e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PROYEK MELALUI KEGIATAN 3M UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK KELOMPOK A TK NEGERI PEMBINA Ida Arsani Dewi1, Ni Ketut Suarni2, Mutiara Magta3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
e-mail:
[email protected],,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak melalui penerapan metode proyek melalui kegiatan 3M pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 TK Negeri Pembina Singaraja. Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anak TK kelompok A yang berjumlah 16 orang anak. Data penelitian diperoleh melalui metode observasi dan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode proyek melalui kegiatan 3M dapat meningkatkan kreativitas anak TK kelompok A. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata persentase kreativitas kegiatan 3M pada siklus I sebesar 75,50% yang berada pada kategori sedang dan mengalami peningkatan sebesar 13,14% pada siklus II menjadi 85,42% yang berada pada kategori tinggi. Jadi penerapan metode proyek melalui kegiatan 3M dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 TK Negeri Pembina Singaraja. Kata-kata kunci: metode proyek, kegiatan 3M, kreativitas. Abstract This study aims to determine the increase in creativity through the implementation of the project through the 3M method on children in group A the second semester of the academic year 2014/2015 Pembina State TK Singaraja. This type of research is classroom action research (PTK) carried out two cycles. The subjects were children in group A the second semester of the academic year 2014/2015 TK Pembina State Singaraja numbering 16 children. Data on 3M's creative activity collected by observation method. Data that has been observed analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results showed that the implementation of the project through the 3M method can enhance the creativity of children in group A Pembina State Singaraja kindergarten school year 2014/2015. It can be seen an increase in the average percentage of creativity 3M activity in the first cycle of 75.50%, which is in the moderate category and an increase of 13.14% in the second cycle be 85.42% which is at the high category. So the application of the the project through the 3M method aided can increase the project through the 3M method of children in group A, the second semester of the academic year 2014/2015 TK Negeri Pembina Singaraja. Key words: method of projects, activities 3M, creativity
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENDAHULUAN Taman kanak–kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani, dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Sebagaimana terdapat dalam Garis–Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak (GBPKBTK, 1994) bahwa taman kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah (Rachmawati, 2011:1). Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak–kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Disamping itu pula, beberapa hal yang perlu diingat adalah Taman kanak–kanak merupakan pendidikan jalur formal yang menyediakan program persiapan memasuki pendidikan dasar. Pendidikan Taman kanak–kanak bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Dengan demikian pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi–fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Anak memiliki karakter antara lain ingin bermain, suka bergerak, ingin tahu, ingin mencoba, dan ingin meniru. (Santoso, dkk. 2007: 15). Dalam Permendiknas 58 Tahun 2009 disebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaraan, yaitu mampu memciptakan suasana yang aman, nyaman, bersih, dan menarik, sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan pengembangan mental serta kebutuhan dan kepentingan terbaik anak, memperhatikan perbedaan bakat, minat dan kemampuan masingmasing anak, pemebelajaran dilaksanakan melalui bermain, memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan, pembelajaran berpusat pada anak dan dilaksanakan secara inspiratif, menyenangkan, serta mendorong kemandirian dan kreativitas anak. Berkenaan dengan pengembangan kreativitas di sekolah, kurikulum berbasis kompetensi menegaskan bahwa siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Akibatnya kegiatan belajar mengajar