PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Yusuf Institut Agama Islam Ma’arif (IAIM) Nahdlatul Ulama Metro Jl. RA Kartini Purwosari, Metro Utara Kota Metro Lampung E-Mail:
[email protected] Abstract This character education should be done from an early age, since an early age is the golden period of development (golden age) that its success largely determine the quality of a child in his adult life. all aspects of development in early childhood, indeed entered the stage or a very sensitive period. That is, if this stage is able to optimize the educational character of the child by providing a variety of stimulating productive, then the child character development in adulthood, will also take place productively. The current obstacle is modern education is dominated by the character of Western education offers a variety of educational concept-laden theories of psychology and philosophy of education. However, the concept that they offer hasn’t been able to give birth to a human being and a citizen who have cultural values and national character as well as religious or human-aware task and purpose of his life. Through educational methods, Islam offers a solution concept as the birth of a generation that is ready to sail and interpret life. Keywords: Islamic education, character, and early childhood Abstrak Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini, memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu mengoptimalkan pendidikan karakter anak dengan memberikan berbagai stimulasi yang produktif, maka perkembangan karakter anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif. Kendala saat ini adalah pendidikan modern didominasi oleh karakter pendidikan Barat yang menawarkan berbagai konsep pendidikan yang sarat teori Psikologi dan filsafat pendidikan. Namun, konsep yang mereka tawarkan belum mampu melahirkan manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa serta religius atau manusia yang sadar akan tugas dan tujuan hidupnya. Lewat metode pendidikannya, Islam menawarkan konsep sebagai sebuah solusi lahirnya generasi yang siap mengarungi dan memaknai kehidupan. Kata kunci: Pendidikan Islam, karakter, dan anak usia dini A. Pendahuluan Pada dasarnya manusia terlahir kedunia ini tanpa identitas, tidak mengenal apa-apa dan siapa-siapa serta untuk apa dilahirkan. Ia juga dilahirkan tidak pernah berpesan terlebih dahulu untuk dijadikan apa, bagaimana dan mau ke mana selanjutnya, kecuali hanya satu bahwa manusia dilahirkan hanya membawa
fitrah1 yang telah dianugrahi Allah SWT.2 Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa: Fitrah berarti kejadiannya sejak semula atau bawan sejak lahirnya. Lebih lengkap lihat dalam Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 284. 2 Rahmad Rosyadi, Pendidikan Islam Dalam Pembetukan Karakter Anak Usia Dini; Konsep dan Praktik PAUD Islami, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6 1
13
i r a u n
14| Elementary Vol. 2 Edisi 3 Januari 2016
َ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ ُّ ْ َ ْ ُ الزهرِ ِّي ع ْن أ يِب ب عن ٍ حدثنا آدم حدثنا ابن أ يِب ذ َِئ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ْ َّ م ْ َ ُ َُّ َ ْ َ َ َ يِ َ ه ح ِن ع ْن أ يِب هريرة رض الل عن ُه سلمة بن عب ِد الر ََ َ َ َ ِ َّ ُّ َ ىَّ هَّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ لُ ُّ َ ْ ُ ُ دَ ُ لَى قال قال انل يِب صل الل عليهِ وسلم ك مولو ٍد يول ع َ َ ّ َ ُ ْ َ َ ّ الْف ْط َرة ِ فَ َأبَ َواهُ ُي َه ّو َدانِهِ أَ ْو ُي َن ج َسانِهِ ك َمث ِل ِر ِ ِ صانِهِ أو يم ِ َ يم َة َه ْل تَ َرى ف َ يمةِ تُنْ َت ُج بْالَه َ بْالَه َِيها َج ْد اَعء ِ ِ
a J y
r tn a
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza›bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‹Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu’anhu berkata; Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?3 Hadits di atas memberikan suatu gambaran bahwa Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, ini berarti secara fisiknya manusia saat lahir semua dalam keadaan sama-sama lemah, namun bukan berarti ia bagaikan kertas putih atau kosong seperti yang dikatakan John lock4 tetapi manusia memiliki potensi yang berupa kecenderungan-kecenderungan tertentu yang menyangkut daya nalar, mental maupun Psikisnya yang setiap mereka berbeda-beda jenis dan tingkatannya. Dalam pandangan aliran konvergensi5 dikatakan bahwa setiap perkembangan yang
m lE e
r a tn
m lE e 4
dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan termasuk karakter. Kedua faktor yang memengaruhi pembentukan karakter, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan, pe-ngalaman, prinsipprinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua dengan anak. Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula pada anak. Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si anak berjalan dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya, si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini.6 Membangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Selanjutnya, karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemung-kinan akan membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang. Contoh, anak yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan sifat berani sebagai buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya memunculkan sifat sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan kemampuannya. Begitu besar pengaruh karakter dalam kehidupan
6 1 0 2 i
r a u n
a J y
Lihat dalam Lidwa Shohih Bukari, h. 1296 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 28 5 Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Lihat dalam Umar Tirtoraharjo dan La Suh, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h. 198 3
6 1 02
Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia Dini, ( Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2011), h. 8 6
14
6 1 0 2 i
PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
seseorang. Maka itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini.7 B. Pembahasan 1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter Istilah karakter dalam kamus Ilmiah populer adalah watak, tabiat, dan pembiasaan.8 Sementara itu, seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles mendefenisi-kan karakter yang sebagai kehidupan dengan melakukan tindakantindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles mengingatkan kepada kita tentang apa yang cendrung kita lupakan di masa sekarang ini: kehidupan yang berbudi termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri (seperti kontrol diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya (seperti kemurahan hati dan belas kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. Kita perlu untuk mengendalikan diri kita sendiri– keinginan kita, hasrat kita– untuk melakukan hal yang baik bagi orang lain.9 Selanjutnya, karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berprilaku yang khas tiap inidividu untuk hidup dan bekerja sama dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.10 Menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama Michael Novak mengatakan bahwa karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi relegius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.’’11 Lain dari pada itu, karakter juga dapat
m lE e
r tn a
m lE e 8
r a u n
15
6 1 0 2 i
r a u n
a J y
Ibid., h. 5 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Bahry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2002), h. 78 9 Thomas Lickona, Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 81. 10 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), h. 41 11 Thomas Lickona, Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter…, h. 81. 7
diartikan sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.12 Adapun makna lain karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau ”perangai”. Apa pun sebutannya, karakter adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.13 Jika dilihat dari berbagai pendapat di atas maka karakter dapat diartikan segalah sesuatu yang berhubungan dengan prilaku dan tutur yang bersifat positif terhadap semua pihak baik hubungannya dengan sang pencipta dan sesama makhluk, dengan berlandaskan pada aturan agama, budaya, adat istiadat dan norma kebangsaan. 2. Nilai-Nilai Karakter Berdasarkan pengertian karakter di atas yang erat kaitanya dengan prilaku dan sikap maka hal tersebut dapat digambarkan melalui tabel berikut: Tabel. 1.1. Nilai-Nilai Karakter
a J y
r a tn
| 15
Jangkuan Sikap Butir-Butir Nilai dan Prilaku Sikap dan prilaku Berdisiplin, beriman, bertakwa dalam hubungan- berfikir jauh ke depan, bersyunya dengan Tuhan kur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah, pengabdian.
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter…, h. 42 13 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia Dini…, h. 5 12
i r a u n
16| Elementary Vol. 2 Edisi 3 Januari 2016 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
Bekerja keras, berani memikul resiko (the risk taker), ber-disiplin, berhati lembut/ berempati, berpikir matang, berpikir jauh ke depan (future oriented, visioner) bersahaja, bersemangat, bersikap kons-truktif, bertanggung jawab, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah- tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, sabar, setia, adil, hormat, tertib, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tepat janji/amanah, terbuka, ulet. Sikap dan Bekerja keras, berpikir jauh perilaku dalam kedepan, bijak sana, cerdik, hubungannya cermat, jujur, berkemauan dengan keluarga keras, lugas, menghargai kesehatan, menghargai waktu, tertib, pemaaf, pemurah, pengabdian, ramah-tamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, sabar, setia, adil, hormat, sportif, susila, tegas, tepat janji/ amanah, terbuka Sikap dan perilaku Bekerja keras, berpikir jauh dalam hubunke depan, bertenggang rasa, gannya dengan toleran, bijaksana, cerdik, masyarakat dan cermat, jujur, berkemauan bangsa keras, lugas, setia, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemurah, pengabdian, ramahtamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, adil, hormat, tertib, sportif, susila, tegas, tepat janji/amanah, terbuka. Sikap dan perilaku Bekerja keras, berpikir jauh ke dalam hubungan- depan, menghargai kesehatan, nya dengan alam pengabdian. sekitar
a J y
r tn a
m lE e
m lE e
individu akan membawa implikasi positif bagi terbangunya karakter yang lain. Karakter esensial dalam Islam megacu pada sifat nabi Muhammad SAW. Yang meliputih siddiq, amanah, fathanah dan tablig.14 Keempat karakter tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagi berikut: Gambar 1.1. Karakter esensial dalam Islam15
3. Esensial Karakter Karakter esensial merupakan karakter utama dan pertama yang harus dimiliki setiap individu. Karakter esensial yang dimiliki
6 1 0 2 i
r a u n
4. Membangun Karakter Sejak Usia Dini Dalam perpektif pendidikan Islam ada beberapa hal yang dapat di lakukan dalam membangun karakter anak sejak usia dini yaitu:
a J y
r a tn
6 1 02
a. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Diantara syariat dan ajaran yang ditanamkan dalam Islam pada umatnya adalah dengan menanamkan ketauhidan pada anak yang baru lahir dengan cara mengumandangkan azan di telinga kanan dan Iqomah di telinga kiri. Hal ini dimaksudkan bahwa ketika manusia dilahirkan maka kalimat pertama kali memasuki telinganya adalah kalimat kebesaran dan keagungan Allah SWT. Oleh karena itu, mengumandangkan azan dan iqomah pada anak merupakan pembelajaran pertama ketika menghadapi kehidupan dunia. Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia, 2012), h. 24 15 Ibid., h. 25 14
16
6 1 0 2 i
PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Hal di atas senada dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmizi, dari Ibnu Rafi’ yang artinya: “Aku telah melihat Rasulullah SAW. Mengu-mandangkan azan pada telinga Hasan bin Ali, ketika ia baru saja dilahirkan oleh Fatimah binti Muhammad.16 Selain itu pembelajaran karakter yang dapat dilakukan adalah pembiasaan baik dalam bentuk ucapan berupa pembelajaran lafadzlafadz kalimat toyyibah dan pembiasaan dalam bentuk prilaku seperti kegiatan shalat dan puasa.
