e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MERONCE UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B Ni KD Surya Warniti1, I Ketut Ardana2, M.G.Rini Kristiantari3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],Rini_
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus setelah diterapkannya metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce pada anak kelompok B semester II TK Tirta Kumara Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20 orang anak TK Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus anak dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus anak dengan diterapkannya metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce pada hasil penelitian siklus I sebesar 53,95 % yang berada pada kategori sangat rendah ternyata mengalami peningkatan pada penelitian siklus II menjadi 80,7 % yang berada pada kategori tinggi. Pada penelitian siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 26,75 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B Semester II TK Tirta Kumara Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Kata-kata kunci:
metode pemberian tugas, kegiatan meronce, perkembangan motorik halus.
Abstract This study aims to determine the improvement of fine motor development after the implementation method of assignment through meronce in children group B Tirta Kumara Payangan Kindergarten in the second semester of academic year 2013/2014. The design of this study is action research conducted in two cycles. The subjects were 20 children of Kindergarten Group B in the second semester of academic year 2013/2014. The research data of fine motor development were collected using observation method with the instrument such as form of observation sheets and interviews with the instrument. The data were analyzed using descriptive statistical analysis of quantitative techniques. The results of the data analysis showed that an increase in the development of fine motor with the implementation method of assignment through meronce on the results of the first cycle study 53.95% which is at a very low category then increase in second cycle study to 80.7% which is at higher category. In the research cycle I to cycle
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) II, an increase of 26,75%. It can be concluded that by applying the method of administration tasks through meronce activities can enhance fine motor development in children in group B Tirta Kumara Payangan Kindergarten in the second semester of academic year 2013/2014. Keywords : method of assignment, meronce activities, fine motor development
PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan persekolahan tempat pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara formal. “Pendidikan akan membentuk pengalaman belajar baik yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat untuk mengembangkan perkembangan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat” (Wiyani dan Barnawi, 2012:31). Sejak dini manusia sudah membutuhkan pendidikan dalam proses perkembangannya menjadi dewasa. Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan bermain. (Wiyani dan Barnawi, 2012:72). Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia dini sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi pada dirinya. Usia nol sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa paling tepat untuk memberikan dasar nilai-nilai agama dan moral, fisik mtorikanak, kognitif, bahasa, dan social
emosional kemandirian anak. Sehingga pengembangan seluruh potensi anak usia dini sesuai dengan hak anak. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang pendidikan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini (early childhood education/PAUD) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa, kepada Tuhan yang Maha Esa.(Permendiknas Nomer 58, 2009:3). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 menyatakan bahwa “tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motoric, kognitif, bahasa, serta social emosional kemandirian”. (Permendiknas Nomer 58, 2009:4) Salah satu periode yang menjadi ciri masa usia dini adalah the golden ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini ketika semua potensi anak berkembang paling cepat”(Hasan, 2009:115). Para ahli pendidikan sepakat bahwa “periode keemasan tersebut hanya berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia”. Hal ini menunjukkan bahwa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat, dan bangsa jika mengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini. Salah satu implementasi dari hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya, sesuai dengan minat dan bakat anak. Pendidikan anak usia dini dapat disingkat PAUD. PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus, dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan anak dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Agar perkembangan perkembangan anak didik di PAUD dapat meningkat, maka diperlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana, dan prasarana, seperti media dan alat peraga yang memadai. Perkembangan anak berlangsung secara kontinum, yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Terdapat perbedaan perkembangan di setiap individual, karena terdapat pengaruh beberapa faktor internal maupun eksternal sehingga setiap anak memiliki karakter yang unik dan berbeda meskipun tetap berdasarkan atas pola perkembangan umum. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dibutuhkan keterlibatan orang dewasa untuk memberikan rangsangan atau stimulasi. Kecenderungan anak usia dini untuk berfikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk menuntut anak untuk berfikir logis
