PENAFSIRAN KISAH ADAM DAN HAWA (Studi Perbandingan Tafsir Al-Tabari dan Tafsir Al-Manar)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Dalam Ilmu Ushuluddin
Disusun Oleh: IKA ANIS MUNISAH NIM 03531334
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009
i
MOTTO
Sukses itu sulit namun lebih sulit yang tidak sukses
! Bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. (Qs An-Nisa’: 32)
v
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini penulis persembahkan untuk
! "
vi
SISTEM TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987 A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
Al f b ’ t ’ s ’ jm h ’ kh ’ d l z l r ’ zai sin syin s d d d t ’ z ’ ‘ain gain f ’ q f k f l m mm n n w w h ’ hamzah y ’
tidak dilambangkan b t
Tidak dilambangkan be te es (dengan titik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik di atas ge ef qi ka `el `em `en w ha apostrof
. /
0
0 1
2 / !
3
vii
!
Ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ditulis
Muta‘addidah
Ditulis
‘iddah
ditulis
Hikmah
Ditulis
‘illah
C. Ta’ Marbutah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h
ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
Kar mah al-auliy ’
Ditulis
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h.
Zak h al-fitri
Ditulis D. Vokal Pendek ___ ___
!
__"_
& % $#
! !
fathah
! ! ! !
kasrah dammah
viii
3 ! 0 / 0
E. Vokal Panjang 1
4
2
5!
%'
5!
3
/
4
! ! ! ! ! ! ! !
2
+*)(
5 3
-# ,
5
.
.
!
/
F. Vokal Rangkap 1
5 3
!
- )/ 2
!
5
/
!
210
!
2 !
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
- 433 5 3 7 6 -( 8
ditulis
a’antum
ditulis
u‘iddat
!
La’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
;: 9 < 9
ditulis Ditulis
ix
al-Qur’ n Al-Qiy s
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
=* ?>
ditulis
as-Sam ’
Ditulis
Asy-Syams
I. Penyusunan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penyusunannya.
@ !. %3 )*
Ditulis
aw al-fur d
ditulis
ahl as-sunnah
x
6
! / /
!
" 8
8
8 8
8
8
!
! !
8 ! / /
!"7 3
/ !
!
/
!" / :8
8
! / 8 . // 8 8 . ! 9
/ ! !
8 /
!
!" 6
. . . 8 8 3 !! ! 8 !
/
#9 8
! 3 !!
!
/ ! !" / 8! / 8 3 !! ! 8 / 8 / 8 / / ! / 8 8 8 !" !" ; ‘ !"6 !"7 3 menjadi pilihan karena paling kaya teks-teks materi isra' illiyat dibanding dengan kitab tafsir yang lain. Tafsir karya Muhammmad Rasyid Ridha yaitu Tafsir !" 7 3 al-Hakim, digunakan sebagai perbandingan tafsir ; ‘ !"6 !"7 3 , karena tafsir ini merupakan salah satu dari tafsir moderen, dan tidak menggunakan riwayat isra' illiyat dalam menafsiran ayat !"7 3 . Penelitian ini termasuk library research. Metode dalam pengumpulan data adalah maudu’i. Langkah-langkah dalam melakukan analisa data: , mencari ayat-ayat tentang Adam dan Hawa , meneliti penafsiran ayat-ayat penciptaan ; ‘ !"6 Adam dan Hawa dan jatuhnya keduanya dari surga dalam !"7 3 dan !" , mencari persamaan dan perbedaan penafsiran dengan ada dan tidaknya pengaruh isra’illiyat dalam tafsir dikaitkan dengan kesetaraan gender, dan menarik kesimpulan. Adapun pendekatan yang digunakan adalah historis dan studi gender. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 14 tempat yang diteliti, alabari menggunakan riwayat isra’illyat dalam tiga tempat, an-Nisa: 1, al-Baqarah: 35-38, dan al-A’raf: 9-24. Penggunaan riwayat isra’illiyat dalam tafsir al-Tabari mengakibatkan penafsiran yang menggambarkan ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan. Adapun penafsiran Rasyid Ridha yang tidak menggunakan riwayat isra’illiyat menggambarkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Penafsiran al-Tabari dan Rasyid Ridha mengenai penciptaan Adam, sama bahwa Adam diciptakan dari tanah. Menurut al-Tabari Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, sedangkan menurut Rasyid Ridha Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam dari tanah. Menurut al-Tabari Hawa lah yang menyebabkan Adam turun dari surga, sedangkan Rasyid Ridha Adam dan Hawa memiliki kontribusi yang sama sehingga mereka harus keluar dari surga. 8
xi
<$= $
"! "!
)(+
(' (
,)('
%$# &$ -+
.
)(' *
/
Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, alhamdulillah penyusun mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat memperolah gelar sarjana dalam Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul : Penafsiran Kisah Adam Dan
Hawa (Studi Perbandingan Tafsir al-Tabari Dan Tafsir al-Manar) Saya menyadari, penyusunan skripsi ini tentunya tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan serta menjadi pekerjaan yang berat bagi penyusun yang jauh dari kesempurnaan intelektual. Namun, berkat pertolongan Allah swt dan
8
. /"$
/
8 !
8
/ 8 / ?
!
!
! " !
/ 8
/ !
>?8
/
! /
/ 8
/
/
/
/ 8
> 8
!
/
/ !
?8/
/ !
8
/
!
:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, selaku rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2.
/ >$
! / !.
xii
/
4/ !
>
!
3. 6 8 /
! /
/
/
/ !
; 4. 6 8 /
!
!
! /
5. 6 8 /
/
! / 8
;
.
/ 8
! / 8 !
/
/
/
/ 6.
8 /
?
8
/ 8 /
! > /
/
! 8
" !
! !
?
/ !
! /
/ 8 >?8
/ !
8 "
/
;
/ 8
/ /
// / /
/
/
!
/
/
/ /
A /
!
/
!
?
/ ! !
/ !
!
8
"
8 /
8
8
!
/ /
/
.
/ 8
/
@ /
/ /
8
/
!
/ ! !
.
8 8 8
>?8
3',
! !
! .
/ 8 /
?8 " 8
!
/ !
xiii
! " !
! !
/ 8 / 8
/
/
/
! ! "
/
/
8 .
8
!
8
.
/
/
8
8
/ 8 ! / !
! !
8 . / / . .
/
8
(? /
8 " 8
/
%& ; %!
