e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V Lh. Ayu Sulastini1, I Kt. Dibia2, Ni Wy. Arini3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Masalah yang dihadapai SD Negeri 3 Anturan adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V. Maka dari itu, dilakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran di kelas agar hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkan model quantum teaching berbantuan media gambar pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 orang, terdiri atas 17 putri dan 20 putra. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model quantum teaching berbantuan media gambar. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah metode tes dengan instrumen berupa tes objektif pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Data tentang hasil belajar IPA yang telah diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model quantum teaching berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang terjadi pada masing-masing siklus. Pada siklus I rata-rata kelas yang diperoleh 63,11. Pada siklus II rata-rata kelas yang diperoleh meningkat menjadi 70,54. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai 51,35% dengan kriteria rendah. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai meningkat menjadi 75,68% dengan kriteria sedang. Kata Kunci: gambar, hasil belajar, quantum teaching Abstract The problems faced by SD Negeri 3 Anturan is the low grade science students learning outcomes of V. Therefore, do action research to improve learning in the classroom in order to increase student learning outcomes. This study aims to determine the learning outcome natural sciences as applied to quantum model of media images teaching drawing in class V students in the second semester of SD Negeri 3 Anturan in the academic year 2015/2016. The subjects were fifth grade students of SD Negeri 3 Anturan in the academic year 2015/2016 which amounted to 37 people, consisting of 17 daughters and 20 sons. The object of this study is the result of the students learn science by applying the quantum model of media images teaching drawing. The method used to collect data on science learning outcomes in this study is the test method with the instrument in the form of multiple choice objective test is 20 questions. Science learning outcome data have been obtained were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of this study indicate that the application of quantum teaching-aided model of media images can improve learning outcomes science in the class V students in the second semester of SD Negeri 3 Anturan academic year 2015/2016. It can be seen from the improvement of learning outcomes that occur in each cycle. In the first cycle the average grade obtainable 63.11. In the second cycle the average grade obtainable increase to 70.54. In the first cycle of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 classical learning completeness percentage reached 51.35% with low criteria. In the second cycle of classical learning completeness percentage reach to increase 75.68% with the criteria being. Keyword: pictures, learning outcomes, quantum teaching
PENDAHULUAN Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan. Dengan perkembangan IPTEK pelaksanaan pendidikan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan akan terlahir generasi muda penerus bangsa yang berkualitas. Dengan proses pendidikan yang berkualitas diharapkan mampu mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan zaman di segala aspek kehidupan. Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi luhur. Tujuan pendidikan pada jenjang SD adalah untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat (Sudana dan Astawan, 2013:5). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu ilmu tersebut adalah IPA atau Sains. Menurut Bundu (2006:9) IPA adalah “ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. Selanjutnya, Purnell’s: Concise Dictionary of Science (1983) (dalam Sudana dan Astawan, 2013:2) menyatakan bahwa pengetahuan alam atau science adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesishipotesis. Proses pembelajaran IPA hendaknya lebih memfokuskan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar
dapat memahami dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif serta mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Jono (dalam Susanto, 2013:167) menyatakan bahwa hal yang harus diutamakan dalam proses pembelajaran IPA untuk jenjang SD adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir krititis siswa terhadap suatu masalah. Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal materi pelajaran tanpa dituntut untuk memahami materi tersebut untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Siswa hanya duduk menerima informasi dari guru, mencatat apa yang dikatakan guru, dan mengerjakan tugas sesuai perintah guru. Akibatnya, siswa tidak memahami materi yang disampaikan guru. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa nantinya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, diketahui masalah utama yang dihadapai SD Negeri 3 Anturan adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencatatan dokumen yang telah dilakukan yakni, rata-rata hasil UTS IPA siswa kelas V masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu hanya mencapai 52,61. Sedangkan KKM yang ditentukan sekolah adalah 65. Dari 37 orang siswa kelas V, hanya 8 orang siswa (21,62%) yang mampu mencapai KKM sedangkan 29 orang siswa (78,38%) masih belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, terdapat