d. Sikap dan prilaku terhadap alam sekitar Akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Sebagai salah satu contoh pendidikan akhlak dalam Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati apa yang ada disekitar kita.
r a u n
a J y
r a tn
b. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri Sikap dan prilaku terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Adapun cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan melatih anak bersikap sabar, shiddiq, tawaduk, syukur, istiqamah, iffah, pemaaf dan amanah. Sebagai contoh setiap anak bersalah atau orang tua melakukan kekeliruan maka membiasakan anak untuk meminta maaf dan memaafkan.
m lE e
r tn a
m lE e
C. Kesimpulan Berdasarkan pada bahasan di atas yang terkait dengan pendidikan karakter pada anak usia dini dalam perspektif pendidikan Islam maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter atau akhlak yang nantinya bisa terwujud dalam bentuk perilaku dan membentuk satu kepribadian. 2. Membangun karakter anak sejak dini adalah sebuah keharusan. Sebab, perkembangan anak selanjutnya ditentukan dari proses pendidikan yang didapatkan anak sejak dini. 3. Karakter erat kaitannya dengan sikap dan prilaku dan dalam Islam sangat menekankan adanya pendidikan prilaku sejak dini yaitu sikap dan prilaku dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitar. Yang semuanya ini didasarkan pada syariat Islam, budaya, adat dan hukum kenegaraan.[]
Abdullah Nashi Ulwan, Mencintai dan mendidik Anak Secara Islami, (Yogyakarta: Darul Hikmah, 2007), h. 128-129 16
17
6 1 0 2 i
r a u n
a J y
c. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Sebagaimana disebutkan di atas bahwa dalam membentuk karakter anak dibutuhkan contoh kongkrit dari kedua orang. Maka dalam numbuhkan sikap dan prilaku anak hubungsnnya dengan keluarga yaitu dengan memberikan prilaku keteladanan. Prinsip ini terlihat dari perilaku Rasulullah Saw yang bernilai edukatif akhlaki. Contoh sikap yang bisa dilakukan pada anak yaitu membiasakan anak salam dan berpamitan pada saat masuk dan keluar rumah. Dengan sikap ini memcerminkan pembiasaan pada anak untuk menghormati orangtua atau orang yang ada dilingkungan rumah.
| 17
Daftar Pustaka Al-Bukhari, Abu Abdilah Muhammad Bin Ismail, Terjemah Sahih Bukhar, oleh Zainuddin, Wijaya Jakarta, 1969. Arnawi dan M. Arifin, Strategi Dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Yog-
i r a u n
18| Elementary Vol. 2 Edisi 3 Januari 2016 yakarta: Ar-Ruzzmedia, 2012. Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung: Refika Aditama, 2007. Lickona, Thomas., Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Nashi Ulwan. Abdullah, Mencintai dan mendidik Anak Secara Islami, Yogyakarta: Darul Hikmah, 2007. Nasution. Harun, Islam Rasional, Jakarta: LSAF, 1989. Prasetyo, Nana., Membangun Karakter Anak Usia Dini, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.
a J y
r tn a
m lE e
Rosyadi. Rahmad, Pendidikan Islam Dalam Pembetukan Karakter Anak Usia Dini; Konsep dan Praktik PAUD Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013 Shihab, Quraish., Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998. Tirtoraharjo, Umar dan La Suh, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.
6 1 0 2 i
r a u n
a J y
r a tn
m lE e
6 1 02
18