PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK DINI
IKHWATUN KHASANAH,SE,S.Pd PAUD TERATAI NGADIREJO 02/04 SIDOREJO BENDOSARI SUKOHARJO 085712548747 TAHUN 2016
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK DINI
1. PENGANTAR Sejak dulu Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang besar yang terkenal karena budayanya yang luhur, ramah tamah, suka bergotong royong, serta menghargai orang lain atau bangsa lain. Pancasila dan nilai-nilai budaya luhur selalu ditegakkan. Sikap ini terus dikembangkan dan diturunkan oleh nenek moyang kita sampai ke anak cucunya.
Bahkan
hal
ini
oleh
pemerintah
sudah
dimasukkan
dalamprogram pendidikan. Saat ini Indonesia mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Indonesia memiliki pancasila dan nilai-nilai budaya yang luhur dan menjunjung tinggi kerukunan dan tenggang rasa, tapi juga merupakan salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia, juga tingkat kerusuhan yang tinggi pula. Bangsa lain memandang Indonesia menjadi negara yang tidak aman lagi untuk dikunjungi, sehingga pernah menjadi negara yang dilarang untuk dikunjungi oleh salah satu negara besar di dunia. Negara tersebut mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya yang akan berkunjung ke Indonesia. Generasi muda Indonesia yang seharusnya menjadi penerus bangsa yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, saat ini justru sangat memprihatinkan. Banyak remaja yang terjerumus narkoba, baik pengedar maupun pengguna, perkelahian antar sekolah banyak terjadi, kasus video porno, kehamilan tidak diinginkan, aborsi, pemerkosaan, dan masih banyak pengeroposan moral yang terjadi pada generasi muda kita. Banyak sarjana yang piawai dalam menjawab soal, berotak cerdas, tapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Bahkan kemajuan teknologi yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik justru disalahgunakan.
Kondisi Indonesia yang demikian harus segera diatasi agar Indonesia menjadi negara yang lebih bermartabat, punya kualitas, dan tidak dipandang rendah oleh negara lain. Cara yang harus digunakan adalah dengan membentuk watak, pribadi, dan karakter bangsa Indonesia, yang salah satu caranya melalui pendidikan. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yanmg dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebagai wahana mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi lingkungan hidup dengan norma dan tata nilai kehidupan yang beragam. Untuk membentuk karakter bangsa yang berbudi luhur melalui pendidikan akan dapatr maksimal apabila dimulai sejak usia dini,nkarena usia dini merupakan usia emas ( The Golden age ). Usia keemasan adalah periode yang sangat penting bagi seorang anak, di mana pendidikan
pada
rentang
usia
ini
sangat
menentukan
tahap
perkembangan anak selanjutnya. Masa –masa emas tersebut berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Berbagai penelitian membuktikan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai yang baik pada seorang anak dalam periode usia keemasan itu, karena perkembangan otak anak mencapai 90% di usia emas ini, sehingga karakter seorang anak akan terbentuk dengan baik sesuai norma dan budaya bangsa, dan akan berkembang hingga dewasa sampai tua nanti. 2. MASALAH Dari uraian di atas akan timbul masalah bagaimana cara yang efektif untuk menanamkan budi pekerti yang luhur pada anak usia dini khususnya usia 4-5 tahun yang pelaksanaannya tetap sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini, juga tetap dapat menstimulan kecerdasan anak, agar dapat tercapai beberapa tujuan berikut :
1. Mengembalikan jati diri bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab, berakhlak mulia, dan bermarabat. 2. Menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mempunyai masa depan lebih baik, berkualitas, dan tidak keluar dari norma-norma bermasyarakat dan bernegara 3. Menanamkan budi pekerti yang luhur sejak usia dini sehingga melekat pada diri anak sampai dewasa hingga tua nanti. 3. PEMBAHASAN DAN SOLUSI Pendidikan karakter bagi anak usia dini harus dilakukan dalam keluarga sejak anak dalam kandungan.bpendidikan dari orang tua terutama ibu dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seseorang,
karena
keberhasilan
seseorang itu 80%
ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ), dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ) .Kecerdasan emosional merupakan faktor terbesar penentu keberhasilan seseorang meliputi rasa percaya diri (confidence), rasa ingin tahu, motivasi, kemampuan kontrol diri, kemampuan bekerja sama, mudah bergaul dengan sesama, mampu berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Di luar keluargapun pendidikan karakter juga harus dimulai sejak dini, karena untuk membentuk pondasi yang kuat. Ibarat bangunan kalau pondasinya kuat bangunan tersebut akan berdiri dengan kuat dan tidak akan roboh oleh guncangan angin. Untuk membentuk karakter ini dapat dilaksanakan dengan memberikan pembelajaran budi pekerti baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga, misalnya di lembaga pendidikan anak usia dini. Pembelajaran budi pekerti sejak dini akan menanggapi tuntutan moral yang paling penting bagi bangsa Indonesia. Budi pekerti merupakan induk dari segala etika, tata krama, tata susila, perilaku baik dalam
pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran budi pekerti adalah suatu proses pembentukan perilaku seseorang, sehingga dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk dan mampu menerapkannya dalam kehidupan. Budi pekerti lahir karena fakta, persepsi, atau kepedulian untuk melakukan hubungan sosial secara harmonis melalui perilakunya. Parameter budi pekerti yang luhur adalah kesesuaiannya dengan etika, norma, dan ajaran agama yang dianut suatu masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran budi pekerti pada anak usia dini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu integrasi dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari (pembiasaan), dan melalui pendekatan modeling, imitasi atau keteladanan yang dilakukan oleh guru di lembaga pendidikan maupun orang tua dalam keluarga. Penanaman budi pekerti pada anak usia dini harus sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini seperti yang di sebutkan Dirjend PNFI Direktorat Pendidikan Anak Usia DIni, yaitu : 1. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran harus selalu ditujukan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. 2. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak menemukan penegtahuan dari benda-benda yang dimainkannya. 3. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik , fokus, serius, dan konsentrasi. 4. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama mereka bermain.
5. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki ketrampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. 6. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar. 7. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. 8. Rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan. Salah satu contoh pembelajaran budi pekerti,misalnya mengetahui si kecil suka mencuri walaupun hanya barang yang sangat kecil nilainya yang dicuri. Walaupun tak seberapa nilainya hal ini sangat tidak baik buat pembentukan karakter anak. Oleh karena itu maka hal-hal kecil seperti ini harus segera diatasi, misal : 1. Berawal dari Rumah Hampir setiap anak pernah mencuri, tapi tidak bersifat patologis. Misal melempari mangga tetangga, mengambil mainan teman, pensil, penggaris, dll. Namun tindakan di atas hanya didasarkan sifat jahil dan usil. Bahayanya, jika keisengan mereka tidak ditangani bisa-bisa malah menjadi suatu kebutuhan. Berdasarkan banyak kasus, pencurian oleh anak pertama kali dilakukan dalam lingkungan rumah sendiri, dan kebanyakan yang diambil berupa uang, karena kebiasaan anggota keluarga yang menaruh uang sembarangan bisa menjadi pemicu. Maka dari itu orang tua harus selalu hati-hati menaruh uang atau barang lain bagi yang menarik bagi anak dan dapat memicu anak untuk mengambilnya. Kadang anak minta sesuatu, tapi menurut orang tuanya hal yang diminta anak tersebut tidak bermanfaat, akhirnya orang tua tidak mau membelikan tanpa memberi pengertian pada anak kenapa
mereka
tidak mau membelikannya,
bahkan
kadang orang tua
membohongi anak dengan alasan tertentu yang penting anakl tidak menangis. Padahal kebohongan orang tua ini dengan berjalannya waktu akan diketahui anak dan hal ini secara tidak sengaja mengajari anakuntuk berbohong juga. 2. Mengetes Kejujuran Kadang orang tua sengaja meletakkan barang berharga atau uang seenaknya
dengan alasan untuk mengetes kejujuran anak. Hal ini
sangat tidak efektif. Harusnya orang tua harus lebih berhati-hati dan tidak mudah memandang anak nakal, bandel, dan yang negatif lainnya. Sebaiknya orang tua mengetahui jumlah uang saku anaknya berapa, dan adakah uang dari selain orang tua yang dimiliki anaknya. Jadi kalau mendadak anaknya jajannya lebih banyak ataiu barangnya lebih banyak bisa dilacak dari mana asalnya. Dengan demikian, ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah hal-hal di atas. 1. Orang tua harus mengarahkan pada anak kalau ada barang milik pribadi dan ada barang milik orang lain,walaupun saudaranya sendiri. Jadi untuk menggunakannyapun harus seijin si pemilik barang tersebut. Memberi tanda pengenal milik pribadi juga dapat diterapkan pada anak. 2. Membiasakan diri meletakkan barang pada tempatnya. Tempat yang tepat akan memperkecil resiko dan cepat diketahui jika barang itu hilang. Jika ketahuan anak mencuri segera lakukan tindakan yang terbaik bagi anak, jangan sampai hal tersebut terulang lagi. 3. Orang tua hendaknya tidak merangsang anak sehingga timbul seleranya mengambil barang yang disukainya, misalnya jika ke swalayan hindari tempat-tempat yang memamerkan barang yang menarik perhatian anak jika orang tua tidak siap membelikannya, atau
sebelum berangkat buat kesepakatan dengan anak apa yang bisa dibeli dan barang apa yang belum biasa dibeli, dan jangan sekali-sekali mengingkari janji pada anak. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak dihargai pada diri anak. Ada baiknya orang tua memenuhi keinginan anak walaupun tidak seketika, namun dengan syarat tertentu, misalnya anak harus menunjukkan prestasi terlebih dahulu. 4. Perlu juga bagi orang tua tahu persis barang-barang milik anaknya, sehingga kalau ada barang baru di antara barang milik anaknya, orang tua bisa segera mengetahui dan menanyakan asal muasal barang tersebut. Bila anak ketahuan melakukan pencurian, sebaiknya anak dilibatkan
dalam
proses
pemecahan
masalah,
mengajak
anak
mengembalikan barang itu baik-baik, mengakutelah bertindak salah dan minta maaf. 5. Terhadap anak yang pernah melakukan kesalahan jangan terus mencurigainya dan jangan langsung percaya pada laporan pihak tertentu sebelum melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Mengucapkan kata-kata yang mengingatkan anak bahwa ia pernah mencuri pun sama buruknya dengan tindakan menuduh, dan hal ini akan berakibat fatal. Kepercayaan dirinya lebih cepat memudar dan lebih jauh lagi pengalaman buruk itu bukannya berhenti, malah dapat berkembang menjadi bersifat patologi. Oleh karena itu pupuklah kepercayaan dirinya dan jangan diungkit-ungkit apa yang pernah dilakukannya. Dan yang penting arahkan anak untuk meraih masa depan anak yang lebih baik. Di samping pembelajaran budi pekerti dilaksanakan di rumah juga dapat dilaksanakan di Lembaga Pendidikan yang juga harus dimulai dari pendidikan anak usia dini. Strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran budi pekerti untuk menumbuhkan karakter anak usia dini antara lain : 1. Penanaman nilai-nilai budi pekerti melalui metode bercerita
2. Mengitegrasikan nilai-nilai budi pekerti yang luhur dalam materi pembelajaran 3. Pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari 4. Pemberian keteladanan yang diperlihatkan ole guru 5. Pembelajaran spontan Budi pekerti anak akan tumbuh dan berkembang dari pembiasaan, oleh karena itu anak harus selalu dibiasakan berbudi pekerti yang luhur. Adapun strategi yang sering digunakan untuk menanamkan budi pekerti yang luhur paling banyak dengan metode bercerita, karena dengan bercerita mempunyai tujuan : 1. Menanamkan tokoh tersembunyi “hidden model” dalam benak anak. Sang tokoh yang identik atau secara kuat mempresentasikan karakter tertentu. Tokoh ini dapat memberikan kekuatan, arahan, dan panduan perilaku karakter anak sehari-hari. Misalnya karakter anak yang suka menolong akan mengantarkan anak untuk menduplikasi karakter yang didengarnya melalui cerita. 2. Meningkatkan kemampuan eksplorasi anak melalui pencarian tokoh lain seperti karakter tokoh cerita, dalam kehidupan sehari-hari. Apabila di benak anak sudah tertanam duplikasi dari tokoh tersebut , maka anak akan berusaha mencari tokoh lain yang serupa dari sekelilingnya. Anak akan mencocokkan apa yang dia dengar dengan apa yang dia lihat. Apabila ia merasa bahwa tokoh yang ia lihat misalnya suka menolong sama dengan yang ia dengar maka akan terjadi penguatan terhadap sikap suka menolong. 3. Membangun kemampuan analisa dan ketrampilan pemecahan masalah berkaitan dengan perilaku karakter. Anak menemukan suatu kasus di mana ia perlu mengaplikasikan karakter suka menolong tersebut maka ia telah dapat mewujudkannya.