/ ',&,%,,+
xiv
(''B %+,'
DAFTAR ISI HAL JUDUL ------------------------------------------------------------------------------- i NOTA DINAS PEMBIMBING --------------------------------------------------------- ii PENGESAHAN --------------------------------------------------------------------------- iii SURAT PERNYATAAN ---------------------------------------------------------------- iv MOTTO -------------------------------------------------------------------------------------- v PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------------------------- vi TRANSLITERASI ------------------------------------------------------------------------vii ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------- xi KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------- xii DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------------- 1 B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------- 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ------------------------------------------------ 9 D. Telaah Pustaka ------------------------------------------------------------------- 10 E. Landasan Teori ------------------------------------------------------------------ 14 F. Metode penelitian --------------------------------------------------------------- 17 G. Sistematika Pembahasan ------------------------------------------------------- 20 BAB II : BIOGRAFI AL-TABARI DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA
xv
A. Biografi al-Tabari 1. Latar Belakang Kehidupan ---------------------------------------------- 22 2. Latar Belakang Pendidikan ---------------------------------------------- 23 3. Karya-Karya al-Tabari ---------------------------------------------------- 26 4. Sekilas tentang Tafsir al-Tabari ----------------------------------------- 29 5. Sistematika Tafsir al-Tabari --------------------------------------------- 31 B. Biografi Muhammad Rasyid Ridha 1. Latar Belakang Kehidupan ----------------------------------------------- 33 2. Latar Belakang Pendidikan ----------------------------------------------- 35 3. Karya-Karya Rasyid Ridha ---------------------------------------------- 39 4. Sekilas tentang Tafsir al-Manar ------ ---------------------------------- 40 5. Sistematika Tafsir al-Manar ----- --------------------------------------- 42 BAB III : PENAFSIRAN AL-TABARI DALAM TAFSIR ;" ‘ C"6 "$ $ C"7> 33"$ $ DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA 4 4# DALAM TAFSIR C"7> 33"$ $ AL-HAKIM TENTANG KISAH ADAM DAN HAWA A. Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Adam dan Hawa Dalam !"7 3 ------------------------------------------------------------------ 46 B. Tafsir Tentang Adam dan Hawa Menurut ibn Jarir al-Tabari 1. Konsep penciptaan Adam -------------------------------------------------- 48 2. Konsep Penciptaan Hawa -------------------------------------------------- 58 3. Kisah Jatuhnya Adam dan Hawa dari Surga ----------------------------- 62 C. Tafsir Tentang Adam dan Hawa Menurut Muhammad Rasyid Ridha 1. Konsep penciptaan Adam ------------------------------------------------- 67 2. Konsep Penciptaan Hawa ------------------------------------------------- 70
xvi
3. Kisah Jatuhnya Adam dan Hawa dari Surga -------------------------- 77 D. Pengaruh Riwayat Isra’illiyat Terhadap Penafsiran al-Tabari ------------- 82 BAB IV : IMPLIKASI PENAFSIRAN AL-TABARI DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA TERHADAP KESETARAAN GENDER A. Stereotipe Perempuan ------------------------------------------------------------ 91 B. Subordinasi ------------------------------------------------------------------------ 93 C. Marginalisasi ---------------------------------------------------------------------- 95 D. Kekerasan -------------------------------------------------------------------------- 96 E. Beban Kerja ----------------------------------------------------------------------- 102 F. Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Al-Tabari Dan Rasyid Ridha ------ 104 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------- 108 B. Saran-Saran --------------------------------------------------------------------- 109 DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ajaran kitab suci bahkan
lebih dari sekedar adil kepada perempuan,
untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia mengakui
perempuan sebagai entitas hukum dan memberikan hak untuk menikah, bercerai, kekayaan, warisan, dan sebagainya.1 Prinsip persamaan antara manusia tanpa memandang suku, keturunan dan jenis kelamin adalah salah satu major themes of Islam. Dalam ajaran Islam, wanita memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Hal ini sangat berbeda dengan kedudukannya pada masa pra Islam yang dianggap sama dengan harta benda, bahkan lebih dari itu, wanita dianggap aib keluarga.2. Tidak hanya terdapat dalam ayat-ayat
saja prinsip dan
pengakuan terhadap kesejajaran dan kemuliaan perempuan. Dalam sejarah terlihat bagaimana sosok perempuan tersebut sangat berbeda dengan perempuan dalam periode sesudahnya. Hal ini dapat terlihat pada tokoh bernama Hind, yang pada mulanya berada pada pihak Quraisy ketika perang Uhud, kemudian memeluk Islam dan berpartisipasi dalam perang Yarmuk dan memainkan peran yang sama yaitu membacakan rajaz (syair perang) untuk membangkitkan semangat perang muslim dan menyerang musuh dengan pedang.3
1
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan Transformasi , Perempuan dan Masyarakat Modern, ter. Akhmad Affandi (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), hlm. 84 2
Isrwaty Katili dan Zulkarnaen Suleman, "Pemikiran Ibnu Hazm tentang Hak-Hak Politik Wanita", al-Buhuts, Jurnal penelitian dan pemikiran Islam vol 2. no 1, 2006. hlm. 128.s
1
2
Pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabatnya, sekian banyak perempuan atau isteri yang bekerja. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin Syafiah Bin Huyay isteri Rasulullah saw, bahkan Zainab Binti Jahesy isteri Rasulullah juga aktif bekerja sampai pada menyimak kulit binatang dan hasil usaha tersebut beliau sedekahkan. Raithah, isteri sahabat Nabi, 'Abdullah Ibnu Mas'ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya pada saat itu, tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup.4 Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah sendiri mengajarkan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan dengan adanya pembolehan perempuan bekerja di wilayah publik. Islam menggunakan delapan jurus untuk mengangkat harkat perempuan yang ditulis oleh Achmad Satori Ismail, yaitu: pertama,
menegaskan
kemanusiaan perempuan dan kesejajarannya dengan laki-laki, sebagaimana terdapat dalam surat al-Hujr t ayat 13; kedua, proses dan fase pembentukan janin laki-laki dan perempuan tidak berbeda (Q.S. al-Qiy mah: 37-39); ketiga, Islam menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi perempuan bila komitmen dengan iman dan menempuh jalan yang saleh, sebagaimana jaminan terhadap laki-laki (Q.S. al-Nahl: 97); keempat, perempuan dan laki-laki diciptakan dari unsur yang sama dan dari jiwa yang satu (Q.S. al-‘Ar f: 189); kelima, perbuatan yang dilakukan perempuan setaraf dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki. Amal masing-masing dihargai oleh Allah swt, karena berasal dari satu unsur dan satu derajat. (Q.S. al-‘Imr n: 195); keenam, perempuan adalah makhluk yang 3 4
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan, hlm. 306.
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Paramadina, 2001), hlm. xxxv
, (Jakarta:
3
menyertai laki-laki di dunia dan juga di akhirat (Q.S. al-Nis ': 124). Perempuan sebagai patner laki-laki dalam berjuang dan mengarungi kehidupan. Oleh sebab menyebutkan jenis laki-laki (al-dzakar) pasti akan disertai dengan
itu,
penyebutan jenis perempuan (al-untsa). Ayat yang demikian kurang lebih ada lima belas tempat dalam
. Ketika masyarakat jahiliyah menganggap
perempuan sebagai makhluk hina, Rasulullah saw dengan tegas menyatakan, "perempuan adalah pasangan yang sebanding dengan laki-laki", maksudnya sama dalam penciptaan dan watak dasarnya; ketujuh, ayat-ayat
bila berbicara
kepada manusia yang mencakup laki-laki dan perempuan, digunakan khitab 'am, misalnya ya ayyuhannas, ya bani Adam; dan terakhir Rasulullah saw memberikan perhatian lebih banyak kepada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Beliau pernah menyatakan: "sebaik-baik anakmu adalah anak perempuan" dan "Tidaklah orang yang menghormati perempuan, kecuali orang yang terhormat. Sebaliknya tiada yang menghinakannya, melainkan orang itu juga hina".5 Seiring dengan perjalanan waktu prinsip tersebut seakan termakan oleh waktu dan tempat itu sendiri. Secara historis status dan peran perempuan di berbagai masyarakat Muslim hingga sekarang pada umumnya berada pada posisi dan kondisi belum menggembirakan, karena perempuan dipersepsikan sebagai "konco wingking". Di samping hal tersebut terjadinya serangan terhadap Islam yang dilancarkan oleh beberapa kaum atau golongan yang menyatakan bahwa sistem hukum Islam itu merendahkan posisi kaum perempuan, sehingga mereka menggambarkan Islam sebagai penindas dan bukan sebagai pembebas. 5
Achmad Satori Ismail, "Gender Perspektif Fiqih", dalam Membincang Feminisme, (editor), Nanang Kosasi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 135-137.
