, keimanan, syariah, ibadah, muamalah, ahlak dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, ahlak, fiqh dan bimbingan ibadah serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.30 Dan pada tahun 2004 ruang lingkup materi PAI meliputi, Al-Qur’an, akidah, ahlak, fiqh dan Tarikh dan kebudayaan Islam.
28
Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), hlm. 89. Khaeruddin dan Mahfud Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan konsep dan Implementasinya di Madrasah (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 27. 30 Muhaimin, Sutiah dan Nur Ali, op.cit., hlm. 79. 29
20
21
Sedangkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan, ahlak, fiqh atau ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain yaitu: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. b. Hubungan manusia dengan manusia. c. Hubungan manusia dengan (selain manusia) dan lingkungannya.31 Adapun ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam yang ada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara lain yaitu: a. Al-Qur’an. b. Akidah. c. Ahlak. d. Fiqh. e. Tarikh dan kebudayaan Islam. 4. Kurikulum PAI di SMP Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah ”kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada
31
Abdul Majid, Dian Andayani, op cit., hlm. 131.
21
22
bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. Al-Khauly menjelaskan manhaj sebagai seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.32 Pengertian kurikulum yang ditemukan para ahli rupanya sangat bervariasi, pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama atau yang sering disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.33 Pengertian ini mempunyai implikasi bahwa mata pelajaran pada hakikatnya pengalaman masa lampau, tujuannya adalah untuk memperoleh ijazah. Sedangkan menurut pandangan modern menyebutkan bahwa kurikulum merupakan pengalaman siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi
32 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 1. 33 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 3.
22
23
sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata lain kurikulum haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya harus dipelajari oleh siswa.34 Kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai siswa sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.35 Struktur kurikulum di SMP disajikan sebagai berikut.
34 35
Khaeruddin dan Mahfud Junaidi, op.cit., hlm. 27. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT Rosda Karya, 2007),
hlm. 50.
23
24
Tabel 2.1 Stuktur Kurikulum SMP Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen VII
VIII
IX
1. Pendidikan Agama
2
2
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
4
5. Matematika
4
4
4
6. Ilmu Pengetahuan Alam
4
4
4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
8. Seni Budaya
2
2
2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
2
10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunilasi
2
2
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
2
2
2
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan kompetensi lulusan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar PAI di SMP,36 disajikan sebagai berikut:
36
Muhaimin, Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 279-295.
24
25
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI untuk SMP Kelas VIII Semester I Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006 Al-Qur’an 1. Menerapkan hukum 1.1 Menjelaskan bacaan Qolqolah dan Ra bacaan Qolqolah 1.2 Menerapkan hukum bacaan Qolqolah dan Ra dalam bacaan surat-surat dan Ra Al-Qur’an dengan benar Akidah 2. Meningkatkan 2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab keimanan kepada Allah Kitab-kita Allah 2.2 Menyebutkan nama kitab-kitab allah SWT. yang diturunkan kepada para Rasul 2.3 Menampilkan sikap mencintai Al-Qur’an sebagai kitab Allah Ahlak 3. Membiasakan 3.1 Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakkal perilaku terpuji 3.2 Menampilkan contoh perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari 4. Menghindari perilaku tercela
Fiqh 5. Mengenal tatacara Shalat Sunnat
4.1 Menjelaskan pengertian ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah 4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah 4.3 Menghindari perilaku ananiah, ghadab, hasad, gibah, dan namimah dalam kehidupan sehari-hari. 5.1 Menjelaskan ketentuan shalat sunnat rawatib 5.2 Memperaktikkan shalat sunnat rawatib
6. Memahami macam- 6.1 Menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwi, macam Sujud dan sujud tilawah 6.2 Menjelaskan tatacara sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah 6.3 Memperaktikkan sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah 7. Memahami tatacara puasa
7.1 Menjelaskan ketentuan puasa wajib 7.2 Memperaktekkan puasa wajib 7.3 Menjelaskan ketentuan puasa sunnah Senin–Kamis, Syawal, dan Arafah 7.4 Memperaktikkan puasa sunnah Senin – Kamis, Syawal, dan Arafah
8. Memahami zakat
8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakatmal 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal 8.4 Memperaktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal
Tarikh dan Kebudayaan Islam 9. Memahami sejarah 9.1 Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW. dalam Nabi membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan 9.2 Meneladani perjuangan Nabi dan para sahabat di Madinah
25
26
Tabel 2.3 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI untuk SMP Kelas VIII Semester II
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006 Al-Qur’an 1. Menerapkan hukum bacaan Mad dan Waqaf
Akidah 2. Meningkatkan keimanan kepada para Rasul Allah
Ahlak 3. Membiasakan perilaku terpuji
4. Menghindari perilaku tercela
Akidah 5. Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
Ahlak 6. Membiasakan perilaku terpuji
Fiqh 7. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan
1.1 Menjelaskan hukum bacaan Mad dan waqaf 1.2 Menunjukkan contoh hukum bacaan Mad dan Waqaf dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an 1.3 Mempraktekkan bacaan Mad dan waqaf dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an 2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Rasul Allah 2.2 Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul AllaH 2.3 Meneladani sikap-sikap Rasulullah SAW
3.1 Menjelaskan abad makan dan minum 3.2 Menampilkan adab makan dan minum 3.3 Mempraktekkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari 4.1 Menjelaskan perilaku dendam dan munafik 4.2 Menjelaskan ciri-ciri pendendam dan munafik 4.3 Menghindari perilaku pendendam dan munafik dalam kehidupan sehari-hari 5.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Hari Akhir 5.2 Menyebutkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hari Akhir 5.3 Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kubro seperti terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 6.1 Menjelaskan pengertian qana’ah dan tasamuh 6.2 Menampilkan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh 6.3 Membiasakan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari 7.1 Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan 7.2 Menghindari makanan yang bersumber dari Binatang yang diharamkan
Tarikh dan Kebudayaan Islam 8. Memahami sejarah dakwah Islam
8.1 Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah 8.2 Menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan Perannya sampai masa daulah Abbasiyah.
26
27
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dikembangkan dari standar kompetensi lulusan, adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran PAI,37 yaitu: a. Al-Qur’an Hadits Menerapkan tata cara membaca Al-Qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca ”Al”-Syamsiah dan ”Al”-Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqof. b. Akidah dan Ahlak 1) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qodha dan Qadar serta Asmaul Husna. 2) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qonaah dan tasamuh dan menjauhkan diri dari prilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah. c. Fiqh Menjelaskan tata cara wajib mandi dan sholat-sholat mufarid dan jamaah baik sholat wajib maupun sholat sunah. d. SKI Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara.
37
Muhaimin, Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, op.cit., hlm. 269-270.
27
28
B. Prestasi Belajar PAI 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI Prestasi belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Setiap kata dari prestasi dan belajar mempunyai arti tersendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan.38 Menurut Purwadarminta, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).39 Pendapat lain mengenai prestasi dikemukakan olen Nasrur Harahab, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Mas’ud Hasanah Abdul Qohar juga memberikan definisi tentang prestasi. Bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.40 Dari pengertian prestasi yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja. Sedangkan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenjang
38
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: P N Balai Pustaka), hlm. 787. Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20. 40 Ibid., hlm. 20-21. 39
28
29
pendidikan, ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses yang dialami oleh siswa. Para pedadog dan psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan prilaku.41 Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dari pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.42 Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.43 Biggs dalam teaching for learning mendefinisikan belajar dari tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, institusional dan kualitatif. Dalam rumusan ini kata perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit karena kedua istilah tersebut sudah menjadi kebenaran
41
Burhanuddin Salam, Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 3. 42 Muhaimin, Abdul Ghofir dan Nur Ali, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hlm. 43. 43 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm. 28.
29
30
umum. Secara kuantitatif (jumlah) belajar diartikan sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, jadi belajar dalam hal ini seberapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa. Secara institusional (kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses “validitas” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari siswa, sedangkan secara kualitatif (mutu) belajar merupakan proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa dalam arti tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.44 Definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas diperoleh hal-hal pokok tentang belajar, yaitu:45 (a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial). (b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit). (c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Dari pengertian prestasi dan belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah proses yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, penerapan, daya analisis, sintesis,
44
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 91-92. 45 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), hlm. 232.
30
31
dan evaluasi.46 Prestasi belajar juga sebagai penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.47 Kemajuan siswa yang diperoleh tidak saja berupa ilmu pengetahuan, tapi juga berupa kecakapan atau keterampilan. Semuanya bisa diperoleh di bidang suatu mata pelajaran tertentu, salah satunya pada mata pelajaran PAI. Sejalan dengan definisi prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PAI adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari tentang mata pelajaran PAI yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.48 Prestasi belajar PAI dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai. Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam mencakup hasil langsung (instructional effect) dan hasil pengiringan (nurturant effect). Perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik diperlukan pemilihan hasil pembelajaran yang segera dapat diukur pencapaiannya (hasil langsung) dan hasil belajar yang terbentuk secara kumulatif yang merupakan ramuan dari
sejumlah
peristiwa
pembelajaran
pendidikan
agama
(hasil
pengiringan).
46 Reni Akbar Hawadi, Akselerasi Informasi Program Percepatan Belajat Anak Berbakat Intelektual (Jakarta: Grasindo Anggota Ikapi, 2004), hlm. 68. 47 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 24. 48 Ibid..
31
32
Hasil pembelajaran pendidikan agama tidak semua berupa hasil nyata yang dapat diukur langsung setelah belajar, karena ada hasil belajar yang tidak bisa diamati setelah pembelajaran pendidikan agama berakhir, terutama hasil pembelajaran ranah sikap. Ranah sikap merupakan hasil pendidikan agama yang banyak diharapkan dan sikap lebih merupakan hasil pembelajaran pendidikan agama yang terbentuk secara kumulatif dalam waktu yang relatif lama dan merupakan integrasi internalisasi dari hasil sejumlah perlakuan pembelajaran pendidikan agama.49 Dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar, guru harus menyadari bahwa pendidikan tidak hanya dirumuskan dari sudut normatif, pelaksanaan interaksi belajar mengajar adalah untuk menanamkan suatu nilai ke dalam diri siswa agar mengalami perubahan. Akhir dari interaksi belajar mengajar diharapkan siswa merasakan perubahan-perubahan dalam dirinya. Untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi itu dapat dilihat dari jangkauan kemampuan seperti kognitif domain, afektif domain, dan psychomotorik domain.50 Menurut Bloom, dkk, ranah (domain) pembinaan pendidikan ada tiga macam, yaitu:51 a. Kemamuan kognitif, yang berhubungan dengan aspek intelektual (pengetahuan). b. Kemapuan afektif, mengenai aspek emosi (minat, tingkah laku, dan nilai).
49
Muhaimin, Sutiah dan Nur Ali, op.cit., hlm. 192. Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 17. 51 Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 130. 50
32
33
c. Kemampuan psikomotor, meliputi aspek keseimbangan antara fisik dan psikis serta keahlian. Ketiga aspek tersebut secara sederhana sebagai aspek yang bertalian dengan “head” (aspek kognitif), “heart” (aspek afektif), “hand” (psikomotorik), yang ketiganya saling berhubungan erat dan tidak terpisahkan satu sama lainnya. Tiap-tiap aspek terdiri dari bagian-bagian yang berurutan secara teratur yang disebut Taxonomy berupa tujuan pendidikan yang harus dicapai dalam situasi belajar mengajar. Aspek-aspek yang diperoleh dari proses belajar mengajar, menurut Bloom dapat dijabarkan lagi dalam bentuk-bentuk yang lebih operasional, yaitu: a. Aspek pengetahuan (cognitive) terdiri dari 6 (enam) kecakapan, yaitu: 1)
Kecakapan pengetahuan (knowledge).
2)
Kecakapan pemahaman (comprehension).
3)
Kecakapan penerapan (application).
4)
Kecakapan penguraian (analysis).
5)
Kecakapan pemanduan (syntesis).
6)
Kecakapan penilaian (evaluation). Perubahan yang terjadi pada aspek kognitif tergantung pada
tingkat kedalaman belajar yang dialami, misalnya untuk aspek kognitif seorang siswa dapat hanya berubah pengetahuan saja, atau lebih mendalam lagi dapat berubah pemahamannya mengenai suatu hal, berubah kemampuannya dalam menerapkan pengetahuannya, berubah
33
34
pengetahuan
dalam
menganalisis
suatu
kejadian,
berubah
kemampuannya untuk melakukan evaluasi terhadap masalah yang dihadapinya. Seorang siswa diharapkan akan mampu melakukan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya dengan perubahan aspek kognitifnya. b.
Aspek sikap (affective) terdiri dari 5 (lima) kecakapan, yaitu: 1) Kecakapan menerima rangsangan (receiving). 2) Kecakapan merespon rangsangan (responding). 3) Kecakapan menilai sesuatu (valuing). 4) Kecakapan mengorganisir nilia (organization). 5) Kecakapan
menginternalisasikan
(mewujudkan)
nilai-
nilai/pemilikan (chacterization by a value or value complex). Apabila perubahan terjadi pada aspek afektif ini, siswa diharapkan akan lebih peka terhadap nilai dan etika yang berlaku dalam pendidikan agama Islam. Jika perubahan yang terjadi cukup mendasar,
maka
siswa
tidak
hanya
akan
menerima
dan
memperhatikan sesuatu nilai saja, melainkan juga akan mampu menanggapi serta mengikatkan diri pada nilai itu, mampu melakuakan pengaturan suatu sistem nilai yang berlaku dalam pendidikan agama Islam. Dengan pengertian bahwa siswa mampu menyerap sistem nilai itu, sehingga menjadi milik pribadinya dan sebagai akibat sikap mentalnya mencerminkan sistem nilai itu.
34
35
c.
Aspek Keterampilan (pscyhomotor) Aspek psikomotorik ini, siswa akan memperoleh keterampilan yang
bermacam-macam
berdasarkan
kepentingannya,
meliputi:
persepsi, kesiapan, jawaban terarah, jawaban yang kompleks, adapsi, dan asli. Dalam aspek ini banyak terjadi peniruan tingkah laku. Uraian di atas dapat diperoleh kejelasan bahwa proses belajarmengajar pada dasarnya mengharapkan terjadinya perubahan dalam ketiga aspek tersebut. Perubahan yang diharapkan terjadi pada ketiga aspek tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku siswa sehingga pada akhirnya cara berfikir, cara merasa dan cara siswa melakukan sesuatu akan menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku pada dirinya.52 Sehingga siswa nantinya memiliki hasil belajar/prestasi belajar PAI yang baik dan mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari baik dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, secara umum faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2 kategori, yaitu (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.53
52
Muhaimin, Abdul Ghofir dan Nur Ali, op.cit., hlm. 70-72. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2007), hlm. 19. 53
35
36
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 3 yaitu: (1) faktor internal atau faktor dalam diri siswa, (2) faktor eksternal atau faktor yang datang dari luar diri siswa, dan (3) faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan pendekatan yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.54 Uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Intern 1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, seperti fungsi-fungsi panca indra apabila terganggu kesehatnnya maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Panca indra mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar mengajar. Panca indra adalah pintu gerbang ilmu pengetahuan, hal ini mengingatkan bahwa pengenalan dunia luar yang bisa disebut pengamatan, panca indra mempunyai peranan penting. Hasilnya berupa kesan yang tinggal dalam ingatan (tanggapan) yang berikutnya membantu fantasi, demikian terus terkait satu
54
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 130.
36
37
sama lainnya, sehingga pentingnya panca indra tidak perlu diragukan lagi.55 b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Jika ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu yang dapat mengurangi pengaruh kecacatan.56 2) Faktor Psikologis a) Intelegensi/ kecerdasan siswa Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua dan lain sebagainya.57 b) Perhatian Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang
55
Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 70. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 55. 57 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm. 20-21. 56
37
38
dilakukan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, perhatian bisa dibedakan perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. Makin intensif perhatian belajar makin berhasillah belajar, oleh karenanya
materi
dan
penyampaian
sebaiknya
mampu
menimbulkan perhatian yang intensif.58 c) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya. Baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.59 d) Motivasi Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.60 Sedangkan motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
58
Mustaqim, op.cit., hlm. 72. Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 134. 60 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Grafika Offset, 2005), hlm. 59
106.
38
39
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.61 e) Bakat Slavin mendefinisikan bakat sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang di pelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. f) Minat Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
61
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 23.
39
40
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan di pelajarinya.62 3) Faktor Kelelahan a) Kelelahan Jasmani. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang pada bagian-bagian tertentu. Ini juga sangat mempengaruhi belajar siswa, yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa. b) Kelelahan Rohani. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan,
sehingga
minat
dan
dorongan
untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini juga sangat mempengaruhi
dalam
belajar
siswa
dan
mengakibatkan
menurunnya prestasi belajar siswa. b. Faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga Keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang mempunyai pengaruh terhadap prestasi siswa. Karena lingkungan keluargalah yang pertama-tama membentuk kepribadian siswa, apakah keluarga akan memberikan pengaruh positif atau negatif. Pengaruh
62
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm.24-25.
40
41
ini terlihat dari cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian keluarga dan sebagainya.63 2) Faktor Sekolah Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, maka faktor selanjutnya yang mempengaruhi adalah faktor sekolah. Siswa akan mempunyai prestasi yang baik apabila sekolah yang ditempati menggunakan pendekatan belajar yang baik, kurikulum yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, adanya hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, terwujudnya disiplin sekolah, lengkapnya alat-alat belajar, serta tersedianya sarana dan prasarana untuk belajar.64 3) Faktor Masyarakat Masyarakat
merupakan
faktor
eksternal
yang
juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa di tengah-tengah masyarakat, faktor dari masyarakat ini antara lain tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar siswa.65 c.
Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar, dapat dipelajari sebagai segala cara atau strategi yang di gunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini
63
Slameto, op.cit., hlm. 60. Ibid., hlm. 64. 65 Ibid., hlm. 69-70. 64
41
42
berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar.66 Menurut Caroll dalam A. Kosasih hasil belajar atau prestasi siswa dipengaruhi oleh lima faktor,67 diantaranya: 1)
Faktor bakat belajar.
2)
Faktor waktu yang tersedia untuk belajar.
3)
Faktor kemampuan pengajaran.
4)
Faktor kualitas pengajaran.
5)
Faktor lingkungan. Dari kelima faktor tersebut, maka faktor pertama sampai keempat
merupakan faktor yang datang dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor yang kelima merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa yakni lingkungan. C. Pendekatan Active Learning 1. Pengertian Pendekatan Active Learning Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif. Kebanyakan praktisi dan pengamat ada juga yang menyebutnya sebagai model learning by doing. Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi.