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk mengimplementasikan konsep karakter dalam kehidupan sehari-hari. Anak diharapkan menunjukkan secara nyata konsep dan perbuatan berkarakter dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini sikap suka menolong pada anak sudah terjadi secara otomatis karena penguatan yang ia terima serta apa yang dia ketahui atau lihat telah terjalin dengan baik. 5. Membangun kemampuan analisa dan evaluasi manfaat perilaku karakter dan dampak negatif perilaku tidak berkarakter. Pada tahap ini, apabila anak dihadapkan pada masalah, misalnya melihat temannya yang tidak mau menolong, maka ia dapat mengambil sikap misalnya dengan cara memberitahukan pada temannya melalui kalimat afirmatif, misalnya yuk kita tolong teman kita yang jatuh. Sehingga karakter suka menolong sudah anak tularkan kepada temannya yang lain. Untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab, bermartabat dan mempunyai masa depan yang lebih baik, berkualitas, tetapi tidak keluar dari norma-norma kemasyarakatan dan bernegara dapat dilakukan dengan cara mengangkat dan merevitalisasi kekayaan bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur untuk membentuk karakter dan budi pekerti. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh Pendidik Anak usia diniuntuk mencapai hal tersebut adalah : 1. Mengajak anak didiknya untuk merevitalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa, misalnya musik, seni peran, lagu dolanan, upacara adat, permainan tradisional, dan sebagainya. Kegiatan
ini
dapat
dilakukan
dengan
memperkenalkan
dan
menggunakan berbagai alat musik daerah. Di sini anak akan mengetahui dan menghargai nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dapat juga dengan permainan tradisional yang mampu menyampaikan pesanpesan moral yang berisikan nilai-nilai luhur budi pekerti dengan mengangkat kearifan budaya lokal. Dapat juga dengan permainan
rakyat yang berupa seni pencak silat tradisi warisan budaya bangsa. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya bangsa, melatih disiplin, taat, tangkas, terampil, jujur, kreatif, dan satria. Dapat juga sebagai sarana pembudaya nilai-nilai luhur. Di samping itu dapat juga dengan adat sungkeman saat hari lebaran idul fitri. Anak akan senang diajak orang tuanya silaturahim ke keluarganya setelah sholat idul fitri. Di situ akan ada acara sungkeman di antara anggota keluarga dan famili. Hal ini juga mempunyai makna yang luar biasa bagi anak. Adat sungkeman ini merupakan salah satu nilai budaya yang banyak mengandung pesan moral, antara lain saling memaafkan dan saling menyayangi. 2. Menyajikan dan menampilkan sisi kehidupan yang mengandung pesanpesan moral dengan keunggulan budaya lokal yang penekanannya pada aspek tuntunan dan tatanan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan suatu pagelaran upacara adat yang banyak memiliki makna, simbul-simbul nilai luhurbudaya bangsa dan pesan-pesan moral budi pekerti. 3. Selalu menanamkan perilaku budi pekerti yang luhur, memberi tauladan budi pekerti yang luhur, hubungan dengan teman, guru, orang tua, dan orang lain di sekitarnya. Perilaku budi pekerti yang luhur harus selalu ditanamkan dalam diri anak didik. Dalam setiap kegiatan harus selalu diintegrasikan dengan penanaman perilaku budi pekerti yang luhur untuk membentuk karakter yang baik, tetapi tetap memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan anak. Di samping itu dapat juga dengan memberi tauladan kepada anak didiknya. Bagi anak usia dini pendidik adalah modelnya, jadi apa yang dilakukan pendidik akan diikutinya. Termasuk dalam hal kejujuran, gurupun juga harus menjadi tauladan bagi anak didiknya. Sebagai contohnya, seorang anak akan malu mengakui kalau dirinya ngompol saat ditanya gurunya ,” siapa yang pernah ngompol ?’’ tapi setelah gurunya
mengatakan suatu kejujuran,’’ dulu waktu kecil bunda juga pernah ngompol.” Akhirnya semua anak mengakui kalau mereka juga pernah ngompol. Hal ini merupakan suatu kejujuran seorang anak. Alangkah baiknya seluruh Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini selalu menerapkan pembelajaran budi pekerti dalam seluruh kegiatanya. Setiap pagi begitu anak datang selalu melaksanakan pembiasaan budi pekerti yang luhur, mulai dari mengucap salam, berjabat tangan, menyapa setiap orang yang ditemui di lingkungan sekolah. Saat bermain bebas sambil menunggu kedatangan teman yang lain anak dibiasakan bergiliran dalam menggunakan alat permainan, tidak berebut mainan (menghormati hak orang lain), dan sebagainya. Sebelum kegiatan inti dimulai didahului dengan mendengarkan dan memperhatikan cerita guru yang selalu berhubungan dengan tema dan diintegrasikan dengan budi pekerti yang luhur. Kegiatan inti selalu diintegrasikan dengan pembiasaan dan keteladanan budi pekerti yang luhur, misalnya menggunakan peralatan sendiri (tidak berebut), bila tidak punya bisa pinjam dengan bahaa yang santun, ucapan terima kasih, ucapan tolong bila perlu bantuan, minta maaf jika melakukan kesalahan, dan lain-lain. Setiap
memulai
kegiatan
dan
mengakhiri
kegiatan
selalu
berdo’a.Disamping do’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan anak juga diajak menghafal do’a-do’a kebaikan seperti mendo’akan kedua orang tua, hadist-hadist seperti hadist jangan marah, kebersihan, dan hadist kasih sayang. Tak lupa pula dengan hafalan surat-surat pendek untuk menumbuhkan nilai-nilai moral dan agama. Pada waktu-waktu tertentu ada kegiatan makan bersama yang juga bisa menumbuhkan budipekerti luhur anak, misal kegiatan berbagi, penanaman tata cara makan yang baik, pembiasaan do’a, dan sebagainya. Sebelum kegiatan makan biasanya didahului dengan
kegiatan cuci tangan bersama. Di sini anak akan antri sabar menunggu giliran untuk cuci tangan. Akan lebih baik jika sesekali waktu anak diajak kerja bakti membersihkan lingkungan, hal ini juga dapat menanamkan budi pekerti yang luhur bagi anak, yaitu merawat milik bersama dengan menjaga dan membersihkan lingkungan sekolah mereka. Tidak ada salahnya pula jika pada waktu tertentu anak diajak mendengarkan cerita betrsama melalui pemutaran video / DVD yang menampilkan cerita-cerita yang dapat menumbuhkan budi pekerti yang luhur pada anak, misalnya si kumbi anak jujur, CD beranda anak dengan judul menolong teman, Kaca mata ayah, Domba kecil, dan lainnya. Dengan melihat tayangan ini, anak akan merasa santai, rilex, enak, senang, dan dapat menikmati , sehingga apa yang dilihatnya akan tertanam dalam dirinya. Selain dengan melihat video, kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan menggunakan media buku cerita bergambar, kadang gambar kreasi guru, dengan boneka-boneka, dan masih banyak media lain yang dapat digunakan. Pembelajaran budi pekerti ini bisa juga dilaksanakan dengan media lagu-lagu yang mengandung makna penanaman budi pekerti. Lagu bisa diciptakan oleh guru sendiri maupun lagu-lagu yang sudah ada. Misalnya lagu yang berjudul Sopan-santun, Wiwit aku isih bayi, Pergi sekolah, Gandeng tangan, mari jadi anak jujur, dan lain sebagainya. Dapat juga dengan berbagai tepuk seperti tepuk anak jujur. Lagu dan tepuk ini kan sangat mengena ke dalam diri anak, karena anak sangat menikmati lagulagu dan tepuk dalam kegiatan. Guru tinggal memasukkan nilai-nilai moral di dalamnya. Apabila seluruh kegiatan di atas dapat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan baik di dalam keluarga maupun di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, insyaallah akan tebentuk anak anak bangsa
