e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA KOTAK BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBIACARA ANAK PAUD NURUL JIHAD Winda Sutiana1, Putu Aditya Antara 2, Putu Rahayu Ujianti 3 , 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak melalui penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dirancang dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek dalam penelitian ini adalah semuan anak 1 kelompok B PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Data kemampuan berbicara dikumpulkan menggunakan metode observasi dan instrumen lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor persentase kemampuan berbcara anak kelompok B setelah diterapkan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar pada siklus I sebesar 69.4% dengan kategori sedang. Sedangkan pada siklus II sebesar 87% dengan kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara Anak setelah diterapkan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar sebesar 17.6 % pada anak kelompok B PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Kata-kata kunci: Metode bercakap-cakap, Media kotak bergambar, Kemampuan berbicara
Abstract This study aimed to determine the increase of student’s speaking skill through the nd application of conversation method by using drawing boxon group B on 2 Semester of children at PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem in the academic year 2015-2016. This research was a classroom action research that was carried out in two cycles and subject of the study are 12 children in group B of PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasemin the academic year 2015-2016. The research data on student’s speaking skill were collected by the method of observation by using observation sheet instruments. The data ofstudent’s speaking skill were analyzed by using descriptive statistical analysis and descriptive analysis methods and quantitative methods. The result shows that there is an increase student’s speaking skillin group B of PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem after the storytelling method by using flannel board was applied. The average percentage of student’s speaking skillat the first cycle of 69.4%, and the average percentage of the result of student’s speaking skillat the second cycle of 87 % which are classified into the high category. So there is an increase of student’s speaking skillfrom the low categoryinto high category of 17.6% for the group B of PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Keywords: Conversation method, drawing box, speaking skill
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Sebagian besar pakar meyakini bahwa masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuan dan minat anak (Sujiono, 2011:55). Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan mereka aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak (Sujiono, 2011:7). Salah satu pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta adalah dalam bentuk Taman Kanak-kanak (TK). Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini dengan prinsip bermain seraya belajar. Menurut Sujiono (2011:6) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan Spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku secara beragam, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Salah satu bidang pengembangan pada PAUD adalah pengembangan bahasa. Pengembangan bahasa yang harus dikuasi oleh peserta didik salah satunya yaitu berbicara. Menurut Bromley (dalam Dhieni, dkk. 2007:1.19), Menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu “menyimak, berbicara, membaca dan menulis”. Menurut Dhieni, dkk. (2011:1.19) “kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata”. Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, maupun perasaan kepada orang lain. Anak-anak terkadang memiliki gagasan yang sangat banyak, akan tetapi anak belum mampu mengungkapkannya. Hal ini terjadi karena kemampuan berbicaranya masih sangat terbatas dan jumlah kosa kata yang memiliki anak masih terbatas (Vygotsky dalam Ramadani, 2014:2). Keterbatasan jumlah kosa kata yang dimilki anak dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan orang tua maupun lingkungan jika tidak segera dikembangkan atau diberi stimulus maka akan berdampak pada perkembangan aspek-aspek yang lainnya. Salah satu tugas utama seorang guru adalah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, seorang guru membutuhkan pengetahuan tentang hakikat kegiatan belajar mengajar dan strategi belajar mengajar. Guru harus mampu memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya metode atau model pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan siswa.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Namun kenyataannya metode yang dipilih dan digunakan oleh guru belum mampu menarik minat anak, hal tersebut terbukti ketika kegiatan pembelajaran, anak-anak kurang fokus memperhatikan guru dan anak kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Bukti media pembelajaran yang kurang menarik bagi anak pada saat guru mengajar yaitu guru menggunakan lembar kerja anak dalam kegiatan berbahasa, yaitu anak menghubungkan gambar dengan tulisan dilembar kerja anak sehingga kurang memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara. Selain itu terbukti pula pada saat kegitan bercerita, kegiatan bercerita dilakukan dengan posisi duduk dan sekali-kali guru berdiri dengan harapan anak akan mendengarkan guru namun anak sering tidak terkondisikan atau berbicara sendiri dengan teman. Sehingga ketika guru bertanya, anak kesulitan dalam meng-ungkapkan kembali cerita yang di sampaikan guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 25 April 2016 di kelompok B PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem terkait dengan perkembangan bahasa yaitu kemampuan berbicara pada anak kelompok B belum optimal dan masih perlu peningkatan. Beberapa anak belum mampu mengkomunikasikan yang terjadi pada diri sendiri dan di lingkungan, mengunkapkan ide, serta berbiacara dengan berani. Hal tersebut terbukti dalam proses kegiatan ketiaka anak menceritakan gambar yang dibuat sendiri, ada anak masih kurang berani berbicara didepan kelas sehingga menyebutkan kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan tidak lancar. Beberapa anak sudah trampil berbicara atau mengungkapkan sesuatu hal yang ada dipikirannya, anak mampu berbicara dengan lancar, namun hal tersebut hanya dilakukan dengan teman yang akrab dan anak yang sedikit pemalu terkadang dapat mengkomunikasikan sesuatu dan berani berbicara namun jarang dilakukan. Bukti lain yaitu hasil observasi yang dilakukan di kelompok B PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem, nampak
dari 12 anak, ditemukan 5 anak yang kemampuan berbicaranya masih dalam kategori belum mampu mendapat bintang satu («), 4 orang anak dapat dikategorikan kemampuan bicaranya dalam tahap cukup mampu mendapat bintang dua (««), dan 3 orang anak yang dapat dikategorikan kemampuan berbicaranya sudah mampu mendapatkan bintang tiga («««). Hal ini juga terbukti ketika kegiatan pembelajaran ada beberapa orang anak yang terlihat cukup aktif dan mau menjawab pertanyaan guru saat belajar di area bahasa yaitu pada saat kegitan bercerita, dan terdapat beberapa anak yang terlihat kemampuan bicaranya masih pada kategori rendah, hal ini terlihat ketika diajak berkomunikasi, masih ada beberapa anak yang nampak takut, enggan, malu-malu atau gemetar saat ingin mengutarakan gagasannya bahkan ada pula anak yang belum mampu berucap dengan jelas. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan metode bercakap-cakap dengan berbantuan media kotak bergamabar. Metode ber cakap-cakap dengan berbantuan media kotak bergambar dipilih karena metode bercakap-cakap merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berani menyamapaikan pendapatnya kepada orang lain. Kemudian media kotak bergambar merupakan media visual yang terbuat dari kertas kartun berbentuk kota, dimana setiap sisi kotak terdapat gambar-gambar. Metode bercakap-cakap dengan berbantuan media kotak bergambar merupakan metode yang diharapkan mampu melatih daya konsentrasi anak dan memberikan pengalaman belajar bagi anak serta meningkatkan kemampuan berbicara. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang “Penerapan Metode Bercakapcakap Berbantuan Media Kotak Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun PelaAjaran 2015/2016
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem” Berdasarkan beberapa jenis metode pembelajaran .maka metode pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap menurut Dhieni, dkk (2007:7.4), adalah “Interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku”. Dalam bercakap-cakap guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih bannyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan secara lisan. Menurut Moeslichatoen (dalam Dhieni, dkk. 2007:7.5), metode bercakapcakap adalah, komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Sedangkan pengertian metode bercakap-cakap menurut Depdikbud (dalam Dhieni, dkk. 2007:7.5), adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak. Sedangkan menurut Triatno (dalam Ramadani, 2014:22), menyatakan bahwa metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau tanya jawab antara anak dan guru atau anak dan anak. Sedangkan tujuan metode bercakap-cakap menurut Moeslichatoen (dalam Dhieni, dkk. 2007:7.7) yaitu mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapatnya kepada siapa pun, kemudian memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan, memperbaiki lafal dan ucapan anak, selain itu menambah perbendaharaan/kosa kata; melatih daya tangkap anak, melatih daya pikir dan fantasi anak, menambah pengetahuan dan pengalaman anak, memberikan kesenangan kepada anak, serta merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis. Metode bercakap-cakap juga memiliki beberapa manfaat, menurut, manfaat metode bercakap-cakap menurut