66
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 140. A. Kosasih, dkk. Optimalisasi Media Pembelajaran Mempengaruhi Motivasi, hasil Belajar dan Kepribadian (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 51. 67
42
43
Dengan pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.68 Pendekatan active learning adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Misalnya dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan dari sarana belajar. Menurut Ujang Sukandi, pengertian dari pendekatan active learning adalah cara pandang yang menganggab belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informsi yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung pada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal yang baru.69 Menurut Melvin L. Silberman, pendekatan active learning adalah belajar dengan menggunakan otak, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif (active learning) merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik, karena sering kali siswa tidak
68 Ellys J. Ed, Kiat-Kiat Meningkatkan Potensi Belajar Anak (Bandung: Pustaka Hidayah,tt), hlm. 29. 69 Ujang Sukandi, Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa, Bagaimana ( Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), hlm. 6.
43
44
hanya terpaku di tempat duduk mereka tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk berfikir keras.70 Memang pendekatan active learning merupakan konsep yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik keaktifan dalam rangka active learning strategy yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back) dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi dan nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan active learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien dalam kehidupan sehari-hari. 2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Active Learning Untuk dapat menerapkan pendekatan active learning dalam proses belajar mengajar, maka hakekat dari pendekatan active learning perlu 70
Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 9.
44
45
dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan active learning adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam bentuk keaktifan fisik. Sedangkan dalam penerapan pendekatan active learning seorang guru harus mampu menyajikan pelajaran yang diajarkan menjadi menantang dan merangsang daya cipta peserta didik untuk menemukan serta mengesankan bagi peserta didik. Untuk itu seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan pendekatan active learning, sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan dan Zuhairini, bahwa prinsip-prinsip pendekatan active learning adalah sebagai berikut: a. Prinsip Motivasi Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah
45
46
membangkitkan motivasi siswa sehingga siswa mau belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intristik) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya (motivasi ekstrinsik).71 b. Prinsip Latar atau Konteks. Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, para peserta didik yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan. Karena itu, para guru perlu menyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, keterampilan, sikap dan pengalaman yang telah dimiliki para peserta didik. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru atau dipelajari para peserta didik. Dalam mengerjakan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan
atau
hewan
misalnya,
para
guru
dapat
mengaitkannya dengan pengalaman para peserta didik dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dipelihara orang tuanya, yang berada dilingkungan sekitarnya. Dengan cara ini, peserta didik akan lebih mudah menangkap dan memahami bahan pelajaran yang baru.72 c. Prinsip Keterarahan kepada Titik Pusat atau Fokus Tertentu. Seorang guru diharapkan dapat membuat suatu bentuk atau pola pelajaran, agar pelajaran tidak terpecah-pecah dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran dapat terpusat pada materi tertentu. Untuk itu
71 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 28-29. 72 Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 10.
46
47
seorang guru harus merumuskan dengan jelas masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab. Upaya ini akan dapat membatasi keleluasaan dan kedalaman tujuan belajar serta akan memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai secara tepat.73 d. Prinsip Hubungan Sosial atau Sosialisasi. Dalam belajar para peserta didik perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian oleh para peserta didik. Belajar mengenai bahan bangunan yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam membangun rumah, tentu saja akan lebih mudah dan lebih cepat jika para peserta didik bekerja sama. Peserta didik dapat dibagi kedalam kelompok dan kepada setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian peserta didik.74 e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja. Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak. Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak 73 74
Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 96. Conny Semiawan dkk, op.cit., hlm. 11.
47
48
tumbuh semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah kadar berfikir. Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan bekerja, mencari dan menemukan sendiri tidak akan mudah dilupakan. Hal ini akan tetanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para peserta didik akan bergembira kalau mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya.75 f. Prinsip Perbedaan Perorangan atau Individualisasi. Masing-masing individu mempunyai kecenderungan yang berbeda. Untuk itu para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap siswa-siswanya. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari perbedaan peserta didik, agar kecepatan dan keberhasilan belajar peserta
didik
dapat
ditumbuhkembangkan
dengan
seoptimal
mungkin.76 g. Prinsip Menemukan. Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi yang telah dimiliki. Informasi guru tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar dan ‘memancing’ peserta didik untuk ‘mengail’ informasi selanjutnya. Jika peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri informasi itu, maka mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati.
75 76
Ibid.. Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 97.
48
49
Getaran-getaran dalam diri peserta didik akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan, malah menggairahkan.77 h. Prinsip Pemecahan Masalah Seluruh kegiatan peserta didik akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para peserta didik dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong para peserta didik untuk melihat masalah,
merumuskannya
dan
berdaya
upaya
untuk
memecahkannya sejauh taraf kemampuan para peserta didik.78 Jika prinsip-prinsip ini diterapkan secara nyata dalam proses belajar mengajar dikelas, maka pintu kearah active learning mulai terbuka. 3. Ciri-ciri Pendekatan Active Learning Beberapa ciri-ciri dalam proses pembelajaran aktif (Pendekatan Active Learning) adalah sebagai berikut79: a. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar-mengajar secara bebas, tetapi terkendali. b. Guru
tidak
mendominasi
pembicaraan,
tetapi
lebih
banyak
memberikan rangsangan berfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
77
Zuhairini dan Abdul Ghofir, loc, cit. Conni Semiawan dkk, op.cit., hlm. 13. 79 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), hlm. 25-26. 78
49
50
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa. d. Kegiatan belajar-mengajar yang bervariasi. e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi. f. Adanya keberanian siswa untuk mengajukan pendapat melalui pertanyaan atau pernyataan. g. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa. 4. Beberapa Macam Pendekatan Active Learning dan Langkah-langkah Penerapannya. Berikut ini adalah beberapa pendekatan active learning yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar (khususnya mata pelajaran pendidikan agama Islam), diantara pendekatan-pendekatan tersebut adalah: a.
Information Search Pendekatan ini bisa disamakan dengan ujian open-book. Timtim dikelas mencari informasi (biasanya yang diungkap dalam pengajaran ala ceramah) yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Pendekatan ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa saja menjadi lebih menarik.80 Cara Melaksanakannya:
80
Melvin L. Silberman, op.cit., hlm. 164.
50
51
1) Buatlah sekumpulan pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi yang bisa ditemukan dalam buku sumber yang telah dibagikan kepada siswa. 2) Bagikan pertanyaan-pertanyaan tentang topiknya. 3) Perintahkan siswa untuk mencari informasi dalam tim-tim kecil. Kompetensi yang bersahabat bisa diwujudkan untuk mendorong partisipasi siswa. 4) Bahaslah jawabannya di depan kelas. Perluaslah jawabannya guna memperluas cakupan pembelajaran.81 b. Learning Jigsaw Ini merupakan tehnik yang paling banyak dipraktekkan. Karena tehnik ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan yang penting dalam tehnik ini, yaitu tiap siswa mengerjakan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi pelajaran yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagikan dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.82 Cara Melaksanakannya: 1) Pilihlah materi pelajaran yang bisa dipecahkan menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang 81 82
Ibid., hlm. 164-165. Ibid., hlm. 180.
51
52
beberapa paragraph. (jika materinya panjang perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran). 2) Hitunglah jumlah bagian
yang hendak dipelajari dan jumlah
siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, banyangkan sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian. Anda selanjutnya bisa membentuk kwartet (kelompok empat anggota), dengan memberi segmen 1, 2, atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian, perintahkan tiap
kwartet
atau
kelompok
belajar
untuk
membaca,
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima. (jika anda menghendaki, anda bisa membentuk dua pasang rekan belajar, terlebih dahulu dan kemudian menggabungkan pasanganpasangan itu menjadi kwartet untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat). 3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar ala jigsaw, kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap kelompok belajar di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kwartet dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah empat kelompok trio. Dalam masingmasing trio akan ada satu siswa yang mempelajari segmen 1, segmen 2 dan segmen 3.
52
53
4) Perintahkan agar kelompok jigsaw untuk mengerjakan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari. 5) Perintahkan siswa untuk kembali keposisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat.83 c. Card Shot Card shot merupakan kegiatan kolaborasi yang bisa digunakan untuk bentuk mengajar konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih.84 Cara Melaksanakannya: 1) Bagikan siswa kertas yang berisi informasi atau contoh atau langkah-langkah dalam satu kategori tertentu atau lebih. 2) Mintalah siswa untuk mencari kawan yang memiliki kertas dengan kategori yang sama. 3) Setelah siswa menemukan pasangan dalam satu kategori, mintalah mereka menjelaskan kategori tersebut keseluruh kelas. 4) Setelah semua kategori dijelaskan, beri penjelasan tentang hal-hal yang masih dianggap perlu.85 d. Snowballing
83
Ibid., hlm. 180-182. Ibid., hlm. 169. 85 Ibid., hlm. 169- 170. 84
53
54
Snowballing adalah pendekatan memberdayakan siswa dengan membagi pertanyaan atau permasalahan yang berbeda-beda kepada kelompok kecil. Setiap anggota kelompok berkewajiban merumuskan jawaban atau pemecahan masalah sebagai bekal jika bergabung pada pembentukan kelompok baru. Karena setiap anggota kelompok yang baru berkewajiban berbagi jawaban atau pemecahan masalah dari kelompok sebelumnya. Cara Melaksanakannya: 1) Ajukan pertanyaan atau permasalahan terkait topik pembelajaran. 2) Adakan grouping (pengelompokan) yang terdiri atas dua atau tiga orang siswa. 3) Gabungkan dua kelompok menjadi satu kelompok baru yang beranggotakan empat atau enam orang 4) Pola group yang baru ini, mintalah untuk melakukan shering merumuskan jawaban baru yang disepakati bersama. 5) Klarifikasi jawaban atau pemecahan masalah yang benar agar seluruh siswa/ kelompok memperoleh pemahaman terhadap jawaban atau pemecahan masalah.86 e. Student- Created Case Studies Case study atau studi kasus diakui secara luas sebagai salah satu pendekatan belajar terbaik. Diskusi kasus pada umumnya berfokus pada persoalan yang ada dalam situasi atau contoh konkrit, 86
Siti Kusrini, Sutiah dan Marno, Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL I) Beriorentasi pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), hlm. 129.
54
55
tindakan yang mesti diambil dan pelajaran yang bisa dipetik, serta cara-cara menangani atau menghindari situasi semacam itu dimasa mendatang. Tehnik-tehnik yang berikut ini memungkinkan siswa untuk membuat studi kasus mereka sendiri.87 Cara Melaksanakannya: 1) Bagilah kelas menjadi pasangan atau trio. Perintahkan mereka untuk membuat studi kasus yang bisa dianalisis dan didiskusikan oleh siswa lain. 2) Jelaskan bahwa tujuan dari sebuah studi kasus adalah mempelajari sebuah topik dengan mengkaji situasi atau contoh konkrit yang mencerminkan topik yang akan dibahas. 3) Sediakan waktu yang mencakup bagi pasangan atau trio untuk membuat studi kasus singkat yang mengandung contoh atau isu untuk didiskusikan atau sebuah persoalan untuk dipecahkan yang relevan dengan materi pelajaran dikelas. 4) Bila
studi
kasus
selesai,
perintahkan
kelompok
untuk
menyajikannya kepada siswa lain. Beri kesempatan anggota kelompok untuk memimpin diskusi kasus.88 f. Guided Teaching Dalam tehnik ini, guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa atau mendapatkan hipotesis atau simpulan mereka dan kemudian memilah-milahnya 87 88
Melvin L. Silberman, op.cit., hlm. 187. Ibid., hlm. 187-188
55
56
menjadi sejumlah kategori. Pendekatan pembelajaran terbimbing merupakan selingan yang mengasyikan di sela-sela cara pengajaran biasa. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan dipahami oleh siswa sebelum memaparkan apa yang guru ajarkan. Pendekatan ini sangat berguna dalam mengajarkan konsep-konsep abstrak.89 Cara Melaksanakannya: 1) Ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan yang mereka miliki . gunakan pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban. 2) Berikan waktu yang cukup kepada siswa secara berpasangan atau berkelompok untuk membahas jawaban mereka. 3) Perintahkan siswa untuk kembali ketempat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. 4) Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan. Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuain jawaban mereka dengan poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi poin pembelajaran dari pelajaran yang disampaikan guru.90 D. Penerapan Pendekatan Active Learning dengan Metode Information Search dan Learning Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
89 90
Ibid., hlm. 130. Ibid., hlm.130-131.
56
57
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulusstimulus kepada siswa, agar terjadinya respon yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respon yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respon akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respon, sehingga respon yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respon tersebut dalam memori (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memori mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merekam apa yang mereka peroleh
dalam
pembelajaran
tanpa
mengalami
hambatan
apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan pendekatan active learning (belajar aktif) pada siswa dapat membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat
57
58
dihantarkan
kepada
tujuan
pembelajaran
dengan
sukses.
Dalam pendekatan active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar dan mampu untuk meningkatkan prestasi belajar.91 Konsep pendekatan active learning berasumsi bahwa manusia jika mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya, maka akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya. Proses pengembangan dan pelatihan terhadap potensi itulah yang menyebabkan peserta didik berkualitas.92 Guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya. Walau demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tepat untuk disampaikan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat komplek, karena itu sukar bagi guru PAI bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat 91 Hartono, Starategi Belajar Active Learning (http://eduarticles.com/?pilih=lihat&id=87, diakses 04 Maret 2008). 92 R. Masykur, Kurikulum Satuan Pendidikan Madrasah Aliah (http://ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/ktsp_smp.pdf/, diakses 04 Maret 2008).
58
59
meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan active learning agar dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan kreatif serta suasana belajar efektif dan efisien. Penerapan pendekatan active learning salah satunya dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode information search dalam pembelajaran PAI mempunyai dampak yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini sesuai dengan hasil penelitian, bahwa dengan penerapkan pendekatan active learning maka mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar.93 Penerapan pendekatan learning jigsaw juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karenal learning jigsaw merupakan model pembelajaran yang menuntut tanggung jawab siswa terhadap teman-teman yang lain. Dalam pendekatan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara, siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan saling bergantung kepada anggota timnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya agar dapat memahami pelajaran dengan baik.94
93
Siti Djuwariyah, Penerapan Pendekatan Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Belajar padaSiswa Kelas VI (http://sekolah.dekopin.coop/download/Elearning2.pdf, diakses 04 Maret 2008).
94
Cahaya, Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw II dan Think-Pair-Share pada Siswa Kelas X SMAN 6 Padang (http://ghiffard.multiply.com/journal, diakses 27 Mei 2008).
59
60
Dengan demikian, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa antara pendekatan learning information search dan learning jigsaw dengan prestasi belajar PAI sangat erat, karena proses kegiatan belajar mengajar tanpa menggunakan pendekatan yang tepat, tidak akan mampu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan active learning diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendekatan Active Learning 1. Faktor Pendukung Menurut Zuhairini ada beberapa faktor pendukung dalam penerapan pendekatan Active Learning, diantaranya yaitu95: a. Sikap Mental Guru Adanya
pembaharuan
dalam
dunia
pendidikan
menyebabkan
meningkatnya kualitas pendidikan, sehingga guru harus mempunyai kesiapan mental untuk menerima perubahan-perubahan sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. Seperti halnya kesiapan mental kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning) sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. b. Kemampuan Guru Kemampuan
guru
sangat
menunjang
keberhasilan
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seperti kemampuan guru
95
Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 100.
60
61
untuk mampu menguasai isi pokok pelajaran pendidikan agama Islam yang akan disampaikan dalam mengajar, kemampuan guru mengatur siswa dengan baik, mengembangkan pendekatan mengajar yang diterapkan, mengadakan evaluasi dan membimbing siswanya dengan baik.
c. Media Media sangat dipelukan dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat mencapai
tujuan
pendidikan
yang
diharapkan.
Media
harus
diupayakan selengkap mungkin agar segala aktifitas mengajar dapat dibantu dengan media tersebut. Sehingga guru tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam menyampaikan materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan. d. Kelengkapan Kepustakaan Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan pengajaran, sehingga harus diupayakan diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa. 2. Faktor Penghambat Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat dalam penerapan pendekatan active learning, diantaranya yaitu96:
96
Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 20-21.
61
62
a. Kesulitan dalam menghadapi perbedaan karakter siswa. b. Perbedaan individu meliputi intelegensi, watak dan latar belakang. Dalam mengatasi hal seperti guru sebaiknya tidak terlalu terikat kepada perbedaan individu siswa, tetapi guru harus melihat siswa dalam kesamaannya secara klasikal, walaupun kedua individu anakpun harus mendapat perhatian. c. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan siswa. d. Materi yang diberikan kepada siswa haruslah disesuaikan dengan kondisi kejiwaan dan jenjang pendidikan mereka. e. Kesulitan dalam memilih pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran. f. Pendekatan mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan juga dengan tingkat kejiwaan siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar hendaknya digunakan berbagai macam pendekatan agar siswa tidak cepat bosan dalam belajar. g. Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat pembelajaran. h. Sumber dan alat yang digunakan dalam pembelajaran haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan seorang guru hendaknya pintar dalam memilih alat-alat dan sumber belajar yang sesui dengan materi yang akan diajarkan. i.
kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.
j.
kelebihan waktu atau kekurangan waktu dapat menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah ditentukan
62
63
sebelumnya. Hal ini dapat teratasi apabila seorang guru telah berpengalaman dalam mengajar.
63
BAB III PENDEKATAN PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Memilih sebuah desain pada kegiatan penelitian harus disadari bahwa desain tersebut memiliki konsekuensi yang harus diikuti secara konsisten dari awal hingga akhir. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK yang dilakukan secara kolaboratif antara guru mata pelajaran dengan peneliti. Menurut Joni dan Tisno (1998), PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.97 Sedangkan menurut Hopkins (1993), PTK adalah
penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.98 Pada
intinya
PTK
merupakan
suatu
penelitian
yang
akar
permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan
sehingga
sulit
dibenarkan
jika
ada
anggapan
bahwa
97 Wahidmurni, Penelitian Tindakan Kelas dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM Press, 2008), hlm. 14. 98 Rochiati Wiriaatmadja, Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: PT Rosda Karya, 2007), hlm. 11.
64
65
permasalahan dalam tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.99 Dengan demikian penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK dapat disebutkan:100 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam intraksional. 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya. 3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. 4. Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik intruksional. 5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Di samping memiliki karekteristik tersebut, penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu101: 1. Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru dan siswa, yaitu kegiatan penelitian bedasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven) 2. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetepi peneliti harus
99 Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 104. 100 Zainul Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm. 16. 101 Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, op.cit., hlm. 110-111.
66
berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. 3. Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini “melekat” pada diri guru dalam penunaian misi professional kependidikannya. 102 Secara sederhana, penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) atau PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan),103 sebagaimana gambar berikut:
102 103
Zainal Aqib, op.cit., hlm. 18. Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, op.cit., hlm. 74.
