Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo Erin Erlina, Supriyono Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar siswa yang berorientasi pada Kurikulum 2013 setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre experimental dengan desain one group pretest-posttest serta menggunakan 1 kelas eksperimen dan 2 kelas replikasi. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 di SMA Negeri 1 Krian, yang setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, ketiga kelas terdistribusi normal dan homogen. Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri, variabel terikat yaitu hasil belajar siswa yang berorientasi pada Kurikulum 2013, keterlaksanaan pembelajaran, dan respons siswa, serta variabel kontrol yaitu guru, waktu pembelajaran, dan materi fluida statis. Diketahui bahwa hipotesis yang diajukan, H0 yaitu rerata gain tidak signifikan, dan H1 yaitu rerata gain signifikan. Berdasarkan analisis uji-t peningkatan (gain), diperoleh bahwa thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan taraf kesalahan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pengetahuan siswa pada ketiga kelas yaitu kelas X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata keterampilan siswa di ketiga kelas masuk dalam predikat B+ dengan kategori baik. Nilai rata-rata sikap siswa di ketiga kelas masuk dalam kriteria sangat baik dan baik. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri memperoleh nilai rata-rata dengan kategori sangat baik. Respons siswa dari ketiga kelas juga menunjukkan persentase tinggi dengan kriteria sangat baik. Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Hasil Belajar Siswa, Fluida Statis,
Abstract This research aims to analyze student’s leaning outcomes which is oriented to Curriculum 2013 after applied inquiry learning model. Type of this research is pre-experimental with one group pretest-posttest design, and it uses 1 class as experiment and 2 classes as replication. Samples are students of class X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 in SMA Negeri 1 Krian, which had been tested normality and homogeneity tests, all three classes are distributed normally and homogeneous. Variables of this research include independent variable is giving a treatment inquiry learning model, dependent variable is student learning outcomes oriented to Curriculum 2013, feasibility learning, and students’ response, while control variable is teacher, allocation time, and static fluid material. It is known that proposed hypothesis, H0 is non significant gain, and H1 is significant gain. Based on t-test analysis, it is found that tcalculation ≥ ttabel., therefore H0 is rejected and H1 is accepted with a 5 % error level. This result shows student leaning outcomes in all three classes are class X-MIPA 6, X-MIPA 7 and X-MIPA 8 have increased significantly. Skill’s average score in all three classes belong to B+ with good category. Attitudes’ average score in all three classes belong to excellent and good category. Feasibility of inquiry learning model obtains average value which is in excellent category. Students’ response in all three classes show high percentages with excellent category. Keywords: Inquiry learning model, student learning outcomes, static fluid
kualitas PENDAHULUAN
maupun karakter
penduduk dibina
lewat
pendidikan yang bermutu dan relevan. Pembangunan
Pendidikan merupakan sarana strategis untuk
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
meningkatkan kualitas manusia dan melatihkan karakter
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi
penduduk di suatu bangsa, karenanya kemajuan suatu
dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya. Baik
Erin Erlina, Supriyono
131
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
keterampilan dan sikap yang dapat dimaksimalkan
lokal, nasional, dan global.
melalui
Dewasa
ini,
pemerintah
fokus
pada
proses
pembelajaran
yang
menggunakan
pendekatan ilmiah.
pembangunan pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya
Tetapi pada kenyataannya, proses pembelajaran
telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
fisika dengan pendekatan ilmiah belum dilaksanakan
pendidikan dan pembaharuan sistem pendidikan. Terbaru
sepenuhnya di sekolah. Berdasarkan hasil angket yang
ini, pemerintah mengembangkan Kurikulum 2013. Dalam
diisi oleh 33 siswa di SMA Negeri 1 Krian pada tanggal 9
pencapaian tujuan pengembangan Kurikulum 2013,
November 2013, diketahui bahwa pembelajaran fisika di
Kemendikbud menetapkan Standar Kompetensi Lulusan
sekolah
(SKL) dengan menekankan kompetensi sikap (spiritual,
mengidentifikasi suatu fenomena atau permasalahan,
sosial), pengetahuan dan keterampilan yang berimbang.
merancang dan melakukan eksperimen, manganalisis
Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut, Kurikulum
data
2013 juga harus diimplementasikan melalui proses
mengkomunikasikan informasi atau hasil yang diperoleh
pembelajaran yang tepat, yaitu proses pembelajaran yang
dari eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar lebih aktif
kegiatan pembelajaran fisika di sekolah belum dilibatkan
dengan berbasis kontekstual, yaitu dengan menggunakan
secara optimal kedalam kegiatan kerja ilmiah.