sehingga sangat dibutuhkan media serta metode yang dapat berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak dalam periode perkembangannya. Dengan demikian para guru khususnya guru PAUD agar lebih kreatif dalam melakukan langkah yang tepat untuk menerapkan suatu media pembelajaran di kelas. Pada akhirnya akan tercapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, dengan cara mengadakan evaluasi terhadap metode pembelajaran yang dilakukan selama ini. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui daya konsentrasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan hasil observasi di TK Tirta Kumara Payangan, ditemukan kegiatan pembelajaran yang berlangsung masih belum memenuhi peningkatan perkembangan anak dalam perkembangan motorik halus anak, sehingga dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat perkembangan anak yang diinginkan.hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) pada saat pembelajaran berlangsung pengkondisian kelas kurang kondusif, 2) media yang digunakan kurang efektif, 3) metode pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran kurang tepat sehingga dalam mengembangkan keterampilan motorik halus masih menitik beratkan kepada hasil akhir bukan proses berlangsungnya pemahaman tentang materi yang diajarkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, tampaknya harus ada inovasi baru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah metode pemberian tugas. “Yang dimaksud dengan metode pemberian tugas adalah tugas yang diberikan kepada anak semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian, membangun motivasi anak” (Wiyani dan Barnawi, 2012:143). Tugas-tugas yang diberikan kepada anak sebaiknya tugas yang dapat meningkatkan kreativitas
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) anak, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, dan tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu, untuk mencapai perkembangan yang optimal maka diperlukan penggunaan media dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Dengan demikian guru harus mampu memberikan pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat serta kegiatan yang tepat pula. Dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce maka pembelajaran akan tercipta suasana yang aktif dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran akan tersampaikan dengan baik dan yang terpenting adalah anakanak dapat memahami materi yang disampaikan dengan cara metode pemberian tugas dan mempraktikkan langsung sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan yang mereka dapat. Dengan demikian secara perlahan perkembangan motorik halus anak akan meningkat dengan adanya rangsangan praktik kegiatan yang mereka lakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan meronce. Berdasarkan uraian diatas, dipandang perlu untuk membuktikan secara empirik melalui suatu penelitian tentang seberapa besar metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce dapat berperan dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui “penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II TK Tirta Kumara Payangan Tahun Pelajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu
pelajaran melalui suatu tindakan bermakna dengan menggunakan sebuah strategi model atau suatu pendekatan pembelajaran yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengganti pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terdiri dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas sebetulnya tidak sulit, karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya secara seksama. (Arikunto, 2006:91). Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini menurut Suhardjono (dalam Iskandar, 2011:33) adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, memecahkan atau mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini hanya melibatkan satu variabel bebas (independent variabel) dan satu variabel terikat (dependent variabel). Menurut Agung (2010:43), “variabel bebas (independent variabel) yaitu salah satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. “Variabel terikat (dependent variabel) adalah kondisi yang berubah ketika eksperimen mengintruksi atau mengganti variabel bebas” (Riyanto, 2011:40). Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a) Variabel bebas :Metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce, b) Variabel terikat :Hasil perkembangan motorik halus. “Metode pemberian tugas adalah metode atau cara pemberian tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru” Munsyi, (dalam Seminar,2012:11). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa tugas-tugas untuk dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kata meronce berarti: “menyusun benda atau merangkai benda dengan menggunakan seutas tali atau yang lain” (dalam http://blogspot.com.2012). Meronce manik-manik adalah perkembangan manyusun manik-manik menjadi satu dengan menggunakan seutas tali atau benang. Warna manikmanik yang menyala akan menarik minat bagi semua anak. Setelah manik-manik di rangkai melalui lubang yang ada di tengah manik-manik, maka akan menjadi kalung, gelang, jepit rambut dan kreasi yang lainnya. Perkembangan motorik halus sangat penting bagi anak usia dini, karena berpengaruh pada segi pembelajarantersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Maka dari itu penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki anak semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik perkembangan anak. Muhibbin dalam Samsudin 2008, meyebutkan Motorik dengan istilah motor. Menurutnya, motor diartikan sebagai istilah yang menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian kelenjar-kelenjar juga sekresi (pengeluaran cairan atau getah). Sedangkan menurut Suyadi (2010: 69) “Perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail”. Dalam kegiatan PTK ini, peneliti bersama guru mitra bersama-sama membuat suatu kesepakatan baik dalam penentuan jadwal, strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran kreatifproduktif. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Dalam penelitian ini
