LAPORAN PENELITIAN
PENANAMAN NILAI KEJUJURAN, DAN DISIPLIN MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PERKULIAHAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Oleh Sutiman, M. Pd. NIP 19490709 197803 1 001
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. ABSTRAK .......................................................................................................
i ii iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar Belakang Permasalahan ......................................................... B. Identifikasi Permasalahan .............................................................. C. Perumusan Masalah .......................................................................
1 3 4 4
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. A. Peran Pperpustakaan di Sekolah ..................................................... B. Fungsi Perpustakaan ....................................................................... C. Faktor Perusak Bahan Pustaka ........................................................
5 5 7 8
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... A. Pendekatan Penelitian ................................................................... B. Penentuan Subjek Penelitian .......................................................... C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ D. Metode Analisis Data .....................................................................
11 11 11 11 11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… A. Kondisi Perpustakaan .................................................................... B. Jumlah Koleksi dan Tingkat Kerusakan ......................................... C. Penyebab Kerusakan Bahan Koleksi .............................................. D. Ketersediaan Alat Pelestarian Bahan Pustaka ................................ E. Pemeliharaan Bahan Koleksi .......................................................... F. Temuan ...........................................................................................
12 12 13 15 16 17 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... A. Kesimpilan ………………………………………………………… B. Saran ……………………………………………………………….
20 20 20
DAFTAR PUSTAKA ..………………………………………………………..
21
LAMPIRAN
2
Penanaman Nilai Kejujuran, dan Disiplin Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan dalam Perkuliahan Supervisi Pendidikan ABSTRAK Oleh Sutiman Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi perkuliahan Supervisi Pendidikan yang dapat 1. meningkatkan kejujuran mahasiswa, 2.. meningkatkan meningkatkan disiplin mahasiswa jurusan Administrasi Pendidian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan objek penelitiannya lebih pada dinamika proses, sehingga pendekatan dalam penelitian ini lebih pada pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan pada semester genap tahun akademik 2010/2011. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yang lebih medekati penelitian kualitatif ini, yaitu metode observasi sebagi metode utama, dan angket sebagai metode pelengkap. Obyek penelitian ini lebih berupa dinamika proses, yaitu berupa aktivitas kelas dalam proses pembelajaran mata kuliah Supervisi Pendidikan. Secara lebih spesifik yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah: 1. Kejujuran, 2. Disiplin.Tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan ini akan dilihat dari aspek disiplin terhadap kehadiran dan keterlambatan mahasiswa, serta intensitas penghayatan mahasiwa terhadap mekanisme atau prosedur diskusi. Kejujuran dilihat dengan cara Kemudian dosen mengkroscek dengan data yang merupakan hasil amatannya. Dosen juga minta fotokopi cover referensi yang dipakai dalam penyusunan makalah. Sesuai dengan tujuan dan pendekatan penelitian ini, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
BAB I A. Latar Belakang Penelitian Habermas (dalam Budi Hardiman:1993:viii) melalui teori kritisnya telah mengingatkan bahwa banyak bahaya yang akan menimpa sebuah masyarakat yang strategi pembangunannya semata-mata demi akumulasi modal, birokratisasi dan teknokrasi sehingga menyingkirkan dan memanipulasi unsur hakikat manusia yaitu solidaritas sosial. Era globalisasi yang pada hakikatnya merupakan era pasar bebas, didukung oleh kapitalisme yang cenderung ke arah produk pada modal dan produk massa, telah berdampak pada pemutusan hubungan kerja secara sepihak dan 3
penindasan
dalam
segala
bentuknya,
telah
berakibat
hilangnya
nilai-nilai
kemanusiaan. Ada empat elemen yang menurut Goleman, sebagai dikutip oleh Sarlito (2011) agar seseorang dapat dikategorikan sebagai seseorang yang memiliki EI yang tinggi, yaitu self awareness, self-management, social awareness dan relationship management. Selft awareness (pemahaman diri) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi emosinya sendiri dan memahaminya dengan kepala dingin apa dampak dari emosinya itu pada diri sendiri dan orang lain dan selanjutnya menjadikan pemahamannya itu sebagai pedoman untuk memutuskan perilaku selanjutnya. Self management (manajemen diri sendiri) adalah kemampuan untuk megendalikan emosi dan menyesuaikannya dengan situasi-kondisi
yang selalu
berubah-ubah. Social awareness (pemahaman tentang orang lain) adalah kemampuan untuk merasakan,mengerti dan beraksi terhadap emosi orang lain, dan sekaligus memahami jejaring sosial yang ada. Relatiomship management (manajemen hubungan dengan orang lain), yaitu kemampuan untuk menginspirasi, mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk berkembang sementara juga mampu mengelola konflik (managing conflict) dengan baik.
Orang yang berkecerdasan emosi tinggi biasanya sukses karena bisa
memanfaatkan emosinya (yang negatif atau positif) untuk kepentingannya sendiri maupun orang lain. Hasil penelitian Heriyati tentang KDRT, sebagaimana disitir oleh Sarlito Wirawan (2011:7) membuktikan bahwa suami-suami yang melakukan kekerasan pada isterinya pada umumnya mengalami irrasionalitas peran gender (misalnya percaya suami harus maskulin, padahal sebetulnya tidak), dan depresi serta yang paling menentukan
adalah
penyandang
alexithymia,
yaitu
ketidakmampuan
untuk
mengekspresikan perasaan (emosi) dalam kata-kata. Secara lebih tajam dikatakan bahwa tanpa alexithymia, suami yang paing irrasional dan paling depresi pun tidak akan melakukan KDRT.