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 3 Anturan. Pertama, siswa sulit memahami dan mengerti materi IPA yang disampaikan guru. Kedua, pembelajaran berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas yang mengakibatkan siswa bosan mengikuti pembelajaran, sehingga banyak siswa yang melakukan sesuatu di luar kegiatan pembelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangku, menggambar di buku atau mencoret-coret buku. Ketiga, media pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran serta tidak dapat mempermudah siswa mengerti dan memahami materi yang disampaikan. Masalah rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 3 Anturan perlu dicarikan solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat siswa SD perkembangan kognitifnya masih berada pada tahap operasional konkret maka, guru harus mampu merancang suatu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa akan termotivasi dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata siswa dan memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan motivasi tersebut, diharapkan hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 3 Anturan adalah menerapkan model quantum teaching dalam pembelajaran IPA. Quantum teaching merupakan cara baru yang dapat digunakan untuk memudahkan proses belajar melalui pemaduan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran (Wena, 2009:160). Model quantum teaching adalah salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran yang meriah dengan segala nuansanya yang berfokus
pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, dengan menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan bagaimana memudahkan proses belajar. Setiap bentuk interaksi dan segala hal yang dilakukan dalam kerangka quantum teaching harus mengacu pada asas utama dari quantum teaching. DePorter, dkk (2014:34) menyatakan bahwa asas utama quantum teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Dari asas utama tersebut dapat disimpulkan bahwa, langkah awal yang harus guru lakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh peserta didik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan guru memimpin dan menuntun siswa dalam belajar. Asas utama dari quantum teaching dimaksudkan untuk mengingatkan guru tentang pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama sebelum melaksanakan pembelajaran. Dengan memasuki dunia siswa terlebih dahulu akan memberi seorang guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan proses pembelajaran siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih luas. Akhirnya, dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Sebagai sebuah model pembelajaran, quantum teaching memiliki sejumlah tahapan-tahapan dalam penerapannya. DePorter, dkk (2014:39) menyatakan bahwa kerangka rancangan pembelajaran quantum teaching terdiri atas enam tahap yang dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan. Berdasarkan tahapan-tahapan yang ada dalam kerangka rancangan model quantum teaching dapat disimpulkan bahwa, penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran akan menumbuhkan minat siswa terhadap materi pelajaran, membuat siswa menjadi tertarik pada suatu pelajaran, memastikan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
METODE Jenis penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Dalam penelitian tidakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Berdasarkan refleksi awal akan dilakukan perbaikan pada siklus I, refleksi siklus I akan diperbaiki pada siklus II dan begitu juga seterusnya. Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 1.
siswa mengalami pembelajaran, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa itu sendiri sehingga mencapai kesuksesan belajar. Penerapan model quantum teaching akan lebih baik apabila dibarengi dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Piaget (dalam Sudana dan Astawan, 2013:19) menyatakan bahwa anak pada rentang usia 7-11 tahun berada pada tahan operasional konkret. Hal ini berarti anak usia SD berada pada tahan operasinal konkret. Pada tahap ini anak masih berpikir atas dasar pengalaman konkret atau nyata. Anak belum bisa berpikir abstrak, sehingga sangat membutuhkan media untuk menolong pengembangan kemampuan intelektualnya, contohnya gambar. Masalah, peristiwa atau benda-benda yang tidak bisa dibanyangkan oleh siswa dapat disajikan dalam bentuk gambar agar siswa dapat melihatnya secara lebih nyata. Gambar dapat memvisualisasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak dan konsep-konsep yang tidak dapat dijelaskan secara verbal. Dalam pembelajaran di SD, media gambar sangat baik di gunakan karena cenderung sangat menarik hati siswa, sehingga akan muncul motivasi untuk lebih ingin mengetahui tentang gambar yang dijelaskan dan guru pun dapat menyampaikan materi dengan optimal. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Quantum Teaching Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Semester Genap di SD Negeri 3 Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkan model quantum teaching berbantuan media gambar pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016.