anak mengalami peningkatan dalam perkembangan motorik halus. Artinya dari beberapa anak yang sebelumnya mendapatkan bintang satu (*)setelah diterapka metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce anak bisa mendapatkan bintang empat (****). Pada akhir siklus I ditandai dengan hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode pemberian tugas dengan kegiatan meronce, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya, bila belum memenuhi hasil yang diinginkan dan belum memenuhi target penelitian. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
Perencanaa
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS KE N
Gambar 1. Rancangan Penelitian Arikunto Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:a)Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan diterapkan kepada anak dengan menggunakan metode pemberian tugas
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) melalui kegiatan meronce, b) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, c) Mengatur posisi anak melaksanakan kegiatan pembelajaran, d) Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan scenario pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kreatif-produktif yang telah direncanakan. Pada setiap siklus penelitian ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan 4 kali evaluasi pada setiap akhir pertemuan. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan strategi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas. 1) Membuat persiapan mengajar sesuai dengan tema yang akan diajarkan, 2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, 3) Memberikan penjelasan khusus tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, 4) Membagikan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, 5) Mengamati proses kerja anak individu maupun kelompok, 6) Merangkum hasil kegiatan anak dan menilai perkembangan perkembangan anak. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah: a) penilaian tugas hasil kegiatan, b) penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan, c) penilaian terhadap hasil karyanya. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah; 1) mengobservasi guru dalam membuka, menyampaikan materi dan menutup pembelajaran, dan 2) mengobservasi siswa dalam mengerjakan tugas. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan
merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipetanggungjawabkan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Untuk menjelaskan tentang metode observasi, dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012: 61). Pendapat diatas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera pengelihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar wawancara. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada perkembangan motorik halus anak. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan kegiatan meronce. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, metode analisis statistik deskriptif, dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Salah satu metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Statistik Deskriptif. Menurut Agung (2012:67) adalah sebagai berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Metode analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus rumus statistik deskriftif seperti, distribusi frekuensi, grafik, angka ratarata rata (Mean), median (Me), modus (Mo), untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian nelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata rata (mean), c) menghitung modus, d) menghitung median, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyusun daftar da distribusi frekuensi. Salah satu cara yang umum digunakan adalah menggunakan rumus Strurges. Langkah-langkah langkah yang ditempuh dalam membuat distribusi frekuensi menurut Koyan (2009:8) yaitu: “1) hitung jumlah kelas interval dengan Rumus Sturges: k = 1 + 3,3 log n, 2) menghitung rentang data atau range (skor tertinggi dikurangi skor terendah), 3) menghitung panjang kelas = rentang dibagi banyaknya kelas, 4) menyusun interval kelas”. Dalam pengantar metodologi penelitian dinyatakan bahwa “Metode analis deskriptif kriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh leh kesimpulan umum“(Agung, 2012:67) Metode analisis deskritif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak kanak melalui kegiatan meronce dengan metode pemberian tugas yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. HASIL DAN PEMBAHASAN Data perkembangan motorik halus melalui kegiatan meronce yang diperoleh anak pada siklus I disajikan dalam bentuk
tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan diperoleh mean (M) sebesar 53,95 modus = 48,14, median = 52,14. Data tabel distribusi perkembangan motorik halus pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 7 6 5 4 3 2 1 0 41,5 49,5 57,5 65,5
74
