PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS
Sovian Hakim1, Sri Hastuti Noer2, Pentatito Gunowibowo2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This research aimed to know the increasing of student’s critical thinking skill and mathematical disposition which was taught by problem based learning compared to the conventional learning. The population of this research was all students of grade 8th of SMPN 24 Bandarlampung in academic year of 2013/2014 that was distributed into ten classes. This research samples were students of VIIIC and VIIID class who were taken by purposive sampling technique. The design of this research was pretest posttest control group design. The research data were obtained by test of critical thinking skill and mathematical disposition scale. The conclusion of this research was the problem based learning could increase the student’s critical thinking skill, but it couldn’t increase the student’s mathematical disposition.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dibandingkan pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 24 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC dan VIIID yang diambil dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah pretest posttest control group design. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kritis dan skala disposisi matematis. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, namun tidak dapat meningkatkan disposisi matematis siswa. Kata kunci: disposisi matematis, kemampuan berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah
memberikan
PENDAHULUAN
siswa Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat menuntut manusia untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang efektif. Menurut Irawan (2011) matematika merupakan mata pelajaran yang mampu membekali siswa
untuk
mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut. Depdiknas (2006) menyatakan pembelajaran matematika di sekolah tidak
hanya
berkaitan
dengan
penguasaan materi matematika, melainkan juga untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun kemampuan berpikir siswa. Dikehendaki, lulusan SMP maupun SMA, mempunyai
kemampuan
berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan bekerja sama (Mahmudi, 2009: 1).
kepada
merumuskan
dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berdasarkan hasil The Trend International
Mathematics
and
Science Study (TIMSS) (Mullis et al: 2012), pada tahun 2011, siswa Indonesia menempati urutan ke-38 dari 4 2 negara yang diteliti. Dari hasil studi ini diperoleh informasi capaian
rata-rata
skor
peserta
Indonesia adalah 386. Rosnawati (2013) menyatakan kemampuan ratarata skor siswa Indonesia pada tiap domain masih jauh di bawah negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh siswa Indonesia adalah pada domain kognitif pada level penalaran. Hal ini menunjukkan
bahwa
kemampuan
matematika siswa Indonesia dalam menyelesaikan masalah yang kom-
Ennis (2002) menyatakan, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Sejalan dengan itu Fachrurazi (2011: 81) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah
untuk
kesempatan
proses
sistematis
yang
pleks yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kreatif dan berpikir kritis, masih relatif rendah. Rendahnya kemampuan berpikir siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut
adalah lemahnya proses
pembelajaran, seperti pelaksanaan
Menurut
pembelajaran yang lebih menekan-
seorang siswa akan gagal dalam
kan pada aspek mekanistik dan
menyelesaikan
mengabaikan
kehilangan kepercayaan dirinya.
kemampuan
berpikir
siswa. Guru menekankan siswa
Yuanari
(2011:
soal
20-21)
jika
siswa
SMPN 24 Bandar Lampung
hanya menghafal sejumlah fakta
adalah
matematis dan kurang menekankan
memiliki karakteristik seperti SMP
pengembangan kemampuan berpikir
lain di Bandar Lampung maupun di
siswa.
Indonesia. Hasil wawancara dengan
Pembelajaran
tentunya
tersebut
kurang bermakna
salah
satu
SMP
yang
dan
guru di SMPN 24 Bandar Lampung
dapat mematikan potensi berpikir
menunjukkan bahwa guru masih
siswa (Mahmudi, 2009: 2).
mengajarkan materi kepada siswa
Selain itu, disposisi matematis
dengan metode konvesional. Hal ini
sebagai aspek psikologi juga mem-
menyebabkan siswa menjadi kurang
pengaruhi
kemampuan
aktif dalam pembelajaran. Ketika
berpikir siswa. Sejalan dengan itu
siswa mengalami kesulitan dalam
Kilpatrick et al
(2001: 171) me-
mengerjakan soal, siswa tidak berani
nyatakan tingkat disposisi matematis
bertanya kepada guru dan memilih
pada siswa harus ditingkatkan karena
untuk diam dan akhirnya siswa akan
disposisi
me-
cepat menyerah dan menganggap
rupakan faktor utama dalam menen-
matematika itu sulit. Selain itu, guru
tukan
siswa.