67
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dan Taggart)
(diadopsi dari Suharsimi Arikunto) B. Kehadiran Peneliti di Lapangan Karena desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action
Research)
dengan
jenis
kolaboratif,
sehingga
meniscayakan kehadiran peneliti di lapangan untuk melakukan kolaborasi dan aktif terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang dijadikan obyek penelitian. Selama penelitian tindakan ini dilakukan, peneliti bertindak sebagai obeserver, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil penelitian.
68
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Batu yang beralamatkan di Jl. Bromo 34 Batu, tepatnya pada kelas VIII F. Adapun pemilihan SMP Negeri 2 Batu sebagai obyek penelitian adalah karena SMP Negeri 2 Batu tersebut merupakan salah satu SMP favorit yang ada di kota Batu dan memiliki lokasi yang strategis, sehingga mudah dalam pelaksanaan penelitian. Sedangkan waktu pelaksanaan tindakan akan disesuaikan dengan jam pelajaran PAI di kelas VIII F yang menjadi obyek penelitian. D. Sumber Data dan Jenis Data Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswa-siswi kelas VIII F di SMP Negeri 2 Batu, dimana siswa-siswi tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.104 Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes formatif siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan pada setiap akhir siklus. 2. Hasil lembar observasi untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa. 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada pembelajaran PAI berlangsung. 104
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, op.cit., hlm. 63.
69
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, kumpulan, pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan dengan menggunakan pendekatan active learning dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari nilai tes formatif dan lembar observasi. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut: 1. Metode Observasi Metode observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.105 Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah: 106 1)
Observasi Partisipatif Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
105
Nana Syaodih Sukmadinata, Pendekatan Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 220. 106 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 64.
70
data. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi, peneliti juga sekaligus sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan siswa yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh peneliti. Dengan menggunakan metode ini, peneliti mengamati secara langsung terhadap obyek yang diselidiki. Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang keadaan lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa-siswi dan lain-lain. 2)
Observasi Aktivitas Kelas Observasi aktivitas kelas merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran. sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku siswa, kerja sama, serta komunikasi di antara siswa dalam kelompok.
2. Pengukuran Tes Hasil Belajar. Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar.107 Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.108
107
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm. 223
71
Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pendekatan active learning dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Tes yang dimaksud adalah tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI siswa melalui penerapan pendekatan active learning. 3. Metode Dokumentasi Pendekatan dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.109 Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui data-data terkait dengan sejarah berdirinya SMP Negeri 2 Batu, stuktur organisasi, jumlah guru, absensi kelas untuk mengetahui data siswa kelas VIII F yang mengikuti bidang studi PAI, serta data-data yang terkait lainnya. F. Tehnik Analisis Data Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan penerapan pendekatan active learning dapat
108 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, tt), hlm. 256. 109 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 206.
72
meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Teknik analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data, dan Penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabtraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat.110 Sedangkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi berupa angka atau data kuantitatif, untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan dilakukan dengan cara menghitung prosentase kemudian dideskripsikan. Dalam penelitian ini selain melihat keaktifan yang diamati selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Taraf keberhasilan tindakan juga ditentukan dengan melihat prestasi belajar yaitu hasil belajar kognitif yang diperoleh dari skor hasil tes formatif siswa dan hasil belajar afektif yang berasal dari sikap dan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Tabel 3. 1 Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif Siswa
No Skor Taraf Keberhasilan 1 85-100 SB 2 70-84 B 3 55-69 C 4 40-54 K 5 0-39 SK (diadopsi dari Oemar Hamalik)
110
Wahidmurni, op.cit., hlm. 29.
Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
73
Tabel 3.2 Kategori Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif Siswa No
Nama siswa
Skor
SB
Taraf Keberhasilan B C K
SK
Σ Keseluruhan Rata-rata Prosentase
Hasil belajar afektif merupakan salah satu aspek dalam penilaian, karena bertujuan untuk mengetahui sikap siswa selama kegiatan belajar mengajar, hal yang diamati anatara lain: kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi, dan dapat kerjasama dalam kelompok. Penilaian hasil belajar afektif dapat dilihat pada tabel . Tabel 3. 3 Observasi Hasil Belajar Afektif No
Nama Siswa
Kejujuran
Skor Penghargaan Keberanian
Σ Skor Kerjasama
Prose ntase (%)
Σ Keseluruhan Rata-rata Prosentase
Keberhasilan tindakan dapat diketahui melalui rumus dibawah ini:
Pr osentase Keberhasilan =
∑ Skor yang dicapai ∑ Skor maksimal yang dapat dicapai
x100%
Kate gori
74
Tabel 3.4 Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siswa Prosentase Keberhasilan Tindakan 85-100 % 70-84 % 55-69 % 40-54 % 0-39 % (diadopsi dari Oemar Hamalik)
Taraf Keberhasilan Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Sangat Kurang
Dengan Dengan Huruf Angka A 4 B 3 C 2 D 1 E 0
G. Pengecekan Keabsahan Data Untuk pengecekan keabsahan data yang bersifat kualitatif, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah cara pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai pembanding,111 misalnya konsultasi dengan guru wali kelas VIII F, guru mata pelajaran, dan pengurus kurikulum. Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a ‘fix’) dari berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data.112 Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya. Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam pendekatan kualitatif.
111
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 330. 112 Suharsimi arikunto, op.cit., hlm. 128.
75
Pengecekan keabsahan data dilakukan dalam beberapa tahapan113, yaitu: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan hasil pengamatan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. H. Tahapan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan 3 tahapan, yaitu: a. Rencana penelitian Pada tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian, setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing dilanjutkan dengan mengurus perizinan agar diberi izin penelitian. Kemudian peneliti merencanakan tindakan dengan berdiskusi dengan guru PAI. b. Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan di dalam kelas seoptimal mungkin
sesuai
dengan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dan
melaksanakan observasi pada saat pelaksanaan tindakan serta refleksi. c. Pelaporan penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan penulisan laporan penelitian yang dibuat sesuai dengan hasil pelaksanaan tindakan dan sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi.
113
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330-331.
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian 1. Kronologis Berdirinya SMP Negeri 2 SMP Negeri 2 Batu terletak di jalan Bromo no 34 kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Sebelum namanya menjadi SMP Negeri 2, banyak nama yang telah digunakan. Pada tahun 1971 sampai dengan tahun 1976 masih bernama SKP (Sekolah Kepandaian Putri), tahun 1977 sampai dengan tahun 1979 menjadi SMP Sempurna (peralihan) terletak di selatan jalan raya. Tahun 1980 sampai 1999 SMP Sempurna mempunyai 2 (dua) lokasi tempat untuk kegiatan belajar mengajar yaitu 7 (Tujuh) rombongan belajar kelas VII terletak di sebelah selatan jalan raya dan 14 (empat belas) rombongan belajar terletak disebelah utara yang pada saat itu masih bernama SMOA (Dikmenjur) alih fungsi menjadi SMP negeri 2 Batu. Pada tahun 2003/2004 gedung SMP Negeri 2 Batu dipinjam oleh SMK Negeri 1 Batu, dikarenakan SMK Negeri 1 belum mempunyai gedung sendiri. Terjadi dua kegiatan belajar mengajar, pada pagi hari digunakan oleh siswa SMP Negeri 2 Batu khususnya kelas VII dan sore harinya digunakan oleh SMK Negeri 1 Batu. Sehingga mengakibatkan adanya dualisme kepemimpinan kepala SMP Negeri 2 Batu dan kepala SMK Negeri 1 Batu.
76
77
Pertengahan tahun 2005 diadakan tukar guling lokasi SMP Negeri 2 Batu di sebelah selatan jalan raya yang berada di jalan Bromo no 34 kelurahan Sisir, kecamatan Batu dengan SMK Negeri 1 Batu yang berada di jalan Bromo no 11, desa sisir, kelurahan sisir kecamatan Batu, sehingga siswa kelas VII secara otomatis dipindahkan kelokasi sebelah utara jalan raya dan bergabung dengan kelas VIII dan IX. Sampai saat ini kepemimpinan di SMP Negeri 2 Batu telah berganti sebanyak 9 kali, yaitu: a. Ny. Suharti Soewito
(130 015 600)
tahun
: 1980 - 1983
b. Edi Wiyono, BA
(130 122 107)
tahun
: 1983 - 1988
c. Drs. Kusmanu
(131 161 821)
tahun
: 1988 - 1990
d. Ny. Muji Utami
(130 099 326)
tahun
: 1990 - 1995
e. Drs. H. Abdul Djalil
(130 884 251)
tahun
: 1995 - 2001
f. Drs. H. Bambang Sugiyono (130 805 324)
tahun
: 2001 - 2002
g. Drs. H. Imron Solihin
(130 368 463)
tahun
: 2002 - 2006
h. Drs. Rasyid
(130 698 030)
tahun
: 2007 - 2008
i.
(130 609 199)
tahun
:
Drs. H. Syamsul Hidayat
2008
–
sekarang. 2. Denah Lokasi SMP Negeri 2 Batu Sajian visual tentang lokasi SMP Negeri 2 (dapat dilihat pada lampiran).
77
78
3. Visi dan misi SMP Negeri 2 Batu a. Visi Berprestasi Berlandaskan Imtaq, Berwawasan Iptek dan Budaya. b. Misi 1) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut. 2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga siswa dapat berprestasi secara optimal. 3) Membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya sehingga dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 4) Memberikan
bekal
pengetahuan
dan
keterampilan
untuk
melanjukan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup bermasyarakat. 5) Menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas dan kreativitas dalam kegiatan seni dan olahraga. 6) Menumbuhkan rasa cinta budaya daerah untuk melestarikan budaya nasional.
78
79
4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Batu Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Batu adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Batu No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Sarana dan Prasarana Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang BP Ruang Kelas VII Ruang Kelas VIII Ruang Kelas IX Ruang Lab. Komputer Ruang Lab Multimedia Ruang Lab IPA Lab. Bahasa Ruang Perpustakaan R. Kurikulum R. UKS Ruang Lab Boga Ruang Keterampilan Elektro Ruang Sanggar Pramuka Ruang Osis Ruang Komite Ruang Lap Busana Ruang Seni Rupa Mushollah Gudang R. Kopsis Pos Satpam Kamar Mandi dan WC Guru Kamar Mandi dan WC Guru Lapangan Olah Raga Kantin
79
Jumlah 1 1 1 1 7 8 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 2 4
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
80
B. Paparan Data Sebelum Penelitian 1. Observasi Awal Uraian berikut adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil penelitian tindakan penerapan pendekatan active learning dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Penelitian tindakan kelas ini mulai dilakukan pada tanggal 29 Maret 2008 setelah peneliti mendapatkan izin dari dosen pembimbing skripsi untuk melaksanakan penelitian. Namun jauh hari sebelumnya, tepatnya pada tanggal 14 Februari 2008, peneliti mendapat surat pengantar penelitian dari fakultas dan peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian. Peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan guru PAI dan kemudian peneliti melakukan observasi awal untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar PAI yang diterapkan pada siswa kelas VIII F di SMP Negeri 2 Batu. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, di samping melakukan penelitian, peneliti juga terlibat langsung sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran atas proses dan hasil belajar. Sebelum menerapkan pendekatan active learning, maka terlebih dahulu peneliti menerapkan metode ceramah dan tanya jawab dengan materi membiasakan perilaku terpuji, adab makan dan minum. Kegiatan ini dilaksanakan pada sabtu, 29 Maret 2008 dan pada akhir pertemuan dilaksanakan tes formatif untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar kognitif siswa disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
80
81
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum Tindakan. Kategori Taraf Keberhasilan Hari/Tanggal Sabtu, 29 Maret 2008
Ketuntasan
∑ skor
Ratarata
SB
B
C
K
SK
T
BT
2790
66,43
9,52%
28,57%
54,76%
7,14%
0,00%
38,10%
61,90%
Gambar 4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum Tindakan.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa total skor hasil belajar siswa secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang dapat diketahui adalah 2790 dengan rata-
81
82
rata hasil belajar adalah 66,43. Prosentase taraf keberhasilan belajar siswa kategori sangat baik adalah 9,52%, kategori baik 28,57%, kategori cukup 54,76%, kategori kurang 7,14%, dan kategori sangat kurang 0,00% Dapat disimpulkan bahwa taraf keberhasilan belajar siswa yang paling banyak adalah kategori cukup dengan prosentase 54,76%. Hasil belajar kognitif siswa pada observasi awal menunjukkan tingkat ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa (38,10 %) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 26 siswa (61,90 % ). Hasil belajar afektif merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama proses pembelajaran. Empat aspek yang diamati yaitu: kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat kerjasama. Tabel 4.3 Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Sebelum Tindakan
Pertemuan Hari/Tanggal ke
I
Sabtu, 29 Maret 2008
Hasil Belajar Afektif Kejujuran Penghargaan Keberanian Kerja sama
82
Nilai Nilai Posentasi Taraf dengan dengan keberhasilan keberhasilan huruf angka 70,63% B 3 Baik 60,32% C 2 Cukup 47% D 1 Kurang 52,38% D 1 Kurang
83
Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Sebelum Tindakan
80
70.63 60.32
70
52.38
Skor (%)
60
47
50 40 30 20 10 0 Kejujuran
Penghargaan
Keberanian
Kerja Sama
Taraf Keberhasilan
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan aspek kejujuran dalam
mengerjakan tugas pada siklus I
adalah 74,60%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan baik. Aspek penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain adalah 62,70%, nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan cukup. Aspek keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 50%, nilai D untuk penilaian dengan huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan kurang. Aspek kerjasama adalah 53,97%, nilai D untuk untuk penilaian dengan huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan kurang. Pada pengamatan awal, hasil observasi awal menunjukkan bahwa: a. Pembelajaran agama Islam masih berpusat pada guru, dimana sebagian besar aktivitas dilakukan oleh guru.
83
84
b. Metode yang digunakan masih bersifat tradisional dan kurang bervariasi. c. Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih didominasi oleh beberapa siswa saja. d. Prestasi belajar siswa pada materi PAI relatif rendah. e. KBM tidak melakukan refleksi. C. Siklus I 1. Rencana Tindakan Siklus I Peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan guru PAI setelah mengetahui betul pokok permasalahannya, dengan harapan problem yang ada dapat terselesaikan. Oleh karena itu peneliti mempersiapkan perencanaan sebagai berikut: Pada rencana tindakan siklus I peneliti menggunakan pendekatan active learning dengan metode information search, dengan metode pembelajaran ini peneliti berusaha untuk membantu siswa lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru. Siklus I dilaksanakan sebanyak dua (2) kali pertemuan. Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara lain: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan active learning dengan metode information search yang terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup/refleksi.
84
85
b. Menyusun lembar informasi dan soal dengan materi pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. c.
Membentuk tim-tim kecil dalam kelas.
d. Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar afektif siswa. e. Menyusun soal tes formatif. Tes formatif dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus I yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan pendekatan active learning. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I diadakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 5 dan 12 April 2008. Pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit untuk setiap pertemuan. Adapun langkah-langkah pembelajaraan sebagaimana yang telah direncanakan dalam rencana tindakan yaitu sebagai berikut: Pertemuan I : 2 X 40 menit (Sabtu, 5 April 2008). a. Pendahuluan 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do’a dan salah satu surat pendek. 2) Guru mengadakan apersepsi dengan cara menghubungkan pengetahuan
siswa
dikaitkan
disampaikan.
85
dengan
materi
yang
akan
86
3) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. b. Kegiatan Inti 1) Guru membentuk tim-tim kecil di dalam kelas menjadi sepuluh tim, masing-masing tim terdiri atas empat (4) atau lima (5) orang anggota kelompok (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). 2) Guru membagikan lembar informasi dan soal dengan materi dendam dan munafik kepada setiap anggota kelompok. 3) Tiap tim melaksanakan tugas yang diberikan guru, yaitu: a) Menjawab soal yang telah diberikan dengan melihat lembar informasi. b) Setiap tim berdiskusi dan bekerjasama untuk mencari jawaban dari soal yang telah dibagikan.
c) Semua anggota tim bertanggungjawab atas timnya masingmasing. 4) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian. c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
86
87
2) Guru
memberi
kesempatan
siswa
untuk
mengungkapkan
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari tentang contoh sikap pendendam dan munafik yang pernah ada atau ditemui. 3) Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran. Pertemuan II : 2 X 40 menit (Sabtu, 12 April 2008). a. Pendahuluan 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek. 2) Guru
mengadakan
pengetahuan
siswa
apersepsi dengan dikaitkan
dengan
cara
menghubungkan
materi
yang
akan
disampaikan. 3) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. b. Kegiatan Inti pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya, guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil jawabannya dan dari hasil jawaban siswa guru mengulas jawaban yang bertujuan untuk memperluas cakupan pemahaman siswa. c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1) Guru memberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar.
87
88
2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 3) Guru
memberi
kesempatan
siswa
untuk
mengungkapkan
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari tentang contoh sikap pendendam dan munafik yang pernah ada atau ditemui. 4)
Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran.
3. Observasi Siklus I Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai observer yang mencatat lembar observasi (field note) pada pedoman observasi. Variabel yang diamati adalah prestasi belajar PAI siswa, meliputi hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Peningkatan hasil belajar kognitif dilihat dari nilai tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan peningkatan hasil belajar afektif dilihat dari kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat kerjasama. Pada siklus I, ditekankan kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan yang telah dibagikan, peneliti menggunakan pendekatan active learning dengan metode information
88
89
search yang diterapkan sesuai dengan cara pelaksanaannya. Sedangkan dalam kegiatan belajar peneliti hanya berperan sebagai pembimbing. Pada pertemuan pertama siklus I, KBM membahas tentang pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. Pada kegiatan pendahuluan, terlebih dahulu peneliti memberikan apersepsi dengan cara menghubungkan pengetahuan siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Memasuki kegiatan inti, peneliti membagi siswa ke dalam tim-tim kecil di dalam kelas menjadi sepuluh tim, masing-masing tim ada yang terdiri atas empat (4) orang dan (5) orang anggota kelompok (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). Pada saat pembagian tim siswa masih gaduh dan tampak bingung dengan maksud peneliti, sehingga siswa masih tampak enggan dan mengajukan usul agar anggota timnya dapat memilih sendiri, setelah suasana kelas mulai tertib peneliti membagikan lembar informasi dan soal kepada siswa
dan peneliti menghimbau agar dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa dalam satu tim saling membantu dan bekerjasama dalam menjawab soal dan menguasai materi pembelajaran, yaitu pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik, peneliti melatih dan mendorong siswa untuk bekerjasama dengan teman dalam timnya. Kegiatan belajar mengajar dengan menjawab pertanyaan ini masih didominasi oleh para siswa yang aktif, sedangkan mereka yang pasif
89
90
cenderung mengikuti hasil yang telah didiskusikan timnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-masing siswa. Siswa yang aktif adalah mayoritas yang memiliki prestasi di kelas dan siswa yang pasif adalah yang berprestasi kurang atau sedang dan cenderung kurang percaya diri pada kemampuannya. Pada kegiatan penutup/refleksi, peneliti memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi
yang
dipelajari
dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
guru
mempersilahkan siswa untuk menceritakan pengalamannya terkait dengan contoh sifat pendendam dan munafik yang pernah dialami atau ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan refleksi ini, siswa cenderung pasif dan tampak kurang berani/kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut, hanya beberapa siswa saja yang berani untuk menceritakan pengalamannya. Pada pertemuan kedua dari siklus I, kegiatan belajar mengajar membahas materi pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, peneliti menunjuk tiga orang untuk membacakan hasil jawabannya dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi jawabnnya. Salah satu dari siswa yang ditunjuk masih tampak ragu-ragu dan takut dalam membacakan hasil jawabannya dan sebagian besar siswa yang lainnya juga masih ragu-ragu dan takut dalam menanggapi jawaban. Setelah
90
91
peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa yang bertujuan untuk memperluas cakupan pemahaman siswa. Kemudian, pada saat dilakukan refleksi, dalam merencanakan tindakan yang akan siswa lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan kesempatan untuk menceritakan pengalaman yang pernah dialami atau ditemui dalam kehidupan seharihari, siswa masih cenderung pasif dan tampak kurang berani/kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut, tapi sudah ada beberapa siswa yang sudah mulai berani. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan. siswa berlomba menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dari materi yang telah dipelajari. Sebagian siswa ada yang kurang mandiri dalam mengerjakan tes formatif yang diberikan peneliti karena pada saat kerja tim siswa kurang berperan aktif. Dalam hal ini peneliti ingin melihat seberapa besar hasil belajar kognitif yang dimiliki siswa dengan menggunakan pendekatan active learning. Pada akhir siklus I dilaksanakan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan hasil belajar kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode information search. Tes formatif ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 April 2008 yang diikuti oleh 42 siswa-siswi.
91
92
Pada Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif Siklus I. Kategori Taraf Keberhasilan Hari/Tanggal
∑ skor
12 April 2008
2920
Ratarata 69.52
SB
B
Ketuntasan
C
K
SK
45
40.48
42.86
40 35 Skor (%)
30 25 20 11.9
10
4.76
5
0
0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Taraf kebe rhasilan
52.38 53 52 51 Skor (%)
BT
11,90% 40,48% 42,86% 4,76% 0,00% 52,38% 47,62%
Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I.
15
T
50 47.62
49 48 47 46 45 Tuntas
Belum Tuntas Ketuntasan
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa total skor hasil belajar siswa dengan menerapkan metode information search yang dapat diketahui adalah 2920 dengan rata-rata hasil belajar adalah 69,52. Prosentase taraf keberhasilan belajar siswa kategori sangat baik
92
93
adalah 11,90% , kategori baik 40,48%, kategori cukup 42,86%, kategori kurang 4,76%, dan kategori sangat kurang 0,00% Dapat disimpulkan bahwa taraf keberhasilan belajar siswa yang paling banyak adalah kategori cukup dengan prosentase 42,86%. Hasil belajar kognitif siswa siklus I menunjukkan tingkat ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa (52,38 %) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 20 siswa (47,62 % ). Hasil belajar afektif merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama proses pembelajaran. Empat aspek yang diamati yaitu: kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat kerjasama. Tabel 4.5 Taraf Keberhasilan Tindakan Hasil Belajar Afektif Siklus I
Pertemuan Hari/Tanggal ke
I dan II
Sabtu, 5 dan 12 April 2008
Hasil Belajar Afektif Kejujuran Penghargaan Keberanian Kerja sama
93
Nilai Nilai Posentasi Taraf dengan dengan keberhasilan keberhasilan huruf angka 74,60% B 3 Baik 62.70% C 2 Cukup 50% D 1 Kurang 53.97% D 1 Kurang
94
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I.
80
74.6 62.7
70
50
Skor (%)
60
53.97
50 40 30 20 10 0 Kejujuran
Penghargaan
Keberanian
Kerja Sama
Taraf Keberhasilan
Dari tabel 4.5 dan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan aspek kejujuran dalam
mengerjakan tugas pada siklus I
adalah 74,60%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan baik. Aspek penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain adalah 62,70%, nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan cukup. Aspek keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 50%, nilai D untuk penilaian dengan huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan kurang. Aspek kerjasama adalah 53,97%, nilai D untuk untuk penilaian dengan huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan kurang.
94
95
4. Refleksi Siklus I Penerapan pendekatan active learning pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Pada awal pelaksanaan pendekatan active learning dengan metode information search para siswa nampak bingung dengan maksud peneliti, hal ini ditunjukkan pada waktu mengerjakan soal awal yaitu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan melihat lembar informasi. Kegiatan mengerjakan soal dalam tim-tim kecil, siswa yang berprestasi lebih dominan sementara yang lain cenderung diam dan mengikuti hasil diskusi timnya serta kurang aktif dalam mengemukakan pendapat, sehingga masih satu atau dua orang saja yang berdiskusi, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar. Active learning dalam pendekatannya memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi, sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru dan guru hanya sebagai fasilitator. Kembali pada tujuan peneliti menerapkan pendekatan active learning adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini penerapan pendekatan active learning dengan metode Information Search, mampu menunjukkan peningkatan prestasi belajar namun hasil yang dapat diperoleh belum maksimal.
95
96
Secara umum hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: a. Siswa belum terbiasa dengan pendekatan active learning atau dengan kata lain masih terbiasa dengan metode ceramah. b. Siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapat dalam timnya dan hanya beberapa siswa yang aktif sehingga proses pelaksanaan diskusi dalam tim-tim kecil kurang bisa membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. c. Motivasi belajar siswa terhadap materi PAI hanya dimiliki mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam proses belajar yang dialami sebelumnya. d. Siswa kurang yakin dengan kemampuannya, hal ini ditunjukkan dengan sikap kurang mandiri dalam mengerjakan tes formatif. Sebagaimana hasil observasi di atas, setelah terlebih dahulu berdiskusi dengan guru mata pelajaran, peneliti berinisiatif melakukan perubahan dari pendekatan active learning dengan metode information search dirubah dengan menerapkan metode learning jigsaw, dengan asumsi bahwa dengan menerapkan metode learning jigsaw, diharapkan akan lebih dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
96
97
Menyikapi fakta sebagaimana tersebut di atas, maka diambil langkah-langkah perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya, sebagai berikut: a. Memberi pengertian tentang pendekatan active learning secara umum, kemudian menjelaskan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw karena pada pertemuan selanjutnya peneliti berinisiatif menggunakan metode learning jigsaw. b. Guru berusaha untuk mengaktifkan dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat, terutama pada siswa yang pasif dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran. c. Memotivasi siswa agar lebih berani berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, terutama bagi siswa yang prestasi belajarnya relatif rendah, agar tidak ada lagi dominasi dari siswa yang berprestasi. d. Meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang dimiliki dan memberi keyakinan kepada siswa bahwa pekerjaan yang dikerjakan sendiri akan memberikan hasil yang baik. D. Siklus II 1. Rencana Tindakan Siklus II Dalam perencanaan tindakan pada siklus II, peneliti telah menetapkan untuk melakukan perubahan dengan menerapkan metode learning jigsaw. Diharapkan dengan menerapkan metode learning jigsaw akan lebih dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa dan juga
97
98
keaktifan siswa, mengingat setelah dilakukan siklus I ternyata hasil yang dicapai masih belum memuaskan. Sebagaimana halnya dengan pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini dimulai dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode learning jigsaw yang terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup/refleksi. b. Membagi materi cara menghindari sifat pendendam dan munafik menjadi empat pokok bahasan. c.
Membentuk kelas menjadi 4 kelompok asal, kemudian diperkecil menjadi 10 kelompok ahli yang terdiri dari kelompok asal.
d. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar afektif. e. Menyusun soal tes formatif. Tes formatif dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus II yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan active learning. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 19, 26 April dan 3 Mei 2008. Adapun kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode learning jigsaw yang akan diterapkan pada siklus II meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
98
99
Pertemuan I: 2 x 40 menit (Sabtu, 19 April 2008) a. Kegiatan Pendahuluan 1)
Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan
salah satu surat pendek. 2) Guru
mengadakan
pengetahuan
siswa
apersepsi dengan dikaitkan
dengan
cara
menghubungkan
materi
yang
akan
disampaikan. 3) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 4) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. b. Kegiatan Inti 1)
Guru membagi siswa menjadi empat (4) kelompok asal,
masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh (10) atau sebelas (11) orang anggota kelompok (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). a. Kelompok asal I
: Akibat negatif dari sifat pendendam
b. Kelompok asal II : Cara Menghindari sifat pendendam c. Kelompopk asal III : Akibat negatif dari sifat munafik d. Kelompok asal IV : Cara menghindari sifat munafik. 2)
Guru membagikan materi yang akan didiskusikan kepada
setiap kelompok.
99
100
3) Kelompok asal yang terdiri dari empat (4) kelompok ini dipisah menjadi sepuluh (10) kelompok ahli, masing-masing kelompok terdiri atas empat (4) atau lima (5) orang anggota kelompok ahli (tiap kelompok terdiri dari siswa yang telah mepelajari akibat negatif dari sifat pendendam, cara menghindari sifat pendendam, akibat negatif dari sifat munafik dan cara menghindari sifat munafik). 4) Siswa dari kelompok ahli mengajarkan dan mempresentasikan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari. 5) Setiap siswa diberi kesempatan untuk menanyakan tentang penjelasan materi. 6) Guru mempersilahkan siswa untuk kembali ke kelompok asal dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. 7) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian. 8) Memberikan reward (hadiah) kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih. 9) Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1)
Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari
itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan seharihari.
100
101
2) Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 3) Guru memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, seperti berusaha menghindari sifat pendendan dan munafik. 4) Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran. Pertemuan II: 2x40 menit (Sabtu, 26 April 2008). a. Kegiatan Pendahuluan 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek. 2) Guru
mengadakan
pengetahuan
siswa
apersepsi dengan dikaitkan
dengan
cara
menghubungkan
materi
yang
akan
disampaikan. 3) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 4) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
101
102
b. Kegiatan Inti Pelaksanaan pembelajaran ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. 1) Siswa dipersilahkan untuk duduk sesuai dengan kelompok asal. 2) Guru membagikan tugas baru kepada kelompok asal dan membagikan soal yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok ahli. 3)
Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru,
yaitu: a) Mengerjakan soal yang telah diberikan. b) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing-masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah). c) Semua anggota kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya masing-masing. d) Masing-masing kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. e) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke depan untuk bertanya (forum tanya jawab/diskusi). f) Melakukan sharing antar kelompok. 4) Presentasi kelompok asal I dan II. 5) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian.
102
103
6) Memberikan reward (hadiah) kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih. c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1)
Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari
itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan seharihari. 2) Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 3) Guru memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, seperti berusaha menghindari sifat pendendan dan munafik. 4) Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran. Pertemuan III: 2x40 menit (Sabtu, 03 Mei 2008). a. Kegiatan Pendahuluan 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek. 2) Guru
mengadakan
pengetahuan
siswa
apersepsi dengan dikaitkan
disampaikan.
103
dengan
cara
menghubungkan
materi
yang
akan
104
3) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 4) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. b. Kegiatan Inti Melanjutkan presentasi kelompok pada pertemuan sebelumnya (pertemuan II) yaitu kelompok asal III dan IV mendapat giliran untuk mempresentasikan pekerjaannya serta memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya. c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1) Guru memberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. 2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan seharihari. 3) Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan cara menghindari sifat pendendam dan munafik. 4) Guru memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, seperti berusaha menghindari sifat pendendan dan munafik.
104
105
5) Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran. 3. Observasi Siklus II Pada siklus II, ditekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga metode yang digunakan adalah metode learning jigsaw dimana setiap kelompok asal diberi materi atau tugas yang berbeda-beda dan diharapkan nantinya setiap siswa dapat menjelaskan dan mengajarkan materi yang telah dipelajari dan menuntut siswa untuk lebih aktif. Pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw diterapkan sesuai dengan cara penerapannya dengan tambahan variasi tugas baru berupa mengerjakan soal yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok ahli. Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan belajar mengajar membahas materi cara menghindari sifat pendendam dan munafik. Pada kegiatan pendahuluan, terlebih dahulu peneliti melakukan apersepsi dengan cara menghubungkan pengetahuan siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan dan peneliti menanyakan pertanyaan terkait dengan materi tersebut, siswa dengan baik menjawab sejumlah pertanyaan yang dilontarkan serta peneliti memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Memasuki kegiatan inti, siswa dibagi menjadi empat (4) kelompok asal dan masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh (10) atau sebelas (11) orang anggota (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya),
105
106
kemudian peneliti membagikan materi yang akan didiskusikan kelompok asal, siswa menerima tugas dengan penuh semanagat dan antusias untuk melaksanakan tugas yang diinstruksikan dengan sebaik-baiknya. Pada saat pembagian kelompok siswa nampak tertip dan langsung berbaur dengan kelomopknya masing-masing. Kegiatan kelompok sudah tidak didominasi oleh para siswa yang aktif, semua terlihat aktif dalam kegiatan diskusi. Dari hasil kegiatan kelompok asal tersebut, kemudian kelompok asal dibagi menjadi sepuluh (10) kelompok ahli yang beranggotakan empat (4) atau lima (5) orang anggota. Kelompok ahli mengajarkan dan menyampaikan apa yang telah dipelajari dari hasil diskusinya dengan kelompok asal sehingga semuanya aktif dalam kegiatan diskusi kelompok ahli, siswa terlihat berusaha untuk saling membantu memahami materi yang dibebankan. Setelah selesai menyampaikan apa yang telah dipelajari dan menjawab pertanyaan dari anggota kelompoknya, peneliti mempersilahkan siswa kembali pada kelompok asal dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. Kegiatan penutup/refleksi, dilakukan dengan cara memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan cara menghindari sifat pendendam dan munafik, juga memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tampak beberapa siswa
106
107
mulai terbuka dan terangsang dalam mengungkapkan pengalaman mereka sehari-hari serta pemahaman yang mereka peroleh sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu, sementara siswa yang lain dengan seksama memperhatikan dan sesekali tanpa diminta turut menanggapi. Pada pertemuan kedua dari siklus II, kegiatan belajar mengajar membahas materi tentang cara menghindari sifat pendendam dan munafik. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya. Peneliti membagikan soal yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok ahli kepada kelompok asal. Kelompok asal berdiskusi untuk menjawab soal yang telah diberikan dan peneliti mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Peneliti memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan kelompoknya dalam melaksanakan presentasi dan kelompok yang presentasi pertama kali adalah kelompok satu dan kelompok dua. Setiap kelompok menampilkan presentasi dengan baik tanpa mengalami kesulitan. Sementara itu kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi dengan penuh semangat. Dominasi siswa yang terhitung berprestasi sudah tidak lagi terjadi. Kegiatan tanya jawab berlangsung seru ketika setiap kelompok berdiskusi menanggapi presentasi kelompok yang lain dan peneliti memberikan pujian kepada kelompok yang kompak dan aktif. Seringkali pertanyaan serta jawaban yang diberikan dilandasi pengalaman
107
108
atau kejadian yang mereka lihat dan alami sehari-hari. Kemudian, pada saat dilakukan refleksi, banyak
pengalaman yang dilontarkan siswa
mengenai suatu kejadian yang pernah mereka lihat dan alami dan siswa tampak begitu antusias dan aktif dalam menceritakan pengalamannya. Presentasi dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya bagi kelompok tiga dan empat. Pada pertemuan ketiga dari siklus II, presentasi kembali dilanjutkan oleh kelompok tiga dan empat. Jalannya presentasi yang sudah baik semakin baik karena ada persiapan yang lebih lama bagi anggota kelompoknya dan siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar agar nantinya mendapat pujian dari peneliti. Pertanyaan yang diajukan sudah sangat beragam dan menarik. Kemudian, pada saat dilakukan refleksi, banyak
pengalaman yang dilontarkan siswa mengenai suatu
kejadian yang pernah mereka lihat dan alami dan siswa tampak begitu antusias dan aktif dalam menceritakan pengalamannya sehingga kelas menjadi hidup. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, siswa berlomba menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dari materi yang telah dipelajari. Siswa nampak antusias dalam mengejakan tes yang diberikan oleh peneliti dan siswa mengerjakan tes dengan mandiri karena pada saat kegiatan diskusi siswa berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut. peneliti ingin melihat seberapa besar hasil belajar
108
109
kognitif yang dimiliki siswa dengan menerapkan pendekatan active learning. Pada akhir siklus II dilaksanakan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan hasil belajar kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw. Tes formatif ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 03 Mei 2008 yang diikuti oleh 42 siswa-siswi.
Pada Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Kognitif Siklus II Kategori Taraf Keberhasilan Hari/Tanggal
∑ skor
Sabtu, 03 Mei 2008
3165
Ratarata 75,36
SB
B
Ketuntasan
C
K
64.29
60
Skor (%)
50 40 30
21.43 14.29
20 10
0
0
0 Sangat Baik
T
BT
21,43% 64,29% 14,29% 0,00% 0,00% 85,71% 14,29%
Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II. 70
SK
Baik
Cukup
Kurang
Taraf Keberhasilan
109
Sangat Kurang
110
85.71 90 80 70 Skor (%)
60 50 40 14.29
30 20 10 0 Tuntas
Belum Tuntas Keuntasan
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa total skor hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw yang dapat diketahui adalah 3.165 dengan rata-rata hasil belajar adalah 75,36. Prosentase taraf keberhasilan belajar siswa kategori sangat baik adalah 21,43% , kategori baik 64,29%, kategori cukup 14,29%, kategori kurang 0,00%, dan kategori sangat kurang 0,00%. Dapat disimpulkan bahwa taraf keberhasilan belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik dengan prosentase 64,29%. Hasil belajar kognitif siswa siklus II menunjukkan tingkat ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 36 siswa (85,71 %) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa (14,29 % ), sehingga KKM (kriteria ketuntasan siswa) sebesar 75 % dapat tercapai. Hasil belajar afektif merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama proses pembelajaran. Empat aspek yang diamati yaitu: kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang
110
111
lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi, dan dapat kerjasama dalam kelompok. Tabel 4.7 Taraf Keberhasilan Tindakan Hasil Belajar Afektif Siklus II
Hasil Nilai Nilai Posentasi Taraf Belajar dengan dengan keberhasilan kategori Afektif huruf angka Kejujuran 83,33% B 3 Baik Sabtu, 19, 26 Penghargaan 72,22% B 3 Baik April dan 03 Keberanian 77% B 3 Baik Mei 2008 Kerja sama 75,40% B 3 Baik
Pertemuan Hari/Tanggal ke
I, II dan III
Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II. 83.33 84 82
Skor (%)
80
77
78
75.4
76 72.22
74 72 70 68 66 Kejujuran
Penghargaan
Keberanian
Kerja Sama
Taraf Keberhasilan
Dari tabel 4.7 dan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan aspek kejujuran dalam mengerjakan tugas pada siklus II adalah 83,33%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan baik. Aspek penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain adalah 72,22%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka,
111
112
dengan taraf keberhasilan baik. Aspek keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 77%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan baik. Aspek kerjasama dalam kelompok adalah 75,40%, nilai B untuk untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, dengan taraf keberhasilan baik. 4. Refleksi Siklus II Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini tetap sama dengan siklus I yaitu bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Pada siklus II ini, siswa sudah sangat tampak cocok dengan metode pembelajaran yang diterapkan peneliti dan mulai terbiasa dengan pendekatan active learning, terlebih lagi peneliti sudah memberikan pengertian tentang pendekatan active learning. Pada saat pembagian kelompok asal siswa sudah tertib dan dengan segera berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan juga pada saat diskusi kelompok, siswa terlihat aktif semuanya karena ada tuntutan bagi masing-masing siswa dan sudah tidak ada lagi dominasi dari siswa yang lebih unggul/berprestasi. Siswa tampak senang dalam diskusi dan mengerjakan soal yang telah diberikan, hal ini ditunjukkan dengan roman muka yang gembira dan tidak terlihat letih ataupun bermalas-malasan, ditambah lagi dengan pemberian reward (pujian) terhadap kelompok yang kompak dan aktif sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
112
113
Seperti disebutkan di atas, bahwa tujuan peneliti menerapkan pendekatan active learning adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus II ini penerapan pendekatan active learning, dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa yang sangat menggembirakan, sehingga KKM (standar ketuntasan minimal) sebanyak
75 % dapat tercapai, hal ini dapat dilihat dari:
a. Kegiatan diskusi kelompok yang dapat memotivasi siswa untuk aktif berbicara
mengemukakan
pendapat,
bertanya
dan
menjawab
pertanyaan. b. Siswa yakin dengan kemampuannya, hal ini ditunjukkan dengan mandiri dalam mengerjakan tes formatif. Secara keseluruhan terjadi peningkatan prestasi belajar PAI yang memuaskan, dimana dengan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji T dengan bentuk one group design , hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar kognitif menunjukkan t uji T
hitung
= 9,331 lebih besar dari pada t tabel = 1,684 dan hasil
sebelum tindakan dan sesudah tindakan
hasil belajar afektif
menunjukkan t hitung = 15,328 lebih besar dari pada t tabel = 1,684 sehingga Ha diterima (Ha = Ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning). Dengan demikian peneliti
113
114
memandang bahwa tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya dan mengakhiri penelitian tindakan di kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu.
114
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Pendekatan Active Learning Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Lokasi penelitian tindakan kelas ini berada di kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus. Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 05 dan 12 April 2008, siklus ke II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 19, 26 April dan 03 Mei 2008. Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dan pada akhir pertemuan diadakan tes formatif pada tanggal 29 Maret 2008, pada saat observasi awal kegiatan belajar kelas VIII F masih mengunakan metode ceramah dan tanya jawab. Adapun tujuan diadakan observasi awal dan pada akhir pertemuan dilaksanakan tes formatif untuk mengetahui dan mengukur hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa. Pada saat observasi awal, materi yang diajarkan adalah membiasakan perilaku terpuji, adab makan dan minum. Dari hasil tes formatif dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, terlihat prestasi belajar kognitif siswa masih rendah. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode tradisional. Penerapan metode ceramah dan tanya jawab menjadikan kegiatan belajar mengajar cenderung monoton karena siswa
115
116
tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan proses pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga menjadikan siswa pasif. Sesuai dengan observasi awal, metode yang digunakan masih bersifat tradisional dan kurang bervariasi. Metode yang digunakan adalah ceramah, yaitu suatu metode dalam pendidikan dimana cara penyampaikan pengertianpengertian materi kepada siswa dengan jalan penerangan dan penuturan dengan lisan, sehingga menyebabkan siswa cenderung pasif.114 Hasil tes formatif menunjukkan bahwa dengan penerapan metode ceramah dan tanya jawab yang monoton menghasilkan prestasi belajar yang relatif rendah. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas telah diperoleh data tentang peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan pendekatan active learning. Penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran,
untuk
mengetahui
adanya
peningkatan
dilihat
dari
meningkatnya prosentase keberhasilan siswa dari observasi awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa prestasi belajar adalah segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil
114
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 83.
116
117
penilaian.115 Peningkatan hasil belajar afektif siswa ditandai dengan meningkatnya kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat kerjasama dalam kelompok, dari siklus I dan Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa di lihat dari meningkatnya prosentase ketuntasan siswa yang dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75%. Pada observasi awal sebelum tindakan total skor hasil belajar kognitif siswa adalah 2.790 dan rata-rata hasil belajar 66,43 dengan prosentase ketuntasan 38,10% sebanyak 16 siswa meningkat menjadi total skor hasil belajar siswa menjadi 2.920 dan rata-rata hasil belajar 69,52 dengan prosentase ketuntasan 52,38% sebanyak 22 siswa pada siklus I. Pada siklus II total skor hasil belajar siswa lebih meningkat menjadi 3165 dan rata-rata hasil belajar 75,36 dengan prosentase ketuntasan 85,71% sebanyak 36 siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini juga dibuktikan dengan hasil uji T dengan bentuk one group design, hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar kognitif menunjukkan t hitung = 9,331 lebih besar dari pada t tabel = 1,684 sehingga Ha diterima (Ha = Ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning).
115
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 24.
117
118
Hasil belajar afektif siswa juga mengalami peningkat, dilihat dari hasil observasi awal sebelum tindakan diketahui bahwa prosentase keberhasilan aspek kejujuran dalam mengerjakan adalah 70,63%, pada siklus I meningkat menjadi 74,60% dan pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 83,33%. Aspek penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain pada observasi awal sebesar 60,32%, siklus I sebesar 62,70% dan meningkat menjadi 72,22% pada siklus II. Aspek keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi pada observasi awal sebesar 47% meningkat pada siklus I menjadi 50% dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 77%. Aspek kerjasama dalam kelompok pada observasi awal sebesar 52,38% meningkat pada siklus I siklus menjadi 53,97% dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 75,40%. Peningkatan hasil belajar afektif siswa ini juga dibuktikan dengan hasil uji T dengan bentuk one group design, hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar afektif menunjukkan t besar dari pada t
tabel
hitung
= 15,328 lebih
= 1,684 sehingga Ha diterima (Ha = Ada perbedaan
prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning). Secara keseluruhan terjadi peningkatan prestasi belajar PAI yang memuaskan, dimana dengan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Penerapan pendekatan active learning mempunyai dampak yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa, yaitu dapat meningkatkan
118
119
motivasi belajar, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Selain itu juga melalui penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar.116 Berdasarkan penjelasan diatas, maka jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah tentang penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu sudah terjawab dengan cukup jelas dan detail. Sehingga mendapatkan hasil, bahwa dengan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. B. Langkah-langkah
Meningkatkan
Prestasi
Belajar
PAI
Melalui
Penerapan Pendekatan Active Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Rumusan masalah yang kedua adalah bagaimana langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Hasil observasi awal dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kurang memuaskan, maka ditindak lanjuti dengan mengganti metode ceramah dan tanya jawab dengan menerapkan pendekatan active learning dengan metode information search dan learning jigsaw. Menurut Melvin L. Silberman, pendekatan active learning adalah belajar dengan menggunakan otak, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan
116
Siti Djuwariyah, Penerapan Metode Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Belajar pada Siswa Kelas VI (http://sekolah.dekopin.coop/download/Elearning2.pdf, diakses 04 Maret 2008).
119
120
menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif (active learning) merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik, karena sering kali siswa tidak hanya terpaku di tempat duduk mereka tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk berfikir keras.117 Dalam pendekatannya, metode active learning, memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan pendekatan ini, persepsi, pengetahuan, dan perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.118 Dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk aktif, agar siswa mempunyai pemahaman yang lebih tentang materi yang diajarkan serta prestasi belajar siswa diharapkan meningkat, karena penerapan metode active learning menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien dalam kehidupan seharihari.119 Sebelum pelaksanaan tindakan perencanaan pembelajaran perlu untuk disiapkan, perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I meliputi: membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup atau refleksi, menyusun
117
Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 9. 118 Ellys J. Ed, Kiat-Kiat Meningkatkan Potensi Belajar Anak (Bandung: Pustaka Hidayah,tt), hlm. 29. 119 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), hlm. 30.
120
121
lembar informasi dan soal, membentuk kelas menjadi tim-tim kecil, menyiapkan instrumen penelitian dan menyusun soal tes formatif. Pada rencana tindakan siklus I metode yang akan digunakan adalah metode information search dan materi yang dibahas adalah pengertian sifat dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. Metode information search bisa disamakan dengan ujian open-book. Tim-tim di kelas mencari informasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepada mereka, metode ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa saja menjadi lebih menarik.120 Pelaksanaan tindakan dengan penerapan pendekatan active learning pada siklus I ini mengikuti langkah-langkah yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Penerapan pendekatan active learning ini diharapkan siswa mampu untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan siklus I, terlihat masih kurang efektif karena siswa belum terbiasa dengan pendekatan active learning dengan metode information search, siswa masih pasif dan kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal dalam tim-tim kecil masih didominasi oleh siswa yang berprestasi sedangkan siswa yang berprestasi kurang atau sedang cenderung untuk mengikuti hasil kerja timnya dan siswa kurang percaya diri pada kemampuannya. Siswa yang ditunjuk guru untuk membacakan hasil jawabannya masih tampak ragu dan takut.
120
Melvin L. Silberman, op.cit., hlm. 164.
121
122
Penerapan pendekatan active learning pada siklus I belum memuaskan hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode active learning atau dengan kata lain masih terbiasa dengan metode ceramah, siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapatnya sehingga pelaksanaan diskusi untuk mengerjakan soal dalam tim-tim kecil hanya didominasi oleh siswa yang aktif serta motivasi belajar siswa terhadap materi PAI masih relatif rendah. Beberapa langkah perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya (siklus II), yaitu: Memberi pengertian tentang pendekatan active learning secara umum dan juga peneliti menjelaskan metode learning jigsaw karena pada pertemuan selanjutnya peneliti menggunakan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa dan keaktifan siswa, karena dengan pemberian materi atau tugas yang berbeda-beda kepada siswa akan mendorong siswa untuk tidak hanya belajar bersama namun mengajarkan satu sama lain sehingga siswa terpacu untuk belajar lebih aktif.121 Selain perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian juga harus diperhatikan, penilaian ini untuk mengukur adanya peningkatan prestasi belajar PAI siswa meliputi penilaian hasil belajar kognitif dan penilaian hasil belajar afektif. Penilaian hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus dan penilaian hasil belajar afektif dilihat dari instrumen observasi berupa lembar observasi.
121
Ibid., hlm. 31.
122
123
Sebelum dilaksanakan siklus II, perencanaan juga dibuat, meliputi: membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup/refleksi, membagi materi menjadi empat pokok bahasan, membentuk kelas menjadi empat kelompok asal, kemudian diperkecil menjadi sepuluh kelompok ahli yang terdiri dari kelompok asal, menyiapkan instrumen penelitian dan menyusun soal tes formatif. Pada siklus II, materi yang akan dibahas adalah akibat negatif sifat pendendam dan munafik. Berbeda dengan pertemuan pada siklus I, pada siklus II ini peneliti menerapkan metode learning jigsaw, metode learning jigsaw serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan penting, yakni setiap siswa mengajarkan sesuatu. Setiap siswa mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.122 Pelaksanaan tindakan dengan penerapan pendekatan active learning pada siklus II ini mengikuti langkah-langkah yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Peneliti lebih banyak memberikan dorongan dan berusaha untuk mengaktifkan siswa terutama pada siswa yang pasif dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran serta memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan rasa pecaya dirinya akan kemampuan yang dimiliki. Menurut Syaiful Bahari Djamarah, dalam belajar, motivasi memegang peranan penting. Motivasi sebagai
122
Ibid., hlm. 180.
123
124
pendorong siswa dalam belajar. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin dicapai siswa selama belajar. Karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah, akhirnya siswa terdorong mempelajarinya.123 Untuk itu, peneliti mencoba memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar, yakni dengan cara memacu siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II siswa sudah sangat cocok dan mulai terbiasa dengan pendekatan active learning. Dominasi siswa yang berprestasi tidak lagi terjadi Pada saat diskusi kelompok siswa sudah aktif semuanya karena ada tuntutan bagi masing-masing siswa dan sudah tidak ada lagi dominasi dari siswa yang lebih unggul. Siswa tampak senang dalam diskusi dan mengerjakan soal yang telah diberikan, hal ini ditunjukkan dengan roman muka yang gembira, dan tidak terlihat letih ataupun bermalas-malasan, ditambah lagi dengan pemberian reward (hadiah) berupa pujian terhadap kelompok yang kompak dan aktif sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Terkait pemberian reward, menurut Amien Dai’ien, pemberian reward berguna sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar lebih giat.124 Tidak lupa, peneliti juga memotivasi kembali siswa untuk meningkatkan prestasi belajar PAI, yakni dengan cara memacu siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
123 124
Syaiful Bahri Djamarah, loc. cit. Amien Dai’ien, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1973), hlm.
125.
124
125
Penilaian pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I. Penilaian ini meliputi penilaian hasil belajar kognitif dan penilaian hasil belajar afektif. Penilaian hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus dan penilaian hasil belajar afektif dilihat dari instrumen observasi berupa lembar observasi. Beberapa ciri-ciri pembelajaran aktif (active learning) juga sudah nampak dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah, karena yang harus berperan aktif adalah siswa.125 Sehingga dari hasil observasi siklus II, dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan penerapan pendekatan active learning berhasil dengan baik dan memuaskan. Pada siklus I dan II tampak terjadi perubahan pada kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas. Perubahan kondisi belajar tersebut dapat dilihat dari semakin aktifnya siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar setelah ditetapkannya pendekatan active learning, hal ini disebabkan karena dalam penerapan pendekatan active learning siswa dituntut untuk berperan aktif dan di dorong untuk berkompetisi dalam kelompok, karena dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta keterampilan siswa akan membantu menjadikan belajar lebih berharga dan bermakna.
125
Nana Sudjana, op.cit., hlm. 25-26.
125
126
Berdasarkan hasil penelitian dan data empiris dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu mengikuti tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ditambah lagi dengan pemberian motivasi yang tinggi kepada siswa dan reward (hadiah) berupa pujian kepada kelompok yang aktif dan kompak, sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian rumusan masalah yang kedua tentang bagaimana langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan pendekatan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu telah terjawab. Penelitian ini sudah dapat menjawab seluruh rumusan masalah yang telah dipaparkan, yaitu: apakah penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu, dan menjawab rumusan masalah yang kedua tentang bagaimana langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI melalui penerapan penerapan active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Terbukti dengan penerapan pendekatan active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa memuaskan dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus I dan siklus II, sehingga peneliti memandang bahwa tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya dan mengakhiri penelitian tindakan di kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu.
126
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, data di lapangan menunjukkan bahwa: 1. Penerapan metode active learning dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar kognitif berupa tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus dan hasil belajar afektif. Selain itu, data empiris juga menunjukkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa, dilihat dari meningkatnya prosentase ketuntasan siswa
yang dapat mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75%. Pada observasi awal sebelum tindakan rata-rata hasil belajar 66,43 dengan prosentase ketuntasan 38,10% sebanyak 16 siswa meningkat menjadi rata-rata hasil belajar 69,52 dengan prosentase ketuntasan 52,38% sebanyak 22 siswa pada siklus I. Pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat 75,36 dengan prosentase ketuntasan 85,71% sebanyak 36 siswa. Hasil belajar afektif siswa meningkat, dilihat dari hasil observasi awal sebelum tindakan diketahui bahwa prosentase aspek kejujuran adalah 70,63%, meningkat menjadi 74,60% dan meningkatan menjadi 83,33%. Aspek penghargaan pada observasi awal sebesar 60,32%, meningkat menjadi 62,70% dan meningkat menjadi 72,22%. Aspek keberanian observasi awal sebesar 47% meningkat menjadi 50% dan semakin
127
128
meningkat menjadi 77%. Aspek kerjasama pada observasi awal sebesar 52,38% meningkat pada siklus I menjadi 53,97% dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 75,40%. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji T dengan bentuk one group design, hasil uji T sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar kognitif menunjukkan t dan hasil uji T
hitung
= 9,331 lebih besar dari pada t tabel = 1,684
sebelum tindakan dan sesudah tindakan hasil belajar
afektif menunjukkan t
hitung
= 15,328 lebih besar dari pada t
tabel
= 1,684
sehingga Ha diterima (Ha = Ada perbedaan prestasi belajar PAI siswa sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan active learning). Dengan demikian peneliti memandang bahwa tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya dan mengakhiri penelitian tindakan di kelas VIII F SMP Negeri 2 Batu. 2. Langkah-langkah meningkatkan prestasi belajar PAI siswa melalui penerapan metode active learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batu sebagaimana yang telah peneliti lakukan adalah: sesuai dengan tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ditambah lagi dengan pemberian motivasi yang tinggi kepada siswa dan reward (hadiah) berupa pujian kepada kelompok yang aktif dan kompak, sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
129
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan: 1. Bagi Sekolah Agar pendekatan active learning ini diterapkan di dalam kegiatan belajar mengajar pada bidang studi PAI, karena berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru PAI Agar dalam penerapan pendekatan active learning benar-benar efektif, guru harus mengikuti prosedur atau cara-cara penerapan metode active learning, berusaha untuk mengubah kebiasaan belajar siswa dengan memberi pengertian tentang pendekatan active learning. Disamping itu guru harus lebih meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa terpacu untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan pemberian reward (hadiah) bagi siswa yang berprestasi. 3. Bagi Siswa Agar siswa selalu antusias dalam kegiatan belajar mengajar, lebih jujur dan percaya diri dengan kemapuannya, menghargai pendapat orang lain, berani bertanya, menjawab dan berargumen, membiasakan berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, karena itu merupakan jalan untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.
130
4. Bagi Penulis Mempunyai wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. 5. Bagi Penelitian Lebih Lanjut Dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk diadakannya penelitian lebih lanjut tentang penerapan pendekatan active learning terhadap variabel yang berbeda.
131
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainul. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Baharuddin dan E. N. Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. Cahaya, Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw II dan Think-Pair-Share pada Siswa Kelas X SMAN 6 Padang (http://ghiffard.multiply.com/journal, diakses 27 Mei 2008) Dai’ien, Amien.1973. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Darajat, Zakiah, dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara dan Depag. Darmaningtyas. 1999. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Diponegoro. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: P N Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Djumransjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing. Djuwariyah, Siti. Penerapan Metode Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Belajar padaSiswa Kelas VI (http://sekolah.dekopin.coop/download/Elearning2.pdf, diakses 04 Maret 2008). Ellys J. Ed, Kiat-Kiat Meningkatkan Potensi Belajar Anak. Bandung: Pustaka Hidayah.
132
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Grafika Offset. . 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hamdani, A. Saepul. Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Pembelajaran PAI. Surabaya: NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hartono, Starategi Belajar Active Learning (http://edu-articles.com/?pilih=lihat&id=87, diakses 04 Maret 2008). Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi Informasi Program Percepatan Belajat Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo Anggota Ikapi. Ihsan, Hamdani dan A. F. Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Khaeruddin dan M. Junaidi. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan konsep dan Implementasinya di Madrasah. Yogjakarta: Nuansa Aksara. Kosasih, A. dkk. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran Mempengaruhi Motivasi, hasil Belajar dan Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo. Kusrini, Siti, Sutiah dan Marno. 2007. Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL I) Beriorentasi pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda Karya. Majid, Abdul dan D. Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Masykur, R. Kurikulum Satuan Pendidikan Madrasah Aliah. (http://ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/ktsp_smp.pdf/, diakses 04 Maret 2008). Muhaimin, Sutiah dan N. Ali. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengeefektifkan Pendidikan Agama Islam DiSekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
133
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers. Muhaimin, A. Ghofir dan N. Ali. 1996. Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: CV. Citra Media. Muhaimin, Sutiah dan S. L. Prabowo. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikaan. Bandung: PT Rosda Karya. Mustaqim, 2004. Psikologi Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers Salam, Burhanuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta. Semiawan, Conny, dkk. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Shaleh, Abdul Rahman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sidi, Indra Djati. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina dan Logos. Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1996. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. . 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
134
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa, Bagaimana. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Syah, Muhibin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya. Tafsir, Ahmad. 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. . 2005. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: PT Rosda Karya. Uhbiyati, Nur dan A. Ahmadi. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. Undang-Undang Dasar 1945. Surabaya: Jaya Sakti. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Darut Bahagia. Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dari Teori Menuju Praktik. Malang: UM Press. Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosda Karya. Zuhairini, A. Ghofir dan S. A. Yusuf. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. Zuhairini, dkk. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Zuhairini dan A. Ghofir. 2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: UM PRESS
Dra. Hj. Sutiah, M. Pd Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Malang, 18 Juni 2008 Hal : Skripsi Nuzulul Mucharomah Lamp : 4 eksempar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi ini mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Nuzulul Mucharomah NIM : 04110118 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu. Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk di ujikan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dra. Hj. Sutiah, M. Pd NIP. 150 262 509
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana 50 Telp. (0341) 551354 Faksimile (0341) 572533 Malang Nomor Lampiran Hal
: Un. 3.1 / TL. 00/820/2008 : 1 Berkas : PENELITIAN
Malang, 14 Februari 2008
Kepada, Yth. Kepala SMP Negeri 02 Batu DiTempat Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mohon agar mahasiswa tersebut di bawah ini : Nama
: Nuzulul Mucharamah
NIM
: 04110118
Semester / Angkatan
: VIII / 2008
Judul Skripsi
: Penerapan
Pendekatan
Active
Learning
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMPN 2 Batu Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir studi/menyusun skripsinya, yang bersangkutan
diberikan
izin/kesempatan
untuk
mengadakan
penelitian
di
lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu dalam bidang yang sesuai dengan judul skripsinya di atas.
Demikian, atas perkenan dan kerjasama Bapak/Ibu kami sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BATU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BATU ( STATE JUNIOR HIGH SCHOOL ) Jln. Bromo 34 Telp. ( 0341 ) 591560 Kota Batu
SURAT KETERANGAN Nomor: 420/220/422.102.01.V/2008 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: DJOKO UDIONO, S.Pd
Nim
: 131 262 740
Pangkat
: Pembina, IV/a
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah
Unit Kerja
: SMPN 2 Batu
Alamat
: Jl. Bromo 34 Desa Sisir, Kecamatan Sisir, Kota Batu
Dengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa: Nama
: Nuzulul Mucharamah
Nim
: 04110118
Semester/ Angkatan : VIII / 2008 Universitas Asal
: Universitas Islan Negeri Malang
Fak/Jur
: Tarbiyah/Pendidikan Islam
Adalah benar-benar telah melaksanakan penelitian di SMPN 2 Batu Mulai tanggal 14 Februari – 14 Mei 2008, untuk pengumpulan data Guna penyusunan Skripsi yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu”. Demikian Surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana 50 Telp. (0341) 551354 Faksimile (0341) 572533 Malang
BUKTI KONSULTASI Nama Mahasiswa NIM Jurusan Dosen Pembimbing Judul Skripsi
: Nuzulul Mucharomah : 04110118 : Pendidikan Agama Islam : Dra. Hj. Sutiah. M. Pd : Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: SMP Negeri 02 Batu
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester
: VIII F / Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI •
Menghindari Perilaku Tercela.
B. KOMPETENSI DASAR •
Menjelaskan Pengertian sifat dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik.
C. INDIKATOR • Menjelaskan pengertian dendam. •
Menjelaskan pengertian munafik.
•
Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan dendam.
•
Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan munafik.
•
Menjelaskan ciri-ciri sifat pendendam.
•
Menjelaskan ciri-ciri sifat Munafik.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa dapat: •
Menjelaskan pengertian dendam.
•
Menjelaskan pengertian munafik.
•
Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan dendam.
•
Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan munafik.
•
Menjelaskan ciri-ciri sifat pendendam.
•
Menjelaskan ciri-ciri sifat Munafik.
E. MATERI PEMBELAJARAN • Pengertian Dendam. Kata dendam dalam bahasa arab disebut dengan Hiqiq. Secara bahasa dendam artinya keinginan keinginan keras untuk membahas kejahatan. Sedangkan menurut istilah, dendam diartikan sebagai sesuatu yang mengandung permusuhan di dalam hati dan menanti waktu yang terbaik untuk membalasnya dengan cara mencelakakan orang yang dimusuhi. •
Pengertian munafik Menurut bahasa munafik artinya berpura-pura percaya kepada sesuatu (agama), tetapi dalam hatinya tidak percaya. Munafik dapat juga diartikan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Menurut istilah, munafik adalah mengamalkan suatu kebaikan di hadapan orang lain dengan tujuan agar si pembuat amal itu termasuk golongan orangorang yang membenarkan kebaikan, tetapi bukan karena iman dan mengharap ridha Allah semata. Sifat munafik dapat diartikan sebagai sikap bermuka dua, yaitu menunjukkan sikap lahir, (yang nampak) berbeda dengan keyakinan hatinya. Secara lahir, orang munafik menunjukkan sikap baik, hormat, ramah, tetapi hatinya penuh kebencian, penuh dendam, dan dengki. Jika berhadap dengan orang-orang beriman, mereka seolah-olah beriman. Namun, jika bergabung dengan orang-orang munafik yang lainnya, mereka senantiasa mencemooh orang beriman.
•
Dalil Naqli terkait dengan dendam
Dendam termasuk perbuatan tercela karena dapat menimbulkan permusuhan. Allah SWT berfirman:
ωuρ öΝà6¨ΖtΒÌôftƒ ãβ$t↔oΨx© BΘöθs% #’n?tã āωr& (#θä9ω÷ès? 4 ……dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. (Al-Maidah, Ayat 8) Sebagaimana dengan sabda Nabi SAW, bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni orang yang memiliki rasa dendam. Yang berbunyi. ”Tiga perkara yang barang siapa tidak terdapat salah satu dari tiga perkara itu, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lain bagi orang yang dikehendaki-Nya. Pertama, barang siapa mati tidak mempersekutukan Allah,
kedua, mati dengan tidak pernah menjadi tikang tenung di masa hidupnya, dan ketika, orang yang tidak pernah dendam terhadap saudara-saudaranya”. (H.R. Thabrani) • Dalil Naqli terkait dengan munafik. naqli. Orang munafik selalu berkata sesuatu yang tidak dengan hatinya. Firman Allah SWT:
šχθä9θà)tƒ ΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ $¨Β }§øŠs9 ’Îû öΝÍκÍ5θè=è% 3 ª!$#uρ ãΝn=÷ær& $oÿÏ3 tβθßϑçFõ3tƒ ∩⊇∉∠∪ “Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. (Al- Imron, ayat 167) Keburukan-keburukan orang munafik akan membawa pelakunya ke neraka pada tingkat yang paling bawah. Allah SWT Berfirman:
βÎ) tÉ)Ï≈oΨçRùQ$# ’Îû Ï8ö‘¤$!$# È≅xó™F{$# zÏΒ Í‘$¨Ζ9$# s9uρ y‰ÅgrB öΝßγs9 #ÅÁtΡ ∩⊇⊆∈∪ ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (An-Nisaa’, ayat 145) •
Menjelaskan ciri-ciri sifat pendendam.
Ciri-ciri sifat pendendam ada 6, yaitu: (1) dengki, yaitu berusaha menghilangkan nikmat orang lain, (2) berdusta, yaitu melakukan kebohongan-kebohongan untuk membalas orang yang dimusuhi dan mereka baru akan puas apabila telah membalas orang yang dimusuhi, (3) memandang rendah dan menyakiti orang lain, (4) menyatakan rasa senang apabila orang lain tertimpa musibah, (5) merusak ikatan persaudaraan dan persahabatan, (6) mendatangkan bencana bagi orang lain. •
Menjelaskan ciri-ciri sifat Munafik.
Ciri-ciri dari sifat munafik ada 5 yaitu: (1) pendusta, seseorang yang sering berdusta disebut orang munafik karena dalam hati orang tersebut mengetahui bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebohongan, (2) Mengingkari Janji, orang munafik sering berjanji, tetapi jarang atau tidak
pernah ditepati. Janjinya adalah sebuah kamuflase (tipuan) agar orang percaya kepadanya, (3) Berkhianat, yaitu tidak menyampaikan amanat yang diembannya, (4) banyak berbicara tentang urusan dunia, (5) meminta bantuan kepada orang kafir, orang munafik lebih suka berteman, bekerja sama, dan meminta bantuan kepada orang kafir. F. MEDIA •
Buku Teks Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
•
LKS/Lembar Kegiatan Siswa
•
Al-Qur’an dan Terjemahannya
•
Fiqh Islam
•
Buku lain yang relevan.
G. SKENARIO PEMBELAJARAN No 1.
2.
Kegiatan Pendahuluan a) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek. b) Guru mengadakan apersepsi dengan cara menghubungkan pengetahuan siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan. c) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. Kegiatan Inti a) Guru membentuk tim-tim kecil di dalam kelas menjadi sepuluh tim, masing-masing tim terdiri atas empat (4) atau lima (5) orang anggota kelompok (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). b) Guru membagikan lembar informasi dan soal dengan materi dendam dan munafik kepada setiap anggota kelompok. c) Tiap tim melaksanakan tugas yang diberikan guru, yaitu: (1) Menjawab soal yang telah diberikan dengan melihat lembar informasi. (2) Setiap tim berdiskusi dan bekerjasama untuk mencari jawaban dari soal yang telah dibagikan.
(3) Semua anggota tim bertanggungjawab atas timnya masingmasing. (4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil jawabannya.
3.
d) Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil jawabannya e) Guru megulas jawaban untuk memperluas cakupan pemahaman siswa. f) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian. Penutup/Refleksi a) Guru memberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. b) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. c) Guru memberi kesempatan siswa untuk mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari tentang contoh sikap pendendam dan munafik yang pernah ada atau ditemui. d) Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari AlQur’an untuk menutup pelajaran.
H. PENILAIAN • Keseriusan dan partisipasi siswa dalam kerja tim. •
Antusias siswa dalam KBM.
•
Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab, dan berargumen.
•
Kemampuan menjawab soal.
I. SOAL TES FORMATIF: 1. Jelaskan pengertian dendam dan munafik! 2. Tulislah salah satu dalil naqli terkait dengan dendam! 3. Sebutkan 3 ciri-ciri sifat pendendam! 4. Sebutkan 3 ciri-ciri sifat munafik!
5. Orang yang mempunyai sifat dendam dan munafik dalam kehidupan bermasyarakat disukai atau tidak? Kemukakan alasannya!
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: SMP Negeri 02 Batu
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester
: VIII F / Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI •
Menghindari Perilaku Tercela.
B. KOMPETENSI DASAR •
Menjelaskan Cara Menghindari Sifat Pendendam dan Munafik
C. INDIKATOR • Menjelaskan akibat negatif sifat pendendam. •
Menjelaskan cara menghindari sifat pendendam.
•
Menjelaskan akibat negatif sifat munafik.
•
Menjelaskan cara menghindari sifat munafik.
d) TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa dapat: •
Menjelaskan akibat negatif sifat pendendam.
•
Menjelaskan cara menghindari sifat pendendam.
•
Menjelaskan akibat negatif sifat munafik.
•
Menjelaskan cara menghindari sifat munafik.
e) MATERI PEMBELAJARAN • Akibat negatif sifat pendendam. Dampak negatif yang disebabkan dari sifat pendendam adalah: Menjauhkan diri dari rahmat (kasih sayang) Allah. Mendekatkan diri kepada perbuatan maksiat dan dosa. Memperbanyak musuh atau orang yang tidak menyenangi. Menumbuhkan sikap egois dan kikir. Menghambat kreativitas dalam meningkatkan prestasi.
Menghambat hubungan baik dengan sesama. Menghilangkan kepercayaan orang lain. Mengotori kebersihan jiwa dan pikiran. •
Cara menghindari sifat pendendam. Cara menghindari sifat pendendam adalah: Mendekatkan diri kepada Allah. Menghindari sifat suuzan, dengki, iri hati, dan egois terhadap orang lain. Menyelesaikan setiap masalah dengan cara musyawaroh dan mufakat. Memaafkan setiap kesalahan orang. Melakukan setiap pekerjaan dengan Ikhlas karena Allah. Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Menyontoh perilaku Nabi Muhammad SAW dalam menyelesaikan masalah.
•
Akibat negatif sifat munafik. Dampak negatif yang disebabkan dari sifat munafik adalah: Menjauhkan diri dari rahmat (kasih sayang) dan hidayah Allah. Mendekatkan diri kepada perbuatan maksiat dan dosa. Menyebabkan timbulnya penyakit hati lainnya, seperti angkuh, iri, dengki, dan serakah sesuai dengan firman allah dalam surat alBaqorah ayat 10, yang artinya: ”Dalam hati mereka ada penyakit Menginginkan orang lain berbuat maksiat seperti dirinya. Menyenangi adanya permusuhan dan perbuatan yang merusak, baik merusak diri maupun lingkungan.
•
Cara menghindari sifat munafik. Cara menghindari sifat munafik adalah: Mendekatkan diri kepada Allah dengan membiasakan diri dalam keadaan suci (berwudhu) dan melksanakan ibadah wajib dan sunah. Memperbaiki setiap kejelekan dengan berbuat baik kepada orang lain.
Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan dosa mulai dari hal-hal kecil sampai dosa besar. Memohon segala sesuatu kepada Allah setiap saat, terutama saat mengalami kesusahan hati. Melakukan hubungan silaturahmi dengan sesama teman. f) MEDIA • Buku Teks Pendidikan Agama Islam Kelas VIII •
LKS/Lembar Kegiatan Siswa
•
Al-Qur’an dan Terjemahannya
•
Fiqh Islam
•
Buku lain yang relevan.
g) SKENARIO PEMBELAJARAN No 1.
2.
Kegiatan Pendahuluan a. Mengucapkan salam dilanjutkan dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek. b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara menghubungkan pengetahuan siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu, yaitu mengkaji bersama topik pembahasan tentang cara menghindari sifat pendendam dan munafik. d. Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan Inti a. Guru membagi siswa menjadi empat (4) kelompok asal, masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh (10) atau sebelas (11) orang anggota kelompok (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). Kelompok asal I : Akibat negatif sifat pendendam Kelompok asal II : Cara Menghindari sifat pendendam Kelompopk asal III : Akibat negatif sifat munafik Kelompok asal IV : Cara menghindari sifat munafik. b. Guru membagikan materi yang akan didiskusikan kepada setiap kelompok. c. Kelompok asal yang terdiri dari empat (4) kelompok ini dipisah menjadi sepuluh (10) kelompok ahli, masing-masing kelompok terdiri atas empat (4) atau lima (5) orang anggota kelompok ahli (tiap kelompok terdiri dari siswa yang telah mepelajari akibat negatif dari sifat pendendam, cara menghindari sifat pendendam, akibat negatif dari sifat munafik dan cara menghindari sifat munafik). d. Siswa dari kelompok ahli mengajarkan dan mempresentasikan satu sama
lain apa yang telah mereka pelajari. e. Setiap siswa diberi kesempatan untuk menanyakan tentang penjelasan materi. f. Guru mempersilahkan siswa untuk kembali ke kelompok asal dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. g. Guru membagikan tugas baru kepada kelompok asal dan membagikan soal yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok ahli. h. Tiap kelompok asal melaksanakan tugas yang diberikan guru, yaitu:
3.
1. Mengerjakan soal yang telah diberikan. 2. Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing-masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah). 3. Semua anggota kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya masingmasing. 4. Masing-masing kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. 5. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke depan untuk bertanya (forum tanya jawab/diskusi). 6. Melakukan sharing antar kelompok. i. Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian. j. Memberikan reward (hadiah) kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih. Penutup/Refleksi a. Guru memberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. b. Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. c. Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan cara menghindari sifat pendendam dan munafik. d. Guru memberi kesempatan siswa untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, seperti berusaha menghindari sifat pendendan dan munafik. e. Guru bersama-sama siswa membaca satu surat pendek dari Al-Qur’an untuk menutup pelajaran.
H. PENILAIAN • Keseriusan dan partisipasi siswa dalam kerja kelompok. •
Antusias siswa dalam KBM.
•
Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab, dan berargumen.
•
Kemampuan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
I. SOAL TES FORMATIF: • Sebutkan akibat negatif dari sifat pendendam! •
Sebutkan akibat negatif dari sifat munafik!
•
Bagaimana cara menghindari sifat pendendam!
•
Bagaimana cara menghindari sifat munafik!
•
Apa yang akan kamu lakukan apabila kamu mempunyai teman yang memiliki sifat pendendam dan munafik!
