e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DI TK GIRIPUTRA II ANGSERI TABANAN Desak Nyoman Ari Astuti1, I Nyoman Jampel2, I Nyoman Wirya, 3 1,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B semester II di TK Giri Putra II Angseri Tabanan tahun pelajaran 2013/2014 setelah diterapkan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah 16 orang anak, 9 laki-laki dan 7 perempuan pada kelompok B semester II di TK Giri Putra II Angseri Tabanan tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi dan instrument berupa lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuatitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapakan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar pada siklus I sebesar 55,50% yang tergolong pada kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,38% yang tergolong pada kriteria tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dari siklus I ke siklus II sebesar 28,88%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Kata kunci: model Number Head Together, kemampuan kognitif, media kartu gambar.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Abstract This study aimed to determine the improvement of cognitive ability to the children in group B the second semester in Giri Putra II Angseri kindergarten of the 2013/2014 school year after application of the model number head together aided the media card image. This type of studyis classroomaction research was conductedin two cycles. Subjek in this study were 16 children, 9 men and 7 women in group B in the second semester of kindergarten son Giri Putra II Angseri Tabanan academic year 2013/2014. Research data on cognitive abilities in identying insignia numbers collected by observasi method and instruments such as observation sheets. Data analized using descriptive statistical analysis and quantitative analysis method. Results of the analysis showed that there was an increase in cognitive ability after application of the model Number Head Together picture card media aided the first cycle of 55,50% which was in the low category, and had increased in the second cycle to be 84,38% with a high criteria. So an increase in cognitive ability in identifying insignia numbers from the firs cycle to the second cycle at 28%. Based on the results of these studies concluded that the application of the model Number Head Together aided drawing card media can improve the cognitive ability of children to recognize numbers emblem. Keywords: Model Number Head Together, cognitive abilities, the media card image.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan suatu bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendididikan anak usia dini sampai jenjang pendidikan menengah maupun tinggi. Pendidikan wajib diberikan kepada setiap anak dari sejak dini, karena pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Seperti yang tercantum dalam undangundang No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembanga jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-kanak untuk
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai dengan enam tahun dengan berbagai jenis pelayanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah membantu anak usia dini untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak baik psikis maupun fisik yang meliputi lima aspek perkembangan anak usia dini yaitu: nilainilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdassan jamak (multiple intelegensi) dan kecerdasan spiritual (Suparya:2012). Setiap anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2008:1.4-1.9) “karakteristik
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) anak usia dini antara lain: memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sifat egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, dan sebagai bagian dari makhluk sosial”. Selain karakter-karakter yang muncul pada tahapan tersebut masih banyak lagi karakter yang muncul pada tahapan perkembangan anak di usia dini. Seperti halnya pada anak Tk Giri Putra II Angseri yang jumlahnya 16 orang, 9 siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan, dimana setiap anak ini memiliki karakter dan kemampuan disetiap aspek perkembangannya yang berbeda-beda. Ada satu hal yang menjadi pusat perhatian yaitu menyangkut pada aspek perkembangan kognitif. Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Menurut Bloom (dalam http://abazariant.blogspot.com/) menyatakan bahwa “segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif, ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi”. Perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Gunarti, 2010:1.38): perkembangan kognitif dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: tahap Sensori-Motoris dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensorimotoris yang amat jelas, tahap Praoperasional berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dipengaruhi unsur perasaan, kecenderungan alamiah, dan anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, tahap Operasional Kongkrit berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya, dan tahap Operasional Formal dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaanya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan ditemukan bahwa kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan pada kelompok B di TK giri putra II Angseri masih rendah. Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh diketahui bahwa hal tersebut diakibatkan guru yang tidak mengajarkan lambang bilangan dengan baik. Penggunaan media yang kurang menarik dan penerapan metode yang kurang tepat sehingga anak menjadi cepat bosan. Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Number Head Together Berbantuan Media Kartu Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Giri Putra II Angseri Tabanan. Hal yang perlu diingat bahwa mengenalkan lambang bilangan pada anak usia dini adalah merupakan proses yang berjalan dengan perlahan-lahan yaitu dimulai dengan mengenalkan benda dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak. Dalam proses pembelajaran pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh bagimana proses pembelajaran inti dapat berlangsung dengan efektif. Menurut Trianto (2010:10) “pembelajaran adalah merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya” menurut Suprihatiningrum (2013:107) yang menyatakan bahwa “pembelajaran adalah sebuah interaksi antara guru dan siswa mengenai materi yang terjadi dikelas maupun diluar kelas”. Jadi komponen terpenting dalam pembelajaran adalah guru dan siswa.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Dalam proses pembelajaran anak usia dini lebih menekankan kepada proses pembelajaran bermain sambil belajar, karena melalui kegiatan bermain anak dapat memperoleh pengalaman belajar dengan sendirinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran anakl usia dini diperlukan media yang tepat untuk menyampaikan pesan secara efektif dan efisien agar mudah dimengerti pesan yang ingin disampaikan. Pujiati (2003:2) menyatakan bahwa “media sebagai alat peraga yang akan berfungsi dengan baik apabial dapat memberikan pengalaman yang bermakana dan menyenangkan bagi anak”. Menurut Gagne (dalam Sujiono, 2007:8.4) “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar”. Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan adalah media kartu gambar. Media gambar menurut Hamalik (dalam Penayuni, 2012:19) mendefinisikan bahwa, “media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, strip, opaque proyektor”. Namun demikian media kartu gambar juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Dhieni (2007:11.17-11.18): kelebihan media kartu gambar, yaitu: gambar bersifat konkret, nyata terlihat, gambar mampu mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan daya indera manusia, gambar dapat digunakan menjelaskan sesuatu masalah, baik masalah yang bersifat konkret ataupun abstrak, gambar merupakan media yang mudah didapat dan murah (bernilai ekonomis), dan gambar juga mudah digunakan, baik secara individual, kelompok, klasikal, seluruh kelas atau sekolah. Sedangkan kekurangan kartu gambar, yaitu: terlalu menekankan pada persepsi mata (20% penyerapan informasi melalui audio/pendengaran, 80% melalui media audio visual), dan kelas akan penuh dengan gambar jika terlalu sering menggunakan gambar.
Agar media berfungsi dengan baik harus di imbangi dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Menurut Mulyani (dalam Suprihatiningrum, 2013:142) “model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di depan kelas (seperti alur yang diikutinya)”. Menurut Rahayu ( dalam http://ini webhamda.wordnpress.com/) “Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas”. Ibrahim (2000:28) mengemukakan bahwa: ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Ciri-Ciri Model Number Head Together Menurut Apriliani (2012:23): “adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe Number heads Together (NHT), yaitu: kelompok Heterogen, setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan berpikir bersama (Heads Together)”. Menurut Kagan (dalam http://iniwebhamdan.wordpress.com/) “model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Number Head together secara tidak langsung dapat melatih anak untuk bertukar pikiran dan bekerja sama di dalam kelompok.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kelebihan dan Kelemahan Model Number Head Together Menurut Apriliani (2012:27): kelebihan model Number Head Together, yaitu: setiap anak menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi mengajar anak yang kurang pandai, dan dapat bertukar pikiran dengan anak yang lain. Kelemahan tipe Numbered heads Together (NHT), yaitu: tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, dan kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapatmengkondisikan dengan baik,keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali. Dengan model pembelajaran Number Head Together anak diberikan kesempatan untuk mengalami sediri atau melakukan sediri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, membuktikan dan menarik kesimpulan sediri tentang suatu objek dalam proses pembelajaran.
