e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL SAVI BERBANTUAN BENDA KONKRIT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V I Km. Pande Ardiyasa1, Ndara Tanggu Renda2, I Nym. Murda3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Penarukan Kecamatan Buleleng dalam pembelajaran IPA saat penerapan model pembelajaran SAVI berbatuan benda konkrit; (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Penarukan Kecamatan Buleleng dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran SAVI berbatuan benda konkrit. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 3 Penarukan, Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 37 orang siswa. Metode yang digunakan yaitu metode observasi dan metode tes. Data keaktifan belajar dikumpulkan dengan menggunakan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dikumpulkan dengan tes soal pilihan ganda. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu 70,81 dengan kategori cukup aktif, sedangkan nilai ratarata hasil belajar siswa yaitu 71,02 dengan kategori sedang. Namun, hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian. Selanjutnya, pada siklus II nilai rata-rata keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 0,33 yaitu 80,72 dengan kategori aktif. Sedangkan, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 0,34 yaitu 80,91 dengan kategori tinggi. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil, karena telah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Kata-kata kunci: hasil belajar, keaktifan belajar, SAVI
Abstract This study aims to: (1) to determine the increase in class V students' learning activeness second semester of 2015/2016 academic year in SDN 3 Penarukan District of Buleleng in science learning when learning model application SAVI rocky concrete objects; (2) the improvement of student learning outcomes V class the second semester of the school year 2015/2016 in SDN 3 Penarukan District of Buleleng in science learning after learning model application SAVI rocky concrete objects. This research is a classroom action research. The subjects were all students in grade V in SD Negeri 3 Penarukan, District Buleleng 2015/2016 school year, which amounted to 37 students. The method used is the method of observation and test methods. Data were collected using the activity of learning the instrument observation sheets, and learning outcomes data collected by the test multiple choice questions. The results of the study in the first cycle obtained by the average value of students' learning activeness is 70.81 with a fairly active category, while the average value of student learning outcomes, namely 71.02 in the medium category. However, the results of the implementation of the action on the first cycle has not reached the success criteria of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
the study. Subsequently, the second cycle of the average value of students' learning activeness increased by 0.33 ie 80.72 with the active category. Meanwhile, the average value of the learning outcomes of students has increased by 0.34 ie 80.91 to a high category. The results of the implementation of the action on the second cycle was successful, having achieved success criteria designated research. Keywords: learning outcomes, active learning, SAVI
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu wahana dalam upaya menghasilkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kesiapan untuk menghadapi serta mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pendidikan memiliki peranan penting untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang berdampak pada peningkatan sumber daya manusia. Karena itu, pendidikan sepatutnya mendapat perhatian secara terus menerus dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, meningkatkan profesionalisme guru, dan menyedikan sarana prasarana pembelajaran. Penyempurnaan kurikulum
yang terus dilakukan didasari atas kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu komponen yang sangat berperan penting dalam mejalankan tugas dan peranannya dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada diri siswa dalam prose pembelajaran. Untuk mendukung tugas dan peran guru tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA ditingkat SD. Mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Sealin itu, melalui pembelajaran IPA “diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi.” (Sudana, dkk. 2010:5). Namun kenyataannya, di lapangan berbeda berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Negeri 3 Penarukan pada tanggal 21 Desember 2015, ditemukan bahwa dalam pembelajaran IPA siswa kurang aktif untuk mengikuti proses pembelajaran yang diberikan gurunya. Beliau menuturkan, bahwa siswa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan, karena banyaknya konsep-konsep yang harus dimengerti siswa dan berkenaan langsung dengan kehidupan nyata. Sehingga, siswa sulit untuk memahami dan menjelaskan kembali tentang konsep materi pelajaran yang telah mereka pelajari. Siswa cepat merasa bosan dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru, konsentrasi siswa mudah teralihkan oleh hal-hal lain di luar jam pelajaran seperti bermain, menggangu