Moeslichatoen (dalam Dhieni, dkk. 2007:7.6) yaitu meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan, meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan, dengan seiringnya anak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaan-nya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya, dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain. Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kekurangan dan kelebihan, demikian pula untuk metode bercakapcakap memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Dhieni, dkk. (2007:7.7) kelebihan metode bercakap-cakap yaitu pertama, anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan pendapatnya, kedua mendapat kesempatan untuk mengembangkan gagasannya; tiga, hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian dan dilingkungan anak; empat, mengembangkan cara berpikir kritis dan sikap hormat atau menghargai pendapat orang lain; lima, anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan belajarnya pada taraf yang lebih tinggi. Sedangkan kekurangannya: pertama membutuhkan waktu yang cukup lama; kedua memerlukan kerjasama dalam menangkap inti pembicaraan; tiga, dalam prakteknya, percakapan akan selalu didominasi oleh beberapa orang saja. Pada pembelajaran di Taman Kanak-kanak peran media sangatlah penting. Media dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendekatkan persepsi dan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pemahaman guru dengan daya tangkap anak. Media memilki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas informasi/pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Gagne (dalam Dhieni, dkk. 2007:10.3) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Degeng (dalam Tegeh, 2008:8) menyatakan, secara garis besar fungsi media: pertama menghindari terjadinya verbalisme; kedua mengembangkan minat/motivasi; tiga menarik perhatian siswa; empat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran; lima, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, dan enam, mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar. Berbicara merupakan salah satu aspek dari perkembangan bahasa. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan atau isi hati) seseorang kepada orang lain menggunkan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Suhartono, dalam Ramadani, 2014:15). Menurut Saleh Abbas (dalam Ramadani, 2014:15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”. Sedangkan menurut Salimah (2011:187), menyatakan bahwa kemampuan berbicara adalah “Suatu ketentuan yang dimiliki seseorang dalam mengucapkan bunyi atau kata-kata, mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaannya kepada orang lain secara lisan”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang dimilki seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata dengan tepat jelas dan baik, untuk menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan atau isi hati) seseorang kepada orang lain menggunkan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Adapun tahapan perkembangan bicara anak menurut Vygotsky (dalam
Dhieni, 2007:3.8) yang berhubungan erta dengan perkembangan berpikir anak yakni: tahapan eksternal, terjadi ketika anak berbicara secara ekternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian berasal dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab dengan anak, selanjutnya tahap egosentris, anak berbicara sesuai dengan jalan berpikirnya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi persyaratan. contoh “ini baju, ini celana, ini sepatu”, dan tahap internal, diaman dalam proses berpikir anak telah memiliki penghayatan sepenuhnya. Menurut dhieni (2007:3.9) karakteristik berbicara pada anak usia 4-6 tahun adalah kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin, dan umurnya, anak dapat menggunakan kata sambung, menggunakan kata tanya, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, anak dapat menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat dan mengenal tulisan sederhana. Selain itu karakteristik kemampuan berbiacara anak usia 5-6 tahun menurut Dyer (2004:128-132) yaitu pertama, kosa kata anak setelah berusia 5 tahun biasanya melebihi 2.100 kata. ia dapat memsahkan kisah-kisah yang panjang dan membahas perasaannya, Ketika itu kalimat-kalimatnya secara gramatikal sudah 90% benar; kedua, anak dapat menjelaskan tentang benda-benda berdasarkan kegunaannya, mengungkapkan informasi dasar tentang dimana ia tinggal, menghitung sampai 13, dan melafalkan hampir semua kata; tiga, anak dapat membuat kalimat kompleks yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang berhubungan dengan dan atau tetap; empat, anak dapat menyuarakan ideidenya dan masalah-masalah yang dihadapi tanpa prustasi; lima, anak dapat menceritakan suatu kisah yang terdiri atas
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) beberapa bagaian dengan urutan yang benar. Sedangkan menurut Bowler and Linke (dalam Dhieni, dkk. 2007:3.5) memberikan gambaran tentang kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun. Menurut mereka pada usia 3 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa, Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, member nama, alamat, usia, dan mulai memahami waktu. Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5 tahun dimana anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan kosa kata baru. Berdasarkan uraian serta pemaparan mengenai pengertian berbicara dan karakteristik berbicara tersebut maka indikator kemampuan berbicara pada anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dan dapat dipahami orang lain, anak dapat menjawab pertanyaan (apa, berapa, dimana, kapan, mengapa, bagaimana), dan anak dapat bercerita mengenai gambar pada media yang disediakan guru. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 12 anak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:24) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan menurut Ebbut (dalam Kusnandar, 2008:43), penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diinginkan dan belum memenuhi target penelitian. Adapun rancangan dari peneliti tindakan ini adalah:
Gambar
1.
Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)
Penelitian ini dilaksnakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas 1) Tahap perencanaan, adalah tahap untuk menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusu untuk diamati. Adapun tahap perencanaan yaitu : a) menyamakan persepsi dengan guru mengenai pembelajaran yang akan digunakan, b) menentukan tema atau sub tema pembelajaran, c) menyiapkan Rancangan Kegiatan Harian (RKH), d) menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu kotak bergambar, e) mempersiapkan lembar instrumen atau pengamatan yang memuat indikator/aspek kemampuan berbicara. 2) Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap untuk menerapkan suatu rancangan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. 3) Pengamatan, pengamatan dilakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) selama pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Data diambil melalui cara pengamatan langsung atau melihat kegiatan pembelajaran melalui metode bercakapcakap dengan media gambar secara langsung. Pengamatan berpedoman pada panduan observasi. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data kemudian diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 4) Refleksi, tahap refleksi merupakan kegiatan menganalisis terhadap data atau informasi yang telah didapatkan dan dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Peneliti melakukan refleksi setelah pelaksanaan tindakan selesai dilaksanakan. Kegiatan pada tahap refleksi ini berupa peneliti dan guru berdikskusi untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mencari solusi terhadap masalah yang timbul saat pelaksanaan tindakan, apabila hasil tindakan belum mencapai target maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode observasi. Menurut Nurkancana (dalam Agung 2014:94) menyatakan bahwa metode observasi merupakan ”Suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis”. Sedangkan menurut Nawawi & Martini (dalam Agung 2014:94), observasi adalah, ”Pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-gejala dalam objek penelitian”. Intrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Tingkat kemampuan berbicara yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka ratarata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala lima sebagai berikut.
Tabel 1.Tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) Skala Lima Persentase Kategori Kemampuan berbicara 90 - 100 Sangat tinggi 80 - 89 Tinggi 65 -79 Sedang 55 – 64 Rendah 0 – 54 Sangat Rendah (Agung, 2014:118) HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan berbicara pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), Median (Me), Modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan melalui penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar diperoleh rata-rata (Mean) = 6,25, Modus (Mo) = 5, Median (Me) = 6.5 yang selanjutnya disajikan kedalam grafik polygon.
6 5 4 3 2 1 0 5
6
7
8
M = 6. 25 Mo = 6.5 Mo = 5 Gambar 2. Hasil Kemampuan Berbicara pada Siklus 1 Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I sebesar 69.4%. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbicara anak dapat dihitung dengan membndingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sbesar 69.4 yang berada pada kategori sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan berbicara anak kelompok B PAUD Nurul Jihad Segarakaton masih berada pada kategori sedang, sedangkan dari hasil kemampuan berbicara anak itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I yaitu a) terdapat beberapa anak yang volume suaranya kecil pada saat berbicara, b) anak kurang memperhatikan guru dan kurang aktif pada saat proses pembelajaran, ini disebabkan karena ada anak yang bercanda pada saat proses pembelajaran sehingga menjadikan anak yang lain terganggu dan kurang mendengarkan saat guru menjelaskan, c) anak tidak berani maju kedepan utuk mencoba melempar kotak bergambar dan bercerita, ini disebabkan karena anak merasa malu berada didepan kelas. Dari kendala-kendala tersebut maka diupayakan solusi yaitu, memotivasi anakanak untuk berbicara dengan volume suara yang lebih keras, kemudia pada saat proses pembelajaran berlangsung kadang-kadang anak diajak untuk berdiri membentuk lingkaran, hal tersebut agar anak lebih tertarik dan mau mendengarkan guru serta tidak bosan dengan proses pembelajaran dengan posisi duduk saja. Serta memberikan reward berupa tepuk tangan kepada anak yang berani maju kedepan dan mau bercerita, sehingga memotivasi anak-anak lain yang belum berani maju dan bercerita. Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I. hasil anlisis data pada siklus II, diperoleh rata-rata (Mean) = 7.83, Modus = 9, dan Median = 8.5 yang selanjutnya disajikan kedalam grafik polygon. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan berbicara anak kelompok B1 semester II PAUD Nurul Jihad Segarakaton pada siklus I sebesar 69.4% dan rata-rata persentase kemampuan
berbicara anak kelompok B1 semester II PAUD Nurul Jihad Segarakaton pada siklus II sebesar 87% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningatan rata-rata persentase keterampilan berbicara anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17.6% dan berada pada kategori tinggi. peningkatan tersebut dipengaruhi oleh proses kegiatan pembelajaran yang sudah lebih baik dengan menerapkan solusi dari kendalakendala yang ditemukan pada siklus I.
