PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS Farida Ulfah Program Studi Pendidikan Matematka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta Email:
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis pada pembelajaran matematika dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 11 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC SMP Negeri 11 Yoogyakarta sejumlah 34 siswa tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain spiral Kemmis dan Taggart. Tindakan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dari : (1) persentase rata-rata untuk kemampuan berpikir kritis pada pra tindakan sebesar 36,27% dengan kriteria sangat rendah, pada siklus I sebesar 60,29% dengan kriteria sedang, dan meningkat pada siklus II menjadi 89.71% dengan kriteria sangat tinggi. (2) Persentase rata-rata untuk kemampuan berpikir logis pada pra tindakan sebesar 31,94% dengan kriteria sangat rendah, dan menjadi 47,57% dengan kriteria rendah pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,72% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. (3) Persentase rata-rata pada observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan. Pada siklus 1 persentase rata-rata sebesar 68,33% dengan kriteria tinggi dan pada siklus II menjadi 88,96% dengan kriteria sangat tinggi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis pada pembelajaran matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 11 Yogyakarta. Kata kunci : Model Problem Based Learning (PBL), Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Berpikir Logis.
1. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai perkembangan
peran ilmu
penting pengetahuan
dalam dan
teknologi. Banyak siswa di sekolah yang memandang matematika sebagai bidang
studi yang paling sulit. Padahal matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna dalam kehidupan dan merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Ini berarti matematika merupakan sarana berpikir logis
35
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Logis Farida Ulfah
untuk
memecahkan
kehidupan
dan disposisi untuk mengevaluasi secara
sehari-hari. Oleh karena itu, matematika
kritis suatu kepercayaan atau keyainan,
perlu
asumsi apa yang mendasari dan atas dasar
diajarkan
masalah
pada
setiap
jenjang
pendidikan.
pandangan hidup mana asumsi tersebut
Dalam Standar Isi (Permendiknas No.22 Tahun
2006)
pembelajaran
mempunyai
tujuan
membekali
siswa
(2008:148), ada beberapa pembelajaran yang
kemampuan
dapat diterapkan untuk melatih ketrampilan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
berpikir kritis, antara lain: analisis masalah,
kreatif serta kemampuan untuk bekerjasama.
memecahan masalah, atau belajar berbasis
Dewey (1909) dalam Fisher (2008:2)
masalah yang menekankan pada metode
dengan
berpikir
lain
Kronberg dan Griffin dalam Hamruni
untuk
mendefinisikan
antara
matematika
terletak.
kritis
sebagai
pertimbangan yang aktif, persistens (terusmenerus),
dan
teliti
Johnson
(2011:183)
berpikir
kritis
sebuah
merupakan sebuah proses yang terarah dan
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental
diterima begitu saja dipandang dari sudut
seperti memecahkan masalah, mengambil
alasan-alasan
keputusan, membujuk, menganalisa asumsi,
yang
mengenai
sains, metode kooperatif, dan inkuiri sains.
mendukungnya
kesimpulan-kesimpulan
lanjutan
dan yang
menjadi kecenderungannya. Glasher (1941) dalam Fisher (2008:3)
dan melakukan penelitian ilmiah. Glazer (2001:13) berpikir kritis dalam matematika
adalah
kemampuan
dan
berpikir kritis adalah (1) suatu sikap mau
disposisi
berpikir secara mendalam tentang masalah-
menggabungkan pengetahuan sebelumnya,
masalah
dan
(watak/sifat)
untuk
hal-hal
dalam jangkauan
penalaran matematika, dan strategi kognitif
pengalaman seseorang
(2) pengetahuan
untuk menggeneralisasikan, membuktikan
tentang metode-merode pemeriksaan dan
atau mengevaluasi situasi matematika yang
penalaran yang logis (3) suatu ketrampilan
asing secara reflektif.
untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berdasarkan
Ennis (1989) dalam Tilaar (2011: 15)
indikator
uraian-uraian
yang
di
digunakan
berpikir kritis adalah suatu proses berpikir
kemampuan berpikir kritis meliputi:
reflektif yang berfokus untuk memutuskan
a. Kemampuan
apa yang diyakini untuk diperbuat. Richard Paul dalam Tilaar (2011: 16) berpikir kritis merupakan suatu kemampuan
36
merumuskan
untuk ide
atas, dalam
mengobservasi,
awal/aspek
yang
diketahui dalam suatu permasalahan (aspek dukungan).