4
Fenomena yang sedang terjadi dan sudah terjadi adalah banyak persoalan yang mendera negara ini mulai dari persoalan antar individu, antar kelompok, antar elit politik yang menjurus ke arah kekerasan. Kasus meninggalnya sang ketua DPRD Sumatera Utara tidak terlepas dari rendahnya soft skills para demonstran, pada hal sebagian besar demonstrasi untuk pengembangan wilayah jelas terdapat unsur kepentingan politik dan dibalik kepentingan tersebut adalah kelompok intelektual.. Kondisi sebagaimana dipaparkan tersebut dimungkinkan karena proses pendidikan yang terlalu terfokus pada penguasaan materi, pengembangan diri dalam ranah kognisi dan tidak
atau setidaknya kurang mengembangkan soft skills. Jika kondisi
pendidikan kita hanya cenderung ke arah rasionalitas formal/teknis/instrumental dan tidak menyentuh rasionalitas nilai/komunikatif, atau pendidikan tidak lagi menyentuh hakikat manusia, yaitu memanusiakan manusia secara manusiawi,
maka bisa
diprediksi praktik pendidikan akan menjadi sumber masalah. Kondisi sebagaimana dipaparkan di atas juga telah diprediksi oleh
Sang
Maharaja Djajabaja dan kemudian dirangkum menjadi kitab Jajabaja oleh Pangeran Kadilangu II.
Beberapa baris memberikan sebuah inspirasi untuk menilai atau
setidaknya merefleksi pendidikan masa kini. Misalnya, baris-baris yang memiliki makna orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil, yang tidak mencuri dibenci, yang pintar curang jadi teman, orang jujur semakin tidak berkutik, orang salan semakin pongah (sombong), banyak orang berjanji diingkari, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu, tidak melaksanakan hukum Allah, barang jahat dipuja dan barang suci dibenci (Jaya Suprana, 10 April 2010) Salah satu kritik yang ditujukan terhadap dunia pendidikan, terutama pendidikan
tinggi
adalah
proses
pembelajarannya
kurang
memperhatikan
pembentukan kepribadian yang mandiri, kreatif, inovatif, dan demokratis. Kritik tersebut dapat dimaklumi karena memang dalam kenyataannya sampai saat ini masih banyak proses pembelajaran yang lebih didominasi oleh pemberian informasi sehingga memposisikan peserta didik sebagai pihak yang sangat pasif. Strategi pembelajaran yang demikian sangat tidak tepat untuk mengembangkan pemahaman, motivasi, kreativitas dan kemandirian peserta didik. Salah satu akibat dari strategi 5
pembelajaran secara konvensional tersebut, sebagaimana disinyalir oleh Suyanto (2000) saat sekarang tidak sedikit dan bahkan lebih banyak mahasiswa yang memiliki sikap menunggu perintah dari dosennya, tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk membaca berbagai informasi yang relevan dengan bidang studinya. Kritik lain yang sering juga terdengar adalah proses pembelajaran tidak atau kurang menyentuh dunia nyata. Materi yang diberikan di dalam perkuliahan sangat bersifat teoritis dan jauh atau tidak dikaitkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Proses pembelajaran yang demikian tidak mendukung untuk mengembangkan kepekaan, sikap tanggap, dan kemampuan pemecahan masalah para peserta didik terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan. Keadaan semacam itu perlu kiranya segera dikoreksi. Para tenaga pengajar harus senantiasa meningkatkan mutu kinerjanya dengan cara memperbaiki strategi perkuliahan yang dapat menciptakan proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Salah satu strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat menciptakan dan meningkatkan soft skill adalah perkuliahan dengan metode focus group disscusion. Metode
inilah yang akan diterapkan dalam perkuliahan Supervisi
Pendidikan.
Melalui metode ini: (a) mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan kejujuran; (b) mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan disiplin; (c) mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan kasih sayang dan peduli; serta (d) mahasiswa memiliki dan meningkatkan sikap kritis. Dengan demikian permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apakah perkuliahan dengan metode
focus group discussion dapat
meningkatkan kualitas perkuliahan, utamanya terkait dengan peningkatan soft skills atau emosional intelegence?.
B. Tujuan dan target Penelitian Penelitian pengajaran ini bertujuan untuk menemukan strategi perkuliahan Supervisi Pendidikan yang dapat: a. meningkatkan mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan kejujuran; b. meningkatkan mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan disiplin;
6
c. meningkatkan mahasiswa dapat memiliki dan meningkatkan kasih sayang dan peduli; serta d. meningkatkan mahasiswa memiliki dan meningkatkan sikap kritis,
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Sukses kehidupan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan akademiknya, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya. David (dalam Sudiyono:2005:105) menunjukkan bahwa kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan serta dorongan dan sikap. Berbagai faktor di luar akademik sering disebut soft skills. Sistem pendidikan yang mengganggap orang yang ber-IQ tinggi (di atas 120) akan dapat sukses dalam meneruskan studi dan memperoleh job sudah banyak ditinggalkan. SarlitoWirawan (2011:1) yang seorang psikolog sosial menjelaskan bahwa teori sistem pendidikan yang melandasinya telah usang. Selanjutnya 7
dinyatakan, bahwa kecerdasan saja tidak cukup untuk keberhasilan seseorang sebenarnya sudah diawali sejak Throrndike tahun 1920 memaparkan tentang social intelegence, bahkan oleh David Wechsler (dalam Sarlito Wirawan 2011:7) sendiri (penemu alat tes IQ), yang pada tahun 1940 menyatakan bahwa untuk menafsirkan hasil tes WB (Wechsler Bellevue) perlu diperhatikan pengaruh faktor-faktor nonintelegensi. Pada 1983 muncul teori multiple intelegence dari Howard Gardner yang menyatakan ada delapan jenis intelegensi, termasuk kecerdasan intrapersonal dan inter personal. Hari ini yang banyak dianut adalah teori Daniel Goleman tentang kecerdasan emosi (Emotional Intelegence atau EI). Teori inilah yang dapat menjawab kenapa tidak hanya Eistein yang dapat mencapai sukses, WS Rendra, Bob Sadino, Suharto, dan Sarlito Wirawan sendiri sebagai contoh. Dijelaskan oleh Sarlito (2011) ada empat elemen yang menurut Goleman, agar seseorang dapat dikategorikan sebagai seseorang yangmemiliki EI yang tinggi, yaitu self awareness, selfmanagement, social awareness dan relationship management. Selft awareness (pemahaman diri) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi emosinya sendiri dan memahaminya dengan kepala dingin apa dampak dari emosinya itu pada diri sendiri dan orang lain dan selanjutnya menjadikan pemahamannya itu sebagai pedoman untuk memutuskan perilaku selanjutnya. Self management (manajemen diri sendiri) adalah kemampuan untuk megendalikan emosi dan menyesuaikannya dengan situasi-kondisi
yang selalu
berubah-ubah. Social awareness (pemahaman tentang orang lain) adalah kemampuan untuk merasakan,mengerti dan beraksi terhadap emosi orang lain, dan sekaligus memahami jejaring sosial yang ada. Relationship management (manajemen hubungan dengan orang lain), yaitu kemampuan untuk menginspirasi, mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk berkembang sementara juga mampu mengelola konflik (managing conflict) dengan baik.
