PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN MODEL PEMASOK Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
[email protected]
ABSTRACT HANFA Handycracf is a make bag of women in Manding, south city of Yogyakarta which produces item small, medium, big and specific. The raw materials that used to make bags are obtained from some suppliers. HANFA selected supplier which offered minimum price. Supplier selection based on only the price factor has not been appropiate recently. Therefore, this research studies supplier selection and order quantity determination by using combination of analytic hierarchy process and goal programming. Supplier selection involve multiple criteria both qualitative and quantitative factors, which may also be conflicting to each other. Quantitative factor in supplier selection is price. Qualitative factors in supplier selection are logistic, technology, company and relationship. The result of this research gives detail information about criteria and sub criteria which used in supplier selection. Furthermore, the selected supplier and order quantity for each raw material has been found. Keyword: supplier, quantity, analytic hierarchy process, goal programming INTISARI HANFA Handycracf merupakan sebuah perusahaan yang membuat tas khusus wanita yang berada di Manding, selatan Yogyakarta, produk tas berukuran kecil, sedang, besar dan spesifik. Bahan baku yang dibutuhkan membuat tas diperoleh dari beberapa para penyalur. Pada umumnya HANFA Handycracf memilih penyalur yang menawarkan harga paling minimum. Padahal pemilihan penyalur berdasar pada hanya faktor harga belum tentu mendapatkan kualitas yang dibutuhkan. Penelitian pemilihan pemasok ini nantinya akan ditentukan dari hasil metode analytic hierarchy process dan goal programming. Pemilihan pemasok melibatkan berbagai kriteria ukuran dari faktor kuantitatif dan kualitatif, yang hasilnya bisa merupakan kebalikan dari macam kriteria. Faktor kuantitatif di dalam pemilihan pemasok adalah harga. Faktor kualitatif di dalam pemilihan pemasok adalah fungsi logistik pemasok, teknologi pemasok, perusahaan pemasok dan hubungan pemasok. Hasil penelitian ini memberi informasi tentang criteria dan sub kriteria yang akan digunakan didalam pemilihan pemasok. Nantinya pemasok yang terpilih harus dapat memenuhi kualitas yang ditentukan sesuai dengan bahan baku yang dibutuhkan. Kata kunci: pemasok, kuantitas, analytic hierarchy process, goal programming
PENDAHULUAN Biaya bahan baku dan komponen pendukung merupakan komponen biaya pokok produksi sebuah produk. Oleh karena itu, pemilihan pemasok merupakan masalah pengambilan keputusan yang paling penting, karena pemilihan pemasok yang tepat dapat menurunkan biaya pembelian dan meningkatkan daya saing perusahaan (Ceby dan Bayraktar, 2003). Saat ini bagian pembelian juga bertugas mengelola hubungan, memfasilitasi pengambil keputusan dengan menyediakan
hal-hal yang berhubungan dengan internal dan eksternal perusahaan dan yang utama adalah membangun dan menjaga hubungan jangka panjang dengan pemasok. Pengaturan keterlibatan pemasok dengan baik akan meningkatkan performansi pemasok dalam meningkatkan kualitas produk dan memeperbaiki proses yang akan mempertinggi kepuasan konsumen dan performansi perusahaan (Tracey and Tan, 2001) HANFA Handycraft merupakan perusahaan pembuatan tas yang berlokasi di Sentra Industri Kulit Manding Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahan baku berupa kulit
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 137-142
137