yang berbudi luhur, jujur, dan berkarakter. Anak-anak inilah yang merupakan generasi penerus bagi kemajuan bangsa Indonesia.Hal ini akan dapat mengembalikan nama baik bangsa Indonesia yang mulai luntur di mata negara lain. Generasi muda ini jugalah yang akan selalu membawa nama baik dan kejayaan bangsa Indonesia di mata dunia 4. KESIMPULAN Pelaksanaan kegiatan pembelajaran budi pekerti pada anak usia dini dengan berbagai strategi ternyata cukup efektif dan efisien terbukti dapat menumbuhkan dan menanamkan karakter dan budi pekerti luhur pada anak usia dini. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti yang luhur pada anak, yaitu : 1. Anak mengerti milik pribadi dan milik orang lain. Jika mau menggunakan milik orang lain harus ijin. Jika yang punya tidak mengijinkan tidak boleh memaksa. Anak tidak dibiasakan mengambil barang milik orang lain termasuk temannya. Kadang anak sangat ingin benda/mainan temannya, namun kalau tidak dibiasakan berbudi yang luhur anak ingin mengambil barang yang diinginkannya tanpa persetujuan yang punya. Dengan adanya
Pembelajaran budi pekerti
yang . 2. Anak merawat dan menjaga milik bersama. Anak merawat dan menjaga milik bersama, misalnya kebersihan lingkungan sekolah dirawat dan dijaga bersama karena sekolah adalah milik bersama. Mainan yang ada di sekolah juga dijaga bersama, tidak dirusak atau dibawa pualng. 3. Anak berkata jujur. Kejujuran sangat penting artinya bagi kehidupan. Oleh karena itu sejak dini anak harus dibiasakan berkata jujur
walaupun dalam hal yang sangat kecil. Sekali orang tidak jujur ia akan selalu tidak jujur untuk menutupi ketidakjujurannya. 4. Anak terbiasa mengembalikan benda yang bukan miliknya. Jika anak menemukan barang milik orang lain harus segera dikembalikan jika sudah ketemu siapa pemiliknya yang sebenarnya. Di rumah orang tua harus selalu menanamkan hal ini pada anak. Demikian pula di Sekolah. 5. Anak menghargai milik orang lain. Jika temannya punya mainan atau barang lain anak harus selalu diarahkan agar selalu menghargai barang teman tersebut. Jangan sampai karena iri atau hal lain anak merusak, menghancurkan, atau mengambil barang tersebut. 6. Anak mau mengakui kesalahan. Sejak dini anak selalu diarahkan untuk mengakui kesalahannya, tidak menuduh teman lainnya. Jika salahnya pada orang lain anak diarahkan segera minta maaf. 7. Anak mau minta maaf dan memaafkan temannya yang melakukan kesalahan. Kadang anak sulit minta maaf jika melakukan kesalahan, namun sebagai orang tua atau gurunya harus selalu memberi arahan gimana caranya anak mau minta maaf. Dan bagi anak yang dimintai maaf juga diarahkan untuk mau memaafkan. 8. Anak menghargai keunggulan orang lain. Apabila ada temannya yang lebih unggul dalam hal tertentu, seorang anak akan selalu mengakui keunggulan temannya asalkan orang tua dan gurunya selalu mengarahkan. 9. Anak tidak menumpuk mainan dan makanan untuk diri sendiri. Anak akan selalu main bersama dengan temannya asalkan hal ini selalu ditanamkan dalam diri anak. Waktu snack time atau makan bersama anak dibiasakan berbagi dengan teman.
Apabila nilai-nilai kejujuran ini selalu ditanamkan dalam keluarga maupun sekolah akan terbentuklah generasi muda yang berkarakter yang luhur, dan dapat menjadi kebanggan bangsa Indonesia demi kemajuan nusa, bangsa, dan Negara. 5. HARAPAN 1. Karena pentingnya penanaman budi pekerti yang luhur sejak dini diharapkan ada kerja sama yang baik antara keluarga (orang tua) dan Lembaga Pendidikan anak Usia dini 2. Adanya sosialisasi dari Pemerintah yang tiada hentinya kepada masyarakat tentang pentingnya Pembelajaran budi pekerti untuk pembentukan karakter anak 3. Seluruh anggota masyarakat mau menerapkan pembelajaran budi pekerti dalam keluarga maupun dalam Lembaga Pendidikan, sehingga terjadi komunikasi dan yang baik antara orang tua dan Lembaga.
DAFTAR PUSTAKA Ameliasari T. Kesuma.
(2013). Menyusun PTK itu gampang.Jakarta.
Esensi Erlangga Group. Direktorat PAUD. (2009). Pedoman Penerapan Pendekatan BCCT. Semarang. CV Jaya Sakti. Mayke S Tedjasaputra, (2001). Bermain, Mainan dan Permainan, Jakarta: PT Gramedia Pat
Hollingswort
dan
Gina
Lewis,
(2008).
Pembelajaran
Aktif
Meningkatkan Keasyikan di Kelas, Jakarta: PT Indeks Reni Akbar-Hawadi. (2008). Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat, da Kemampuan anak. Jakarta. PT Grasindo. Sri Esti Wuryani Djiwandono, (2008). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo