e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOVERATIVE SCRIPT MELALUI PERMAINAN BISIK BERANTAI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BERBAHASA PADA ANAK Ni Komang Ayu Krisna Dewi1, Ni Ketut Suarni 2, A. A. Gede Agung 3 1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan BK, 3 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected] 2,
[email protected] Abstrak
Perkembangan berbahasa anak kelompok B TK Dharma Kumara Sunantaya, Kabupaten Tabanan sebelum penelitian ditemukan masih sangat rendah dengan rata-rata sebesar 58,25%. Hal ini diduga karena kurang menariknya guru dalam menyampaikan suatu pesan dalam aspek bahasa sehingga anak begitu bosan dan anak kurang dapat menyimak pembicaraan, media yang digunakan kurang bervariasi. Maka dari itu, dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran Cooperative script melalui permainan bisik berantai yang bertujuan untuk meningkatan perkembangan berbahasa pada anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 10 orang anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbahasa anak kelompok B melalui permainan bisik berantai pada siklus I sebesar 77,50% pada kategori sedang dan pada siklus II meningka tmenjadi sebesar 88,33% berada pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan berbahasa melalui permainan bisik berantai sebesar 10,83%. Kata kunci: Cooperative Script, permainan bisik berantai,perkembangan berbahasa
Abstract The experiment was conducted because of the low language development in children in group B second semester kindergarten Sunantaya Kumara dharma, Tabanan. It can be seen from the child's developmental level only reaches 58.25%. This is because less interesting teacher in delivering learning material. Therefore, in this study applied cooperative learning model through the game script whispered chain that aims to improve children's language development in the second half in group B Dharma Tk Sunantaya Kumara, Tabanan academic year 2013/2014. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were children in group B at Tk Dharma Kumara Sunantaya in the second semester of academic year 2013/2014, as many as 10 people. Collecting data in this study carried out by the method of observation. The data were then analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an increase in language skills of children in group B chain whispered through the game on the first cycle of 77.50% in the medium category and the second cycle was 88.33% at the high category. So it can be concluded that an increase in language development through play serial whispered by 10.83%. Keywords: Cooperative Script, games whispered chain, the development of language
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau early childhood education (ECE) adalah pendekatan pedagogis dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang dimulai dari saat periode kelahiran hingga usia 6 tahun. Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young Children), PAUD dimulai saat kelahiran hingga anak berusia delapan tahun. Batita dan Balita mengalami kehidupan secara menyeluruh di rentang usia itu dibanding periode-periode berikutnya. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 ayat 14, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang di selenggarakan pada jalur formal, nonformal,dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan prilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini. Masa usia dua tahun dari sejak lahir adalah masa dimana pembentukan karakter anak sangat penting. Periode inilah merupakan periode anak yang sangat penting didalam menemukan identitas, bagaimana mereka mengaitkan fungsi fisik dan psikis secara serentak. Masa periode inilah waktu yang sangat baik bagi seorang anak untuk diarahkan menjadi manusia seutuhnya. Ibarat sebatang pohon yang masih bisa “diluruskan” ketika masih muda, sebab jika nanti sudah tua dan keras, akan mengalami kesulitan. Berkembangnya semua aspek pada anak usia dini menjadi baik diperlukan
adanya kerjasama antara lembaga pendidikan prasekolah dengan orang tua dan masyarakat, sehingga tercapailah tujuan utama pendidikan anak usia dini. Tujuan utama pendidikan anak usia dini yaitu membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan pendidikan anak usia dini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 bahwa “Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan potensi psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian”. Beberapa teori diatas mengenai PAUD menggambarkan bahwa begitu pentingnya pendidikan anak usia dini dijadikan langkah awal untuk menapaki pendidikan lebih lanjut. Maka dari itu seorang pendidik haruslah mengetahui karakteristik anak usia dini seperti (1) masa keingintahuan (mulai berpikir dengan 4W+1H), (2) kemampuan berpikir, (3) perkembangan sosialisasi, (4) komunikasi, (5) negativisme dan banyak lagi karakter-karakter yang muncul pada tahap tersebut. Pendidikan anak usia dini merupakan sistem pendidikan yang diterapkan adalah belajar sambil bermain karena pada masa ini adalah masa dunia bermain mereka. Filosofi pendidikan anak usia dini terpusat pada anak sebagai subjek didik. Karena anak-anak prasekolah adalah usia bermain, maka bermain menjadi pintu gerbang bagi anak memasuki pengembangan kepribadian dan potensi lainnya. Melalui bermain, anak melakukan eksplorasi,manipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Bermain akan menjadikan anak berani melakukan investigasi, kreasi, menemukan dan memotivasi mereka agar berani mengambil resiko dan semakin membuka wawasan mereka pada dunia sekitar.