Orang yang berkecerdasan emosi tinggi biasanya sukses karena bisa
memanfaatkan emosinya (yang negatif atau positif) untuk kepentingannya sendiri maupun orang lain.
8
Hasil penelitian Heriyati tentang KDRT, sebagaimana disitir oleh Sarlito Wirawan membuktikan bahwa suami-suami yang melakukan kekerasan pada isterinya pada umumnya mengalami irrasionalitas peran gender (misalnya percaya suami harus maskulin, pada sebetulnya tidak), dan depresi serta yang paling menentukan adalah penyandang alexithymia, yaitu ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan (emosi) dalam kata-kata. Secara lebih tajam dikatakan bahwa tanpa alexithymia, suami yang paling irrasional dan paling depresi pun tidak akan melakukan KDRT. Selanjutnya untuk pembentukan emosional intelegence, tidak bisa dilakukan melalui ceramah tetapi praktik langsung dalam berbagai aktivitas, misalnya kegiatan ekstrakurikuler. Pada matakuliah Supervisi Pendidikan terdapat materi yang bersifat teoritis dan praktikum, sehingga melalui kedua topik tersebut, emotional intelegence dapat tumbuh dan berkembang Baron
dan Markham sebagaimana dikemukakan oleh Wahyu Widhiarso
(2009) menemukan bahwa keterampilan individu dalam mengelola emosinya mendukung pengambilan keputusan dan pengatasan masalah yang efektif. Begitu juga Jordan dkk. (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa individu yang memiliki kecerdasan yang rendah terlihat kurang perform ketika bekerja dalam sebuah tim. Menurutnya hal ini terlihat dari ketidakmampuannya dalam beradaptasi, membaca situasi sosial dan mengelola ketegangan tim. Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut jelaslah bahwa yang perlu dikembangkan tidak hanya terbatas pada kemampuan akademik tetapi juga yang non akademik, yaitu kemampuan untuk dapat saling memahami. Kemampuan ini sering disebut dengan soft skills. Menurut Wahyu Widhiarso (2009) soft skills merupakah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa soft skills memuat komunikasi yang efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim serta kemampuan lainnya yang terkait dengan kapasitas kepribadian individu. Hasil penelitian Sudiyono, dkk. (2003) yang dilakukan terhadap guru sekolah dalam pembinaan perilaku dan kecakapan sosial menunjukkan bahwa kecakapan sosial yang dikembangkan oleh para guru adalah kecakapan untuk bekerjasama, sikap empati, saling menghargai, menyatakan pendapat dan peduli terhadap situasi sosial. Kesimpulan berikutnya adalah bahwa pola pembinaan kecakapan social dilakukan 9
melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler serta kegiatan peduli sosial. Hasil Penelitian Sudiyono, dkk (2009) yang dilakukan terhadap mahasiswa seni tari menunjukkan adanya peningkatan soft skill melalui metode focus group discussion. Namun demikian penelitian tersebut masih belum mencakup semua aspek sebagaimana soft skill. Pola pembinaan kecakapan sosial yang dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler dilakukan dengan cara dirancang melalui topik atau materi, tugas dan diskusi, sedangkan pembinaan yang tidak dirancang tidak dirancang yaitu berupa contoh baik yang dilakukan oleh guru sendiri terhadap murid di kelas maupun contoh yang berupa penjelasan kasus atau peristiwa yang terjadi di kelas maupun berupa penugasan untuk piket. Pola pembinaan kecakapan sosial melalui kegiatan ekstra kurikuler dilakukan melalui upacara, pramuka dan santri kilat. Sementara pola pembinaan kecakapan sosial melalui kepedulian sosial dilakukan dengan mendatangi takziyah, syawalan dan mengunjungi teman atau keluarga yang sakit. Proses perkuliahan yang efektif adalah adalah proses perkuliahan yang dikemas dengan memperhatikan pengembangan berbagai aspek baik itu pemahaman, motivasi, inovasi, kreativitas, kemandirian, maupun sikap demokratis. Dengan kata lain perkuliahan harus dirancang untuk mengaktualkan atau memanifetasikan soft skills. Perkuliahan perlu dirancang menjadi perkuliahan yang aktif, yaitu dosen aktif berperan sebagai fasilitator dalam membantu mahasiswa dan mahasiswa sendiri juga aktif untuk mengembangkan potensi dirinya. Salah satu model pendekatan atau strategi yang dapat mendukung efektivitas perkuliahan adalah yang memberi kesempatan mahasiswa melakukan kajian teoritik dan praktikum sehingga mahasiswa dapat mendialogkan teori yang diperoleh dengan praktikum. Sehubungan dengan hal ini Freire (1985) mengemukakan bahwa konsep pendidikan yang bergaya hadap masalah (problematis) akan dapat membawa kemajuan dibanding dengan praktik pendidikan yang hanya bersifat recall (mengulang). Konsep pendidikan yang demikian menuju ke arah penyadaran diri. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog. Dalam konteks ini akan terjadi penyadaraan antara pendidik dengan si terdidik terhadap realitas. Oleh karena itu Freire (1985) menyarankan:
10