hanya memberikan soal-soal rutin
Menurut Herman (2007) disposisi
yang tidak menggali kemampuan
matematis siswa adalah kecenderu-
berpikir
ngan siswa untuk
berpikir dan
menyebabkan kemampuan berpikir
berbuat dengan cara yang positif.
kritis siswa tidak tergali dengan baik
Sementara
dan siswa mendapat nilai yang
rendahnya
matematika
kesuksesan
NCTM
siswa
belajar
(2003)
me-
nyatakan disposisi matematis adalah keterkaitan dan apresiasi terhadap
kritis
siswa.
Hal
ini
rendah. Proses pembelajaran setiap jen-
matematika,
yaitu
suatu
ke-
jang pendidikan seharusnya menitik-
cenderungan
untuk
berpikir
dan
beratkan pada pembelajaran yang
bertindak dengan cara yang positif.
mampu
mengembangkan
berpikir
kritis siswa. Kemampuan tersebut
dalam sepuluh kelas. Pengambilan
akan sulit dicapai apabila meng-
sampel dilakukan dengan teknik
gunakan pembelajaran konvensional.
purposive sampling
Karena pembelajaran konvensional
pengambilan
tidak memberikan peluang siswa
pertimbangan bahwa kelas yang
untuk berpikir kritis dan mengem-
dipilih adalah kelas yang diajar oleh
bangkan disposisi matematisnya. Sa-
guru yang sama. Setelah berdiskusi
lah satu pembelajaran yang mem-
dengan guru mitra, terpilihlah kelas
berikan peluang berpikir kritis dan
VIIID yang terdiri dari 28 orang
mengembangkan disposisi matematis
sebagai kelas eksperimen dan kelas
siswa adalah pembelajaran berbasis
VIIIC sebagai kelas kontrol yang
masalah.
terdiri dari 28 orang.
Sudarman
(2007:
69)
me-
yaitu teknik
sampel
Penelitian
yang
atas
dasar
dilakukan
nyatakan bahwa pembelajaran ber-
adalah penelitian eksperimen semu
basis masalah (PBM) merupakan
dengan the pretest-posttest control
inovasi dalam pembelajaran yang
group
menggunakan masalah dunia nyata
diberikan pada kelas eksperimen
sebagai suatu konteks untuk belajar
adalah PBM dan pada kelas kontrol
tentang berpikir kritis dan keteram-
adalah pembelajaran konvensional.
design.
Perlakuan
yang
pilan pemecahan masalah. Tujuan
Dalam penelitian ini, digu-
penelitian ini adalah untuk menge-
nakan dua jenis instrumen yaitu tes
tahui peningkatan kemampuan ber-
kemampuan berpikir kritis dan ins-
pikir kritis dan disposisi matematis
trumen non tes yaitu skala disposisi
siswa yang mengikuti pembelajaran
matematis siswa. Instrumen tes di-
berbasis masalah dibandingkan de-
fokuskan pada kemampuan inter-
ngan siswa yang mengikuti pem-
pretasi, analisis, evaluasi dan pena-
belajaran konvensional.
rikan kesimpulan. Sebelum dilakukan pengam-
METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN 24 Bandarlampung yang terdistribusi
bilan data, instrumen tes divalidasi oleh guru matematika SMPN 24 Bandarlampung. Setelah semua soal dinyatakan valid, dilakukan uji coba
terlebih dahulu untuk mengetahui
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS
reliabilitas, daya pembeda (DP) dan
(Tidak Setuju) dan STS (Sangat
tingkat kesukaran (TK). Berdasarkan
Tidak Setuju) pada setiap pernyataan
perhitungan data hasil uji coba,
bervariasi antara 1 sampai 6, dengan
diperoleh koefisien reliabilitas soal
skor ideal 112.