pendekatan ilmiah. Pembelajaran dengan menggunakan
belum
yang
memaksimalkan
diperoleh
Sedangkan
untuk
dari
hasil
aktivitas
eksperimen,
belajar
seperti
dan
siswa,
pendekatan ilmiah telah disusun oleh Kemendikbud
berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
sebagaimana yang terlihat di dalam silabus meliputi
peneliti dengan guru pengajar fisika kelas X di SMA
mengamati,
Negeri 1 Krian, diperoleh informasi bahwa masih banyak
mengasosiasi,
menanya, dan
melakukan
eksperimen,
mengkomunikasikan
hasil
(Kemendikbud, 2012).
nilai fisika siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Menurut KKM yang
Fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang
ditetapkan di SMA Negeri 1 Krian, secara individual
ada di dalam Kurikulum 2013, juga sebaiknya diajarkan
siswa dikatakan tuntas jika mencapai nilai ≥ 75. Tetapi
melalui pendekatan ilmiah. Fisika sebagai ilmu alam
pada kenyataannya, siswa yang belum mencapai nilai
mengandung
cara
KKM sebanyak lebih dari 47% dari total 36 siswa di
memperoleh fakta dan prinsip tersebut (Koes, 2003:3,8).
kelas. Lalu, pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri
Maka, pembelajaran fisika yang efektif diarahkan pada
1
proses penemuan bukan hanya teoritis. Selain konseptual
keterampilan dan sikap. Padahal hasil belajar yang
(pengetahuan), juga kontekstual sehingga diperlukan
ditekankan dihakikat fisika dan Kurikulum 2013 adalah
keterampilan proses melalui akivitas-aktivitas seperti
ketercapaian kompetensi pengetahuan, keterampilan dan
fisikawan (pendekatan ilmiah). Pembelajaran fisika yang
sikap. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa
dilakukan dengan pendekatan ilmiah mengindikasikan
yang berorientasi pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1
bahwa didalam belajar fisika, siswa tidak hanya dituntut
Krian masih belum tercapai.
cara-cara
termasuk
bagaimana
Krian
juga
kurang
menekankan
kompetensi
untuk memperoleh nilai bagus saat tes (hasil belajar
Dari hasil angket dan wawancara tersebut
pengetahuan), tetapi siswa juga harus mampu melakukan
menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika yang
keterampilan-keterampilan
dalam
tidak menggunakan pendekatan ilmiah menyebabkan
proses penemuan konsep tersebut dengan diimbangi
hasil belajar Kurikulum 2013 belum tercapai. Oleh
sikap ilmiah. Jadi antara Kurikulum 2013 dengan hakikat
karena itu, perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang
fisika terdapat saling keterkaitan yang mana keduanya
menggunakan pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah
menekankan pada ketercapaian hasil belajar pengetahuan,
tersebut dapat dilakukan dengan model pembelajaran
Erin Erlina, Supriyono
yang
dibutuhkan
132
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
yang juga menggunakan pendekatan ilmiah, salah
peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
satunya yaitu model pembelajaran inkuiri.
diterapkannya model pembelajaran inkuiri dilakukanlah
Dalam model pembelajaran inkuiri, proses pembelajaran berbasis pada pendekatan ilmiah, dimana
uji prasyarat yang meliputi, uji normalitas dan uji homogenitas.