Lampiran 6 Lembar Informasi
LEMBAR INFORMASI MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BATU
( STATE JUNIOR HIGH SCHOOL )
LEMBAR INFORMASI Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan
: MenghindariPerilaku Tercela (Dendam dan Munafik)
Sub Pokok Bahasan : Pengertian dendam dan munafik serta ciri-ciri sifat pendendam dan munafik. Kelas
: VIII F
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
INFORMASI Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan kegiatan-kegiatan: seperti: berpergian, berkendaraan, bertamu, menerima tamu, makan, dan minum yang dilakukan secara berkala. Kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan sesuai dengan tata aturan yang berlaku agar kita selamat, tidak mengganggu orang lain dan sesuai dengan norma-norma agama maupun masyarakat pada umumnya. Sebagai mahluk sosial, kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Setiap individu memilki perbedaan masing-masing, adanya perbedaan itu kadang kala dapat menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial. Akibat dari kecemburuan sosial maka timbullah perilaku tercela, contohnya sifat pendendam, iri, munafik, dan masih banyak lagi sifat-sifat tercela lainnya. Salah satu sifat tercela adalah dendam. Kata dendam dalam bahasa arab disebut dengan Hiqiq. Secara bahasa dendam artinya keinginan keinginan keras untuk membahas kejahatan. Sedangkan menurut istilah, dendam diartikan sebagai sesuatu yang mengandung permusuhan di dalam hati dan menanti waktu yang terbaik untuk membalasnya dengan cara mencelakakan orang yang dimusuhi. Dendam termasuk perbuatan tercela karena dapat menimbulkan permusuhan. Allah SWT berfirman:
#θä9ω÷ès?ωr& ’n?tãB Θöθs% # β$t↔oΨx© Νà6¨ΖtΒÌôftƒ ωuρ ……dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. (Al-Maidah, Ayat 8) Sebagaimana dengan sabda Nabi SAW, bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni orang yang memiliki rasa dendam. Yang berbunyi.
”Tiga perkara yang barang siapa tidak terdapat salah satu dari tiga perkara itu, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lain bagi orang yang dikehendaki-Nya. Pertama, barang siapa mati tidak mempersekutukan Allah, kedua, mati dengan tidak pernah menjadi tikang tenung di masa hidupnya, dan ketika, orang yang tidak pernah dendam terhadap saudara-saudaranya”. (H.R. Thabrani) Ciri-ciri sifat pendendam ada 6, yaitu: (1) dengki, yaitu berusaha menghilangkan nikmat orang lain, (2) berdusta, yaitu melakukan kebohongankebohongan untuk membalas orang yang dimusuhi dan mereka baru akan puas apabila telah membalas orang yang dimusuhi, (3) memandang rendah dan menyakiti orang lain, (4) menyatakan rasa senang apabila orang lain tertimpa musibah, (5) merusak ikatan persaudaraan dan persahabatan, (6) mendatangkan bencana bagi orang lain. Selain dendam, munafik juga merupakan salah satu sifat tercela. Menurut bahasa munafik artinya berpura-pura percaya kepada sesuatu (agama), tetapi dalam hatinya tidak percaya. Munafik dapat juga diartikan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Menurut istilah, munafik adalah mengamalkan suatu kebaikan di hadapan orang lain dengan tujuan agar si pembuat amal itu termasuk golongan orang-orang yang membenarkan kebaikan, tetapi bukan karena iman dan mengharap ridha Allah semata. Sifat munafik dapat diartikan sebagai sikap bermuka dua, yaitu menunjukkan sikap lahir, (yang nampak) berbeda dengan keyakinan hatinya. Secara lahir, orang munafik menunjukkan sikap baik, hormat, ramah, tetapi hatinya penuh kebencian, penuh dendam, dan dengki. Jika berhadap dengan orang-orang beriman, mereka seolah-olah beriman. Namun, jika bergabung dengan orang-orang munafik yang lainnya, mereka senantiasa mencemooh orang beriman. Salah satu sifat tercela adalah munafik dan juga dijelaskan dalam dalil naqli. Orang munafik selalu berkata sesuatu yang tidak dengan hatinya. Firman Allah SWT:
šχθä9θà)tƒ ΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ $¨Β }§øŠs9 ’Îû öΝÍκÍ5θè=è% 3 ª!$#uρ ãΝn=÷ær& $oÿÏ3 tβθßϑçFõ3tƒ ∩⊇∉∠∪ “Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. (Al- Imron, ayat 167) Keburukan-keburukan orang munafik akan membawa pelakunya ke neraka pada tingkat yang paling bawah. Allah SWT Berfirman:
βÎ) tÉ)Ï≈oΨçRùQ$# ’Îû Ï8ö‘¤$!$# È≅xó™F{$# zÏΒ Í‘$¨Ζ9$# s9uρ y‰ÅgrB öΝßγs9 #ÅÁtΡ ∩⊇⊆∈∪
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (An-Nisaa’, ayat 145) Ciri-ciri dari sifat munafik ada 5 yaitu: (1) pendusta, seseorang yang sering berdusta disebut orang munafik karena dalam hati orang tersebut mengetahui bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebohongan, (2) Mengingkari Janji, orang munafik sering berjanji, tetapi jarang atau tidak pernah ditepati. Janjinya adalah sebuah kamuflase (tipuan) agar orang percaya kepadanya, (3) Berkhianat, yaitu tidak menyampaikan amanat yang diembannya, (4) banyak berbicara tentang urusan dunia, (5) meminta bantuan kepada orang kafir, orang munafik lebih suka berteman, bekerja sama, dan meminta bantuan kepada orang kafir.
TUGAS
1. Sebutkan definisi dendam dan munafik, dan jelaskan mengapa agama Islam melarang sifat dendam dan munafik? 2. Riko dan Ardi adalah siswa SMP Kelas VII, dikelas mereka sering bertengkar. Pada suatu hari Riko terserang penyakit muntaber. Ardi merasa senang atas musibah yang menimpa Riko. Perilaku Ardi menunjukkan sifat apa? Dan sebutkan ciri-ciri yang lainnya! 3. Rini adalah anak yang boros, uang sakunya selalu kurang dan sering meminjam uang kepada temannya. Untuk membayar utang, Rini selalu berbohong kepada ibunya dengan berbagai alasan. Baik atau jelekkah perbuatan Rini? jelaskan alasnnya! 4. Diskusikan dengan timmu dan buatlah 1 contoh dari ciri-ciri sifat pendendam dan munafik yang pernah kamu lihat!
LEMBAR INFORMASI Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan
: Menghindari Perilaku Tercela (Dendam dan Munafik)
Sub Pokok Bahasan
: Cara menghindari sifat pendendam dan munafik.
Kelas
: VIII F
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
INFORMASI
Kelompok 1 (Akibat Negatif Sifat Pendendam) Sifat pendendam menjadi sumber dari perselisihan dan permusuhan, selain itu sifat pendendam juga mempunyai dampak negatif bagi seseorang. Dampak negatif yang disebabkan dari sifat pendendam adalah: Menjauhkan diri dari rahmat (kasih sayang) Allah. Mendekatkan diri kepada perbuatan maksiat dan dosa. Memperbanyak musuh atau orang yang tidak menyenangi. Menumbuhkan sikap egois dan kikir. Menghambat kreativitas dalam meningkatkan prestasi. Menghambat hubungan baik dengan sesama. Menghilangkan kepercayaan orang lain. Mengotori kebersihan jiwa dan pikiran.
LEMBAR INFORMASI Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan
: Menghindari Perilaku Tercela (Dendam dan Munafik)
Sub Pokok Bahasan
: Akibat negatif sifat pendendam dan munafik dan cara menghindari sifat pendendam dan munafik.
Kelas
: VIII F
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
INFORMASI
Kelompok 2 (Cara Menghindari Sifat Pendendam) Ajaran Islam Selalu Megutamakan kesucian hati, karena hal itu sangat mempengaruhi nilai amalnya. Kesucian hati harus tetap dipelihara agar terhindar dari penyakit dendam. Cara menghindari sifat pendendam adalah: Mendekatkan diri kepada Allah. Menghindari sifat suuzan, dengki, iri hati, dan egois terhadap orang lain. Menyelesaikan setiap masalah dengan cara musyawaroh dan mufakat. Memaafkan setiap kesalahan orang. Melakukan setiap pekerjaan dengan Ikhlas karena Allah. Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Menyontoh perilaku Nabi Muhammad SAW dalam menyelesaikan masalah.
LEMBAR INFORMASI Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan
: Menghindari Perilaku Tercela (Dendam dan Munafik)
Sub Pokok Bahasan
: Akibat negatif sifat pendendam dan munafik dan cara menghindari sifat pendendam dan munafik.
Kelas
: VIII F
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
INFORMASI
Kelompok 3 (Akibat Negatif Sifat Munafik) Sifat munafik memiliki dampak bagi seseorang. Dampak negatif yang disebabkan oleh sifat munafik adalah: Menjauhkan diri dari rahmat (kasih sayang) dan hidayah Allah. Mendekatkan diri kepada perbuatan maksiat dan dosa. Menyebabkan timbulnya penyakit hati lainnya, seperti angkuh, iri, dengki, dan serakah sesuai dengan firman allah dalam surat al-Baqorah ayat 10, yang artinya: ”Dalam hati mereka ada penyakit Menginginkan orang lain berbuat maksiat seperti dirinya. Menyenangi adanya permusuhan dan perbuatan yang merusak, baik merusak diri maupun lingkungan.
LEMBAR INFORMASI Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan
: Menghindari Perilaku Tercela (Dendam dan Munafik)
Sub Pokok Bahasan
: Akibat negatif sifat pendendam dan munafik dan cara menghindari sifat pendendam dan munafik.
Kelas
: VIII F
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit (1 x pertemuan)
INFORMASI
Kelompok 4 (Cara Menghindari Sifat Munafik) Ajaran Islam Selalu Megutamakan kesucian hati, karena hal itu sangat mempengaruhi nilai amalnya. Kesucian hati harus tetap dipelihara agar terhindar dari penyakit munafik. Cara menghindari atau menjauhan sifat munafik adalah: Mendekatkan diri kepada Allah dengan membiasakan diri dalam keadaan suci (berwudhu) dan melksanakan ibadah wajib dan sunah. Memperbaiki setiap kejelekan dengan berbuat baik kepada orang lain. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan dosa mulai ari hal-hal kecil sampai dosa besar. Memohon segala sesuatu kepada Allah setiap saat, terutama saat mengalami kesusahan hati. Melakukan hubungan silaturahmi dengan sesama teman.
TUGAS
1. Apa yang akan kamu lakukan apabila kamu mempunyai teman yang memiliki sifat pendendam dan munafik? 2. Bagaimana cara memberikan pemahaman terhadap orang lain agar senantiasa berusaha untuk menjauhi sifat pendendam dan munafik? 3. Mengapa sifat pendendam dan munafik sangat dilarang oleh Allah?
Lampiran 7 Tes Formatif Siklus I dan Siklus II SOAL TES FORMATIF SIKLUS I
Nama
: …………………….
No. Absen
: …………………….
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar. 1. Jelaskan pengertian dendam dan munafik! 2. Tulislah salah satu dalil naqli terkait dengan dendam! 3. Sebutkan 3 ciri-ciri sifat pendendam! 4. Sebutkan 3 ciri-ciri sifat munafik! 5. Orang yang mempunyai sifat dendam dan munafik dalam kehidupan
bermasyarakat disukai atau tidak? Kemukakan alasannya!
SOAL TES FORMATIF SIKLUS II
Nama
: …………………….
No. Absen
: …………………….
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.
1. Sebutkan akibat negatif dari sifat pendendam! 2. Sebutkan akibat negatif dari sifat munafik! 3. Bagaimana cara menghindari sifat pendendam! 4. Bagaimana cara menghindari sifat munafik! 5. Apa yang akan kamu lakukan apabila kamu mempunyai teman yang memiliki sifat pendendam dan munafik!
Lampiran 8 Pola Siklus I
Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI pada Siklus I Siklus I Observasi awal • Observasi pembelajaran PAI di kelas yang menjadi obyek penelitian. (dalam hal ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Batu).
• • • • •
Analisis dan identifikasi Pembelajaran berpusat pada guru. Metode bersifat tradisional dan tidak bervariasi Dominasi sebagaian siswa. Prestasi belajar relatif rendah. Tidak melakukan refleksi.
Perencanaan • Membuat RPP • Menyusun lembar informasi. • Membentuk tim. • Pedoman observasi. • Menyusun soal tes formatif.
-
Observasi • Mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. • Observasi dilakukan pada kreativitas dan pemahaman siswa.
Implementasi • Kegiatan penerapan pendekatan active learning dengan metode information search untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. • Mengevaluasi/menilai proses dan hasil.
Refleksi Pada siklus I penerapan pendekatan active learning dengan metode information search, siswa masih belum terbiasa dengan metode information search, Siswa kurang aktif dalam mengemukakan pedapat, sehingga proses pelaksanaan diskusi dalam tim-tim kecil kurang bisa untuk membawa siswa aktif, motivasi belajar siswa hanya dimiliki sebagian besar siswa yang berprestasi sehingga ada dominasi dari siswa yang berprestasi dan siswa kurang yakin dengan kemampuannya.
Kurang Memuaskan
Revisi Perencanaan Peneliti member i pengertian tentang pendekatan active learning, kemudian menjelaskan metode learning jigsaw. peneliti berusaha untuk mendorong dan mengaktifkan siswa, peneliti memotivasi seluruh siswa terutama bagi siswa yang prestasi belajarnya relatif rendah serta peneliti menumbuhkan rasa percaya diri dan meyakinan siswa bahwa pekeraan yang dikerjakan sendiri hasilnya memuaskan.
Lampiran 9 Pola Siklus II
Penerapan Pendekatan Active Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI pada Siklus II
Perencanaan • Membuat RPP. • Membagi materi. • Membentuk kelas menjadi empat kelompok asal. • Pedoman observasi. • Menyusun soal tes formatif.
Observasi • Mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. • Observasi dilakukan pada hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif.
Refleksi Pada siklus II penerapan pendekatan active learning dengan metode learning jigsaw, terlihat bahwa siswa semakin terbiasa dengan pendekatan active learning. Siswa terlihat aktif dalam berdiskusi karena metode ini menuntut siswa untuk aktif, dan tidak ada lagi dominasi dari siswa yang berprestasi . Siswa tampak senang dalam diskusi dan mengerjakan tugas terlihat dari roman muka siswa. Adanya pemberian reward (pujian) terhadap kelompok yang kompak dan aktif sehingga menyebabkan siswa semakin termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa semakin yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.
Implementasi • Kegiatan pembelajaran tetap menerapkan pendekatan kontekstual dengan metode yang berbeda, yait metode learning jigsaw. • Mengevaluasi/menilai proses dan hasil.
Memuaskan
SELESAI
Lampiran 10 Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 85,71 90 80 70 52,38
60 50 Skor (%)
38,1
40 30 20 10 0 Observasi awal
Siklus I Ketuntasan
Siklus II
Lampiran 11 Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Siswa
Grafik Peningkatan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Batu
Hasil Belajar Afektif Aspek Kejujuran
Aspek Kejujuran
83,33 84 82 80 78 74,6
76 Skor (%) 74 72
70,63
70 68 66 64 Observasi awal
Siklus I Taraf Keberhasilan
Siklus II
Hasil Belajar Afektif Aspek Penghargaan
Aspek Penghargaan
72,22
74 72 70 68 66
62,7
Skor (%) 64
60,32
62 60 58 56 54 Observasi awal
Siklus I
Siklus II
Taraf Keberhasilan
Hasil Belajar Afektif Aspek Keberanian
Aspek Keberanian 77 80 70 60
50
47
50 Skor (%) 40 30 20 10 0 Observasi awal
Siklus I
Taraf Keberhasilan
Siklus II
Hasil Belajar Afektif Aspek Kerjasama Aspek Kerjsama 75,4 80 70
52,38
53,97
60 50 Skor (%) 40 30 20 10 0 Observasi awal
Siklus I
Taraf Keberhasilan
Siklus II
Lampiran 12 Kategori Keberhasilan Observasi Awal, Siklus I dan Siklus II Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif pada Observasi Awal NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa
Skor
AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI WIJAYANTI YOGI AGUS WIRANATA BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO FITRIA UTARI RIZKY WAHYUDHA S.P. SHAFFIANI NURUL F. A. ABID ALAUDIN ADELIA D. K. BENI SETIAWAN INA DWI PUSPITASARI ERIS WAHONO HADI P. LELA AYU ANGGRAENI MIMIN WAHYUNI PRAWIRA YUDHA WIDI AYU ANGGRAENI HARTANTO DISTA A. HENI MEI LINDA KHULA SATUL MUFIDA
65 65 50 65 65 70 70 90 75 70 60 60 55 60 90 55 65 75 85 80 60 65 80 70 90 60 50 55 40 65 70 75 65 65 60 60
SB
Taraf Keberhasilan B C K √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SK
Ketuntasan T BT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
WULAN PUTRI DIANI 38 YUSUF PUJI LESTARI 39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ keseluruhan Rata-rata Prosentase tiap kategori (%) 37
Keterangan
60 √ √ 60 √ √ 70 √ √ 75 √ √ 60 √ √ 65 √ √ 2.790 4 12 23 3 0 16 26 66,43 0,10 0,29 0,55 0,07 0,00 0,38 0,62 9,52 28,57 54,76 7,14 0,00 38,10 61,90
: T (Tuntas) BT ( Belum Tuntas)
Kriteria: Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar Rata-rata nilai seluruh siswa
= 16 siswa atau 38,10% = 26 siswa atau 61, 90% = 66,43
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif pada Siklus I NO
Nama Siswa
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI WIJAYANTI YOGI AGUS W. BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO FITRIA UTARI RIZKY WAHYUDHA S.P. SHAFFIANI NURUL F. A. ABID ALAUDIN ADELIA D. K. BENI SETIAWAN INA DWI PUSPITASARI ERIS WAHONO HADI P. LELA AYU A. MIMIN WAHYUNI PRAWIRA YUDHA WIDI AYU ANGGRAENI HARTANTO DISTA A. HENI MEI LINDA KHULA SATUL M. WULAN PUTRI DIANI YUSUF PUJI LESTARI
65 65 60 65 65 80 80 90 75 70 70 60 60 60 100 60 65 75 90 80 60 65 85 70 90 60 50 55 50 70 70 80 70 70 70 60 60 60
SB
Taraf Keberhasilan B C K √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SK
Ketuntasan T BT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ keseluruhan Rata-rata Prosentase tiap kategori (%)
Keterangan
80 75 65 70 2.920 69,52
√ √
√ √ √
√
√ √ 5 17 18 2 0 22 20 0,12 0,40 0,43 0,05 0,00 0,52 0,48 11,90 40,48 42,86 4,76 0,00 52,38 47,62
: T (Tuntas) BT ( Belum Tuntas)
Kriteria: Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar Rata-rata nilai seluruh siswa
= 22 siswa atau 52,38% = 20 siswa atau 47,62% = 69,52
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Kognitif pada Siklus II NO
Nama Siswa
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI WIJAYANTI YOGI AGUS WIRANATA BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO FITRIA UTARI RIZKY WAHYUDHA S.P. SHAFFIANI NURUL F. A. ABID ALAUDIN ADELIA D. K. BENI SETIAWAN INA DWI PUSPITASARI ERIS WAHONO HADI P. LELA AYU ANGGRAENI MIMIN WAHYUNI PRAWIRA YUDHA WIDI AYU ANGGRAENI HARTANTO DISTA A. HENI MEI LINDA KHULA SATUL MUFIDA WULAN PUTRI DIANI YUSUF PUJI LESTARI
75 75 65 65 70 80 90 90 80 70 70 60 70 70 90 70 65 80 90 85 70 70 85 70 100 70 60 70 60 80 70 90 70 80 70 70 80 70
SB
Taraf Keberhasilan B C K √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SK
Ketuntasan T BT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ keseluruhan Rata-rata Prosentase tiap kategori (%)
Keterangan
90 80 70 80 3.165 75,36
√
√ √ √ √ √ √ √ 9 27 6 0 0 36 6 0,21 0,64 0,14 0,00 0,00 0,86 0,14 21,43 64,29 14,29 0,00 0,00 85,71 14,29
: T (Tuntas) BT ( Belum Tuntas)
Kriteria: Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar Rata-rata nilai seluruh siswa
= 36 siswa atau 85,71% = 6 siswa atau 14, 29% = 75,36
Lampiran 13 Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pedoman Obse rvasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Penerapan Metode Active Learning Nama Sekolah
: SMP Negeri 02 Batu
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester
: VIII F / Genap
Materi
: Menghindari Perilaku Tercela.
Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Keterangan: 1. Kejujuran Dalam Mengerjakan Tugas Skor 3 : Jujur Dalam Mengerjakan Tugas Skor 2 : Kurang Jujur Dalam Mengerjakan Tugas Skor 1 : Tidak Dapat Jujur Dalam Mengerjakan Tugas 2. Penghargaan Skor 3 : Menghargai Pendapat Orang Lain Skor 2 : Kurang Dapat Menghargai Pendapat Orang Lain Skor 1 : Tidak Dapat Menghargai Pendapat Orang Lain 3. Keberanian Bertanya, Menjawab dan Berargumen Skor 3 : Sering Bertanya, Menjawab, dan Berargumen Skor 2 : Pernah Bertanya, Menjawab, dan Berargumen Skor 1 : Tidak Pernah Bertanya, Menjawab, dan Berargumen 4. Bekerjasama Dalam Kelompok Skor 3 : Dapat Bekerjasama Dalam Kelompok Skor 2 : Kurang Dapat Bekerjasama Dalam Kelompok Skor 1 : Tidak Dapat Bekerjasama Dalam Kelompok Petunjuk Pengisian: 1) Berilah Tanda Cek (√) pada kolom yang tersedia, jika siswa pernah melakukan indikator tersebut. 2) Berikan catatan
Lampiran 14 Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Siswa AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI WIJAYANTI YOGI AGUS WIRANATA BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Observasi Awal Skor Σ Skor Kejujuran Penghargaan Keberanian Kerjasama 2 2 1 1 6 2 1 1 1 5 2 1 1 2 6 2 2 1 1 6 2 1 1 1 5 2 2 2 2 8 2 2 2 2 8 3 3 2 2 10 3 2 2 1 8 3 2 2 1 8 2 2 2 2 8 2 2 2 1 7 2 3 1 2 8 2 1 1 2 6 3 1 2 2 8 2 2 1 2 7 2 2 2 2 8 3 2 1 2 8 2 2 3 1 8 2 1 2 2 7 2 2 1 1 6
Prosentase Kategori (%) 50 41.67 50.00 50 41.67 66.67 66.67 83.33 66.67 66.67 66.67 58.33 66.67 50 66.67 58.33 66.67 66.67 66.67 58.33 50
22 FITRIA UTARI 23 RIZKY WAHYUDHA S.P. 24 SHAFFIANI NURUL F. 25 A. ABID ALAUDIN 26 ADELIA D. K. 27 BENI SETIAWAN 28 INA DWI PUSPITASARI 29 ERIS WAHONO HADI P. 30 LELA AYU ANGGRAENI 31 MIMIN WAHYUNI 32 PRAWIRA YUDHA 33 WIDI AYU ANGGRAENI 34 HARTANTO DISTA A. 35 HENI MEI LINDA 36 KHULA SATUL MUFIDA 37 WULAN PUTRI DIANI 38 YUSUF PUJI LESTARI 39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ Keseluruhan Rata-Rata jProsentase Keterangan: A : Sangat Baik
2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2
2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
89 2.12 70.63 B : Baik
1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 76 1.81 60.32
C : Kurang
D : Kurang
2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 59 1.40 47
7 8 6 9 6 4 6 5 7 7 8 7 7 5 6 5 7 8 9 5 7 66 290 1.57 6.90 52.38 230.16
E : Sangat Kurang
58.33 66.67 50 75 50 33.33 50 41.67 58.33 58.33 66.67 58.33 58.33 41.67 50 41.67 58.33 66.67 75 41.67 58.33 2,416.67 57.54
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Siswa AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI W. YOGI AGUS W. BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO FITRIA UTARI RIZKY WAHYUDHA S.P.
Kejujuran 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3
Skor Penghargaan Keberanian 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 1 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2
Kerjasama 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2
Σ Skor 6 6 7 6 5 9 9 11 8 8 8 8 8 6 9 7 8 9 9 9 6 7 9
Prosentase (%) 50 50 58,33 50 41,67 75 75 91,67 66,67 66,67 66,67 66,67 66,67 50 75 58,33 66,67 75 75 75 50 58,33 75
Kategori D D C D D B B A C C C C C D B C C B B B D C B
24 SHAFFIANI NURUL F. 25 A. ABID ALAUDIN 26 ADELIA D. K. 27 BENI SETIAWAN 28 INA DWI PUSPITASARI 29 ERIS WAHONO HADI P. 30 LELA AYU ANGGRAENI 31 MIMIN WAHYUNI 32 PRAWIRA YUDHA 33 WIDI AYU ANGGRAENI 34 HARTANTO DISTA A. 35 HENI MEI LINDA 36 KHULA SATUL MUFIDA 37 WULAN PUTRI DIANI 38 YUSUF PUJI LESTARI 39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ Keseluruhan Rata-Rata Prosentase
Keterangan: A : Sangat Baik
2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
94 2,24 74,60
B : Baik
1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 79 1,88 62,70
C : Kurang
D : Kurang
1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 63 1,50 50
68 1,62 53,97
E : Sangat Kurang
6 9 6 4 6 5 8 6 8 7 7 6 6 5 7 8 9 6 7 304 7,24
50 75 50 33,33 50 41,67 66,67 50 66,67 58,33 58,33 50 50 41,67 58,33 66,67 75 50 58,33 2.533,33 60,32
D B D E D D B D C C C D D D C C B D B
Kategori Keberhasilan Hasil Belajar Afektif Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Siswa AULIA RAHMAWATI DEFI KRISJAYANTI GISTY RACHMI M D KISMIATUN KISMIATIN MAHFUDZ ARDI S NANA ARI KINANTI SAIFUL ANWAR WAHYU INDAH R L ADEK RAHMAWATI D. DHANESWARA P.P FARAH PANDU F. HAIDAR ALFARIZ IKA DEWI LESTARI SILVANA CLAUDIA A. ADI KURNIAWAN HABIB SYAFI'UDIN NOVIA SRI WIJAYANTI YOGI AGUS WIRANATA BRIAN YOVIS S. EKO DWI PRASETYO FITRIA UTARI
Skor Σ Skor Prosentase Kategori (%) Kejujuran Penghargaan Keberanian Kerjasama 2 2 2 2 8 66,67 B 2 1 2 2 7 58,33 C 2 2 1 2 7 58,33 C 2 2 2 1 7 58,33 C 3 2 2 2 9 75 B 3 2 3 2 10 83,33 B 3 2 3 2 10 83,33 B 3 3 3 3 12 100 A 3 2 3 2 10 83,33 B 3 2 2 2 9 75 B 3 3 2 2 10 83,33 B 2 3 2 3 10 83,33 B 3 3 2 3 11 91,67 A 2 2 2 2 8 66,67 C 3 2 3 3 11 91,67 A 2 2 2 2 8 66,67 C 2 2 2 2 8 66,67 C 3 2 3 2 10 83,33 B 3 2 3 3 11 91,67 A 3 2 3 2 10 83,33 B 2 2 2 2 8 66,67 C 2 2 2 2 8 66,67 C
23 RIZKY WAHYUDHA S.P. 24 SHAFFIANI NURUL F. 25 A. ABID ALAUDIN 26 ADELIA D. K. 27 BENI SETIAWAN 28 INA DWI PUSPITASARI 29 ERIS WAHONO HADI P. 30 LELA AYU ANGGRAENI 31 MIMIN WAHYUNI 32 PRAWIRA YUDHA 33 WIDI AYU ANGGRAENI 34 HARTANTO DISTA A. 35 HENI MEI LINDA 36 KHULA SATUL MUFIDA 37 WULAN PUTRI DIANI 38 YUSUF PUJI LESTARI 39 ELSA DEWI N. 40 NIA PUSPITA SARI 41 NOVITA ARI YANDANI 42 NOOR OKTAVIAN A. Σ Keseluruhan Rata-Rata Prosentase Keterangan: A : Sangat Baik
3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2
105 2,50 83,33 B : Baik
3 2 3 2 1 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 91 2,17 72,22
C : Kurang
D : Kurang
2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 97 2,31 77
95 2,26 75,40
E : Sangat Kurang
10 8 11 8 7 9 8 11 8 10 11 8 8 10 8 10 12 10 8 11 388 9,24
83,33 66,67 91,67 66,67 58,33 75,00 66,67 91,67 66,67 83,33 91,67 66,67 66,67 83,33 66,67 83,33 100 83,33 66,67 91.67 3.233.33 76,98
B C A C C B C A C B A C C B C B A B C A
Lampiran 15 Hasil Uji T Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan dengan Bentuk One Group design. Md t = ∑x2d N (N-1) Keterangan: Md = Mean dari perbedaan sebelum dan sesudah tindakan Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑x2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel d.b. = Ditentukan dengan N – 1 (Diadopsi dari Suharsimi Arikunto) Subjek
Sebelum
Sesudah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
65 65 50 65 65 70 70 90 75 70 60 60 55 60 90 55 65 75 85 80 60 65 80 70
75 75 65 65 70 80 90 90 80 70 70 60 70 70 90 70 65 80 90 85 70 70 85 70
Gain (d). (post-testpre-tes) + 10 + 10 + 15 0 +5 + 10 + 20 0 +5 0 + 10 0 + 15 + 10 0 + 15 0 +5 +5 +5 + 10 +5 +5 0
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 N = 42
∑d Md =
90 60 50 55 40 65 70 75 65 65 60 60 60 60 70 75 60 65 2790
100 70 60 70 60 80 70 90 70 80 70 70 80 70 90 80 70 80 3165
+ 10 + 10 + 10 + 15 + 20 + 15 0 + 15 +5 + 15 + 10 + 10 + 20 + 10 + 20 +5 + 10 + 15
X1 = 66.42857
X2 = 75.35714
∑d = 375
375 =
N
Md = 8,93
= 8.93 42
Subjek
d
Xd (d-Md)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
+ 10 + 10 + 15 0 +5 + 10 + 20 0 +5 0 + 10 0 + 15 + 10 0 + 15 0 +5 +5 +5 + 10 +5 +5 0 + 10 + 10 + 10 + 15 + 20 + 15 0 + 15 +5 + 15 + 10 + 10 + 20 + 10 + 20
1,07 1,07 6,07 -8,93 -3,93 1,07 11,07 -8,93 -3,93 -8,93 1,07 -8,93 6,07 1,07 -8,93 6,07 -8,93 -3,93 -3,93 -3,93 1,07 -3,93 -3,93 -8,93 1,07 1,07 1,07 6,07 11,07 6,07 -8,93 6,07 -3,93 6,07 1,07 1,07 11,07 1,07 11,07
∑x2d 1,1449 1,1449 36,8449 79,7449 15,4449 1,1449 122,5449 79,7449 15,4449 79,7449 1,1449 79,7449 36,8449 1,1449 79,7449 36,8449 79,7449 15,4449 15,4449 15,4449 1,1449 15,4449 15,4449 79,7449 1,1449 1,1449 1,1449 36,8449 122,5449 36,8449 79,7449 36,8449 15,4449 36,8449 1,1449 1,1449 122,5449 1,1449 122,5449
40 41 42
+5 + 10 + 15 375 (∑d)
Md t = ∑x2d N (N-1) 8.93 = 1576,786 42 (42 – 1) 8.93 = 1576,786 42 x 41 8.93 = 1576,786 1722 8.93 = 0,957 = 9,33
-3,93 1,07 6,07
15,4449 1,1449 36,8449 ∑x2d = 1576,786
Paired Samples Statistics
Pair 1
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
66.43
42
10.836
1.672
75.36
42
9.589
1.480
Paired Samples Correlations
Pair 1
Sebelum Tindakan & Sesudah Tindakan
N
Correlation
Sig.
42
.822
.000
Paired Samples Test
Paired Differences Std. Deviatio Mean n Pair 1
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
-8.929
6.201
Std. Error Mean
.957
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-10.861
-6.996
t
df
Sig. (2tailed)
-9.331
41
.000
Hasil Belajar Afektif Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan dengan Bentuk One Group design.
Md t = ∑x2d N (N-1) Keterangan: Md = Mean dari perbedaan sebelum dan sesudah tindakan Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑x2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel d.b. = Ditentukan dengan N – 1 (Diadopsi dari Suharsimi Arikunto) Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Sebelum 6 5 6 6 5 8 8 10 8 8 8 7 8 6 8 7 8 8 8 7 6 7 8 6 9 6 4 6
Sesudah 8 7 7 7 9 10 10 12 10 9 10 10 11 8 11 8 8 10 11 10 8 8 10 8 11 8 7 9
Gain (d). (post-test-pre-tes) +2 +2 +1 +1 +4 +2 +2 +2 +2 +1 +2 +3 +3 +2 +3 +1 +0 +2 +3 +3 +2 +1 +2 +2 +2 +2 +3 +3
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
5 7 7 8 7 7 5 6 5 7 8 9 5 7 290
8 11 8 10 11 8 8 10 8 10 12 10 8 11 388
+3 +4 +1 +2 +4 +1 +3 +4 +3 +3 +4 +1 +3 +4
N = 42
X1 = 6,90
X2 = 9,24
∑d = 98
∑d Md =
98 =
N
Md = 2,33
= 2,33 42
Subjek
d
Xd (d-Md)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
+2 +2 +2 +2 +4 +2 +2 +2 +2 +1 +2 +3 +3 +2 +3 +1 0 +2 +3 +3 +2 +1 +2 +2 +2 +2 +3 +3 +3 +4 +1 +2 +4 +1 +3 +4 +3 +3 +4 +1 +3 +4 98
-0,33 -0,33 -0,33 -0,33 1,67 -0,33 -0,33 -0,33 -0,33 -1,33 -0,33 0,67 0,67 -0,33 0,67 -1,33 -2,33 -0,33 0,67 0,67 -0,33 -1,33 -0,33 -0,33 -0,33 -0,33 0,67 0,67 0,67 1,67 -1,33 -0,33 1,67 -1,33 0,67 1,67 0,67 0,67 1,67 -1,33 0,67 1,67
∑x2d 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 2,7889 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 1,7689 0,1089 0,4489 0,4489 0,1089 0,4489 1,7689 5,4289 0,1089 0,4489 0,4489 0,1089 1,7689 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 0,4489 0,4489 0,4489 2,7889 1,7689 0,1089 2,7889 1,7689 0,4489 2,7889 0,4489 0,4489 2,7889 1,7689 0,4489 2,7889 40,0138
Md t = ∑x2d N (N-1) 2,33 = 40,0138 42 (42 – 1) 2,33 = 40,0138 42 x 41 2,33 = 40,0138 1722
2,33 = 0,152 = 15,328
Paired Samples Statistics
Pair 1
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
6.90
42
1.322
.204
9.24
42
1.445
.223
Paired Samples Correlations
Pair 1
Sebelum Tindakan & Sesudah Tindakan
N
Correlation
Sig.
42
.727
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Pair 1
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
-2.333
Std. Deviation
1.028
Std. Error Mean
.159
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-2.654
-2.013
T
df
Sig. (2tailed)
-15.328
41
.000
Lampiran 16 Instrumen Observasi
INSTRUMEN OBSERVASI
Untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis mengadakan observasi langsung kepada obyek penelitian guna memperoleh data-data tentang: 1. Letak geografis SMP Negeri 2 Batu. 2. Keadaan gedung sekolah beserta kelengkapan isinya. 3. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. 4. Keadaan alat perlengkapan dan fasilitas pendidikan lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan belajar di SMP Negeri 2 Batu.
Lampiran 17 Instrumen Dokumentasi
INSTRUMEN DOKUMENTASI
Untuk melengkapi data-data yang penulis perlukan dalam penelitian ini, maka penulis juga menggunakan dokumentasi yang memuat hah-hal seperti berikut: 1. Kronologis Berdirinya SMP Negeri 2 Batu. 2. Denah Lokasi SMP Negeri 2 Batu. 3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Batu 4. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di SMP Negeri 2 Batu. 5. Data Jumlah Guru di SMP Negeri 2 Batu. 6. Data Jumlah Pegawai di SMP Negeri 2 Batu. 7. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Batu.
Lampiran 18 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Batu
KEPALA SEKOLAH Drs. H. Syamsul Hidayat WAKASEK Joko Udiono, S.Pd
BENDAHARA Nanik Agisasi S.Pd
Waka Tata Usaha Djani Waka Sarana & Prasarana Drs. Zainuddin
Waka Humas Drs. Paeran
Waka Kurikulum M. Syamsul Hadi, S.Pd
Perpustakaan Hartatik, S.Pd
Waka Kesiswaan Rujito, S.Pd
Laboratorium IPA Dyah Prihatini, S.Pd
Koperasi Siswa T. Kasiatiningsih, S.Pd
BP / BK Dra. Sutjiningsih
Laboratorium Bahasa Solikin, S.Pd
Musholla Drs. Zainuddin
Karawitan Sutiknar
Laboratorium Komputer Dwi Iful Riyayanto,S.Kom
PMR Salman Al-Farizy
UKS Dra. Sri Widayti
Ketrampilan Tata Boga Jeane Boham
Pramuka Ida Fatimatus S, S.Pd.I
Olahraga Usmanto, S.Pd
Ketrampilan Tata Busana Machmudah
Kantin Tatik Ismiati, S.Pd
Musik Drs. EndroMulatsono Wali Kelas GURU OSIS
Siswa
Ketrampilan Elektro Suhermanto, ST
Lampiran 19 Denah Sekolah
Lampiran 22 Dokumentasi