Jurnal Derivat, Volume 1 No. 1, Juli 2014 Halaman 35-43 b. Kemampuan
untuk
memberikan
hipotesis suatu permasalahan (aspek inferensi/dugaan). c. Kemampuan
Hasriadi
M.
Akin
(2009:
12)
mengklarifikasi,
dan
mendefinisikan
kegiatan berpikir dan berjalan menurut pola,
(aspek
alur, serta kerangka tegasnya. Berpikir logis
argumen/permasalahan klarifikasi).
mengemukakan
berpikir
logis
adalah
dalam pengertian yang sederhana adalah
d. Kemampuan
membuat
keputusan/kesimpulan yang digunakan taktik
yang
tepat
(aspek
strategi). (Glazer, 2001 : 14) Hamzah
suatu hal atau kejadian-kejadian.
untuk
menganalisis,
dengan
pada suatu kesimpulan yang sahih tentang
B
secara logika. Poedjawijanta dan Poespoprodjo dalam Wiranti (2011:12) mengungkapkan bahwa
(2009:104)
orang-orang yang berpikir logis akan taat
mengemukakan bahwa logika merupakan
pada aturan logika. Dalam pengertian sehari-
suatu disiplin keilmuan yang ditemukan oleh
hari,
Aristoteles,
argumen,
penalaran. Seperti yang kita ketahui bahwa
validitas, bukti, definisi, dan konsistensi.
penalaran erat kaitannya dengan dunia
Ketika logika formal belum diketahui, orang
nyata, karena keputusan maupun alasan
menggunakan logika sebagai pertimbangan
dalam penalaran biasanya didasarkan pada
dalam
realitas yang terlihat oleh mata kita.
dibangun
menentukan
Uno
berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan
dan
memutuskan
sesuatu. Hal ini terjadi karena logika
logika
Albrecht
sering
dalam
diartikan
Wiranti
sebagai
(2011:13)
menonjolkan pemikiran yang logis dalam
berpikir logis dalam pengertiannya sangat
penerapan sesuatu.
berkaitan
Menurut
Solso
dalam
Suharnan
dengan
logika.
Dalil
logika
merupakan peta verbal yang terdiri dari tiga
(2005:158) logika adalah ilmu pengetahuan
bagian
tentang berpikir. Sementara itu, berpikir
progresif, yaitu dasar pemikiran bersama-
adalah
untuk
sama, serta kesimpulan atau hasil yang
mempertimbangkan berbagai isu di dalam
dicapai dengan menerapkan argumentasi
pikiran manusia. Ellis dan Hunt memberikan
pada dasar pemikiran.
proses
umum
yang
menunjukkan
gagasan
definisi logika sebagai suatu sistem formal
Tiga indikator yang digunakan untuk
bagi penarikan kesimpulan yang salah,
menilai kemampuan berpikir logis yang
logika adalah suatu perangkat aturan yang
dikemukakan oleh Saragih dalam Jurnal
dengan aturan itu manusia dapat sampai
Gusnita Roza Putri (2012 : 3) yang juga
37
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Logis Farida Ulfah
digunakan
sebagai
indikator
dalam
penelitian ini antara lain :
dalam
mengkonstruksi
pengetahuannya
dengan berpikir masih perlu ditingkatkan.
a. Hubungan antara fakta
Dalam memecahkan at
au
Hubungan antar fakta disini
mengerjakan latihan-latihan soal, beberapa
maksudnya permsalahan atau situasi
siswa hanya menuliskan jawaban akhirnya
yang melibatkan pemikiran logis dan
saja, tanpa menuliskan langkah-langkah
menghubungkan penalaran yang bisa
penyelesaiannya. Sehingga jika diberikan
dipahami oleh orang lain.
soal yang lebih bervariasi, siswa masih
b. Memberi alasan Berpikir
bingung logis
secara
tepat
untuk
menggunakan
menyelesaikan
logikanya
untuk
dan
berpikir
dalam kerangka maupun materi. Dalam
dalam memecahkan masalah matematika
proses berpikir logis siswa dituntut
sesuai dengan langkah-langkah yang telah
untuk memberi alasan-alasan secara
dijelaskan guru.
jelas.
Berdasarkan hasil ulangan harian bab
c. Kemampuan menyimpulkan Untuk
Aljabar, siswa kelas VIIIC SMP Negeri 11
membuat
sebuah
Yogyakarta
mendapatkan nilai rata-rata
karangan argumentasi siswa harus bisa
kelas
berpikir logis dan menyimpulkan suatu
Minimal (KKM) 70 , dan hanya 44,11%
pendapat.
siswa dari total 34 siswa yang lulus KKM.
Berdasarkan
dengan
Kriteria
Ketuntasan
observasi
Tingkat ketercapaian siswa yang lulus KKM
pembelajaran matematika kelas VIIIC SMP
tersebut tergolong masih rendah dan perlu
Negeri
ditingkatkan.
11
hasil
60,
Yogyakarta,
dalam
proses
pembelajaran yang berlangsung guru masih mendominasi
kegiatan
pembelajaran
Dari permasalahan di atas, diindikasikan bahwa
kemampuan
siswa
dalam
(Teacher Centered). Definisi dan penurunan
membangun pengetahuan dengan berpikir
rumus diberikan oleh guru, langkah-langkah
secara
pemecahan masalah diikuti oleh siswa,
kemampuan siswa dalam menggunakan
siswa hanya mendengar dan mengikuti
logika berpikir dalam memecahkan masalah
semua cara kerja guru, siswa juga kurang
matematika masih perlu ditingkatkan. Salah
terdorong untuk berpendapat tentang materi
satu
yang
dimungkinkan
disampaikan
pengalaman-pengalaman
38
guru, belajar
sehingga siswa
lebih
model
mendalam
(kritis)
pembelajaran dapat
dan
yang
meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir baik
Jurnal Derivat, Volume 1 No. 1, Juli 2014 Halaman 35-43 secara kritis dan logis adalah
model
Problem Based Leraning (PBL).
instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar” bekerja sama
Duch, Allen, White (2005) dalam Hamruni (2012:148) mengungkapkan bahwa
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
pembelajaran berbasis masalah (Problem
Arends (2008:41) esensi Problem Based
Based Learning) menyediakan kondisi untuk
Learning
meningkatkan ketrampilan berpikir kritis
berbagai situasi yang bermasalah yang
dan analitis serta memecahkan masalah
autentik dan bermakna kepada siswa, yang
kompleks dalam kehidupan nyata sehingga
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
akan memunculkan “ budaya berpikir” pada
investigasi dan penyelidikan.
diri siswa.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Hamruni
(2012:148)
pembelajaran
(PBL)
serupa
menyuguhkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
berbasis masalah juga merupakan suatu
kritis
model
menggunakan
matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
11 Yogyakarta. Manfaat dari penelitian ini
bagi siswa untuk belajar tentang cara
secara
berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
memperkaya
masalah,
memperoleh
pendidikan matematika. Sedangkan secara
pengetahuan dan konsep yang esensial dari
praktis, bagi guru dapat membantu untuk
materi pelajaran.
mengatasi
pembelajarn
serta
yang
untuk
dan
logis
teoretis
pada
pembelajaran
diharapkan
temuan
pada
permasalahan
dapat bidang
yang
dihadapi
Howard Barrows dan Kelson dalam
berkaitan dengan peningkatan kemampuan
Taufiq Amir (2010:21) Problem Based
berpikir kritis dan logis siswa, bagi siswa
Learning (PBL) adalah kurikulum dan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
siswa
dirancang masalah-masalah yang menuntut
diharapkan dapat memberikan sumbangan
mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang
dalam peningkatan kualitas pembelajaran,
penting, membuat mereka mahir dalam
dan
memecahkan masalah, dan memiliki strategi
pengetahuan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar sendiri serta memiliki kecakapan
pembelajaran dengan model Problem Based
berpartisipasi dalam tim.
Learning (PBL).
Dutch (2010:21)
(1994)
dalam
menyatakan
Taufiq
bahwa
dalam
bagi
berpikir,
peneliti
bagi
dapat
sekolah
menambah
Amir
Problem
Based Learning (PBL) merupakan metode 39
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Logis Farida Ulfah
menunjukkan
2. METODE PENELITIAN
perlunya
perbaikan
atas
Penelitian yang dilakukan merupakan
tindakan yang dilakukan, maka rencana
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
tindakan perlu disempurnakan agar tindakan
ini terdiri dari dua siklus dengan tiap-tiap
yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar
siklus terdiri dari tiga pertemuan. Untuk
mengulang
mengetahui kemampuan berpikir kritis dan
sebelumnya. Demikian seterusnya sampai
logis siswa sebelum diberikan tindakan,
masalah yang diteliti dapat dipecahkan
maka diadakan tes pra tindakan yang
secara optimal.
apa
yang
telah
dilakukan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terkait kemampuan berpikir kritis
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian
dan logis siswa.
Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian
untuk
meningkatkan
ini yaitu desain penelitian tindakan kelas
kemampuan berpikir kritis dan logis pada
menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi
pembelajaran matematika siswa kelas VIIIC
Arikunto, 2012: 16) secara umum tahapan
SMP Negeri 11 Yogyakarta dilaksanakan
penelitian tindakan kelas yaitu:
pada 16 Mei s.d 1 Juni 2013.
a. perencanaan,
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
b. pelaksanaan,
siklus. Siklus I terdiri dari tiga kali
c. observasi,
pertemuan.
d. refleksi.
pertemuan kedua penyampaian materi, dan
Tahapan diatas menunjukkan bahwa
Pertemuan
pertemuan
ketiga
pertama
dan
dilaksanakan
Tes
pertama, sebelum melaksanakan tindakan,
Kemampuan berpikir kritis dan logis siklus
terlebih dahulu peneliti harus merencanakan
I.
instrumen yang akan digunakan. Kedua,
kemampuan berpikir kritis sebesar 60,29%
setelah rencana disusun, tindakan dilakukan.
dengan kriteria sedang, dan persentase rata-
Ketiga,
bersamaan
rata
tindakan,
peneliti
dilaksanakannya mengamati
proses
Pada
siklus
untuk
I
Persentase
kemampuan
rata-rata
berpikir
logis
47,57% dengan kriteria rendah.
yang
Siklus II terdiri dari tiga pertemuan.
ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil
Pertemuan pertama dan pertemuan kedua
pengamatan
kemudian
penyampaian materi, dan pertemuan ketiga
melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan tes kemampuan berpikir kritis
dilaksanakan.
dan
pelaksanaan
itu
dan
tersebut
Jika
akibat
peneliti
hasil
refleksi
logis.
Pada
siklus
II,
perolehan
persentase rata-rata kemampuan berpikir
40
Jurnal Derivat, Volume 1 No. 1, Juli 2014 Halaman 35-43
Tabel 1 Rekapitulasi Persentase Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Pra tindakan, silus I, dan Siklus II No Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 1 Kemampuan memberikan ide awal (Dukungan) Kemampuan 2 memberi hipotesis masalah (inferensia) 3 Kemampuan menganalisis (Klarifikasi) 4 Kemampuan membuat keputusan /kesimpulan Persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis
Pra Tindakan % Kriteria
Siklus II % Kriteria
Siklus I % Kriteria
37,25
Sangat rendah
51,96
Sedang
70,59
Tinggi
21,57
Sangat rendah
34,31
Sangat rendah
95,59
Sangat tinggi
40,19
Rendah
79,41
Tinggi
99,51
Sangat tinggi
46,07
Rendah
75,49
Tinggi
93,14
Sangat tinggi
36,27
Sangat rendah
60,29
Sedang
89,71
Sangat tinggi
Tabel 2 Rekapitulsi Persentase Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Logis Pra tindakan, siklus I ,dan siklus II No
Aspek Kemampuan Berpikir logis 1 Hubungan Antar Fakta 2 Memberi alasan 3 Kemampuan menyimpulkan Persentase rata-rata kemampaun berpikir logis
Pra Tindakan % Kriteria
%
Siklus I Kriteria
Siklus II %
Kriteria
29,66
Sangat rendah
47,06
Rendah
79,92
Tinggi
40,68
Rendah
55,88
Sedang
92,81
Sangat tinggi
25,49
Sangat Rendah
39,76
Sangat rendah
78,43
Tinggi
31,94
Sangat Rendah
47,57
Rendah
83,72
Sangat tinggi
41
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan LKS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Logis Farida Ulfah
