Telaah + Penanganan Perilaku Agresifpada anak +Atang Setiawan
Penan gana n Perilaku Agresif pada Anak Atang Setiawan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Perilaku agresif secara tipikal adalah setiap perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau merugikan orang lain baik secara fisik maupun psikis. Dampak perbuatan tersebut tidak saja merugikan sikorban, melainkan juga si pelaku sendiri. Untuk melakukan identifikasi anak yang dikatagorikan berperilaku agresif ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: kualitas dan kuantitas perilaku, disengaja, tidak ada rasa tanggung jawab, karakteristik pengamat, dan karakteristik sipelaku. Faktor penyebab berperilaku agresif pada anak disebabkan terhambatanya perkembangan emosi, sosial, dan biologis. Perilaku agresif bukan suatu kondisi melainkan suatu "penyakit", maka sangat memungkinkan untuk di "sembuhkan", diatasi. Dalam upaya membantu mengatasi perilaku tersebut, ada beberapa metoda dan teknik yang dapat dilakukan oleh guru atau orang tua, yaitu: Pemahaman dan penerimaan terhadap pribadi anak, menciptakan PAKEM, mengembangkan katarsis, menghapuskan pemberian imbalan, strategi memperagakan, menciptakan lingkungan nonagresif, mengembangkan sikap empati, dan memberikan hukuman.
Kata kunci: Penanganan, agresif, penyebab.
PENDAHULUAN
Rasanya tidak ada seorangpun anak adam di muka bumi ini yang tidak pernah berperilaku agresif, seperti memukul, menendang, merusak benda dan barang di sekitarnya, tetapi belum tentu dapat dikatagorikan anak agresif, apabila tidak memenuhi kriteria tertentu. Perilaku agresif merupakan bentuk perilaku yang bersifat anti-sosial, bertentangan dengan normanorma sosial dan norma hukum yang berlaku di lingkungannya, perilaku yang
besar dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan aspek emosi atau dan sosial yang bersangkutan. Terhambatnya perkembangan emosi dan perilaku sosial di antaranya diwujudkan dalam bentuk perilaku agresif. Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat luas.
tidak dikehendaki oleh orang lain baik individu maupun masyarakat secara luas. Perilaku tersebut sangat merugikan
Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada anak/remaja masih dapat
perkembangan dirinya maupun keamanan dan kenyamanan orang lain. Penyebab perilaku agresif sangat
kompleks, tidak tunggal, tetapi secara garis
ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat merugikan dirinya dan orang lain, maka perlu ditangani secara sunguh-sungguh, karena dapat berakibat lebih patal.
}AfJl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010
89
Telaah + Penanganan PerilakuAgresifpada anak + AtangSetiawan
Dampak perilaku agresif tidak hanya mempengaruhi fungsi anak dalam perkembangan emosi dan perilaku, tetapi hal tersebut juga mempengaruhi prestasi akademis, interaksi sosial mereka dengan teman sebaya dan guru. Kaufmann (1985), menjelaskan hasil risetaya, bahwa anak yang agresif umumnya memiliki prestasi akademik yang rendah untuk usia mereka, mayoritas anak agresif memiliki kesulitan akademis. Memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial yang mempengaruhi
fungsi di dalam kelas, dan bergaul dengan siswa lain.
Pada tulisan singkat ini, penulis mengajak pada para pembaca, khususnya bapak/ibu guru atau calon guru untuk memahami konsep perilaku agresif dan cara mengatasinya. Karena di sekolah atau keluarga tidak sedikit anak atau remaja yang berperilaku agresif yang dapat merugikan baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
kemampuan untuk kerjasama dengan guru,
PEMBAHASAN
Perilaku Agresif
Apakah agresif itu identik dengan kekerasan? Banyak orang yang mengartikan bahwa agresif dan kekerasan sama. Memang benar ada kesamaan diantara keduanya, yaitu bersifat komfrontatif, tetapi berbeda dalam bentuk dan motivasinya. Breakwell (1998), menjelaskan agresi secara tipikal didefmisikan setiap bentuk pilaku untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Agresif melibatkan setiap bentuk penyiksaan, termasuk penyiksaan psikologis atau emosional. Misalnya mempermalukan, menakut-nakuti atau mengancam. Sedangkan kekerasan didefmisikan sebagai tindakan di mana ada usaha sengaja untuk mencederai secara fisik, terbatas pada penyiksaan secara fisik, dan apabila tidak disengaja tidak dikatagorikan kekerasan.
Selanjutaya secara gamblang para ahli psikologi, seperti Sigmund Freud (Shaffer, 1994) menjelaskan, agresif merupakan suatu perilaku naluriah atau
90
}AfIl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010
instingtif, sebagai thanatos (naluri kematian), yaitu merupakan faktor yang bertanggungjawab terbentuknya energi yang agresif di dalam kehidupan manusia. la memiliki pandangan tentang agresif sebagai suatu sikap bermusuhan, suatu energi agresif yang akan membangun dan bersikap kritis serta dapat berkembang menjadi suatu perilaku yang kejam, bersifat merusak.
Ahli Ethologist Konrad Lorenz (Shaffer, 1994), menguraikan agresif sebagai suatu naluri perkelahian yang dicetuskan oleh isyarat tertentu di dalam lingkungan. Meski ada perbedaan pandangan yang penting antara
psychoanalytic dan ethological tentang agresi, keduanya menganggap perilaku agresif sebagai sikap tidak suka bersosialisasi (anti-sosial) yang diakibatkan oleh satu kecenderungan bawaan bertindak untak melakukan kekerasan.
Sedangkan pada umumnya ahli teori belajar sikap menolak pandangan yang menjelasan naluri yang bersifat merusak dan berbuat sesuatu dengan menggunakan
Telaah + Penanganan Perilaku Agresifpadaanak + Atang Setiawan
kekerasan, pandangan mereka berpikir bahwa agresi manusia dan perilaku tidak suka bersosialisasi (anti-sosial) sebagai suatu kategori tertentu dari perilaku. Seperti pandangan Bandura (Shaffer, 1994) dan para ahli teori lainnya meyakinkan
bahwa agresi sebenarnya hanya merupakan suatu anggapan sosial tentang berbagai tingkah laku, tidak terlepas dari pemahaman dalam mengartikan suatu bentuk perilaku yang dilakukan kepada kita. Kiranya, penafsiran kita tentang sikap tidak agresif atau agresif bergantung pada pribadi, dan situasi sosial, seperti kepercayaan kita sendiri tentang agresi itu sendiri, konteks di
a.
b.
c.
dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja yang mengakibat penderitaan fisik atau psikis pada orang lain atau kerusakan barang dan benda.
Untuk lebih jelasnya, apakah perilaku anak itu dapat dikatagorikan agresif atau tidak, Bandura (Kim Fong Poon-McBrayer and Ming-gon John Lian, 2002) mengemukakan kriteria-kriteria yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan agresif-tidaknya suatu perilaku anak, yaitu:
Ada kesengajaan, dalam melakukan
tindakan
agresif,
ada niat yang
tersurat, sengaja melakukan perilaku agresif. Karakteristik pengamat, yaitu orang yang memperhatikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini akan beragam
karena akan ditentukan oleh jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, etais, pengalaman perilaku agresif dsb.
Applefield (Shaffer, 1994), mendefi-
Dari pendapat para ahli tersebut
Intensitas perilaku, sering-tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang merugikan atau membahayakan korban.
terlibat terbatas.
disengaja yang mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaan fisik atau psikis pada orang lain atau kerusakan barang dan benda. Selanjutnya Bandura, menjelaskan lebih lanjut bahwa agresi adalah perilaku yang berakibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau benda. Penderitaan tersebut dapat bersifat psikis maupun fisik.
perilaku agresif, derajat atau tingkatan perilaku agresif korban baik berupa serangan
psikis, membuat malu, merusak barang orang lain.
mana tanggapan itu terjadi, intensitas tanggapan, idenfitas dan reaksi orang
nisikan agresif sebagai tindakan yang
Kualitas ukuran, terhadap fisik atau
d.
Pelaku menghindar ketika orang lain menderita sebagai akibat perbuatannya, tidak ada prasaan bersalah atau berdosa.
e.
Karakteristik sipelaku itu sendiri, misalnya faktor usia, jenis kelamin, pengalaman dalam berperilaku agresif, dsb.
Singkatnya, seorang anak dikatago rikan agresif atau tidak akan ditentukan
oleh sipengamat itu sendiri yang cenderung subyektif, bobot dan kualitas perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi perilaku agresif,
ada kesengajaan (niat) untuk
memenuhi kebutuhan,
harus terlihat ada
rasa tanggung jawab (menghindar) apabila diminta pertanggung jawaban, dan karakteristik sipelaku itu sendiri seperti faktor usia dan jenis kelamin.