rafik perkembangan Gambar 2. Grafik motorik halus pada siklus I Untuk menentukan tingkat perkembangan motorik halus anak pada Kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari perhitungan diperoleh d M% = 53,95% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima sesuai dengan table kriteria kemampuan kognitif berada pada tingkat penguasaan 0% - 54% yang berarti bahwa perkembangan anak pada kelompok B pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Tirta Kumara Payangan masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil perkembangan ngan motorik halus itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Adapun kendala-kendala kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: a) Beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti engikuti kegiatan pembelajaran b) pembelajaran, Banyak anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga sehin suasana kelas menjadi gaduh, gaduh c) Anak masih terlihat bingung dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala kendala di atas sebagai berikut. skan kembali metode a) Menjelaskan pembelajaran dan media yang digunakan dalam kegiatan dengan menyampaikan cara kerja dari metode pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, b) Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untu memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan tiaptiap tiap anak. Data perkembangan motorik halus melalui kegiatan meronce yang diperoleh anak pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan diperoleh mean (M) sebesar 80,7 modus = 84,06, median = 85,5. Data tabel distribusi perkembangan motorik halus pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 59,5
67,5
75,5
83,5
91,5
Gambar 3. Grafik perkembangan motorik halus us pada siklus II Untuk menentukan tingkat perkembangan motorik halus anak pada Kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari perhitungan diperoleh M% = 80,7 80,7% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima sesuai dengan table kriteria kemampuan kognitif berada pada tingkat penguasaan 80% - 89% % yang berarti bahwa perkembangan anak pada kelompok B pada siklus II berada rada pada kriteria tinggi. tinggi Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B di TK Tirta Kumara Payangan. Adapun temuan temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. a) Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan perkemban anak meningkat sesuai dengan harapan, harapan b) Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkembangan motorik halus anak sudah meningkat yang awalnya sangat gat rendah menjadi sangat mampu, c) Peneliti dalam hal ini berperan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan ratarata persentase (M%) perkembangan motorik halus dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan motorik halus anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak kelompok B semester II di TK Tirta Kumara Payangan pada siklus I sebesar 53,95% dan rata-rata persentase pada perkembangan motorik halus anak kelompok B semester II di TK Tirta Kumara Payangan pada siklus II sebesar 80,7%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase sebesar 26,75% dengan kategori tinggi. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode pemberian tugas dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya. Penerapan metode pemberian tugas dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Melalui kegiatan meronce anak diberikan tugas sehingga anak dituntut untuk kreatif dan mampu berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya yang baru sesuai dengan idenya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak dapat mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab degan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai
dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, metode pemberian tugas merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan kegiatan yang telah disiapkan oleh guru sehingga guru bisa menilai dari hasil karya anak dan anak mampu mandiri dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B semester II TK Tirta Kumara Payangan, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan terdapat peningkatan perkembangan motorik halus pada anak TK kelompok B semester II di TK Tirta Kumara Payangan tahun pelajaran 2013/2014 setelah diterapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan meronce sebesar 26,75%. Ini terlihat dari peningkatan ratarata persentase perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 53,95% menjadi sebesar 80,7% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada siswa disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif, dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajarandan suasana pembelajaran akan menyenangkan.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A.Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha pada Tanggal 27 September 2010 Di Kampus PGSD FIP Undiksha Singaraja. -------,
2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Hasan
Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Ketiga. Jakarta: Gunung Persada. Mirantiyo Yoki. 2012. Teknik Meronce Manik-manik. Tersedia pada http://yokimirantiyo.blogspot.co m/2012/09/teknik-meroncemanik-manik.html. (diakses Tanggal 12 desember 2012). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 Th 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Riyanto, Yatim. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Perdana Media. Samsudin.2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera Prenada Media Group. Semiar, Tuti. 2012. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Sederhana Untuk Meningkatkan Kreativitas Menganyam Dan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok B TK Widya Sesana Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. PTK (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Wiyani Ardy Novan dan Barnawi. 2012. Format PAUD. Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.