1. Pendidikan berdasar realitas, bukan malahan mendistorsi atau menyembunyi-kan realitas. 2. Untuk menguak realitas diperlukan dialog. 3. Peserta didik sebagai subyek, sehingga mereka menjadi pemikir yang kritis. 4. Mengutamakan refleksi dan tindakan. 5. Hakekat manusia adalah proses menjadi, tidak sempurna, dan sadar akan ketidaksempurnaannya. 6. Bersifat kekinian, sehingga cenderung revolusioner. 7. Revolusioner terhadap masa depan. 8. Bersifat solider. 9. Menjauhkan sifat fatalistik. 10. Menjauhkan otoritarianisme. 11. Pendidikan bukan untuk kaum penindas. Kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan sekarang ini menurut Illich (1982) lebih menekankan pada pengajaran, yang mengutamakan materi. Padahal hakekat pendidikan adalah memanusiakan manusia melalui proses yang manusiawi. Manusia tidak diciptakan dalam kebisuan. Sehingga diperlukan otonomi dan kebebasan (Sudjatmoko, 1984), perjumpaan asumsi, keseimbangan antara tindakan dan refleksi (Abdul Wahab, 1998). Oleh karena itu agar terjadi perubahan (transformasi) maka pendidikan harus berdasar realita (sosial), sebagaimana dikatakan oleh Pearsons (1995) bahwa perubahan harus dilakukan melalui dunia asumsi yang didasarkan pada dimensi struktur, konstruksi dan organisasi. Dimensi struktur adalah antara aktivitas dengan lingkungan merupakan hubungan relasional, hubungan yang bermakna; terutama sekali berkaitan dengan masalah sosial. Struktur dunia asumsi terefleksikan dalam bentuk kesadaran, persepsi terhadap kelangsungan tindakan. Struktur dunia asumsi berupa simbol-simbol dari kesadaran dan berorientasi untuk melakukan tindakan secara langsung. Sementara konstruksi dunia asumsi merupakan produk manusia dengan lingkungannya. Menurut Young (Pearsons, 1995) interaksi manusia dengan dunia menciptakan realitas sosial, sebagai konkritisasi yang mendalam. Interaksi manusia penting untuk menemukan objektivitas dunia. Objektivitas dibangun manusia yang menghasilkan dunia nyata. Masyarakat merupakan realitas 11
obyektif. Setiap manusia baru dalam proses menjadi manusia harus memahami dunia sosial yang sebenarnya. Pada dimensi organisasi, menempatkan keyakinan dan struktur saling terkait secara hierarkhis, ideologis digambarkan secara simbolis dan diatur dalam dunia nyata. Dengan demikian proses pembelajaran sedapat mungkin dikaitkan dengan dunia nyata, agar transformasi berbagai macam sistem nilai, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diharapkan dalam proses pembelajaran dapat terwujud secara lebih optimal melalui proses interaksi. Strategi pembelajaran yang demikian, yakni pembelajaran dengan metode cooperative learning teknik jigsaw kiranya sangatlah tepat diterapkan pada perkuliahan Supervisi Pendidikan. Hal ini disebabkan matakuliah Supervisi Pendidikan bertujuan untuk memberikan bekal bagi mahasiswa prodi Manajemen Pendidikan. Matakuliah Supervisi Pendidikan tersebut, diarahkan agar mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memahami konsep dan praktik supervisi pendidikan dan sekaligus keterampilan melakukan supervisi, yang memang memerlukan keterampilan soft skill. Oleh karena itu, mereka harus memahami konsep supervisi dan
apa yang akan disupervisi, dan bagaimana
melaksanakan terkait dengan pihak yang disupervisi. Implikasinya adalah diperlukan sebuah aktivitas yang menumbuhkembangkan sof skill atau nilai-nilai dasar dalam pembentukan karakter. Selama ini yang dilaksanakan dalam perkuliahan Supervisi Pendidikan, adalah melalui penyusunan makalah yang diwajibkan bagi semua mahasiswa secara kolektif didasarkan semata-mata atas kajian literatur, dan penilaiannya lebih terfokus pada kemampuan akademik, yang secara lebih proporsional belum mempertimbangkan masalah soft skill sebagai pertimbangan untuk memberikan penilaian akhir. Karenanya pembentukan dan penilaian soft skill diperlukan adanya. Kajian literatur memang memiliki keunggulan, salah satunya mahasiswa dilatih untuk melakukan rekonstruksi terhadap teori yang sudah mapan, setidaknya teori substansial, yang pada gilirannya dapat menghasilkan mahasiswa yang memiliki tached knowledge (ketajaman berfikir). Namun demikian pendekatan literer ini bukan tidak memiliki kelemahan. Pendekatan ini tidak membumi, tidak berdasar dunia nyata, apalagi berkaitan dengan masalah sosial termasuk pendidikan. Dampak dari 12
perkuliahan yang lebih banyak mendasarkan pada literer adalah setelah lulus para mahasiswa canggung dalam menghadapi permasalahan di lapangan, baik masalah substantif maupun masalah teknis, terlebih permasalahan rasional komunikatif/nilai. Sebagaimana diketahui bahwa UNY memiliki target nilai dasar pendidikan karakter, yaitu ketaatan beribadah, kejujuran, tanggungjawab, kepedulian, kerjasama dan hormat pada pihak lain, disiplin kasih sayang
dan kritis. Oleh karenma
pembelajaranpun harus dapat memanifestasikan dan mengembangkan aspek tyersebut. Strategi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut adalah strategi focus group discussion. Untuk mengurangi permasalahan tersebut maka perkuliahan supervisi pendidikan dilakukan dengan metode focus group discussion. Metode ini dilakukan dengan prinsip kebebesan, tetapi harus memperhatikan juga dengan kebebasan orang lain. Para mahasiswa saling berbagai pengalaman, mengemukakan pendapat, mendiskusikan berbagai alternatif dan melakukan apa yang sudah terjadi sehingga terjadi interaksi antar individu dan individu dengan kelompok yang berguna untuk memecahkan masalah dan merencanakan sesuatu yang efektif. Metode ini menurut Trini Prasasti (dalam Yuliani Nurani, 2003) memiliki manfaat: a. Mengidentifikasi, mengeksplorasi dan menemukan pemecahan masalah. b.
Merencanakan suatu pembelajaran lanjutan,
c. Pada suatu kesempatan mengubah sikap melalui amicable examination of evidence. d. Mengembangkan sikap kepemimpinan, e. Sebagai teknik memperkaya dalam program pembelajaran, f. Membantu guru untuk menjelaskan materi yang belum dimengerti oleh siswanya saja dan memperoleh banyak contoh yang diangkat dari permasalahan yang dilontarkan siswa. Sehubungan dengan paparan
tersebut,
peneliti ingin melacak apakah
kejujuran, dan disiplin dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok.
13
BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Setting penelitian ini adalah kelas dengan segala aktivitasnya, yaitu kelas perkuliahan Supervisi Pendidikan yang berkode PEM 234 dengan bobot 2 sks. Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester, yaitu pada semester genap tahun akademik 2010/2011 (Januari – Juni 2011).