kritis 89,71% dengan kriteria sangat tinggi, dan persentase rata-rata kemampuan berpikir logis 83,72% dengan kriteria sangat tinggi. b. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dari
pembelajaran
Pelaksanaan
penelitian
secara
keseluruhan berjalan dengan baik. kegiatan pembelajaran
4. KESIMPULAN
pada
tiap
siklus
dalam
penelitian sudah memenuhi langkah-langkah dalam model Problem Based Learning
dilakukan
tindakan
pada
matematika
secara
yang
kolaboratif
antara
peneliti dengan guru matematika kelas VIIIC SMP Negeri 11 Yogyakarta maka dapat dismpulkan sebagai berikut. a. Penerapan Model Problem Based
(PBL). Tes
Learning (PBL) dalam pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis pada pra tndakan
matematika pada materi Kubus dan
memperoleh persentase 36,27% dengan
Balok
kriteria sangat rendah, dan pada siklus I
kemampuan beripikir kritis dan
memperoleh 60,29% dengan kriteria sedang,
logis
kemudian pada siklus II meningkat menjadi
Yogyakarta, yang dapat dilihat dari
89,71% dengan kriteria sangat tinggi. Hal
presentase
Berdasarkan
hasil
olah
data
tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan perolehan persentase rata-rata untuk kemampuan berpikir kritis siswa,
hasil
olah
siswa
berpikir
data
Tes
menngkatkan
SMP
rata-rata kritis
tindakan 36,27% sangat
yang dapat dibaca pada Tabel 1. Berdasarkan
dapat
rendah
Negeri
11
kemampuan
siswa
sebelum
dengan kriteria menjadi
75,49%
dengan kriteria tinggi pada siklus I,
Kemampuan berpikir logis pada pra tndakan
dan meningkat menjadi 89,71%
memperoleh persentase 31,94% dengan
dengan kriteria sangat tinggi pada
kriteria sangat rendah, dan pada siklus I
siklus II. Dan untuk kemampuan
memperoleh 47,57% dengan kriteria rendah,
berpikir logis siswa sebelum dikenai
kemudian pada siklus II meningkat menjadi
tindakan
83,72% dengan kriteria sangat tinggi. Hal
kriteria
tersebut menunjukkan bahwa sudah ada
47,57% dengan kriteria rendah pada
peningkatan perolehan persentase rata-rata untuk kemampuan berpikir logis siswa, yang dapat dibaca pada Tabel 2.
yaitu
31,94%
dengan
sangat
rendah,
menjadi
siklus I, dan meningkat menjadi 83,72% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Jika dilihat dari
42
Jurnal Derivat, Volume 1 No. 1, Juli 2014 Halaman 35-43
masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis dan logis, semuanya juga mengalami peningkatan. b. Pembelajaran matematika dengan
Model Problem Based Learning (PBL)
terlaksana
dengan
peningkatan perolehan persentase rata-rata di setiap siklusnya, yaitu dari 68,33% dengan kriteria tinggi pada siklus I menjadi 88,96% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II 5. REFERENSI Arends Richard. 2005. Learning to teach (Belajar untuk Mengajar). Terjemahan oleh Dedy Suardi, 2008. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Erman Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. Fisher Alec. 2007. Berpikir Kritis sebuah Pengantar (Critical Thinking An Introduction). Terjemahan oleh Benyamin Hadinata, 2008. Jakarta: Erlangga.
Glazer Evan. 2001. Using Internet Primary Sources to Teach Critical Thinking Mathematics. London : Greenwood Press.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Terjemahan oleh Ibnu Setiawan, 2011. Bandung: Kaifa. Rochiati Wiriatmaja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sri Wardani. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Depdiknas. Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan san Tenaga Kependidikan. P4TK MTK 2008. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suharsimi&Cepi Safruddin J. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Taufiq Amir. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:Kencana. Tilaar. 2011. Pedagogik Kritis: Perkembangan, substansi, Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:Kencana. Pehkonen, Erkki. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Diunduh di http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publicat ions/zdm, pada 6 Agustus 2002.
Hamzah B Uno. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran (sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan). Jakarta: Bumi Aksara.
43