siswa mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan, melakukan eksperimen, menganalisis data dan bukti, menggunakan
model
dan
penjelasan,
dan
mengkomunikasikan hasil (NRC, 1996). Selain untuk meningkatkan
kompetensi
pengetahuan,
model
pembelajaran inkuiri ini juga sangat menekankan pada sikap ilmiah dan berfikir ilmiah. Sikap ilmiah dan berfikir ilmiah
tersebut
merupakan
salah
satu
bentuk
keterampilan yang harus dimiliki siswa, yang mana keterampilan merupakan salah satu kompetensi inti dari Kurikulum 2013, selain kompetensi pengetahuan dan sikap. Jadi, inti model pembelajaran inkuiri ini sesuai dan
dari
uraian
di
kelas yaitu X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 di SMAN 1 Krian menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen. Setelah itu di ketiga kelas tersebut dilakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali ditiap kelas dengan alokasi waktu tiap pertemuan (2 x 45 menit). Setelah proses belajar mengajar selesai, selanjutnya dapat dilakukan analisis kemampuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas replikasi. Analisis hasil belajar
mendukung tujuan Kurikulum 2013. Bertolak
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji normalitas dan uji homogenitas untuk tiga
atas,
disusunlah
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo”
pengetahuan siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t peningkatan (gain), yang didasarkan pada nilai pre-test (sebelum diberikan perlakuan) dan post-test siswa (setelah diberikan perlakuan). Secara keseluruhan, hasil analisis uji-t peningkatan (gain) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Peningkatan (gain)
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain one group pre-test – post-test kepada satu kelas eksperimen dan dua kelas replikasi. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Krian pada semester genap 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah kelas XMIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8, yang tiap kelasnya berjumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, portofolio dan angket untuk memperoleh data-data penelitian berupa hasil belajar siswa yang terdiri dari hasil belajar pengetahuan (nilai pre-test dan post-test), hasil belajar keterampilan, hasil belajar sikap, keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri, dan hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran inkuiri. Data-data yang diperoleh sebelum dianalisis dengan
Nilai
Kelas Eksperimen (X-MIPA 6) Replikasi 1 (X-MIPA 7) Replikasi 2 (X-MIPA 8)
Rerata Gain
1,68
17,06
signifikan
1,68
18,69
signifikan
1,68
18,21
signifikan
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pada kelas eksperimen dan kelas replikasi, nilai
≥
. Jadi
dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri, nilai rerata gain siswa pada kelas X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 mengalami peningkatan yang signifikan. Dari Tabel 1 diatas, diketahui bahwa kelas yang memiliki peningkatan rerata gain tertinggi adalah kelas X-MIPA
7.
Hal
ini
dapat
ditinjau
pula
dari
keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri di kelas XMIPA 7. Skor keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri yang diperoleh oleh kelas X-MIPA 7 adalah yang
menggunakan uji-t peningkatan (gain) untuk mengetahui
Erin Erlina, Supriyono
133
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
tertinggi dengan nilai sebesar 3,84 dan kategori
inkuiri menunjukkan hasil yang sama sesuai ketuntasan
keterlaksanaan sangat baik. Jadi peningkatan hasil belajar
Kurikulum 2013.
pengetahuan siswa tidak terlepas dari fase-fase dalam
Hasil belajar keterampilan siswa diperoleh dari hasil
model pembelajaran inkuiri yang apabila diterapkan
observasi. Keterampilan siswa terdiri dari keterampilan
dengan sangat baik dapat mendukung tercapainya hasil
saat melakukan eksperimen dan keterampilan dari
belajar siswa. Fase-fase dalam model pembelajaran
portofolio. Rekapitulasi keterampilan siswa dari ketiga
inkuiri berbasis pada pendekatan ilmiah seperti inti dari
kelas disajikan pada tabel di bawah ini:
hakikat fisika itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh
Tabel 2. Rekapitulasi keterampilan siswa
Koes (2003:3,8), bahwa fisika bukan hanya sekedar
Keterampilan Keterampilan (Portofolio) (Eksperimen)
kumpulan fakta dan prinsip, tetapi fisika mengandung Kelas
cara-cara termasuk bagaimana cara memperoleh fakta dan prinsip tersebut. Begitu pula dengan fluida statis sebagai salah satu bab dalam fisika, sebaiknya diajarkan cara dalam memperoleh fakta dan prinsip tersebut, agar hasil belajar pengetahuan siswa bisa maksimal. Nilai rerata gain tertinggi yang diraih oleh kelas XMIPA 7 juga didukung oleh respon siswa terhadap
Eksperimen (X-MIPA 6) Replikasi 1 (X-MIPA 7) Replikasi 2 (X-MIPA 8)
Keterampilan
Skor Skor Skor PrediPrediRataRataRatakat kat rata rata rata
Predikat
3,22
B+
3,15
B+
3,18
B+
3,19
B+
3,16
B+
3,18
B+
3,01
B+
3,12
B+
3,11
B+
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa kedua kelas
juga
yaitu kelas X-MIPA 6 dan X-MIPA 7 memperoleh skor
ditunjukkan oleh kelas X-MIPA 7 sebesar 84,03%.
