PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM
Oleh
ASMI YUNI NIM. 10611002980
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1432 H/2011 M
PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
ASMI YUNI NIM. 10611002980 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1432 H/2011 M
ABSTRAK
Asmi Yuni (2010):Pemikiran Mahmud Yunus Tentang Metode Pendidikan Islam. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Konsentrasi alQur’an Hadits. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan penelitian yang bersifat library research dengan menggunakan bahan-bahan tertulis yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku. Metode penelitian yang digunakan adalah Content Analytic (analisis isi), yaitu menganalisis uraian-uraian serta pendapat dari buku yang ditulis Mahmud Yunus maupun yang berisi pembahasan pemikiran Mahmud Yunus yang ditulis orang lain. Kemudian dilakukan analisis secara mendalam tentang metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus. Penemuan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus harus sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri, selain itu metode yang digunakan harus mengarah kepada ketiga aspek tujuan pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dilihat dari metode yang digunakan, pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam memiliki sisi relevansi dengan metode pendidikan yang digunakan sekarang ini yaitu penggunaan metode Mubasyarah atau metode langsung pada beberapa pondok pesantren modern di Indonesia. Metode ini yaitu dengan menggabungkan semua aspek ilmu kebahasaan dalam bahasa arab. Semua aspek ilmu kebahasaan ini dipelajari dan dipraktekkan secara langsung dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, murid akan mampu berbahasa arab dengan tepat, cepat dan akurat, mampu baik secara lisan maupun tulisan.
أ
أ ب ا #ا" ! %&' .ا # د ة )(2011 ا , -ن و ا ) ( 2 13 1# .ا" ! ا ا" ! ،ا آ . 17ن % 1' 5 6ر 1و. ا أ با ،ا ( $ا '&
د
.
أه ف ه ا ا $ام ا اد ا % ا % غ إ * +ه ا ا ' 1 2ت /ا .. % ت 9 : /; ،ا ت و 7راء3 4 ا < $م ه 9 :ا أ ب ا آ = * @A .4 د ي = ' أو ا %ب د ا %ب ا ي آ = . د ;B ا 9د 3B 2أ ب ا د ;B ا ل + Bأن أ ب ا Eن ا 3B C1%ه ا ا ،=
ABSTRACT
Asmi Yuni (2011): The Though of Mahmud Yunus About Islamic Education Method. Majoring Islamic Education. Concentrate Quran Hadits. Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau.
This research aims to know the Islamic education method according to Mahmud Yunus. To reach the goal of this research, the writer uses the library research by using written material and published in the form of book. The research method used is content analysis, it means that analyzing the statements and his ideas from the book which is written by Mahmud Yunus or the book contains the explanations of Mahmud Yunus which is written by others. Then analyzed deeply about Islamic education method according to Mahmud Yunus. The conclusion of this research showed that Islamic education according to Mahmud Yunus must be relevant to the goal of Islamic education it self, furthermore the method used must flange to three aspects of education goal, they are cognitive, affective and psychomotor. Looking at the method used, the though of Mahmud Yunus about Islamic education method has the relevant with education method at present it is direct method applied in some modern boarding schools in Indonesia. This method is by combining all aspects of linguist in Arabic language. Those aspects are studied and practiced directly by making the Arabic language as introduction language. Furthermore, the students are able to speak Arabic correctly, fluently, and able to speak orally and on written.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ............................................................................................ PENGESAHAN ............................................................................................. PENGHARGAAN ......................................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. BAB I A. B. C. D.
i ii iii v viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................ Penegasan Istilah.............................................................................. Permasalahan.................................................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................
1 7 8 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teori .................................................................................... B. Penelitian yang Relevan ...................................................................
10 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian ............................................................................. B. Sumber Data .................................................................................... C. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ D. Teknik Analisis Data ........................................................................
23 23 24 35
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN A. Biografi Mahmud Yunus ................................................................ B. Deskripsi Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam ............................................................................................... C. Analisis Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam ..............................................................................................
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran .................................................................................................
69 70
DAFTAR KEPUSTAAKAAN BIODATA PENULIS
26 39
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Secara sederhana, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Jika ditinjau dari segi tugasnya, pendidikan Islam
adalah
membimbing
dan
mengarahkan
pertumbuhan
dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik yang optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.1 Maka
untuk
membutuhkan
mencapai
metode
titik
yang
tepat
yang
optimal,
untuk
Pendidikan
menghantarkan
Islam
kegiatan
pendidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan tersebut. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya
kepada
peserta
didik.
Ketidaktepatan
dalam
menerapkan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas pendidikan Islam. hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang sangat penting,
1
Ali Rasyidin, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005, hlm. 32-33.
2
karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.2 Dengan demikian, metode bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk mengahantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuannya, tetapi juga sangat menentukan
berjalan tidaknya suatu pendidikan. Begitulah pentingnya
sebuah metode. Dalam sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, pendidikan Islam telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Salah satunya adalah di daerah Minangkabau, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan pendidikan Islam pada waktu itu, dimana surau menjadi satu lembaga pendidikan Islam di Minangkabau.3 Dalam perkembangannya, eksistensi surau merupakan lembaga yang sangat strategis bagi penyiaran agama Islam. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Maka sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, ada metode dan kurikulum yang dipakai, setidaknya ada dua metode yang dipakai, metode sorogan, yaitu murid secara perseorangan menghadap guru atau yang juga dikenal dengan metode individual dan metode halaqah yaitu seorang guru atau kiyai dalam memberikan pelajarannya dikelilingi murid-muridnya atau
2
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Rineka
Cipta, Jakarta, 1997, hlm, 197. 3
Karel A.Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke 19, Bulan
Bintang, Jakarta, 1984, hlm, 32-33.
3
yang juga dikenal dengan metode kolektif. Namun disisi lain dipakai metode ceramah khususnya dalam mengajar materi akhak. 4 Kedua metode inilah yang dipakai dalam lembaga pendidikan Islam sebelum dipakainya berbagai metode yang ada. Ditengah kondisi pendidikan Islam yang demikian, ditambah lagi dengan adanya penjajahan dari bangsa kolonial Belanda, kondisi pendidikan Islam semakin terpuruk, maka tampillah putra-putra terbaik bangsa yang ingin memajukan pendidikan Islam di Indonesia salah satu putra terbaik itu adalah Mahmud Yunus. Selain itu, Abuddin Nata menjelaskan bahwa Mahmud Yunus memiliki perhatian dan komitmen yang tinggi terhadap upaya membangun, meningkatkan dan pengembangan pendidikan agama Islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Beliau menambahkan lagi, Mahmud Yunus juga termasuk tokoh yang sangat disegani di kalangan pemerintah dan swasta, hingga ia memiliki berbagai kesempatan untuk duduk dalam berbagai komite dan kepanitiaan Nasional. 5 Sedangkan gagasan dan pemikirannya dalam bidang pendidikan secara keseluruhan bersifat strategis dan merupakan karya perintis, dalam arti belum pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam sebelumnya. Perhatian 4
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2001, hlm. 60. 5
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 56.
4
dan komitmennya terhadap pembangunan, peningkatan dan pengembangan pendidikan agama Islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Abuddin Nata juga menyebutkan bahwa Mahmud Yunus adalah salah satu tokoh, pemimpin dan ilmuwan yang andal dan disegani baik oleh bangsa Indonesia sendiri maupun oleh dunia Internasional.6 Dari penjelasan Abuddin Nata, maka dapat diketahui bahwa Mahmud Yunus adalah seorang perintis, peletak dasar dan pembaharuan bagi pendidikan Islam di Indonesia. Karena memang beliau mampu melakukan pembaharuan pendidikan secara langsung. Beliau bukan hanya sebatas pemikir tetapi langsung mengaplikasikan pemikirannnya dalam dunia pendidikan. Misalnya beliau mampu memasukkan kurikulum agama Islam pada sekolah umum yang pada saat itu terjadi dikotomi pendidikan, beliau juga mampu menjadikan pesantren modern gontor yang terkemuka di Indonesia. Keberhasilannya tersebut tidak terlepas dari metode pendidikan yang beliau terapkan di pesantren tersebut khususnya dalam bahasa arab dan masih banyak lagi usaha beliau dalam dunia pendidikan yang secara keseluruhan menggambarkan Mahmud Yunus adalah seorang tokoh pemikir pendidikan Islam dan pembaharuan pendidikan Islam. Jadi skripsi yang berjudul “Pemikiran Mahmud Yunus Tentang metode Pendidikan Islam” merupakan upaya
6
Abuddin Nata, Op. Cit, hlm. 313.
“membaca kembali”
5
pemikiran salah seorang pemikir, pembaharu pendidikan Islam di Indonesia dalam menjawab persoalan yang terjadi khususnya tentang metode pendidikan Islam, seperti kata beliau sendiri bahwa metode sangat penting sekali dalam mengajar bagi guru-guru. Betapa bayak guru yang intelek tetapi gagal dalam mengajar karena metode yang digunakan tidak tepat. Tokoh pendidikan Islam seperti Mahmud Yunus memang sudah lama meninggalkan kita namun, keberhasilannya, usahanya dan pemikirannya harus selalu menjadi renungan dan bahasan bagi generasi setelahnya khususnya para intelektual muda dalam dunia pendidikan. Tentu cita-cita beliau dalam memajukan pendidikan Islam belum sepenuhnya tercapai pada masanya dan boleh jadi sampai sekarang. Namun bagi generasi setelahnya beliau meninggalkan karya yang berharga berupa pemikiran beliau yang telah dituangkan dalam karya-karyanya yang telah dapat dibaca. Jadi upaya “membaca kembali” pemikiran Mahmud Yunus tentang metode merupakan suatu keharusan untuk menyelami khazanah intelektual pemikiran Mahmud Yunus tentang cita-cita beliau memajukan pendidikan Islam di Indonesia sekaligus untuk menjawab berbagai persoalan pendidikan yang sedang terjadi sekarang ini yang berkaitan dengan metode pendidikan Islam khususnya yang boleh jadi terlupakan sejenak oleh generasi sekarang ini karena penyakit lupa sedang menggerogoti. Maka dengan meminjam kata dari Presiden Sukarno “ Jasmerah” jangan sekali-kali melupakan sejarah, penulis mengajak pembaca untuk tidak melupakan sejarah berikut dengan tokoh dan pemikirannya.
6
Mudah-mudahan dengan menyelami kembali pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam membuka jalan bagi dunia pendidikan untuk bergerak maju kedepan bukan jalan ditempat apalagi sampai mundur kebelakang. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah, untuk itu penulis menjelaskan sebagai berikut : 1.
Pemikiran Asal katanya adalah pikir, artinya akal budi ingatan, angan-angan, kata dalam hati, pendapat, pertimbangan, karena ditambah sisipan “em” dan akhiran “an” sehingga menjadi pemikiran yang artinya cara atau hasil berpikir. Maksud pemikiran disini yaitu bagaimana hasil pemikiran atau ide-ide yang dikembangkan.7 Adapaun pemikiran yang penulis teliti adalah Mahmud Yunus.
2.
Metode Metode berarti suatu prosedur yang digunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu metode juga dapat berarti teknik yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu pengetahuan dimana ia adalah rencana yang kita
7
611.
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press, Jakarta, 2006, hlm.
7
buat sebelum masuk kelas dan diterapkan dalam kelas setelah kita memasukinya. Jadi dari beberapa penjelasan tentang metode, dapat kita ambil garis tengahnya bahwa metode adalah cara yang dilaksanakan guru dalam memberikan pembelajaran kepada muridnya dimana cara itu disiapkan sebelum memasuki kelas dan akan dilaksanakan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Dalam kaitannya dengan mencapai tujuan pendidikan Islam maka metode adalah jalan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.8 3.
Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, Rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.9 Pendidikan Islam juga sering diartikan daya upaya mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan fadhilah, membiasakan untuk hidup suci, berlaku adil, ikhlas dan jujur. Secara umum pendidikan Islam juga dapat berarti pendidikan dalam upaya mendidik berdasarkan hukum-hukum Islam baik cara maupun arah yang akan dicapai. Maka adapun maksud dari pendidikan Islam dalam kaitannya denga judul yang penulis teliti, maka pendidikan Islam berarti mata pelajaran atau kurikulum pendidikan Islam yang diajarkan
8
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Hidakarya Agung, Jakarta, 1990, hlm. 85. 9 Nur Uhbiyati, Op. Cit, hlm. 9.