temannya, mencoret-coret buku, bahkan siswa sibuk dengan sendirinya tanpa memperhatikan guru. Selain itu, siswa cenderung pasif dan pendiam dalam proses pembelajaran, siswa jarang mau bertanya maupun menyampaikan pendapat mengenai materi yang disampaikan guru, karena siswa merasa takut dan enggan untuk menyampaikan gagasan serta ide-idenya sehingga guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, permasalahan tersebut muncul disebabkan oleh factor-faktor sebagai berikut: 1) guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang inovatif, yakni kegiatan pembelajaran berlangsung satu arah hanya dari guru ke siswa saja yang bersifat konvensional; 2) guru masih menjadi pusat pembelajaran dan sebagai pusat informasi, artinya guru jarang menghubungkan konsep-konsep pembelajaran IPA dengan kehidupan nyata, sehingga pengetahuan yang didapat siswa kurang bermakna; 3) siswa kurang aktif dalam pembelajaran, dikarenakan guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaraan; 4) guru kurang memberi motivasi kepada siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga siswa cepat bosan dan tidak meperhatikan penjelasan guru; 5) guru kurang pemanfaatan media dalam
menyampaikan materi pembelajaran, sehingga pembela-jaran menjadi monoton dan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil pencatatan dokumen, diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa pada ulangan akhir semester I masih berada di bawah KKM yaitu 64,13, sedangkan KKM mata pelajaran IPA yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 73. Ini menunjukakan bahwa hasil belajar IPA pada siswa kelas V masih tergolong rendah, dari 37 orang siswa hanya 8 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 29 orang lainnya memperoleh nilai di bawah KKM. Berarti hanya 22% siswa yang memenuhi target KKM, dan 78% siswa belum mampu mencapai target KKM. Jika permasalahan tersebut dibiarkan, maka diduga akan berpengaruh negatif terhadap keberlangsungan proses pembelajaran kedepannya. Karena itu, dibutuhakan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Upaya yang dapat dilakukan guru, yaitu dengan menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut yaitu model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit. ”Pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar ber-dasarkan aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan mebuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar” (Meier, 2002:90). Model pembelajaran SAVI adalah penggunaan cara belajar yang dapat mengoptimalkan fungsi kerja otak dalam memperoleh dan mengkontruksi pengalaman menjadi suatu pengetahuan dan keterampialan serta sikap-sikap yang
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diperlukan dalam mengkontruksi pengetahuan tersebut. Ngalimun (2012:166) menyatakan istilah model pembelajaran SAVI yaitu, Somatic yang bermakna gerak tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, persentasi, argumenttasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamatai, menggambar, mendemons-trasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Model pembelajaran SAVI ini dapat dipadukan dengan berbantuan media benda konkrit khususnya dalam pembelajaran IPA. Sudana, dkk. (2010:1) menyatakan, “dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.” Benda konkrit itu sendiri termasuk media pembelajaran yang berasal dari bendabenda nyata yang banyak dikenal oleh siswa dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar, prinsip kemudahan ini sesuai dengan kreteria media pembelajaran yang baik. Dengan memanfaatkan benda konkrit yang ada di lingkungan dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa terlibat sepenuhnya dalam belajar, sehingga siswa tidak lagi hanya duduk diam di kelas melainkan aktif mencari dan menggali informasi dalam pembelajaran. Penerapan cara belajar seperti ini akan terkesan lebih menarik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, serta keaktifan belajar siswa, sehingga prose pembelajaran dapat berjalan dengan efaktif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Berbantuan Benda Konkrit Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Semester II di SD Negeri 3 Penarukan Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”. METODE Jenis penelitian ini dirancang dengan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktekpraktek pembela-jaran di kelas secara profesional. Menurut Wiriaatmadja (2009 :13) penelitian tindakan kelas adalah “bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.” Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang diawali oleh adanya permasalahan yang muncul yang terjadi di kelas dan permasalahan tersebut memerlukan adanya tindakan lebih lanjut guna meningkatkan mutu pembelajaran yang lebih baik. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Penarukan Kecamatan Buleleng. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama program pembelajaran semester II tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 orang siswa yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 13 orang perampuan. Adapun objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Penelitian tindakan kelas ini dirancang mengikuti pola Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (dalam Agung, 2014:141) yaitu, dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi/evaluasi, dan 4) tahap refleksi. Untuk lebih jelasnya tentang rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini; (6) Mempersiapkan instrumen evaluasi, seperti: lembar observasi dan lembar soal untuk tes akhir siklus dalam bentuk pilihan ganda beserta kunci jawabannya; (7) Sosialisasi pembelajaran pada guru dan siswa untuk penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit. Tahap pelaksanaan tindakan, pada tahap ini merupakan penerapan dari isi rancangan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Tindakan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, diantaranya 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes akhir siklus. Secara umum adapaun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap tindakan adalah sebgai berikut. (1) Mensosialisasikan penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit, dalam proses pembelajaran IPA siswa kelas V; (2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit pada pembelajaran IPA; (3) Melaksanakan observasi/pengamatan ter-hadap subjek penelitian untuk mengetahui keaktifan belajar IPA siswa kelas V pada saat penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit; (4) Memberikan evaluasi pada setiap akhri proses pembelajaran, dan pemberian tes akhir siklus yang berbentuk soal pilian ganda yang berjumlah 30 soal; (5) Mengum-pulkan hasil penilaian yang berupa hasil-hasil kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti nilai tes akhir siklus dan nilai hasil observasi keaktifan belajar siswa. Tahap observasi dan evaluasi, Observasi akan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung sampai pembelajaran tersebut berakhir. Dalam tahap ini, observasi dilakukan dengan mengamati jalannya proses pembelajaran serta menilai keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Observasi dilaksanakan dengan mencatat kendala-kendala dan
Gambar 1. Model Siklus Stephan Kemmis & Mc Taggart (dalam Agung, 2014:141) Dalam penelitian ini dilaksanakan suatu tindakan yang terbagi menjadi II siklus. Adapun tindakan yang dilaksanakan pada tiap siklus adalah sebagai berikut. Tahap perencanaan, adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. (1) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah SD Negeri 3 Penarukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut; (2) Mempersiapkan materi mata pelajaran IPA sesuai pokok bahasan yang disesuaikan dengan pedoman kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bersama guru kelas V SD Negeri 3 Penarukan; (3) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan dengan penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit. (4) Berdiskusi dengan guru kelas V tentang penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit dalam pembelajaran di kelas; (5)
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar IPA siswa kelas V yaitu 70,81 dengan kategori cukup aktif. Sedangkan hasil belajar IPA yaitu 71,02 kategori sedang, dengan kriteria peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I sebesar 0,19 berada pada predikat rendah. Data yang diperoleh pada siklus I ini menunjukan bahwa, belum mampu mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan yaitu nilai rata-rata keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V minimal mencapai 80 dengan kategori aktif/tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai data keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I dapat digambarkan seperti pada grafik 2 di bawah ini.
masalah-masalah yang dialami pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari kegiatan observasi ini merupakan dasar dilakukannya refleksi, sehingga observasi yang dilakukan harus menceritakan keadaan sesungguhnya. Kemudian, mengevaluasi kendala-kendala yang ditemukan selama tindakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Selanjutnya pada akhir siklus akan dilakukan evaluasi tes hasil belajar berbentuk tes pilihan ganda sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan, hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar serta pemahaman materi pembelajaran oleh siswa setelah penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit. Tahap refleksi, tahap ini dilakukan untuk mengingat dan merenungkan kembali hasil tindakan pada pelkasanaan tiap siklus tentang keaktifan dan hasil belajar IPA. Hasil renungan dan kajian ini menjadi acuan untuk ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru dalam tindakan penelitian kelas siklus berikutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan ada dua jenis yaitu, metode observasi dan metode tes. Metode observasi ini akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga diperoleh data keaktifan belajar siswa selama pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA dengan instrumen berupa tes pilihan ganda yang terdiri atas 30 butir soal. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif yang mencakup menghitung nilai siswa secara individu, menghitung nilai rata-rata (mean), menghitung kriteria peningkatan siswa dengan rumus gains skor, dan menyajikan data dalam betuk diagram batang.