4
Banyak sekali permasalahan yang ada dalam kesetaraan perempuan dan laki-laki, seakan tidak pernah ditemukan titik final yang mampu memberikan kepuasan berupa jalan keluar yang mampu diterima semua pihak. Di samping hal itu tidak semua orang mampu menerima kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam tingkatan kehidupan nyata, mereka hanya mampu menerima hal itu dalam tingkatan alam pemikiran belaka, belum mampu merealisasikan dalam dunia nyata. Mereka masih menganggap tabu terhadap kesetaraan ini ketika kesetaraan laki-laki dan perempuan dibawa terjun dalam dunia kemasyarakatan. Islam datang, sementara kebanyakan manusia mengingkari kemanusiaan wanita dan sebagian yang lain meragukannya. Ada pula yang mengakui akan kemanusiaannya, tetapi mereka menganggap wanita itu sebagai makhluk yang diciptakan semata-mata untuk melayani kaum laki-laki. Hal di atas yang menimbulkan permasalahan dalam diri penulis, ketika dalam ajaran
dan atau pun Rasulullah menghendaki kesejajaran antara
laki-laki dan perempuan, namun dalam dunia realitas hal tersebut masih jauh dari kenyataan. Kenyataan tersebut memberikan indikasi bahwa perubahan prinsip tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor penafsiran. Dan ketika kita melihat kembali proses penafsiran yang dilakukan oleh umat muslim adalah sebagai berikut: pertama mereka menanyakan langsung terhadap Rasulullah, dan ketika Rasulullah telah tiada, mereka langsung melihat pada hadis, karena mereka berkeyakinan Rasulullah merupakan orang yang paling mengetahui banyak mengenai wahyu Allah. Mereka juga mengambil langkah menafsirkan ayat dengan ayat lainnya, yang kemudian kita kenal dengan tafsir bi al-
5
ma'tsur.6 Kedua, mereka menanyakan langsung kepada sahabat yang terlibat langsung, serta memahami konteks ayat tersebut, mereka juga bertanya pada orang-orang ahl al-kitab.7 Maka ketika para ahl al-kitab memberikan penafsiran terhadap ayat tertentu dalam
, yaitu penisbatan penafsiran terhadap ahl
al-kitab, berarti penafsiran tersebut mengandung riwayat isra’illiyat. Pada masa pasca tabi'in perhatian para ahli tafsir terhadap isra'illiyat semakin besar,8 sehingga banyak kitab-kitab tafsir pada masa itu dan selanjutnya yang memuat kisah isra'illiyat. Boleh jadi cerita-cerita tersebut dimasukkan oleh para mantan pengikut agama Yahudi dan Nasrani yang sudah masuk Islam, atau mungkin untuk maksud mengacaukan ajaran Islam. Sementara itu, sejumlah ulama "menghalalkan" keberadaan kisah isra'illiyat dengan alasan untuk lebih menjelaskan pernyatan-pernyataan padat
. Beberapa kitab tafsir yang
mu'tabar mengintrodusir kisah-kisah isra'illiyat, seperti tafsir al-Tabari, tafsir alQurtubi, tafsir al-Alusi, dan sebagainya. Diketahui bahwasanya sikap agama Yahudi terhadap perempuan sebagaimana terlihat di dalam kitab sucinya adalah sangat berat sebelah. Dengan demikian semakin banyak mengintrodusir kisahkisah isra'illiyat dalam penafsiran teks, semakin besar pula peluang terjadinya bias gender dalam pemahaman agama.
6
Yaitu menafsirkan dengan , dengan sunah, dengan perkataan sahabat dan tabi'in besar. Lihat Mann ’ Khal l Al-Qa n, studi ilmu-ilmu . Ter. Mudzakir AS. (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2000), hlm. 482 7
Tokoh-tokoh tersebut antara lain mereka yang telah memeluk agama Islam, seperti 'Abd Allah ibn Salim, Ka'ab al-Akhbar, Wahhab ibn Munabbih dan 'Abd al-Malik al-aziz ibn Juraiz, Fungsi dan Muhammad 'Abd Rahim Muhammad. M.Quraish Shihab, Membumikan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat ( Bandung: Mizan, 2003) hlm. 71 8
M. Quraish Shihab, Membumikan
, hlm. 493
6
Terjadinya pemuatan kisah isra'iliyat di dalam kitab-kitab tafsir mu'tabar dimaksudkan untuk memberikan penjelasan (mubayyin) ayat-ayat tertentu dalam . Hal ini terkadang menyebabkan
timbulnya kesulitan untuk
mengidentifikasi orisinalitas ajaran agama Islam dalam tradisi masyarakat. Penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan persoalan gender9 dalam banyak sekali menggunakan "alat bantu" dari tradisi Yahudi-Nasrani, mengingat "hukum adat" (living law) yang berlaku dalam masyarakat Madinah –tempat ayatayat hukum
diturunkan- banyak dipengaruhi tradisi Yahudi. Belum lagi
ekspansi dalam masa permulaan Islam pertama kali dilakukan di kantong-kantong masyarakat Yahudi.10 Kenyataan bahwa kitab-kitab tafsir mengitrodusir kisah-kisah isra'illiyat dari tradisi Yahudi-Nasrani akan menghasilkan penafsiran yang cenderung bias gender11, memojokkan perempuan, dan memandang negatif terhadap perempuan, karena ajaran dari kedua agama tersebut sangat merugikan perempuan. Sehingga Islam masa sekarang yang banyak mengacu terhadap kitab tafsir banyak terpengaruh.
9
Gender yaitu suatu konstruksi sosial yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses sosialisasi dan diberi sangsi oleh masyarakat sekitar. (Lihat Sugeng Sugiyono. Konsepsi Gender dalam Perspektif Islam, al-Jami'ah "Jurnal Ilmu Pengetahuan Agama Islam", No. 58 Th.1995. hlm 19). Gender dapat juga difahami sebagai suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis. (Lihat Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hlm. 35). Gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. (Lihat Mansour Fakih. Analisis gender dan Transformasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm 8) 10 11
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hlm. 287-289
Bias gender yaitu memihak atau mengutamakan salah satu jenis kelamin dan merugikan jenis kelamin yang lain.
7
‘
karya Ibn jarir al-Tabari merupakan
literatur tafsir yang akan digunakan penulis dalam penelusuran terhadap pengaruh riwayat isra'iliyat tentang kisah Adam dan Hawa dalam kaitannya dengan kesetaraan gender. Kitab tafsir karya Abu Ja'far Muhammad Ibn Jarir ibn Yazid ibn Galib al-Tabari al-Amuli adalah kitab tafsir yang merupakan sebuah ensiklopedi komentar dan pendapat tafsir yang pernah ada sampai masa hidupnya, juga merupakan sumber yang tak terhindarkan bagi tafsir tradisional. Ini terlihat pada kenyataan bahwa al-Tabari telah mengilhami dan menyemangati para mufasir generasi berikutnya seperti Ibn Katsir yang telah melakukan elaborasi dan kolaborasi terhadap tafsir al-Tabari. Selain hal itu, tafsir
‘
sangat populer
dalam masyarakat indonesia, hal ini terbukti dengan banyaknya pondok pesantren yang menggunakan kitab ini sebagai acuan dan referensi. Kitab ini juga merupakan kitab yang paling kaya dengan teks-teks materi isra'illiyat dibanding dengan kitab tafsir yang lain.12 Tafsir karya Muhammmad Rasyid Ridha penulis gunakan sebagai perbandingan terhadap tafsir
‘
, tafsir al-Manar.