8
di sekolah seperti akidah akhlak, fiqh, al-Qur’an hadits dan bahasa arab dimana caranya atau metode menjadi kajiannya. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka didapat beberapa identifikasi masalah yaitu : a. Pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam b. Perbedaan Pendidikan dan Pengajaran Menurut Mahmud Yunus c. Metode-metode dalam Pendidikan Islam Menurut Mahmud Yunus d. Relevansi pemikiran Mahmud Yunus dengan pendidikan Islam sekarang 2. Batasan Masalah Untuk lebih terarahnya penelitian yang penulis lakukan, maka penulis membatasi permasalahannya yaitu : a. Pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam b. Relevansi pemikiran Mahmud Yunus tentang metode dengan pendidikan sekarang. 3. Rumusan Masalah Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu : a. Bagaimana Pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam?
9
b. Bagaimana relevansi pemikiran Mahmud Yunus dengan pendidikan sekarang? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Dengan adanya penelitian ini, akan dapat diketahui pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam. b. Dengan penelitian ini akan memperlihatkan sisi relevansi pemikiran Mahmud Yunus dengan pendidikan sekarang. 2. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi pembaca, akan mengetahui khazanah intelektual Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam dan sisi relevansi pemikiran Mahmud yunus tentang metode pendidikan Islam dengan pendidikan sekarang. b. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
1
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Metode Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat, materi pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan. Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.1 Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan Method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan Tharīqah yang berarti jalan atau cara. Demikian pula menurut Mahmud Yunus, Thariqah adalah perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.2 Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan
1
Soegarda Poerwakatja, Ensiklopedia Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1982, hlm.
56. 2
Warson Ahmad Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997, hlm. 849.
2
Surakhmad bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.3 Menurut Thayar Yusuf metodologi adalah ilmu yang mengkaji atau membahas tentang bermacam-macam metode mengajar, keunggulannya, kelemahannya,
kesesuaian
dengan
bahan
pelajaran
dan
bagaimana
penggunaannya.4 Poerwakatja mengemukakan metode pembelajaran berarti jalan ke arah suatu tujuan yang mengatur secara praktis bahan pelajaran, cara mengajarkannya dan cara mengelolanya. Al-Syaibani menyebutkan bahwa metode mengajar adalah semua bentuk kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemesti-mestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya dan suasana alam sekitarnya serta tujuan menolong muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, minat dan nilai-nilai yang diinginkan.5 Sedangkan menurut Mahmud Yunus metode adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru untuk memberikan berbagai pelajaran kepada muridmurid dalam berbagai jenis mata pelajaran. Jalan itu adalah Khittah (garis)
3
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Tarsito, Bandung, 1998.
hlm. 96. 4
Tayar Anwar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 2. 5 Omar Mohammad al-Tomy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 554.
3
yang direncanakan sebelum masuk ke dalam kelas dan dilaksanakan dalam kelas sewaktu mengajar.6 Berdasarkan definisi yang dikemukakan mengenai pengertian metode pendidikan, beberapa hal yang mesti ada dalam metode yaitu: a. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. b. Aktivitas tersebut memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu. c. Tujuan harus dicapai secara efektif. Ada istilah lain dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi, sebagai berikut : a. Pendekatan (al-madkhal/approach). Pendekatan yaitu sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan kebenaran umum yang bersifat mutlak. Misalkan asumsi yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa, bahwa aspek menyimak dan percakapan harus diajarkan terlebih dahulu sebelum aspek membaca dan menulis atau sebaliknya, sehingga dari asumsi tersebut pendidik dapat menentukan metode yang tepat. b. Teknik/strategi. Teknik adalah langkah-langkah konkrit pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di dalam kelas.7
6 7
166.
Mahmud Yunus, Loc. cit. Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Media Group, Jakarta, 2008, hlm.
4
Metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai mengandung
satu
alat.
Sebaliknya
macam
monopragmatis,
kegunaan
untuk
satu
bilamana metode macam
tujuan.
Penggunaannya mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya. Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna adalah metode yang mengandung nilai nilai instrinsik dan ekstrinsik, sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.8
8
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hlm. 197.
5
2. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan Islam adalah bimbinganjasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.9 Sedangkan menurut hasan langgulung bahwa pendidiakn Islam adalah pendidikan yang memilki tiga macam fungsi, yaitu: a) Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri. b) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. c) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidupsuatu masyarakat dan peradaban. Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia pada tahun 1960 di cipayung bogor menyatakan: ” Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam ”. Walaupun para pakar pendidikan berbeda pendapat tentang pengertian pendidikan Islam namun dapat disimpulkan bahwa pendidikan
9
Nur Uhbiyati, Op. Cit, hlm. 9.
6
Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.10 Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat dipahami bahwa metode pendidikan Islam adalah berbagai cara yang digunakan oleh pendidik muslim, sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, sehingga nilai-nilai Islami dapat terlihat dalam pribadi peserta didik (subjek dan obyek pendidikan). Pendidikan adalah bagaimana menyiapkan anak-anak dengan segala macam jalan, supaya dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan sebaik-baiknya, sehingga mencapai kehidupan yang sempurna dalam masyarakat tempat tinggalnya. Sebab itu pendidikan mencakup pendidikan jasmani, akli, khuluki, perasaan, keindahan dan kemasyarakatan.11 Dari uraian yang telah dijelaskan baik tentang metode maupun tentang pendidikan Islam maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode pendidikan Islam adalah jalan yang ditempuh oleh serang pendidik dalam mengajarkan anak didik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu
membentuk
kepribadian
muslim
melalui
pelajaran
tentang
keislaman. 3. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang Berkaitan dengan Metode Pendidikan Sebelumnya telah disebutkan bahwa metode memliki kata lain yang berdekatan dengan metode yaitu pendekatan dan strategi. 10 11
Ibid, hlm. 11. Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 25.
7
Secara tematis, Al-Qur’an telah memberikan fungsinya sebagai hudan tentang pendekatan yang dapat dipergunakan manusia dalam melakukan interaksi proses belajar mengajar. Untuk membuktikannya dapat merujuk pada surat An-Nahl ayat 125. ִ
ִ %
"#ִ☺ $ ִ☺ *, $ -.ִ/ % ) &'( :; 6'(78%9 4 5 0123$ 6 : '@ 6ִ☺ >* ?7%9 #=5 ִ < >* ?7%9 #=5 % ) A 9 E@F BC - D7,☺ $ Artinya :
ִ
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmua dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.12
Pada ayat ini setidaknya ada tiga pendekatan yang perlu dilakukan, yaitu; Pertama, al-hikmah (kebijaksanaan), akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian peserta didik. Kedua, melalui al-mau’izhah al-hasanah (proses pengajaran yang baik). Ketiga, melalui wajaadilhum bi al-lati hiya ahsan (bantahlah dengan cara yang baik dan mengajak peserta didik kepada jalan pikiran yang benar). 13 Di samping pendekatan tersebut, Al-Qur’an juga memberikan beberapa metode pendidikan Islam di antaranya melalui keteladanan (QS. Al-Ahzab: 21) firman Allah SWT berikut:
12
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Toha Putra, Jakarta, 1999, hlm. 281. Samsul Nizar, , Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 177. 13
8
LM 1K# ;֠⌧I 6ִ☺ S$ V"# $ % &[T \⌧I 3M
B
"J $ ;֠⌧I 7- 3$ R &'(ִ8 NO # Q9 3M ) #/"T U T⌧I Z % TWXYִ EF@
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.14
Al-Baidhawi memberi makna Uswatun hasanah pada ayat di atas adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah SAW yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah SAW yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
Selain dari beberapa Pendekatan yang disebutkan oleh Al-Qur’an, ada beberapa Strategi yang memiliki makna berdekatan dengan metode
14
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm. 420.
9
pendidikan Islam yang disebutkan baik firman Allah SWT maupun hadis nabi Muhammad SAW misalnya berdasarkan firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi : _` %
T( E@b
Artinya:
$
J [7a= $
^M J
-U]TU -U]TU
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.15
Ayat ini sejalan dengan hadits Nabi :
وا
وا و
وا و
وا و
ل
ا
ا
Artinya : Hadis dari Anas ibn Malik dari Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan janganlah berpaling (Al-Bukhari, I: 38)
Dari
hadits
ini
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan harus berdasarkan prinsip, yaitu :
a) Memudahkan dan tidak mempersulit b) Menggembirakan dan tidak berpaling
Dengan berlandaskan pada prinsip tersebut maka kegiatan pendidikan Keislaman akan lebih menyenangkan.
B. Penelitian yang Relevan
15
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op. Cit, hlm. 28.
10
Penelitian mengenai pemikiran Mahmud Yunus terbilang sangat jarang. Hal ini disebabkan para peneliti lebih banyak meneliti tentang tokoh-tokoh yang lain semisal KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan lain sebagainya. Menurut penulis hal ini disebabkan Tokoh-tokoh pendidikan yang lain juga termasuk tokoh pendiri pergerakan di Indonesia. Dimana masalah pemikiran dalam pergerakan dan masalah politik menjadi topik yang selalu hangat diperbincangkan oleh masyarakat dan pakar pendidikan bahkan sampai sekarang. Hal ini mengakibatkan esensi dari pendidikan tersebut sulit tercapai karena tidak meneliti tokoh yang benar-benar concern dalam dunia pendidikan seperti halnya Mahmud Yunus. Maka dalam hal ini penulis tidak heran kalau selama ini tujuan pendidikan Islam tersebut tidak mengena dan tidak tercapai dan kurang berjalan dengan baik padahal bangsa Indonesia sudah merdeka lebih kurang 64 tahun yang lalu. Sebab pendidikan Islam di Indonesia selalu di pengaruhi oleh pergerakan-Pergerakan yang ada, politik dan lain sebagainya. Sepanjang pengetahuan penulis, studi pemikiran Mahmud Yunus tentang pendidikan Islam khususnya tentang metode pendidikan secara kritis dapat dikatakan belum pernah ada sama sekali. Hanya ada beberapa karya penulis lain yang meneliti tentang pemikiran Mahmud Yunus, Abuddin Nata dalam karyanya yang berjudul Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia yang diterbitkan oleh Raja Grafindo persada Jakarta, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam oleh Ramayulis dan Syamsul Nizar yang diterbitkan
11
oleh Quantum Teaching dan terakhir adalah Firmansyah, Mahasiswa UIN SUSKA Riau dalam skripsinya yang berjudul Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut Mahmud Yunus. Dalam karyanya Abuddin Nata, dalam karyanya Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, buku ini hanya membahas sekilas mengenai pemikiran Mahmud Yunus. Sebab banyak tokoh lain yang beliau bahas dalam buku tersebut, sehingga pemikiran dari tokoh-tokoh pendidikan tersebut hanya sebatas pemikiran dan jasa-jasa mereka dan merupakan kajian yang kurang mendalam. Namun hal ini cukup menggambarkan kepada kita mengenai ketokohan seorang Mahmud Yunus dan pemikirannya dalam pendidikan Islam. Walaupun dalam buku tersebut juga terdapat metode pendidikan dan pengajaran namun hanya sekilas saja, diantaranya : a. Dari segi Tujuan pendidikan Islam b. Dari segi Kurikulum c. Dalam bidang kelembagaan d. Dalam bidang metode pengajaran Dalam karya ini, Abuddin Nata secara umum hanya meguraikan secara singkat mengenai pemikiran-pemikiran Mahmud Yunus yang tertuang dalam karyanya dan sekilas saja yang membahas tentang metode pendidikan dan pengajaran. Selanjutnya Ramayulis dan Samsul Nizar dalam bukunya yang juga membahas tentang Mahmud Yunus namun hanya bagian dari bab yang
12
membahas tentang Mahmud Yunus. Dalam buku tersebut penulis membahas tentang pemikiran Mahmud Yunus tentang tujuan pendidikan Islam dan metode, namun dalam kaitannya dengan metode penulis buku ini juga banyak membahas tentang metode dalam bahasa arab saja dan sedikit sekali tentang pendidikan Islam yang lain semisal pelajaran akidah, ibadah, al-Qur’an dan lainnya Karya terakhir yang membahas pemikiran Mahmud Yunus adalah Firmansyah Mahasiswa UIN SUSKA dalam skripsinya yang berjudul Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut Mahmud Yunus. Dalam buku ini, penulis membahas tujuan dari pendidikan Islam menurut pemikiran Mahmud Yunus. Penulis buku ini menguraikan tentang tujuan dari pendidikan Islam, mulai dari tujuan secara umum sampai tujuan yang khusus sebagaimana telah diuraikan adanya tujuan sementara dan tujuan akhir. Begitu juga dengan tujuan-tujuan pendidikan Islam berdasarkan tingkat usia yang diajarkan. Penulis buku ini tidak membahas tentang metode pendidikan dan pengajaran menurut Mahmud Yunus.16 Dari beberapa kajian yang telah penulis uraikan sebelumnya, secara umum hanya tujuan pendidikan Islam dan pendidikan bahasa arab yang menjadi topik pokok bagi penulis-penulis tersebut di atas. Boleh dikatakan belum ada yang membahas secara keseluruhan pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan Islam. Padahal
16
Firmansyah, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut Prof. Dr. Mahmud Yunus,
Pustaka UIN SUSKA Riau, Pekanbaru, 2003, hlm. 23.