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Bentuk Siklus (Stephen dan McTaggart dalam Agung, 2005:91). Tahapan tindakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. (1) Perencanaan Tindakan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapakan yaitu sebagai berikut. (a) Bersama guru menyamakan persepsi teoretis. (b) Bersama guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada silabus di SD Negeri 3 Anturan dan berdasarkan model quantum teaching. (c) Bersama guru menyiapkan media gambar yang akan dipergunakan sesuai dengan materi pembelajaran. (d) Bersama guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan materi yang diberikan. (e) Bersama guru menyiapkan tes hasil belajar beserta kunci jawabannya. (2) Pelaksanaan Tindakan, pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Tiga kali pertemuan untuk prsoses pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk melakukan tes hasil belajar IPA yang dilaksanakan pada akhir siklus. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pembelajaran di kelas 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dengan menggunakan RPP yang telah dirancang. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan model quantum teaching dengan bantuan media gambar. (3) Observasi/Evaluasi, kegiatan observasi/evaluasi dilaksanakan setiap kali proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar yang telah disiapkan pada setiap akhir siklus. Observasi/Evaluasi dilakukan juga untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaan tindakan dan keberhasilan tindakan. (4) Refleksi, dilakukan dengan mengkaji hasil tindakan pada siklus I yang telah dilakukan.. Hasil refleksi dijadikan sebagai masukan untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan pada siklus II guna memperbaiki pembelajaran sekaligus menekan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus sebelumnya, sehingga pada siklus berikutnya diperoleh hasil pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Siklus II dilaksanakan untuk menindaklanjuti kendala yang ditemui pada siklus I. Langkah-langkah pokok pada siklus II sama dengan langkahlangkah pada siklus I. Pada siklus II ini tindakan yang dilaksanakan adalah berupa tindakan yang merupakan hasil penyempurnaan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Kendalakendala yang dihadapi pada siklus I diupayakan pemecahan dan perbaikannya pada siklus II. Tahap observasi dan evaluasi pada siklus II sama dengan yang dilaksanakan pada siklus I. Pada akhir siklus II dilakukan refleksi yang merupakan refleksi akhir untuk merumuskan hasil dari semua kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri atas 17 putri dan 20 putra. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model quantum teaching berbantuan media gambar. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasi belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 3 Anturan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA dalam penelitian ini yaitu berupa tes objektif yang terdiri atas 20 soal pilihan ganda. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri atas 17 putri dan 20 putra. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Data hasil belajar IPA siswa dapat ditentukan dengan menghitung nilai hasil belajar individu, rata-rata hasil belajar, dan persentase ketuntasan belajar klasikal dengan rumus sebagai berikut. Menghitung nilai hasil belajar individu. Nilai=
skor yang diperoleh x100 skor maksimal ideal
(1) Menghitung rata-rata (Mean) hasil belajar siswa. M=
X n
(2) Keterangan: M = Rata-rata hasil belajar siswa X = Jumlah nilaI seluruh siswa
n = Jumlah siswa Menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal. KB =
Jumlah Siswa Tuntas x 100% Jumlah Siswa Seluruhnya
(3) Hasil analisis persentase ketuntasan belajar klasiskal yang diperoleh dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar IPA siswa. Pedoman yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Peningkatan Ketuntasan Belajar IPA Siswa Persentase
Kriteria Ketuntasan Belajar IPA Siswa
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 1 April 2016 sampai dengan 29 April 2016 pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 37 orang. Secara umum pelaksanaan pembelajaran di kelas pada siklus I dan Sklus II selama penelitian sudah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan model quantum
Siklus I
teaching berbantuan media gambar. Siklus I dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA. Hasil analisis data tentang hasil belajar IPA siswa yang meliputi ratarata kelas, jumlah dan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada siklus I secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Data Siklus I Rata-rata Jumlah Siswa yang Jumlah siswa yang mencapai KKM tidak mencapai KKM 63,11 19 orang (51,35%) 18 orang (48,65%)
Tabel 2 menunjukkan pada siklus I, rata-rata kelas 63,11. Hal tersebut berarti bahwa KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65 belum tercapai. Selain itu, tabel 2 juga menunjukkan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 19 orang dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 orang. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I adalah 51,35% dengan kriteria rendah. Hal tersebut berarti bahwa ketuntasan belajar 75% yang ditentukan sekolah juga belum tercapai. Berdasarkan data tersebut, hasil analisis data dari siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, akan dilaksanakan siklus II guna memperbaiki permasalahan atau kendala yang terjadi pada siklus I sehingga hasil belajar IPA siswa diharapkan dapat meningkat dan mampu mencapai kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti mengenai proses pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan hasil belajar IPA siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa kendala atau permasalahan berikut. (1) Motivasi dan perhatian siswa terhadap pembelajaran kurang. (2) Kerjasama antarkelompok belum terlihat. (3) Siswa masih pasif dalam bertanya, menjawab pertanyaan atau pun mengemukaan pendapat ketika membahas bersama soal-soal yang ada pada lembar pertanyaan yang diberikan guru. (4) Penggunaan media gambar dalam pembelajaran belum maksimal dan kurang menarik. Siklus II dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA. Hasil analisis data tentang hasil belajar IPA siswa yang meliputi ratarata kelas, jumlah dan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada siklus II secara ringkas disajikan pada Tabel 3. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Siklus II