Dalam PTK ini mengacu pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis dan McTaggart (dalam Penayuni, 2012:24). Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus, dan dua siklus tersebut dapat digambarkan dalam model seperti gambar berikut. Kajian teoritik
Refleksi
rencana
Siklus I pelaksan aana
Observasi/evaluasi
revisi rencana tindakantindakan
Metode Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Maret sampai April tahun 2014. Penelitian tindakan kelas ini di lakukan pada anak kelompok B di TK Giri Putra II Angseri dalam kegiatan pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah 16 orang anak kelompok B di TK giri putra II Angseri, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 9 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilngan anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Giri Putra II Angseri Tabnan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) bahwa “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam proses siklus. Siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Refleksi
Siklus II
pelaksanaan
Observasi/ evaluasi
Refleksi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan alat pengumpulan datanya yaitu denganmenggunakan lembar observasi. Menurut Agung (2010:68) menyatakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variable
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis
deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan setelah diterapkan model pembelajaran Number Head together berbantuan media kartu gambar, yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkat Kemampuan Kreativitas Persentase (%)
Kriteria Kemampuan Kreativitas
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sumber:Agung(2010:12)
Hasil dan Pembahasan Data hasil pengembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada siklus I disajikan pada gambar 1.
6 5 4 3 2 1 0 6
7
8
9
10
11
12
13
M= 8,88 Me,Mo=9,00 Gambar 1. Hasil kognitif siklus I
pengembangan
Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, M, Me dimana Mo =Me >M (9,00=9,00> 8,88), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data data perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak Kelompok B di TK Giri Putra II Angseri Tabanan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan kelas siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan perkembangan kognitif anak dengan memanfaatkan media kartu gambar pada anak kelompok B berada pada kategori rendah. Dari nilai M (%) = 55,50% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 55 - 64 % yang berarti bahwa perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan berada pada kriteria rendah. Hasil perkembangan kognitif anak kelompok B dengan memanfaatkan media kartu gambar perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti pada saat dilaksanakan penerapan siklus I antara lain: Anak masih terlihat bingung dengan alat peraga yang digunakan, karena anak belum terbiasa belajar menggunakan alat peraga kartu gambar, serta ada beberapa anak yang tidak merespon kegiatan pembelajaran saat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) proses pembelajaran berlangsung. Beberapa anak tidak menyukai alat peraga seperti kartu gambar, karena gambar yang digunakan tidak berwarna dan ukurannya kecil. Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas sebagai berikut: Mensosialisasikan kembali alat peraga dengan kegiatan anak diajak bermain mencari kartu gambar agar tersusun menjadi lambang bilangan, dengan kegiatan pembelajaran seperti itu sehingga pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran yang menggunakan media kartu gambar. Membuat kartu gambar yang lebih menarik bagi anak dengan membuat kartu yang ukurannya lebih besar dari sebelumnya dan memberi warna pada setiap gambarnya. Data hasil pengembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada siklus II disajikan pada gambar 2. 6 5 4 3 2 1 0 10
11
12
M=13,50
13
14
15
16
17
Me,Mo=14
Gambar 2. Hasil pengembangan kognitif Siklus II Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, M, Me dimana Mo=Me>M (14=14>13,50), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data data perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak Kelompok B di TK Giri Putra II Angseri Tabanan pada siklus I merupakan kurva juling positif.