13
sebagaimana telah diuraikan di muka, metode sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tanpa metode yang baik dan tepat guna, pelaksanaan pendidikan Islam hanya akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka atas pertimbangan itulah sangat menarik bagi penulis untuk ditela’ah lebih kritis lagi pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan. Bukan hanya itu, Mahmud Yunus juga kadang terlupakan sebagai seorang tokoh pendidikan di Indonesia padahal beliau adalah seorang yang betul-betul serius dalam mengembangkan pendidikan. Hal ini bisa kita lihat dari sejarah hidup beliau yang seumur hidupnya tekun dalam mengembangkan dunia pendidikan Islam di Indonesia.
1
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Mahmud Yunus sedangkan objeknya adalah hasil pemikiran beliau tentang metode pendidikan Islam. B. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi : 1. Kepustakaan Primer berupa karya Mahmud Yunus yaitu : Metodik Khusus Pendidikan Agama, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. 2. Kepustakaan Sekunder : berupa karya penulis lain yang membicarakan tentang Mahmud Yunus baik pemikiran, sejarah, maupun kondisi masyarakatnya serta karya-karya yang berkaitan dengan metode yaitu Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia karya Abuddin Nata, yang diterbitkan Raja Grafindo Persada Jakarta dan dalam skripsi yang berjudul Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut. Mahmud Yunus oleh Firmansyah, Mahasiswa UIN SUSKA Riau, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam oleh Ramayulis dan Syamsul Nizar, Falsafah Pendidikan Islam oleh Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Saybany, Filsafat Pendidikan Islam oleh Ali Rasyidin dan Samsul Nizar, Ilmu Pendidikan Islam karya Nur Uhbiyati, berkaitan.
dan karya-karya lain yang
2
C. Prosedur Pengumpulan Data Mengingat penelitian ini adalah penelitian terhadap pemikiran Mahmud Yunus tentang pendidikan Islam, maka penelitian bahan sepenuhnya dilakukan dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research). Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Mengumpulkan bahan pustaka yang dipilih sebagai sumber data yang memuat tentang metode pendidikan Islam. 2. Memilih bahan pustaka untuk dijadikan sumber data primer, yakni karya Mahmud Yunus. Disamping itu dilengkapi oleh sumber data sekunder yakni buku-buku yang membahas tentang pemikiran Mahmud Yunus tentang pendidikan Islam secara umum dan khususnya tentang metode. 3. Membaca bahan pustaka yang telah dipilih, baik tentang substansi pemikiran maupun unsur lain. Penelaahan isi salah satu bahan pustaka dicek oleh bahan pustaka lainnya. 4. Mencatat isi bahan pustaka yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Pencatatan dilakukan sebagaimana yang tertulis dalam bahan pustaka bukan berdasarkan kesimpulan. 5. Mengklasifikasikan data dari sari tulisan dengan merujuk kepada rumusan masalah.
3
D. Teknik Analisis Data Untuk menela’ah pemikiran Mahmud Yunus tentang metode Pendidikan Islam, teknik analisis data yang penulis pakai adalah Content Analysis (analisis isi).1 Langkah pertama memfokuskan penelitian tentang metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus yaitu dengan mempelajari dan menganalisis uraian-uraian serta pendapatnya baik dari buku yang ditulis Mahmud Yunus (data primer) maupun yang berisi pembahasan pemikiran Mahmud Yunus yang ditulis orang lain (data sekunder). Langkah kedua, hasil analisis tentang metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus dilihat relevansinya dengan pendidikan sekarang. Dengan demikian hasil analisanya secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai bahan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah
1
hlm. 134
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Biografi Mahmud Yunus 1. Kelahiran, Keluarga dan Pendidikan Mahmud Yunus dilahirkan pada tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 M di desa Sungayang Batusangkar Sumatera Barat. Ia dilahirkan dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani biasa, bernama Yunus bin Incek, dari suku Mandailing dan ibunya bernama Hafsah dari suku Chaniago. Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup memadai, sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari. Jabatan Imam Nagari pada waktu itu, diberikan secara adat oleh anak nagari kepada salah seorang warganya yang pantas untuk menduduki jabatan itu atas dasar ilmu agama yang dimilikinya. Disamping itu Yunus bin Incek dimasyhurkan juga sebagai seorang yang jujur dan lurus. Ibu Mahmud Yunus seorang yang buta huruf, karena ia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, apalagi pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Tetapi ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami. Kakek Hafsah adalah seorang ulama yang cukup dikenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan orang dengan Tuanku Kolok. Ayahnya bernama Doyan Muhammad Ali, bergelar Angku Kolok. Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang
dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.1 Saudara Hafsah bernama Ibrahim, seorang saudagar kaya di Batusangkar. Kekayaan Ibrahim ini sangat menopang kelanjutan pendidikan Mahmud Yunus, terutama pada waktu ia belajar ke Mesir. Ibrahim sangat memperhatikan bakat serta kecerdasan yang dimiliki oleh kemenakannya ini. Dialah yang mendorong Mahmud Yunus untuk melanjutkan pelajarannya ke luar negeri dengan disertai dukungan dana untuk keperluan itu. Hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakan yang berlaku di Minangkabau pada waktu itu sebagai pepatah yang berbunyi : “Anak dipangku, kamanakan dibimbiang”. Suatu kelaziman yang berlaku sepenuhnya pada waktu itu, bahwa tanggung jawab mamak terhadap kemenakan bukanlah didasarkan atas ketidakmampuan dari ayah kemenakan itu sendiri. Ibrahim mempunyai seorang anak yang sebaya dengan Mahmud Yunus. Ia bergelar Datuk Sati, sangat ahli dalam bidang adat. Ini diasumsikan menjadi
penyebab
mengapa
Mahmud
Yunus
kurang
menonjol
pengetahuannya dalam adat Minangkabau. Ibrahim agaknya menginginkan arahan yang berbagi antara anak dan kemenakan. Karena anaknya sangat menggemari masalah-masalah adat, maka ia menyalurkan kegemarannya untuk belajar kepada ahli-ahli adat, hingga ia menguasai adat ini dengan baik. Di lain pihak, melihat perkembangan Mahmud Yunus dari kecil, ternyata 1
Mahmud Yunus, Riwayat Hidup Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Hidakarya Agung, Jakarta, 1982, hlm. 5.
lebih cenderung mempelajari agama, maka Ibrahim pun menyokong kecenderungan ini. Bahkan dia tak berkeberatan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu, hingga Mahmud Yunus dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dukungan ekonomi dari sang mamak dengan disertai dorongan dari orang tuanya, maka Mahmud Yunus sejak kecil hingga remaja hanya dilibatkan dengan keharusan untuk belajar dengan baik, tanpa harus ikut memikirkan ekonomi keluarga dalam membantu orang tuanya mencari nafkah, ke sawah atau ke ladang, meskipun Mahmud Yunus satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya, ia dan adiknya Hindun. Sedangkan ayahnya telah meninggalkan ibunya selagi Mahmud Yunus masih kecil, sebelum ia mumayyiz.2 Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh Mahmud Yunus kecil. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thaher bin Muhammad Ali gelar Angku Gadang. Mahmud Yunus mulai mengaji di surau kakeknya ini dalam usia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun, berkat ketekunannya, ia dapat menamatkan al-Quran. Segera setelah khatam al-Quran, Mahmud Yunus pun dipercaya oleh kakeknya menjadi guru bantu untuk mengajari anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab (ilmu Sharaf) dengan kakeknya.
2
Ibid. hlm. 5
Pada tahun 1908, dengan dibukanya Sekolah Desa oleh masyarakat Sungayang, Mahmud Yunus pun tertarik untuk memasuki sekolah ini. Ia kemudian meminta restu dari ibunya untuk belajar ke sekolah desa tersebut. Setelah mendapat restu ibunya, iapun mengikuti pelajaran di Sekolah desa pada siang hari, namun tanpa meninggalkan tugas-tugasnya di Surau kakeknya mengajar al-Quran pada malam harinya. Rutinitas seperti ini dijalani oleh Mahmud Yunus dengan tekun dan penuh prestasi, Tahun pertama sekolah desa diselesaikannya hanya dalam masa 4 bulan, karena ia memperoleh penghargaan untuk dinaikkan ke kelas berikutnya. Bahkan di kelas tiga, ia tetap bertahan dengan nilai tertinggi diantara teman-teman sekelasnya.3 Pendidikan di sekolah desa hanya dijalaninya selama kurang dari tiga tahun. Pada waktu ia belajar di kelas empat, Mahmud Yunus menunjukkan ketidakpuasannya terhadap mata pelajaran di sekalah desa, karena pelajaran yang diberikan tidak berbeda jauh dari pelajaran kelas tiga. Bertepatan pula pada waktu itu H. M. Thaib Umar membuka madrasah di surau Tanjung Pauh Sungayang. Madrasah ini bernama Madras School. Sekalilagi dengan restu ibunya Mahmudpun pindah ke Madras School di bawah asuhan H.M. Thaib Umar yang dikenal sebagai salah seorang ulama pembaharu Minangkabau. Di sekolah ini ia mempelajari ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, Berhitung dan Bahasa Arab. Ia belajar di sini dari jam 09.00 pagi hingga jam 12.00 siang, sementara pada malam harinya ia tetap mengajar di surau kakeknya.