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk menjawab permasalahan-permasalahan aktual yang dihadapi oleh para praktisi dinamakan penelitian praktis atau practical inquiry sebagai lawan penelitian formal (formal resarch) yang umumnya dilakukan oleh para peneliti yang biasanya jauh dari pergulatan keseharian permasalahan lapangan (Raka Joni, 1996). Penelitian pengajaran ini dilakukan atas dasar permasalahan keseharian yang dihadapi oleh dosen (praktisi) dalam 14
melaksanakan tugas perkuliahan dengan tujuan untuk mengadakan perbaikan (meningkatkan efektivitas) pelaksanaan tugas tersebut dalam jangka pendek. Oleh karena itu penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian praktis. Penelitian praktis apabila dilakukan dalam setting kelas maka dinamakan penelitian kelas (classroom research), apabila diterapkan dalam kancahnya yang lebih luas sering dinamakan penelitian tindakan (action reseacrh). Untuk penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas dinamakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kelas (classroom action research), dimana yang menjadi objek penelitiannya lebih pada dinamika proses maka pendekatan dalam penelitian ini lebih pada pendekatan kualitatif.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan pada semester genap tahun akademik 2010/2011. Salah satu ciri khas penelitian praktis adalah tidak terlalu hirau mengenai permasalahan sampling karena yang diteliti adalah masalah yang muncul dalam kancah tugas yang sedang dihadapi/ditangani (Raka Joni, 1996). Oleh karena itu penelitian ini tidak mempersoalkan populasi dan sampling, sedangkan yang menjadi unit analisis adalah kelas. Kelas dalam arti sejumlah mahasiwa (subjek) yang mengambil mata kuliah yang sedang menjadi objek kajian penelitian ini, yakni mata kuliah Supervisi Pendidikan beserta aktivitas yang terjadi di dalamnya.
D. Metode Pengumpulan Data Ada dua jenis metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yang lebih medekati penelitian kualitatif ini, yaitu metode observasi sebagi metode utama, dan angket sebagai metode pelengkap. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang apa dan bagaimana yang terjadi di dalam kelas atau pada mahasiswa (fenomena yang pembelajaran matakuliah Supervisi
muncul) dalam proses
Pendidikan dengan metode focus group 15
discussion. Metode angket digunakan untuk mengungkap respon mahasiswa terhadap aktivitas mahasiwa yang dilakukan oleh mahasiswa sendiri dalam perkuliahan Supervisi Pendidikan.
E. Sasaran (Objek) Penelitian Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa pada dasarnya yang menjadi sasaran atau obyek penelitian ini lebih berupa dinamika proses, yaitu berupa aktivitas kelas dalam proses pembelajaran mata kuliah Supervisi Pendidikan. Secara lebih spesifik yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah: 1). Kejujuran, 2). Disiplin.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Pengajaran Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Persiapan intern tim peneliti untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang
meliputi aspek
substansi maupun aspek teknis pelaksanaan. Kegiatan dalam tahap persiapan ini mencakup: a. Koordinasi tim dosen pengajar – peneliti; b. Penyusunan rancangan kegiatan perkuliahan; c. Pengorganisasian bahan perkuliahan, dalam hal ini terutama identifikasi permasalahan supervisi pendidikan yang layak untuk dijadikan bahan kajian praktikum. d. Penyiapan instrumen penelitian yang diperlukan, yang meliputi pedoman observasi kegiatan diskusi yang mencakup instrumen kejujuran, disiplin, dan pedoman penilaian makalah. 2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan ini mencakup beberapa kegiatan, yaitu: 16
a. Penjelasan strategi perkuliahan yang akan ditempuh dan pengaturan tema/topik permasalahan
bagi masing-masing kelompok mahasiswa
pertemuan pertama b. Kajian literatur dilakukan di kelas sebanyak 3 pokok bahasan pada pertemuan keenam sampai kedelapan (3 kali pertemuan = 3 x 100 menit). c. Pelaksanaan perkuliahan praktikum melalui focus group discussion pada minggu kesepuluh sampai dengan keduabelas (3 kali pertemuan = 3 x 100 menit) d. Pengumpulan data melalui pengamatan yang dilaksanakan selama dalam proses perkuliahan dan melalui tes. G. Kriteria Keberhasilan Tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan ini akan dilihat dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. 1. Disiplin dilihat dari kehadiran dan keterlambatan mahasiswa, serta intensitas penghayatan mahasiwa terhadap mekanisme atau prosedur diskusi. Misalnya memberikan respon harus melalui pimpinan sidang dan tidak mendominasi pembicaraan, dan tidak bicara sendiri. 2. Kejujuran dilihat dengan cara mereka diminta untuk menuliskan angka 1 pada formal presensi yang telah disediakan jika mereka tidak memberikan respon, dan angka 2 jika memberikan respon. Kemudian dosen mengkroscek dengan data yang merupakan hasil amatannya. Dosen juga minta fotokopi cover referensi yang dipakai dalam penyusunan makalah. Bertanya dengan tertib, dan intensitas peranserta mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan Supervisi Pendidikan dapat dilihat pada aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran diantara mahasiswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Sebagai indikasinya adalah dilihat dari jumlah atau frekuensi peranserta mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan kehadiran mahasiswa.