Tafsir ini adalah salah satu dari tafsir moderen,13 yang dikemas dengan gaya bahasa yang menarik, dan pengungkapan makna dengan redaksi yang mudah
12 Ignaz Goldziher. Mazhab Tafsir dari Aliran Klasik Hingga Modern, terjemah Alaika Salamullah. (Yogyakarta: Elsaq Pres, 2003), hlm 116 13
Mann ’ Khal l Al-Qa n menyebutkan empat kitab tafsir terkenal di abad moderen, , oleh syaikh Thanthawi Jauhari, Fi Zhilal oleh yaitu al-Jawahir fi Tafsir Sayid Qutb, Tafsir al-Bayan li al-Karim oleh 'Aisyah 'Abdurrahman binti al-Syathi dan Tafsir al-Manar. Mann ’ Khal l Al-Qa n, studi ilmu-ilmu . Ter. Mudzakir AS. (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2000), hlm. 510-515
8
difahami. Tafsir al-Manar ditulis oleh Rasyid Ridha berdasarkan kuliah-kuliah yang diberikan gurunya Muhammmad ’Abduh di Universitas al-Azhar. Karya tafsir ini berjudul Tafsir
al-Hakim, karena tafsir ini pada mulanya
merupakan artikel Rasyid Ridha dalam majalah al-Manar, maka tafsir ini lebih terkenal dengan tafsir al-Manar. Hanya saja kitab ini tidak selesai sampai tiga puluh juz karena Rasyid Ridha meninggal dunia sebelum menyelesaikan penulisannya. Tafsir al-Manar sebagai perbandingan terhadap tafsir al-Tabari penulis ambil karena tafsir tersebut tidak menggunakan riwayat isra'illiyat dalam melakukan penafsiran, sehingga dapat dijadikan perbandingan secara jelas, tafsir yang terbentuk dengan menggunakan riwayat isra'illiyat dengan tafsir yang tidak menggunakan riwayat isra'illiyat dalam menafsirkan Kisah Adam menjadi pilihan penulis karena dari sinilah titik tolak dan sumber utama terjadinya permasalahan perdebatan kesetaraan gender, banyak persoalan ketimpangan gender yang diperdebatakan bermula dari hal ini. Sedangkan ayat-ayat lain yang dianggap bias gender merupakan turunan dari pemahaman ayat yang terkait dengan Adam. Di samping hal di atas pemilihan kisah Adam dalam penulisan ini, berangkat dari anggapan bahwa adam di dalam kitab suci
dibabtis sebagai salah satu hamba Tuhan yang dipilih (al-
mushthafa), ia adalah hamba yang terbaik pada zamannya, ia manusia paling sempurna yang menandai peralihan dari basyar ke insan, sebuah masa paling penting dalam sejarah perkembangan manusia.
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat merumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana dominasi pengaruh riwayat isra'illiyat dalam penafsiran kisah Adam dan Hawa dalam tafsir al-Tabari.
2.
Bagaimana implikasi penggunaan riwayat isra'illiyat dalam penafsiran kisah Adam dan Hawa terhadap konsep kesetaraan gender.
3.
Dimanakah letak persamaan dan perbedaan penafsiran al-Tabari dan Rayid Ridha ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian terhadap kisah isra'iliyat ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan studi metodologi dalam kajian tafsir ataupun hadis di jurusan Tafsir Hadis. Pilihan tema ini pun memiliki tujuan dan kegunaan dalam rangka membangun kesadaran kritis terhadap penafsiran
seiring dengan
perkembangan teori ilmu-ilmu sosial, humaniora dan sejarah. Pada dasarnya penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui seberapa dominankah pengaruh riwayat isra'iliyat dalam penafsiran kisah Adam dan Hawa dalam tafsir al-Tabari. 2. Supaya mengetahui implikasi penggunaan riwayat isra'illiyat dalam penafsiran kisah Adam dan Hawa dikaitkan dengan konsep kesetaraan gender
10
3. Untuk menganalisa letak persamaan dan perbedaan penafsiran al-Tabari dan Rayid Ridha. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan informasi tentang pengaruh dari riwayat isra'illiyat dalam penafsiran ayat yang berkaitan dengan kesetaraan perempuan. 2. Membangun
kesadaran
untuk
selalu
mendialogkan
teks-teks
keagamaan yang selama ini dianggap sakral dan isolatif atau ditutupnya ruang ijtihad. 3. Membuka nuansa dan ruang analisa baru terhadap seseorang dalam studi penafsiran
.
4. Menjadi kontribusi bagi pengembangan hazanah keislaman khususnya dalam bidang tafsir.
D. Telaah Pustaka Penulis menemukan banyak sekali penulisan dan skripsi yang telah ada mengenai al-Tabari, diantaranya adalah mengenai Penafsiran “Fitrah” Dalam Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Tabari Dengan Tafsir Fi Zilal AlQuran, yang ditulis oleh Sri Naharin. Dalam sekripsi ini dibahas mengenai penafsiran antara kedua tokoh terhadap lafaz fitrah. Kedua mufasir tersebut menafsirkan kata fitrah dengan bentuk derivasinya yang dimaknai dengan suci, kedua mufasir tersebut menafsirkan dengan makna Islam dalam arti ketundukan kepada Tuhan. Menurut Sri keduanya menafsirkan sama, perbedaan hanya terletak pada segi pengungkapan yang disebabkan perbedaan metodologi dan latar
11
belakang penafsir14. Dalam skipsi mengenai Penafsiran Kata Al-Yahud Dan AlLazinahadu Menurut Tafsir Al-Tabari, yang ditulis oleh Dikrilah, dibahas mengenai bagaimana penafsiran al-Tabari tentang al-Yahud dan al-Lazinahadu.15 Sedangkan penulisan mengenai tokoh Rasyid Ridha juga ditemukan diantara mengenai penulisan tersebut adalah dalam: Tiga Hak Wanita Dalam Islam Studi Komparatif Tafsir Ibn Katsir Dan Tafsir Al-Manar, yang ditulis oleh MR Phaosan Jeh Wae, skripsi ini mengupas mengenai bagaimanakah ibn Katsir dan Rasyid Ridha menafsirkan tiga hak wanita yaitu, kepemimpinan dalam politik, kesaksian, dan waris.16 Terdapat juga pada skipsi mengenai Penggunaan Kaidah Al-‘Ibrah Dalam Tafsir Al-Manar. Karya Maryamin dalam skripsi ini dibahas mengenai problematika kaidah al-‘ibrah dalam tafsir al-manar.17 Ditemukan pula skripsi mengenai Pandangan Muhammad Rasyid Ridha Tentang Penuhanan Al-Masih Ibn Maryam, karya Ahmad Zaeni yang membahas mengenai penafsiran Rasyid Ridha mengenai penuhanan Isa al-masih dalam tafsir al-manar dan membahas mengenai sosok pribadi Isa al-masih dalam al-
18
14
Lihat Sri Naharin. “Penafsiran “Fitrah” Dalam alStudi Komparatif Antara Tafsir Al-Tabari Dengan Tafsir Fi Zilal al”, dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001, hlm.102. 15 Lihat Dikrilah. “Penafsiran Kata Al-Yahud Dan Al-Lazinahadu Menurut Tafsir AlTabari” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001, hlm.7 16 Lihat MR Phaosan Jeh Wae. “Tiga Hak Wanita Dalam Islam Studi Komparatif Tafsir Ibn Katsir Dan Tafsir Al-Manar” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2002, hlm. 11 17
Lihat Maryamin. ”Penggunaan Kaidah Al-‘Ibrah Dalam Tafsir Al-Manar.” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001, hlm.7 18 Lihat Ahmad Zaeni. ” Pandangan Muhammad Rasyid Ridha Tentang Penuhanan AlMasih Ibn Maryam.” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2002, hlm. 68
12
Permasalahan mengenai isra'iliyat sedikit banyak juga telah dibahas diantaranya adalah karya Humaedi dalam "Isra'illiyat Menurut al-Baghawi Studi atas Kitab Ma'alim al-Tanzil.” Humaedi membahas mengenai kisah israilliyat yang termaktup dalam kitab tersebut serta penilaian-penilaian yang dilakukan alBaghawi terhadap kisah isra'illiyat yang dipergunakan dalam kitab tersebut.19 Kemudian dalam karya Arif Rahman Hakim dalam "Isra'illiyat dalam Tafsir Ibnu Kasir dan tafsir al-Khazin (Studi Komparatif)" dijelaskan mengenai perbandingan antara kisah isra'iliyat yang terdapat dalam kedua kitab tersebut.20 Dalam beberapa skipsi permasalahan gender ini telah dibahas diantaranya dalam karya Irpan Mutaqim yang berjudul "Studi Pemikiran Sayyid Qutb dalam Kitab fi-Zhilal al-
dan al- Thabathaba'i dalam Kitab al-Mizara". Skipsi ini
mendiskusikan mengenai perbandingan antara pemikiran Sayyid Qutb dan alThabathabai, mengenai posisi perempuan, konsep penciptaan perempuan, kepemimpinan laki-laki, poligami, warisan dan persaksian. Dalam konsep penciptaan perempuan Sayyid Qutb tidak secara tegas mengatakan bahwa maksud “nafs wahidah” adalah Adam dan zaujaha adalah Hawa, tetapi ia menolak bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Sedangkan al-Thabathabai mengatakan
19