3
Ibid. hlm. 10
Pada tahun 1911, karena keinginan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama secara lebih mendalam dengan H.M. Thaib Umar, Mahmud Yunus menarik diri dari surau kakeknya untuk kemudian menggunakan waktu sepenuhnya, siang dan malam, belajar ilmu Fiqh dengan H.M. Thaib Umar di surau Tanjung Pauh. Ia belajar dengan tekun dengan ulama pembaharu ini, hingga ia menguasai ilmu-ilmu agama dengan baik, bahkan ia dipercayakan oleh gurunya ini untuk mengajarkan kitab-kitab yang cukup berat untuk ukuran seusianya. Pada tahun 1917, Syekh H.M. Thaib Umar mengalami sakit, karena itu Mahmud Yunus secara langsung ditugasi untuk menggantikan gurunya memimpin Madras School. Setelah memiliki pengalaman beberapa tahun belajar, kemudian mengajar dan memimpin Madras School serta telah menguasi dengan mantap beberapa bidang ilmu agama, Mahmud Yunus kemudian berkeinginan untuk melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi di Mesir. Keinginan ini muncul setelah ia berkesempatan menunaikan ibadah Haji ke Mekkah. Pada tahun 1924 ia berangkat ke Mesir bersama rombongan jemaah Haji. Di Mesir, Mahmud Yunus kembali memperlihatkan prestasi yang istimewa. Ia mencoba untuk menguji kemampuannya dalam ilmu-ilmu agama dengan mengikuti ujian akhir untuk memperoleh Syahadah (ijazah) ‘Alimiyyah, yaitu ujian akhir bagi siswa-siswa yang telah belajar sekurangkurangnya 12 tahun ( Ibtidaiyyah 4 tahun, Tsanawiyah 4 tahun, dan ‘Aliyah 4 tahun). Ada 12 mata pelajaran yang diuji untuk mendapatkan syahadah ini,
namun kesemuanya telah dikuasai oleh Mahmud Yunus waktu belajar di tanah air, sebagaimana dicatatkannya : “Kalau hanya ilmu itu saja yang akan diuji. Saya sanggup masuk ujian itu, karena keduabelas macam ilmu itu telah saya pelajari di Indonesia, bahkan telah saya ajarkan beberapa tahun lamanya (1915-1923).4 Ujian ini dapat diikutinya dengan baik dan berhasil lulus serta mendapatkan ijazah (syahadah) “Alimiyyah pada tahun yang sama tanpa melalui proses pendidikan. Dengan ijazah ini, Mahmud Yunus lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dia kemudian memasuki Darul ‘Ulum ‘Ulya Mesir.5 Pada tahun 1925 ia berhasil memasuki lembaga pendidikan yang merupakan Madrasah ‘Ulya (setingkat perguruan tinggi) agama yang juga mempelajari pengetahuan umum. Ia memilih jurusan Tadris (Keguruan). Perkuliahan di Darul ‘Ulum ‘Ulya mulai dari tingkat I sampai tingkat IV dan semua tingkat itu dilaluinya dengan baik, Bahkan pada tingkat terakhir, dia memperoleh nilai tertinggi pada mata kuliah Insya` (mengarang). Pada waktu ini Mahmud Yunus adalah satu-satunya mahasiswa asing yang berhasil menyelesaikan hingga ke tingkat IV di Darul ‘Ulum. Setelah menjalani masa pendidikan dan menimba berbagai pengalaman di Mesir, iapun kembali ke tanah air pada tahun 1931. 2. Karya-karya Tulisannya 4
Ibid. hlm. 28 Menurut Ramayulis dan Samsul Nizar, Darul ‘Ulum adalah lembaga pendidikan tinggi yang terkenal di Mesir. Sebagian materi pelajarannya adalah ilmu pengetahuan umum. Mahmud Yunus adalah orang Indonesia pertama yang dapat diterima di Darul ‘Ulum., Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Quantum Teaching, Jakarta, 2005, hlm. 349. 5
Mahmud Yunus di masa hidupnya dikenal sebagai seorang pengarang yang produktif. Aktivitasnya dalam melahirkan karya tulis tak kalah penting dari aktivitasnya dalam lapangan pendidikan. Popularitas Mahmud lebih banyak dikenal lewat karangan-karangannya, karena bukubukunya tersebar di setiap jenjang pendidikan khususnya di Indonesia. Buku-buku karangan Mahmud Yunus menjangkau hampir setiap tingkat kecerdasan. Justru karangan-karangannya bervariasi, mulai dari buku-buku untuk konsumsi anak-anak dan masyarakat awam dengan bahasa yang ringan, hingga merupakan literatur pada perguruan-perguruan tinggi. Pada perjalanan hidupnya, ia telah menghasilkan buku-buku karangannya sebanyak 82 buah buku. Dari jumlah itu Mahmud membahas berbagai bidang ilmu, yang sebahagian besar adalah bidang-bidang ilmu agama Islam, seperti bidang Fiqh, bahasa Arab, Tafsir, Pendidikan Islam, Akhlak, Tauhid, Ushul Fiqh, Sejarah dan lain-lain. Diantara bidang-bidang ilmu yang disebutkan, Mahmud lebih banyak memberi perhatian pada bidang pendidikan Islam, bahasa Arab (keduanya lebih banyak memfokus pada segi metodik), bidang Fiqh, Tafsir dan Akhlak yang lebih memfokus pada materi sajian. Sesuai dengan kemampuan bahasa yang ia miliki, maka karangan-karangannya tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia, akan tetapi juga dalam bahasa Arab. Ia memulai mengarang sejak tahun 1920, dalam usia 21 tahun. Karirnya
sebagai
pengarang
tetap
ditekuninya
pada
masa-masa
selanjutnya. Dia senantiasa mengisi waktu-waktunya untuk mengarang,
dalam situasi apapun. Pada waktu perang kemerdekaan, ketika mengikuti perang gerilya, dia tetap menyempatkan diri untuk mengarang. Buku “Marilah Sembahyang” (4 jilid) adalah merupakan hasil karangan Mahmud Yunus sewaktu dia beserta pejuang-pejuang lainnya berada dalam pengungsian dari ancaman perlawanan tentara Belanda (Nica) di Batusangkar pada tahun 1949.6 Aktivitas-aktivitas
Mahmud
dalam
bidang-bidang
lain
tidak
merupakan rintangan bagi aktivitasnya dalam mengarang. Hal ini dapat dilihat dari karangan-karangannya yang dihasilkan justru pada saat aktivitasnya yang lain lebih memuncak, terutama dalam bidang pendidikan. Hingga pada saat ia menjalani masa pensiun ia tetap mengarang, bahkan pada tahun-tahun terakhir dari kehidupannya (1982), masih ia sempatkan untuk selalu mengarang. Berikut ini diantara bukubuku karya Mahmud Yunus : a) Bidang Pendidikan Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik, (tidak teridentifikasi lengkap), Metodik Khusus Pendidikan Agama, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia (tidak teridentifikasi lengkap), Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, At-Tarbiyyah wa at-Ta’lim, (tidak teridentifikasi lengkap), Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat, Metodik Khusus Bahasa Arab, Kamus Arab Indonesia, Durusu al-Lughah al-‘Arabiyyah I,II dan III.
6
Ibid, hlm. 58
b) Bidang Fiqh Marilah Sembahyang I, II, III dan IV, Puasa dan Zakat, Haji ke Mekkah, HukumWarisan dalam Islam, Hukum Perkawinan dalam Islam, Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa, Manasik Haji untuk Orang Dewasa (tidak teridentifikasi lengkap), dan lain-lain c) Bidang Tafsir Tafsir Al-Qur`an Al-Karim 30 juz (tidak teridentifikasi lengkap), Tafsir Al-Fatihah, Tafsir Ayat Akhlak, Juz ‘Amma dan Terjemahannya, Tafsir Al-Qur`an Juz 1 – 10 (tidak teridentifikasi lengkap), Pelajaran Huruf Al-Qur`an (tidak teridentifikasi lengkap), Kesimpulan Isi Al-Qur`an, Alif Ba Ta wa Juz ‘Amma (tidak teridentifikasi lengkap), Muhadharaat al-Israiliyyaat fi at-Tafsir wa al-Hadits (tidak teridentifikasi lengkap) d) Bidang Akhlak Keimanan dan Akhlak I, II, III DAN IV,(tidak teridentifikasi lengkap), Beriman dan Berbudi Pekerti, Lagu-Lagu Baru Pendidikan Agama/ Akhlak (tidak teridentifikasi lengkap), Akhlak Bahasa Indonesia (tidak teridentifikasi lengkap), Moral Pembangunan dalam Islam (tidak teridentifikasi lengkap), Akhlak, (tidak teridentifikasi lengkap) dan karya lainnya.
e) Bidang Sejarah Sejarah Pendidikan Islam (tidak teridentifikasi lengkap), Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Tarikh al-Fiqhu al-Islamy (tidak
teridentifikasi lengkap), Sejarah Islam di Minangkabau, (tidak teridentifikasi lengkap), Tarikh al-Islam, tt.dan masihg banyak lagi karya-karya Mahmud Yunus dalam bidang keagamaan lainnya. 2. Guru-guru dan Murid-muridnya Diantara orang-orang yang pernah tercatat sebagai guru beliau adalah ayahnya sendiri yaitu yunus bn incek, kakeknya yaitu Thaher bin Muhammad Ali gelar Angku Gadang, dan ulama-ulama yang melakukan pembaharuan di Minangkabau seperti Muhammad Thaib Umar, Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Abdullah Ahmad, Syeikh Abbas Abdullah, Zainudin Labai al-Yunusi, Syeikh Jamil Jambek, Syeikh Abdul Karim Amrullah dan lain-lain.7 Sedangkan mengenai murid-muridnya tidak disebutkan secara pasti siapa-siapa saja murid beliau, namun dengan banyaknya sekolah dan perguruan tinggi yang pernah menjadi tempat beliau mengajar, hal itu mengindikasikan bahwa murid Mahmud Yunus amat banyak sekali. Salah seorang murid beliau yang disebutkan adalah Imam Zarkasi pendiri Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur.8
3. Meninggalnya Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit. Tahun 1982, dia memperoleh gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu Tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya7
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakrya Agung,, Jakarta, 1993, hlm. 141-170 8 Abuddin Nata, Op. Cit, hlm. 66
karyanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Sepanjang hidupnya, Mahmud Yunus menulis tak kurang dari 82 buku. Pada tahun 1982, Mahmud Yunus meninggal dunia. Dengan meninggalnya beliau, kita kehilangan salah seorang tokoh pendidikan Islam di Indonesia, semoga beliau mendapat rahmat dari Allah SWT atas jasa-jasa beliau dalam dunia pendidikan Islam. 4. Gambaran Singkat Tentang Kondisi Pendidikan Umat Islam Indonesia Pada Belahan Pertama Abad XX Dinamika kehidupan umat Islam Indonesia dalam pada belahan pertama abad ke-20, dapat pula dicermati dalam dimensi pendidikannya. Untuk menelaah masalah ini penulis mengacu pada hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh Mahmud Yunus sendiri, yang cukup detail menggambarkan pasang surut dunia pendidikan Islam di Indonesia. Menurut Mahmud Yunus bahwa secara garis besar sistem pendidikan Islam terbagi dalam dua kategori besar. Pertama adalah sistem pendidikan konservatif/tradisional
dan
kedua
adalah
sistem
pendidikan
baru/perubahan.9 Sistem pendidikan Islam tradisional adalah cara penyelenggaran pengajaran Islam yang masih sederhana, sedang sistem pendidikan Islam modern yakni penyelenggaraan pedidikan yang sudah terstruktur rapi seperti yang terdapat dalam sistem pendidikan kolonial Belanda.10
9
Ibid, hlm. 34 Ibid, hlm. 63
10
Walaupun kalau mengkaji sejarah pendidikan Islam di Nusantara, terlihat juga pasang surut yang begitu kentara antara masa kerajaan Islam masih berjaya dan setelah datang bangsa kolonial Barat. Di masa kerajaan Islam, pendidikan umat tentang keIslaman bisa dikatakan sangat maju, namun setelah datang kolonialis Barat (Belanda) bersama infiltrasinya, maka nasib pendidikan Islam-pun mengalami kemunduran.11 Berdasar keadaan seperti itu bisa disimpulkan bahwa kemajuan maju dan kemunduran segala aspek dinamika kehidupan umat Islam bisa tergantung pada nasib sistem pendidikan mereka. Mahmud Yunus mengutarakan bahwa secara umum sistem pendidikan di Nusantara mulai ada perubahan ketika memasuki tahun 1990-an. Sistem tersebut berubah dari sebuah sistem pengajaran yang cenderung bersifat tradisional berpola sederhana menjadi sistem pengajaran yang relatif lebih modern. Sebelum tahun 1900 anak-anak diberi pengajaran tentang agama Islam hanya terdiri dari pengajian (membaca huruf) Al-Qur`an dan pengajian Kitab (buku karangan ulama) bertempat di Surau atau Masjid. Sesudah dekade tahun 1900-an kajian Islam sudah terdiri dari beberapa sub kajian yang lebih banyak yaitu pengajian baca Al-Qur`an, pengajian Kitab kalsik tata bahasa Arab dasar, pengajian materi Tauhid dan kajian Tafsir Qur`an Nahwu (tata bahasa), dan Fiqhi (ilmu ketetapan hukum). Pada perkembangan materi kajian tersebut bertambah, antar lain ilmu Mantiq (logika) dan ilmu Balaghah
11
Ibid, hlm. 11
(retorika). Adapun tempat untuk belajar mengajar kitab-kitab ini sudah terpisah dari Masjid atau Surau, yakni bangunan yang disebut Madrasah. Perkembangan madrasah seperti ini begitu pesat pada dasawarsa 1920-an dan 1930-an.12 Gambaran pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam sistem lama bisa dilihat dari beberapa segi. Pertama yang berkenaan dengan materi kajian, yakni pengajaran kitab-kitab khusus diajarkan satu persatu. Pelajaran ilmu sharaf (tata kalimat) didahulukan dari ilmu Nahwu (tata bahasa) dan pelajaran suatu ilmu hanya diajarkan dalam satu macam kitab saja. Kedua yang berkaitan dengan sarana penunjang pendidikan, yakni kitab/buku pelajaran yang sulit didapatkan karena belum ada toko kitab, jadi praktis hanya ada tulisan tangan saja. Oleh sebab itu ilmu agama sedikit sekali karena sedikit bahan bacaan. Ketiga yang berkenaan dengan metode para guru dalam mengajar yang cenderung tak memperhatikan strategi mengajar yang menarik bahkan ada yang menggunakan kekerasan fisik (menjewer telinga, mencubit, memukul). Sehingga berdampak terhadap minat para murid yang menurun untuk lebih menyukai pelajaran.13 Sistem Pendidikan Islam pada masa perubahan (1900-an dst) mulai menunjukkan pembaharuan. Mahmud Yunus mengungkapkan bahwa pelajaran ilmu Nahwu (tata aksara Arab) didahulukan atau disamakan dengan ilmu Sharaf (tata bahasa Arab). Sudah ada klasifikasi pengajaran 12 13
Ibid, hlm. 175-190 Ibid, hlm. 38
dan kitab yang khusus yaitu dasar, menengah dan tinggi. Semua buku pelajaran karangan ulama Islam terdahulu yang berbahasa Arab dan sudah dicetak. Telah terdapat toko-toko kitab (yang bisa memesankan kitab-kitab ke Mesir atau Mekah). Ilmu agama telah luas berkembang di Nusantara, karena telah banyak kitab bacaan. Konsekuensi yang perlu diperhatikan dari informasi yang banyak tersebut, adalah mulai banyak pula aliran baru dalam kehidupan umat Islam Indonesia.14 Pertukaran abad XIX ke abad XX merupakan era perubahan corak pendidikan yang terjadi di kalangan umat Islam Indonesia. Adapun kondisi yang masih belum memuaskan pada waktu itu adalah masih banyak terdapat kalangan penyiar dan guru-guru agama Islam yang belum mampu menterjemahkan Islam secara integral dan sisematik, sehingga banyak kalangan yang merasa tidak puas.15 Di sisi lain tantangan besar yang harus dihadapi para pendidik umat adalah infiltrasi dari pemerintahan kolonial yang berpengaruh besar pada mentalitas umat Islam. Antara lain banyak orang Islam yang meninggalkan nilai-nilai Islam, karena terpesona dengan keunggulan Barat, sehingga memakai budaya dan nilai-nilai apapun yang datang Barat. Golongan kedua yakni orang Islam yang justru menolak sama sekali apapun yang datang dari Barat. Adapun kelompok ketiga yakni orang Islam cenderung mempertemukan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Barat dengan melakukan penilaian yang kritis dan objektif.16
14
Ibid, hlm. 53-117 Suhatno, Tokoh Pemikir Faham Kebangsaan, Haji Agus Salim dan Muhammad Husni Thamrin, Dwi Jaya Karya, Jakarta, 1995, hlm. 62 16 Ibid, hlm. 63 15
Pada kelompok yang terakhirlah Mahmud Yunus relatif sering memposisikan diri. Hal ini bisa dilihat dari usaha-usahanya dalam sumbangsih pemikiran pendidikan Islam di Indonesia. 5. Gambaran Singkat Tentang Kondisi Sosial Politik Bangsa Indonesia Pada Awal Abad XX Akhir abad ke sembilan belas dan awal abad keduapuluh adalah masa dimana arus kebangkitan Islam sedang mengalir ke berbagai penjuru dunia,
tidak
terkecuali
Indonesia.
