PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA BENTUK BENTUK GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK DHARMA PUTRA PACUNG Ni Nyoman Sukardi 1, Made Sulastri 2, Nyoman Kusmaryatni 3 1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: 1
[email protected], 2
[email protected], 3
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak-anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng semester II tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan metode pemberian tugas dengan alat permainan bentuk-bentuk geometri. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 18 anak-anak TK Darma Putra. Data tentang keterampilan motorik anak kelompok B dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Hasil menunjukkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak TK kelompok B pada siklus I termasuk ke dalam ketegori sangat rendah. Pada siklus II dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak TK kelompok B berada pada kriteria rendah. Melalui penerapan metode pemberian tugas dengan alat permainan dari bentuk-bentuk geometri ternyata dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak TK kelompok B semester II tahun pelajaran 2012/2013 di TK Dharma Putra, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Kata kunci: pemberian tugas, motorik halus, bentuk-bentuk, media geometri Abstract This research aimed to determine the fine motor skills of children in group B in TK Dharma Putra Pacung, Tejakula district, Buleleng regency at the second semester in 2012/2013 through the application of the administration task method using tools of geometric forms. This research is a classroom based research which is done in two cycles. The subjects of this research are 18 children in TK Dharma putra. The data about the motor skills of children in the group B is continued by using observation method and using observation sheets instrument. The result shows that the distribution of students’ fine motor skills data in group B in cycle I belongs to very low category. In cycle II, it can be concluded that the distribution of students’ fine motor skill data in group B is in low category. Through the application of the administration task method using tools of geometric forms can improve the fine motor skills of the group B students in semester II year 2012/2013 in TK Dharma Putra Pacung, Tejakula district, Buleleng regency. Key Terms: administration task, fine motor, geometric forms
1
PENDAHULUAN
seluruh komponen pendidikan, terutama guru sebagai pemegang peranan penting yang terlibat langsung pada proses pembelajaran, perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu materi atau tema yang sedang dibahas. Tidak ada pilihan lain bagi seorang guru untuk selalu meningkatkan kualitas kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Seorang guru wajib berinovasi, apalagi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah mengalami kejenuhan dan penurunan hasil belajarnya. Anak akan merasa bersemangat dan terdorong dalam belajar bila yang dipelajari menarik dan menyenangkan. Misalnya, pada suatu pembelajaran guru menggunakan media-media yang dapat memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran seperti penggunaan media bentuk-bentuk geometri. Salah satu cara yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus, anak adalah menggunakan media bentuk-bentuk geometri melalui metode pemberian tugas, karena dengan menggunakan media bentuk-bentuk geometri melalui metode pemberian tugas anak akan mampu meningkatkan kemampuan motorik halus. Di TK Dharma Putra, permasalahan yang terjadi adalah kurangnya kegiatan yang variatif. Hal ini terjadi karena kurangnya media pembelajaran yang ada di TK tersebut. Diharapkan nantinya kegiatan pembelajaran di TK tersebut terutama pada kemampuan menempel dan menggunting bisa meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok sebagai berikut: apakah metode pemberian tugas berbantuan media bentuk-bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2012/2013 di TK Dharma Putra Pacung? Sementara tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bentuk-bentuk geometri. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan poses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu perkembamgan kemampuan anak akan sangat terlihat pula. Salah satu kemampuan pada anak TK yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan motorik, seni, dan kognitifnya. Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas, melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Sejalan dengan itu dalam perkembangannya masyarakat telah menunjukan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak usia 0-6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada baik dalam jalur pendidikan formal. Namun dalam pelaksanaannya, proses pendidikan banyak mengalami kendalakendala diantara kendala yang teramati saat ini di sekolah khususnya pada anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung, ternyata masih banyak anak-anak yang belum menunjukan kemampuan motorik halusnya secara optimal, misalnya dalam kegiatan menggambar dan menggunting. Ada kalanya dapat dilakukan oleh guru Taman Kanak-kanak melalui kegiatan yang menarik perlu menggunakan beberapa metode melalui kegiatan yang menarik membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir dan memcerminkan hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar anak dengan menggerakkan dan mengoptimalkan