Lihat Humaedi. “Isra'illiyat Menurut al-Baghawi Studi atas Kitab Ma'alim al-Tanzil.” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001, hlm. 9 20 Lihat Arif Rahman Hakim. "Isra'illiyat dalam Tafsir Ibnu Kasir dan tafsir al-Khazin (Studi Komparatif)" dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001, hlm. 69
13
bahwa “nafs wahidah” adalah Adam dan zaujaha adalah Hawa, lebih lanjut dikatakan bahwa unsur kejadian adam dan Hawa adalah sama.21 Karya Alfisyah, yang berjudul "Analisa Hadis-hadis Misoginis dalam Buku Argument Kesetaraan Gender Perspektif al-
Studi atas Pemikiran
Nasaruddin Umar" membicarakan mengenai bagaimana menyikapi hadis yang dianggap bias gender, serta mengungkap mengapa hadis tersebut dianggap bias gender.22 Karya Eka Rahmawati yang berjudul “Konsep Penciptaan Adam Dan Hawa Dalam al-
Dan Implikasinya Terhadap Konsep Kesetaraan Laki-
Laki Dan Perempuan (Studi Tafsir
‘
Karya Ibn
Jarir Al- abari Dan Tafsir Al-Misbah Karya Quraish Shihab),” dijelaskan mengenai perbandingan penafsiran antara kedua tokoh dikaitkan dengan konsep kesetaraan gender. Al- abari dan Quraish Shihab sama dalam menafsirkan konsep penciptaan Adam dan Hawa. Menurut Eka keduanya berpendapat bahwa Adam diciptakan dari tanah, dan Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam, yaitu tulang rusuk Adam. Quraish Shihab menyatakan bahwa Hawa tidak diciptakan dengan tulang rusuk Adam, tetapi dalam al-Misbah justru beliau terperosok dalam penafsiran bahwa Hawa (perempuan) diciptakan dari tulang rusuk Adam. Sementara itu, kisah jatuhnya Adam dari surga menurut al- abari adalah disebabkan oleh Hawa. Sedangkan menurut Quraish Shihab adalah bahwa yang 21
Lihat Irpan Mutaqim. “Studi Pemikiran Sayyid Qutb dalam Kitab fi-Zhilal dan al- Thabathaba'I dalam Kitab al-Mizara" dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001, hlm. 62-87 22
Lihat Alfisyah. "Analisa Hadis-hadis Misoginis dalam Buku Argument Kesetaraan Gender Perspektif Studi atas Pemikiran Nasaruddin Umar" dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001, hlm. 122-123
14
tergoda oleh iblis adalah Adam dan Hawa.23 Dalam skripsi ini tidak menghadirkan isra’iliyat sebagai faktor yang mempengaruhi kesetaraan gender dalam pembahasannya. Dengan melihat kajian yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana tertulis di atas, penulis memandang bahwa kajian tentang perempuan yang berkaitan dengan ketidakadilan gender secara spesifik dilihat dari aspek pengaruh riwayat isra'iliyat menurut al-Tabari dan Rasyid Ridha belum dilakukan. Sehingga penulis dalam penelitian ini mengambil tema tersebut yang terfokus pada penelitian dalam kitab tafsir.
E. Landasan Teori Perlu diungkapkan bahwa pemahaman atas pengertian gender dalam bab ini sangat penting bagi pembaca sebelum membahas bagian selanjutnya. Pengertian gender menjadi kata kunci dalam berbagai uraian dan analisis dalam bagian berikutnya. Dengan kata lain, ketidaksepakatan dan ketidakfahaman atas apa yang dimaksud tentang gender akan mengakibatkan terjadinya kemungkinan kekeliruan dan kesulitan memahami uraian-uraian selanjutnya. Kata "gender" berasal dari bahasa Inggris, gender, berarti "jenis kelamin".24 Gender diartikan sebagai suatu konstruksi sosial yang mengatur
23
Lihat Eka Rahmawati “Konsep Penciptaan Adam Dan Hawa Dalam Dan Implikasinya Terhadap Konsep Kesetaraan Laki-Laki Dan Perempuan (Studi Tafsir ‘ Karya Ibn Jarir Al- abari Dan Tafsir Al-Misbah Karya Quraish Shihab)” dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007, hlm. 94-95 24
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 265.
15
hubungan laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses sosialisasi dan diberi sangsi oleh masyarakat sekitar.25 Meskipun kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan "Gender". Gender diartikan sebagai "interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni lakilaki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan".26 Melihat pemaparan di atas jelas bahwa gender berbeda dengan kata sex (jenis kelamin). Sex merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, seperti penyebutan wanita dengan manusia yang memiliki alat reproduksi, sel telur, memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakula, dan memproduksi sperma. Pensifatan tersebut melekat pada manusia selamanya tanpa bisa saling ditukarkan. Sedangkan gender merupakan pensifatan akibat konstruksi sosial, seperti penyebutan lembut, cantik, emosional, dan keibuan untuk perempuan. Kuat, jantan, rasional, dan perkasa untuk, laki-laki. Maka sifat tersebut bisa dipertukarkan dan bersifat tidak permanen. Artinya ada kalanya laki-laki bersifat emosional, lembut, cantik, keibuan, atau pun sebaliknya perempuan bersifat tegas, kuat dan rasional. 25
Sugeng Sugiyono. Konsepsi Gender dalam Perspektif Islam, al-Jami'ah "Jurnal Ilmu Pengetahuan Agama Islam", No. 58 Th.1995. hlm 19. 26
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hlm. 35
16
Kesetaraan gender yaitu pengakuan secara umum atas kesejajaran martabat laki-laki dan perempuan, tanpa membedakan jenis kelamin serta pengakuan atas kesejajaran hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang.27 Terdapat lima tolak ukur ketidaksetaraan gender menurut Mansour Fakih, yaitu termanifestasi dalam bentuk marginalisasi, subordinasi atau anggapan tidak penting, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden). Adapun mengenai isra'illiyat Secara etimologi kata isra'illiyat merupakan bentuk jamak dari kata isra'illiyah (
), yang dinisbatkan kepaada kata
israil, sebuah kata yang berasal dari bahasa ibrani yang berarti hamba atau kekasih Tuhan.28 Dalam pengertian lain isra'illiyat dinisbatkan pada Nabi Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim. Sedangkan istilah Yahudi adalah sebutan bagi Bani Israil Adapun pengertian isra'illiyat secara terminologi Muhammad Husain AdzDzahabi membagi isra'illiyat dalam dua kategori. Pertama, isra'illiyat sebagai kisah dan dongeng kuno yang menyusup dalam tafsir dan hadis yang asal periwayatannya kembali pada sumber Nasrani, Yahudi atau yang lainnya. Kedua, kisah dan dongeng yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadis yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber
27
Isrwaty Katili dan Zulkarnaen Suleman, "Pemikiran Ibnu Hazm tentang Hak-Hak Politik Wanita", al-Buhuts, Jurnal penelitian dan pemikiran Islam vol 2. no 1, 2006. hlm 130 28 Israil berasal dari bahasa Ibrani, terdiri dari dua kata isra' dan El. Isra' berarti hamba atau kekasih sedangkan El berarti Tuhan. Sehingga israil berarti hamba atau kekasih Tuhan. M. Galib Muhammad, Ahl al-Kitab: Makna dan cakupannya, (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm. 48
17
lama. Kisah ini sengaja diselundupkan dengan tujuan merusak aqidah kaum muslimin.29 Pengertian ini terlalu luas dan kurang memberi kepastian. Oleh sebab itu lebih mudah mengambil pada pengertian bahwa yang dimaksud dengan isra'iliyat adalah kisah-kisah dan riwayat-riwayat dari Ahli Kitab, baik yang ada hubungannya dengan ajaran agama mereka maupun yang tidak. Yang penting bahwa kisah-kisah tersebut diriwayatkan dari jalan mereka (Ahli Kitab)30
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian (penelitian kepustakaan), karena obyek penelitian yang digunakan adalah kitab-kitab tafsir atau buku-buku. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yaitu: a. Data primer, yaitu kitab Al-
dan Tafsir
‘
, karya
al-Hakim
. b. Data sekunder, yaitu meliputi berbagai macam kitab atau buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Dalam
29
Muhammad husayn al-Dzahabi, Isra'iliyat dalam Tafsir dan Hadis, terjemah Didin Hafidzuddin, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1989), hlm. 8 30
A. Malik Madani, Masuknya Kisah-Kisah Isra'illiyat dalam Penafsiran Langkah-Langkah Pengamannanya, Al-Jami'ah no 21 th 1979. IAIN SUKA, hlm 2
dan
18
hal ini, buku-buku yang dapat dijadikan bahan rujukan yang lain
!
diantaranya adalah buku yang berjudul
" #
karya Nasharuddin Umar dan Analisis Gender dan
Transformasi Sosial karya Mansour Fakih.
3. Metode Pengumpulan Data Pada tahap ini yang digunakan adalah metode dokumentasi mengingat penelitian ini adalah
yaitu dengan mencari data-data mengenai
hal-hal atau pun vareabel berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya.31 Artinya dalam pengumpulan data tersebut penulis berusaha melakukan inventarisasi dan mengumpulkan data kepustakaan yang berkaitan dengan tema sebanyak mungkin baik primer atau sekunder. Adapun
langkah-langkah
yang
ditempuh
pengumpulan data adalah sebagai berikut: "
dalam
melakukan
, mencari ayat-ayat yang
$
memuat tentang Adam dan Hawa dengan bantuan kitab
%
&
$
%
&
.
Kitab-kitab ini memudahkan penulis dalam mengidentifikasi ayat-ayat yang berhubungan dengan Adam dan Hawa. Selain menggunakan kitab tersebut penulis juga menggunakan CD Room program memudahkan penulis dalam mencari dan mengolah data.
, karena secara teknis , memilah dan
memilih ayat-ayat yang akan diteliti, yang dianggap sesuai dengan tema pembahasan. 31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek), (Jakarta: Rineka Cipta, 1993). Hlm. 202.
19
4. Teknik Analisis Data Pada tahap analisa data ini langkah yang dilakukan adalah: pertama, mengelompokkan data berdasarkan tema dan tokoh tafsir selanjutnya meneliti seluruh data yang diperoleh, kedua, mendeskripsikan penafsiran kedua tokoh mengenai ayat-ayat tentang penciptaan Adam dan Hawa dan jatuhnya ‘
keduanya dari surga dalam Al-
dan Tafsir #
, karya
al-Hakim '
(
, mencari persamaan dan perbedaan penafsiran, dan akhirnya menarik kesimpulan dari penafsiran tersebut. a. )
# , yaitu memaparkan data yang ada kaitannya dengan
permasalahan sesuai dengan keterangan yang didapat. b.
(#
(perbandingan). Metode ini dimaksudkan untuk mencari sisi
persamaan dan perbedaan masing-masing mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat yang akan dibahas dengan metode deduksi yaitu pemahaman yang
bersifat
khusus
menuju
pada
pemahaman
umum
dengan
menggunakan nalar atau rasio. Adapun pendekatan yang dilakukan oleh penulis untuk dapat membaca data dengan lebih efektif dan memadai, maka pendekatan yang digunakan dalam analisa data ini adalah pendekatan historis dan studi gender. Hal ini penulis pilih sebagai alat untuk mengetahui kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pendekatan ini penulis anggap sebagai pendekatan yang paling tepat dan efisien terutama pada permasalahan yang penulis angkat.
20
G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh karya yang utuh dengan alur yang runtut dan sistematis maka dibutuhkan adanya sistematika pembahasan. Sehingga seluruh ide yang hendak disampaikan dapat tersalurkan sebagaimana diharapkan. Untuk tujuan itu, pembahasan dalam penyusunan skipsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pendahulun, isi, dan penutup. Dari tiga bagian tersebut kemudian dikembangkan menjadi bab-bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa kajian yang secara logis saling berhubungan dan merupakan suatu kebulatan. Bab-bab tersebut antara lain: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal ini dilakukan karena bab ini merupakan gambaran awal tentang penelitian yang hendak penulis lakukan dan dijadikan patokan dalam penelitian ini. Bab II Biogarafi al-Tabari dan Rasyid Ridha. Dalam bab ini akan terbagi menjadi dua sub bab dengan setiap sub bab terdiri atas tiga item, sub bab pertama yaitu berupa biografi al-Tabari dengan item, latar belakang kehidupan dan pendidikan, karya-karya dari al-Tabari, serta penjelasan secara umum dari tafsir al-Tabari. Sedangkan sub bab kedua adalah biografi Rasyid Ridha, dengan tiga item yang sama seperti pada item pada sub bab pertama. Bab III Penafsiran al-Tabari dan Rasyid Ridha tentang kisah Adam dan Hawa. Untuk dapat mencapai pembahasan ini penulis akan membagi menjadi
21
empat sub bab, yaitu penafsiran al-Tabari dan penafsiran dari Rasyid Ridha. Dalam sub bab tersebut akan membahas dua item yang sama yaitu konsep penciptaan Adam dan Hawa, serta kisah jatuhnya Adam dan Hawa dari surga, serta pengaruh isra’illiyat dalam penafsiran al-Tabari. Bab IV Implikasi penafsiran al-Tabari dan Rasyid Ridha terhadap gender. Pada bab ini merupakan pembahasan mengenai pengaruh israilliyat terhadap hasil penafsiran, berupa perbandingan penafsiran antara tafsir dengan kisah isra'illiyat dengan penafsiran yang bukan isra'illiyat, dan persamaan serta perbedaan penafsiran al-Tabari dan Rasyid Ridha, sebagai bentuk jawaban dari rumusan masalah yang ada. Bab V Penutup. Bab ini merupakan puncak dari seluruh rangkaian pembahasan penelitian ini, pada bab ini penulis melakukan penyimpulan akhir atas analisa yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu juga disampaikan harapan penulis guna penelitian lebih lanjut
22
Rencana daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Telaah Pustaka E. Landasan Teori F. Metode Penelitian G. Sistematika Pembahasan BAB II. BIOGRAFI AL-TABARI DAN RASYID RIDHA A. Biografi al-Tabari 1. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan 2. Karya-karya al-Tabari 3. Penjelasan Mengenai Tafsir al-Tabari B. Biografi Rasyid Ridha 1. latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan 2. Karya-karya Rasyid Ridha 3. Penjelasan Mengenai Tafsir al-Manar BAB
III. PENAFSIRAN AL-TABARI DAN RASYID TENTANG KISAH ADAM DAN HAWA A.. Penafsiran al-Tabari 1. Konsep Penciptaan Adam dan Hawa 2. Kisah Jatuhnya Adam dan Hawa dari Surga B. Penafsiran Rasyid Ridha 1. Konsep Penciptaan Adam dan Hawa 2. Kisah Jatuhnya Adam dan Hawa dari Surga
RIDHA