}AfJl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010
91
Telaah
♦ Penanganan Perilaku Agresifpada
anak
♦ AtangSetiawan
1. Faktor Penyebab
Setiap perilaku baik itu bersifat agresif maupun non-agresif pasti ada faktor pendorong atau penyebabnya. Penyebab tersebut bersifat kompleks, tidak tunggal, melainkan kumulatif dari berbagai faktor. Seperti diuangkapkan Sigmun Freud (Davin R. Shaffer, 1994) mempercayai bahwa kita semua lahir ke dunia disertai
dengan naluri kemafian (thanatos). Dimana di dalamnya termasuk segala perilaku kekerasan dan pengrusakan. Menurut pandangannya energi tersebut diperoleh dari
makanan secara terus menerus dan
berubah menjadi energi yang agresif dan sikap agresif ini yang harus dikeluarkan teratur pada jangka waktu tertentu untuk mencegah sikap mereka meningkat pada tingkatan yang berbahaya. Satu hal yang menarik Freud adalahbahwa dengan bersikap agresi dimana adakalanya berasal di dalam batin, menghasilkan beberapa bentuk dari diri penghukuman diri sendiri, perusakan, atau bahkan bunuh diri. Teori naluri yang kedua tentang agresi berasal dari Ethologist Konrad Lorenz (Shaffer, 1994 ) yang membantah bahwa manusia dan binatang mempunyai naluri dasar berkelahi (agresif) yang digunakan untuk melawan terhadap sesamanya. Lorenz berpandangan juga bahwa agresi sebagai suatu sistim hidrolik dimana dapat menghasilkan energi sendiri. Tetapi ia percaya bahwa tindakan agresif secara berkelanjutan akan berkembang sampai pada pelepasan stimulus yang sesuai. Semua jenis naluri termasuk agresi, mempunyai dasar tujuan: untuk memastikan dapat bertahan hidup secara perseorangan dan atau kelompok.
Menurut Bandura (Shaffer, 1994) teori pembelajaran sosial berasumsi bahwa agresi sebagai suatu jenis yang spesifik dari tingkah laku sosial yang diperoleh dari pengalaman apa yang dilihat, didengar langsung (merupakan hasil belajar). Agresi digambarkan sebagai setiap perilaku diarahkan terhadap tindakan untak melukai/ merusak/ merugikan orang lain.
Kauffman (1985) memaparkan penyebab perilaku agresif dari berbagai sudut pandang teori secara holistik, yaitu faktor bilogis, psikodinamika, frustrasiagresif, dan teori belajar sosial. a.
Teori Biologis diasumsikan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku instink, respon kelainan hormon dan susunan kimiawi dalam tabuh, akibat getaran-getaran elektrik yang terjadi pada susunan syaraf pusat. Faktor
biologis bukan sata-satanya yang mempengaruhi perilaku agresif. b.
Teori Psikodinamika, agresif merupakan dorongan negatif dari agresi (id), karena lemahnya fungsi kesadaran individu yaitu ego dan superego. Teori frustrasi-Agresif, menjelaskan bahwa frustrasi selalu
mengakibatkan perilaku agresif, dan perilaku agresif selalu bersumber dari kondisi frustrasi.
c.
Teori Belajar Sosial, bahwa perilaku agresif bersumber dari hasil belajar atau hasil peniruan (imitasi) dan hasil penguatan.
Dari berbagai pandangan tersebut, bahwa penyebab seorang anak berperilaku agresif
disebabkan oleh
karena
imitasi dan penguatan dari lingkungan, ada kelainan hormon dan kelainan susunan
92
\AJI\_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010
hasil
Telaah + Penanganan Perilaku Agresifpada anak » Atang Setiawan
kimiawi dalam tabuh, lemahnya ego dan superego dalam mengendalikan id,
dan
karena frustrasi yangtak terpecahkan sehingga mengalami gangguan emosi. 2. Mengendalikan
Perilaku Agresif pada
Anak
Perilaku agresif pada anak dapat diatasi, dikurangi bahkan untuk dihilangkan. Untak membanta mereka agar terlepas dari perilaku agresif diperlukan teknik dan pendekatan yang komprehensif dan koordinauf. Adapun yang dapat kita lakukan, baik di sekolah maupun di rumah, di antaranya melalui berbagai metoda dan teknik sebagai berikut:
Memahami dan menerima pribadi anak
Pemahaman terhadap anak merupa kan hal mutlak, terlebih pemahaman terhadap anak agresif yang memerlukan bantaan. Setelah dipahami pribadi anak, kita berupaya untak menerima apa adanya dan sebagaimana mestinya. Pemahaman
Melakukan catharsis
Melakukan catharsis yaitu menyalurkan
perilaku agresif ke aktivitas yang positif dan terhormat, seperti anak yang suka menendang atau memukul teman-teman,
merusak benda atau barang di sekitarnya, kita arahkan dan kembangkan motivasi untak kegiatan bermain drama, sepak bola, bola volly, main hokey dsb. Anak yang suka memaki-maki, marah yang tidak terkendali, menghina, mencemooh orang lain, kita arahkan ke aktivitas yang positif, seperti membaca puisi, bermain peran atau drama, bernyanyi, berceritera dsb. Dengan kegiatan tersebut anak akan merasa puas dan energi agresif akan tersalurkan, terbebas dari membahayakan dirinya maupun
orang
lain,
diterima
oleh
masyarakat dan mungkin menjadi kebanggaan bagi dirinya. Menurut Freud, energi
agresif
dapat
dikeluarkan
dan
dan penerimaan akan menumbuhkan sikap simpati dan mungkin empati pada kita/guru.