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Melalui bermain pula dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak. Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam kenyataan kegiatan sehari-hari kita amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang menyebabkan tingkah laku manusia secar esensial berbeda dengan tingkah laku hewan. Tingkah laku bahasa adalah satu diantara bentuk yang paling member pada tingkah laku insani. Tingkah laku insani ini tergambar dengan suasana adanya pengiriman dan penerima. Penerima bias dalam bentuk pendengar atau pembaca. Keterampilan yang harus di miliki anak mencakup 4 keterampilan berbahasa yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan berbahasa tidak di kuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan tetapi, keterampilan berbahasa akan di peroleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya pengembangan. Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Seiring dengan perkembangan dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat, tata bahasa juga mulai teratur walaupun anak belum mempelajarinya, misalnya “ aku suka minum susu” bukan “aku minum suka susu”. Anak juga sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat seperti “tidak mau”. Sama halnya pada anak-anak TK Dharma Kumara Sunantaya Penebel. Begitu beragamnya karakter-karakter anak yang ada di TK tersebut tapi yang menjadi perhatian khusus peneliti dalam hal ini menyangkut aspek perkembangan bahasa pada anak kelompok B TK
Dharma Kumara Sunantaya, Tabanan. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam kegiatan berkomunikasi khususnya. Telah dijelaskan bahwa ada empat ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai salah satunya yaitu menyimak. Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa reseptif dan pengalaman dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar. Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimation dan acuity dalam mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata, kemudian menerjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman. Menyimak aktif bukanlah sekedar menerjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasi arti dengan suara bahasa yang disampaikan. Fungsi menyimak pada anak menurut Bromley (1991) sebagai berikut. (1) memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasikan dan menikmati lingkungan sekitar mereka, (2) membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhannya untuk bersosialisasi,(3) mengubah dan mengontrol prilaku maupun sikap pembicara dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan yang diterima, (4) membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan mendapatkan pengetahuan baru, (5) memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain, (6) membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir dan memperhatikan orang lain. Menurut Anderson (1972:69) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Kemudian dipertegas kembali oleh Tarigan (1990:25) bahwa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui bahasa lisan. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Penting sekali ketrampilan menyimak anak dilatih sejak dini karena menyimak berfungsi sebagai berikut. (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang ketrampilan berbicara, membaca dan menulis, (3) penunjang komunikasi lisan ,(4) penambah informasi atau pengetahuan. Sedangkan tujuan menyimak yaitu: (1) untuk belajar, (2) untuk mengapresiasi, (3) untuk menghibur diri, (4) untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Perkembangan berbahasa terutama dalam tahap menyimak pada anak kelompok B di TK Dharma Kumara Sunantaya dapat meningkat, digunakanlah permainan bisik berantai. Permainan ini akan melatih konsentrasi, pendengaran dan pengucapan kata si anak dengan baik. Permainan ini diperlukanlah suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran Cooperative Script. Model pembelajaran Cooperative Script sangat tepat diterapkan disini, karena dapat melatih anak untuk bekerjasama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Anak dapat berkomunikasi antar kelompok sehingga anak juga melatih sosial emosional anak. Dalam pelaksanaan permainan bisik berantai ini anak mendapat pengalaman saat membisikkan kepada teman pertama dan dilanjutkan kepada teman kedua berikutnya sampai terakhir mengucapkan dengan keras sesuai pesan yang diterima, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak, sebab bermain bisik berantai dapat melibatkan kemampuan
