PEMBIASAAN DIRI PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS TARUNA AL-QUR’AN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh : Sri Purwaningsih Ramadhan NIM: 09410027
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012
MOTTO
ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﺏ ﺎﺊ ﺷ ﻴﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﺐ ﺷ ﻦ ﻣ “Barang siapa membiasakan sesuatu semenjak kecil
maka dia akan terbiasa hingga dewasa.”*
*
Pepatah Bijak yang dikutip dari Ahmad Syarifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), hal. 59
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan Kepada Almamater tercinta:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
vi
KATA PENGANTAR
ﺣﻴﻢﲪﻦ ﺍﻟﺮﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮ ﺍﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻﺍﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭﺍﺷﻬﺪ ﺃ ﹼﻥ ﳏﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ،ﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺭ .ﺎ ﺑﻌﺪ ﺃﻣ،ﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﺮﻑ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭﺍﳌﺮﺳﻠﲔ ﳏﻤ Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Pembiasaan Diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Drs. Rofik, M.Ag, selaku Pembimbing skripsi, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Sutrisno, M. Ag, selaku Penasehat Akademik, terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama penulis studi.
vii
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan KalijagaYogyakarta. 6. Ibu Jatu Anggraini, S. Psi, selaku Kepala Sekolah di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah. 7. Ibu Efa Laylatun, S. Psi dan Ibu Eka Pramudian, S. Psi, selaku guru pendamping Afi dan Dika yang telah membantu dan bekerja sama dengan peneliti dalam melaksanakan penelitian. 8. Kedua orang tua tercinta ayahanda Mulyana dan ibunda Asriyati Balango, serta adik-adikku ahmad dan wahyu yang senantiasa memberi dukungan kepada ananda baik berupa materiil maupun doa sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku mas Wawan, Yunita, Nashiroh, dek Aflah dan temanteman jurusan PAI angkatan 2009, khususnya PAI A, teman-teman PPLKKN’12 di Mansa yang penuh semangat 10. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya. Yogyakarta, 12 Juli 2012 Penyusun
Sri Purwaningsih Ramadhan NIM : 09410027 viii
ABSTRAK
SRI PURWANINGSIH RAMADHAN. Pembiasaan Diri Pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2012. Latarbelakang penelitian ini adalah semakin tingginya kasus autisme pada anak terutama tahun 2012 ini dan dengan semakin banyak jumlah mereka membutuhkan penanganan serius terutama. Pendidikan Islam sangat berperan dalam menanamkan pembiasaan diri agar tertanam akhlak mulia dan membiasakan sifat mandiri. Sifat senang dengan dunianya dan acuh terhadap orang lain membutuhkan pendekatan agar ia terbiasa melakukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang normal lainnya agar kelak tidak menjadi beban hidup dan bisa mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembiasaan Diri untuk pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta dan faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberi makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan trianggulasi dengan dua modus, yaitu dengan menggunakan sumber ganda dan metode ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Pelaksanaan Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang sesuai dengan keadaan dan kondisi anak. Pembiasaan di sekolah ini meliputi pembiasaan rutin, pembiasaan ketika belajar dan pembiasaan di luar kelas (jam istirahat). Adapun tujuan yang hendak dicapai dari adanya pembiasaan ini menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan, selain itu juga siswa diharapkan melakukan kewajibannya sebelum menuntut hak. Sesuai dengan visi misi sekolah ini yaitu membentuk Anak Berkebutuhan khusus menjadi generasi mandiri yang berkepribadian Qur’ani. Anak-anak dibiasakan untuk melakukan segala sesuatu dengan teratur sehingga kedepannya mereka mandiri dan dapat menjadi kebiasaan baik (menanamkan akhlak mulia sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadis). 2) Faktor pendukung meliputi : a. Adanya kerja sama yang baik antara guru dan orangtua/pengasuh. b. Sistem One on One (1 guru 1 murid) lebih mengkondisikan anak untuk selalu terawasi oleh guru pendamping, c. Perlu diberi hadiah agar menuruti perintah guru. d. Kecakapan guru untuk menjadi “modeling” bagi siswa. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat: a. Keadaan anak yang terkadang sangat rewel b. Kurangnya dukungan dari keluarga/ orang tua serta merasa dikucilkan karena kondisinya berbeda dengan orang normal lainnya. c. Emosi yang tidak stabil. d. pembiasaan yang tidak kontinyu akan melemah dan proses pembiasaan diri tidak akan berhasil.e. kurangnya referensi pembelajaran anak autis. ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................
i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .......................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ...........................................................
viii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI ..........................................................................
x
HALAMAN TRANSLITERASI.................................................................
xiii
HALAMAN DAFTAR TABEL ..................................................................
xiv
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Rumusan Masalah..................................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................
6
D. Kajian Pustaka .......................................................................
7
E. Landasan Teori ......................................................................
9
F. Metode Penelitian ..................................................................
17
G. Sistematika Pembahasan ........................................................
18
BAB II : GAMBARAN UMUM SEKOLAH KHUSUS TARUNA AL-QUR’AN A. Letak dan Keadaan Geografis ...............................................
26
B. Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ........................
27
x
C. Dasar hukum dan Tujuan Pendidikannya ...............................
33
D. Keadaan Sarana dan Prasarana ...............................................
37
E. Program Kegiatan Belajar ......................................................
38
F. Tata Tertib Sekolah ...............................................................
43
G. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan .....................................
45
H. Yayasan Taruna Al-Qur’an ....................................................
48
I. Biodata Anak Autis................................................................
49
BAB III : PENANAMAN PEMBIASAAN DIRI PADA ANAK AUTIS DI
SEKOLAH
KHUSUS
TARUNA
AL-QUR’AN
YOGYAKARTA A. Pembiasaan Diri Pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an ..............................................................................
51
B. Faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an .................. 102
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ 109 B. Saran-saran ............................................................................ 110 C. Kata Penutup ......................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 112 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Konsonan Tunggal Huruf Arab
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و هـ ء ي
Nama alif ba>‘ ta>‘ sa> ji>m h{a>‘ kha>‘ da>l za>l ra>‘ zai si>n syi>n s{a>d d{a>d t{a>‘ z{a>‘ ‘ain gain fa>‘ qa>f ka>f la>m mi>m nu>n wa>wu h>a> hamzah ya>‘
Huruf Latin tidak dilambangkan b t s\ j h{ kh d z\ r z s sy s} d{ t} z} ‘ g f q k l m n w h ’ y xii
Keterangan tidak dilambangkan Be Te es (dengan titik di atas) Je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha De zet (dengan titik di atas) Er Zet Es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik di atas Apostrof -
Untuk bacaan panjang tolong ditambah :
ﹶﺍ
=
a
ﻱﺍ
=
i
ﺍﹸﻭ
=
u
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Guru Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta ........
45
Tabel 2 : Daftar Siswa Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta .......
47
Tabel 3 : Jadwal KBM Afi Damayanti ........................................................
54
Tabel 4 : Kartu Hafalan Surat Afi Damayanti ..............................................
56
Tabel 5 : Jadwal KBM Dika ........................................................................
57
Tabel 6 : Jadwal Dika di Pondok Taruna Al-Qur’an Yogyakarta .................