BAB IV. IMPLIKASI PENAFSIRAN AL-TABARI DAN RASYID RIDHA TERHADAP GENDER A. Aspek Domestik B. Aspek Sosiologis BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zayd, Nasr Hamid. Dekonstruksi Gender Kritik Wacana Perempuan dalam Islam, terj. Moch. Nur ichwan dan Moch. Syamsul Hadi, Yogyakarta: SAMHA, 2003 Al-Adlabi, Manhaj Naqd al-Matn, Beirut: Dar al-Affaq al-Jadidah, 1983
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 1993. (Ed), Kartanegara, Mulyadi. Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: jendela, 2003 Engineer, Asghar Ali. Matinya Perempuan Tranformasi al-Quran Perempuan dan Masyarakat Modern, terj. Akhmad Affandi dan Muh. Ihsan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2003 Ismail, Achmad Satori "Gender Perspektif Fiqih", dalam Membincang Feminisme, (editor), Nanang Kosasi, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997
24
Katili, Isrwaty dan Suleman Zulkarnaen."Pemikiran Ibnu Hazm Tentang Hak-Hak Politik Wanita", al-Buhuts, Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam, Vol 2 No 1. 2006 Khairah, Miftahul. "Membongkar Identitas Gender dalam Bahasa Arab Sebuah Kajian Sosiolinguistik", Adabiyyat, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, vol 4 no 11. 2005 Kusen, "Konsepsi Filosofis Manusia dalam al-Quran Tinjauan Sejarah Adam as", Jurnal Universitas Paramadina, vol 1 no 3. 2003 Mustaqim, Abdul. Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarki Telaah Kritis Penfsiran Dekonstruktif Riffat Hasan, Yogyakarta: Sabda Persada, 2003 Nasution, Khairuddin. Fazlur Rahman Tentang Wanita, Yogyakarta: Tazzafa, 2002 Rais, Amin. Cakrawala Islam, Bandung: mizan, 1992
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2003 Sukri, Sri Suhandjati dan Sofwan Ridin. Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2001 Al-Qattan, Manna' Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Quran, terj. Mudzakir, Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2000 Tong, Rosemarie Putnam. Feminist Thought Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro, Yogyakarta: Jalasutra, 1998
25
Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Quran, Jakarta: Paramadi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setalah melakukan penelitian dapat disimpulakan bahwa : pertama, alTabari dalam menafsirkan ayat-ayat mengenai penciptaan Adam dan Hawa, tidak seluruhnya menggunakan kisah Isra'illiyat sebagai alat bantu untuk menjelaskan ayat tersebut. Penulis hanya menemukan kisah isra'illiyat digunakan dalam tiga tempat yaitu: an-Nis ’: 1 mengenai penciptaan Hawa, al-Baqarah: 35-38, dan al‘Ar f: 9-24 mengenai jatuhnya Adam dan Hawa dari surga. Adapun kesimpulan kedua, kisah Isra'illiyat memberikan pengaruh yang sangat signifikan dan tajam terhadap dunia penafsiran. Pengaruh tersebut lebih kepada arah negatif terhadap pola berfikir mufasir dan masyarakat Islam secara umum terhadap perempuan, yaitu timbulnya ketidaksetaraan gender, karena status perempuan dipandang sebagai subordinat laki-laki, yang sekaligus sebagai the second class (kelas kedua). Timbulnya marginalisasi terhadap perempuan, adanya stereotipe pada perempuan, kekerasan terhadap perempuan dan adanya beban kerja berlebih. Penafsiran al- abari yang menggunakan riwayat isra’illiyat dalam menafsirkan penciptaan Adam dan Hawa serta jatuhnya Adam dan Hawa dari surga bila dikaitkan dengan gender nampak tidak adanya kesetaraan. Sedangkan penafsiran Rasyid Ridha yang tidak smenggunakan riwayat isra’illiyat mengilustrasikan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan yang terakhir, setelah melakukan analisa dari data yang ada diperoleh persamaan dan perbedaan penafsiran al-Tabari dan Rasyid Ridha. Penggunaan riwayat dalam tafsir al-Tabari sangat dominan, penafsiran beliau selalu disandarkan pada riwayat (tafsir bi ma’tsur). Berbeda dengan al-Tabari, Rasyid Ridha lebih banyak menggunakan akal, lebih mengedepankan rasio dalam menafsirkan ayat-ayat
(tafsir bi ra’yu), beliau sangat jarang
menggunakan riwayat dan tidak pernah menggunakan riwayat isra’iliyat dalam menafsirkan ayat
.
Dalam menafsirkan penciptaan Adam, kedua penafsir tersebut memiliki pendapat yang sama yaitu, bahwa Adam diciptakan dari tanah.sedangkan konsep penciptaan Hawa menurut al-Tabari diciptakan dari Adam dari bagian tubuh Adam berupa tulang rusuk Adam. Sedangkan Rasyid Ridha berbeda menafsirkan penciptaan Hawa, menurutnya Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan jenis Adam. Mengenai jatuhnya Adam dan Hawa dari surga, al-Tabari berpendapat bahwa Hawa merupakan penyebab Adam jatuh dari surga. Rasyid Ridha berbeda dalam menafsirkan hal tersebut, menurutnya yang tergoda dalam hal ini bukan hanya Hawa saja, tetapi kedua-duanya, karena dalam ayat menggunakan dhamir huma.
B. Saran-Saran Setelah melalui proses pembahasan dan kajian terhadap pandangan alTabari dan Rasyid Ridha tentang penciptaan Adam dan Hawa serta implikasinya
terhadap konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan, kiranya penulis perlu mengemukakan beberapa saran sebagai kelanjutan dari kajian penyusunan atas hal-hal tersebut di atas. 1. Perlunya penelitian yang lebih komprehensif dan kajian-kajian lebih lanjut tentang penciptaan serta jatuhnya Adam dan Hawa dari surga, dengan tidak terbatas pada karya-karya tafsir
baik klasik maupun modern, tetapi
juga pada data-data ilmiah lain yang sudah ditemukan. 2. Perlu adanya suatu penelitian yang melihat dari sudut pandang lain mengenai faktor-faktor yang menimbulkan ketimpangan gender selain faktor isra'illiyat 3. Perlu adanya penelitian mengenai munculnya ketidaksetaraan gender selain dari sebab agama terutama kitab tafsir. 4. Penelitian ini hanya dimaksudkan untuk mengetahui konsep penciptaan Adam serta jatuhnya Adam dan Hawa dari surga serta implikasinya terhadap konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA ‘Abdul Baqi, Muhammad Fuad. al-Fikr, Tth.
Mufahras
z
Beirut: Dar
Abdullah, Zulkarnaini. Mengapa Harus Perempuan ?, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003. Abdurrahman Ar-rumi, Fahd bin. Ulumul Qur'an Studi Kompleksitas al-Quran, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003. Abu Zayd, Nasr Hamid. Dekonstruksi Gender Kritik Wacana Perempuan dalam Islam, terj. Moch. Nur ichwan dan Moch. Syamsul Hadi, Yogyakarta: SAMHA, 2003. Afzalurrahman. Indeks al-Quran, ter Ahsin W. Al-Hafidz, Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Al-A’zami, A.A. Sejarah Teks Al-Quran Dari Wahyu sampai Kompilasi Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, ter. Sohirin Solihin, Jakaeta: Gema Insani 2005. Al-Asfahani, al-Raghib, Tth.
z
, Beirut: Dar al-Fikr,
Baidowi, Ahmad. Hermeneutika Feminis dalam Penafsiran al-qur’an, Dalam Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran Dan Hadis, Vol. 9, No. 01, Januari 2008. Barlas, Asma. Cara Quran Membebaskan Perempuan, Jakarta: Serambi ilmu semesta, 2005. al-Bukhari, T.Tp: Dar wa Mathabi’ al-Syab, T.Th. Chirzin, Muhammad. Al-Quran Dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. 2003. Echols, John M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996. Enginer, Asghar Ali. Matinya PerempuanTransformasi al-Quran, Perempuan dan Masyarakat Modern, terj. Akhmad Affandi (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003. Faiz, Fahruddin. Hermeneutika Qurani, Yogyakarta: Qalam, 2002. Fakih, Mansour. Analisis gender dan Transformasi sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Goldziher, Ignaz, ! , Yogyakarta: ElSAQ, 2003. Hasyim, Syafiq. Hal-Hal Yang Tek Terfikirkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 2001. Ilyas, Yunahar. Feminisme Dalam Kajian Tafsir al-Qur’an Klasik Dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Ismail, Achmad Satori. "Gender Perspektif Fiqih", dalam Membincang Feminisme, (editor), Nanang Kosasi, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997. Iswandar. Demitologisasi Adam Dan Hawa, Yogyakarta: AR-RUZZ Press, 2003. Jawad, Haifa A. Otentisitas Hak-Hak Perempuan Perspektif Islam Atas Kesetaraan Gender, ter. Ani HidayatunNoor, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002. Kadir, Faqihuddin Abdul. Bergerak Menuju Keadilan Pembelaan Nabi Terhadap Perempuan, Jakarta: Rahima, 2006. Katili, Isrwaty dan Suleman, Zulkarnaen. "Pemikiran Ibnu Hazm tentang Hak-Hak Politik Wanita", dalam al-Buhuts, Jurnal penelitian dan pemikiran Islam vol 2. no 1, 2006. Kusen. Konsepsi Filosofis Manusia Dalam al-Quran: Tinjauan Sejarah Adam a.s., Dalam Jurnal Universitas Paramadina, Vol. 1, No. 3, Mei 2002. Madani, Malik. Tafsir al-Manar (antara al-syaikh Muhammad ' Abduh dan Sayyid Muhammmad Rasyid Ridha), Dalam al-Jami'ah, Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam, no 46 Th 1991. _______,Masuknya Kisah-Kisah Isra' illiyat dalam Penafsiran al-Qur' an dan Langkah-Langkah Pengamannanya, Dalam al-Jami'ah, Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam, No 21 Th 1979. Muhammad, M. Galib Ahl al-Kitab: Makna dan cakupannya, Jakarta: Paramadina, 1998. Mulia, Siti Musdah. Gerakan Feminisme Di Indonesia, Dalam al-‘Ibrah, Jurnal Studi-Studi Islam, Vol 1, No. 2 November 2003. Muslim, Kairo: al-Halabi wa Auladuh, T.Th. Mustaqim, Abdul. Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarki Telaah Kritis Penfsiran Dekonstruktif Riffat Hasan, Yogyakarta: Sabda Persada, 2003. Aliran-Aliran Tafsir Dari Periode Klasik Hingga Kontemporer”, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.
_______,
Najwah, Nurul dkk. Dilema Perempuan Lintas Agama Dan Budaya, Yogyakarta: PSW UIN SUKA, 2005. Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta : Bulan Bintang, 1975.
"!
"! " # # yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008.
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985. Al-Qa
$ n, Mann ’ Khal l, Pustaka Litera AntarNusa, 2001.
, terj. Mudzakir AS, Jakarta:
Qolay, Hamid Hasan. Indeks Terjemah al-Qur’an Karim Penuntun Mencari Ayat Mengenai Suatu Materi Pokok Bahasan Melalui Bahasa Indonesia, TK: Yayasan Halimatus Sa’diyyah, 1997. al-Qur’an dan Terjemah Depag RI, Bandung: Diponegoro, 2003. Ridha, Muhammmad Rasyid. Tafsir
al-Hakim, Beirut: Dar Al-Fikr, Tth
Rifka Annisa, Kekerasan Terhadap Perempusn Berbasis Gender, Rifka Annnisa WCC, 2005. Sa’adah, Lailiyatis. Penciptaan Perempuan Dalam Perspektif Tafsir Sufi-Falsafi Ibn ‘Arabi, Dalam Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran Dan Hadis, Vol. 9, No. 01, Januari 2008. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Qur’an Panduan Mencari Ayat Al-Quran Berdasarkan Kata Dasarnya, Bandung: Mizan, 1995. Sugeng, Sugiyono. Konsepsi Gender Dalam Perspektif Islam, Dalam al-Jami’ah, Jurnal Ilmu Pengetahuan Agama Islam, no 58, 1995. Suraji, Imam dkk. Kyai Dan Transformasi Wacana Kesetaraan Gender Di Kota Pekalongan, Dalam Istiqra’, Jurnal Penelitian Islam Indonesia, Vol. 02, No 01, 2003. Syadzali, Munawwir. Dari Lembah Kemiskinan Kontekstualisasi Ajaran Islam, (Jakarta: LPHI dan Paramadina, 1995.
Syahin, Abdus Shabur. Penciptaan Nabi Adam Mitos Atau Realitas, Yogyakarta: eLSAQ PRESS, 2004. Syihab, Quraisy. Studi Kitab Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Bandung: Pustaka Hidayah, 1994. _______,Membumikan al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2003.
' _______, % & Bandung, Mizan, 2005. Al-Thabari, Ibn Jarir. (
‘
' )
!
"!
$
,
, Beirut: Darul Fikr, 1978.
Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Bandung: Fokus media, 2004. Umar, Nasaruddin, ! Paramadina, 2001.
!!
*! ! "! #!
, Jakarta:
Waryono Abdul Ghafur dan Muh Isnanto (ed). Gender Dan Islam Teks Dan Konteks, Yogyakarta: PSW IAIN SUKA, 2002 Wasim, Alef Theria. Sosialisasi Wawasan Gender Dan Pembangunan, Dalam alJami’ah, Jurnal Ilmu Pengetahuan Agama Islam, no 58, 1995. Yusuf, Muhammad, “( ‘ ) Karya Ibn Jarir al(Telaah Terhadap Metode dan Karakteristik Penafsiran” dalam ( , Yogyakarta: Tafsir Hadis, UIN SUKA, 2003 Vol. 4, No. 1 Juli. Zahabi, Muhammad Husain, Isra’illiyat Dalam Tafsir Dan Hadis, ter. Didin Hafidhuddin, Jakarta: Litera Antar Nusa, 1987.
CURRICULUM VITAE A. Identitas Diri Nama
: Ika Anis Munisah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir
: Gunung Kidul, 4 Oktober 1985
Alamat
: Gubukrubuh RT 03/ RW 01, Getas, Playen, Gunung . Kidul, Yogyakarta
Suami
: Ahmad Jumadi.
Orang tua Bapak
: Zainal Arifin, S.Ag
Ibu
: Aisiyah
Pekerjaan
: PNS/ Wirasuwasta
Alamat
: Gubukrubuh RT 03/ RW 01, Getas, Playen, Gunung . Kidul, Yogyakarta
B. Riwayat Pendidikan 1. Madrasah ibtidaiyah YAPPI Gubukrubuh 2. MTs Negeri Gubukrubuh 3. MAN I Yogyakarta 4. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis masuk tahun 2003 Yogyakarta:
15 Januari 2009 18 Muharram 1430
Ika Anis Munisah NIM 03531334