I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai negara agraris, dimana penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan di dukung potensi alam melimpah dan sumber daya manusia yang banyak, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang maksimal pada perekonomian negara. Di saat semua sektor dihantam krisis, hanya sektor pertanian yang tetap bertumbuh positif dan tidak mengalami kehancuran (Sigit, 2008). Pada tahun 2004, luas areal pertanaman kelapa di Indonesia sebesar 3.872 ribu hektar terdiri atas Perkebunan Rakyat seluas 3.760 ribu hektar (97,07%), Perkebunan Besar Negara seluas 5 ribu hektar (0,14%), dan Perkebunan Besar Swasta seluas 107 ribu hektar (2,79%). Sedangkan untuk produksi kelapa (equivalent kopra) tahun 2004 sebesar 3.304 ribu ton terdiri dari perkebunan rakyat sebesar 3.191 ribu ton (82,39%), perkebunan besar negara 4 ribu ton (0,10%) dan perkebunan besar swasta 109 ribu ton (2,81%). Dengan demikian perkebunan rakyat masih mendominasi perkebunan kelapa secara nasional dengan melibatkan petani pekebun sekitar 6.923 ribu KK (Henry, 2007). Di Jawa Tengah terdapat kebun rakyat yang mengusahakan kelapa, antara lain kelapa dalam, kelapa deres, kelapa hibrida, kelapa kopyor. Masing-masing batang kayu kelapa ini mempunyai potensi untuk dijadikan bahan baku kerajinan kayu kelapa atau handicraft. Produksi kelapa dalam pada tahun 2006 sebanyak 231.846,44; kelapa deres tahun 2006 sebanyak 21.499,03; kelapa hibrida tahun 2006 sebanyak 943,54; dan yang terakhir kelapa kopyor tahun 2006 sebanyak 672,20 (Anonima, 2008). Pada umumnya produk pertanian dipasarkan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Padahal dengan pengolahan akan memberikan nilai tambah tersendiri, yang nantinya akan memberikan pendapatan yang lebih besar. 1
2
Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan industri pengolahan produk pertanian. Industri yang bahan baku utamanya produk pertanian ini disebut agroindustri. Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasil hutan, peternakan dan perikanan. Nilai tambah pada produk pertanian biasa dilakukan dalam berbagai bentuk asalkan meberi persepsi nilai yang semakin tinggi di benak konsumen. Yang paling sederhana adalah memperbaiki penampilan fisiknya melalui sortir dan jaminan kualitasnya (Joewono, 2007). Sumbangan sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDRB) cukup tinggi pada tahun 2008, dengan angka pertumbuhan sebesar hampir 20 persen pada tahun terakhir. Industri pengolahan di wilayah Kabupaten Klaten dapat dikelompokkan menjadi industri besar/menengah dan industri kecil, terdiri dari industri logam, mesin dan elektronika; industri meubel dan kerajinan (handicraft); industri topeng dan mainan anak; dan industri gerabah/keramik (Anonima, 2008). Kelapa merupakan salah satu hasil pertanian yang bisa digunakan sebagai bahan baku agroindustri. Klaten merupakan salah satu daerah yang sebagian penduduknya mengusahakan kerajinan dari bahan baku kayu kelapa. Kayu kelapa dibuat menjadi furniture, handicraft, alat-alat makan, tempat lampu, dan sebagainya. Agroindustri dari kayu kelapa ini memerlukan strategi bisnis yang baik untuk membuat industri ini berkembang. Strategi yang tepat dapat membuat industri dari kayu kelapa ini menembus pasar ekspor dan bisa dijadikan sebagai salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja (Anonimc, 2008). Penelitian mengenai kerajinan kayu kelapa ini dilakukan di UD Kelapa Keling, terletak di desa Belangwetan, Kabupaten Klaten. UD Kelapa Keling ini mengusahakan industri dari kayu kelapa diubah menjadi kerajinan, khususnya handicraft dari kayu kelapa, seperti tempat lampu untuk hotelhotel berbintang, alat-alat makan seperti sendok, piring, garpu, nampan, tempat buah, tempat parcel, dan aksesoris ruangan seperti asbak, rak CD,
3
tempat handuk, tempat kartu nama, vas bunga dari kayu kelapa. Jumlah penjualan produk Kelapa Keling tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Total Penjualan Produk Kelapa Keling tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Peralatan Makan 260 248 252 215 298 275 225 264 292 270 298 265 3162
Jenis Produk (pcs) Lampu Aksesoris ruangan 83 263 96 233 80 269 71 226 79 108 59 186 82 200 74 148 84 110 76 141 83 122 92 193 959 2199
Sumber : Data Sekunder Pada tahun 2008 UD Kelapa Keling mempunyai volume penjualan mencapai sekitar Rp. 675.592.525.000,00. Dari volume penjualan ini digunakan untuk menggaji karyawan, membeli bahan baku, biaya telepon dan listrik, ansuran pinjaman serta pembelian kebutuhan bagian administrasi, seperti membeli kertas, tinta, alat-alat tulis, dan alat-alat kebutuhan administrasi lainnya. Volume penjualan dari tahun ke tahun selalu berubah, tergantung banyak tidaknya pesanan dari konsumen. Data tiga tahun terakhir, volume penjualan UD Kelapa Keling mengalami peningkatan. Mulai dari tahun 2007, volume penjualan sebesar Rp 550.000.000,00. Pada tahun 2007 ini penjualan lokal dan luar negeri hampir sama, tidak ada perbedaan yang cukup
besar.
Pada
tahun
2008
volume
penjualan
sekitar
Rp
675.592.525.000,00, pada tahun ini penjualan lebih banyak untuk luar negeri/ekspor dan produk yang dipesan mempunyai harga yang beragam dan cukup mahal. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi Rp 750.000.000,00, peningkatan yang terjadi tidak cukup besar sebab pada tahun
4
2009 penjualan produk kerajinan kayu kelapa lebih banyak untuk lokal dengan produk-produk yang tidak terlalu mahal. Ekspor juga dilakukan pada tahun 2009, namun tidak banyak seperti tahun sebelumnya. Persediaan bahan baku kayu kelapa diperoleh dari produsen kayu kelapa/tengkulak dan pembeliaannya dilakukan jika stok bahan baku di UD Kelapa Keling hampir habis. Saat UD Kelapa Keling harus berproduksi untuk memenuhi pesanan maupun stok produk, maka pemilik langsung membeli bahan baku yang berupa kayu kelapa. Setiap hari UD Kelapa Keling berproduksi, baik ada pesanan ataupun tidak. Jika ada pesanan maka langsung dikerjakan, namun jika pesanan tidak ada maka UD Kelapa Keling berproduksi untuk pemenuhan stok produk. Kualitas bahan baku yang ditetapkan UD Kelapa Keling adalah warna serat kayu merah kehitaman, kayu tidak cacat, dan memiliki ketebalan minimal 4 cm. Bahan baku kayu kelapa ini berasal dari kayu Kalimantan dan Sumatera. Data persediaan bahan baku untuk tahun 2008 dapat dilihat di tabel bawah ini : Tabel 2. Data Persediaan Bahan Baku di UD Kelapa Keling Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Data Sekunder
Bahan Baku (m3) 3,1572 3,2660 3,2752 2,8554 2,6257 2,7175 2,6381 3,1538 3,1407 3,0779 2,9355 3,1673
5
Setiap bulan UD Kelapa Keling rata-rata membeli bahan baku besarnya sekitar 3 m3. Satu meter kayu kelapa dengan diameter 24 cm mempunyai ukuran 0,055 m3, sehingga rata-rata tiap bulannya kayu kelapa yang digunakan sepanjang 54 m. Stok hasil kerajinan ini diletakkan dan dipasarkan di showroom UD Kelapa Keling. Pemasaran hasil kerajinan ini meliputi lokal dan luar negeri. Pemasaran lokal meliputi daerah Jogjakarta, Solo, Bandung, Jakarta, Bogor, Cirebon, Riau, dan Semarang. Pemasaran ke luar negeri meliputi negara Spanyol, Inggris, Amerika (Eropa dan Amerika) dan Singapura Tenaga kerja yang bekerja di UD Kelapa Keling berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, ada yang lulusan SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Lulusan SD, SLTP, dan SLTA ditempatkan di bagian produksi. Lulusan perguruan tinggi yaitu sudah sarjana ditempatkan di bagian administrasi. Semua masalah keuangan baik untuk gaji, biaya produksi, gaji karyawan, semua diurus oleh bagian administrasi. Pemilik UD Kelapa Keling mementingkan keuletan dan ketekunan dalam bekerja. Jumlah tenaga kerja ada 20 orang yang mengisi bagian produksi dan administrasi. Usia tenaga kerja UD Kelapa Keling mulai dari 20 tahun sampai 40 tahun. Penelitian ini diadakan di UD Kelapa Keling karena merupakan industri kecil yang berada di daerah dan perlu dikembangkan lagi, oleh karena itu perlu di analisis kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang UD Kelapa Keling untuk menciptakan industri yang berpotensi bagus di dunia agroindustri. Ada beberapa permasalahan yang ada di UD Kelapa Keling, antara lain masalah ketersediaan bahan baku yang terkadang tidak memenuhi standar, masalah peralatan industri, masalah sumber daya manusia atau pekerjanya, dan adanya pesaing dengan produk sejenis. Produk sejenis yang menjadi pesaing UD Kelapa Keling adalah industri yang menghasilkan handicraft yang berbahan baku kayu mahoni, jati dan kayu sonokeling. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka UD Kelapa Keling memerlukan beberapa strategi pengembangan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaannya.
6
B. Perumusan Masalah Kerajinan kayu kelapa saat ini perlu dikembangkan sebab prospek ke depan akan bagus. Permintaan akan produk kerajinan kayu kelapa saat ini semakin meningkat, baik konsumen lokal maupun luar negeri. Sistem penjualan pada UD Kayu Kelapa ini secara langsung dan secara tidak langsung. Penjualan secara langsung yaitu dengan cara pembeli datang langsung ke showroom UD Kelapa Keling untuk membeli produk kerajinan kayu kelapa. Secara tidak langsung melalui pemesanan terlebih dahulu, dikarenakan stok yang ada tidak bisa memenuhi permintaan konsumen. Produksi UD Kelapa Keling dilakukan setiap hari dan jika ada pesanan dari pelanggan. Ada beberapa potensi UD Kelapa Keling yang perlu ditingkatkan, antara lain memiliki lokasi yang strategis berada di jalan raya Solo-Jogja yang mudah dijangkau, merupakan satu-satunya usaha yang bekerja di bidang pembuatan kerajinan kayu kelapa, memiliki jaringan pemasaran yang luas baik pasar lokal dan luar negeri, serta memiliki kualitas produk yang lebih bagus dibanding produk sejenis. Kendala atau permasalahan yang terdapat pada UD Kelapa Keling antara lain ketersediaan bahan baku yang terkadang kurang memenuhi standar, masalah peralatan industri, masalah sumber daya manusia atau pekerjanya, dan adanya pesaing dengan produk. Mengenai pelayanan terhadap konsumen pada UD Kelapa Keling, konsumen harus menunggu atau pesan terlebih dahulu untuk mendapat produk yang diinginkan sesuai selera, namun konsumen bisa juga langsung membeli produk di showroom UD Kelapa Keling sesuai stok yang ada. Oleh karena itu, faktor-faktor di atas menunjukkan bahwa usaha pengembangan UD Kelapa Keling memiliki kekuatan dan potensi serta dihadapkan pada kendala yang dapat berupa kelemahan atau hambatan. Faktor-faktor tersebut penting untuk diidentifikasi sebagai pertimbangan dalam penetapan alternatif strategi pengembangan bisnis di UD Kelapa Keling.
7
Berdasar hal diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapa besarnya biaya, peneriman, dan keuntungan usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling? 2. Faktor-faktor eksternal dan internal apakah yang dapat menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan bagi usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling? 3. Apa saja alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling? 4. Apa strategi pengembangan yang paling efektif yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling? C. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui besarnya biaya, peneriaman, dan keuntungan usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling. 2. Mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan bagi usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling. 3. Mengetahui alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling 4. Mengetahui strategi pengembangan yang paling efektif yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai industri kerajinan kayu kelapa dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan
dalam
menyusun
kebijakan
menyangkut
pengembangan usaha kerajinan kayu kelapa di UD Kelapa Keling.
8
3. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama pengembangan industri kerajinan (industri kreatif) di Kabupaten Klaten. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna terhadap masalah yang sama.