Gelombang
kebangkitan
ini
dihembuskan pada awalnya oleh Jamaluddin Al-Afghany dan rekannya Sayyid Rasyid Ridha dari Mesir. Arus gelombang kebangkitan Islam ini sangat dirasakan konsekuensi politisnya oleh pemerintahan kolonial di Indonesia. Dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 telah menyebabkan meningkatnya jumlah rakyat pribumi melakukan perjalanan haji. Dengan demikian kontak intelektual antara kawasan jajahan dengan pusat Islam dan sesama wilayah terjajah lainnya menjadi meningkat pula. Maka dengan terjadinya kontak intelektual dengan pusat Islam di luar negeri melahirkan faham-faham baru untuk mengembangkan ajaran islam di tengah-tengah penjajahan. Sehingga terjadi pergolakan di Minangkabau yang dikenal dengan kaum mudo dan kaum tuo.17 Pada hakikatnya kaum mudo bukan hanya bertujuan untuk memurnikan kembali ajaran Islam yang telah banyak melenceng dari alQur’an dan hadis namun juga untuk memodernisasi masyarakat 17
Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, Quantum Teaching, 2005, hlm. 81
minangkabau dengan memformulasikan sistem adat dengan ajaran agama Islam, selain itu juga untuk menanamkan rasa cinta tanah air dalam usaha mengusir penjajahan belanda dari bumi Nusantara. Namun pemahaman yang demikian tidak dipahami oleh kaum tuo sehingga kolonial belanda dapat mengambil celah perbedaan pemahaman tentang agama sebagai langkah untuk mengadu domba dan menjajah tanah Indonesia. Kaum mudo yang dipelopori oleh Muhammad Thaib Umar (guru Mahmud Yunus), Abdul Karim Amrullah (ayah buya HAMKA), Ibrahim Musa Parabek, KH. Agus Salim dan lain-lain mengalami kekalahan. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh kolonial Belanda untuk menancapkan kuku-kuku penjajahannya di bumi Minangkabau. Di tengah-tengah kondisi yang demikianlah lahirnya pemikiran– pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh Mahmud Yunus dalam upaya mengembangkan pendidikan Islam khususnya yang terkait dengan metode pendidikan Islam. A. Deskripsi Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam Pada Rumusan Masalah yang menjadi tujuan pokok dari penelitian ini adalah Bagaimana Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam dan Bagaimana Relevansi Pemikirannya tersebut dengan pendidikan sekarang? Maka untuk menjawab kedua rumusan masalah tersebut harus diuraikan deskripsi tentang pemikiran Mahmud Yunus tentang metode baik pengertian metode, asas-asas memilih metode dan kaidah dalam memilih
metode pendidikan Islam. Maka berikut adalah deskripsi pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam 1. Pengertian Metode Pendidikan Islam Berbicara tentang metode pendidikan Islam maka tidak bisa dipisahkan dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri, sebab antara metode dan tujuan harus sejalan. Maka tidaklah mungkin tujuan dengan metode yang digunakan tidak sejalan maka tentu tujuan pendidikan Islam tidak akan tercapai. Menurut Mahmud Yunus, tujuan dari pendidikan Islam adalah memungkinkan manusia untuk mengetahui dirinya dan alam sekitarnya dengan pengetahuan yang berdasarkan amal pernbuatan. Maka amal perbuatan adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan. Apakah gunanya ilmu pengetahuan kalau tidak diserta dengan amal perbuatan.18 Beliau menambahkan lagi bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mendidik manusia supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shalih dan berakhlak mulia sehingga ia menjadi seorang masyrakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan tanah air.19 Pendeknya bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencetak manusia yang mampu mengamalkan ilmunya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan kebutuhan ukhrawinya.
18 19
13
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan pengajaran, Op. Cit, hal. 35 Mahmud Yunus, Metodek Khusus Pendidikan Agama, 1990, Hidakarya Agung, hlm.
Setelah mengetahui tujuan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus, maka selanjutnya dijelaskan tentang pengertian metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus. Metode menurut Mahmud Yunus adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru untuk memberikan berbagai pelajaran kepada murid-murid dalam berbagai jenis mata pelajaran. Jalan itu adalah Khittah (garis) yang direncanakan sebelum masuk ke dalam kelas dan dilaksanakan dalam kelas sewaktu mengajar.20 Pada penjelasan mengenai pengertian metode yang dijelaskan Mahmud Yunus di atas, ada poin penting yang dapat kita analisis lebih dalam yaitu mengenai Khittah (garis). Secara bahasa Khittah berasal dari akar kata yang sama yaitu yang berarti garis, langkah-langkah dan kesalahan. Di dalam al-Qur’an Allah memakai kata Khittah ini dengan yang berarti langkah-langkah seperti firman Allah
jamak surat
Al-Baqarah ayat 167 : 2
Artinya :
34 ,-. /01 ( )*+ &
'
"#$
%
Dan janganlah ikuti langkah-langkah Syetan. Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata.21
Dengan menggunakan arti Khittah dengan langkah-langkah, maka dapat disimpulkan kembali bahwa metode menurut Mahmud Yunus adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk kelas dimana langkah itu direncanakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan 20 21
Ibid, hlm. 85 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm. 25
yang terjadi di dalam kelas pada waktu pelajaran. Dengan pemahaman yang demikian, ada dua hal penting yang terkait metode sebagaimana yang disebutkan oleh Mahmud Yunus yaitu: a. Perencanaan sebelum masuk kelas, rencana ini mencakup keseluruhan aspek yang direncanakan oleh guru, seperti lama pelajaran apa yang dipelajari, waktu pelajaran, pendekatan-pendekatan dan azas-azasnya dan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan mulai dari awal sampai habis pelajaran. b. Saat pembelajaran dilaksanakan. Dalam hal ini ada tiga waktu yang menjadi perhatian penting bagi guru. 1) Pra pembelajaran, yaitu beberapa hal yang harus diperhatikan seorang guru
saat
masuk
kelas
sebelum
pelajaran
dimulai,
misalnya
memperhatikan kondisi psikologi murid, membangkitkan gharizah (semangat murid), meneguhkan hati murid, memberikan motivasi dalam diri murid. Pada saat inilah yang paling penting bagi guru dalam memberikan motivasi sehingga mampu meningkatkan minat belajar bagi murid. 2) Saat pembelajaran, jika pada pra pembelajaran telah berjalan dengan lancar dan mendapat tanggapan yang positif, maka inti pelajaran yang akan disampaikan akan mudah, pada saat inilah seorang guru menggunakan metode atau strategi yang tepat guna dalam memberikan pelajaran.