yang lebih tinggi di keterampilan dari portofolio,
Respon tinggi yang ditunjukkan oleh kelas X-MIPA 7
sedangkan kelas X-MIPA 8 memperoleh skor yang lebih
menunjukkan bahwa tingginya minat siswa kelas X-
tinggi di keterampilan saat melakukan eksperimen. Untuk
MIPA 7 terhadap pembelajaran yang menerapkan model
skor rata-rata dari kedua keterampilan, diketahui bahwa
pembelajaran inkuiri ini. Seperti yang diungkapkan oleh
kelas X-MIPA 6 dan X-MIPA 7 mempunyai skor yang
Suharsimi, A (2003: 21), bahwa minat merupakan faktor
sama dan lebih tinggi dibandingkan kelas X-MIPA 8. Hal
internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
ini dapat ditinjau pula berdasarkan keterlaksanaan model
disamping dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan minat,
pembelajaran inkuiri di kelas X-MIPA 7 dan X-MIPA 6.
orang
Skor
pembelajaran
ini,
tersebut
dimana
memiliki
respon
tertinggi
kecenderungan
untuk
rata-rata
tertinggi
keterlaksanaan
model
mencurahkan segala kemampuannya untuk menghasilkan
pembelajaran inkuiri diperoleh oleh kelas X-MIPA 7
hasil belajar yang optimal sesuai dengan hasil belajar
dengan nilai sebesar 3,84 dan disusul oleh kelas X-MIPA
yang diharapkan.
6 sebesar 3,59 dengan kategori keterlaksanaan sangat
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingginya nilai rerata
baik. Selain keterlaksanaan, juga didukung oleh respon
gain yang diperoleh oleh kelas X-MIPA 7, selain karena
positif siswa kelas X-MIPA 7 yang mencapai 84,03%,
tingginya skor keterlaksanaan yang diperoleh juga
dan kelas X-MIPA 6 sebesar 83,40%. Jadi, tingginya skor
didukung
terhadap
keterampilan siswa di kelas X-MIPA 6 dan X-MIPA 7
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
karena tingginya skor keterlaksanaan dan respon siswa
inkuiri ini. Selain itu, berdasarkan Tabel 1, diketahui
pada pembelajaran ini. Skor keterlaksanaan yang tinggi
bahwa nilai
menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri ini
oleh
tingginya
respon
siswa
pada ketiga kelas tersebut mempunyai
nilai yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
dapat diterapkan dengan sangat baik di kedua kelas tersebut Seperti yang diungkapkan oleh Branch & Oberg (2004:1) bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu
Erin Erlina, Supriyono
134
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
proses pembelajaran dimana siswa terlibat dalam
Seperti
yang
diungkapkan
oleh
Kemendikbud
pembelajaran, merumuskan pertanyaan, menginvestigasi
(2013:5-17), bahwa pendekatan ilmiah yang ada di dalam
dan membangun sebuah pemahaman baru, pengertian dan
Kurikulum 2013
pengetahuan.
eksperimen
Oleh
karena
itu,
melalui
model
dan
seperti saat mengamati, melakukan mengkomunikasikan
hasil
akan
pembelajaran inkuiri yang diterapkan dengan baik di
mendorong munculnya sikap-sikap ilmiah siswa seperti
kelas, siswa dibimbing dan dilatihkan keterampilan
rasa ingin tahu, bertanggung jawab, disiplin dan kerja
seperti
masalah,
sama. Pendekatan ilmiah ini juga ada didalam model
menganalisis serta mengkomunikasikan hasil. Fase-fase
pembelajaran inkuiri. Jadi apabila model pembelajaran
didalam
mendukung
inkuiri dan Kurikulum 2013 yang berbasis pada
pengembangan keterampilan siswa untuk mencapai hasil
pendekatan ilmiah dapat diterapkan dengan baik, maka
belajar didalam Kurikulum 2013, yang mana salah
nilai sikap siswa juga baik. Secara keseluruhan, rata-rata
satunya
Secara
nilai sikap siswa di ketiga kelas masuk dalam kriteria
keseluruhan, nilai rata-rata keterampilan siswa di ketiga
sangat baik dan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kelas
bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri menunjukkan hasil yang sama sesuai ketuntasan
inkuiri menunjukkan hasil yang sama sesuai ketuntasan
Kurikulum 2013.
mengamati,
model
adalah
adalah
mengidentifikasi
pembelajaran
kompetensi
baik.
Hal
ini
inkuiri
keterampilan.
menunjukkan
Kurikulum 2013.