adalah
0,76
yang
berarti
soal
Dalam penelitian ini diperoleh
memiliki reliabilitas yang tinggi.
data skor awal kemampuan berpikir
Soal yang digunakan memiliki daya
kritis, skor awal dan indeks gain
pembeda dengan kategori baik dan
disposisi matematis. Analisis data di-
sangat baik dengan tingkat kesukaran
lakukan setelah dilakukan uji nor-
sedang. Dengan demikian, soal tes
malitas (uji Kolmogorov Smirnov)
kemampuan berpikir kritis sudah
dan uji homogenitas (Uji Levene)
layak untuk digunakan mengum-
dengan bantuan software SPSS Sta-
pulkan data.
tistic 17.0.
Instrumen non tes yaitu skala
Setelah dilakukan perhitung-
disposisi matematis yang terdiri dari
an uji normalitas terhadap skor awal
28 pernyataan yang difokuskan pada
kemampuan berpikir kritis, skor awal
tingkat rasa percaya diri, fleksibel,
dan indeks gain disposisi matematis
gigih, ulet, keingintahuan, dan cara
kelas
berpikir dalam pembelajaran mate-
kontrol diperoleh sig lebih dari 0,05.
matika. Sebelum digunakan, skala
Dengan
disposisi matematis terlebih dahulu
bahwa semua data berasal dari
diperiksa kelayakannya oleh ahli
populasi yang berdistribusi normal.
(dosen). Uji kelayakan ini dimaksud-
eksperimen
demikian
Selanjutnya
maupun
kelas
disimpulkan
dilakukan
uji
kan untuk melihat validitas dari segi
homogenitas. Dari hasil uji homo-
kesesuaian isi dengan indikator dan
genitas diperoleh bahwa semua data
tujuan pembuatan skala. Selanjutnya,
mempunyai sig > 0,05, sehingga da-
dilakukan penskoran menggunakan
pat disimpulkan bahwa semua data
hasil pengisian skala disposisi mate-
kedua kelompok penelitian memiliki
matis dengan 56 responden. Setelah
varians yang sama.
dilakukan perhitungan diperoleh ha-
Data skor awal kemampuan
sil yaitu skor untuk setiap kategori
berpikir kritis, data indeks gain ber-
pikir kritis, data skor awal dan indeks
Kemudian dilakukan uji ke-
gain disposisi matematis berasal dari
samaan dua rata-rata
terhadap
populasi yang berdistribusi normal
terhadap indeks gain kemampuan
dan memiliki varians yang homogen,
berpikir kritis siswa. Setelah di-
sehingga keempat data tersebut akan
lakukan pengujian, diperoleh nilai
dianalisis menggunakan uji-t.
sig. sebesar 0,038 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan antara peningkatan ke-
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa seperti tersaji pada Tabel
mampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran kon-
1.
vensional. Tabel 1. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Data Skor awal Skor Akhir Indeks Gain
Kelas Xmin Xmaks 𝒙 S PBM 1 14 7,57 3,32 PK 0 13 5,79 3,77 PBM 12 34 23,75 5,60 PK 0 31 19,57 6,88 PBM 0,11 0,93 0,57 0,18 PK 0 0,81 0,46 0,20
dilakukan
kesamaan dua rata-rata
analisis
data,
diperoleh rata-rata indeks gain pada kelas PBM yaitu sebesar 0,57 dan kelas pembelajaran konvensional sebesar 0,46. Hal ini menandakan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
Skor ideal skor awal dan akhir : 36 Skor ideal indeks gain : 1 Selanjutnya
Berdasarkan
PBM lebih tinggi daripada yang uji
terhadap
mengikuti pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, dapat di-
data skor awal kemampuan berpikir
simpulkan bahwa peningkatan ke-
kritis. Setelah dilakukan pengujian,
mampuan berpikir kritis siswa yang
diperoleh nilai sig untuk kemampuan
mengikuti PBM lebih tinggi daripada
awal berpikir kritis sebesar 0,065
siswa yang mengikuti pembelajaran
yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
konvensional.