3) Pasca pembelajaran, yaitu beberapa hal yang dilakukan oleh seorang guru setelah dilakukannya pembalajaran sebelum guru meninggalkan kelas Seperti menyimpulkan, memberikan pertanyaan, menyuruh murid mempelajari pelajaran yang akan datang dan lainnya. Dari uraian diatas tentang metode pendidikan Islam, bahwa metode menurut Mahmud Yunus adalah kegiatan yang telah digariskan atau direncanakan
oleh guru sebelum masuk kelas dan rencana tersebut
dilaksanakan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
2. Asas-asas dalam Pemilihan Metode Pendidikan Islam Dalam metode pendidikan Islam, ada asas-asas yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Asas adalah dasar yang dilalui seorang guru dalam pemilihan metode pendidikan Islam. Dimana dasar tersebut tidak bisa ditinggalkan oleh seorang guru dan dasar tersebut harus selalu diperhatikan. Seorang guru harus mematuhi asas-asas yang telah digariskan agar dalam pembelajaran metode yang digunakan sesuai dengan norma yang ada. Asas-asas tersebut antara lain: a. Asas Agama Agama adalah asas yang harus menjadi perhatian utama dari seorang guru dalam merencanakan metode pembelajaran, maksud dari asas agama ini adalah prinsip-prinsip dan fakta-fakta umum yang pada
dasarnya diambil dari teks agama Islam dan syari’at yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.22 Metode tidak boleh bertentangan dengan asas agama. Apalagi dalam metode pendidikan Islam. Sebab bagaimana mungkin akan tercapainya tujuan pendidikan Islam kalau metode yang digunakan bertentangan dengan ajaran agama Islam. Misalnya dalam pelajaran akidah akhlak tentang Allah SWT, namun menggunakan media audiovisual yang menggambarkan Allah SWT. Maka hal ini jelas bertentangan dengan asas agama. b. Asas Biologis dan Psikologis Seorang
guru
harus
memperhatikan
kejiwaan
murid
yang
diajarkannya, mengajar sesuai dengan umur atau usia murid yang diajarkan dan mengajar sesuai dengan tingkat akal murid yang diajar. Misalnya dalam pelajaran akidah tentang ketuhanan yang berkaitan dengan ilmu filsafat. Maka sesuaikan cara mengajarkan harus sesuai dengan akal fikiran anak-anaknya.23 Asas biologis-fsikologis ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :
ر
22
و
ز
لا س
ان
ءا
ا
! "#
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam terj. Hasan Langgulung, 1979, Bulan Bintang, hlm. 586 23 Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 9-10
Artinya : Kami nabi-nabi diperintahkan menempatkan manusia menurut kedudukannya dan berbicara kepada mereka sesuai dengan akalnya.24 Mahmud Yunus sangat memperhatikan sekali aspek biologisfsikologis tersebut. Sebab bagaimanapu bagusnya suatu metode, tetapi kalu tidak disesuaikan dengan kondisi bio-fsikologis anak maka metode yang digunakan hanya akan berjalan sia-sia. c. Asas sosial Selain dari asas agama, biologis dan fsikologis, asas sosial sangat berpengaruh terhadap metode pendidikan Islam. Sebab selain faktor agama dan bio-fsikologis keadaan suatu masyarakat tempat tinggal sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian peserta didikk. Namun bagaimanapun asas sosial tetap harus diukur dari asas agama Islam. Seorang guru harus menjaga perubahan kearah perubahan yang baik dalam masyarakat.25 Maka untuk menjaga perubahan kearah perubahan yang baik, maka Mahmud Yunus sangat menyarankan agar seorang guru hidup bersamasama dengan muridnya. Dengan demikian guru dapat memimpin muridmurid ke tingkat kemajuan, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi amal perbuatan. Apalagi guru dapat menjadi contoh teladan bagi murid-muridnya.26
24
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Op. Cit. hlm. 600. Ibid. hlm. 591. 26 Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 83-84 25
Demikianlah beberapa asas dalam pemilihan metode pendidikan Islam, asas-asas tersebut sangat berpengaruh bagi guru-guru dalam pemilihan metode. Apalagi di tengah-tengah perkembangan dunia pendidikan sekarang ini. Berbagai macam metode yang dulu tidak dikenal,
sekarang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, metode dalam pendidikanpun berkembang. Namun demikian bagaimanapun berkembangnya metode dalam pendidikan, pendidikan Islam harus memfilter berbagai macam perkembangan yang terjadi. Maka disinilah letak fungsi dari asas-asas tersebut.
3. Kaidah Umum dalam Mengajarkan Pendidikan Islam Kaidah ini adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari pemilihan metode yang tepat guna dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara harfiah kaidah berasal dari bahasa arab yang berarti aturan. Maka maksud dari kaidah ini adalah aturan-aturan yang harus dilalui oleh seorang pendidik agar tujuan pendidikan Islam itu sendiri tercapai. Diantara kaidah mengajar yang umum menurut Mahmud Yunus adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan hubungan yang erat antara agama dan kebahagiaan duniawi dan kemajuan kehidupan masyarakat umumnya. Agar murid tidak
menyangka bahwa agama Islam tidak semata-mata untuk akhirat saja namun juga untuk mencapai kebahagiaan duniawi.27 Termasuk juga menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Hal ini sangat penting sekali sehingga tidak menimbulkan suatu kebosanan dalam diri murid. Dengan menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran lain, maka akan membuka wawasan pengetahuan murid, termasuk dalam hal ini menghubungkan pelajaran dengan realita yang ada dalam kehidupan sehingga menimbulkan pertanyaan yang akan membuat murid dan guru mencari jawaban atas pertanyaan yang ada. Menghubungkan pelajaran seperti menghubungkan pelajaran agama dengan pelajaran sains, pengetahuan umum sehingga anak didik memahami bahwa al-Qur’an tidak melulu berbicara masalah akhirat saja tapi juga ilmu pengetahuan dan sains teknologi.28 Menghubungkan pelajaran agama dengan kemajuan duniawi maupun menghubungkan pelajaran agama dengan pelajaran umum menjadi isu yang sangat menarik di dunia Islam saat ini. Para pakar
27 28
Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 20. Beberapa tahun terakhir ada istilah yang populer di kalangan pendidik muslim di
Indonesia yaitu Islamisasi pengetahuan. Maksudnya adalah mengaitkan pengetahuan umum yang ada baik sains dan pengethuan lainnya dengan al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam. Kemudian memberi tafsiran pada ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Pada hakikatnya menurut penulis Mahmud Yunuslah yang mengenalkan istilah ini pada awalnya sebagai penjelasan terhadap Dualisme pendidikan yang terjadi pada waktu itu. Mahmud Yunus memulainya dengan memasukkan pelajaran agama dalam sekolah umum dan itulah yang diikuti oleh pendidikan dewasa ini. Lihat Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Pustaka LP3ES, Jakarta, 1996, hlm. 327-330.
pendidikan Islam menjelaskan bahwa pendidikan agama harus dihubungkan dengan pelajaran umum seperti ilmu bumi, biologi dan lainnya. Sebab al-Qur’an sendiri sebagai sumber induk ajaran Islam berbicara bukan hanya tentang urusan ukhrawi saja bahkan dibanyak tempat berbicara tentang duniawi. Misalnya firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 77 9 ִ☺ < 56+7&8 AB+CD Eִ @ 9 6$@* =5 1 ִ/+/HDI+$ ?9 NJK" L 9 ִ☺ M DJK" L ִH NJ⌧P 56&/ => % WX + Y V9 TU % R&@ES Q [[4 +-Z *DJ P)☺ ?9 =☯G
=>
+
Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.29 b. Guru harus menjadi imam dan ikutan serta menjadi contoh teladan yang baik bagi muridnya. 30 Guru adalah contoh yang paling utama bagi murid. Setiap perilaku guru menjadi contoh langsung bagi murid. Maka dari itu seorang guru haruslah memliki akhlak yang mulia. Sebab bagaimana mungkin guru 29 30
Al-Qur’an Terjemah, Op. Cit, hlm. 281 Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 21
mendidik akhlak sedangkan akhlak guru sendiri tidak baik. Maka benarlah kata pepatah ”guru kencing berdiri murid kencing berlari” artinya kalau seorang guru memiliki akhlak yang buruk, maka murid yang diajarkannya akan lebih buruk lagi. Allah SWT telah menjelaskan dalam al-Qur’an tentang akhlak yang baik dengan menjadikan rasulullah sebagai teladan yang harus ditiru oleh guru-guru lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21: a9 _( )` @ Q - & ' +U֠⌧^ K* %V +U֠⌧^ ִ☺ g de fNJִ" ,B `cL +j& V9 h&C+i V9 +C⌧^ k +CD Eִ n24 flC m⌧^ Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.31
Keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah SAW yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
31
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm.420
Begitu pentingnya keteladanan dalam kaidah mengajar menurut mahmud yunus. Keberhasilan yang dicapai oleh Rasulullah SAW dalam mendidik sahabatnya adalah karena beliau sendiri memilki akhlak yang baik
yang
bukan
hanya
mampu
mengatakan
tetapi
langsung
melaksanakannya di tengah-tengah sahabat. c. Menanamkan kebiasaan yang baik dalam diri anak didik.32Kebiasaan baik harus ditanamkan sejak dini dalam diri murid. Dengan pembiasaan sejak dini, maka diharapkan anak didik dapat melaksanakan pada saat dewasa nanti. Prinsip pembiasaan yang di jelaskan Mahmud Yunus ini sesuai dengan petuah orang minangkabau (tanah kelahiran Mahmud Yunus) ”alah bisa karena biasa” dan ”paseh jalan karena ditempuh, lancar kaji karena diulang”. Petuah inilah yang menjadi pegangan hidup orang minangkabau dan dibawa oleh Mahmud Yunus dalam upaya mengembangkan pendidikan Islam. d. Menanamkan dalam diri murid untuk mempraktekkan pelajaran dalam kehidupan apalagi dalam pelajaran ibadah yang mementingkan aspek amalan.33 Bagaiamanapun baiknya suatu teori dijelaskan dengan lisan yang fasih dan murid memahaminya dengan baik, tapi tanpa praktek atau langsung mencontohkannya suatu teori hanya akan sia-sia saja. Sebab disaat pelaksanaannya murid akan mengalami kesulitan. Padahal
32 33
Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 83. Ibid. hlm. 20.
Rasulullah
sendiri
memberikan
contoh
dan
langsung
mempraktekkannya. e. Memberikan dengan lekas pendidikan agama pada anak-anak mulai dari kecilnya sampai dewasa. Dengan demikian anak-anak akan mencintai agamnya dan mengikuti ajarannya dari kecil sampai tua. f. Membataskan tujuan palajaran.34 Tujuan dari suatu pelajaran harus diberi batasan, agar mempermudah bagi guru untuk mencapai tujuan dari pelajaran tersebut. Sehingga pelajaran tersebut tidak lari dari tujuan yang harus dicapai. g. Memberikan berbagai cara metode yang bervariasi dalam mengajar semua tingkat fase pendidikan seperti mengajar dengan metode diskusi, ceramah, Tanya jawab dan lain-lain.35 Dari uraian yang telah dijelaskan bahwa Mahmud Yunus dalam mengajarakan disemua fase pendidikan menggunakan berbagai metode. Tentu metode yang digunakan sesuai dengan yang diajarkan. Namun ada satu hal yang mesti diingat bahwa dalam mengajar apapun harus digunakan metode yang bervariasi. Misalnya suatu saat menggunakan metode diskusi, dikesempatan lain menggunakan metode praktek. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sendiri menggunakan berbagai variasi metode dalam mengajar. Abdullah bin Mas’ud salah seorang sahabat nabi yang mulia menuturkan bahwa suatu ketika Rasul SAW ditunggu-tunggu oleh sahabatnya untuk belajar. 34 35
Ibid. hlm. 77. Ibid, hlm. 85.
Namun Rasulullah tidak mau keluar dari kamarnya. Akhirnya Rasul pun keluar dan berkata “ Saya tidak mau keluar tidak lain adalah karena khawatir nanti kalian akan jenuh”. Sebab Rasul SAW memberikan pelajaran kepada kami para sahabat pada hari-hari tertentu dan dengan berbagai variasi. h. Menimbulkan minat murid-murid. Kaedah ini sangat penting untuk menarik perhatian anak murid. Sehingga mereka menerima pelajaran dengan penuh perhatian.36 Demikianlah beberapa kaidah mengajar umum yang disebutkan oleh Mahmud Yunus yang harus menjadi tolok ukur bagi guru dalam pelaksanaan metode pendidikan Islam. Kaidah ini harus diperhatikan dalam pemilihan metode yang digunakan. 4. Beberapa Metode dalam Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus Pada kenyataannya, ada banyak sekali metode yang bisa dilakukan dalam setiap pembelajaran. Mulai dari metode yang lama yang dahulu sering dipakai pada lembaga pendidikan Islam seperti surau yaitu metode halaqah dan sorogan sampai metode sekarang yang telah maju yang dulu belum dikenal seperti metode eksperimen. Menurut Mahmud Yunus metode mengajar itu amat penting sekali bagi guru-guru. Berhasil dan gagalnya guru dalam mengajar tergantung dari
36
Ibid. hlm. 79.