Analisis
keterlaksanaan
pembelajaran
yang
Hasil belajar sikap siswa juga diperoleh dari hasil
dilakukan oleh satu orang observer yang mengamati
observasi. Rekapitulasi keterampilan siswa dari ketiga
keterlaksanaan fase-fase dalam model pembelajaran
kelas disajikan pada tabel di bawah ini:
inkuiri menunjukkan bahwa skor rata-rata untuk kelas XMIPA 6 sebesar 3,59, kelas X-MIPA 7 sebesar 3,84 dan
Tabel 3. Rekapitulasi sikap siswa Skor
Sikap
Rasa BertangSkor Disi- Kerja ingin gung Rata- Kategori plin sama tahu jawab rata Eksperimen Sangat 3,56 3,56 3,05 3,45 3,40 (X-MIPA 6) Baik Replikasi 1 3,39 3,44 3,06 3,17 3,27 Baik (X-MIPA 7) Replikasi 2 Sangat 3,50 3,61 3,00 3,33 3,36 (X-MIPA 8) Baik Kelas
kelas X-MIPA 8 sebesar 3,57. Skor rata-rata ketiga kelas tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Angket respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri digunakan untuk mengetahui respons siswa mengenai apa yang
mereka
pembelajaran.
alami
ketika
Berdasarkan
hasil
mengikuti
proses
analisis
angket,
mayoritas siswa memberikan respons yang positif dengan
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa skor sikap
persentase kelas X-MIPA 6 sebesar 83,40%, kelas X-
siswa yang paling tinggi ditunjukkan oleh kelas X-MIPA
MIPA 7 sebesar 84,03% dan kelas X-MIPA 8 sebesar
6 sebesar 3,40 dengan kategori sikap sangat baik, setelah
81,39%. Persentase respon siswa dari ketiga kelas masuk
itu disusul oleh kelas X-MIPA 8 dan terendah adalah
dalam kategori sangat baik.
kelas X-MIPA 7. Tingginya skor sikap siswa di kelas XMIPA 6, dapat ditinjau pula berdasarkan keterlaksanaan
PENUTUP
model pembelajaran inkuiri di kelas X-MIPA 6.
Simpulan Kegiatan pembelajaran pada materi fluida statis di
Walaupun skor keterlaksanaan di kelas X-MIPA 6 bukan yang tertinggi, tetapi skor keterlaksanaan yang diperoleh masuk kategori sangat baik dengan skor 3,59. Begitupun dengan respon siswa di kelas X-MIPA 6 yang mencapai nilai 83,40%
Erin Erlina, Supriyono
kelas X SMA Negeri 1 Krian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terlaksana dengan sangat baik Hasil belajar pengetahuan siswa pada materi fluida statis untuk ketiga kelas yaitu kelas X-MIPA 6, X-MIPA 7 dan X-MIPA 8 mengalami peningkatan yang signifikan
135
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) ISSN: 2302-4496
Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 131-136
setelah diberi perlakuan model pembelajaran inkuiri. Hasil belajar keterampilan siswa pada materi fluida statis untuk kelas X-MIPA 6 dan X-MIPA 7 diperoleh rata-rata nilai 3,18, sedangkan untuk kelas X-MIPA 8 diperoleh rata-rata nilai 3,11. Hasil belajar sikap siswa untuk kelas X-MIPA 6 diperoleh rata-rata nilai 3,40, kelas X-MIPA 7 diperoleh rata-rata nilai 3,27 dan kelas X-MIPA 8 diperoleh rata-rata nilai 3,36. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran
inkuiri
mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa dari ketiga kelas Saran Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama saat melakukan eksperimen, siswa sebaiknya selalu diingatkan dengan batas waktu yang diberikan agar fasefase lain didalam model pembelajaran inkuiri dapat dilakukan dengan tuntas. Selain itu, peneliti lain sebaiknya memberikan alokasi waktu yang lebih banyak ketika menerapkan model pembelajaran inkuiri
DAFTAR PUSTAKA Branch & Oberg. 2004. Focus on Inquiry. Canada: The Crown in Right of Alberta Kemendikbud. 2012. “Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21”. Dalam Puskurbuk Balitbang Kemdikbud. http://puskurbuk.net. Diakses tanggal 8 April 2013 Kemendikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Kemendikbud Koes, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICA National Research Council. 2001. Inquiry and the National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press Suharsimi, Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani
Erin Erlina, Supriyono
136