H. Analisis Data Sesuai dengan tujuan dan pendekatan penelitian ini, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif 17
kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan selama proses penelitian berlangsung, untuk menginterpretasikan data yang muncul pada setting, dalam hal ini kelas, dengan menggunakan pemikiran logis, melalui cara berfikir induksi, analogi, dan komparasi. Dalam pemaknaan, peneliti mengikuti proses yang terjadi apa adanya sesuai dengan aliran kecenderungan ataupun pola fenomena yang muncul. Analisis data dengan pendekatan kualitatif pada dasarnya adalah suatu kegiatan berproses berkelanjutan mulai dari tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan tahap verifikasi/penarikan kesimpulan. Tahap-tahap tersebut bukan sebagai tahapan yang sekuensial akan tetapi tahapan yang ciclical, sehingga dalam proses analisis dapat terjadi mondar-mandir di dalam tahapantahapan tersebut dalam rangka mendapatkan makna yang sebenarnya. Mekanisme analisis seperti itu dapat dilakukan oleh tim peneliti tanpa kesulitan yang berarti karena di samping tim peneliti memang memahami secara konseptual maupun operasional objek yang sedang dikaji, dan juga sebagai dosen (pengampu matakuliah) sangat memungkinkan untuk melakukan pengamatan secara intensif. Di samping itu semua, objektivitas, kejujuran, kesabaran, konsitensi, dan kecermatan dalam melihat fenomena yang muncul juga tetap dijaga pada masingmasing diri peneliti. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang dikumpulkan melalui lembar observasi dan data yang dikumpulkan dengan metode angket, yaitu data respon mahasiswa. Pada dasarnya data-data kuantitatif tersebut merupakan salah satu indikator tingkat efektivitas pembelajaran, sehingga perlu disajikan secara jelas dengan berbagai cara seperti tabel distribusi frekuenasi, tabel silang, dan grafik atau diagram. Berdasarkan sajian deskriptif tersebut kemudian dilihat kecenderungannya dan kemudian diinterpretasikan secara kualitatif. 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Maret sampai dengan September
Uraian Kegiatan
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agt
Sept
1. Pemantapan proposal, seminar proposal, dan persiapan 18
penelitian 2. Kegiatan penelitian (observasi lapangan, penulisan makalah, proses perkuliahan/seminar, pengumpulan data, evaluasi hasil belajar, analisis data, dll.) 3. Seminar hasil penelitian 4. Penyusunan laporan hasil akhir penelitian
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Persiapan intern tim peneliti untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang
meliputi aspek
substansi maupun aspek teknis pelaksanaan. Kegiatan dalam tahap persiapan ini mencakup: e. Koordinasi tim dosen pengajar – peneliti; f. Penyusunan rancangan kegiatan perkuliahan; g. Pengorganisasian bahan perkuliahan, dalam hal ini terutama identifikasi permasalahan supervisi pendidikan yang layak untuk dijadikan bahan kajian praktikum.
19
h. Penyiapan instrumen penelitian yang diperlukan, yang meliputi pedoman observasi kegiatan diskusi yang mencakup instrumen kejujuran, disiplin, kasih sayang dan sikap kritis dan pedoman penilaian makalah. 2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan ini mencakup beberapa kegiatan, yaitu: e. Penjelasan strategi perkuliahan yang akan ditempuh dan pengaturan tema/topik permasalahan
bagi masing-masing kelompok mahasiswa
pertemuan pertama f. Kajian literatur dilakukan di kelas sebanyak 3 pokok bahasan pada pertemuan keenam sampai kedelapan (3 kali pertemuan = 3 x 100 menit). g. Pelaksanaan perkuliahan praktikum melalui focus group discussion pada minggu kesepuluh sampai dengan keduabelas (3 kali pertemuan = 3 x 100 menit) h. Pengumpulan data melalui pengamatan yang dilaksanakan selama dalam proses perkuliahan dan melalui tes.
20
======================= batas laporan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab. (1998). Analisis Kebijakan Publik: Teori dan Aplikasinya. Malang: FIA UNIBRAW. Anita Lie, 2000. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, Jakarta, Gramedia Budi Hardiman (1993). Menuju Masyarakat Komunikatif, Ilmu Masyarakat, Politik, Post Moderisme . Jakarta: Kanisius Freire, Paulo. (1985). Pendidikan bagi Kaum Tertindas. Jakarta: LP3S. Illich, Ivan. (1982). Bebas dari Sekolah. Jakarta: LP3S
21
Jaya Suprana, (2010). Indonesia dan Ramalan Jayabaya, Sabtu 10 April 2010 Joni, T. Raka. (1996). Penelitian tindakan: pembentukan knowledge based keguruan. Makalah disajikan dalam lokakarya persiapan penyelenggaraan penelitian tiindakan kelas yang diselenggarakan oleh UP3SD BP3GSD IKIP Yogyakarta pada 30 Oktober – 1 Nopember 1996. Khoirul Anam, (2000). Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Geografi, Adfaptasi Model Jigsaw dan Field Study, Buletin Pelangi Pendidikan, Volume 3 No. 2 Tahun 2000 Pearson, Wayne. 1995. Public Policy: an Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis. US: Edward Elyn. Sarlito Wirawan, (2011), Kecerdasan Emosional, Majalah Mingguan Seputar Indonesia, hal 1 dan 7., 6 Maret 2011. Sudiyono, dkk. (2003). Pelaksanaan Pembinaan Perilaku dan Kecakapan Sosial di Lembaga Pendidikan Formal, Penelitian dibiayai dengan Dana DUE- Like, FIP UNY. _________, (2005). Pengantar Landasan Sosio Psikologi Manajemen Pendidikan, FIP UNY Sudjatmoko. (1984). Etika Pembebasan. Jakarta: LP3S Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: AdiCita. Yuliani Nurani, (2003) Strategi pembelajaran, Universitas terbuka, Jakarta. Wahyu Widhiarso, (2009). Evaluasi Soft Skill dalam Pembelajaran, Makalah disampaikan pada Kegiatan Seminar dan Sarasehan ”Evaluasi Pembelajaran Mata Kuliah Dasar Kependidikan” di FIP UNY tanggal 14 Pebruari 2009 Waseso, Iksan. 1996. Tema masalah penelitian praktis kelas. Makalah disajikan dalam lokakarya persiapan penyelenggaraan penelitian tiindakan kelas yang diselenggarakan oleh UP3SD BP3GSD IKIP Yogyakarta pada 30 Oktober – 1 Nopember 1996. Wildasky, Aaron. 1997. Self Evaluation Organization. California: University of California at Barkley.
22
Lampiran: a. Rencana Biaya Penelitian No . 1. 2. 3. 4. 5.
Komponen Pembiayaan
Jumnlah Pengeluaran
Gaji dan Upah Pengadaan Bahan Habis Pakai Peralatan Pengajaran Perjalanan Lain-lain: seminar, laporan, dll. Total
(30%) Rp. (35%) Rp. (15%) Rp. (10%) Rp. (10%) Rp. Rp.