metode yang dipakainya. Apabila metode sesuai dengan kaidah mengajar maka hasil yang diperoleh akan baik begitu sebaliknya.37 Maka dalam pemilihan metode, metode terlebih dahulu harus diukur melalui asas-asas yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu diukur dengan asas agama, bio-fsikologis dan asas sosial kemudian metode disesuaikan dengan kaidah mengajar yang ada. Jika hal itu telah dilalui maka akan dapatlah metode yang sesuai. Selanjutnya Mahmud Yunus sangat menganjurkan agar pendidikan Islam diberikan dengan cara yang baru atau dengan sistem yang baru yang menarik perhatian hati murid.38 Ada bermacam metode dalam pendidikan, namun Mahmud Yunus dalam pemilihan metode melihat dulu kaidah dalam mengajar. Beliau menyesuaikan metode yang digunakan dengan kaidah mengajar. Sebab keberhasilan dalam memilh metode sebagaimana beliau sebutkan sebelumnya tergantung dari kaidah mengajar. Pada pelajaran keimanan pada semua fase Mahmud Yunus sangat menekankan penanaman keimanan dihati murid. Tujuan dari pengajaran akidah adalah bagaimana menanamkan keimanan itu sendiri dalam hati sanubari murid. Itulah yang menjadi tujuan pokok. Pelajaran akidah ini bukan hanya sekadar tahu tentang rukun iman tapi penanaman akidahlah yang terpenting. Dengan menanamkan akidah sejak usia dini maka keyakianan akan semakin kuat dalam hati dan tidak akan mudah diragu37 38
Loc. Cit. Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 20
ragukan oleh orang lain. Selain itu aspek bio-fsikologis dari anak didikpun harus diperhatikan oleh seorang guru. Jangan sampai anak-anak yang belum matang akalnya diajak berfikir filosofis tentang ketuhanan. Maka metode yang sesuai dengan penanaman keimanan dalam hati murid adalah dengan metode syair nyanyian. Melalui metode ini, nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT bisa ditanamkan oleh seorang guru. Melalui nyanyian seorang anak diajak untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT sekaligus memberikan nyanyian yang menunjukkan kebesaran Allah SWT.39 Pada pelajaran akhlak metode keteladanan harus diperhatikan. Teladan yang baik adalah yang menjadi tujuan pokok dari pengajaran akhlak. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda yang artinya bahwa sesungguhnya beliau diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak. Teladan yang baik harus dicontohkan oleh seorang guru, tidak hanya cukup dengan mengajarkan secara teoritis saja. Guru akan menjadi cotoh yang selalu diperhatiakn oleh murid, apa yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi argumen bagi murid. Keberhasilan Rasulullah dalam menegakkan Islam adalah karena kepribadian Rasulullah yang sangat mulia. Bahkan Allah SWT sendiri telah memuji Rasulnya dalam surat Al-Qalam ayat 4: 4 qrH s+ op
X
QA ִ
ִ/#$
%
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.40
39 40
Abuddin Nata, Op. Cit, hlm. 68. Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit, hlm. 680.
Mengapa dengan memberikan teladan yang baik pendidikan itu berhasil? Secara teori begini, misalkan ada dua kelompok kaum yang samasama mendurhakai Allah SWT. Untuk kaum yang pertama diberikan alQur’an untuk dipelajari sebagai pedoman supaya perilaku umat yang pertama ini berubah. Sedangkan untuk kaum yang kedua diutus seorang ulama yang memiliki akhlak yang mulia dalam mengajarkan umat yang kedua ini. Maka tentulah yang berhasil adalah yang kedua karena umat yang durhaka tadi melihat secara langsung bagaimana harus berakhlak yang baik. Begitulah keberadaan Rasulullah di tengah keadaan moral umat yang runtuh. Kesimpulannya adalah bahwa manusia cenderung mencontoh seseorang dari pada menerapkan ajaran-ajaran yang termaktub dalam buku. Bahkan ketika al-Qur’an dibaca, sering ditemukan bahwa al-Qur’an sering menuturkan sikap kaum-kaum terdahulu yang tidak mau mengikuti ajaran nabi hanya karena mereka mengikuti ajaran-ajaran nenek moyang mereka terdahulu. Maka begitula, sifat keteladanan, uswah hasanah harus ditanamkan terlebih dahulu dalam diri guru tersebut. ibaratnya akhlak adalah roh dari diri seseorang. Jika akhlak tidak ada maka roh telah lenyap. Pada pelajaran ibadah Mahmud Yunus berupaya bagaimana murid mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan Nabi dan menjadi kebiasaan bagi murid sampai dewasa kelak. Inti dari pelajaran ibadah yang diajarkan adalah bagaimana murid mampu melaksanakan ibadah tersebut dan membiasakannya seumur hidup. Maka untuk merealisasikannya,
Mahmud Yunus sangat menganjurkan agar guru hidup bersama-sama dengan murid agar ibadah menjadi kebiasaan yang berkelanjutann dalam kehidupan murid. Maka dalam pelajaran ini metode prakteklah yang sebaiknya dipakai. Pada pelajaran bahasa arab, Mahmud Yunus merupakan orang pertama yang mengembangkan bahasa arab dengan metode langsung (direct method) atau thariqah al-mubasyarah yaitu metode yang menggabungkan berbagai aspek kebahasaan seperti nahwu, sharaf, balaghah, imla’, muhadatsah, mahfudzah menjadi satu kesatuan dengan titik tekan utama pada kemampuan mengucapkan secara cepat, tepat dan akurat.41 Dengan demikian Metode Langsung yang dimaksud Mahmud Yunus adalah bagaimana murid yang diajarkan mampu bukan hanya mampu mengucapkan
bahasa
arab
dengan
lisan
namun
juga
mampu
menuliskannya. Hal ini dapat dilihat dari Mahmud Yunus menggabungkan semua aspek kebahasaan yang ada dalam bahasa arab. Aspek-aspek kebahasaan tersebut memiliki fungsinya masing-masing seperti ilmu imla’ bagaimana murid mampu menuliskan bahasa arab dengan tepat rangkaian hurufnya. Sharaf yaitu bagaimana murid mampu mentashrifkan atau melakukan perubahan terhadap kata dasar sesuai dengan maknanya dan muhadatsah bagaimana murid mampu mengucapakan bahasa arab dengan baik dan benar. Maka untuk memperlancar kesemua aspek kebahasaan
41
Abuddin Nata, Op. Cit, hlm. 56-57.
tersebut melalui praktek secara langsung yaitu salah satunya dengan menjadikan bahasa pengantar pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Alasan filosofis Mahmud Yunus tentang metode langsung ini adalah ”jika di sekolah-sekolah belanda digunakan bahasa belanda sebagai bahasa pengantar maka tidaklah salah jika di madrasah bahasa arab dipakai sebagai bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu agama dan ilmu lainnya.42 Demikianlah beberapa metode pada beberapa pelajaran agama Islam. Dari beberapa metode yang disebutkan, terlihat bahwa Mahmud Yunus sangat memperhatikan metode yang digunakan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu pelajaran tersebut. Selain dari beberapa metode yang disesuaikan dengan pelajaran tersebut, dalam berbagai pelajaran Mahmud Yunus sangat menekankan pelaksanaan metode yang bervariasi. Misalnya metode tanya jawab diselingi dengan metode diskusi dan ceramah.43 Demikianlah
beberapa
metode
yang
monopragmatis
dan
polipragmatis yaitu metode yang memiliki satu tujuan dan metode yang memiliki banyak kegunaan. Begitulah beberapa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus. Masih banyak berbagai metode yang ada dalam pendidikan. Seiring perkembangan zaman, maka pemikiran tentang pendidikan semakin berkembang, maka lahirlah bermacam-macam metode. Maka yang terpenting dari metode-metode yang ada menurut Mahmud Yunus bahwa asas-asas dan kaidah mengajarlah
42 43
Ramayulis dkk, Op. Cit, hlm. 344-345. Abuddin Nata, Op. Cit, hlm. 68.
yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam pemilihan berbagai metode tersebut. B. Analisis Pemikiran Mahmud Yunus Tentang Metode Pendidikan Islam Pemikiran Mahmud Yunus sebagaimana diungkap dimuka, sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat Minangkabau pada waktu itu. Di tengah-tengah kondisi dijajah oleh bangsa Belanda, lembaga pendidikan Islam berbentuk
surau
sungguh
sangat
memprihatinkan.
Belanda
telah
mengembangkan sekolah-sekolah mereka sehingga sebagian rakyat pribumi tertarik dengan sekolah belanda sedangkan sebagian yang lain menganggap sistem dalam sekolah belanda adalah sistem kafir. Sehingga surau sudah tidak diperhatikan lagi ditambah surau tidak mampu menjawab dinamika persoalan sosial masyarakat yang telah berkembang. Maka Mahmud Yunus bersama tokoh pendidikan Islam lainnya mencoba mentransformasi surau menjadi madrasah yang lebih maju dan memformulasikan sistem yang ada pada sekolah belanda dengan surau sehingga lahirlah madrasah. Sehinggga tidak ada lagi istilah Dikotomi pendidikan yaitu pemisahan antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Selanjutnya pemikiran Mahmud Yunus juga dipengaruhi oleh pemikiran guru-gurunya seperti Muhammad Thaib Umar, Abdul Karim Amrullah, Ibrahim Musa dan lainnya. Dimana guru-guru Mahmud Yunus adalah tokoh-tokoh muda atau yang dikenal dengan istilah ”Kaum Mudo” di Minangkabau yang ingin melakukan pembaharuan-pembaharuan tentang ajaran Islam yang telah banyak menyeleweng dari ajaran al-Qur’an dan Hadits
khususnya di Minangkabau. Semangat pembaharuan itulah yang memotivasi Mahmud Yunus dalam melakukan pembaharuan pada lembaga pendidikan Islam. Bentuk keberhasilan pembaharuan yang dilaksanakan Mahmud Yunus adalah mentrasformasi surau menjadi madrsah dan memasukkan pelajaran agama pada sekolah umum. Kemudian yang melatar belakangi pemikiran Mahmud Yunus adalah pendidikan yang telah dilaluinya. Beliau sekolah bukan hanya di Indonesia saja, bahkan beliau pernah melanglang buana melanjutkan pendidikan di luar negeri. Bahkan beliau tercatat sebagai mahasiswa Indonesia pertama yang kuliah di Darul ulum, Mesir. Beliau juga sering melakukan studi tentang pendidikan dan pertemuan-pertemuan dengan tokoh pendidikan luar negeri dalam upaya mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Itulah beberapa hal yang melatarbelakangi pemikiran Mahmud Yunus dalam upaya melakukan pembaharuan pendidikan Islam baik pembaharuan dalam segi kelembagaan, kurikulum maupun metode. 1. Metode Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus Sebagaimana disebutkan bahwa pengertian metode menurut Mahmud Yunus adalah adalah kegiatan yang telah digariskan atau direncanakan
oleh guru sebelum masuk kelas dan rencana tersebut
dilaksanakan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dari pemahaman tentang pengertian metode yang demikian, tampaknya metode yang dimaksudkan oleh Mahmud Yunus tersebut adalah metode dalam pendidikan formal atau pendidikan yang telah berkelas-kelas atau berjenjang. Pendidikan formal tersebut telah teratur dan sesuai dengan pelajarannya. Mengapa pemikiran Mahmud Yunus demikian? Jawabannya adalah bahwa pemikiran Mahmud Yunus tersebut disebabkan karena keinginan memajukan madrasah Islam yang telah kalah bersaing dengan sekolah-sekolah Belanda atau sekolah sekuer yang meniadakan pelajaran agama di dalamnya. Mengenai asas-asas dalam memilih metode dan kaidah umum mengajar, haruslah dijadikan acuan oleh seorang guru. Dengan menjadikan asas-asas dan kaidah umum sebagai acuan atau landasan, maka akan dapatlah langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang guru dalam memilih metode pendidikan Islam. Langkah pertama yaitu lihat dulu asas-asas pemilihan metode yang digunakan. Bagaimana kaitan antara metode yang akan digunakan dengan asas-asas pemilihan metode. Jika sesuai dengan asas-asas yang ada, maka pakailah metode tersebut namun jika tidak sesuai dengan asas-asas yang ada maka tinggalkan metode tersebut. misalnya asas bio-fsikologis. Maka seorang guru harus menyesuaikan metode dengan tingkat umur dan kecerdasan siswanya. Misalnya pada pelajaran akidah yang mementingkan penanaman akidah pada anak-anak maka metode yang sebaiknya dipakai bukan metode diskusi apalagi yang berkaitan dengan filsafat dalam akidah maka hanya akan membuat anak semakin bingung.