7 6 5 4 3 2 1 0 6
7
M=7.83
8
9
Mo=9
Me=8.5 Gambar 3. Grafik polygon kemampuan berbicara pada siklus II Penerapan tindakan pada siklus II terlihat bahwa pemberian motivasi kepada anak-anak untuk berbicara dengan volume suara yang lebih keras dapat memicu anak-anak lain untuk mau mendengarkan dimana dalam hal ini guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama dengan volume suara yang keras, dan meminta kepada anak agar pada saat berbicara menggunakan volume suara yang keras seperti ketika bernyanyi. Selain itu siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran menjadi aktif serta mau mendengarkan, ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran ketika guru mengajak anak-anak untuk berdiri, anak merasa lebih semangat dan semua anak mau fokus melihat guru dan mendengarkan anak bercerita ataupun menjawab pertanyaan. Hal ini dapat dipertegas dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dhieni,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dkk. (2007:7.5) yang mengemukakan bahwa “Dalam bercakap-cakap guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengekspresikan secara lisan. Selanjutnya dapat dilihat pula pada siklus II yaitu memberikan reward berupa tepuk tangan kepada anak yang berani maju kedepan dan mau bercerita dapat memotivasi anak-anak lain yang belum berani maju dan bercerita. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Dhieni, dkk. (2007:3.9) yaitu “Anak membutuhkan reinforcemen (penguatan), reward (hadiah pujian), stimulus, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal”. Berdasarkan hasi penelitian dan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa penerapan metode bercakapcakap berbantuan media kotak bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2015/2016 di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Penelitian ini berakhir pada siklus II dengan kategori tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem dapat meningkatakn kemampuan berbicara anak. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar 69.4% yang berada pada kategori sedang, menjadi 87% yang berada pada kategori tinggi. Pada siklus I berada pada kategori sedang yang disebabkan karena terdapat beberapa anak yang kurang memperhatikan guru, bercanda dengan teman di sampingnya dan tidak berani maju kedepan untuk bercerita. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yaitu berada pada kategori tinggi karena proses pembelajaran sudah berjalan sesui
dengan rencana. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media kotak bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B Semester II tahun pelajaran 2015/2016 di PAUD Nurul Jihad Segarakaton Karangasem. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu a) Guru lebih kreatif, inovatif, dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan; b) sekolah hendaknya diharapkan mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan perkembangan bahasa terutama dalam kemampuan berbicara anak, serta perkembangan anak yang lainya; c) Siswa lebih kreatif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga perkembangan anak dapat meningkat serta kemampuan berbicara juga meningkat; d) orang tua siswa hendaknya memberikan bantuan, dorongan, dan bimbingan kepada anaknya, sehingga keaktifan anak dibidang pengembangan bahasa terutama kemampuan berbicara anak dapat meningkat; e) peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Agung. A. A. Gede. 2012. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.. Singaraja: FIP Undiksha. -------.
2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Ariani,
Dewi,
Ni Putu Novi, dkk. 2015. “Penerapan Metode Bercakapcakap Berbantuan Media Kartu Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan pada Anak Usia Dini”. Singaraja: FIP Undiksha Asmara L. P. dkk. 2014. “Penerapan Metode Bercakapcakap Berbantuan Media Kotak Alphabet untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Kelompok B”. Singaraja: FIP Undiksha.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Dyer, Laura. 2004. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak. Jakarta: PT Bhuana Ilmu populer. Septanti, Handis. 2015. “Hubungan Metode bercakap-cakap dengan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun”. Lampung: Universitas Lampung. Koyan,
I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Kusnandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Pedoman Penulisan Skripsidan TugasAkhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2014. UNDIKSHA: Universitas Pendidikan Ganesha. Putri,
Ni Putu, L. E. dkk. 2014. “Penerapan Metode Bercakapcakap Berbantuan Media Grafis Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa pada Anak TK Maha Widya I”. Singaraja: FIP Undiksha.
Ramadani, Risky. 2014. “Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui
metode bercakap-cakap dengan Media Gambar pada Anak Kelompok B2 di TK Aisyiyah Randubelang”. Yogyakarta: UNY Salimah. 2011. “Dampak Penerapan Bermain dengan Media Gambar Seri dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini”. ISSN 1412-565X, Volume 1, Edisi Khusus (hlm. 187-196). Santoso, Soegeng. 2007. Dasar-dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono, Y. N. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Tegeh,
I Made. 2008. Media Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2015 &Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011 tentang Guru dan Dosen, 2011. Bandung: Citra Umbara. Wirya, I Nyoman dan Luh Putu Indah Budyawati. 2013. Buku ajar pengembangan teknologi informasi dan komunikasi anak usia dini. Singaraja: Undiksha. Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan sumber belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.