63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Panduan Penelitian
Lampiran II
Catatan Lapangan
Lampiran III
Bukti Seminar Proposal
Lampiran IV
Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran V
Surat Ijin Penelitian
Lampiran VI
Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian di Sekolah
Lampiran VII Sertifikat PPL 1 Lampiran VIII Sertifikat PPL-KKN Integratif Lampiran IX
Sertifikat ICT
Lampiran X
Sertifikat TOEFL
Lampiran XI
Sertifikat TOAFL
Lampiran XII
Daftar Riwayat Hidup
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam sangat besar perhatiannya pada pendidikan. Dalam pendidikan Islam semua ilmu bertujuan untuk memuliakan manusia agar memiliki martabat dan kepribadian yang baik. Mengangkat derajat seseorang dari kebodohan lalu menjadi mulia karena ilmunya. Pendidikan seorang anak berawal dari keluarga dimana ia mendapatkan sentuhan pertama yang akan menentukan hidupnya. Al-Ghazali menyatakan bahwa anak adalah amanah di tangan ibubapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila ia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, niscaya ia akan hancur dan binasa.1 Anak tak ubahnya selembar kertas putih. Apa yang pertama kali ditorehkan disana, maka itulah yang membentuk karakter dirinya. Bila yang pertama ditanam adalah warna agama dan keluhuran budi pekerti, maka akan terbentuk antibodi (zat kebal) awal pada anak akan pengaruh negatif, seperti benci kesombongan, rajin ibadah, tidak membangkang pada orang tua, dan sebagainya. Bila pertama tidak ditanamkan warna agama dan keluhuran budi 1
Ahmad Syarifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta, Gema Insani Press, 2008), hal. 59
1
2
maka akan muncul antibodi terhadap pengaruh positif seperti malas beribadah, malas belajar, angkuh, gila pujian dan sebagainya. Masa kanak-kanak merupakan masa pembentukan watak yang utama. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka sukarlah meluruskannya. Pepatah bijak mengatakan:
ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﺏ ﺷﺎ ﺊ ﻴﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﺐ ﺷ ﻦ ﻣ “Barang siapa membiasakan sesuatu semenjak kecil maka dia akan terbiasa hingga dewasa.”2
Atas dasar ini, mendidik anak sejak dini merupakan hal yang sangat perlu dan mendesak dilakukan. Seluruh elemen masyarakat khususnya orang tua hendaknya tidak mengabaikan hal ini. Apalagi “belajar di waktu kecil laksana mengukir diatas batu”. Mengingat pentingnya faktor pendidikan ini Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim:6
∩∉∪ ...... #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”3
Namun, tidak semua keluarga memiliki anak yang normal. Beberapa keluarga Allah uji dengan dianugerahi anak autis, yaitu gangguan perkembangan seorang anak hingga tidak normal yang tidak sama dengan
2 3
Ibid, hal. 59 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al-Huda, 2005), hal. 561
3
perkembangan anak pada umumnya. Problem yang akhir-akhir ini semakin banyak ditemukan adalah bertambahnya jumlah anak yang mengidap berbagai macam gangguan perkembangan. Ini merupakan ujian bagi orang tua apakah dapat mendidik amanah tersebut maka: “Disisi Allah ada pahala yang besar”. Artinya akan memperoleh pahala yang besar. Seperti dalam firman Allah Q.S Al- Anfal ayat 28:
∩⊄∇∪ ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çνy‰ΨÏã ©!$# āχr&uρ ×πuΖ÷GÏù öΝä.߉≈s9÷ρr&uρ öΝà6ä9≡uθøΒr& !$yϑ‾Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.4 Autisme merupakan salah satu gangguan masa kanak-kanak paling berat ditandai dengan defisit pervasif pada kemampuan berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dan dengan rentang minat dan aktifitas terbatas. Anak-anak autis kurang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan terlihat hidup dalam dunianya sendiri. Anak autis sering digambarkan oleh orang tua mereka sebagai “bayi yang baik” di awal masa balita. Dalam hal ini biasa sering tidak banyak menuntut. Namun, setelah mereka berkembang, mereka mulai menolak afeksi fisik seperti pelukan dan ciuman. Perkembangan bahasanya berada dibawah standar.5 Jika tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88
4 5
146
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hal. 181 Jeffery S. Nevid dkk, terj. Psikologi Abnormal, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hal.
4
orang anak saat ini mengalami autisme. Hasil penelitian ini dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Perkiraan ini mengalami peningkatan 23% dibandingkan data tahun 2008, yaitu 1 dari 100 anak yang menderita autisme. 6 Autisme saat ini bukan hanya menjadi masalah anak dan orang tuanya saja, namun juga telah menjadi permasalahan global. Gangguan ini merupakan gangguan yang paling cepat perkembangannya di seluruh dunia. Bahkan, perkembangannya diklaim melebihi perkembangan penyakit AIDS, diabetes dan kanker. Menurut data dari Unesco pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang penyandang autisme di seluruh dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di dunia telah mengidap autisme. Di Amerika Serikat, autisme dimiliki oleh 11 dari 1000 orang. Sedangkan di Indonesia, perbandingannya 8 dari setiap 1000 orang. Angka ini terhitung cukup tinggi mengingat pada tahun 1989, hanya 2 orang yang diketahui mengidap autisme.7 Meningkatnya jumlah anak autis merupakan persoalan yang menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya bagian medis atau psikolog saja. Pendidikan turut memainkan peran untuk mengarahkan mereka menjadi manusia-manusia mandiri dan bermanfaat sesuai kemampuannya agar tidak menjadi beban sebaliknya merupakan anugerah yang diberikan Allah swt.
6
Harnowo, Putro Agus, “Jumlah Anak Autis di 2012 Makin Banyak”. http://health.detik.com/read/2012/04/02/100034/1882522/763/jumlah-anak-autis-di-2012-makinbanyak. Dalam Google.com. 2012 7 Harnowo, Putro Agus, “8 dari 1000 orang di indonesia adalah penyandang autis”, http://health.detik.com/read/2012/04/14/085648/1892331/763/8-dari-1000-orang-di-indonesiaadalah-penyandang-autis, dalam Google. Com. 2012
5
Selain pendidikan yang sifatnya umum, penting juga diajarkan nilainilai Islam. Dengan bekal tersebut manusia dapat mengontrol hawa nafsu serta sadar betul akibat yang ditimbulkan darinya. Menyadari pentingnya keislaman pada anak autis, diperlukan pendidikan yang tepat sehingga menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan. Hal yang penting juga ditanamkan adalah pembiasaan diri untuk melakukan hal-hal yang baik agar ia terbiasa melakukan kebiasaan baik. Anak autis memerlukan pengarahan untuk mengatur kebiasaannya. Bila ia dibiarkan saja melakukan apapun tanpa pengarahan akan berbahaya karena bisa saja menyakiti fisik. kerusakan syaraf otak mereka yang terganggu maka mereka tidak bisa optimal dalam berfikir mana yang bermanfaat dan mana yang mencelakakan. Dengan terapi serta pembiasaan diri yang baik akan mengarahkan tingkah lakunya tersebut. Salah satu sekolah yang menangani masalah anak autis adalah Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. Di sekolah ini pendidikan anak dengan kebutuhan khusus tidak dapat disamakan dengan pendidikan normal, karena kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka juga berbeda-beda. Pelaksanaannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan normal. Kalau pendidikan normal seorang guru dapat menangani beberapa anak sekaligus, maka untuk anak dengan kebutuhan khusus, biasanya seorang terapis hanya mampu menangani seorang anak pada saat yang sama (ONE-ON-ONE).8
8
Handoyo, Autisma; Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis Dan Perilaku Lain, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2003), hal. 33
6
Pendidik harus betul-betul konsentrasi pada anak tersebut karena siswa autis memiliki kecenderungan senang dengan dunianya sendiri sehingga kontrol untuk konsentrasi pada pelajaran berkurang. Salah satu yang menarik dari Sekolah ini adalah Terapi Qur’annya dan Tahfidzul Qur’an yang merupakan kurikulum dari Yayasan pondok pesantren Taruna Al-Qur’an. Dari latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pembiasaan Diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pembiasaan diri pada anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta, maka dapat dirumuskan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:
7
1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui Pembiasaan diri untuk pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan keilmuan jurusan Pendidikan Agama Islam b. Kegunaan Praktis: 1) Menambah pengetahuan untuk memberi bantuan, layanan maupun pendidikan kepada anak-anak yang menderita autis. 2) Sebagai bahan masukan baru bagi Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Yogyakarta.
D. Kajian Pustaka Tinjauan merupakan kajian mengenai penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan pengamatan penulis, ada tiga skripsi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevan dengan judul yang diangkat oleh penulis, diantaranya : 1. Skripsi
Khajah Nurhayati Mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan
Pendidikan
Agama
Islam
“Metode
Pembiasaan
sebagai
UpayaInternalisasi Nilai Ajaran Islam di SMP Muhammadiyah 2
8
Yogyakarta”.9 Skripsi ini menyimpulkan bahwa internalisasi nilai ajaran Islam melalui metode pembiasaan. Titik tekan pada skripsi ini pada upaya internalisasinya dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam. 2. Skripsi Eka Yuliana Mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan Kependidikan Islam. Skripsi ini berjudul “Urgensi Metode Pembiasaan dalam Pembentukan perilaku Keagamaan pada Anak (Perspektif Pendidikan Islam)”.10 Skripsi ini menyimpulkan bahwa metode pembiasaan sebagai salah satu alat pendidikan Islam dalam pembentukan tingkah laku keagamaan pada anak, dalam aplikasi metode pembiasaan ini lebih ditekankan peran orang tua. Selain itu skripsi ini membahas tingkah laku keagamaan secara umum. 3. Skripsi dengan judul “Pembinaan Akhlak Siswa di SLB Autistik Fajar Nugraha Yogyakarta”.11 Skripsi ini menyimpulkan bahwa melalui pembinaan yang dilakukan oleh guru, siswa secara bertahap mampu mengubah perilaku yang kurang baik menjadi baik, disamping itu para siswa juga mampu mengamalkan beberapa praktik keagamaan seperti membaca doa sehari-hari dan mengucapkan salam. Sekalipun demikian masih banyak kendala yang menyebabkan proses pembinaan akhlak menjadi lambat terutama bagi siswa yang tergolong autis berat.