diterima pada kehidupan sosial seperti melalui pekerjaan atau permainan yang bertenaga, lebih sedikit aktivitas yang tidak diinginkan seperti menghina orang lain,
Simpati dan empati akan menubuhkan
perkelahian, atau pengrusakan.
kepercayaan, hal ini merupakan modal a Menghapuskan pemberian imbalan.
untak mengarahkan perilaku-perilaku anak ke arah nonagresif.
Menghapuskan pemberian imbalan atau
Ciptakan PAKEM.
istilah lain penguatan negatif, yaitu menghilangkan rangsangan yang tidak
PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan), akan tercipta apabila program pembelajaran yang pleksibel, disesuaikan dengan kemampuan setiap anak, pengelolaan kelas yang memberikan rasa aman, kenyamanan dan menyenangkan. Dengan terciptanya PAKEM akan mengurangi kondisi-kondisi yang mendorong kegagalan sebagai benih frustrasi. Dengan terhidar dari sifat frustrasi berarti mengurangi perilaku agresif.
menyenangkan
(hukuman)
setelah
ditampilkan perilaku yang diharapkan akan memperkuat munculnya frekuensi perilaku yang diharapkan tersebut. Penghilangan yaitu menahan ganjaran yang diharapkan seperti yang diberikan sebelumnya akan menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang semula mendapat penguatan.
Penundaan berarti meniadakan ganjaran karena belum ditampilkan perilaku tertentu yang diharapkan, maka akan menurunkan
JAfIl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010
93
Telaah ^Penanganan Perilaku Agresifpada anak » Atone Setiawnr,
frekuensi munculnya perilaku yang tidak
Kita dapat
diinginkan.
sikap empati mereka melalui contoh
kegiatan, seperti: a) menunjukan konsekuensi-konsekuensi yang berbahaya dari tindakan-tindakan anak yang agresif, b) menempatkan anak di tempat kejadian korban dan membayangkan bagaimana
b. Strategi memperagakan/pelatihan Upaya peragaan
membanta mengembangkan
yang atau
dilakukan
melalui
penampilan
dalam
pemecahan suatu masalah yang tidak menggunakan perilaku agrasif. Tanggapan yang tidak cocok/bertentangan dengan
rasanya menjadi korban.
agresi boleh juga ditanamkan dengan memperagakan atau
Hukuman
strategi pelatihan.
Apabila pendekatan-pendekatan di atas
Ketika anak melihat suatu contoh dan
tidak efektif, maka dapat dilakukan dengan
memilih solusi yang tidak agresif terhadap
memberi hukuman yang bersifat mendidik
suatu konflik atau dengan tegas dilatih
dan manusiawi. Adapun pedoman yang
dalam pemakaian metoda-metoda yang tidak agresif tentang pemecahan masalah, mereka menjadi lebih mungkin untak
menetapkan solusi yang serupa kepada permasalahan mereka sendiri.
harus dijadikan acuan apabila memberi hukuman yaitu:
a)
Pelatihan
ketika membiarkan perilaku tersebut
metoda yang efektif dalam mengatasi konflik secara berkesinambungan
berlanjut
akan
menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi negatif yang lebih serius daripada tingkat
merupakan hal yang utama dan bermanfaat bagi anak yang agresif.
Menciptakan lingkungan nonagresif
Gunakan hukuman hanya setelah metode koreksi positif telah gagal dan
hukuman yang dilakukan.
b)
Hukuman harus digunakan hanya oleh
Jika kita bermaksud untuk mengurangi
orang-orang yang memiliki kedekatan
timbulnya perilaku agresif pada anak, maka kita harus membebaskan lingkungan sekitar
dan penuh kasih sayang terhadap anak
dari perilaku-perilaku agresif, menghilangkan rangsangan-rangsangan yang dapat menumbuhkan perilaku agresif. Misalnya dengan menghilangkan tontonan, bacaan, yang memperlihatkan kekerasan,
ketika tingkah lakunya dapat diterima
dan
Anak-anak prasekolah dan individu
sangat agresif lain bisa tidak berempati dengan korban-korban mereka. Mereka
mungkin tidak merasa menderita walaupun merugikan orang lain (berperilaku agresif).