Tabel 3. Hasil Analisis Data Siklus II Rata-rata Jumlah Siswa yang Jumlah siswa yang mencapai KKM tidak mencapai KKM 70,54 28 orang (75,68%) 9 orang (24,32%)
Tabel 3 menunjukkan pada siklus II, rata-rata kelas 70,54. Hal tersebut berarti bahwa KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65 sudah tercapai. Selain itu, tabel 3 juga menunjukkan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 28 orang dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 orang. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah 75,68% dengan kriteria sedang. Hal tersebut berarti
bahwa ketuntasan belajar 75% yang ditentukan sekolah juga sudah tercapai. Berdasarkan data tersebut, hasil analisis data dari siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dinyatakan telah berhasil. Perbandingan hasil belajar IPA yang diperoleh siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Peningkatan Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus I ke Siklus I Siklus I Pra Siklus ke IPA Siklus Siklus II Siklus I Rata-rata Ketuntasan Belajar
52, 61
63,11
70,54
21,62% 51,35% 75,68%
Tabel 4 menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 10,5 dari pra siklus ke siklus I. Pada pra siklus nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya 52,61. Pada siklus II nilai rata-rata kelas yang diperoleh meningkat menjadi 63,11. Selain itu, persentase ketuntasan belajar klasikal juga mengalami peningkatan sebesar 29,73% dari pra siklus ke siklus I. Pada pra siklus persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai 21,62% dengan kriteria rendah. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai meningkat menjadi 51,35% dengan kriteria rendah. Tabel 4 juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kelas sebesar 7,37 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ratarata kelas yang diperoleh hanya 63,11. Pada siklus II rata-rata kelas yang diperoleh meningkat menjadi 70,54. Selain itu, persentase ketuntasan belajar klasikal juga mengalami peningkatan sebesar 24,33% dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai 51,35%
10,5
7,37
29,73%
24,33%
dengan kriteria rendah. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai meningkat menjadi 75,68% dengan kriteria sedang. Berdasarkan pemaparan di atas dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model quantum teaching berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Semester Genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016. Secara umum pelaksanaan pembelajaran di kelas selama penelitian sudah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan model quantum teaching berbantuan media gambar. Penerapan quantum teaching dengan kerangka “TANDUR” memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan sendiri konsep awal yang telah dialaminya dalam sebuah diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok siswa melakukan unjuk kerja dan berdiskusi, sehingga terjalain interaksi antarsiswa dan terjadinya sharing pendapat. Pemanfaatan media gambar yang digunakan secara maksimal membuat siswa aktif dalam proses 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran. Peran guru dan peneliti dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk memperoleh sendiri konsepkonsep yang diperlukan melalui interaksi dengan anggota kelompoknya, sehingga kegiatan belajar berpusat pada siswa (student centered) dan berlangsung dalam kelompok kecil. Tahap pertama dalam kerangka model quantum teaching adalah Tumbuhkan. Tahap ini telah dilaksanakan pada kegiatan pendahuluan dalam setiap pembelajaran. Pada tahap ini guru menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa dengan memberikan apersepsi yang cukup untuk siswa, mengajak siswa bernyanyi, dan menyampaikan manfaat dari materi yang akan dipelajari untuk siswa yakni, Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK). Sumiati dan Asra (2009) menyatakan bahwa seseorang akan terdorong melakukan suatu kegiatan walaupun sangat berat jika itu memiliki manfaat bagi dirinya sendiri. Sama halnya dengan belajar, jika siswa memahami manfaat materi pelajaran yang akan disampaikan untuk dirinya maka minat dan motivasi siswa akan muncul untuk mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan, untuk menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa guru menginformasikan kepada siswa bahwa siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan atau pun mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran akan diberikan sebuah gambar bintang. Siswa yang paling banyak mengumpulkan bintang akan diberikan hadiah di akhir pembelajaran. Tindakan yang dilakukan tersebut mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegembiraan dan rasa senang siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa sangat bersemangat dan tertantang mengikuti pembelajaran. Tahap kedua dalam kerangka model quantum teaching adalah Alami. Pada tahap ini, siswa belajar berdasarkan kejadian yang pernah mereka alami atau pengalaman awal yang telah mereka miliki. Guru mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman yang dimiliki siswa