selalu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas anak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari bermain bagi perkembangan kreativitas anak, perkembangan kreativitas anak harus disediakan situasi dan kondisinya karena tanpa bantuan lingkungan anak didik tidak akan dapat berkembang secara seimbang diantaranya anak akan banyak menguasai berbagai konsep dasar,anak dapat mengembangkan kreativitasnya, memberikan pengalaman untuk bereksplorasi, dan dapat memberi kepuasaan kepada anak untuk menciptakan sesuatu. Salah satu bentuk tempat bermain sambil belajar yang dapat mengembangkan kreativitas anak ini adalah 3M (Mewarnai, Menggunting, dan Menempel). Kegiatan 3M merupakan kegiatan yang mengarah pada kreativitas,maka dengan demikian kegiatan 3M dapat mengembangkan kreativitas anak. Dalam Kegiatan 3M,walaupun dianggap media belajar yang murah,praktis,dan mudah untuk dibuat, namun kegiatan 3M ini diyakini dapat menarik perhatian anak, asalkan guru atau orang tua dapat menyajikannya dengan baik dan tepat. Ada berbagai macam metode yang cocok diterapkan di Taman Kanak
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
kanak,seperti bermain, pemberian tugas, bercerita, sosiodrama, bercakap-cakap, tanya jawab, karya wisata, demonstrasi, eksperimen, dan proyek. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode proyek. Menurut Moeslichatoen (1999:81) menyebutkan bahwa “metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok”. John Dewey tentang “learning by doing” dikembangkan oleh William H. Kilpatrich dalam metode proyek adalah salah satu cara pemecahan masalah yang diterapkan secara luas dalam setiap pemecahan masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari (Bossing dalam Pamadhi,1952:65). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa, metode proyek merupakan strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan melakukan kerjasama dengan anak lain, masingmasing melakukan bagian pekerjaanya secara individual atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang menjadi milik bersama. Menurut Moeslischatoen (2010:142) manfaat dari penggunaan metode proyek, dimana metode proyek dapat diterapkan Anak memperoleh pemahaman yang utuh kerja sama dengan anak lain secara terpadu, anak memperoleh pengalaman belajar dalam pengembangan sikap positif dalam kegiatan bekerja dengan anak lain. Dengan demikian metode proyek dapat dipergunakan guru untuk melatih anak memecahkan persoalan sehari-hari dengan memuaskan. Metode proyek dapat membangkitkan kegiatan mental yang mendorong anak untuk dapat menghilagkan ketegangan atau keadaan yang menganggu dengan menggunakan caracara yang sudah dikuasai untuk diterapkan dalam situasi sekarang untuk menghilangkan ketegangan itu secara kreatif. Gunarti dan Suryani (2010:12.6) manfaat kegiatan pengembangan dengan metode proyek adalah menolong anak dalam memahami hubungan satu konsep dengan konsep yang lain serta membantu anak agar mengerti nilai-nilai yang berlaku
dilingkungan mereka. Tahap-tahap pelaksanaan metode proyek menurut Moeslichatoen (2004:145) ada 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Tahapan yang pertama adalah tahapan perancangan metode proyek ini harus disusun secara sistematis karena akan sangat mempengaruhi proses pelaksanaan pembelajaran agar berlangsung optimal. Maka langkah-langkah yang harus dibuat adalah Menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan menggunakan metode proyek, menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan proyek, menetapkan rancangan pengelompokan anak untuk melaksanakan kegiatan proyek, menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.Tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan atau pengembangan metode proyek. Pada tahapan ini banyak hal yang perlu dipersiapkan antara lain yaitu menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan selama proses pelaksanaan kegiatan poyek, menjelaskan tugas proyek, mengelompokan anak sesuai tugas masing-masing,kemudian melaksanakan proyeknya. Tahapan yang terakhir atau tahapan ke tiga ialah tahapan penilaian metode proyek. Penilaian merupakan bagian penting pada metode proyek, karena dengan adanya penilaian maka guru akan tahu sejauh mana ketercapaian kegiatan proyeknya, maka guru perlu melakukan evaluasi. Menurut Pamadhi (2008), “Kegiatan 3M adalah kegiatan mewarnai,menggunting dan menempel yang merupakan satu kegiatan,karena dari ketiga kegiatan ini hampir tidak bisa dipisahkan. Sukardi (2008:20) dijelaskan bahwa “Mewarnai merupakan kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kemampuan-kemampuan menggunakan alat serta melatih motorik halus anak”. Menurut Pamadhi (2008:7.5) menyebutkan bahwa, mewarnai merupakan hasil karya anak saat membubuhkan warna melalui berbagai media baik saat si anak sedang menggambar, atau meletakkan warna pada saat mengisi bidang-bidang
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
gambar yang harus diwarnai, kegiatan mewarnai ini akan mengajak kepada anak bagaimana mengarahkan kebiasaankebiasaan menuangkan warna yang mempunyai nilai-nilai pendidikan,ini dilakukan melalui memberi warna, memilih warna, dan menjajarkan warna untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna bagi perkembangan pendidikan anak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mewarnai merupakan satu kemampuan dalam mengkomunikasikan sesuatu dengan dunia luar melalui gambar dan warna serta menggambarkan isi hatinya melalui warna yang dituangkan. “Menggunting merupakan suatu kemampuan keterampilan sikap dan apresiatif, keterampilan ini diperoleh dari bagaimana anak menggunakan alat gunting untuk memotong kertas, memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong” (Sukardi;21). Menurut Pamadhi (2008;7.7) menyebutkan bahwa, “kegiatan menggunting merupakan suatu kegiatan menggunakan alat yang bertujuan melatih keterampilan anak melalui menggunting gambar dan melatih sikap anak terhadap yang ia lakukan dan tata cara yang harus dijalankan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan menggunting anak mendapatkan suatu pengalaman dalam berkarya dan memiliki rasa menghargai serta mampu memelihara karyanya sendiri. Kegiatan terakhir dari 3M adalah menempel. Setelah anak mampu melalui kegiatan mewarnai, kemudian menggunting, maka kegiatan menempel merupakan tahap yang dilakukan tersendiri. “Menempel merupakan kegiatan lanjutan dari menggunting. Menempel ini adalah finishing dari kegiatan 3M, karena apabila proses penempelan ini telah selesai dilakukan maka berakhirlah kegiatan 3M” (Pamadhi, 2008:7.29). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menempel merupakan tahap akhir dari kegiatan 3M yang mempunyai tujuan meningkatkan motorik halus anak karena dapat diukur dari hasil karya keterampilan kreativitas anak. Berbicara tentang bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan 3M Pamadhi (2011:7.11) menyebutkan bahwa, Bahan untuk kegiatan 3M sebagai berikut:
1) Lem kertas, dapat kita siapkan lem yang mudah digunakan oleh anak usia dini. Hal yang penting adalah diusahakan memilih lem yang tidak cepat kering karena apabila anak salah menempelkan,dapat dengan mudah dilepas lagi. 2) Pewarna, bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang tidak membahayakan bagi anak seperti: krayon pastel, pensil warna dan spidol, 3) kertas merupakan bahan pokok dari kegiatan ini, 4) gunting merupakan alat yang tidak bias digantikan dengan alat selain gunting itu sendiri, 5) penggaris, 6) pensil digunakan untuk membuat pola yang akan digunting, 7) spidol sebagai alat tambahan untuk pewarna. Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar yang inheren (telah ada) dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini, seperti yang dikemukakan oleh Munadar (Susanto, 2011:111), bahwa Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbagan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta). Berdasarkan analisis faktor, Guiford mengemukakan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yakni (a) kelancaran (fluency); (b) keluwesan (flexibility); (c) keaslian (originality); (d) penguraian (elaboration); (e) perumusan kembali (redefinition). Pertama, yang dimaksud dengan kelancaran (fluency) ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility), ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
masalah. Ketiga keaslian (originality), ialah kemampuan untuk memecahkan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise. Keempat,elaborasi atau penguraian (elaboration),ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan perinci, secara jelas dan panjang lebar. Kelima, perumusan kembali (redefinition) ialah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang. Conny Semiawan (dalam Susanto 2011:123), meninjau bahwa faktor pendorong kreativitas dari segi lingkungan sekolah. Ia mengemukakan bahwa kebebasan dan keamanan psikologis merupakan kondisi penting bagi perkembangan kreativitas. Anak merasa bebas secara psikologis, jika terpenuhi persyaratan berikut ini: (1) guru menerima siswa sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya anak baik dan mampu; (2) guru mengusahakan suasana agar siswa tidak merasa “dinilai” dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku siswa, dapat menempatkan diri dalam situasi siswa dan melihat dari sudut pandang siswa. Demikian juga Torrance dalam Susanto (Adhipura, 2011:126), menyatakan tentang hal-hal yang dapat membatasi kreativitas anak adalah: (1) usaha terlalu dini untuk mengenaliminasi fantasi; (2) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak; (3) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual; (4) terlalu banyak melarang; (5) takut dan malu; (6) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan (7) memberikan kritik yang bersifat deskrutif. Dari pemaparan diatas, kiranya dapat dimengerti tentang faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor potensi anak, guru, orang tua, serta lingkungan yang berhubungan dengan anak ini. Berbicara tentang kreativitas,tidak terlepas dari tahap perkembangan kreativitas anak. Pamadhi (2008:8.5) menyebutkan bahwa Proses kreativitas melalui kegiatan 3M sebagai
berikut: Menurut Pamadhi (2008:8.5) dijelaskan bahwa “mewarnai gambar melatih anak selain kemampuan motoriknya juga melatih keterampilan kreativitas, kerapian dan kesabaran”. Keterampilan didapatkan dari olah tangan yang berulangulang, sehingga semakin lama anak akan mampu mengendalikan, mengarahkan sehingga apa yang dihasilkan oleh tangan mereka sesuai dengan yang dikehendaki, Kerapian didapatkan dari bagaimana anak membubuhkan warna-warna di tempat yang telah ditentukan. Semakin lama anak akan semakin tepat dalam meletakkan warnanya, karena semakin terampil dalam menggerakkan media pewarnanya. Kesabaran dapat diperoleh dari bagaimana anak memilih, menentukan komposisinya agar tepat menurutnya, dan seberapa ia akan meletakkan warna-warna dalam mengomposisikan, “Menggunting akan melatih anak mencapai kemampuan keterampilan, sikap dan apresiatif” (Pamadhi: 8.7). Keterampilan didapatkan dari bagaimana si anak mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, memotong ditempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak. Dari kemampuan–kemampuan ini maka anak akan mendapatkan kemampuan keterampilan. Sikap anak didapatkan melalui suka atau tidak suka dengan hasil potongan yang telah ia lakukan untuk ditempatkan. Setelah ia potong sebelum dibubuhi lem ia coba pasang pas atau tidak, bagus atau tidak, salah atau benar. Dari beberapa hal yang telah ia lakukan tentu akan melatih sikap anak terhadap yang ia lakukan dan tata cara yang harus dijalankan. “Apresiatif didapatkan dari penanam sikap, keterampilan, pengalaman berkarya, pengetahuan dalam memadukan guntingan kertas, dan pewarnaan hasil karyanya. Maka ia akan memiliki rasa menghargai, menyayangi, dan memelihara paling tidak karya yang telah ia dapatkan atau karya temannya” (Pamadhi, 2001:7.13). Tahap akhir kegiatan 3M adalah menempel. Setelah anak mampu melalui kegiatanya mewarnai kemudian
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
menggunting, mereka anak menempel guntingan kertas yang telah ia warnai. Pada tahap ini memerlukan kemampuan tersendiri, karena kegiatan menempel bagi anak usia dini bukan hal yang mudah. Guru sebagai pendidik perlu membimbing dengan ikut melakukan penempelan, bahkan ikut memegangi tangan anak bagaimana menempel, agar tidak sampai lem mengenai bagian lain yang mengakibatkan rusak atau terjadi hal yang tidak diinginkan. Dalam pengembangan kreativitas anak pendidik perlu suatu proses pembelajaran yang agar mudah dan menyenangkan. Sehingga para pendidik perlu memanfaatkan sumber daya alam di daerah masing-masing. Kerja sama dengan instansi pemerintah, swasta dan industri yang terkait dengan program aktivitas anak TK perlu dibina secara intensif sehingga tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berdaya asing tinggi tercapai. Salah satu dari pengembangan kemampuan anak usia dini, yaitu khususnya kreativitas anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Negeri Pembina Singaraja masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya anak dan kelenturan jarijemari anak dalam melaksanakan kegiatan 3M dimana dari 16 orang anak 9 diantaranya mendapat nilai kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan setiap diberikan kegiatan 3M anak tidak mau melakukannya dan mereka asyik bermain sampai proses pembelajaran selesai. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka akan menghambat perkembangan kreativitas anak. Masalah tersebut harus segera diatasi. Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan mengadakan penelitian. Penelitian ini memilih penerapan metode proyek dan kegiatan 3M. Hal ini dilakukan karena dengan menerapkan metode proyek dan kegiatan 3M secara terstuktur sangat efektif dan efisien untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar anak. Keberhasilan banyak dipengaruhi oleh terciptanya suatu kondisi belajar yang menyenangkan serta keadaan ruang belajar yang menyenangkan, kondusif dan harmonis antar pendidik dan anak didik, dimana anak didik merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan perkembangan kreativitas anak setelah diterapkannya metode proyek dan kegiatan 3M pada anak kelompok A semester II tahun ajaran 2014/2015 di TK Negeri Pembina Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok A di TK Negeri Pembina Singaraja Kecamatan Buleleng. Subjek penelitian ini adalah siswa TK Negeri Pembina Singaraja Tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 16 orang, 6 orang anak perempuan dan 10 orang anak laki-laki. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat TK Negeri Pembina Singaraja pada kelompok A semester II tahun ajaran 2014/2015 ditemukan permasalahanpermasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas pada siswa TK Negeri Pembina Singaraja pada kelompok A semester II. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, pada akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan metode proyek melalui kegiatan 3M, demikian juga pada pelaksanaan siklus II. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-pratek pembelajaran dikelas secara lebih profesional”. Selain itu Suyanto (2007:1) menyatakan “PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari dilapangan atau dikelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
yang ada saat ini”. Pengumpulan data perkembangan kreativitas digunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses belajar mengajar berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut berupa lembar observasi. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung, 2011:61). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan kreativitas. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Agung (2010:70) menyatakan bahwa: “Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapan teknik dan rumusrumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean), menghitung median, menghitung modus, menyajikan data ke dalam grafik polygon.
M = 9,06 Me= 8,00 Mo = 8,00 Gambar
Berdasarkan perhitungan grafik polygon diatas terlihat Mo = Me < M (8,00 = 8,00 < 9,06), sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kreativitas anak pada siklus I merupakan kurva juling positif, dalam menentukan peningkatan kreativitas dihitung dengan membandingkan M% dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% = 75,50% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa peningkatan kreativitas anak kelompok A di TK Negeri Pembina Singaraja pada siklus I pada kriteria sedang. Data peningkatan kreativitas anak pada penelitian siklus I disajikan didalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data diolah didapatkan M sebesar 10,25, Me sebesar 10,00 dan Modus sebesar 12,00. Ketiga data tersebut disajikan kedalam grafik polygon yang digambarkan sebagai berikut dalam gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAAN Hasil Data peningkatan kreativitas anak pada penelitian siklus I disajikan didalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data diolah didapatkan M sebesar 9,06, Me sebesar 8,00 dan Modus sebesar 8,00. Ketiga data tersebut disajikan kedalam grafik polygon yang digambarkan sebagai berikut dalam gambar 1.
1. Data tentang peningkatan kreativitas anak siklus I
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
6
Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kreativitas kegiatan 3M anak masih berada kriteria sedang.maka dari itu, kreativitas dalam kegiatan 3M dan masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I anatar lain: Anak masih terlihat bingung dengan metode proyek yang diterapkan oleh peneliti, Beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, dan belum mengerti dengan kegiatan 3M, Banyak anak yang kurang terfokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah menjelaskan kembali metode proyek berbantuan media yang dipakai dalam kegiatan dengan cara menyampaikan cara kerja dari metode yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar anak lebih mengerti dalam kegiatan 3M tersebut melalui metode proyek didalam meningkatkan kreativitas yang diberikan dan dapat memunculkan kreasi-kreasi yang baru, sehingga dalam pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai berupa bintang. Setelah perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperhatikan melalui peningkatan kreativitas anak dalam kegiatan 3M yang diperoleh anak sebelumnya berada pada kriteria sedang pada siklus I meningkat menjadi kategori tinggi pada siklus II. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama siklus II adalah Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kegiatan 3M anak dapat tercapai walaupun peningkatannya sedang-sedang, Anak yang
Grafik Polygon Siklus II
5
Frekuensi
4 3 2 1 0
7
Gambar
8
9
10 Skor
11
12
2. Data tentang peningkatan kreativitas anak siklus II
Berdasarkan perhitungan grafik polygon diatas terlihat Mo<Me<M (10,25<10,00<12,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kreativitas anak pada siklus II merupakan kurva juling negatif, dalam menentukan peningkatan kreativitas dihitung dengan membandingkan M% dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% = 85,42% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa peningkatan kreativitas anak kelompok A di TK Negeri Pembina Singaraja pada siklus I pada kriteria Tinggi.Pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima (Agung, 2010:9) dapat dilihat seperti tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima tentang peningkatan kreativitas anak melalui kegiatan 3M. Simbul Nilai * ** *** ****
Makna Nilai
Skor
Belum Berkembang ( BB ) Mulai Berkembang ( MB ) Berkembang Sesuai Harapan ( BSH ) Berkembang Sangat Baik (BSB)
1 2 3 4
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
awalnya dalam mengikuti kegiatan 3M dalam kategori sedang dalam proses pembelajaran tinggi, dan peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang diberikan. Secara umum proses pembelajaran peningkatan kreativitas anak dalam kegiatan 3M sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase peningkatan kreativitas anak melalui kegiatan 3M pada siklus I sebesar 75,50% dan rata-rata peningkatan kreativitas anak pada siklus II sebesar 85,42% ini menunjukkan adanya siklus I ke siklus II sebesar 13,14%. Peningkatan kreativitas anak diakibatkan adanya penerapan metode proyek yang sangat efektif, melalui kegiatan 3M yang menarik yang dapat merangsang anak didik untuk melakukan kegiatan dengan senang. Hal ini membuat tercapainya tujuan keberhasilan dalam peningkatan kreativitas serta ruang gerak dan waktu yang seluas-luasnya kepada anak didik untuk mengaktualisasikan diri kemampuan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan banyak dipengaruhi oleh terciptanya suasana kondisi ruang belajar menyenangkan dimana anak didik merasa senang dan termotivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian ini berarti bahwa penerapan metode proyek melalui kegiatan 3M dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok A semester II tahun ajaran 2014/ 2015 di TK Negeri Pembina Singaraja.
Singaraja. Rata-rata persentase peningkatan kreativitas anak pada siklus I sebesar 75,50% berada pada kriteria sedang menjadi sebesar 85,42% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Saran Berdasarkan simpulan penelitian tersebut diatas, dapat dikemukakan beberapa saran, Kepada siswa disarankan, dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan guru untuk lebih kreatif, sehingga kemampuan yang diperoleh mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan perkembangan kemampuan anak, Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan, Kepada kepala sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak, Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha. -------.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode proyek melalui kegiatan 3M dapat meningkatkan kreativitas anak pada kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Negeri Pembina
Arikunto,dk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Bealy.
2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha
1998. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung: PT Rosdakarya.
e-Journal PG PAUD Unviversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Firdani, Lara, Wulan. 2008. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Universitas Terbuka. Pamadhi, Hajar. 2008. Materi Pokok Seni Keterampilan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Munsyi. 1987. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.
Milestones . 2011. Perkembangan Motorik. Jakarta: Erlangga. Hurlock E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Solo: Erlangga. Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Roestiyah N.K.1998. Teknik Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Resjoyo. 1992. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Erlangga. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Moeslichatoen R. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: