e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK A TK KUNCUP HARAPAN SINGARAJA Kadek Dyah Pradnya Paramitha¹, I Nyoman Wirya², Luh Ayu Tirtayani³ Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected]¹,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan setelah diterapkan metode bermain pada anak kelompok A semester II di TK Kuncup Harapan Singaraja kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan dengan penerapan metode bermain pada siklus I sebesar 65% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,8% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak setelah diterapkan metode bermain sebesar 20,8%. Kata-kata kunci: metode bermain, perkembangan kognitif, anak usia dini
Abstract This study aimed at investigating cognitive development of the ability in recognizing numbers after the application of Play-way Method in second semester students of group A in TK Kuncup Harapan Singaraja, Buleleng, in the academic year of 2015/2016.The present study is a classroom action based research which was conducted in two cycles. The subject were fifteen students consisted of eight females and seven males. The data of the study about the cognitive development of the ability in recognizing numbers were collected by using observation with observational note as the instrument. The result of the data collected were analyzed using descriptive statistics analysis and quantitative descriptive analysis method. The result of data analysis showed that there was 65% improvement of cognitive development of the ability in recognizing numbers after the application of Play-way Method in the first cycle that was categorized as mediocre. Then, it improved further in second cycle to be 85.8% that was categorized as high. In conclusion, there was 20,8% improvement of cognitive development of the students’ ability in recognizing numbers after the application of Play-way Method. Keywords : Play-way Method, cognitive development, early childhood
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk mengembangkan potensi dan dimensi kemanusian secara optimal, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia pada era globalisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI online, 2016), pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) “pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak”. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya. Dari beberapa pengertian pendidikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Pendidikan sangat berpengaruh dalam perkembangan individu. Khairani (2013:45) mengemukakan “ bahwa sebab terjadinya perkembangan adalah dengan proses belajar atau latihan”. Jadi pendidikan memiliki peran yang penting dalam perkembangan individu. Dalam pendidikan, individu diajarkan dan dilatih untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya. Proses pendidikan individu berlangsung sepanjang hayat mulai
sejak lahir sampai berakhirnya masa hidup individu tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini ditegaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan upaya pemberian stimulus,bimbingan pengasuh dan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan anak. Dalam pendidikan anak usia dini anak tidak dituntut untuk mampu menghitung, karena pada pendidikan ini anak lebih banyak bermain sambil belajar (Sujiono, 2011). Pada pendidikan anak usia dini, guru dituntut untuk mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menarik untuk anak. Selain itu pembelajaran tersebut dapat mengembangkan lima aspek perkembangan anak diantaranya, nilai agama dan moral, fisik, kognitif , sosial emosional dan motorik (Melati, 2012: 16) . PAUD merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terdiri dari tiga bagian yaitu pendidikan informal, formal, dan non formal. Ketiga pendidikan tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun (Sujiono, 2011:22). Taman Kanakkanak merupakan lembaga pendidikan prasekolah dan pra-akademik untuk mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. PAUD di Indonesia khususnya taman kanak-kanak saat ini sedang menjadi sorotan masyarakat,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) karena pendidikan pada anak usia dini sebagai tempat awal anak belajar berbagai kemampuan dasar sebagai bekal untuk mengembangkan kehidupan, baik pribadinya sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah belajar melalui bermain. “Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya” (Wiyani & Barnawi, 2012:76). Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan, sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya. “Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anakanak” Carton dan Allen (dalam Sujiono, 2011:63). Melalui bermain secara tidak langsung anak dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan, salah satunya perkembangan kognitif. Di taman kanak-kanak perkembangan kognitif dibagi menjadi tiga bagian dalam lingkup perkembangan diantaranya, belajar dan pemecahan masalah; berpikir logis; berpikir simbolik (Permendikbud No. 137 Tahun 2014). Diantara ketiga lingkup perkembangan anak pada saat ini lebih diarahkan pada kegiatan berpikir simbolik dimana mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar. Mengapa demikian? Karena pada saat ini anak usia dini diharapkan sudah mampu baca tulis hitung sebelum memasuki pendidikan dasar. Hal ini masih menjadi perdebatan yang sangat panjang karena tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran di TK yaitu bermain sambil belajar. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan kognitif pada anak. Guru harus mampu
memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya metode atau model pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak. Guru dihadapkan pada sejumlah metode-metode pembelajaran yang ada, serta media pendukung untuk memperlancar proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode-metode pembelajaran serta media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Segala upaya ini dilakukan guru agar dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak salah satunya yaitu aspek perkembangan kognitif (Melati, 2012:27). Namun kenyataannya guru masih mengajar bersifat belajar pasif dengan metode yang tidak menarik dan monoton sehingga membuat anak menjadi jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Selama ini kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam berpikir simbolik pada anak kelompok A adalah sering memberikan majalah atau lembar kerja anak untuk dikerjakan oleh anak dalam posisi duduk di kelompok masing-masing, hal ini membuat anak menjadi jenuh dan lebih sering asal-asalan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila hal-hal seperti ini tidak diperhatikan sejak awal ditakutkkan akan terjadi kegagalan pemahaman oleh anak sehingga hal ini akan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya (Suyeni, dkk , 2015) Selain dari hasil laporan PPL Real, peneliti melakukan observasi kembali pada tanggal 1-4 Maret 2016 dan mendapatkan hasil yang sama karena guru masih menggunakan metode dan media yang monoton. Dari 15 orang anak pada perkembangan kognitif ditemukan 3 orang anak pada kategori rendah ( bintang «), 10 orang anak pada kategori sesuai harapan dengan bantuan guru ( bintang ««) dan 2 orang anak pada kategori sesuai harapan (bintang «««).
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Dari hasil observasi peneliti, rendahnya perkembangan kognitif pada anak kelompok A1 TK Kuncup Harapan Singaraja disebabkan oleh beberapa permasalahan. Pertama, kegiatan pembelajaran dalam pengembangan kognitif yang dilaksanakan guru belum dapat merangsang adanya partisipasi anak untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih menggunakan metode atau teknik pembelajaran yang kurang kreatif. Anak hanya bersifat sebagai penerima pasif segala informasi yang disampaikan oleh guru. Kedua, pengembangan kognitif anak biasanya dilakukan dengan kegiatan yang monoton, membuat anak menjadi jenuh ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, pengembangan kognitif anak yang dilaksanakan kurang didukung dengan media dan alat peraga yang memadai dan menarik. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan metode bermain dengan alat permainan edukatif (APE). Metode bermain dengan APE dipilih karena kegiatan bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak-anak. “Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apa pun dalam pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah, guru bisa dengan mudah menyelipkan pembelajaran” (Wiyani & Barnawi, 2012: 122). Sedangkan APE merupakan salah satu alat permainan yang dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Metode bermain merupakan metode yang diharapkan mampu mengembangkan pemahaman anak tentang lambang bilangan, dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang “Penerapan Metode Bermain Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Kelompok A Semester II Di TK Kuncup Harapan Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016”. Salah satu metode yang dapat diberikan pada anak usia dini adalah metode bermain. “Bermain adalah kegiatan yang
anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak, bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan” (Mayesty dalam Sujiono, 2011:144). Mutiah (2010:91) menyatakan bahwa, bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak”. Alat permainan edukatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di TK. Menurut Tedjasaputra (2005:81) “alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan”. Sedangkan menurut Direktorat PAUD (dalam Wiyani dan Barnawi, 2012:151) “alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak”. Pada hakikatnya kognitif adalah suatu proses berpikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Sujiono, 2011). Menurut Gardner (dalam Sujiono 2011:78) ”kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir”. Sedangkan Menurut Padmonodewo (dalam 2007:27) ”kognitif mempunyai pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan". Kemampuan mengenal lambang bilangan perlu ditingkatkan sejak dini guna memperoleh kesiapan dalam mengikuti pembelajaran ditingkat selanjutnya terutama dalam penguasaan konsep matematika. Menurut Ruslani (dalam Tajudin, 2008) bilangan atau lambang bilangan adalah “suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. Bilangan-
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) bilangan ini mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan”. Menurut Depdiknas (2007:6) menyatakan bahwa “lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat menggambarkan konsep bemtuk”. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok A di TK Kuncup Harapan Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian adalah anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Kuncup Harapan Sinagaraja yang berjumlah 15 orang anak, terdiri dari 8 orang anak perempuan dan 7 orang anak laki-laki. Penelitian ini tergolong jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agung (2012:2) menyatakan “PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktekpraktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Menurut Hopkins (dalam Mansur, 2009:8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakantindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Berdasarkan definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang dimunculkan di kelas untuk memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan kesiklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/evaluasi dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I Pengamatan
Pelaksanaan nn
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar
01.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2012:16)
Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan kegiatan, menyamankan persepsi dengan guru mengenai penerapan metode bermain menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan RKH. Menyiapkan alat permainan yang di gunakan sesuai dengan tema yang diajarkan. Menyusun instrumen penelitian yaitu format penilaian observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Menurut Arikunto (2012:127) “Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. Metode observasi adalah “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengsamatan dan pencatatan”(Agung, 2012:61). Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data tentang perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode bermain berbantuan media menara angka. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikatagorikan kedalam kualitas
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, pertama bintang («) belum berkembang, kedua bintang (««) mulai berkembang, ketiga bintang («««) berkembang sesuai harapan, dan keempat bintang (««««) berkembang sangat baik.
Berikut ini kisi-kisi instrumen penelitian penerapan metode bermain untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan.
Tabel 01. Kisi-kisi Instrumen perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan Variabel Indikator Perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan
1. Menunjuk lambang bilangan 1-10 2. Meniru lambang bilangan 1-10 3. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis)
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58, Tahun 2009) Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini di gunakan yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Menurut Agung (2012:67). “Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum”.
Penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam pertama tabel distribusi frekuensi, kedua menghitung modus, ketiga menghitung median, keempat menghitung angka ratarata (mean), kelima menyajikan data ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Tabel 02. Pedoman Konversi Skala Lima Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Kriteria Perkembangan Kognitif dalam Kemampuan Pengenalan Lambang Bilangan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan perkembangan kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak
kelompok A semester II di TK Kuncup Harapan Singaraja Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dilaksanakan di TK Kuncup Harapan Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dari bulan april sampai dengan bulan mei dengan menggunakan subjek penelitian anak kelompok A TK Kuncup Harapan Singaraja yang berjumlah 15 anak, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dengan menerapkan metode bermain. Siklus I dilaksanakan dalam 16 kali, 1 kali pengenalan alat permainan kepada guru kelas, 12 kali pertemuan penerapan metode dan 3 kali melaksanakan evaluasi penilaian perkembangan kognitif pada anak kelompok A. Pelaksanaan penelitian ini disesusaikan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya. Pelaksanaan tahapan-tahapan pada siklus I menghasilkan data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak melalui penerapan metode bermain
Grafik 01. Data Perkembangan Kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak TK Kuncup Harapan Singaraja pada Siklus I Berdasarkan grafik polygon di atas, Mo<Me<M (7,00<7,5<7,8), menunjukkan kurva juling positif yang artinya kemampuan
mengenal lambang bilangan anak pada siklus I cenderung rendah Berdasarkan rata-rata persentase, nilai M% pada siklus I sebesar 65% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 02 berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada anak berada pada kriteria sedang. Adapun kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I anak masih terlihat kurang aktif dalam melaksanakan permainan, terlihat saat guru memberikan intruksi untuk memilih alat permainan yang ingin dimainkan oleh anak, anak terlihat kurang tertarik dan lebih memilih alat permainan yang lainnya yang tidak berhubungan dengan mengenal lambang bilangan, beberapa anak masih terlihat bingung ketika diberikan instruksi untuk memilih alat permainan yang akan digunakan dalam penerapan metode bermain, dan ada anak yang masih terlihat menghafal ketika menyelesaikan puzzle angka, hal ini terlihat ketika guru bertanya secara acak anak terlihat bingung. Cara mengatasi kendala yang ditemukan pada siklus I, guru mengadakan pendekatan terhadap anak dan menjelaskan tentang alat permainan yang digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan penyempurnaan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 18 Mei sampai dengan 31 Mei 2016 dengan 9 kali pertemuan dan 3 kali evaluasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A di TK Kuncup Harapan Singaraja. Penelitian tindakan kelas ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian, yaitu data mengenai peningkatan kemampuan mengenal
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) lambang bilangan metode bermain.
pada
anak
melalui
10
11
12
6 5 4 3 2 1 0 8
9
Grafik 02. Data Perkembangan Kognitif dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak TK Kuncup Harapan Singaraja pada Siklus II Hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siklus II memperoleh nilai modus (Mo) yaitu 11, median (Me) yaitu 10, dan Mean (M) yaitu 10,3. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo>Me>M (11>10>10) yang menunjukkan bahwa data kemampuan mengenal lambang bilangan pada siklus II cenderung tinggi karena merupakan kurva juling negatif. Rata-rata peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada siklus II sebesar 85,8% berada pada tingkat penguasaan 80-89% pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata presentase peningkatan pada kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,8%. Peningkatan kemamapuan mengenal lambang bilangan terjadi karena penerapan metode bermain dengan alat permainan edukatif. Hal ini didukung oleh pendapat Montalalu (dalam Astuti, 2014) yang menyatakan metode bermain adalah suatu teknik penyampaian informasi yang ditujukan pada anak melalui alat permainan atau kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan pada anak.
Dalam kegiatan bermain ini anak merasakan kenyamanan dan kesenangan sehingga anak tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan pembelajaran secara sederhana. Dalam menerapkan metode bermain alat permainan yang digunakan adalah alat permainan edukatif. Soetjiningsih (dalam Rolina, 2012:6) menyatakan Alat permainan edukatif adalah alat yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya, dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk perkembangan kognitifnya. Hal ini terlihat ketika anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan seperti puzzle angka. Ketika dalam bermain puzzle angka anak sudah mampu menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan gambar sesuai dengan jumlah gambar yang ada. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan kebebasan kepada anak untuk aktif dalam melakukan kegiatan bermain, memberikan kesempatan pada anak untuk memilih permainan yang diinginkan anak. Guru juga memberikan kesempatan pada anak untuk bermain secara individu sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan mengenal lambang bilangan dengan baik. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang disediakan pada saat penelitian karena mendekati akhir semester tahun pelajaran 2015/2016. Kelemahan ini menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode bermain untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan berakhir pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut penerapan metode bermain dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A semester II di TK Kuncup Harapan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Singaraja Kabupaten Pelajaran 2015/2016.
Buleleng
Tahun
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data sebagaimana yang sudah dipaparkan dalam Bab IV, maka penulis mendapat kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A di TK Kuncup Harapan Singaraja, setelah dilaksanakan penerapan metode bermain pada siklus I sebesar 65% yang tergolong pada kategori sedang. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, maka terjadi peningkatan sebesar 85,8% yang termasuk pada kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan dengan penerapan metode bermain terdapat peningkatan sebesar 20,8%. Berdasarkan simpulan diatas maka dapat disampaikan saran sebagai berikut. Kepada Kepala TK agar mampu memberikan informasi mengenai metode dan media yang terbaru atau menarik digunakan dalam proses pembelajaran agar guru nantinya dapat mengajar secara aktif dan inovatif. Kepada guru TK hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan tema, lingkungan, kemampuan, karakteristik anak dan juga menarik untuk anak agar anak lebih senang dan tidak mudah bosan. Kepada peneliti lain agar dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode yang lebih menarik. Pada pelaksanaan penelitian dengan alat permainan edukatif lainnya agar peneliti lebih memperhatikan jumlah alat permainan yang digunakan dalam kegiatan bermain agar anak tidak berebut mainan. DAFTAR PUSTAKA Agung,
A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Dewi, Wiwik Sintya. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) Berbantuan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Kelompok B2 Semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha. Jahja,
Yudrik. 2012. “Psikologi Pekembangan”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Khairani H. Makmun. 2013. “Psikologi Perkembangan”. Yogyakarta: Aswaja Presindo Koyan,
I Wayan. 2012. “Statistik Pendidikan”. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Melati, Risang. 2012. “Kiat Sukses Menjadi Guru PAUD Yang Disukai AnakAnak”. Yogyakarta: Araska. Munawara, Noviatul. 2012. Peranan Alat Permainan Edukatif Dalam Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B TK PGRI BAIYA. Artikel. Jurusan Ilmu Pendidikan. FKIP Universitas Tadulako. Nurjatmika, Yusep. 2012. “Ragam Aktivitas Harian Untuk TK”. Jogjakarta: DIVA Press Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2011. FIS Undiksha: Universitas Pendidikan Ganesha.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014, tentang Standar Nasional Pendidikkan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rolina, Nelva. 2012. “Alat Permainan Edukatif Untuk AUD”. Yogyakarta: Ombak Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. ”Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”. Jakarta: PT. Indeks. Suyeni, Winda dkk. 2015. Laporan PPL Real TK Kuncup Harapan. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. FIP Undiksha, Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Tedjasaputra, Meyke S. 2005. “Bermain, Mainan, dan Permainan”. Jakarta: Grasindo