berarti bahwa tidak ada perbedaan kemampuan
awal
berpikir
kritis
siswa yang mengikuti PBM dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh disposisi matematis siswa seperti yang disajikan pada Tabel 2.
serupa dengan hasil penelitian yang
Tabel 2. Rekapitulasi Data Disposisi Matematis Siswa Data Skor Awal Skor Akhir
Kelas Xmin Xmaks PBM 60 92 PK 59 84 PBM 65 104 PK 59 97 PBM -0,68 0,70 PK -0,52 0,55
Gain
dikemukan oleh Fachrurazi (2011)
𝑥 82,14 75,10 84,43 77,46 0,06 0,03
S 6,41 8,79 9,93 9,17 0,35 0,27
Skor ideal skor awal dan akhir: 112 Skor ideal Indeks gain : 1
dan Husnindar (2014). Namun untuk hasil disposisi matematis, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Husnindar (2014) yang menyimpulkan peningkatan disposisi matematis
Setelah dilakukan uji kesamaan
siswa yang mengikuti kelas PBM
rata-rata
lebih tinggi dari pada siswa yang
dua
terhadap
disposisi
matematis awal, diperoleh nilai sig
mengikuti kelas konvensional.
sebesar 0,001 yang lebih lebih kecil
Siswa yang mengikuti PBM
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ada
mempunyai peningkatan kemampuan
perbedaan disposisi matematis awal
berpikir kritis yang lebih tinggi
siswa yang mengikuti PBM dan
daripada siswa yang mengikuti pem-
siswa yang mengikuti pembelajaran
belajaran konvensional karena pada
konvensional. Uji t terhadap indeks
proses PBM diawali dengan pem-
gain disposisi matematis menunju-
berian masalah kepada siswa, ke-
kan sig sebesar 0,734 yang lebih
mudian siswa diminta menyelesaikan
besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
masalah tersebut secara berkelom-
tidak ada perbedaan peningkatan
pok. Masalah atau situasi masalah
disposisi matematis antara siswa
disajikan dalam lembar kerja siswa
yang mengikuti PBM dan siswa yang
(LKS). Pada saat mengerjakan LKS,
mengikuti
konven-
siswa membangun pola pikir kritis
dapat
untuk menyelesaikan masalah terse-
dikatakan bahwa PBM tidak dapat
but. Dalam LKS yang diberikan,
meningkatkan disposisi matematis
hanya sedikit dari konsep mate-
siswa.
matika yang dicantumkan. Hal ini
sional.
pembelajaran
Dengan
demikian
Hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan supaya siswa bisa mene-
telah dilakukan, menunjukkan bahwa
mukan sendiri konsep matematika
PBM dapat meningkatkan kemam-
yang diharapkan. Dengan demikian,
puan berpikir kritis siswa. Hasil ini
siswa
terlatih
dalam
interpretasi
(melakukan katagorisasi dan menje-
berikan kesempatan untuk mengem-
laskan arti), menganalisis, menilai
bangkan kemampuan berpikir kritis
pendapat dari berbagai jawaban yang
yang ia miliki sehingga sudah se-
diterima dalam diskusi kelompok dan
wajarnya kemampuan berpikir kritis
menaraik kesimpulan jawaban yang
siswa pada kelas yang mengikuti
dianggap paling tepat.
pembelajaran
Siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional hanya me-
konvensional
tidak
berkembang secara optimal. Selain
memberikan
peluang
nerima materi yang disampaikan oleh
siswa untuk mengembangkan ke-
guru,
pen-
mampuan berpikir kritis, PBM juga
jelasan dari guru dan mencatatnya.