Maka metode yang sesuai adalah metode nyanyian dengan menyanyikan kebesaran Allah SWT karena yang terpenting pada pelajaran akidah pada tingkat anak-anak adalah penanaman akidah. Begitulah pentingnya asasasas dalam pemilihan metode sebagai langkah pertama yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Setelah memperhatikan asas-asas yang ada, maka langkah selanjutnya dalam pemilihan metode adalah dengan memperhatikan kaidah umum dalam mengajar. Melalui kaedah-kaedah ini, maka diharapkan suatu pelajaran akan mudah dicapai tujuannya sekaligus kaedah yang ada dihubungkan dengan metode yang digunakan dalam mengajar. Dengan memperhatikan asas-asas dan kaedah yang ada maka dapatlah langkah-langkah dalam pemilihan metode tersebut dan inilah yang dimaksud dengan Khittah atau garis yang direncanakan oleh seorang guru sebelum masuk kelas sebagaimana penjelasan tentang hakikat metode pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus yang telah disebutkan sebelumnya dan pelaksanaanya dalam kelas dilakukan dalam bentuk metode
yang
sesuai
dengan
tujuan
pelajaran
tersebut
termasuk
menggunakan metode yang umum dipakai yaitu metode diskusi, tanya jawab dan lain-lain. Dari beberapa metode yang telah dijelaskan oleh Mahmud Yunus, terlihat bahwa metode yang digunakan harus sesuai dengan asas-asas dan kaedah yang ada dan itulah yang terpenting dari metode tersebut. Selain itu metode yang digunakan harus bermacam-macam agar tidak terjadi
kebosanan pada diri murid. Dan yang terpenting dalam pelkasanaan metode tersebut adalah metode yang digunakan harus dengan cara-cara yang baru yang membuat menarik hati murid. Dalam kaidah mengajar Mahmud Yunus mengupayakan pendidikan Islam adalah pendidikan yang terintegrasi (saling berkaitan) antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Beliau menganjurkan pendidikan keimanan di itegrasikan dengan ilmu bumi, tumbuh-tumbuhan, ilmu biologi, fisika dan lainnya. Sebab dengan mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu umum, akan menimbulkan dalam hati murid bahwa agama tidak melulu berbicara masalah akhirat saja tapi juga masalah keduniaan. Selain itu beliau sangat menganjurkan aspek pengamalan dari ilmu pengetahuan. Sebab sebagaimana menurut beliau apa gunanya ilmu pengetahuan tanpa disertai dengan amal perbuatan.44 Oleh sebab itu aspek pengamalan adalah yang utama dari pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tentang akhlak diamalkan dengan membentuk akhlak yang baik. Pengetahuan tentang ilmu duniawi, dilaksanakan dalam bentuk aktifitas duniawi. Dengan pemahaman yang demikian, terlihat bahwa pemikiran Mahmud Yunus mencakup ketiga aspek tujuan dari pendidikan yaitu aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotori. Pada aspek kognitif murid diperkaya dengan pengetahuan ilmu agama dan ilmu duniawi, dengan ilmunya tersebut murid mampu mempraktikkannya maka tercapailah aspek afektif
44
Ibid, hlm. 35.
dan pada aspek psikomotorik dari ilmu tersebut murid mampu hidup di atas kaki sendiri. Jadi yang dimaksud dengan khittah yang direncanakan sebelum masuk kelas dan dilaksanakan didalam kelas saat pembelajaran adalah asasasas dan kaidah mengajar yang telah direncanakan oleh guru dan dilaksanakan melalui metode yang ada yang sesuai dengan tujuan pelajaran itu sendiri. 2. Relevansi Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam dengan Pendidikan Sekarang Dari analisis sebelumnya, tampaknya pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam masih relevan dengan pendidikan sekarang ini. Maka untuk melihat sisi relevansi pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam dengan pendidikan sekarang, alangkah baiknya penulis mengulang kembali apa sebenarnya metode menurut Mahmud Yunus. Menurut Mahmud Yunus metode adalah ialah jalan yang akan ditempuh oleh guru dalam memberikan berbagai pelajaran kepada anak murid. Jalan itu adalah Khittah (garis) yang direncanakan sebelum masuk kelas dan dilaksanakan dalam kelas saat mengajar. Dari pengertian di atas dipahami bahwa metode adalah Khittah yang telah direncanakan. Adapaun salah satu Khittah yang telah dijelaskan sebelumnya adalah kaedah mengajar. Di dalam kaedah mengajar tersebut, Mahmud Yunus menginginkan adanya penjelasan hubungan antara agama
dan unsur duniawi, hubungan antara suatu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Dengan menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran lain, maka akan membuka wawasan pengetahuan murid, termasuk dalam hal ini menghubungkan pelajaran dengan realita yang ada dalam kehidupan sehingga menimbulkan pertanyaan yang akan membuat murid dan guru mencari jawaban atas pertanyaan yang ada. Menghubungkan pelajaran seperti
menghubungkan
pelajaran
agama
dengan
pelajaran
sains,
pengetahuan umum sehingga anak didik memahami bahwa al-Qur’an tidak melulu berbicara masalah akhirat saja tapi juga ilmu pengetahuan dan sains teknologi. Selain itu mahmud yunus juga menekankan pengajaran pada aspek pengamalan misalnya dalam pelaksanaan akhlak yang islami. Dengan pemahaman yang demikian maka tampaklah sisi relevansi pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam dengan pendidikan sekarang ini yaitu dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP ada beberapa indikator pencapaian yang ingin dicapai. Setidaknya ada tiga aspek indikator yang ingin dicapai yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Menurut Bloom ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya, menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi,
menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.45 Maka pemikiran Mahmud Yunus tentang metode yang mencakup Khittah-khittah yang diperhatikan sejalan dengan indikator pencapaian dalam kurikulum KTSP sekarang yang dipakai dalam sistem pendidikan nasional. Tujuan pendidikan bukan hanya pemenuhan aspek pengetahuan (kognitif) saja tapi yang penting adalah mempraktekkannya (afektif) kemudian dari pengetahuan yang ada mampu hidup diatas kaki sendiri (psikomotorik). Sedangkan dari pelaksanaan metodenya, pemikiran Mahmud Yunus masih sangat relevan dengan pendidikan Islam sekarang ini, khususnya pendidikan yang berbasis di pesantren. Metode langsung (direct method) dalam bahasa arab adalah metode yang di pakai oleh beberapa pondok pesantren terkemuka di Indonesia sehingga dengan menggunakan metode ini banyak alumni beberapa pondok pesantren yang bisa diterima untuk sekolah di luar negeri. Dengan menggunakan metode ini, pesantren melahirkan murid-murid yang cakap dalam berbahasa arab, tepat dan akurat yaitu dengan menggabungkan semua aspek kebahasaan yang ada dalam bahasa arab. Aspek-aspek kebahasaan tersebut memiliki fungsinya masingmasing seperti ilmu imla’ bagaimana murid mampu menuliskan bahasa arab dengan tepat rangkaian hurufnya. Sharaf yaitu bagaimana murid
45
http:/pakdesofa.blogspot.com/4 agustus 2008.
mampu mentashrifkan atau melakukan perubahan terhadap kata dasar sesuai dengan maknanya dan muhadatsah bagaimana murid mampu mengucapakan bahasa arab dengan baik dan benar. Maka untuk memperlancar kesemua aspek kebahasaan tersebut melalui praktek secara langsung yaitu salah satunya dengan menjadikan bahasa pengantar pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Demikianlah beberapa hal dari pemikiran Mahmud Yunus yang memilki relevansi dengan pendidikan sekarang ini. Dengan menunjukkan relevansi pemikiran beliau maka hal itu mengisyaratkan bahwa Mahmud Yunus benar seorang pemikir, pendidik, perintis dalam pendidikan Islam di Indonesia.
1
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pemikiran Mahmud Yunus lahir berdasarkan kondisi sosial masyarakat yang berada pada arah pembaharuan pemahaman tentang ajaran Islam. Kemudian semangat pembaharuan terhadap ajaran Islam beliau arahkan kepada pembaharuan pendidikan Islam dalam upaya mengembangkan pendidikan Islam yang lebih maju. Dari analisis-analisis yang telah penyusun uraikan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Metode pendidikan Islam dilihat dari pengertiannya menurut Mahmud Yunus adalah kegiatan yang telah digariskan atau direncanakan oleh guru sebelum masuk kelas dan rencana tersebut dilaksanakan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Kegiatan yang digariskan dalam pengertian metode inilah yang harus diperhatikan oleh guru atau yang disebut dengan asas-asas dalam pelaksanaan metode. Asas-asas inilah yang dimaksud dengan yang direncanakan tersebut. Maka dengan demikian pengertian dari metode talah mencakup kepada asasasas dalam pemilihan metode. 2. Pemikiran Mahmud Yunus tentang metode pendidikan Islam memilki relevansi dengan metode yang digunakan oleh lembaga pendidikan pesantren sekarang. Sebagai bukti adalah masih dipakainya direct methode/Thariqah al-
2
Mubasyarah (metode langsung) di pesantren-pesantren modern dalam bahasa arab. Metode langsung tersebut digunakan agar murid mampu berbicara bahasa arab secara tepat dan akurat. Yaitu dengan mempraktekkannya secara langsung di hadapan murid atau dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Metode inilah yang digunakan oleh beberapa pesantren modern di Indonesia dalam mengajarkan bahasa arab. B. Saran Metode merupakan suatu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan dari tujuan pendidikan itu sendiri. Metode pendidikan Islam merupakan suatu yang kompleks, bukan hanya memenuhi tujuan ukhrawi saja namun juga untuk mencapai kebahagiaan duniawi. Maka untuk mencapai tujuan tersebut metode harus sesuai dan seimbang dengan tujuannya. Metode harus mampu dalam upaya mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik. Maka dari itu penyusun memberikan saran: 1. Bagi pendidik, hendaklah cari metode yang baik dan tepat guna sesuai dengan tujuan pelajaran yang ingin dicapai. Tentu dengan memperhatikan asas-asas yang ada. 2. Bagi pengelola instansi, hendaklah menyesuaikan kurikulum yang ada dengan aspek pengembangan diri anak. Tunjukkan metode-metode yang baik dan terbaik.
3
Demikianlah kesimpulan, saran dan penutup dari penulis. Akhirnya pada Yang Maha Kuasa penulis memohon semoga karya ini ada manfaatnya bagi penulis maupun bagi pembaca. Amin...
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Firmansyah. 2002. Tujuan Pendidikan Islam Menurut Prof. Dr. Mahmud Yunus, Pustaka UIN SUSKA Riau Mujib, Abdul dan Jusuf Muzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group Munawwir, Warson Ahmad. 1997. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, Surabaya:Pustaka Progressif Murni. 2003. Pemikiran Muhammad Al-Taumy Al-Syaibany Tentang Metode Pendidikan, Skripsi UIN SUSKA Nata, Abuddin. 2003. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . 2001. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan LembagaLembaga
Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia
Nizar, Samsul. 2005. Sejarah Dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, PT. Ciputat Press Group . 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group Noer, Deliar. 1996. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, , Jakarta : Pustaka LP3ES Poerwakatja, Soegarda. 1982. Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : PT Ciputat Press Rasyidin, Ali, dan Samsul Nizar. 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT Ciputat Press Saleh, Abdullah, 1997, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta : Rineka Cipta Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar,
Bandung:
Tarsito Suhatno, 1995, Tokoh Pemikir Faham Kebangsaan, Haji Agus Salim dan Muhammad Husni Thamrin, Jakarta, Dwi Jaya Karya Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke 19, Jakarta : Bulan Bintang Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press
Uhbiyati, Nur. 2005, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : CV Pustaka Setia
Yunus, Mahmud. 1990. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta : PT Hidakarya Agung . 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta : PT Hidakrya Agung . 1993. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT Hidakarya Agung . 1982. Riwayat Hidup Porf. Dr. H. Mahmud Yunus, Jakarta : PT Hidakarya Agung Yusuf, Tayar Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Asmi Yuni, dilahirkan di Bangkinang pada tanggal 01 Juni 1987, terlahir sebagai anak ke-2 (dua) dari 6 (enam) orang bersaudara dari pasangan suami istri ayahanda Zubir dan ibunda Sariani. Penulis dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Pada tahun 1993, penulis disekolahkan oleh orang tua tercinta di sebuah Taman Kanak-kanak yg bernama al-Khairat. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 031 TAMPAN Pekanbaru. Selasai Tamat dari Sekolah Dasar selama 6 tahun, Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SLTP N 20 Pekanbaru pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2003, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di MAN 1 Pekanbaru. Setelah penulis menamatkan di MAN 1 Pekanbaru, Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tepatnya di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN Pekanbaru) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam konsentrasi Qur’an Hadits (PAI/QH). Akhirnya dengan berkat pertolongan Allah, pada tahun 2011, penulis dapat menyelesaikan tugas perkuliahan di UIN SUSKA dengan baik.