9
Khajah Nurhayati, Metode pembiasaan sebagai Upaya Internalisasi Nilai Ajaran Islam di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta skripsi, Fak Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004 10 Eka Yuliana, Urgensi Metode Pembiasaan dalam Pembentukan perilaku Keagamaan pada Anak (Anak (Perspektif Pendidikan Islam), skripsi, Fak Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004 11 Sukran Mubarak, “Pembinaan Akhlak Siswa di SLB Autistik Fajar Nugraha Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2007.
9
Berdasarkan ketiga skripsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan penelitianpenelitian diatas. Penelitian ini lebih mengarah pada Pembiasaan diri untuk pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pembiasaan diri di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta.
E. Landasan Teori 1. Teori Pembiasaan dalam Pendidikan Islam Para ulama mendefinisikan kebiasaan dengan banyak definisi, diantaranya yaitu: a. Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama tanpa hubungan akal, atau dia adalah sesuatu yang tertanam di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang kali dan diterima tabiat. b. Kebiasaan adalah hal yang terjadi berulang-ulang tanpa hubungan akal. Metode yang efektif digunakan selain metode pembiasaan adalah metode keteladanan, yaitu memberikan teladan kepada anak didik secara langsung. Dengan teladan, anak didik akan melihat langsung tingkah laku dan perbuatan guru. Anak-anak akan sulit melihat sesuatu yang tidak diperlihatkan
secara
langsung,
meskipun
anak
didik
tidak
mengetahuinya.12
12
hal. 17
Wasid Asdi, 30 Kiat Praktis mendidik Anak, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006),
10
Pembentukan pembiasaan tidak hanya terbatas pada aspek materi dari perilaku manusia, melainkan melampaui batas itu, sehingga dapat meliputi aspek mental, intelektual dan sosial sebagaimana diungkapkan oleh Al-Ghazali. Imam Ghazali lebih memandang bahwa kebiasaan itu adalah : a. Kebiasaan gerak, terkait dengan gerak aktifitas tubuh, dan didominasi oleh bentuk kecenderungan. Misal kebiasaan makan, minum, berpakaian dan bermain. b. Kebiasaan akal, berupa kecenderungan jiwa pada perilaku terkoordinasi dan tetap dalam beberapa aspek produksi akal, seperti pemahaman jiwa dan pikiran secara umum. c. Kebiasaan perasaan, berhubungan dengan berbagai intuisi. Yang ditujukan kepada manusia dan diarahkan pada hakikat, kemuliaan, dan keindahan. d. Kebiasaan akhlak, hubungan antara kebiasaan dan akhlak kembali kepada kebiasaan sehari-hari. Ngalim purwanto mengemukakan agar pembiasaan itu dapat dengan cepat tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu antara lain: a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya. b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontinyu, teratur, dan berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah
11
kebiasaan yang utuh, permanen, dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat menentukan pencapaian keberhasilan proses ini. c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.13
2. Anak Autis a. Pengertian autis Pendapat para ahli: Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri, penyandang autisma seakan-akan di dunianya sendiri. Istilah autisma baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. 14 Menurut dr. Faisal Yatim, Autis adalah suatu keadaan dimana seorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun berperilaku.15
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000), cet XII, hal. 177 14 Handojo, Autisme Petunjuk Praktis Dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2003), hal. 12 15 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), hal. 10
12
b. Indikator perilaku autis pada anak-anak yaitu: 1) Bahasa/ komunikasi a) Ekspresi wajah yang datar b) Tidak menggunakan bahasa/isyarat tubuh c) Jarang memulai komunikasi d) Tidak meniru aksi/suara e) Bicara sedikit atau tak ada, atau mungkin cukup verbal f) Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat, atau nyanyian g) Intonasi/ritme vokal yang aneh h) Tampak tidak mengerti arti kata i) Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas/harfiah (literally, letterlyk) 2) Hubungan dengan orang a) Tak responsif b) Tak ada senyum sosial c) Tidak berkomunikasi dengan mata d) Kontak mata terbatas e) Tampak asyik bila dibiarkan sendiri f) Tidak melakukan permainan giliran g) Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat 3) Hubungan dengan lingkungan a) Bermain repetitif (diulang-ulang) b) Marah atau tak menghendaki perubahan-perubahan c) Berkembangnya rutinitas yang kaku (rigid) d) Memperlihatkan ketertarikan yang sangat dan tak fleksibel 4) Respon terhadap rangsangan indera/sensoris a) Kadang seperti tuli b) Panik terhadap suara-suara tertentu c) Sangat sensitif terhadap suara d) Bermain-main dengan cahaya dan pantulan e) Memainkan jari-jari di depan mata f) Menarik diri ketika disentuh g) Sangat tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu, dll. h) Tertarik pada pola/ tekstur/ bau tertentu. i) Sangat inaktif atau hiperaktif j) Mungkin memutar-mutar, berputar-putar, membenturbentur kepala, menggigit pergelangan.
13
k) Melompat-lompat atau mengepak-ngepakkan tangan l) Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri 5) Kesenjangan perkembangan perilaku a) Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat b) Mempelajari keterampilan di luar urutan normal, misalnya: membaca, tapi tak mengerti arti. c) Menggambar secara rinci, tapi tidak mengancing baju d) Pintar mengajarkan puzzle, dll tapi amat sukar mengikuti perintah e) Berjalan usia normal tetapi tidak berkomunikasi f) Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi) g) Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak lain waktu.16 c. Kompetensi yang harus dicapai anak autis adalah sebagai berikut: 1) Dalam hal komunikasi/kecerdasannya, indikatornya adalah sebagai berikut : a) Mengatasi kesulitan berbicara b) Bisa mengingat/memilih kata-kata c) Bisa berkomunikasi dengan orang lain. 2) Interaksi sosial, indikatornya sebagai berikut : a) Bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya b) Bisa menatap orang disekitarnya c) Bisa bermain dengan teman-temannya. 3) Gangguan sensoris, indikatornya sebagai berikut : a) Bisa menangkap suara-suara yang keras b) Bisa merasakan rasa sakit dan takut 4) Pola bermain, indikatornya sebagai berikut : a) Mampu berfikir kreatif/menciptakan hal yang baru b) Mampu bermain dan bisa menyesuaikan dengan temantemannya 5) Perilaku, indikatornya sebagai berikut : a) Bersikap sewajarnya (tenang) b) Bisa menghadapi perubahan 6) Emosi, indikatornya sebagai berikut : a) Mampu mengendalikan emosi b) Tidak tantrum, dan c) Mempunyai rasa empati pada orang lain.17
16
Handoyo, Autisma; Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis Dan Perilaku Lain..., hal. 24-25
14
d. Kompetensi yang harus dicapai anak autis adalah sebagai berikut: 7) Dalam hal komunikasi/kecerdasannya, indikatornya adalah sebagai berikut : d) Mengatasi kesulitan berbicara e) Bisa mengingat/memilih kata-kata f) Bisa berkomunikasi dengan orang lain. 8) Interaksi sosial, indikatornya sebagai berikut : d) Bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya e) Bisa menatap orang disekitarnya f) Bisa bermain dengan teman-temannya. 9) Gangguan sensoris, indikatornya sebagai berikut : c) Bisa menangkap suara-suara yang keras d) Bisa merasakan rasa sakit dan takut 10) Pola bermain, indikatornya sebagai berikut : c) Mampu berfikir kreatif/menciptakan hal yang baru d) Mampu bermain dan bisa menyesuaikan dengan temantemannya 11) Perilaku, indikatornya sebagai berikut : c) Bersikap sewajarnya (tenang) d) Bisa menghadapi perubahan 12) Emosi, indikatornya sebagai berikut : d) Mampu mengendalikan emosi e) Tidak tantrum, dan f) Mempunyai rasa empati pada orang lain.18
e. Pendekatan Terapi Autisme Autisme sejauh ini memang belum bisa disembuhkan (not curable) tetapi masih dapat diterapi (treatable). Menyembuhkan berarti “memulihkan kesehatan, kondisi semula, normalitas”. Dari segi medis, tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan fungsi otak yang menyebabkan autisme. Beberapa gejala autisme berkurang seiring dengan pertambahan usia anak, bahkan ada yang hilang sama sekali. Dengan intervensi yang tepat, perilaku-perilaku yang tak diharapkan dari pengidap autisme dapat dirubah. Namun, sebagian besar individu autistik dalam hidupnya akan tetap menampakkan 17
Prasetyono, Dwi Sunar, Biarkan Anakmu Bermain, (Yogyakarta: Diva Press, 2008),
18
Prasetyono, Dwi Sunar, Biarkan Anakmu Bermain, (Yogyakarta: Diva Press, 2008),
hal. 228 hal. 228
15
gejala-gejala autisme pada tingkat tertentu. Sebenarnya pada penanganan yang tepat, dini, intensif dan optimal, penyandang autisme bisa normal. Mereka masuk ke dalam mainstream yang berarti bisa sekolah di sekolah biasa, dapat berkembang dan mandiri di masyarakat, serta tidak tampak ”gejala sisa”. Kemungkinan normal bagi pengidap autisme tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. 1)
Terapi dengan Pendekatan Psikodinamis