Melalui perbaikan proses pembelajaran pada pelaksanaan siklus II dan berdasarkan hasil refleksi siklus II, telah nampak adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang diperoleh adanya perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B. Dari nilai M(%)=84,38 % yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 80 - 89 % yang berarti bahwa perkembangan dalam mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B di TK Giri Putra II Angseri Tabanan pada siklus II berada pada Kriteriai tinggi. Hasil kemajuan peningkatan perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan kognitif dapat diperoleh selama pelaksanaan siklus II sebagai berikut: Anak yang awalnya kemampuan kognitifnya dalam mengenal lambang bilangan kurang dalam proses pembelajaran menjadi baik karena media yang digunakan ukurannya lebih besar dan berwarna, sehingga anak menjadi tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan pada saat kegiatan. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan yang diharapkan dapat tercapai. Secara umum pelaksanaan kegiatan dengan penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) perkembangan dari siklus I ke siklus II sebesar 28,88%, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari masing-masing pertemuan pada tiap siklus, kemampuan kognitif anak
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) kelompok B TK Giri Putra II Angseri cenderung mengalami peningkatan. Dilihat dari teori Piaget (2008) menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional, pada tahap ini anak belajar menggunakan simbol-simbol seperti gambar dan benda konkret. Anak mulai mampu menerangkan dunia melalui katakata dan gambar. Setelah penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar pada anak kelompok B TK Giri Putra II Angseri terlihat adanya peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan dari siklus I ke siklus II yaitu dalam hal menunjuk lambang bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 120 dengan benda-benda, menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20 dan membilang (mengenal lambang bilangan dengan benda-benda) sampai 20 sudah baik. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wirahmat (2012) dalam implementasi model Number Head Together dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II. Begitupula halya dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2013) dalam implementasi model Number Head Together dalam upaya peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan yang hasilnya juga menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Pada saat penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar dengan tema tanaman yang membahas tentang jenis-jenis tanaman (tanaman buah). Pada saat proses pembelajaran anak ditunjukkan kartu gambar yang berisi gambar berbagai macam jenis buah pada setiap kartu gambarnya, kemudian anak disuruh menghitung jumlah buah yang ada pada setiap kartu gambar. Dari kegiatan tersebut
dapat dilihat kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan mulai meningkat dari tidak mampu menjadi mampu mencapai hasil yang baik sesuai dengan indikator yang diterapkan dalam RKH yang dirancang pada saat penelitian. Terjadinya peningkatan perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada siswa saat penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar disebabkan karena ketertarikan siswa pada proses pembelajaran, kegiatan dan media pembelajaran yang diberikan guru serta reaward yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Maka dari itu sebaiknya para guru lebih kreatif dan inovatif menciptakan berbagai media yang menarik dan melibatkan seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui komunikasi dan berdiskusi dengan suasana bermain yang menyenangkan bagi siswa guna meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif siswa dalam mengenal lambang bilangan dengan optimal. KESIMPULAN DAN SARAN penerapan model Number Head Together berbantuan media kartu gambar ternyata mampu meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B semester II di TK Giri Putra II Angseri Tabanan. Hal ini dilihat dari peningkatan perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak didik dari peningkatan rata-rata siklus I sebesar 55,50% yang berada pada kriteria rendah, dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 84,38% yang berada pada kriteria tinggi. Ini berarti perkembangan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 28,88%. Jadi berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena adanya peningkatan dari siklus I pada katagori rendah menjadi tinggi pada siklus II.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Kepada siswa, disarankan untuk dapat termotivasi dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya melalui permainan kartu gambar. Kepada guru, disarankan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan dalam membuat media kartu gambar yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian berikutnya. Daftar Rujukan Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha. -------, 2010. Evaluasi Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha. Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Anonim, 2012. Pengertian Number Head Together. Tersedia pada http://iniwebhamdan.wordpress.com/ . (diaksestanggal 05 Oktober 2013). Apriliani, Ni Wayan. 2013. Penerapan Model Number Head Together dengan Media Dadu untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan pada Anak TK A Semester I TahunPelajaran 2012/2013 di TK Saraswati I Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: FIP Undiksha.
Ariant, Abaz. 2012. Definisi Kognitif Afektif dan Psikomotor. Tersedia padahttp://abazariant.blogspot.com/ (diakses tanggal 10 oktober 2013). Dhieni,
Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Press. Penayuni, Ni Made. 2012. Proposal Penelitian Penerapan Metode Bercerita Melalui Kemampuan Berbahasa Anak Pada Kelompok B Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 di TK Kumara Stana Gitgit. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jendral Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah Diretorat Pembina TK dan SD. Pratisti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Pujiati, 2003. Bahan Ajar Matematika SD: Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajran Matematika SD. Jakarta. Direktorat Tenaga Kependidikan. Sujiono, Yuliani, dkk. 2007. Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka.
Metode Jakarta:
Suparya, Ketut. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Bahan Ajar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Surabaya: Bumi Aksara.