2
pendidikan dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran anak-anak di tingkat TK. Bagi guru, hasil penelitian ini diharpkan dapat memperbaiki metode pembelajaran yang inovatif agar guru berkembang secara professional, percaya diri dalam mengajar dan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berharga bagi kepala sekolah sebagai penentu kebijakan dan alternatif dalam upaya meningkatkan kemajuan pada diri guru dan metode pendidikan di lembaga sekolah tersebut. Untuk peneliti lain diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam mengkaji masalah-masalah yang ada kaitannya dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bentuk-bentuk geometri untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di taman kanak-kanak. Metode mengajar merupakan suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan atau memberi pelajaran pada anak tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berfikir. Metode berasal dari kata “methodos”. Secara etimologis “methodos” berasal dari akar kata: metha dan hodos. Metha artinya: “dilalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Agung, 2012:1). Terdapat berbagai jenis metode pengajaran yang dapat dilakukan guru dalam mengajar, salah satunya metode pemberian tugas. Ada beberapa pendapat yang menyatakan pengertian metode pemberian tugas, diantaranya pendapat Moeslichatoen (1999:181) menyebutkan bahwa metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu diberikan kepada anak TK untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak dapat diberikan secara perseorangan atau kelompok.
Pendapat lain dari Gunarti, dkk (2008:73) “metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik”. Tugas ini diberikan anak untuk memberikan kesempatan kepada mereka menyelesaikan tugas yang diberikan yang didasarkan pada petunjuk langsung dari pendidik yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Selain itu, kita juga memberikan kebebasan kepada anak dalam proses pengerjaannya. Guru tidak boleh menuntut anak menyelesaikan suatu tugas dengan waktu yang sama dengan teman-teman yang lainnya. Jadi menurut beberapa pendapat mengenai metode pemberian tugas di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas merupakan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk tugas-tugas di sekolah ataupun di rumah untuk melatih tanggung jawab anak dan melatih seberapa besar pemahaman anak terhadap materi yang diberikan. Roestiyah (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri dari metode pemberian tugas yaitu: “tugas yang diberikan harus jelas, terdapat hasil yang diharapkan setelah mengerjakan tugas tersebut, memiliki ketentuan mengenai cara mengerjakan tugas tersebut, dalam mengerjakan tugas tersebut ditentukan bahan dan alat yang diperlukan”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri metode pemberian tugas adalah dalam kegiatan proses pembelajaran di TK, khususnya dalam hal pemberian tugas, materi atau tugas yang diberikan harus jelas, instruksi atau arahan yang diberikan guru harus jelas serta mudah dipahami dan dalam pemberian tugas diperlukan alat dan bahan yang bisa membantu dalam kegiatan pembelajaran. Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Ada beberapa kelebihan metode pemberian tugas. Pertama, pengetahuan yang diperoleh anak dari hasil belajar, hasil percobaan atau
3
penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama atau lebih otentik. Kedua, anak berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, tanggung jawab, dan berdiri sendiri. Ketiga, tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari. Keempat, tugas dapat membina kebiasaan anak untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Kelima, dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan. Roestiyah (1996) menyatakan bahwa keunggulan atau kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah “metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari”, sehingga dapat memupuk rasa percaya diri, dapat membina kebiasaan anak untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan, dapat