Pendekatan terapi berorientasi psikodinamis terhadap individu autistik berdasarkan asumsi bahwa penyebab autisme adalah adanya penolakan dan sikap orang tua yang “dingin” dalam mengasuh anak. Terapi Bettelheim dilakukan dengan menjauhkan anak dari kediaman dan pengawasan orang tua. Kini terapi dengan pendekatan psikodinamis tidak begitu lazim digunakan karena asumsi dasar dari pendekatan ini telah disangkal oleh bukti-bukti yang menyatakan bahwa autisme bukanlah akibat salah asuhan melainkan disebabkan oleh gangguan fungsi otak.. Pendekatan yang berorientasi Psiko-dinamis didominasi oleh teori-teori awal yang memandang autisme sebagai suatu masalah ketidakteraturan emosional. 2) Terapi Dengan Intervensi Behavioral (teknik modifikasi perilaku) Pendekatan Behavioral telah terbukti dapat memperbaiki perilaku individu autistik. Pendekatan ini merupakan variasi dan pengembangan teori belajar yang semula hanya terbatas pada sistem pengelolaan ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Prinsipnya adalah mengajarkan perilaku yang sesuai dan diharapkan serta mengurangi/mengeliminir perilaku-perilaku yang salah pada individu autistik. Pendekatan ini juga menekankan pada pendidikan khusus yang difokuskan pada pengembangan kemampuan akademik dan keahlian-keahlian yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini ada beberapa sistem behavioral yang diterapkan pada individu dengan kebutuhan khusus seperti autisme, yaitu : a) Operant Conditioning (konsep belajar operan). Pendekatan operan merupakan penerapan prinsip-prinsip teori belajar secara langsung. Prinsip pemberian ganjaran dan hukuman: perilaku
16
yang positif akan mendapatkan konsekuensi positif (reward), sebaliknya perilaku negatif akan mendapat konsekuensi negatif (punishment). Dengan demikian diharapkan inti dan tujuan utama dari pendekatan ini yaitu mengembangkan dan meningkatkan perilaku positif, serta mengurangi perilaku negatif yang tidak produktif19. b) Cognitive Learning (konsep belajar kognitif).Struktur pengajaran pada pendekatan ini sedikit berbeda dengan konsep belajar operan. Fokusnya lebih kepada seberapa baik pemahaman individu autistik terhadap apa yang diharapkan oleh lingkungan. Pendekatan ini menggunakan ganjaran dan hukuman untuk lebih menegaskan apa yang diharapkan lingkungan terhadap anak autistik. Fokusnya adalah pada seberapa baik seorang penderita autistik dapat memahami lingkungan disekitarnya dan apa yang diharapkan oleh lingkungan tersebut terhadap dirinya. Latihan relaksasi merupakan bentuk lain dari pendekatan kognitif. Latihan ini difokuskan pada kesadaran dengan menggunakan tarikan napas panjang, pelemasan otot-otot, dan perumpamaan visual untuk menetralisir kegelisahan. c) Social Learning (konsep belajar sosial). Ketidakmampuan dalam menjalin interaksi sosial merupakan masalah utama dalam autisme, karena itu pendekatan ini menekankan pada pentingnya pelatihan keterampilan sosial (social skills training). Teknik yang sering digunakan dalam mengajarkan perilaku sosial positif antara lain: modelling (pemberian contoh), role playing (permainan peran), dan rehearsal (latihan/pengulangan). Pendekatan belajar sosial mengkaji perilaku dalam hal konteks sosial dan implikasinya dalam fungsi personal. 3) Intervensi Biomedis Intervensi biomedis dapat dilaksanakan setelah diperoles hasil tes laboratorium. Gangguan metabolisme dapat diperbaiki dengan obat, vitamin, suplemen, makanan maupun dengan pengaturan diet. Keracunan logam berat yang tidak diatasi dapat berdampak terhadap sel-sel otak yang mengalami kerusakan permanen20. Tidak ada pendekatan yang dapat digunakan untuk semua anak autis (one size fits all approach). Penting sekali untuk memahami masalah-masalah khusus secara individu yang dihadapi 19
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Grasindo, 2002), hal.
131 20
Delphie, Bandhi, Pendidikan Anak Autistik, (Yogyakarta: PT. Insan Sejati Klaten, 2009), hal. 96
17
siswa karena hanya dengan pemahaman tersebut seseorang dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik serta dapat mengurangi stres pada anak. Cara menemukan pendekatan yang praktis dan efektif agar anak dapat mencapai apa yang telah ditargetkan tergantung dari hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan anak serta kesukaan dan ketidaksukaan anak. Keberhasilan mendidik anak autis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat kelainan gejala (berat ringannya), usia anak pada saat didiagnosis, tingkat kemampuan berbicara, berbahasa dan berkomunikasi, IQ, dan kestabilan emosi anak21.
F. Metode penelitian Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Menurut jenisnya penelitian merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena-fenomena sosial/ suatu peristiwa. Sesuai dengan definisi penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau kesan dari orang dan perilaku yang dapat diamati untuk menunjang peneliti meneliti bidang pendidikan.22 Kemudian penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi suatu objek, dalam
21 Spesial Educational Servis New Zealand, Gangguan spektrum Autis,(Kalimantan Timur: ABILL Publishing, 2007), hal. 6-7 22 Laxy J Moelong, metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 98
18
hal ini adalah pelaksanaan pembiasaan diri pada anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan psikologi behavior. Karena pendekatan ini memfokuskan terhadap pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Termasuk pembiasaan diri yang berpengaruh besar terhadap anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta. 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah sumber, tempat mendapatkan keterangan dalam penelitian. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa subyek penelitian berarti orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian.23 Sedangkan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Kepala sekolah Sebagai pimpinan yang mengorganisasikan semua sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan informasi yang ingin didapatkan adalah mengetahui sejarah berdiri Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an serta informasi-informasi lebih lanjut mengenai Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta.
23
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian, Suatu Pendekatan Proses (jakarta: Bina Aksara, 1989), hal. 102
19
b. Guru pendamping Di sekolah khusus ini menerapkan sistem one on one jadi setiap guru mengampu 1 anak, semua pelajaran dan perkembangan dirinya di tangani oleh 1 guru kecuali kegiatan-kegiatan yang di lakukan bersama teman-teman lain maka guru pendamping ikut berbaur bersama mereka. Informasi yang ingin didapatkan yaitu tentang pembiasaan diri yang ditanamkan pada masing-masing anak autis sesuai kemampuannya yaitu pada Afi (16 tahun) yang diampu oleh Ibu Eva Laylatul, S.Psi, dan Dika (26 Tahun) yang diampu oleh Ibu Eka Pramudian, S.Psi Dari kedua guru pendamping yang ingin penulis dapatkan yaitu informasi mengenai pembiasaan yang dilakukan pada anak autis yang keduanya memiliki problem yang berbeda, kemudian usaha yang dilakukan pendamping untuk membiasakan mereka agar tertanam akhlak mulia. Penulis juga mencari data dari guru pendamping yang lain karena mereka juga ikut mengamati perkembangan anak tersebut dan sekali-kali pernah mengampu anak tersebut ketika guru pendampingnya tidak masuk. c. Siswa Yang menjadi fokus penelitian di sekolah ini adalah Afi (16 Tahun) dan Dika (26 Tahun). Hal yang ingin penulis ketahui adalah bagaimana tanggapan mereka tentang pembiasaan di sekolah khusus ini. Namun, karena ananda Afi memiliki masalah pada komunikasi 2
20
arah
maka
penulis tidak
bisa mengadakan
waancara
hanya
mengadakan observasi dan mewawancarai guru pendampingnya. 4. Deskripsi Operasional Variabel a. Pembiasaan diri pada anak autis yang penulis teliti komponen didalamnya adalah pembiasaan rutin, pembiasaan ketika belajar dan pembiasaan di luar kelas. b. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembiasaan 1) Faktor pendukung dari guru, meliputi : kelas yang kondusif, guru yang komunikatif dan suasana yang mendukung. 2) Faktor penghambat dari anak autis, meliputi : tidak bisa komunikasi dua arah, kurangnya media yang ada, temper tantrum, serta kondisi anak yang sering berubah-ubah.
G. Metode pengumpulan data Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode agar saling mendukung dan melengkapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.24 Observasi ini dilakukan dengan cara observasi non partisipatif (Nonparticipatory Observation) yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan dan hanya
24
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian, Suatu Pendekatan Proses..., hal. 102
21
berperan mengamati kegiatan atau tidak ikut dalam kegiatan.25 Dengan demikian, harapannya penulis dapat dengan seksama mengetahui aktifitas anak tersebut sehari-harinya. Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta, meliputi: a. Perlakuan yang dilakukan guru untuk membiasakan anak autis berperilaku baik. b. Para murid yakni anak-anak autis dalam memberi tanggapan, gerakgerik serta sikap lain yang dapat diamati. c. Sarana dan prasarana yang digunakan di sekolah Khusus Taruna AlQur’an 2. Wawancara ( Interview) Metode wawancara adalah cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan, bertatap muka dengan siapa saja yang dikehendaki. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun sistematis hanya berupa garis besar yang ditanyakan26 dan ini adalah jenis interview yang penulis gunakan untuk mencari data.
25 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 220 26 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2011), hal. 320
22
3. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari asal kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya.27
H. Analisis Data Tujuan analisis data dalam penelitian ini adalah membatasi dan menyempitkan penemuan-penemuan hingga suatu data yang teratur, tersusun dan mempunyai makna. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dalam bentuk laporan atau uraian deskripsi dengan menjelaskan atau melaporkan apa adanya, mengklarifikasi dan menuangkan dalam bentuk katakata yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Adapun untuk mengolah data yang bersifat kualitatif ini penulis menggunakan 4 komponen kegiatan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Pengumpulan
data
berwujud
kata-kata
dilakukan
melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi yang sudah dituliskan
dalam
catatan
lapangan
serta
dokumen-dokumen
dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka selanjutnya adalah melalui reduksi data.
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis..., hal. 156
23
2. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan, transformasi data-data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditarik kesimpulan dan verifikasi. 3. Penyajian data Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 4. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi Dalam pandangan ini hanyalah sebagai dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. 5. Keabsahan data Untuk mendapatkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan. Salah satu teknik pemeriksaan data yang sering digunakan adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber yakni mendapatkan dari dari sumber yang berbeda-beda dengan
24
teknik yang sama dan trianggulasi teknik yaitu menggunakan tekhnik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama28. Dengan demikian data-data di lapangan yang berupa hasil dokumentasi, wawancara dan observasi akan dianalisis sehingga dapat mengetahui deskripsi tentang Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta.
I.
Sistematika pembahasan Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman Surat Pernyataan, halaman Persetujuan Pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, pedoman transliterasi Arab-Latin, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian tengah berisi uraian penelitian mulai dari bagian pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satukesatuan. Pada skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam empat bab. Pada tiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan dari bab yang bersangkutan. Bab I skripsi ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D..., hal. 330
25
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II berisi gambaran umum tentang Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Yogyakarta. Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada letak dan keadaan geografisnya, sejarah berdiri, dasar dan tujuan pendidikan, struktur organisasi, kegiatan intra dan ekstrakurikuler, keadaan guru dan anak, sarana dan prasarana. Setelah membahas gambaran umum lembaga, pada bab III berisi laporan hasil penelitian dimana penulis akan menguraikan masalah-masalah penelitian yang ada, meliputi pelaksanaan pembiasaan diri pada anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta serta faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembiasaan diri ini. Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV. Bagian ini disebut penutup yang memuat simpulan, saran-saran, dan kata penutup. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
90
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang sesuai dengan keadaan dan kondisi anak. Pembiasaan di sekolah ini meliputi pembiasaan rutin, pembiasaan ketika belajar dan pembiasaan di luar kelas (jam istirahat). Pembiasaan rutin seperti: berjabat tangan, mengucapkan salam, berwudhu, terapi Al-Qur’an, shalat dhuha, tadarus Al-Qur’an, menabung, pembiasaan menulis buku harian, pembiasaan mandi, gosok gigi, mencuci baju, menyetrika dan masak. pembiasaan ketika belajar yaitu berdoa dan toilet training sebelum belajar serta pembiasaan pada saat istirahat : makan bersama dan mencuci piring sendiri. Tujuan yang hendak dicapai dari adanya pembiasaan ini adalah untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan, selain itu juga siswa diharapkan melakukan kewajibannya sebelum menuntut hak. Sesuai dengan visi misi sekolah ini yaitu membentuk Terwujudnya Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an sebagai institusi dan sistem pelayanan pendidikan yang optimal dalam membentuk Anak Berkebutuhan khusus
91
menjadi generasi mandiri yang berkepribadian Qur’ani. Anak-anak dibiasakan untuk melakukan segala sesuatu dengan teratur sehingga kedepannya mereka mandiri dan dapat menjadi kebiasaan baik (menanamkan akhlak mulia sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadis) 2. Dalam Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung meliputi : a. Adanya kerja sama yang baik antara guru dan orangtua/pengasuh. b. Sistem One on One (1 guru 1 murid) lebih mengkondisikan anak untuk selalu terawasi oleh guru pendamping, c. Perlu diberi hadiah agar menuruti perintah guru. d. Kecakapan guru untuk menjadi “modeling” bagi siswa.e. kurikulum yang saling melengkapi dari diknas dan yayasan. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat antara lain sebagai berikut: a. Keadaan anak yang terkadang sangat rewel b. Pada anak tertentu kurang pengawasan dari orang tua serta merasa dikucilkan karena kondisinya berbeda dengan orang normal lainnya. c. Menjaga mood anak memang susah apalagi ketika dia sudah kesal sejak datang. d. pembiasaan yang tidak kontinyu tidak akan berpengaruh, e. kurangnya referensi dalam pembelajaran anak autis.
B. Saran-Saran Setelah mengadakan penelitian maka penulis ingin menyampaikan saran yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta, antara lain :
92
1. Hendaknya melengkapi sarana-prasarana di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an 2. Hendaknya meningkatkan kualitas sekolah baik fisik maupun non fisik yang menunjang pembelajaran dan menciptakan keharmonisan. 3. Terus melakukan inovasi dalam bidang pendidikan terutama yang menggali potensi, bakat dan minat siswa sehingga mampu menunjang kemajuan sekolah.
C. Kata Penutup Alhamdulillah, puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadiat Allah SWT yang melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai suka duka. Skripsi ini masih jauh dari sempurna tetapi harapan penulis semoga ada sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca semua dan bagi diri penulis sendiri. Demikian pula semoga dengan skripsi ini bisa menjadi sumbangan bagi Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an untuk suksesnya proses pembiasaan diri. Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna sebab keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materiil serta teriring doa semoga bantuan tersebut menjadi amal sholeh dan mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.
93
DAFTAR PUSTAKA Al-Fathany, Abdullah, Mukjizat Ayat & Surat Pilihan dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Citra Risalah, 2010 Al-Kaheel Abduldaem, Al-Qur’an The Healing Book, Jakarta: Tarbawi Press, 2011 Arikunto, Suharsimi, Proses Penelitian, Suatu Pendekatan Proses Jakarta: Bina Aksara, 1989 Asdi, Wasid, 30 Kiat Praktis mendidik Anak, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006 Barnawi, Bakir Yusuf, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, Semarang: Dimas, 1993. Delphie, Bandhi, Pendidikan Anak Autistik, Yogyakarta: PT. Insan Sejati Klaten, 2009 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Al-Huda, 2005 Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Grasindo, 2002 Handojo, Autisme Petunjuk Praktis Dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2003 Harnowo, Putro Agus, “8 dari 1000 orang di indonesia adalah penyandang autis”, http://health.detik.com/read/2012/04/14/085648/1892331/763/8dari-1000-orang-di-indonesia-adalah-penyandang-autis, dalam Google. Com. 2012 Harnowo, Putro Agus, “Jumlah Anak Autis di 2012 Makin Banyak”. http://health.detik.com/read/2012/04/02/100034/1882522/763/jumlahanak-autis-di-2012-makin-banyak. Dalam Google.com. 2012 Huzaemah, Kenali Autisme Sejak Dini, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2010 Jeffery S. Nevid, dkk, terj. Psikologi Abnormal, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005 Moelong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1993 Mubarak, Sukran, “Pembinaan Akhlak Siswa di SLB Autistik Fajar Nugraha Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2007. Muh. Sholeh & Imam Musbikhin, Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
94
Nawawi, Hadari, Pendidikan dalam Islam, Surabaya Al-Ikhlas, 1993, cet I Nurhayati, Khajah, “Metode Pembiasaan Sebagai Upaya Internalisasi Nilai Ajaran Islam di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta” Yogyakarta: Fak Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004 Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000 Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak?, Yogyakarta: Diva Press, 2010 Sarjono, dkk, Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008 Spesial Educational Servis New Zealand, Gangguan spektrum Autis,(Kalimantan Timur: ABILL Publishing, 2007 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2011 Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009 Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2006 Syarifudin, Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an Jakarta, Gema Insani Press, 2008 Yatim, Faisal, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003 Yuliana, Eka, Urgensi Metode Pembiasaan dalam Pembentukan perilaku Keagamaan pada Anak (Anak (Perspektif Pendidikan Islam), skripsi, Fak Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004
PANDUAN PENELITIAN A. Pedoman wawancara: 1. Kepala sekolah a. Bagaimana gambaran umum dan perkembangan sekolah di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta b. Bagaimana keadaan siswa, guru, dan karyawan di di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta c. Pembiasaan apa yang biasnya diterapkan sebagai upaya untuk membiasakan melakukan akhlak terpuji/mulia. d. Apakah ada program khusus atau metode khusus yang diterapkan untuk Pembiasaan diri di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta 2. Guru pendamping a. Bagaimana tingkah laku siswa pada umumnya? b. Bagaimana pembiasaan anak sehari-hari ? c. Pembiasaan-pembiasaan apa saja yang dilakukan? d. Bagaimana cara-cara pembiasaan dilakukan? e. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pembiasaan diri pada anak autis? f. Hasil yang tampak sejauh pengamatan guru g. Apa tujuan dari masing-masing pembiasaan yang diterapkan? h. Apakah ada sanksi yang diberikan? i. Bagaimana memotivasi siswa agar mereka melaksanakan pembiasaan yang diterapkan? j. Bagaimana dengan orang tua, apa melanjutkan pembiasaan ini di rumah? B. Pedoman Observasi 1. Keadaan lingkungan Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an 2. Interaksi siswa dengan siswa dan guru dalam berperilaku 3. Sarana dan prasarana sekolah 4. Tingkah laku disekolah meliputi: 5. Kebiasaan anak ketika datang ke sekolah 6. Perilaku anak di dalam kelas maupun di luar kelas C. Pedoman Dokumentasi 1. Letak dan keadaan geografis Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an 2. Sejarah berdiri dan berkembangnya 3. Visi dan misi sekolah 4. Struktur organisasi 5. Keadaan guru dan siswa 6. Sarana prasarana
CATATAN LAPANGAN 1
Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/ tanggal
: Selasa/ 27 Maret 2012
Jam
: 08.00
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber data
: Ibu Dewi (Guru ABK)
Deskripsi Data: Ini merupakan kali pertama penulis mendatangi lokasi Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an untuk meminta ijin penelitian. Karena saat itu berhubung Kepala Sekolah tidak berada ditempat maka penulis dipersilahkan untuk melihat-lihat pembelajaran anak-anak disitu sembari mewawancarai perihal kondisi di sekolah Khusus. Saat itu anak yang ditangani bu Dewi adalah Syifa yang sedang diobservasi selama 2 bulan yang diprediksi autis. Dari bu Dewi di ketahui bahwa pembelajaran di Sekolah ini disesuaikan dengan kemampuan anak dan ditangani oleh masing-masing guru. Kemudian penulis melakukan observasi untuk mengetahui tentang keadaan sekolah, baik letak geografis sekolah, sarana prasarana maupun hal-hal yang berkaitan dengan Pembiasaan diri. Dengan demikian penulis dapat mengetahui sekilas tentang pembelajaran di sekolah ini dan prosedural untuk mengadakan penelitian di sekolah ini.
Interpretasi Data: Tanggapan dan respon dari sekolah sangat baik. Bu Dewi memberi banyak gambaran dan masukan tentang penelitian yang akan penulis buat dan sangat membantu. Kemudian prosedur untuk ijin juga harus membuat janji dengan bu kepala sekolah sebab beliau tidak selalu ada di sekolah. Namun sekilas dari kunjungan pertama penulis sudah merasakan suasana spiritual yang diterapkan. Desain ruangan dan kelas-kelas juga variatif sehingga menyenangkan anak belajar.
CATATAN LAPANGAN 2
Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/ tanggal
: Kamis/ 5 April 2012
Jam
: 14.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber data
: bu Jatu Anggraini
Deskripsi Data: Informan adalah Kepala Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an, pada tanggal 5 April 2012. Peneliti melakukan ijin secara pribadi kepada Ibu Kepala Sekolah yang sebelumnya pada tanggal 28 Maret 2012 peneliti sudah datang ke sekolah dan baru menanyakan prosedur untuk melakukan penelitian di sekolah ini. Kepala sekolah menyambut dengan sangat baik dan ramahnya. Ijin penelitian ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Di sekolah ini oleh kepala Sekolah, peneliti diperkenankan untuk melakukan penelitian meskipun belum ada surat ijin dari dinas pemerintah. Tetapi setelah bertemu dengan bagian administrasi, penulis tetap diminta untuk segera mengurusi surat ijin, minimal dari kampus UIN Sunan Kalijaga untuk diberikan jadwal observasi agar tidak bersamaan dengan mahasiswi yang mengadakan penelitian di sekolah itu juga dikhawatirkan anak-anak akan terganggu konsentrasinya karena terganggu dengan banyaknya orang.
Terkait dengan judul peneliti yaitu Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an respon dari kepala sekolah sangat baik. Menurut beliau di sekolah ini menerima semua anak yang berkebutuhan khusus tetapi harus di tes terlebih dahulu. Apabila dapat mereka dapat ditangani kemudian diterima untuk dididik di sekolah ini. Sekolah ini merupakan lembaga yang berada dibawah yayasan Taruna Al-Qur’an, sebuah Yayasan yang mengembangkan pendidikan mulai dari TPA, TK sampai Madrasah Aliyah yang kurikulum wajibnya adalah tahfidzul Quran (menghafal Qur’an). Sesuai visi misi didirikannya sekolah khusus ini yaitu membentuk akhlak Qur’ani serta membekali diri anak agar bermanfaat dimasyarakat sesuai kemampuannya. Saat itu peneliti belum mengadakan observasi pada anak-anak, guru pendamping meminta agar menyiapkan surat ijin agar bisa diatur jadwanya sehingga anak siap.
Interpretasi: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an terbuka bagi orang luar termasuk mahasiswa yang mengadakan penelitian di Sekolah tersebut. Selama ini yang sering meneliti adalah mahasiswa Psikologi UAD karena berkaitan dengan psikologi anak. Peran sekolah ini sangat besar untuk menanamkan nilai-nilai akhlak melalui pembiasaan, sehingga dapat membentuk kepribadian muslim yang beriman dan bertakwa. Terutama bagi siswa autis dan berkebutuhan khusus diharapkan dapat berakhlak mulia dan berperilaku sewajarnya di masyarakat.
CATATAN LAPANGAN 3
Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/ tanggal
: Selasa, 10 April 2012
Jam
: 08.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber data
: Ibu Efa Laylatul. S. Psi
Deskripsi Data: Penulis datang ke sekolah untuk menyerahkan surai ijin penelitian, karena Kepala sekolah mempunyai tugas di puskesmas maka tidak setiap waktu beliau berada di sekolah. Jika ada kepentingan maka harus membuat janji dengan beliau (sms/ telpon). Surat ijin penulis sampaikan pada ibu Efa selaku bagian administrasi yang kemudian sempat mengadakan perbincangan/ wawancara mengenai keadaan di sekolah dan pembelajaran di kelas. Pertanyaan
yang
disampaikan
menyangkut
letak
geografis,
struktur
organisasi, jumlah guru dan murid. Penulis juga sempat berjalan-jalan melihat kelaskelas dan mengamati keadaan sekitar.
Interpretasi: Dari hasil wawancara tersebut didukung dengan observasi yang penulis lakukan, terungkap bahwa Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an memiliki perbatasan
sebelah utara bersebelahan dengan TK IT Taruna Al-Qur’an, sebelah selatan berbatasan dengan SD IT Taruna Al-Qur’an, sebelah Timur berbatasan dengan Jln. Lempongsari, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Sebelah Barat berbatasan dengan TPA Ahsanu Amala. Jumlah guru Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an ada 13 dan 10 siswa. Masingmasing guru memegang 1 anak. Selain itu penulis juga diberi kesempatan mengamati pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Saat itu melihat Fudhael (siswa autis usia 8 tahun) sambil mewawancarai guru kelasnya. Namun setelah berdiskusi dengan bu efa untuk menentukan siswa siapa yang ingin diteliti penulis memilih Afi dan Dika. Saat itu yang direkomendasikan sekolah juga kedua murid itu karena untuk perkembangannya sudah banyak yang nampak. Siswa lain yang masih dibawah umur belum bisa diterapkan banyak hal karena tidak adanya konsentrasi yang diakibatkan parahnya penyakit autis yang dialami. Kondisi di sekolah ini juga cukup kondusif hanya saja dari segi sarana prasarana banyak yang belum memadai. Lokasi yang terbilang kurang luas juga menjadikan kesan sempit untuk bermain. Sekolah selalu dikunci agar anak tidak keluar tanpa pengawasan disebabkan lokasi sekolah yang berdekatan dengan jalan raya yang dapat mencelakakan anak bila ia atau pengendara kurang berhati-hati. Di depan sekolah juga ada persawahan yang terbentang luas jadi udara tetap sejuk dan baik untuk perkembangan anak-anak.
CATATAN LAPANGAN 4
Metode pengumpulan data
: Dokumentasi
Hari/ tanggal
: Selasa/ 17 April 2012
Jam
:09.00 WIB
Lokasi
:
Sumber data
:
Deskripsi Data: Dalam penyusunan skripsi pada BAB II penulis membutuhkan banyak data tentang gambaran umum Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. Dalam hal ini bu Efa Laylatun yang juga sebagai bagian administrasi memberikan kemudahan dalam memperoleh data dengan memberikan arsip-arsip yang dibutuhkan. Data hasil dokumentasi yang penulis dapatkan dari bu Efa antara lain: profil sekolah, data-data guru dan siswa serta foto pendukung kegiatan anak-anak untuk kelengkapan data penelitian.