1.500.000,00 1.750.000,00 750.000,00 500.000,00 500.000,00 5.000.000,00
b. Jadwal Kegiatan Penelitian Maret sampai dengan September Uraian Kegiatan
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agt
Sept
1.Pemantapan proposal, seminar proposal, dan persiapan penelitian 2.Kegiatan penelitian (observasi lapangan, penulisan makalah, proses perkuliahan/seminar, pengumpulan data, evaluasi hasil belajar, analisis data, dll.) 3. Seminar hasil penelitian 4.Penyusunan laporan hasil akhir penelitian
23
5. No
Tim Peneliti dan Tugas/Perannya dalam Penelitian Nama NIP
Jabatan Dalam Tim Alokasi Waktu, Jam/Minggu Ketua (20 jam/minggu)
1.
Sudiyono, M.Si NIP. 131290313
2.
Sutiman, M.Pd NIP. 130683970
Anggota (20 jam/minggu)
3.
Mada Sutapa, M.Si NIP. 132206558
Anggota (20 jam/minggu)
Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd NIP. 132296019
Anggota (20 jam/minggu)
Tugas Penelitian (diuraikan dengan rinci)
1. Penyusun Proposal 2. Penyusun instrumen penelitian 3. Pengumpul data 4. Analisis data 5. Penyusun Laporan 1. Penyusun Proposal 2. Penyusun instrumen penelitian 3. Pengumpul data 4. Analisis data 5. Penyusun Laporan 1. Penyusun Proposal 2. Penyusun instrumen penelitian 3. Pengumpul data 4. Analisis data 5. Penyusun Laporan 1. Penyusun Proposal 2. Penyusun instrumen penelitian 3. Pengumpul data 4. Analisis data 5. Penyusun Laporan
24
6.
Biodata Tim Peneliti b.Biodata Anggota Peneliti
Nama Lengkap NIP Tempat/Tanggal Lahir Pangkat/Golongan Jabatan Jurusan/Fakultas Pendidikan Terakhir
Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir)
Publikasi Ilmiah (5 tahun Terakhir)
: : : : : : : :
Sudiyono, M. Si. 19540406 198303 1 004 Klaten, 04 April 1954 Pembina Tk I/IVa Lektor Kepala Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Administrasi Pendidikan/Ilmu Pendidikan S2 Administrasi Negara, UNIBRAW
1. Dampak sertifikasi guru SMP dan SMA di Sleman 2010 2. Peningkatan soft skill melalui Fcus Group Discussion berbasis lapangan pada perkuliahan manajemen pendidikan (2009) 3. Dampak regrouping di SD Pakem 1 (2009) 4. Pemahaman civitas Akedmika UNY terhadap Visi UNY: “CEMANI”, (2008) 5. Pemahaman Komite Sekolah dalam peningkatan mutu peerblayanan di SMA Kabupaten Sleman, tahun 2007 6. Pemberdayaan dunia usaha dan industri dalam implementasi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Sleman, tahun 2007 7. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyusunan Program di SMA Kabupaten Sleman, tahun 2006 8. Peningkatan Kualitas Perkuliahan Organisasi Pendidikan melalui Pendekatan Problem Possing, 2005 9. Pengembangan Model Perwalian Mahasiswa FIP UNY, 2005 a. Isu: Sebuah Technical Term dalam Khasanah Ilmu Kebijakan, Artikel JuMP Jurusan AP FIP UNY, 2005 b. Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan. (2007) c. Esensi Nilai dalam Perfektif Humanisme Moderat, Artikel Dinamika Pendidikan FIP UNY, 2007 d. Tantangan Menghadang: Implementsi RUU Guru e. Pendidikan Nilai dalam Persfektif Humanisme 25
Moderat, Artikel JuMP Jurusan AP FIP UNY, 2006 f. Manajemen Akademik Pendidikan Tinggi, BPK, Penerbit Rineka Cipta, 2004 Yogyakarta, 12 Februari 2009 Yang Menyatakan
Sudiyono, M.Si NIP 19540406 198303 1 004
26
a. Biodata Ketua Peneliti Nama Lengkap : Sutiman, M.Pd NIP : 19490709 197803 1 001 Tempat/Tanggal : Yogyakarta, 9 Juli 1949 Lahir Pangkat/Golongan : Pembina Tk I/IVb Jabatan : Lektor Kepala Jurusan/Fakultas : Administrasi Pendidikan/Ilmu Pendidikan Pendidikan Terakhir : M.Pd. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNY Pengalaman 1. Mengembangkan Tanggungjawab Siswa Melalui Penelitian Program Babonisasi di Sekolah Dasar Kabupaten (5 tahun terakhir) Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun 2004. 2. Need Assesment kerjasama Jurusan Administrasi Pendidikan dengan Stakeholders, tahun 2005 3. Peningkatan Kualitas Perkuliahan melalui Pendekatan Discovery Learning dan Pemanfaatan Sumber Belajar dalam perkuliahan Perencanaan Pendidikan, 2004 4. Penyusunan dan Implementasi Rencana Strategik Pengembangan Sekolah (Pendekatan Multi Metode Penelitian), 2006 5. Strategi dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Mata kuliah Evaluasi Program Pendidikan pada Jurusan Administrasi Pendidikan. 2003 Publikasi Ilmiah 1. Manajemen Pendidikan Prasekolah, 2005 (5 tahun terakhir) 2. Supervisi Klinis, 2005 Yogyakarta, 11 Maret 2011 Yang Menyatakan
Sutiman, M.Pd NIP 19490709 197803 1 001
c. Biodata Anggota Peneliti 3 27
Nama Lengkap NIP Tempat/Tanggal Lahir Pangkat/Golongan Jabatan Jurusan/Fakultas Pendidikan Terakhir Pengalaman Penelitian (5tahun terakhir)
Publikasi Ilmiah (5 tahun Terakhir)