dan mengambil contoh dari kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian, siswa menjadi lebih mudah melihat makna dari materi yang disampaikan karena pembelajaran berkaitan langsung dengan kondisi nyata siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014) menyatakan bahwa keberhasilan penelitian yang dilakukan karena siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mengaitkan kondisi nyata dan pengalaman awal yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, sehingga memudahkan siswa untuk melihat makna dari suatu teori atau bahan pelajaran. Selain belajar melalui pengalaman yang dimiliki siswa, guru berupaya menciptakan pengalaman untuk siswa melalui kegiatan percobaan yang dilakukan siswa secara berkelompok. Melakukan percobaan, belajar melalui peristiwa yang pernah dialami siswa, dan mengambil contoh dari kehidupan nyata siswa sehari-hari dapat memberikan pengalaman langsung terhadap proses belajar siswa. Pengalaman yang sudah siswa miliki dan pengalaman yang diperoleh siswa selama pembelajaran sangat bermanfaat bagi siswa karena pengetahuan yang diperoleh dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung dapat membuat belajar menjadi lebih bermakna dan pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih berarti bagi diri siswa sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan DePorter, dkk (2014) bahwa dalam belajar, pengalaman menciptakan makna dan membuat pengetahuan menjadi berarti. Tahap ketiga dalam kerangka model quantum teaching adalah Namai. Pada tahap ini siswa menjawab pertanyaan- pertanyaan yang ada pada lembar pertanyaan yang diberikan guru melalui diskusi kelompok. Pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa sangat membantu siswa dalam pemberian nama karena siswa dapat saling berbagi pengalaman yang dimiliki atau diperoleh bersama anggota kelompoknya. Pengalaman-pengalaman yang telah 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dimiliki siswa dihubungkan dengan pengetahuan yang sedang dipelajari melalui diskusi kelompok untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar pertanyaan, sehingga proses diskusi akan menjadi lebih aktif karena terjadi sharing pendapat antar anggota kelompok. Dengan demikian, pengalaman yang telah dimiliki siswa dapat membantu siswa dalam tahap pemberian nama dan bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wijayanto (2013) menyatakan bahwa keberhasilan penelitian yang dilakukan disebabkan karena siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan menggunakan pengalaman belajar yang telah dimiliki, sehingga aktivitas siswa dalam diskusi meningkat dan siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Ketika proses diskusi berlangsung, siswa dibiarkan aktif sendiri melakukan kegiatan diskusi kelompok, berpikir, dan menyusun konsep-konsep yang telah dipelajari. Guru hanya sebagai fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan anggota kelompoknya. Hal ini sesuai dengan implikasi teori kontruktivisme dalam pendidikan anak yang dikemukakan oleh Poedjiadi (dalam Surianto, 2004) bahwa siswa harus aktif mengontruksi pengetahuannya sendiri dan dapat menemukan cara belajar bagi dirinya, dan guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Siswa diberikan media pembelajaran untuk membantu mengontruksi pengetahuannya. Media yang digunakan adalah media gambar. Media gambar dalam penggunaannya divariasikan yaitu, siswa mengamati gambar, mendeskripsikan gambar, memberikan nama pada gambar, menganalisis peristiwa dalam gambar, dan menempelkan gambar berdasarkan hasil analisis siswa bersama kelompoknya. Pada saat pembelajaran
berlangsung, terlihat semua siswa terlibat dan aktif mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran yang bervariasi membantu siswa mengontruksi pengetahuan, meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan membuat kegiatan pembelajaran menarik untuk diikuti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukarsa (2014) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan dapat berhasil karena siswa diberikan kesempatan mengontruksi pengetahuannya dengan memvariasikan penggunaan media pembelajaran, sehingga aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dapat meningkat. Tahap keempat dalam kerangka model quantum teaching adalah Demonstrasikan. Menurut DePorter, dkk (2014) siswa membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat kaitan, berlatih, dan menunjukkan apa yang siswa ketahui. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka sudah tahu dan paham dengan pembelajaran yang diberikan. Siswa menerapkan pengetahan yang telah diperoleh melalui penyajian hasil diskusi kelompok. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Untuk mengatasi rasa malu dan rasa takut siswa dalam berbicara, guru memberikan semangat dan meminta siswa memberikan tepuk semangat kepada temannya yang masih malu berbicara di depan kelas, sehingga siswa tersebut menjadi mau ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Kata-kata penyemangat dari guru dan tepuk semangat dari temantemannya mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Tahap kelima dalam kerangka model quantum teaching adalah Ulangi. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan teman-temannya tentang materi yang belum dimengerti. Guru memfasilitasi siswa untuk merefleksi dan merevisi hasil eksplorasi siswa yang masih salah untuk mendapatkan suatu konsep atau keterampilan yang benar. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Menurut DePorter, dkk (2014) bertanya dapat mengasah, membuka pikiran siswa, dan membawa siswa ke arah yang lebih mendalam tentang konsep yang dipelajari dan tentang pikiran siswa sendiri di balik konsep tersebut. Berdasarkan teori tersebut, siswa diberikan pertanyaan oleh guru terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk mengasah pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi yang sudah disampaikan. Untuk dapat menjawab pertanyaan baik dari guru ataupun dari siswa yang lain, siswa akan mengingat dan mengulang kembali tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya. Siswa yang sudah memahami materi sejak awal terlihat mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar, sehingga siswa tersebut menjadi semakin yakin dan percaya diri dengan apa yang sudah dipelajari. Sedangkan siswa yang sebelumnya belum memahami materi pelajaran menjadi lebih paham dengan apa yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataan DePorter, dkk (2014) bahwa sering mengulang akan membuat pelajar percaya diri dengan konsepkonsep baru yang dipelajarinya. Tahap keenam dalam kerangka model quantum teaching adalah Rayakan. Tahap ini dilakukan guru dengan memberikan penguatan melalui pemberian pengakuan. Pemberian pengakuan dilakukan dengan memberikan pujian dan tepuk salut dari setiap usaha belajar yang telah dilakukan siswa. Tindakan tersebut mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dan membuat siswa merasa senang dan bangga, sehingga selalu ingin mengulang lagi usahanya tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan DePorter, dkk (2014) bahwa menerima pengakuan dari guru membuat siswa merasa bangga, percaya diri, dan bahagia. Perayaan dilakukan untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan, dan ketekunan yang dilakukan siswa. Selain memberikan pujian dan tepuk salut, pada akhir pembelajaran guru memberikan hadiah kepada siswa yang memperoleh gambar bintang paling banyak sesuai dengan
yang dijanjikan guru di awal pembelajaran. Tindakan tersebut membuat siswa ingin selalu menjadi yang terbaik, sehingga terus berupaya meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu, siswa terlihat semakin bersemangat dan tertantang untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Stipek (dalam Santrock, 2007) bahwa memperoleh hadiah dari suatu keberhasilan belajar dapat meningkatkan motivasi intrinsik dengan meningkatkan perasaan kompeten dalam belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan atas permasalahan yang dirumuskan dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. Penerapan model quantum teaching berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang terjadi pada masing-masing siklus. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh 63,11. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,37 sehingga menjadi 70,54. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai 51,35% dengan kriteria rendah. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 24,33% sehingga menjadi 75,68% dengan kriteria sedang. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Siswasiwa di SD sebaiknya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan selalu berupaya untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan mengembangkan pemahamannya dan membangun pengetahuan melalui pengalaman yang telah dimiliki. (2) Guru-guru di SD, dalam pembelajaran sebaiknya menerapkan suatu model pembelajaran, memanfaatkan peggunaan media pembelajaran secara maksimal agar siswa menjadi lebih akfif selama proses pembelajaran, dan selalu berupaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa melalui memberikan pengakuan terhadap setiap usaha belajar yang telah dilakukan siswa. (3) Sekolah-sekolah yang 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPA, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran quantum teaching berbantuan media gambar dalam pembelajaran di IPA di kelas. (4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran quantum teaching berbantuan media gambar agar memperhatikan kendala atau permasalahan yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas ILmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.. Sukarsa, I Wayan. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Berbantuan Media Microsoft Powerpoint untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri 6 Menanga”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2, No.1. Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Surianto. 2004. “Teori Pembelajaran Konstruktivisme”. Tersedia pada: https://surianto200477.wordpress.co m/2009/09/17/teori-pembelajarankonstruktivisme/. (diakses tanggal 03 Juni 2016). Suryanto dan Asep Djihan. 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Wijayanto, Danag. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Matematika pada Siswa Kelas III SD No. 1 Jinangdalem Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Astuti, Wiari. 2014. Penerapan Model Quantum Teaching Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis PowerPoint untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SDN. 26 Dangin Puri-Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha. Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional DePorter, B., dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandrari. Quatum Teaching: Orchestrating Student Success. 1999. Bandung: Kaifa. -------. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandrari. Quatum Teaching: Orchestrating Student Success. 1999. Bandung: Kaifa. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akasa. Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak: Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 11