Interpretasi Data mengenai sekolah tersusun lengkap mulai dari profil serta data-data anak. Hanya saja untuk data anak seperti raport, tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar ruangan. Jadi penulis tidak bisa mengkopinya dan hanya menyalin beberapa yang dianggap perlu. Yang boleh membawa raport anak hanyalah orang tua anak tersebut.
CATATAN LAPANGAN 5
Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/ tanggal
: Rabu, 11 April 2012
Jam
: 07.30 WIB
Lokasi
: Kelas D5 (kelas Afi) di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an
Sumber data
: Ibu Efa Laylatul. S. Psi
Ini adalah hari pertama penulis diberi kesempatan untuk observasi kelas. Pagi hari pukul 07.30 WIB peneliti duduk menunggu kedatangan Afi. Pukul 07.40 Afi datang dianter ibunya. Langsung menyalami ibunya dan mengucapkan salam pada guru-guru yang menyambut depan pintu sekolah. Setelah itu ia langsung mencari bu Efa dengan tersenyum ceria sambil mengucapkan salam. Lalu segera diminta berwudhu dan diperhatikan bu Efa. Setelah itu jam 8.00 semua siswa mengikuti terapi Al-Qur’an dalam satu ruangan. Walaupun beberapa siswa seakan tidak mengikuti dengan serius namun tetap guru pendamping mengkondisikan agar mereka mengikuti proses terapi dengan baik, tidak mengapa diselingi main/ngobrol tapi tetap fokus. Setelah terapi Al-Qur’an lalu shalat dhuha. Semua siswa yang batal harus mengulangi wudhunya lalu sholat berjamaah kecuali Afi dan Dika yang disendirikan di kelas masing-masing untuk menumbuhkan kedewasaan karena adik-adik yang lain umurnya jauh dibawah mereka. Kemudian memulai pelajaran dengan tadarus terlebih
dahulu. Pada saat itu( tanggal 11 April 2012) tadarusnya sudah sampai surat Ghafir ayat 33, sambil terus ditanyai bila ia melakukan mengger-gerakkan tubuhnya atau terlihat gelisah pasti ada sesuatu yang ia inginkan (biasanya ingin buang air kecil atau minum). Afi tidak berkomunikasi dengan lancar, bila ingin sesuatu ia mengatakannya “mba Afi mau minum” hanya kata itu saja tidak ada keterangan lain. Setelah belajar lalu istirahat pada jam 10.00 dengan makan bersama. Lalu lanjut belajar lagi hingga sholat dhuhur dan sebelum pulang ditutup dengan terapi Al-Qur’an. Sebelum pulang orang tua Afi (ibunya) selalu berdiskusi dengan bu Efa mengenai kegiatan Afi seharian di sekolah. Buku penghubung memang tidak diisi karena orang tua langsung menyampaikan langsung bila ada kendala atau masalah dengan Afi.
Interpretasi Selama proses kegiatan belajar berlangsung di Sekolah, Afi terlihat bersemangat. Menurut bu Efa, mood anak-anak seperti Afi memang berubah-ubah kadang saat ia gembira maka sebisa mungkin guru memberi materi lebih dari porsi biasanya karena saat ia tidak bersemangat (ngambek) hanya sedikit materi yang diberikan. Rutinitas yang dilakukan Afi juga tidak menjemukan hanya harus divariasi agar tidak “saklek” (monoton), ini yang sering menjadi problem karena anak-anak autis tidak menyukai hal yang beragam. Sebenarnya mereka tidak menyukainya karena membutuhkan kerja keras bagi otaknya untuk memahami kembali perintah itu dan begitu beratnya bagi mereka
untuk mencerna setiap perintah yang diberikan. Makanya kadang mereka emosi bila tidak dapat melakukannya dengan baik karena autis mempunyai sifat ingin sempurna, selalu baik padahal fungsi otak mereka tidak bisa dipaksakan demikian. Kunci mengajar anak autis menurut bu Efa adalah tulus, ikhlas, dan sabar. Walaupun lelah jangan menampakkan keterpaksaan karena anak autis peka perasaannya.
CATATAN LAPANGAN 6
Metode pengumpulan data
: Dokumentasi
Hari/ tanggal
: Kamis, 26 April 2012
Jam
: 09.30 WIB
Lokasi
: Kantor Kepala Sekolah
Sumber data
: Ibu Efa Laylatul. S. Psi
Pada hari kamis 26 April 2012, penulis datang ke sekolah untuk meminta data-data pada bu Efa yang juga bagian administrasi sekolah, yaitu tentang profil sekolah, data guru dan siswa, foto-foto kegiatan anak-anak, jadwal Afi dan Dika, serta kelengkapan lain yang dibutuhkan. Untuk raport peraturannya tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar dari ruangan sebab sesuai kesepakatan yang berhak membawa keluar raport adalah orang tua siswa. Untuk Dika memang tidak banyak yang penulis dapatkan karena kondisi saat pindah itu tidak direncanakan untuk pindah ke sekolah khusus Taruna Al-Qur’an. Keluarga yang membawanya ke jogja hanya ingin mencarikan pondok pesantren yang menerima anak autis, karena di Pondok Taruna memang belum pernah menerima anak autis atas kebijakan pengasuh pondok yaitu Ibu Umat Budihargo maka Dika tetap tinggal di pondok namun pagi harinya ia tetap bersekolah di ABK agar tidak sendirian di kamar. Sebab itulah data ananda Dika tidak banyak didapatkan.
Interpretasi: Tanggapan dari pihak sekolah sangat baik dan sangat membantu penulis ketika ingin meminta data-data yang terkait dan relevan. Bagian administrasi memberi dengan lengkap semua dokumen yang penulis butuhkan, ketika data tersebut tidak terbawa ke sekolah maka bu Efa mempersilahkan peneliti untuk mengunjungi rumah beliau sepulang sekolah untuk mengambil data tersebut. Raport saat itu hanya penulis catatat beberapa hal yang terkait dengan pembiasaan diri seperti hafalan suratnya dan beberapa kegiatan Afi, sedang Dika yang baru masuk beberapa bulan belum memiliki raport tetapi tetap mempunyai catatan perkembangan yang dibawa oleh pengampunya bu Eka.
CATATAN LAPANGAN 7
Metode pengumpulan data
: Observasi dan wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 30 April 2012
Jam
: 07.30 WIB
Lokasi
: Kelas Dika
Sumber data
: Ibu Eka Pramudian, S.Psi
Pada hari senin, 30 April 2012 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti pembelajaran di kelas Dika bersama guru pengampunya bu Eka. Hari itu Dika datang agak siang sekitar pukul 10.00 setelah ditanya ternyata dia bangun kesiangan dan tidak ada yang membangunkannya. Lalu setelah solat subuh dan mandi baru ke sekolah. Menurut bu Eka ini mungkin karena banyak minum kopi sehingga tidak bisa bangun tepat waktu. Datang kemudian langsung diminta membaca iqro’ cara membacanya agak lucu, ketika ia tidak bisa menebak huruf itu lalu diberitahu guru maka ia akan menuliskan bacaan tersebut dengan huruf abjad dibawah tulisan arab di iqro’. Setelah membaca iqro bila belum sholat dhuha maka ia sholat lalu melanjutkan pelajaran sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Interpretasi data: Dari hasil wawancara dan observasi dengan bu Eka, diketahui Dika memang memiliki kebiasan dimanja sejak kecilnya. Faktor orang tua yang single parent dan
kurangnya dukungan dari keluarga menjadikan ia terbiasa dilayani segala kebutuhannya. Untuk mencukupi kebutuhannya seperti makan, mencuci pakaian, dan lainnya semua dilakukan pembantu karena dia dirumah hanya hidup dengan pembantu. Kakak Dika (bu Dina) yang termasuk orang yang peduli dengan kondisinya. Dika yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, sejak ibunya meninggal dia sangat merasa kehilangan ditambah lagi ayah yang juga telah tiada. Tiga bersaudara dan dia paling bungsu, kakak-kakaknya sudah berkeluarga semua sehingga ia sendiri di rumah bersama pembantu. Saat bersekolah di Taruna Al-Qur’an ini di sekolah ia merasa senang banyak teman-teman yang bisa diajak bermain dan guru-guru yang ramah. Namun ketika pulang ke asrama dia sendiri lagi, tidak ada yang mendampingi dan selalu mengingatkan atau menghibur kesedihannya. Jadi apapun yang sudah diajarkan di sekolah sering tidak dilakukan karena malas dan merasa tidak ada yang menyemangati. Dika sering ngompol yang merupakan ekspresi protes akan keadaan yang dialaminya, sering sendiri di kamar dan dianggap tidak normal. Ketika ada teman kakaknya yang dianggap om datang menjenguk badannya sampai gemetar karena sangat bahagia karena merasa om nya itu lah satu-satunya orang yang ia rasa menyayanginya.