71,05
71,02
71 70,95 70,9 70,85
70,81
70,8 70,75 70,7 Siklus I Keaktifan Belajar Hasil Belajar
Gambar 2. Grafik Peningkatan Nilai RataRata Kekatifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Siklus I Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkritdalam pembelajaran IPA pada siklus I dapat dikatakan belum berhasil. Walaupun telah terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dari refleksi awal, tetapi peningkatan tersebut masih belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan tindakan siklus I, adapun 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Siswa belum terbiasa dan kurang memahami proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit; (2) Siswa kurang disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran; (3) Siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan maupun memberikan pendapat mengenai materi yang sedang dibahas; (4) Siswa kurang berkerjasama dalam diskusi kelompok, hasil diskusi hanya dikerjakan oleh satu atau dua orang siswa yang mampu saja; (5) Siswa belum mampu menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Adapun solusi yang didapatkan dalam rangka meminimalisir kendalakendala yang dihadapi adalah sebagai berikut. (1) Siswa diberikan penjelasan tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga dengan ini siswa akan siap untuk belajar dan mampu memahami langkah-langkah penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan benda konkrit; (2) Siswa yang tidak disiplin akan diberikan tugas tambahan berupa pertanyaan, dan akan dicatat dalam lembar observasi untuk diberikan penilain. Sehingga dengan upaya ini siswa diharapkan lebih disiplin dalam kegiatan pembelajaran; (3) Siswa dibimbing dan diberikan motivasi oleh guru agar rasa percaya diri dan keberanian mereka lebih meningkat, sehingga mereka tidak ragu-ragu lagi untuk bertanya maupun mengajukan pendapat pada saat proses pembelajaran berlangsung; (4) Memberi-kan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi kelompok berupa penguatan dan penilaian terhadap keaktifan belajar siswa; (5) Siswa diberikan bimbingan dalam menyimpulkan dengan memberikan pertanyaan arahan. Hal ini dilakukan sampai siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari. Refleksi yang telah dilaksanakan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada
siklus II. Sehingga diharapkan akan mampu memeperbaiki proses pembelajaran pada siklus I dan mencapai target kriteria keberhasilan penelitian yang diharapkan. Hasil Penelitian Siklus II Pada pelaksanaan tindakan siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan, yaitu diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar IPA siswa kelas V sebesar 80,72 dengan kategori aktif, dengan kriteria peningkatan keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,33 berada pada predikat sedang. Sedangkan, hasil belajar IPA juga mengalami peningkatan yang cukup memuaskan yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,91 dengan kategori tinggi, dan diperoleh kriteria peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,34 dengan predikat sedang. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil dan dapat dihetikan pada siklus II. Agar lebih mudah dipahami mengenai data keaktifan, hasil belajar, dan kriteria peningkatan gains skor dari siklus I ke siklus II dapat digambarkan seperti pada grafik 3 dan 4 di bawah ini. 82
80,72
80,91
80 78 76
74 72
70,81
71,02
70 68 66 64 Siklus I Keaktifan Belajar
Siklus II Hasil Belajar
Gambar 3. Grafik Peningkatan Nilai RataRata Kekatifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V dari Siklus I ke Siklus II
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
0,342 0,34 0,338 0,336 0,334 0,332 0,33 0,328 0,326 0,324
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi, maka dapat disimpulkan bahwa tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II telah berhasil memenuhi kriteria yang ditetapkan, sehingga penelitian ini bisa diakhiri pada siklus II dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
0,34
0,33
Keaktifan Belajar
Keaktifan Belajar
Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 3 Penarukan tahun pelajaran 2015/2016. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pendapat Meier (2002:90) yang menyatakan bahwa, model pembelajaran SAVI mengandung prinsip belajar berdasarkan aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ngalimun (2012:166) menyatakan istilah model pembelajaran SAVI yaitu, Somatic yang bermakna gerak tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamatai, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas secara fisik dengan memanfaatkan alat indra sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran, secara umum lebih efektif dari pada pembelajaran yang bersifat konvensional. Alasan sederhana, cara belajar seperti ini akan membuat siswa terlibat sepenuhnya
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Gambar 4. Grafik Kreteria Peningkatan Gains Skor Kekatifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V dari Siklus I ke Siklus II Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan siklus II, adapun temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. (1) Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa terlihat sudah mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit. Hal tersebut dikarenakan siswa diberi penjelasan dan pemahaman terlebih dahulu mengenai langkah-langkah model pembelajaran yang ingin diterapkan; (2) Siswa lebih disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran. Ini karena, bagi siswa yang kurang disiplin akan diberiakan tugas tambahan berupa pertanyaan, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam meningkatkan kedisplinan mereka; (3) Siswa lebih berani serta lebih percaya diri baik dalam mengemukakan ide, mengajukan pertanyaan, serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru; (4) Siswa lebih aktif dan lebih disiplin dalam diskusi kelompok. Ini karena, guru memberikan penghargaan berupa penguatan dan penilaian terhadap keaktifan belajar siswa. Sehingga, siswa lebih termotivasi dalam meningkatkan kerja sama dalam kelompoknya; (5) Siswa dengan bimbingan guru, sudah mampu menyimpulkan materi pembelajaran dengan baik.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