94
| iAfSt_Anakku »Volume 9:Nomor 1Tahun 2010
banyak
agresif.
c)
Menghukum tanpa
seperti apa adanya,
kejengkelan, ancaman, atau
melanggar moral.
d)
komik, dan bacaan lainnya.
Mengembangkan sikap empati
menawarkan
dukungan positif untak perilaku non
keberutalan, kesadisan dsb, terutama film-
film adegan-adengan yang ada pada TV,
yang
Hukuman
harus
bersifat
adil,
konsisten dan segera.
e)
Hukuman harus intens secara akal dan proporsional.
f)
Bila memungkinkan, hukuman harus
melibatkan biaya respons (kehilangan hak-hak istimewa atau hadiah atau
menarik diri dari perhatian) daripada perlakuan permusuhan.
Telaah ^Penanganan Perilaku Agresifpada anak + Atang Setiawan
g)
Bila memungkinkan, hukumannya harus terkait langsung dengan perilaku agresif, memungkinkan anak
h)
Jangan langsung memberikan penguatan positif segera setelah
hukuman,
untuk membuat restitasi, dan/atau mempraktekkan perilaku alternatif yang lebih adaptif.
anak mungkin
berperilaku
agresif
menanggung
belajar
kemudian
hukuman
untuk
mendapatkan dukungan.
i)
Menghentikan hukuman jika tidak segera efektif.
KESIMPULAN
Perilaku agresif merupakan salah
sata
bentuk
perilaku
anak
yang
Penyebab seorang anak berperilaku agresif bersifat kompleks, di antaranya
mengalami hambatan emosi dan sosial.
perwujudan dari:
Perilaku agresif berbeda dengan perilaku kekerasan. Perilaku agresif bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku dan harapan masyarakat sehingga
penguatan dari lingkungan, ada kelainan
hasil
imitasi dan
hormon dan kelainan susunan kimiawi
dalam tabuh, lemahnya ego dan superego dalam mengendalikan id, dan frustrasi
dikatagorikan perilaku anti-sosial.
yang
Dampak perilaku agresif sangat merugikan anak itu sendiri maupun lingkungan, sehingga perlu dibanta untuk mengatasinya. Upaya tersebut dapat dilakukan secara koordinatif antara orang
mengalami gangguan emosi.
tidak
terpecahkan
sehingga
perilaku agresif, ada-tidaknya kesengajaan dari subyek, adanya
Upaya membanta mengatasi perilaku agresif pada anak dapat digunakan berbagai teknik atau cara, seperti: Pemahaman dan penerimaan terhadap pribadi anak, menciptakan PAKEM, mengembangkan katarsis, menghapuskan pemberian imbalan, strategi memperagakan/pelatihan, menciptakan lingkungan nonagresif, mengembangkan sikap empati, dan penghukuman. Teknik penghukuman sebaiknya dihindarkan, namun apabila
penghindaran
terpaksa, hendaknya
tua dan guru di sekolah.
;
Untak menetapkan apakah anak dikatagorikan berperilaku agresif atau
tidak, kita dapat melihat dan mengacu pada kriteria: bobot dan kualitas dari perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi
atau
tidak
ada
rasa
tanggung jawab, penilaian dari pengamat yang cenderung subyektif (relatif), dan
bersifat mendidik
dan manusiawi, disadari, tidak emosional, dan penuh rasa tanggung jawab.
karakteristik pelaku itu sendiri, seperti faktor usia dan jenis kelamin.
JMSl_Anakku » Volume9 : Nomor1 Tahun 2010
95
Telaah + Penanganan Perilaku Agresifpada anak » Atang Setiawan
DAFTAR PUSTAKA
Breakwell. Glynis.M. 1998. Coping Aggressive Behaviour. Mengatasi Perilaku
Agresif.
Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Education. Children Exceptionalities. The
With Chinese
University Press. Hongkong.
shaffer5 R
Davin 1994 Social and
Kauffman, J.M. (1985). Characteristics of
Personality Development. University
Childrens Behavior Disorder, Colombus: Charles C. Merillil. __. _ _ ,tr. , t... Kim Fong Poon-McBrayer and Ming-gon John Lian. (2002). Special Needs
Of Georgia Edisi 3 . New York: Brooks/Cole Publising Company.Pacific Grove, California. r
•
•
.
96
JAIJl_Anakku » Volume 9 : Nomor1 Tahun 2010