: Mada Sutapa, M. Si : 132206558 : Yogyakarta, 8 Oktober 1973 : Penata Muda/ III/a/ 1 Maret 1999 : Asisten Ahli : Pendamping Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan : Administrasi Pendidikan/Ilmu Pendidikan : Msi. 2002. Administrasi Negara. UI. Indonesia 1. Pelaksanaan Tugas Pokok Fungsi Pegawai Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yogyakarta dalam Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan, 2004 2. Peningkatan Kualitas Perkuliahan Organisasi Pendidikan Melalui Pendekatan Problem Posing,2005 3. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Memahami Teks Komunikasi Organisasi Pendidikan Melalui Pendekatan Thinking Map, 2006 4. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Memahami Analisi Kebijakan Pendidikan Melalui Pendekatan Soft System Methodology, 2007 5. Analisis Komparatif Competitive Advantage Terhadap Pendidikan Belanda dan Jepang, 2008 1. Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Makalah Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah di SMK Maarif I Kulonprogo, 2005 2. Perspektif Desentralisasi Pendidikan Dalam Konteks Desentralisasi Pemerintahan Daerah, Artikel JuMP Jurusan AP FIP UNY, 2005 3. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Berbasis Sekolah, Artikel Dinamika Pendidikan FIP UNY, 2006 4. Administrasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, Makalah Pelatihan Manajemen Pendidikan Tinggi di Dinas Kesehatan DIY, 2006 5. Analisis Kebijakan Pendidikan, Buku Pegangan Kuliah, 2006 Yogyakarta, 12 Februari 2009 Yang Menyatakan
Mada Sutapa, M. Si NIP 132206558 d.Biodata Anggota Peneliti 4 28
Nama Lengkap NIP Tempat/Tanggal Lahir Pangkat/Golongan Jabatan
: Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd : 132296019 : Sleman, 7 Agustus 1976
: Penata / III/c : Lektor : Ketua Lab Jurusan Administrasi Pendidikan Jurusan/Fakultas : Administrasi Pendidikan/Ilmu Pendidikan Pendidikan Terakhir : S2 Manajemen Pendidikan UNY Pengalaman 1. Peningkatan Kualitas Perkuliahan Pendidikan Penelitian Makro melalui Metode Observational Learning, (5 tahun terakhir) tahun 2003 2. Pelaksanaan Tugas Pokok Fungsi Pegawai Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yogyakarta dalam Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan, tahun 2004 3. Need Assesment kerjasama Jurusan Administrasi Pendidikan dengan Stakeholders, tahun 2005 4. Studi Eksplorasi Profesionalisasi Jabatan Kepala Sekolah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 2006 5. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyusunan Program di SMA Kabupaten Sleman, tahun 2006 Publikasi Ilmiah 1. Learning Organization Dalam Penerapan Strategi (5 tahun Terakhir) Reformasi Organisasi Sekolah, artikel Dinamika Pendidikan tahun 2003 2. Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan, artikel Informasi tahun 2008 3. Kapan Guru Profesional, artikel Cope tahun 2007 4. Pendidikan dan Kehidupan Sosial, artikel Jump tahun 2005 5. Mengelola Kelas untuk Keberhasilan PBM, artikel Jump tahun 2006 Yogyakarta, 12 Februari 2009 Yang Menyatakan
Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd NIP 13296019
29
1. Instrumen untuk menjaring data mahasiswa terkait dengan kemampuan dan peran serta mahasiswa dalam diskusi. No. Nama Mahasiswa Analisis Sintesis Evaluasi Mahasiswa 051009 Atin P. 051011 051030 051034 08101 0802 0803 0804 0805 0806 0807 0808 0809 0810 0811 0812 0813 0814 0815 0816 0817 0818 0819 0820 0821 0822 0823 0824 0825 0826 0827 0828 0829 0831 0832 0833 0834
Yanggeta Vera Cahya S.C. Wahyu Danik Rosa Tria Mayang Nofa Neni Ayu Dwi Setyo Danang Fitri Hermatun Airin Nila Anita Yunita Gina Gita Ryan Krishandanari Junistia Pangga Diah Arum Desilia Iwan Punjung Nurma Yulius Leo Desci Eka Oni 30
0835 0837 0838 0839 0840 0841 0842 0843 0844 0845 0846 08702
Desi Ganes Dian Puspita Nur Dwi Eriska Ritma Sulestari Inggrit Farah Erni Sri harmantati
31
2. Instrumen untuk mengetahui/mengukur kemampuan menyusun makalah berdasarkan data lapangan. No. Mhs
Nama Mhs
051009 051011 051030 051034 08101 0802 0803
Atin P. Yanggeta Vera Cahya S.C. Wahyu Danik
0804
Tria
0805
Mayang
0806
Nofa
0807
Neni
0808
Ayu
0809
Dwi Setyo
0810
Danang
0811
Fitri Hermatun
0812 0813 0814 0815 0816 0817 0818
Kajian Teori
Pembahasan Simpulan Tata Tulis
Kesinkronan antar bagian
Rosa
Airin Nila Anita Yunita Gina Gita
0819
Ryan
0820
Krishandanari
0821
Junistia
0822
Pangga
0823
Diah
0824
Arum
0825
Desilia Iwan
0826
Rumusan Masalah
32
0827 0828 0829 0831
Punjung
0832
Desci
0833
Eka
0834 0835 0837 0838 0839 0840 0841
Oni Desi Ganes Dian Puspita Nur Dwi Eriska
0842
Ritma
0843
Sulestari
0844
Inggrit
0845
Farah
0846
Erni
08702
Sri harmantati
Nurma Yulius Leo
33
3. Instrumen untuk mengetahui kemampuan berinteraksi (soft skill) mahasiswa dalam diskusi. No. Mahasiwa
Nama Mahasiswa
051009
Atin P.
051011 051030
Yanggeta Vera Cahya
051034 08101 0802
S.C. Wahyu
0803
Rosa
0804
Tria
0805
Mayang
0806
Nofa
0807
Neni
0808
Ayu
0809
Dwi Setyo
0810
Danang
0811 0812
Fitri Hermatun
0813
Airin
0814 0815
Nila
0816
Yunita
0817
Gina
0818
Gita
0819
Ryan
0820
Krishandanari
0821
Junistia
0822
Pangga
0823
Diah
0824
Arum
0825
Desilia
Respek
Penghargaan
Kedisiplinan
Kejujuran
Danik
Anita
34
0826
Iwan
0827 0828
Punjung
0829
Yulius
0831
Leo
0832
Desci
0833
Eka
0834 0835
Oni Desi
0837
Ganes
0838
Dian
0839
Puspita
0840
Nur Dwi
0841
Eriska
0842
Ritma
0843
Sulestari
0844
Inggrit
0845
Farah
0846
Erni
08702
Sri harmantati
Nurma
35