memberikan peluang siswa untuk
Kemudian guru memberikan contoh
meningkatkan
soal dan penyelesaiannya kepada
gigih dan ulet dalam menyelesaikan
siswa. Setelah itu, guru memberikan
masalah
kesempatan kepada siswa untuk
percaya diri siswa tumbuh pada saat
bertanya
siswa mengembangkan
siswa
jika
mendengarkan
ada
yang
belum
rasa
yang
percaya
diberikan.
diri,
Rasa
dan me-
dipahami. Terakhir, siswa akan di-
nyajikan hasil karya. Gigih dan ulet
berikan latihan soal. Berdasarkan
tampak saat siswa menyelesaikan
proses-proses pembelajaran konven-
masalah pada LKS yang hanya
sional tersebut, tidak ada kesempatan
sedikit dari konsep matematika yang
siswa untuk menggali kemampuan
dicantumkan pada LKS tersebut.
interpretasi, analisis, evaluasi dan
Permasalahan-permasalahan
penarikan
yang me-
disajikan pada LKS adalah per-
nyebabkan pengetahuan siswa ter-
masalahan yang berkaitan dengan
batas pada apa yang dijelaskan guru
kehidupan sehari-hari. Hal ini me-
saja.
nyebabkan
kesimpulan
Kemampuan siswa menyelesai-
siswa
menjadi
yang
lebih
menghargai peranan dan aplikasi
kan masalah juga terbatas pada
matematika.
Namun,
peningkatan
contoh-contoh soal yang diberikan,
rasa percaya diri, gigih dan ulet pada
proses yang dituliskan siswa secara
diri siswa serta sikap siswa dalam
umum sama dengan apa yang di-
menghargai peranan dan aplikasi
jelaskan oleh guru. Siswa tidak di-
matematika, sangat rendah. Karena
siswa membutuhkan waktu yang
katan secara signifikan dengan kelas
relatif
konvensional.
lama
beradaptasi
untuk dengan
siswa
dapat
pembelajaran
Dalam
proses
pelaksanaan
berbasis masalah. Hal ini karena
pembelajaran berbasis masalah, ter-
siswa
dengan
dapat beberapa kendala yang dite-
yang
mukan pada saat pembelajaran. Pada
sudah
pembelajaran
terbiasa konvensional
sudah berjalan dalam waktu yang
pertemuan
pertama,
pelaksanaan
cukup lama. Jadi, untuk membentuk
PBM belum berjalan dengn mak-
disposisi matematis siswa yang baik
simal, siswa terlihat bingung dan
maka memerlukan waktu yang relatif
kondisi kelas sangat tidak kondusif
lama karena siswa harus sudah
dalam melakukan diskusi kelompok
terbiasa dengan pembelajaran yang
untuk
akan digunakan, dalam hal ini PBM.
pada LKS. Banyak dijumpai siswa
memecahkan permasalahan
Penelitian yang dilakukan di
pada kelompok yang satu berjalan-
SMP Negeri 24 Bandarlampung ini
jalan keliling kelas untuk bertanya ke
memang relatif singkat, sehingga
kelompok lain. Hal ini terjadi karena
waktu
siswa mengalami kesulitan untuk
yang
digunakan
dalam
pembelajaran berbasis masalah di
memahami
sekolah juga cukup singkat. Banyak
lahan yang diberikan pada LKS.
kelemahan-kelemahan yang terjadi
Selain itu, siswa juga belum terbiasa
dalam
penelitian
dengan
peneliti
sudah
ini.