mendengar, menyimak, berbicara sesuai dengan kemampuan berbahasa anak yang dimiliki. Anak akan merasa tetap nyaman dan menyenangkan dalam mengikuti pelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal. Penyebab rendahnya hasil belajar, setelah ditelusuri lebih jauh dalam aspek bahasa antara lain : (1) kurang menariknya guru dalam menyampaikan suatu pesan dalam aspek bahasa sehingga anak begitu bosan dan anak kurang dapat menyimak pembicaraan, (2) media yang digunakan kurang bervariasi. Karena penyebab inilah sehingga hanya 58,25% dari 6 orang anak kelompok B TK Dharma Kumara Sunantaya pada tahun pelajaran 2011/2012 tingkat pencapaian dalam perkembangan bahasa tidak sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Perkembangan bahasa anak agar dapat ditingkatkan maka penulis melaksanakan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Cooperatif Script dengan melalui permainan bisik berantai. Melalui permainan bisik berantai anak dapat meningkatkan perkembangan berbahasa terutama dalam hal mendengar, menyimak dan berbicara. Penulis mengangkat judul ini karena dari penelitian sangat jarang guru PAUD menggunakan permainan ini karena kurangnya wawasan yang dimilikinya. Guru hanya berpatokan dengan majalah yang tersedia untuk pembelajaran bahasa. Sehingga timbul kebosanan bagi anak didik. Penulis mengambil judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Melalui Permainan Bisik Berantai Untuk Meningkatkan Perkembangan Berbahasa Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Kumara Sunantaya Tabanan. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada minggu kedua bulan Februari sampai minggu kedua bulan April tahun 2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Dharma Kumara Sunantaya,Tabanan dalam kegiatan pembelajaran. Subjek
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) penelitian ini adalah anak TK kelompok B semester II di TK Dharma Kumara Sunantaya, Tabanan. Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 10 orang dengan 7 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan berbahasa anak TK Dharma Kumara Sunantaya, Tabanan pada semester II dalam kegiatan pembelajaran bisik berantai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan guru dalam mengajar dan ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta untuk memperbaiki pengajaran di kelas (Arnyana, 2009). Agung (2010:2) menyatakan “ PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek praktek pembelajaran di kelas secara lebih propesional”. Dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam proses siklus. Siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus menjadi praktisi (yang memberikan tindakan) dan berkolaborasi dengan guru. Masing-masing tahapan dapat dijelaskan sebagai berikut. Siklus I dilaksanakan selama selama tiga kali pertemuan dan pada akhir pembelajaran langsung mengobservasi/mengevaluasi hasil belajar dan memberikan penilaian perkembangan bahasa anak. Tema yang digunakan pada siklus I adalah tema binatang. Rencana adalah tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki meningkatkan atau melakukan perubahan perkembangan bahasa anak
sebagai solusi. Berdasarkan hasil refleksi awal, dapat dirumuskan beberapa hal yang perlu direncanakan dalam penelitian ini sebagai berikut : menyusun rencana program pengajaran untuk satu semester (RKS) dalam perkembangan bahasa anak melalui permainan bisik berantai, menyusun program pengajaran mingguan (RKM), menyusun program harian (RKH)., mempersiapkan program yang akan diberikan guru kepada anak, menyiapkan format Penilaian, menentukan jadwal kegiatan. Tindakan adalah apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan.Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan sebagai berikut. Pertemuan 1, kegiatan awal melompat meniru gerakan kodok, sedangkan kegiatan inti membahas tentang jenis-jenis binatang beranak dan bertelur melalui permainan bisik berantai dengan menirukan kalimat sederhana “ayamku bertelur”, “anjingku beranak”. Kegiatan akhir menyanyikan lagu kodok ngorek. Pertemuan 2, kegiatan awal pemanasan sebelum mengikuti permainan bisik berantai. Dalam permainan berikutnya anak diajak membisikkan macam-macam binatang berkaki dua. Akhir kegiatan anak diajak menyanyikan lagu kuku kuku ruyuk. Pertemuan 3, kegiatan awal menirukan gerakan kupu-kupu yang sedang terbang. Kegiatan inti mengajak anak untuk bermain bisik berantai dengan membisikkan urutan metamorfosis kupukupu. Kegiatan akhir menyanyikan lagu kupu-kupu yang lucu. Evaluasi/ Observasi, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati guru dan anak dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi meliputi mengobservasi guru dalam mengajar di kelas atau di luar kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menutup pelajaran, dan mengobservasi anak dalam proses bermain. Refleks, tahap refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi maka dapat dilakukan perbaikan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mengkaji hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan pada siklus selanjutnya. Observasi/Evaluasi Siklus II Hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan observasi pada siklus II sama dengan observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I. Refleksi Siklus II, dalam tahap ini dilakukan refleksi secara keseluruhan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus II, menganalisa dan membuat kesimpulan serta rekomendasi terhadap pelaksanaan model pembelajaran Cooperative script melalui permainan bisik berantai untuk meningkatkan perkembangan berbahasa. Berdasarkan penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu Model Pembelajaran Cooverative Script dan permainan bisik berantai, variabel terikatnya yaitu untuk perkembangan berbahasa. Definisi dari masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Model Pembelajaran Cooperative Script, model pembelajaran Cooperative Script adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan ilmu yang tepat melalui hubungan dengan anak pada saat berlangsungnya pembelajaran sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal dengan kompetensi yang ditetapkan melalui aktivitas dan kerjasama antar kelompok sehingga anak merasa senang melalui aktivitas bersama-sama dengan temanteman dan gurunya. Model Pembelajaran Cooperative Script melalui permainan bisik berantai dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa terutama dalam menyimak, menumbuhkan kepercayaan diri anak, mengembangkan kerjasama dan menumbuhkan kreatifitas anak. Permainan bisik berantai merupakan metode pengajaran untuk melatih perkembangan berbahasa anak terutama melatih anak dalam menyimak suatu kalimat sederhana. Perkembangan bahasa pada anak usia dini masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Anak-anak di Taman Kanak-kanak dilatih untuk menyimak, mengulang kembali kalimat yang telah diucapkan oleh guru atau teman melalui suatu permainan sehingga perkembangan berbahasa anak menjadi lebih baik. Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini hanya menggunakan satu metode observasi. “Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:68). Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Metode Analisis Statistik Deskriptif. Buku metodologi penelitian menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010:76) menyatakan bahwa: Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekwensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.Penerapan dalam metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: (1) tabel distribusi frekuensi, (2) menghitung angka rata-rata (mean), (3) menghitung median,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) (4) menghitung modus, (5) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Pengantar metodologi penelitian dinyatakan bahwa “ Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan
umum “ ( Agung, 2011:67).Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan berbahasa anak Taman Kanak-kanak dengan model pembelajaran Cooperative script melalui permainan bisik berantai yang dikonversikan ke dalam Penelitian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima Tentang Perkembangan Berbahasa Anak Persentase 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Kreteria Kemampuan Kreativitas Sangat Tinggi Tinggi sedang Rendah Sangat Rendah
Sumber: Agung (2012:16) Adapun Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan perkembangan berbahasa anak kelompok B di TK Dharma Kumara Sunantaya, Tabanan. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat perkembangan bahasa berada pada rentangan 80-89 dengan kreteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa melalui permainan bisik berantai untuk meningkatkan perkembangan berbahasa anak berjalan efektif dan efisien. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Dharma Kumara Sunantaya dengan jumlah siswa 10 orang, 6 siswa perempuan 4 siswa lakilaki. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi
penilaian setelah melakukan pembelajaran, sedangkan pada siklus II terdiri tiga kali pertemuan yaitu tiga kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran. Siklus I dan siklus II, pertemuan satu sampai tiga menerapkan RKH, dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap perkembangan berbahasa dalam tahap menyimak dan mengucapkan kembali apa yang di dengar melalui permainan bisik berantai. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan model-model yang diterapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari pertengahan bulan Pebruari sampai pertengahan bulan April 2014. Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dari pertemuan pertama sampai pertemuan akhir sesuai dengan langkah-langkah penelitian tindakan ini pada bab III dan pada akhir pembelajaran langsung mengevaluasi hasil belajar dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) memberikan penilaian perkembangan bahasa anak kelompok B yang berjumlah 10 orang. Dari tabel distribusi frekuensi hasil belajar Kemampuan Berbahasa pada Siklus I dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut :
mengatasi kendala-kendala diatas adalah mensosialisasikan kembali permainan bisik berantai dikalangan anak-anak untuk meningkatkan perkembangan berbahasa terutama dalam menyimak suatu bahasa, dalam permainan bisik berantai dapat disertakan dengan alat peraga seperti telepon-teleponan yang terbuat dari kaleng bekas dan gambar-gambar yang menarik sehingga anak-anak menjadi tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari tabel distribusi frekuensi tingkat pencapaian perkembangan Berbahasa pada Siklus II dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut .
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I Berdasarkan perhitungan dari Grafik Polygon di atas terlihat Me=Mo<M (8,00 = 8,00< 9,30) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data tingkat pencapaian perkembangan berbahasa pada siklus I merupakan kurva juling positif, yang berarti skor-skor tersebut cenderung rendah. Hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kreteria sedang, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: anak masih terlihat bingung dalam penerapan permainan bisik berantai ini, anak kurang berkonsentrasi dalam menyimak bisikan dari temannya, tidak adanya alat peraga yang digunakan dalam permainan ini sehingga kurang adanya ketertarikan anak dalam setiap kegiatan. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Berdasarkan perhitungan dari Grafik Polygon di atas terlihat Mo > Me > M ( 12,00 > 11,00 > 10,60 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data tingkat pencapaian perkembangan berbahasa pada Siklus II merupakan kurva juling negatif, yang berarti bahwa skor-skor tersebut cenderung tinggi. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) siklus II adalah sebagai berikut : anak yang awalnya dalam menyimak suatu bahasa kurang dalam proses pembelajaran ini menjadi baik, peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan pada saat kegiatan, secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Secara umum proses pembelajaran melalui permainan bisik berantai untuk meningkatkan perkembangan berbahasa anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan yang harus dimiliki anak, yang terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi unit suara, unit arti, tata bahasa, variasi arti, penggunaan bahasa (Santrock, 1995). Perkembangan berbahasa anak meliputi perkembangan berbicara, menulis, membaca, dan menyimak. Begitu pentingnya bahasa terutama dalam hal menyimak maka peneliti meneliti perkembangan bahasa di TK Dharma Kumara Sunantaya, Tabanan. Hasil dari observasi sebelumnya pencapaian perkembangan bahasa hanya mencapai 58,25% berada pada tingkat rendah, yang disebabkan oleh kurang menariknya guru dalam menyampaikan materi dan media yang digunakan juga kurang bervariasi dan kurang menarik, sehingga anak-anak cepat bosan. Perkembangan bahasa anak terutama dalam menyimak perlu ditingkatkan karena menyimak merupakan tahap perkembangan bahasa yang pertama perlu dikuasai. Bromly (1991) mengemukakan bahwa
proses menyimak aktif bukanlah sekedar menerjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasi arti dengan suara bahasa yang disampaikan. Maka dari itu untuk meningkatkan perkembangan berbahasa anak terutama dalam ketrampilan menyimak bahasa digunakanlah model pembelajaran Cooperative Script melalui permainan bisik berantai. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Script melalui permainan bisik berantai untuk meningkatkan perkembangan berbahasa melalui 2 siklus. Pada siklus I tema yang diambil yaitu tema tanaman, perolehan rata-rata pada siklus I yaitu sebesar 77,50% yang berada pada kriteria sedang. Pada siklus II menggunakan tema binatang dengan menggunakan media yang menarik seperti menggunakan telpontelponan dan gambar-gambar yang menarik, sehingga perolehan rata-rata pada siklus II sebesar 88,33% yang berada pada kriteria cenderung tinggi. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 10,83%. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan permainan bisik berantai untuk meningkatkan perkembangan berbahasa anak sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan metode ini dengan dilengkapi dengan media-media yang menarik sehingga dapat meningkatkan perkembangan berbahasa anak.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan perkembangan bahasa setelah menggunakan permainan bisik berantai sebesar 10,83% pada anak kelompok B semester II TK Dharma Kumara Sunantaya, Kabupaten Tabanan. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak pada siklus I sebesar 77,50% menjadi sebesar 88,33% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha. -------. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Anderson , O.W. dan Kautnik 1972. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman. Inc. Arnyana, I B P. 2007. Buku dasar metodologi Denpasar: Bagian Fakultas Kedokteran Udayana.
ajar dasarpenelitian. Ilmu Faal Universitas