CATATAN LAPANGAN 8
Metode pengumpulan data
: Observasi dan Wawancara
Hari/ tanggal
: Kamis, 3 Mei 2012
Jam
: 07.30 WIB
Lokasi
: Kelas Dika
Sumber data
: Ibu Eka Pramudian, S.Psi
Pada Kamis, 3 Mei 2012 penulis mengunjungi sekolah untuk melihat pembelajaran Afi. Mulai dari pagi hari ia terlihat bahagia dan sering senyum, maka guru memberi dia konsentrasi pelajaran yang lebih maksimal dari biasanya. Seperti biasa saat mengikuti pelajaran dia harus selalu ditanya ketika sudah menggerakgerakkan anggota tubuhnya Interpretasi data: Dari hasil wawancara dan observasi dengan bu Eka, diketahui Dika memang memiliki kebiasan dimanja sejak kecilnya. Faktor orang tua yang single parent dan kurangnya dukungan dari keluarga menjadikan ia terbiasa dilayani segala kebutuhannya. Untuk mencukupi kebutuhannya seperti makan, mencuci pakaian, dan lainnya semua dilakukan pembantu karena dia dirumah hanya hidup dengan pembantu. Kakak Dika (bu Dina) yang termasuk orang yang peduli dengan kondisinya. Dika yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, sejak ibunya meninggal dia sangat merasa kehilangan ditambah lagi ayah yang juga telah tiada. Inilah faktor yang menjadikan tidak adanya pengontrolan pembiasaan diri padanya.
CATATAN LAPANGAN 9
Metode pengumpulan data
: Observasi dan wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 30 April 2012
Jam
: 07.30 WIB
Lokasi
: Kelas Dika
Sumber data
: Ibu Eka Pramudian, S.Psi
Pada hari senin, 30 April 2012 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti pembelajaran di kelas Dika bersama guru pengampunya bu Eka. Hari itu Dika datang agak siang sekitar pukul 10.00 setelah ditanya ternyata dia bangun kesiangan dan tidak ada yang membangunkannya. Lalu setelah solat subuh dan mandi baru ke sekolah. Menurut bu Eka ini mungkin karena banyak minum kopi sehingga tidak bisa bangun tepat waktu. Datang kemudian langsung diminta membaca iqro’ cara membacanya agak lucu, ketika ia tidak bisa menebak huruf itu lalu diberitahu guru maka ia akan menuliskan bacaan tersebut dengan huruf abjad dibawah tulisan arab di iqro’. Setelah membaca iqro bila belum sholat dhuha maka ia sholat lalu melanjutkan pelajaran sesuai jadwal yang telah ditentukan. Interpretasi data: Dari hasil wawancara dan observasi dengan bu Eka, diketahui Dika memang memiliki kebiasan dimanja sejak kecilnya. Faktor orang tua yang single parent dan kurangnya dukungan dari keluarga menjadikan ia terbiasa dilayani segala kebutuhannya. Untuk mencukupi kebutuhannya seperti makan, mencuci pakaian, dan
lainnya semua dilakukan pembantu karena dia dirumah hanya hidup dengan pembantu. Kakak Dika (bu Dina) yang termasuk orang yang peduli dengan kondisinya. Dika yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, sejak ibunya meninggal dia sangat merasa kehilangan ditambah lagi ayah yang juga telah tiada. Tiga
CATATAN LAPANGAN 10
Metode pengumpulan data
: Observasi dan wawancara
Hari/ tanggal
: Jumat, 11 Mei 2012
Jam
: 12.30 WIB
Lokasi
: Rumah bu Yunita di Jl. Monjali
Sumber data
: Ibu Yunita
Pada hari Jumat, 11 Mei 2012 penulis berkunjung ke rumah bu Yunita untuk melakukan wawancara. Beberapa hal yang ditanyakan yaitu mengenai pembiasaan yang dilakukan pada anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. Bu Yunita menjelaskan tentang kebiasaan yang pernah dialaminya ketika mengampu Afi (subjek yang sedang penulis teliti) “Awal-awal dulu Afi kalau setelah berwudhu kemudian mencari guru sambil mengangkat kedua tangannya dan belum memulai berdoa dan tetap mengangkat tangannya sampai menemukan guru barulah dia membaca doa setelah wudhu. Dia akan terus mencari-cari guru seperti minta persetujuan dahulu baru ketika memastikan itu benar baru dia baca. Begitupun ketika sholat, matanya selalu mencari-cari/ melirik guru seakan meminta persetujuan Untuk Dika dia sudah terbiasa berwudhu dengan baik hanya perlu diingatkan kapan harus wudhu dan membaca doa. Begitupun dengan Dika, ketika datang ke sekolah dia langsung diminta untuk berwudhu kemudian melakakukan wudhu seperti orang pada umumnya. Tetapi dalam berdoa Dika harus selalu diingatkan agar membaca doa
sebelum dan sesudah wudhu”. Tetapi sekarang penulis amati Afi sudah jauh lebih baik dan seperti otomatis ketika waktunya wudhu dia langsung berwudhu.
Interpretasi data: Dari hasil wawancara dan observasi dengan bu Yunita, diketahui Afi memang seperti robot yang harus selalu diingatkan. Ia akan terbiasa dengan rutinitas yang ada semisal setiap hari makan pukul 06.00 WIB maka setiap harinya pada jam tersebut dia harus makan, bila tertunda maka ia akan gelisah. Namun, anak seperti Afi harus dibiasakan menerima perubahan dengan perlahan. Berikan penjelasan yang baik dan tidak membingungkannya agar ia tidak tertekan dan merasa bingung. Juga selalu didekati dan disayangi.
CATATAN LAPANGAN 11
Metode pengumpulan data
: Observasi dan wawancara
Hari/ tanggal
: Sabtu, 19 Mei 2012
Jam
: 07.30 WIB
Lokasi
: Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an
Sumber data
: Ibu Aflah Hanifah
Pada hari Sabtu, 19 Mei 2012 penulis mengunjungi Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an untuk mewawancarai kegiatan Dika di pondok karena bu Aflah ini adalah pendampingnya di pondok. Bu Aflah menceritakan bahwa Dika memang di sendirikan di sebuah kamar dan tidak ada yang sekedar mengunjunginya di kamar. Dika biasa menulis setelah isya (sebelum tidur). Menurut bu Aflah, kegiatannya di pondok seperti tertera dalam jadwal hanya saja dia harus selalu di pantau kegiatannya. Harus selalu diingatkan kapan waktunya makan, mandi, mencuci, bangun, sholat dan tidur. Setelah isya dia diminta untuk menulis buku harian yang ia kerjakan seharian itu. Dika sangat baik menceritakan sesuatu sangat detail mulai dari nama, alamat, hingga cat pagar pun ia uraikan dengan jelas. Jika benci/kecewa dengan seseorang maka ia akan menulisnya dengan terang-terangan “aku sedih, aku lagi sebel”. Dari cerita di bukunya memang terbaca bahwa ia merasa sedih dan merasa sendiri tidak ada yang sayang atau menemaninya. Walaupun terlihat ceria
namun ia sebenarnya menyimpan sesuatu yang tak bisa diungkapkannya. Ekspresi protesnya dilampiaskan dengan ngompol di kasur atau enggan melakukan apapun.
Interpretasi data: Dari hasil wawancara dan observasi dengan bu Aflah, diketahui Dika butuh pendekatan dan pengawasan intens. Ketika sendiri ia banyak melamun dan tertawa sendiri. Sebaiknya memang orang seperti Dika diajak berbaur dengan teman yang lain serta diberikan kesibukan agar ia tidak banyak berpikiran macam-macam dan merasa banyak orang yang mencintainya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sri Purwaningsih Ramadhan
Tempat/tanggal lahir : Poso, 26 April 1989 Alamat
: Tanjungan Tirtomartani Kalasan Sleman Yogyakarta
Nama Ayah
: Mulyana
Pekerjaan
: Guru MTs Sleman Kota
Nama Ibu
: Asriyati Balango
Pekerjaan
: Guru MTs Maguwoharjo
Alamat
: Tanjungan Tirtomartani Kalasan Sleman Yogyakarta
Pendidikan TK
: TK Busthanil Atfal lulus tahun 1996
SD
: SD Karangnongko 1 lulus tahun 2002
MTs
: MTs Bambanglipuro Bantul lulus tahun 2005
MA
: MA Taruna Al-Qur’an lulus tahun 2008
UIN Sunan Kalijaga, tahun masuk 2009
Yogyakarta, 10 Oktober 2012
Sri Purwaningsih Ramadhan NIM. 09410027