PENDAMPINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN GOWA Andi Ella, dkk I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Program pengembangan kawasan secara terintegrasi dengan sentuhan teknologi tepat guna yang ada dan dapat diterapkan oleh masyarakat yang berada pada daerah yang memiliki potensi, merupakan salah satu langkah guna meningkatkan produktivitas wilayah pembangunan secara utuh. Hal ini dapat dilaksanakan antara lain dengan upaya pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan potensi wilayah yang tersedia, termasuk pemberdayaan kelembagaan lokal tradisional di lokasi yang bersangkutan. Secara praktis hal ini dapat dilaksanakan dengan upaya pengembangan kegiatan pertanian terpadu dengan leading sektor komoditas pertanian yang potensi dan dapat berkembang secara biologis dan beradaptasi dengan kondisi ekosistem di lokasi-lokasi lahan yang direncanakan. Secara operasional, upaya ini sekaligus menyertakan masyarakat sebagai subjek kegiatan pengembangan wilayah secara terintegrasi. Kabupaten Gowa yang berada di bagian Selatan dari Sulawesi Selatan, dan merupakan daerah otonom secara administrasi mempunyai wilayah terluas kedua (18 kecamatan) setelah kabupaten Bone di Propinsi Sulawesi Selatan, dan mempunyai iklim yang sangat beragam. Beberapa bagian wilayahnya merupakan lahan kering iklim basah dan bagian yang lain merupakan lahan kering iklim kering. selain itu sebagai daerah penyangga kota Makassar yang merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, juga dengan banyaknya daerah-daerah kabupaten lain yang berbatasan secara administratif menjadikan daerah ini sangat potensial dalam pengembangan dan peningkatan sektor perekonomian berbasis pertanian. Salah satu daerah di wilayah kabupaten gowa yang sangat dan telah mencadi sentra pengembangan hortikultura terutama tanaman sayuran adalah daerah Malono. Pemerintah Sulawesi Selatan telah menetapkan daerah ini sebagai salah satu daerah pengembangan kawasan hortikultara
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1.2.
Tujuan Pengawalan/pendampingan
inovasi
teknologi
pertanian
bertujuan
untuk
mengoptimalkan peran BPTP dalam mengintervensi dan menginfiltrasi muatan inovasi pertanian dalam implementasi Program Strategis Departemen Pertanian. 1.3.
Keluaran Melalui kegiatan ini diharapkan minimal 90 % inovasi teknologi pertanian hasil Litbang
Pertanian diterapkan dalam implementasi Program Strategis Kemeterian Pertanian utamanya komoditas hortikultura II.
PROSEDUR PELAKSANAAN
2.1. Ruang lingkup Kegiatan Proses penentuan lokasi dilakukan dengan mekanisme potensi wilayah pengembangan komoditi hortikultura potensi di daerah tersebut. Penentuan lokasi melibatkan kepala cabang dinas Pertanian dipadukan denga Program pengembangan hortikultura
Pemda Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kabupaten Gowa 2.2. Tahapan kegiatan Pelaksanaan
kegiatan
pendampingan
pengembangan
ditempatkan di kecamatan Tinggimoncong, kelurahan
kawasan
hortikultura
Pattapang dengan melibatkan
kelompok tani “KWT BERINGIN” yang telah berpengalaman
melaksanakan penanaman
Kentang . Pada kegiatan ini telah diperkenalkan varietas unggul baru/Nomor kentang yang telah dihasilkan Balai Komoditas antara lain: Varietas Margahayu, Varietas Tenggo, GM 05 dan GM 08. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Lokasi Pendampingan Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan, tidak semua kecamatan berpotensi untuk
dapat dikembangkan tanaman kentang. Lokasi kegitan pendampingan hortikultura hanya ditempatkan di kecamatan Tinggimoncong kelurahan Pattapang sesuai dengan potensi yang wilayan pengembangan. 3.2. Pelaksanaan Pendampingan Pada lokasi pendampingan telah diperkenalkan empat jenis kentang yang telah dihasilkan Litbang Pertanian seperti pada Tablel 1. Lokasi penanaman bibit kentang sebelumnya diolah dan disebarkan pupuk kandang berupa kotorang ayam yang didatangkan
2 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
dari daerah lain, penanaman dilaksanakan serentak pada tanggal 12 Mei 2012. Jumlah benih yang ditanam dari masing-masing jenis kentang sebanyak 100 knol, namun ada bebepa yang rusak yaitu dari jenis GM 05 dan GM 08. Untuk memcukupi 100 yang ditanam maka beberapa benih yang dibelah untuk mencukupkan 100. Tabel 1. Lokasi Pengembangan Kentang di Kabupaten Gowa Kecamatan
Desa/Kelurahan Varietas/No
Tinggimoncong
Pattapang
Margahayu
Jumlah Knol Yang ditanam 100
Tenggo
100
GM 05
95
GM 08
93
Waktu Tanam 12 Mei 2012
Biji kentang ditanam dengan jarak 35 x 35 cm, pada pemupukan pertama yang digunakan adalah Ponska, pupuk kandang dan ZA
dengan dosis 8 gm/pohon ,
selanjutna pada umur tanaman mencapai 40 hari dilakuakan pemupukan ke dua yang diberikan hanya Ponska sebanyak 8 gr/pohon Pertumbuhan tanaman sangat baik dari semua jenis kecuali yang dibelah pertubuhannya sedikit lebih lambat dari benih yang utuh seperti yang terlihat di beberapa Gambar Lampiran 1 3.3. Hasil yang dicapai Sebanyak 4 varitas kentang yang ditanam diperoleh hasil seperti terlihat pada Tebel. 2. Produktivitas dari masing-masing varietas bervariasi. Produksi yang paling tinggi diperoleh dari varietas Margahayu (61,5 kg), kemudian selanjutnya berturut-turut varietas GM 08 (23,25 kg), varietas Tenggo (15,70 kg) dan terendah adalah varietas GM 05 (12,35 kg). Penampilan umbii dari masing-masing varitas terlihat pada Gambar Lampiran 2. Tabel 2 Produksi Umbi dari masing-masing Varietas kentang Varietas
Jumlah Umbi (biji)
Berat Umbi (gr)
Tenggo
562
15700
Margahayu
734
61500
GM 08
503
23250
GM 05
236
12350
3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa variets Margahayu produksi umbinya yang paling banyak
dan berkorelasi positif dengan berat umbi yang diperoleh. Bentuk umbi
lonjong, panjang akar mencapai 25 – 50 cm dari pangkal batang, jumlah tunas yang keluar dari batang sangat banyak dan nampaknya sangat berpengaruh dengan jumlah umbi yang dihasilkan dan juga berpengaruh terhadap besar kecilnya umbi dimana umbi yang yang terbentuk pada akar yang agak jauh dari pohon umbinya lebih kecil dari akar yang lebih dekat. Suatu kelemahan yang nampak dari varietas ini adalah tunas lebih cepat keluar dari umbi, sehingga tidak bisa disimpan terlalu lama bila akan dijadikan benih. Varietas Tenggo dengan produksi umbi sebanyak 562 biji dengan bentuk umbi bulat dan besar dengan kulit yang lebih mulus, namun tingkat kerusakan umbi dalam tanah lebih tinggi dapat mencapai 60 %, sehingg diperlukan pemanenan yang lebih cepat. Varietas GM 08 dengan produksi umbi mencapai 503 biji dengan bentuk umbi besar dan lonjong. Varietas ini produksinya lebih rendah dibandingkan dengan Margahayu, namun memiliki ketahanan dalam tanah yang kuat. Varietas GM 05 produksi umbinya yang paling rendah yaitu 236 biji dibandangkan varietas lainnya
dan ini sangat berpengaruh terhadap total produksi. Varietas ini sangat
lambat keluar tunas, sehingga memiliki daya simpan yang lebih lama bila akan dijadikan benih. PENUTUP Hasil penanaman kentang pada program pendampingan pengembangan tanaman hortikultura, perlu dikembangkan lebih lanjut, mengingat hasil ini masih berupa knoll yang dikembangkan DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2008. Gowa Dalam Angka. Badan Pusat Statistik kabupaten Gowa. Hendayana. Rahmat., Y.A. Dewi dan M. Sarwani. Peran BBP2TP dalam penyediaan Inovasi Pertanian Mendukubg Program Strategis Kemeterian Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Inovasi di Perdesaan; Mewujudkan Inovasi Badan Litbang Pertanian Tersedia Secara Cepat, Tepat dan Murah. Bogor 15 – 16 Oktober 2009. Anonim, 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Hortikultura
4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lampiran 1. Gambar aktivitas pertanaman dilapangan
5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lampiran 2.
7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id