dan kulit imitasi serta berbagai asesoris diperoleh dari sejumlah pemasok, untuk mencukupi kebutuhan bahan baku ini dilakukan penawaran terbuka kepada perusahaan-perusahaan yang mempunyai produk bahan baku dan pembantu yang dibutuhkan sebelum melakukan pemilihan pemasok. Selanjutnya perusahaanperusahaan tersebut mengajukan penawaran harga dan contoh barang serta syarat-syarat administratif. Setelah mendapatkan beberapa alternatif pilihan perusahaan dalam jangka waktu tertentu, maka perlu memilih pemasok yang menawarkan biaya pembelian yang paling minimal . Masalah pengambilan keputusan pemilihan pemasok perlu melibatkan banyak kriteria yang meliputi faktor kuantitatif dan kualitatif yang mungkin dapat bertolak belakang (Ceby dan Bayraktar, 2003). Dengan kata lain, saat ini pemilihan pemasok yang hanya berdasarkan pada faktor biaya sudah tidak tepat lagi. Pemilihan pemasok ini dapat diselesaikan dengan cara menguraikan dalam beberapa kriteria yang disusun menjadi suatu bentuk hirarki. Metode yang sesuai dengan karakteristik masalah ini adalah metode Analytic Hierarchy Process (Saaty, 1991). Untuk mempertimbangkan faktor kualitatif dan faktor kuantitatif dalam pemilihan pemasok yang mungkin dapat bertolak belakang dapat dirumuskan beberapa fungsi tujuan. Penyelesaian masalah yang melibatkan fungsi tujuan lebih dari satu dan fungsi tujuan yang digunakan saling bertolak belakang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Goal Programming (Ceby dan Bayraktar, 2003). TINJAUAN PUSTAKA Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan pengambilan keputusan dalam kondisi multikriteria yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode pengambilan keputusan ini telah dikembangkan oleh Thomas L. , didasarkan pada kemampuan mengambil keputusan untuk mengkonstruksi persepsi secara hierarkis dari suatu persoalan multikriteria, juga untuk membuat perbandingan baik yang bersifat tangible atau intangible dari suatu kriteria, atribut atau sifat dari masing-masing elemen keputusan. 138
Kelebihan dari metode AHP ini antara lain, yaitu struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam; memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan; AHP tidak tidak memaksakan konsensus tetapi mensistensis suatu hasil yang representatif dari berbagai pilihan; serta AHP memungkinkan organisasi/perusahaan memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan (Saaty, 1991). Goal programming diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper pada awal tahun 1960, sedangkan menurut Lieberman (1997), goal programming adalah pemrograman linier yang digunakan untuk memperoleh berbagai tujuan tertentu secara simultan Pendekatan dasar dari goal programming adalah menetapkan suatu tujuan yang dinyatakan dengan angka tertentu untuk setiap tujuan, merumuskan suatu fungsi tujuan untuk setiap tujuan dan kemudian mencari penyelesaian yang meminimumkan deviasi dari fungsi tujuan terhadap goal masing-masing. METODOLOGI Untuk mendapatkan kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan pemasok di HANFA Handycraft dilakukan penyebaran kuesioner awal. Kriteria dan sub kriteria tersebut nantinya akan digunakan sebagai pertanyaan dalam kuesioner I. Hasil yang diperoleh dari kuesioner I kemudian digunakan sebagai dasar untuk menyusun hirarki yang disusun terdiri dari 4 level yaitu tujuan, kriteria, subkriteria dan alternatif. Penyusunan kuesioner II dilakukan setelah terbentuk hirarki. Kuesioner II berisi penilaian tingkat kepentingan (bobot) baik untuk kriteria maupun subkriteria. Selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi untuk menguji penilaian perbandingan antar kriteria dan antar sub kriteria konsisten atau tidak. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan ketidakkonsistenan maka dapat dilakukan penilaian ulang oleh responden. Penyimpangan dari konsistensi di nyatakan dengan indeks konsistensi, jika indek konsistensi ≤ 0,10 maka penilaian dianggap konsisten dan dapat diterima serta dipertanggungjawabkan, untuk menghitung
Yusuf , Pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Menentukan Model Pemasok