baik melibatkan anggota fisik maupun intelektualnya. Siswa akan belajar lebih banyak dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang telah dilakukannya dari pada mereka belajar dengan duduk di depan penceramah atau membaca buku panduan. Meier (2002) menyebutkan terdapat 4 tahapan dalam penerapan model pembelajaran SAVI yaitu, 1) tahap persiapan (preparation), pada tahap ini juga bisa dikatakan sebagai apersepsi awal atau batu loncatan sebelum memasuki materi pembelajaran yang sebenarnya. Dimana dalam proses ini guru sangat berperan penting dalam membuka pengatahuan awal yang dimiliki siswa, agar siswa dapat termotivasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran; 2) tahap penyampaian (presentation), tahap ini merupakan perjum-paan pertama siswa dengan pengetahuan atau keterampilan baru dalam proses pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran IPA siswa kelas V dapat memanfaatkan media benda konkrit dalam penyampain materi kepada siswa, shingga konsep yang disampaikan guru dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh siswa; 3) tahap pelatihan (practice), pada tahapan ini berlangsungnya pembelajaran yang sebenarnya dan merupakan inti dari pembelajaran, dimana siswa mngintegrasikan, menyerap pengetahuan dan keteampilan baru dengan berbagai pengalaman belajar seperti mengamati, diskusi, melakukan percobaan dan sebagainya, dengan melibatkan fisik dan seluruh panca indra yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran; 4) tahap penampilan hasil (performance), pada tahap ini merupakan salah satu tahap dimana siswa harus mampu menerapkan penguasaan materi yang ia peroleh selama proses pembelajaran melalui kegiatan seperti persetasi materi, mengemukakan pendapat, menjawab soal-soal dan tugas-tugas lainya, sehingga diharapkan siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dan bermakna bagi siswa. Dalam penerapan model pembelajaran SAVI pada pembelajaran
IPA siswa kelas V, juga dibantu media pembelajaran berupa benda konkrit (nyata). Sudana, dkk. (2010:1) menyatakan, dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, benda konkrit itu sendiri termasuk media pembelajaran yang berasal dari bendabenda nyata yang banyak dikenal oleh siswa dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar, prinsip kemudahan ini sesuai dengan kreteria media pembelajaran yang baik. Dengan memanfaatkan media benda konkrit dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa terlibat sepenuhnya dalam belajar, sehingga siswa tidak lagi hanya duduk diam di kelas melainkan aktif mencari dan menggali informasi dalam pembelajaran. Penerapan cara belajar seperti ini akan terkesan lebih menarik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat siswa untuk belajar sehingga prose pembelajaran dapat berjalan dengan efaktif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Metriani (2012) yang menyatakan bahwa, implementasi model pembelajaran SAVI dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD No. 2 Liligundi. Penelitian lain yang mendukung juga dilkaukan oleh, Astawan dan Sudana (2013) yang menyatakan bahwa, penerapan model pembelajaran SAVI bermuatan peta pikiran dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD 8 Tianyar Barat. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria penelitian yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit dapat meningkatkan
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Penarukan tahun pelajaran 2015/2016.
media pembelajaran yang lebih menarik dalam pembelajaran di kelas. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit pada mata pelajaran IPA di SD. Sehingga, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. (4) Bagi peneliti lain, sebagai calon tenaga pendidik disarankan agar mampu mengembangkan kemampuan serta keterampilan-keterampilan dalam mengajar, khususnya dalam mengembangkan dan menerapkan model-model serta media pembelajaran yang lebih inovatif. Sehingga mampu membantu siswa untuk lebih meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut. (1) Terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 3 Penarukan Kecamatan Buleleng dalam pembelajaran IPA saat penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 3 Penarukan Kecamatan Buleleng dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gd. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
SARAN Berdasarkan simpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bagi Siswa, dapat disarankan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran IPA di kelas, dengan motivasi dan kemauan belajar yang tinggi, serta disiplin dalam belajar. Maka diharapkan keaktifan maupun hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA dapat meningkat; (2) Bagi guru, disarankan agar lebih memahami dan mampu menerapkan model-model serta media pembelajaran yang lebih inovatif, salah satunya model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berbantuan benda konkrit. Dengan penerapan model serta media pembelajaran ini, diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Sehingga, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam; (3) Bagi kepala sekolah, disarankan khususnya dalam mengelola dan membina kemampuan serta keterampilan guru-guru pengajar agar lebih mengemabangkan model-model serta
Astawan dan Sudana. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran SAVI Berbantuan Peta Pikiran Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD 8 Tianyar Barat”. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja. Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa. Metriani. 2012. “Implementasi Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar pada Mata Pelejaran Matematika Kelas IV Semester II SD No. 2 Liligundi Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011 /2012. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswajaya Pressindo.
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Sudana, D. N., dkk. 2010. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2006. Jakarta: PT Arnas Duta Jaya. Wiriaatmadja, R. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
11