Meskipun
belajar
materi
melalui
untuk
permasalahan apalagi masalah yang
kelemahan-kelema-
diberikan masalah non rutin yang
han yang mungkin terjadi dalam pe-
jarang diberikan guru kepada siswa.
nelitian ini, tetapi akibat keterbatasan
Oleh karena itu, untuk mengatasi
dalam penyediaan waktu yang di-
masalah tersebut guru memberikan
perlukan untuk proses adaptasi siswa
banyak pertanyaan penuntun pada
dengan pembelajaran berbasis ma-
setiap kelompok.
meminimalisir
berusaha
permasalahan-permasa-
salah yang menyebabkan kemampuan
disposisi
matematis
Kendala lain yang ditemukan
siswa
adalah pada saat salah satu kelompok
tiadak mangalami perbedaan pening-
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, kelompok lain kurang
memperhatikan penjelasan kelompok
sebabkan siswa membutuhkan waktu
yang presentasi tersebut. Oleh karena
yang lama untuk menyelesaikan
itu, agar tidak terjadi miskonsep,
permasalahan-permasalahan yang di-
guru menjelaskan ulang materi yang
berikan dalam LKS.
dipelajari pada pertemuan pertama
Berdasarkan
penelitian
ini,
tersebut. Dengan demikian pada
untuk penelitian lain yang akan
pertemuan pertama ini, pelaksanaan
mengkaji tentang pengaruh PBM
PBM tidak berjalan baik.
terhadap aspek psikologis khususnya
Pada pertemuan selanjutnya
disposisi
matematis
disarankan
siswa mulai dapat beradaptasi de-
melakukan penelitian dalam jangka
ngan pembelajaran berbasis masalah.
waktu yang lebih lama agar siswa
Proses diskusi kelompok sudah mulai
dapat
berjalan baik dan kondusif. Siswa
sehingga hasil yang didapatkan lebih
sudah dapat bekerjasama dengan
menggambarkan
teman sekelompoknya untuk me-
terhadap disposisi matematis siswa.
nyelesaikan permasalahan pada LKS.
Selain itu, pengembangan instrumen
Ketika siswa mengalami kesulitan
untuk mengukur aspek afektif yaitu
mengerjakan
sudah
karakter siswa perlu dilakukan agar
mulai bertanya kepada guru daripada
dapat mengetahui dengan pasti pe-
bertanya ke kelompok lain. Selain
ngaruh
itu, pada saat salah satu kelompok
siswa.
LKS,
siswa
beradaptasi
PBM
dengan
pengaruh
terhadap
PBM
PBM
karakter
mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain sudah mulai memper-
KESIMPULAN
hatikan dan menanggapi.
Berdasarkan hasil penelitian
Meskipun siswa sudah mulai beradaptasi
dengan
proses
pem-
belajaran berbasis masalah, namun masih terdapat kendala. Di antaranya adalah manajemen waktu yang kurang efektif. Hal ini karena proses diskusi yang berlangsung melebihi waktu yang direncanakan, yang di-
dan
pembahasan,
diperoleh
ke-
simpulan bahwa model PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 24 Bandarlampung namun tidak dapat meningkatkan disposisi matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Ennis, Robert. H. 2002. An Outline of Goal a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. [Online]. Tersedia: http://faculty.ed.uiuc.edu. [9 Januari 2014]. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu. [19 November 2013]. Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist Vol. 01 No.01. [Online]. Tersedia: http://ejournal.sps.upi.edu. [19 November 2013]. Husnidar, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 2355-4185. [Online]. Tersedia: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id. [15 Juni 2014]. Irawan. 2011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Creat, and Share dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Ma-
hasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 April 2011. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu. [1 Januari 2014]. Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. 2001. Adding it up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: NationalAcademy Press. Mahmudi, Ali. 2009. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id. [19 November 2013]. Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., & Arora, A. 2012. TIMSS 2011 Internasional Result in Mathematics. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu. [31Desember 2013]. NCTM. 2003. Standards for Secondary Mathematics Teachers. [Online]. Tersedia: http://www.ncate.org. [19 November 2013]. Rosnawati, R. 2013. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada TIMSS 2011. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id. [9 Januari 2014].
Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 02 No. 02. [Online]. Tersedia: http://physicsmaster.orgfree.com. [19 November 2013]. Yuanari, Novita. 2011. Penerapan Strategi TTW (Think-Talk-Write) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas VII SMP 5 Wates Kulonprogo. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id. [19 November 2013].