membina tanggung jawab dan disiplin anak, dapat mengembangkan kreativitas anak, dapat mengembangkan pola berpikir dan keterampilan anak. Selain keunggulan, metode pemberian tugas juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahannya yaitu: tugas terlalu sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari anak, sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas, pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan anak, dapat menurunkan minat belajar anak kalau tugas terlalu sulit, pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan anak apabila terlalu sering, khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif. Ada beberapa langkah dalam memberikan metode pemberian tugas. Pertama menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi anak. Menyajikan informasi kepada anak secara teori atau dengan jalan demontrasi. Ketiga membimbing setiap anak dalam mengerjakan tugas, mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah diberikan secara individu (Moeslichatoen, 1999). Selain pendapat di atas, langkahlangkah penerapan metode pemberian tugas yang biasanya dilaksanakan di Taman Kanak-kanak meliputi: pertama, membuat persiapan mengajar sesuai dengan tema yang akan dipelajari. Kedua, menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran. Ketiga, Memberikan penjelasan khusus tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Keempat, membagi alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran. Kelima, mengamati proses kerja individu maupun kelompok. Keenam, merangkum hasil kegiatan anak dan menilai perkembangan kemampuan anak. Sumber belajar dan media pendidikan adalah salah satu unsur pokok yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan belajar. Khususnya dalam kegiatan belajar anak di TK. Terutama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak baik aspek kognitif, emosi, sosial, bahasa, motorik, moral dan sebagainya. Sumber belajar memegang peranan penting dalam rangka terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak, sehingga akan tumbuh budaya belajar anak secara mandiri sebagai dasar untuk pembiasaan dalam kehidupan di kemudian hari. Sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan. Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian anak sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi secara optimal. Selain itu masih banyak keuntungan yang dapat di peroleh dengan media dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya anak lebih tertarik pada pelajaran, merasa senang, termotivasi untuk belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Media bentuk-bentuk geometri adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK. Media ini terdiri dari beberapa bentuk geometri yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya terdiri dari lingkaran, segitiga, segiempat, persegi panjang dan sebagainya.
4
Balok adalah suatu bangunan ruang yang dibatasi oleh enam persegi panjang, dimana setiap sisi persegi panjang berimpit dengan tepat satu sisi persegi panjang yang lain dan persegi panjang yang kongruen, disamping itu balok juga merupakan bentuk-bentuk geometri (segitiga, persegi panjang, limas, kubus baik berupa balok plastik, kardus bekas, maupun yang berasal dari kayu). Bangun berbentuk balok dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti: sebuah bis, lemari, meja, dan lain sebagainya. Melalui media bentuk-betuk geometri dapat mendorong tercapainya proses belajar pada peserta didik yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Menurut Aisyah (2007) perkembangan motorik berarti “perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi”. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar seluruh anggota tubuh yang mempengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Keterampilan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot halus seperti membentuk dengan menempel, menggambar, menggunting, melipat, meronce, dan lain sebagainya. Koordinasi gerakan ini terjadi pada dasarnya sejalan dengan kematangan saraf dan otot. Sehingga tingkat ketercapaian perkembangan motorik setiap anak akan berbeda. Guru Taman Kanak-kanak tidak boleh membandingkan keterampilan anak yang satu dengan yang lainnya, sebab perkembangan anak tidaklah sama. Perkembangan motorik anak ditentukan oleh kesempurnaan organ tubuh, kematangan organ-organ tubuh, dan latihan. Jika tidak ada kelainan pada fisik anak umumnya
masalah perkembangan motorik disebabkan karena kurangnya latihan. Adapun aspekaspek perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat, dan mengekpresikaan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Aktivitas bermain bagi seorang anak yang memiliki peranan cukup besar dalam mengembangkam kecakapan seninya sebelum anak mulai berteman dengan anak akan menyiapkan mainan dalam menghadapi pengalamannya. Masa anak-anak dimana perkembangan sangat pesat seperti perkembangan psikomotorik, anak untuk mneambangkan potensi kemampuan psikomotorik awal diperlukan kerja sama antara berbagai pihak, dan yang paling penting adalah peran orang tua, kemampuan psikomotoik hanya bisa dikembangkan dengan latihan-latihan yang menuju ke arah mengembangkan anak. Hal ini memerlukan rangsangan yang sangat banyak agar perkembangan potensi kemampuan psikomotorik anak bisa optimal. Terdapat ciri-ciri perkembangan motori anak dalam setiap periode yaitu periode bayi, dimana untuk usia 1-2 bulan anak belum mampu untuk membedakan objek dan benda. Usia 5-6 bulan bayi mulai bisa tersenyum dengan bayi lainnya. Usia 12 bulan anak belum mengenal larangan.Anak usia 24 bulan sudah membantu melakukan aktivitas sederhana. Periode prasekolah anak sudah bisa membuat kontak sosial dengan orang diluar rumahnya, hubungan dengan orang dewasa, dan hubungan dengan teman sebaya. Usia 3-4 tahun bermain bersama. Periode usia sekolah, minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Adapun pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya membantu anak belajar bersama orang lain dan membantu mengembangkan nilai-nilai fisiknya. Faktor yang menghambat dan mendukung peningkatan psikomotorik anak adalah faktor pola asuh orang tua, geen dari orang tua, pengaruh lingkungan serta faktor
5
interior ruang belajar mempengaruhi peningkatan potensi psikomotorik anak. Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dirumuskan kerangka berfikir yaitu bermain adalah dunia anak, dengan bermain anak dapat belajar, dan dengan belajar sambil bermain anak akan tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek-aspek pengembanagn dirinya, seperti fidik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional. Bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting, karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan, kreatifitas, dan imajinasinya. Bermain bagi anak sudah merupakan suatu kebutuhan yang sudah ada dengan sendirinya dan muncul secara alamiah, dan perilaku anak dalam bermain sangat bervariasi tergantung dari tingkat usianya, lingkungan, dan sosial ekonomi orang tua. Maka akan terjadi perkembangan dari semua aspek pada diri anak termasuk aspek fisik motorik, baik motorik kasar maupun motorik halusnya. Sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Menurut Aisyah (2007) perkembangan motorik berarti “perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi”. Gerakan motorik halus yang terlibat pada usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kelip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan membuat gambar Selain anak memerlukan keterampilan menggerakkan pergelangan dan jari-jari tangan, anak juga memerlukan
kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Misalnya, untuk menggambar lingkaran, anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menterjemahkannya dalam bentuk gambar. Contoh lain, saat anak berlatih bermain balok dengan menumpuk balokbalok kayu atau leggo, anak memerlukan keterampilan mengambil balok, dan juga anak harus mengetahui apa yang akan diperbuatnya dengan balok-balok itu. Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat diusia kira-kira tiga tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Selain itu, anak masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis. Tetapi, saat anak berusia empat tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna seperti menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti. Dengan demikian, kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Tugas ini diberikan anak untuk memberikan kesempatan kepada mereka menyelesaikan tugas yang diberikan yang didasarkan pada petunjuk langsung dari pendidik yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Selain itu, kita juga memberikan kebebasan kepada anak dalam proses pengerjaannya. Dengan kata lain, kita tidak boleh menuntut anak menyelesaikan suatu tugas dengan waktu yang sama dengan temanteman yang lainnya. Dari penjelasan di atas tentang motorik halus dan metode pemberian tugas dapat membantu dalam kegiatan pembelajaran di TK. Melalui metode pemberian tugas yang berbantuan media bentuk-bentuk geometri diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka berikut ini dapat diajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut. Jika penerapan metode
6
pemberian tugas dengan media bentukbentuk geometri berjalan secara efektif, maka keterampilan motorik halus dapat meningkat pada anak-anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2012/2013 di TK Dharma Putra Pacung Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
tertentu, umum”.
sehingga
diperoleh
kesimpulan
Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Keterampilan Motorik Halus Presentase
METODE Jenis penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan bahwa: “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaraan di kelas secara lebih profesional”. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Empat bagian yang utama yang ada pada setiap siklus adalah sebagai berikut. Pertama, perencanaan (planning). Kedua, pelaksanaan (acting). Ketiga, observasi (observing). Keempat, refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 di TK Dharma Putra Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Subjek penelitian ini adalah anakanak kelompok B TK Dharma Putra Desa Pacung Kecamatan Tejakula tahun pelajaraan 2012/2013 yang berjumlah 18 orang dengan 13 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Untuk mengumpulkan data tentang keterampilan motorik halus anak digunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Agung, (2012:61) “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang objek tertentu”. Data peningkatan keterampilan motorik halus anak dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, menurut Agung, (2010:65) metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan “Suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus analisis deskriptif kuantitaif seperti: distribusi, frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek/ variabel
90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Keterampilan Motorik Halus Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Tingkat kemapuan motorik halus anak Taman Kanak-kanak dengan metode pemberian tugas dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima (Agung, 2010:13) dengan kriteria sebagaimana terterra dalam Tabel 1. Kriteria keberhasilan dari penelitian ini ialah, apabila jumlah anak yang merespons positif lebih banyak daripada jumlah anak yang merespons negatif. Misalkan anak-anak pada siklus I di dalam proses kegiatan pembelajaran menggunting dan menempel masih kurang rapi, sedangkan pada siklus II anak-anak sudah mampu melakukan kegiatan menempel dan menggunting dengan rapi. Anak-anak dianggap berhasil dalam melakukan kegiatan menempel dan menggunting apabila 75% hasil karya anak sudah rapi dan sesuai harapan. Apabila dalam proses kegiatan pembelajaran anakanak mampu mendapatkan nilai tertinggi berupa bintang yang berjumlah tiga (***), maka anak-anak tersebut sudah mampu dan berhasil mengembangkan aspek kemampuan motorik halusnya, terutama pada kegiatan menggambar, menggunting dan menempel. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan metode pemberian tugas dan media bentuk-bentuk geometri dapat meningkatkan aspek motorik halus anak TK. Peningkatan hasil pada kemampuan motorik halus anak-anak setelah diterapkannya metode pemberian tugas dan berbantuan media bentuk-bentuk geometri terlihat pada hasil tes siklus I dan siklus II.
7
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon (Gambar 1) terlihat Mo=Me < M (6,00=6<6,38), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak didik kelompok B pada siklus I merupakan kurve juling positif. Nilai M%= 39,87 bila dikonversikan ke dalam PAP Skala V berada pada rentangan (0-54%) termasuk ke dalam ketegori sangat rendah.
V berada pada rentangan (55% - 64%) berarti bahwa keterampilan motorik halus siklus II berada pada kriteria rendah. Hasil penelitian PTK ini menunjukkan bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas dan alat permainan dari bentuk-bentuk geometri untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak-anak kelompok B di TK Dharma Putra berhasil dengan baik. Ini terbukti dari hasil keterampilan motorik halus dalam pembuatan hiasan dinding bentuk-bentuk geometri pada siklus I sebesar 39,87% dengan rata-rata presentase dalam peningkatan kemampuan keterampilan motorik halus anak-anak pada kelompok B pada siklus II sebesar 59%. Ini menunjukkan pada peningkatan rata-rata persentase peningkatan daya kemampuan keterampilan motorik halus dari siklus I ke siklus II sebesar 19,13%. Peningkatan kemampuan keterampilan motorik halus diakibatkan karena adanya penerapan metode pemberian tugas, dengan media bentuk-bentuk geometri merangsang anak TK untuk mencapai tujuan keberhasilan pada keterampilan motorik halus serta ruang gerak dan waktu yang seluas-luasnya kepada anak TK untuk mengaktualisasikan diri, kemampuan dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil temuan para ahli pendidikan seperti Piaget, diuraikan, dianalisis yang pada prinsipnya, dinyatakan bahwa proses pembelajaran disajikan oleh guru diserap melalui kognitif yang merupakan kemampuan yang sudah ada pada setiap anak yang digunakan untuk beradaptasi dengan masalah informasi yang datang dari lingkungannya. Hal ini sangatlah mungkin terjadi, karena dari transfer suatu perangkat pengetahuan dari sudut psikologi, bahwa berpikir adalah bagian permulaan dari sudut tindakan. Keberhasilan di atas banyak dipengaruhi oleh terciptanya suatu kondisi dalam belajar yang menyenangkan serta keadaan ruang belajar yang kondusif dan harmonis antar guru dan anak, dimana anak merasa senang dan termotivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran, sekalipun mereka berhadapan pada tugas yang sulit. Anak responsif, aktif, dan kreatif untuk
8 7 6 5 4 3 2 1 0 5
6
7
Mo= 6,00
8
9
19
M= 6,38
Me= 6 Gambar 1. Grafik Polygon Peningkatan Keterampilan Motorik Halus pada Siklus I
10 8 6 4 2 0 8
9
10
11
12
13
Mo= 9,00
M= 9,44 Me= 9 Gambar 2. Polygon Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Siklus II
Pada siklus II (lihat Gambar 2), berdasarkan perhitungan dan grafik polygon terlihat Mo= Me < M (9,00=9<9,44), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak didik kelompok B pada siklus II merupakan kurve juling positif. Nilai M%= 59% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala
8
bertanya kepada teman sebaya maupun kepada guru.
menginformasikan daya guna metode pemberian tugas dapat meningkatkan profesi guru secara profesional sesuai bidang studi yang dimilikinya. Keempat, kepada para peneliti lainnya agar mengadakan penelitian lebih lanjut masalah pemanfaatan strategi belajar mengajar dengan metode pemberian tugas dengan mengembangkan variabel lain.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan perhitungan dan grafik polygon terlihat Mo=Me < M (6,00=6<6,38), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak didik kelompok B pada siklus I merupakan kurve juling positif. Nilai M%= 39,87 bila dikonversikan ke dalam PAP Skala V berada pada rentangan (0-54%) termasuk ke dalam ketegori sangat rendah, (2) berdasarkan perhitungan dan grafik polygon terlihat Mo= Me < M (9,00=9<9,44). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan keterampilan motorik halus anak didik kelompok B pada siklus II merupakan kurve juling positif. Nilai M%= 59% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala V berada pada rentangan (55% - 64%) berarti bahwa keterampilan motorik halus siklus II berada pada kriteria rendah, (3) dengan menerapkan metode pemberian tugas dengan alat permainan dari bentuk-bentuk geometri ternyata dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak TK kelompok B semester II tahun pelajaran 2012/2013 di TK Dharma Putra, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Hal ini terlihat pada peningkatan sebesar 19,13% yang terjadi antara siklus I dan siklus II. Berdasarkan simpulan di atas disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, kepada guru TK agar aktif dan kreatif dalam cara menerapkan interaksi proses pemberian tugas sesuai dengan psikologi anak TK dan menarik untuk meningkatkan hasil belajar anak didik secara efektif dan efesien. Kedua, kepada peserta didik kelompok B, agar lebih proaktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga kemampuan anak dalam pengembangan keterampilan motorik halus dapat lebih meningkat dan berhasil dengan sebaik mungkin. Ketiga, kepada kepala TK, agar memberikan bantuan sarana dan prasarana belajar pada guru yang sedang mengembangkan profesinya melalui PTK yang diterapkan serta mampu
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A. A. Gede. 2010. Metodelogi Penelitian Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha
-------. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil PTK. Singaraja:IKIP Negeri Singaraja -------.
2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja
Aisyah.dkk. 2007. Perkembangan Konsep Dasar Anak Usia Jakarta: Universitas Terbuka
dan Dini.
Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka Koyan, IW. 2007. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha Moeslichatoen, 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT. Rineka Cipta Roestiyah, N. K. 1996. Metode Pemberian Tugas. Tersedia pada http://www.umum.kompasiana.com/20 09/06/12metode-pemberiantugas/.11.55( diakses pada tanggal20 Desember 2012) Siti, Aisyah, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Sujiono, Bambang. Pengembangan Universitas
9
2008. Fisik.
Metode Jakarta:
Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan dan Refleksi Dosen dan Guru. Makalah Disajikan pada Kegiatan Semlok PTK danInovasi Pembelajaran yang Mendidik di SD. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Wendra. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa
10