consistensi ratio digunakan software Expert Choice for Windows. Hasil kuesioner matriks perbandingan antar kriteria dan antar sub kriteria setelah diuji dan hasilnya konsisten, selanjutnya hasil perhitungan rata-rata geometrik (geometric mean) rekap kuesioner II perbandingan berpasangan digunakan sebagai dasar dalam pembobotan. Penilaian pemasok dilakukan oleh orang yang dianggap ahli yang mengetahui tentang permasalahan yang terkait dengan rencana pemilihan pemasok yaitu pihak HANFA Handycraft. Penilaian pemasok dilakukan oleh manager operasional dan manager produksi. Penilaian pemasok menggunakan skala Liberatore yaitu sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik. Penggunaan skala Liberatore ini dikarenakan pemilihan pemasok melibatkan banyak sub kriteria. Nilai performansi pemasok diperoleh dengan cara mengalikan nilai data penilaian pemasok dengan nilai bobot kriteria dan sub kriteria. Hasil yang diperoleh merupakan nilai performansi pemasok yang menjadi masukan konstanta nilai pemasok di model Goal Programming. Langkah selanjutnya adalah pembuatan model Goal Programming yang terdiri dari fungsi tujuan dan batasan-batasan. Pembuatan model Goal Programming berdasarkan model Goal Programming pada hasil penelitian Ceby dan Bayraktar (2003). Penyelesaian model Goal Programming yang telah dibuat dilakukan dengan bantuan software WinQSB sehingga diperoleh pemasok yang dipilih dan jumlah bahan baku penolong yang dipesan. Pembuatan model Goal Programming berdasarkan model Goal Programming pada hasil penelitian Ceby dan Bayraktar (2003). Fungsi tujuan model Goal Programming yang digunakan untuk pemilihan pemasok di HANFA Handicraft adalah fungsi tujuan biaya dan fungsi tujuan performansi. Fungsi Tujuan : 1. Fungsi tujuan “ biaya “
Z min = ∑∑ Pij ∗ X ij ………………..(1) i
j
2. Fungsi tujuan “ utilitas “
Z maks = ∑ ∑ Sij ∗ X ij ………….…….(2) i
Batasan-batasan:
∑ X ij = Di ; ∀i ………………………(3) j
Qij min × Yij ≤ X ij ; ∀i, j ……………...(4) Qij maks × Yij ≥ X ij ; ∀i, j ………………(5)
∑ Yij ≥ 1 ; ∃i …………………………. (6) j
X ij ≥ 0 dan nilai integer ∀i, j …………...(7) Yij = 0 atau Yij = 1 ; ∀i, j ……………...(8) Dimana : Konstanta, Pij = Biaya pembelian bahan baku penolong i dari pemasok j Sij = Bobot performansi pemasok j untuk bahan baku penolong i Di = Kebutuhan bahan baku penolong i Qij min = Minimum order dari pemasok j untuk bahan baku penolong i Qij maks = Maksimum order dari pemasok j untuk bahan baku penolong i Variabel-variabel: Yij = “1” jika pemasok j dipilih untuk bahan baku penolong i, “0” jika sebaliknya Xij = Jumlah bahan baku penolong i yang akan dibeli dari pemasok j Analisis dilakukan untuk menginterpretasikan dan menjelaskan hasil penelitian meliputi analisis terhadap hasil kuesioner awal, kriteria pemilihan pemasok, bobot kriteria evaluasi pemasok, pemasok yang dipilih, perbandingan pemasok baru yang dipilih dengan pemasok lama, serta kelebihan dan kekurangan sistem pemilihan pemasok yang diusulkan.
PEMBAHASAN Dari kuesioner awal (lihat tabel 1)yang disebar didapatkan jawaban yang hampir sama dari setiap responden yang akhirnya menjadi subkriteria dan kriteria yang digunakan dalam penelitian.
j
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 137-142
139
No 1
Kriteria Logistik
Tabel 1. Hasil Kuesioner Awal Penjelasan Sub Kriteria Segala sesuatu yang • Lead time berhubungan dengan pengiriman pengiriman barang oleh pemasok. • Fleksibilitas • Kondisi pengiriman
2
3
Teknologi
Perusahaan
Berkaitan dengan proses pembuatan barang dan produk yang dihasilkan oleh pemasok.
• Kapasitas
Semua hal yang berhubungan dengan perusahaan pemasok.
• Reputasi
• Kemampuan dalam pengembangan • Usaha perbaikan • Kemampuan menyelesaikan masalah
• Kekuatan kekuangan •
4
Hubungan
Berkaitan dengan hubungan perusahaan dan pemasok.
Manajemen
• Kemudahan komunikasi
• Pengalaman masa lalu Hirarki pada Gambar 1 menunjukkan kriteria dan sub kriteria yang telah disetujui oleh pihak HANFA Handicraft untuk menjadi
140
Penjelasan • Lamanya waktu pemesanan dan pengiriman barang. • Fleksibilitas perubahan order. • Jaminan kondisi barang yang dikirim sesuai dengan permintaan. • Kapasitas memenuhi permintaan. • Kemampuan pemasok dalam pengembangan produk dan proses. • Usaha perbaikan produk dan proses. • Kemampuan pemasok apabila nantinya terjadi masalah. • Mempunyai nama baik di bidangnya. • Posisi keuangan pemasok dapat menjamin hubungan jangka panjang. • Keahlian dan compatibility pihak manajemen pemasok. • Berkaitan dengan fasilitas yang digunakan untuk berhubungan dengan pemasok. • Pernah atau tidaknya perusahaan berhubungan dengan pemasok.
dasar dalam pemberian nilai pemasok bahan baku penolong.
Yusuf , Pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Menentukan Model Pemasok
Evaluasi Pemasok
Logistik Pemasok
Teknologi Pemasok
Perusahaan Pemasok
Hubungan dengan pemasok
Lead time pengiriman
Kapasitas untuk memenuhi permintaan
Reputasi
Kemudahan Komunikasi
Fleksibilitas perubahan order
Kemampuan dalam pengembangan produk dan proses
Kekuatan keuangan
Pengalaman masa lalu
Pengiriman barang dalam kodisi baik
Usaha perbaikan produk dan proses
Keahlian dan compatibility pihak manajemen
Kemampuan menyelesaikan masalah
Pemasok 1
Pemasok 2
Pemasok n
Gambar 1. Hirarki evaluasi pemasok Dengan bantuan program Expert Choice for Windows, bobot dari kriteria dan sub kriteria tujuan matriks perbandingan
Tujuan
berpasangan ditunjukkan seperti pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Struktur Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Kriteria Bobot Sub Kriteria Teknologi pemasok
0,357
Logistik Pemilihan pemasok
pemasok
0,252
Perusahaa n pemasok Hubungan
0,202
0,189
Bobot
Usaha perbaikan produk dan proses
0,117
Kemampuan menyelesaikan masalah Kemampuan dalam pengembangan produk dan proses Kapasitas untuk memenuhi permintaan
0,106
0,066
Pengiriman barang dalam kondisi baik
0,106
Lead time pengiriman
0,101
Fleksibilitas perubahan order
0,046
Keahlian dan compatibility manajemen
0,103
Reputasi
0,073
Kekuatan keuangan
0,026
Kemudahan komunikasi
0,107
Pengalaman masa lalu
0,082
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 137-142
0,068
141
Model Goal Programming di atas kemudian diolah dengan bantuan software
WinQSB. Hasil pengolahan data dapat dilihat di tabel 4,
Tabel 4. Rekap Hasil Pengolahan Model Goal Programming Variabel Keputusan X 1,2 X 2,7 X 3,8 X 4,9 X 5,10 X 6,14 X 7,14 X 8,4 X 9,19 X 10,21 X 11,15 X 12,15 X 13,15 X 14,15 X 15,23 X 16,23 KESIMPULAN Hasil kuesioner awal didapat kriteria yang diperlukan adalah logistik pemasok, teknologi pemasok, perusahaan pemasok dan hubungan pemasok yang dilengkapi dengan subkriteria pada masing-masing kriteria. Sehingga diperolah hasil pembobotan paling tinggi yaitu teknologi pemasok sebesar 0,357 dan terendah adalah hubungan pemasok sebesar 0,189. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasok yang dipilih dan jumlah pesanan kepada pemasok yang dipilih. DAFTAR PUSTAKA Ceby, F. and Bayraktar, D. (2003). An Integrated Approach for Supplier Selection. Journal of Logistics Information Management. Liebermen, J.Gerald (1997). Pengantar Riset Operasi, jilid 1, edisi kelima. Saaty, T.L. (1991). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Simamora, B. (2002). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 142
Jumlah Pembelian (unit) 1.000 50 100 150 1.200 100 200 100 2.000 100 500 300 4.000 500 150 200
Untuk tas kecil bahan baku berupa asesoris dibeli ke pemasok Citra Utama sejumlah 1.000 unit, bahan baku kulit dibeli ke pemasok Kurnia sejumlah 50 unit, bahan baku kain dibeli ke pemasok Kartika sejumlah 100 unit dan bahan baku ritsletting dibeli ke pemasok Sanjaya sejumlah 150 unit. Untuk tas spesifik/khusus diperlukan bahan baku asesoris dari pemasok Utama Karya 4.000 unit, kulit dibeli dari Mandala sejumlah 500 unit, kain dari Kartika sejumlah 150 unit dan ritsletting dibeli ke pemasok Sanjaya sejumlah 200 unit.
Tam, M.C.Y and Tummala, V.R.M (2001). An Application of The AHP in Vendor Selection of A Telecommunications System. The International Journal of Management Science. Tracey, M and Tan, C.L (2001). Empirical Analysis of Supplier Selection and Involment, Customer Satisfaction, and Firm Performance. An International Journal of Supply Chain Management.
Yusuf , Pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Menentukan Model Pemasok