PEMBACAAN AL-QUR’AN DALAM TRADISI MUJA>HADAH S}ABI>H > }AH JUMU’AH (Studi Living Qur’an di Pon. Pes. Sunan Pandanaran Sleman, Yogyakarta)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Disusun Oleh:
Vitri Nurawalin NIM. 10530042
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
Motto
“Jangan berdo’a untuk terhindar dari masalah, tetapi berdo’alah agar kita pandai menyikapi masalah.”1
1
Komaruddin Hidayat, Ungkapan Hikmah (Jakarta: Noura, 2013), hlm. 41.
v
PERSEMBAHAN Untuk: Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Tercinta dan terkasih kedua orang tua dan seluruh keluarga
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari No: 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ة
bā‘
B
Be
د
tā‘
T
Te
ث
sā‘
S|
es titik di atas
ج
jῑm
J
Je
ح
ḥā‘
H}
ha titik di bawah
خ
khā‘
Kh
ka dan ha
د
Dāl
D
De
ذ
Zāl
Ż
zet titik di atas
ر
rā‘
R
Er
ز
Zai
Z
zet
ش
sῑn
S
Es
ش
syῑn
Sy
es dan ye
ص
ṣād
S}
es (dengan titik di bawah)
ض
ḍād
D}
de (dengan titik di bawah)
ط
ṭā‘
T}
te (dengan titik di bawah)
vii
ظ
ẓā‘
Z}
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
Gain
G
Ge
ف
fā‘
F
Ef
ق
Qāf
Q
Qi
ك
Kāf
K
Ka
ل
Lām
L
El
و
mῑm
M
Em
ٌ
Nūn
N
En
و
Wāwu
W
We
ِ
Hā
H
Ha
ء
Hamzah
’
Apostrof
ٌ
yā‘
Y
Ye
B. Konsonan rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, contoh: ٍ يتعقّديditulis muta‘aqqadῑn عدّحditulis ‘iddah
C. Ta’ marbūṭah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h, هجخditulis hibah جسيخditulis jizyah
viii
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t, contoh: َعًخ اهللditulis ni’matullah زكبح انفطرditulis zakātul-fiṭri
D. Vokal pendek َ (fatḥah) ditulis a contoh َ ضَرَةditulis daraba ِ(kasrah) ditulis i contoh َ َف ِهىditulis fahima ُ (dammah) ditulis u contoh َ كُتِتditulis kutiba
E. Vokal panjang 1. Fatḥah+alif ditulis ā (garis diatas) جبههيّخditulis jāhiliyyah 2. Fatḥah+alif maqṣūr, ditulis ā (garis diatas) ً يسعditulis yas’ā 3. Kasrah+yā’ mati, ditulis ῑ (garis diatas) يجيدditulis majῑd 4. Dhammah+wāwu mati, ditulis ū (garis diatas) فروضditulis furūd
F. Vokal-vokal rangkap 1. Fatḥah dan yā’ mati ditulis ai, contoh: ثيُكىditulis bainakum
ix
2.
Fatḥah dan wāwu mati ditulis au, contoh: قىلditulis qaul
G. Vokal-vokal yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof (‘) ااَتىditulis a’antum اعدّدditulis u’iddat نئٍ شكرتىditulis la’in syakartum
H. Kata sandang Alif dan Lam 1. Bila diikuti huruf Qamariyyah contoh: ٌ انقراditulis Al-Qur’ān انقيبشditulis Al-Qiyās 2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya. انشًصditulis Asy-Syams انسًبءditulis As-Samā’
I.
Huruf besar Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
J.
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat 1. Dapat ditulis menurut penulisannya. ذوي انفروضditulis Żawi al-furūd 2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut, contoh: أهم انسُخditulis Ahl as-Sunnah
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti sangat bangga terhadap karya yang sederhana ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam kami kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin kami menuju jalan yang benar. Skripsi ini membahas tentang salah satu tradisi yang berada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, yaitu tradisi Mujahadah Shabihah Jumu’ah. Penelitian tidak berarti apa-apa tanpa bantuan dari beberapa pihak. Mereka semua patut mendapatkan ucapan terima kasih, mereka semua yaitu: 1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta do’a tanpa henti. Dan juga kepada seluruh kelurga saya ucapkan terima kasih. 2. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar dan menuntut Ilmu pada Program Sarjana jurusan Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 3. Dr. H. Syaifan Nur, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. selaku Ketua Jurusan Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xi
5. Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6. Dr. Nurun Najwah, MA. sebagai pembimbing skripsi sekaligus selaku dosen
yang
senantiasa
berkenan
meluangkan
waktu
untuk
memberikan bimbingan dan wawasan keilmuan di bidang kajian living Qur’an guna terselesaikannya skripsi ini. 7. Inayah Rohmaniyah, M. Ag., M.Hum. sebagai dosen pembimbing akademik,
yang dengan penuh perhatian
dan
rasa
familiar
memberikan bimbingan akademik maupun non akademik kepada penulis mulai dari semester awal sampai akhir, sehingga proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai rencana. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dengan penuh semangat dan dengan tulus telah memberikan Ilmu dan pengetahuan serta wawasan yang mendalam mengenai segala aspek keilmuan selama penulis mengikuti perkuliahan. 9. Seluruh pimpinan dan staf administrasi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis mengikuti perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini. 10. Seluruh pihak yang terlibat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Kepada pengasuh, Bpk. K.H. Mu’tasim Billah saya haturkan terima
xii
kasih karena sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian di pesantren ini. Kepada keluarga ndalem, jajaran pengurus baik dari Komplek H}uffa>z} Putra maupun Komplek H}uffa>z} Putri dan temanteman santri komplek huffaz sekalian yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 11. Teman-teman jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2010, teman-teman SHOUFANA tercinta dan terkasih, teman-teman Pondok Pesantren Sunan Pandanaran terutama teman-teman kamar Yasmin, teman-teman KKN Kota 31 Mantrijeron, dan teman-teman semua yang saya kenal mapun yang mengenali saya. Kekurangan dan kesalahan adalah karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti
dalam penulisan karya ini. Jika ada khilaf dan salah yang
peneliti tuturkan dan penulis lakukan, maka dengan penuh kesadaran peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya Peneliti menyadari karya sederhana ini jauh dari kesempurnaan dan pastinya banyak kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Kekurangan dan kesalahan adalah karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam penulisan karya ini. Jika ada khilaf dan salah yang penulis tuturkan dan penulis lakukan, maka dengan penuh kesadaran penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Yogyakarta, 19 Juni 2014 Peneliti,
Vitri Nurawalin xiii
ABSTRAK
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah yang dilaksanakan di Komplek H}uffa>z} Pondok Pesantren Sunan Pandanaran terdapat pembacaan al-Qur’an surat dan ayat-ayat tertentu. Tradisi ini sudah berjalan lama dan tetap berjalan hingga sekarang. Dalam penelitian ini dibatasi pada dua masalah penting yang perlu diteliti. Pertama, bagaimana fenomena pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam upacara Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah?. Kedua, bagaimana pemaknaan pondok Pesantren Sunan Pandanaran terhadap pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan dalam Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif (studi kasus), yaitu penyajian data dengan perspektif emic, yaitu data dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian. Peneliti menggunakan tiga metode dalam proses pengumpulan data yaitu obserfasi, interview dan dokumentasi.
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah dilaksanakan seminggu sekali pada hari jum’at setelah shalat subuh. Salah satu bacaan yang ada pada muja>hadah tersebut adalah surat al-Kahfi dan al-Qur’an ayat-ayat pilihan atau disebut juga dengan do’a rabbana>, karena ayat-ayat yang dipilih adalah ayat-ayat yang lafalnya menunjukkan do’a dengan kata rabbana> diawal kalimatnya. Praktik tersebut merupakan salah satu tindakan sosial yang memiliki makna, baik makna objektif, ekspresive maupun dokumenter. Makna objektif-nya adalah praktik tersebut merupakan salah satu peraturan yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang harus dilaksanakan, karena jika tidak melaksanakan praktik tersebut akan dikenai takzir. Makna Ekspresive-nya antara lain adalah sebagai sarana memohon pertolongan dan ampunan kepada Allah SWT., serta menentramkan hati. Sedangkan makna dokumenter-nya adalah disadari atau tidak disadari pembacaan al-Qur’an pada suatu mujahadah atau kegiatan lain sudah menjadi hal yang wajar. Karena praktik tersebut sudah ada sejak lama bahkan Rasul SAW. pun menjalankan praktik tersebut.
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN
ii
HALAMAN NOTA DINAS
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
vii
KATA PENGANTAR
xi
ABSTRAK
xiv
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR GAMBAR
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
5
D. Telaah Pustaka
6
E. Kerangka Teori
9
F. Metode Penelitian
11
G. Sistematika Pembahasan
16
BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN
18
A. Profil Pon. Pes. Sunan Pandanaran
18
1. Letak Geografis
18
2. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya
18
B. Kegiatan Harian dan Mingguan Komplek H}uffaz} 29
Pon. Pes. Sunan Pandanaran C. Beberapa Mujahadah yang Dilaksanakan di Komplek H}uffaz} Pon. Pes. Sunan Pandanaran
31
xv
BAB III PELAKSANAAN MUJA>HADAH S}ABI>H}AH JUMU’AH PON. PES SUNAN PANDANARAN
33
A. Sejarah Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
33
B. Tata Laksana Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
33
1. Waktu dan Tempat
33
2. Pemimpin
34
3. Partisipan
35
4. Prosesi Pembacaan
35
C. Perlengkapan Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
49
1. Al-Qur’an
50
2. Panduan Bacaan
50
3. Air
51
D. Motivasi Pelaksanaan Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
52
BAB IV AL-QUR’AN DALAM TRADISI MUJA>HADAH
S}ABI>H}AH JUMU’AH DI KOMPLEK H}UFFA>Z>} PON. PES. SUNAN PANDANARAN
57
A. Penggunaan al-Qur’an dalam Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
57
1. Karakteristik Pembacaan al-Qur’an Surat dan Ayat-ayat Pilihan dalam Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
57
2. Praktik Pembacaan al-Qur’an pada Muja>hadah S}abi{>h}ah
Jumu’ah Sebagai Tindakan Sosial
62
B. Makna Pembacaan al-Qur’an dalam Muja>hadah S}abi{>h}ah
Jumu’ah Berdasarkan Teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim
66
1. Makna Obyektif
69
2. Makna Ekspresive
69
3. Makna Dokumenter
75
C. Asal-usul Pengetahuan Pembacaan al-Qur’an dalam
Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah xvi
76
BAB V PENUTUP
89
Kesimpulan dan Saran
89
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 : Panduan Wawancara Lampiran 2 : Foto Sarana Fisik Lampiran 3 : Foto Kegiatan Lampitan 4 : Curriculum Vitae Lampiran 5 : Daftar Informan
xvii
Daftar Gambar Gambar 1
: Huffaz} Putra dalam Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
Gambar 2
: Huffaz Putri dalam Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
Gambar 3, 4 dan 5
: Panduan Bacaan Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah
Gambar 6
: Dirigen berisi air
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Al-Qur‘an memuat lebih dari enam ribu ayat yang diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari dua puluh tiga tahun. Ayat-ayat tersebut dihimpun menjadi suwar (tunggal: surah), yang berarti ―wilayah tertutup‖. Panjang setiap surah al-Qur‘an—yang semuanya berjumlah 114 surah—sangat beragam. Surah paling pendek adalah al-Kaus|ar (108) yang terdiri dari tiga ayat, dan yang terpanjang adalah al-Baqarah (2), yang memuat 286 ayat.1 Al-Qur‘am memperkenalkan dirinya antara lain sebagai Hudan li an-Na>s dan sebagai ―Kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju terang benderang‖ (Q.S. Ibrahim (14): 1).2 Setiap muslim berkeyakinan bahwa al-Qur‘an adalah wahyu Allah SWT. yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan bimbingan hidup. Untuk mendapatkan petunjuk al-Qur‘an muslim membaca dan memahami isinya serta mengamalkannya. Pembacan al-Qur‘an menghasilkan pemahaman beragam menurut kemampuan masing-masing. Ada dua model interaksi umat Islam dengan kitab al-Qur‘an. pertama, model interaksi umat Islam terhadap al-Qur‘an melalui pendekatan atau kajian teks al-Qur‘an (textual oriented). Cara ini telah lama dilakukan oleh para mufasir
1
Ingrid Mattson, Ulumul Quran Zaman Kita terj. R. Cecep Lukman Yasin (Jakarta: Zaman, 2013), hlm. 46. 2 Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 139.
1
2
klasik maupun kontemporer, yang kemudian menghasilkan beberapa produk kitab tafsir. Kedua, model interaksi dengan mencoba secara langsung berinteraksi, memperlakukan, dan menerapkan al-Qur‘an secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Model kedua dari interaksi di atas dapat dilihat misalnya dengan membaca al-Qur‘an, menghafal al-Qur‘an, berobat dengan al-Qur‘an, memohon berbagai hal dengan al-Qur‘an, mengusir makhluk halus dengan al-Qur‘an, menerpakan ayat-ayat al-Qur‘an tertentu dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan sosial, dan menuliskan ayat-ayat al-Qur‘an untuk menangkal gangguan maupun untuk hiasan.3 Al-Qur‘an yang secara harfiah berarti ―bacaan sempurna‖ merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi alQur‘an al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu.4 Terdapat beberapa variasi dalam membaca al-Qur‘an, ada individu yang mengkhususkan membaca al-Qur‘an pada waktu tertentu dan pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada malam Jumat tengah malam di serambi masjid atau di makam tokoh tertentu. Ada juga kelompok yang membaca surat tertentu dalam alQur‘an pada waktu-waktu tertentu, misalnya membaca surat Yasin pada malam Jumat hingga melahirkan tradisi Yasinan.5 Hal seperti ini juga terjadi di Pondok
3
Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm.12 4 Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 3. 5 Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. 15.
3
Pesantren Sunan Pandanaran, membaca surat-surat tertentu pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada tradisi Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah.
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah merupakan salah satu tradisi yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Dilaksakan setiap hari Jum‘at pagi setelah shalat Subuh. Tradisi ini dilaksanakan di beberapa Komplek Pondok Pesantren Sunan Pandanaran (PPSPA), baik yang bertempat di Sleman Yogyakarta maupun yang bertempat di Semin, Gunung Kidul. Sedangkan bacaan yang dibaca dalam tradisi ini adalah ayat-ayat al-Qur‘an, Asma` al-H}usna yang juga tertuang di dalamnya dan juga shalawat. Setiap
komunitas
mempunyai
tradisi
masing-masing
yang
berkemungkinan besar berbeda dengan tradisi komunitas lain. Dapat dilihat setiap Jum‘at pagi setelah shalat subuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran melaksanakan tradisi membaca ayat-ayat al-Qur‘an, asma’ al h}usna, dan shalawat yang biasa disebut dengan Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah, sedangkan pada pondok pesantren lain melaksanakan tradisi yang berbeda misalnya, Pondok Pesantren Wahid Hasyim (didirikan oleh Kiai Abdul Hadi) setiap hari Jum‘at pagi melaksakan tradisi makbarohan, yaitu ziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren tersebut dengan membaca Yasin dan Tahlil. Pondok Pesantren al-Ma‘unah Kepuh, Palimanan, Cirebon (didirikan oleh KH. Bahruddin Yusuf) melaksanakan tradisi sima‟an al-Qur‘an santri putri dengan Ibu Nyai Nafisah (istri dari pendiri/pengasuh). Berbedanya tradisi pada komunitas satu dengan komunitas lain disebabkan karena maksud dan tujuan tertentu.
4
Pelaksanan Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah yang ada di Komplek-komplek PPSPA juga terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada bacaan yang dibaca dalam mujahadah tersebut. Salah satu perbedaannya adalah pada ayat-ayat al-Qur‘an yang dibaca, pada komplek-komplek lain ayat-ayat/surat yang dibaca adalah surat al-Kahfi akan tetapi di Komplek H}uffa>z} tidak hanya surat al-Kahfi saja akan tetapi terdapat beberapa surat lain dan hanya beberapa ayat saja, tidak seluruhnya seperti halnya surat al-Kahfi. Misalnya, surat Ali Imran ayat 8,16, 23, 53, 147, dan 193, surat Ibrahim ayat 41, surat, dan surat Thaha ayat 25-26). Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena ini karena pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an
tertentu pada Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah
Komplek H}uffa>z} ini berbeda dengan komplek-komplek yang lain. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui makna dan alasan dari pembacaan surat dan ayat-ayat tertentu yang dibaca pada tradisi ini dan memaparkan bagaimana prosesi ini berlangsung khusus pada Komplek H}uffa>z} Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman,
Yogyakarta.
Pelaksanaan
Muja>hadah Shabi>h}ah Jumu’ah
yang
dilaksanakan di Komplek H}uffa>z} ini dilaksanakan bersama-sama antara santrisantri putra dan putri di Masjid komplek Nurul Qur‘an (masjid yang berdiri di Komplek Satu). Dan untuk meneliti bagaimana tradisi ini berlangsung akan dilaksanakan selama satu bulan pada bulan maret 2014. Dalam penelitian ini, untuk mengungkap lebih dalam makna ayat-ayat alQur‘an yang dibaca dalam Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah, serta bagaimana prosesi tradisi ini berlangsung, maka peneliti menggunakan kajian Living Qur‟an. Living Qur‟an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial
5
terkait dengan kehadiran Qur‘an atau keberadaan Qur‘an di tengah komunitas Muslim tertentu.6 Living Qur‟an merupakan salah satu bentuk perkembangan kajian terhadap studi al-Qur‘an yang mencoba menangkap berbagai pemaknaan atau resepsi masyarakat terhadap al-Qur‘an. Model studi Living Qur‟an ini menjadikan fenomena yang hidup di tengah masyarakat Muslim terkait dengan al-Qur‘an sebagai objek studinya.7 B. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa poin penting yang perlu dikaji secara sistematis dan mendalam yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana fenomena pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam upacara
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah? 2. Bagaimana pemaknaan pondok Pesantren Sunan Pandanaran terhadap pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an yang digunakan dalam Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui prosesi pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam tardisi
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.
6
Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. 8. 7 Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. 7.
6
b. Untuk mengetahui makna pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah bagi Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. 2. Kegunaan Penelitian a. Menambah wawasan di bidang ilu-ilmu keislaman, khususnya ilmuilmu tafsir dan pemikiran keislaman di Indonesia. b. Secara akademik, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah studi al-Qur‘an terutama di bidang Living Qur‟an. c. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan dapat memberikan informasi bagi pihak-piak yang berkepentingan serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. D. Telaah Pustaka Telaah pustaka penting dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengetahui posisi karyanya terhadap karya-karya yang telah ada sebelumnya. Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa sumber maupun literatur yang ada kaitannya dengan pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam sebuah tradisi dan kaitannya dengan penelitian yang akan
dilakukan berkenaan dengan Living
Qur‟an. Skripsi karya Rafi‘uddin dengan judul ―Pembacaan Ayat-ayat al-Qur‘an dalam Upacara Peret Kandung (Studi Living Qur‟an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura)‖, dalam skripsi tersebut menyatakan bahwa dalam upacara Peret Kandung al-Qur‘an menjadi bacaan sebagai media doa untuk
7
memohon keselamatan dan berkah. Al-Qur‘an menjadi media perantara antara hamba dengan Tuhan sang pencipta menjadi semakin dekat dan ingat pada-Nya.8 Skripsi Aida Hidayah yang berjudul ―Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‘an Sebagai Metode Pengobatan bagi Penyakit Jasmani: Studi Living Qur‘an di Kabupaten Demak Jawa Tengah‖. Skripsi tersebut meneliti mengenai penggunaan ayat-ayat al-Qur‘an yang dijadikan sebagai pengobatan jasmani yang secara khusus telah dipraktikkan oleh masyarakat Demak. Dalam skripsi ini, diungkapkan fenomena-fenomena al-Qur‘an yang ada di dalamnya.9 Skripsi lain yang ditulis oleh Fathurrohim dengan judul Tradisi Membaca Surah al-Jinn sebelum Menempati Rumah Baru pada Masyarakat Margasari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Studi Living Qur‟an). Skripsi ini menjelaskan sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika hendak menempati rumah baru atau gedung-gedung baru yakni tradisi membacakan surah al-Jinn agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus.10 ―Bacaan al-Qur‘an Pada Ayyamul Bid: Studi Living Qur‟an di Kampung Sudimoro, Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul‖, merupakan skripsi karya Edi Kurniawan. Skripsi mengungkapkan bahwa kegiatan pem Bacaan al-Qur‘an pada Ayyamul Bid memiliki makna sosiokultural bagi kehidupan masyarakat yaitu; pertama, makna persatuan dan kesatuan. Kedua, 8
Rafi‘uddin, ―Pembacaan Ayat-ayat al-Qur‘an dalam Upacara Peret Kandung: Studi Living Qur‟an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura‖, Skripsi Fakutas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, hlm. 82. 9 Aida Hidayah, ―Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‘an Sebagai Metode Pengobatan bagi Penyakit Jasmani: Studi Living Qur‟an di Kabupaten Demak Jawa Tengah‖, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011, hlm. 46. 10 Fathurrohim, ―Tradisi Membaca Surah al-Jinn sebelum Menempati Rumah Baru pada Masyarakat Margasari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap: Studi Living Qur‘an‖, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010, hlm. 68.
8
gotong royong (kekeluargaan). Ketiga, education (pendidikan). Keempat, pengendalian sosial, yang mana seiring berjalannya waktu dapat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, baik dalam beribadah maupun dalam berinteraksi dengan anggota masyarakat lain terutama masyarakat Kampung Sudimoro.11 Skripsi yang ditulis oleh Zulfa Afifah dengan judul ―Simaan al-Qur‘an dalam Tradisi Rasulan (Studi Living Qur‟an di Desa Jatimulyo, Dlingo, Bantul, Yogyakarta)‖. Dalam skripsi ini membahas tentang tradisi rasulan, yaitu tradisi masyarakat yang merupakan salah satu bentuk perayaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada sing mbaurekso, karena telah diberikan hasil panen yang melimpah. Tradisi rasulan ini dianggap menjadi salah satu bentuk upacara penghormatan terhadap Nabi Muhammad saw. dan munculnya aktivitas simaan al-Qur‘an di dalamnya.12 Penelitian yang dilakukan oleh Moh Ali Wasik, tentang ―Fenomena Pembacaan al-Qur‘an dalam Masyarakat Padukuhan Srumbung, Pleret, Bantul. Menjelaskan respon masyarakat terhadap perintah membaca al-Qur‘an dan mengetahui model-model pembacaannya. Adapun hasil dari penelitian Ali Waisak tersebut yaitu membaca al-Qu‘an adalah suatu keharusan yang mesti dilakukan oleh orang Islam. kesadaran ini diperoleh dari saran kyai setempat dan terdapat bagian ayat yang memiliki kekuatan magis.13
11
Edi Kurniawan, ―Bacaan al-Qur‘an Pada Ayyamul Bid: Studi Living Qur‟an di Kampung Sudimoro, Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul‖, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012, hlm. 139. 12 Zulfa Afifah, ―Simaan al-Qur‘an dalam Tradisi Rasulan: Studi Living Qur‟an di Desa Dlingo, Bantul, Yogyakarta‖, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011, hlm. 133. 13 Moh Ali Wasik, ―Fenomena al-Qur‘an dalam Masyarakat Srumbung, Pleret, Bantul, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005, hlm. 80.
9
Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, buku ini berisi kumpulan tulisan dari beberapa Dosen Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang di dalamnya berisi tentang Living Qur‟an dan Hadis. Buku ini juga menuliskan sejarah hingga metodologi penelitian Living Qur‟an dan Hadis sebagai salah satu varian penelitian Agama.14 Dari beberapa literatur yang telah dipaparkan di atas peneliti belum menemukan penelitian tentang Mujahadah Shabihah Jumu‟ah dan pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an pada tradisi tersebut. Pada Penelitian yang hendak dilakukan ini mempunyai perbedaan dan spesifikasi pada aspek Living Qur‟an. Penelitian ini akan meneliti makna dan faktor pendorong pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam tradisi Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah. Dengan demikian, di sinilah inti dari problem akademik yang mendorong penelitian ini dilakukan. E. Kerangka Teori Dalam mengkaji praktik pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah Shabi>h}ah
Jumu’ah, peneliti mencoba menggunakan teori yang ditawarkan oleh Max Weber dan Karl Mannheim. Dalam Teori Tindakan Sosial yang diusung oleh Max Weber, dia mengklasifikasikan tipe tindakan sosial ke dalam empat jenis. Pertama, Rasional Instrumental, yaitu tindakan sosial yang yang dilaksanakan dengan pertimbangan tertentu antara usaha, manfaat dan tujuan yang ingin didapat oleh
orang
tersebut.
Kedua,
Rasional
Berorientasikan
Nilai.
Rasional
berorientasikan nilai adalah tindakan sosial yang memperhitungkan manfaatnya, 14
Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007).
10
tapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Yang pasti tidakan tersebut dinilai baik dan benar oleh masyarakat (kelompok) sekitarnya. Ketiga, Tindakan Afektif, tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi. Keempat, Tindakan Tradisional, adalah tindakan yang dilakukan dibawah pengaruh adat dan kebiasaan.15 Tindakan sosial dibangun dari tindakan individu yang diarahkan kepada orang lain. Misalnya perilaku beragama bukan tindakan sosial kalau ia hanya mengambil bentuk kontemplasi atau do‘a sendirian.16 Selain tindakan sosial di atas, peneliti juga mengungkap makna dari praktik pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah dengan menggunakan Teori Sosiologi Pengetahuan yang ditawarkan oleh Karl Mannheim, yaitu membagi makna perilaku menjadi tiga macam, makna obyektif, ekspresif dan dokumenter. Makna obyektif adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial di mana tindakan berlangsung atau disebut juga dengan makna dasar (makna asli). Makna ekspresif adalah makna dari setiap aktor (pelaku). Sedangkan makna dokumenter adalah makna yang tersirat atau tersembunyi , sehingga aktor tidak sepenuhnya menyadari bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada kebudayaan secara menyeluruh.17 Praktik pembacaan al-Qur‘an dalam Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah merupakan salah satu tindakan sosial, karena dalam praktik tersebut tak hanya
15
Max Weber, Sosiologi terj. Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea (Yogyakarta: Pustaka, 2009), hlm. 67. 16 Zainuddin Maliki, Rekontruksi Teori Sosial Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm. 264. 17 Gregory Baum, Agama dalam Bayang-bayang Relativisme (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya ,1999), hlm. 11-12.
11
dilakukan sendiri tapi secara bersama-sama dan dimaksudkan untuk orang lain juga. Ayat-ayat pilihan yang dibaca pada praktik ini adalah ayat-ayat do‘a yang do‘a tersebut bukan untuk keselamatan diri sendiri akan tetapi untuk keselamatan orang lain juga. Setiap tindakan yang dilakukan sesorang pasti memiliki makna tersendiri bagi pelakunya, termasuk praktik pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah S}abi>h}ah
Jumu’ah.
Tiap individu yang melakukan praktik tersebut pastinya memiliki
makna masing-masing yang berbeda antara individu satu dengan lainnya. Selain itu, tindakan tersebut juga memiliki makna objektif dan makna dokumenter. F. Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.18 Dalam sebuah penelitian peranan metode penelitian sangatlah penting, agar dalam mengunkap sebuah persoalan terlebih dalam sebuah kajian ilmiah dapat terarah dan optimal. Berkenaan dengan pokok persoalan dalam penelitian ini adalah tentang pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam Tradisi Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman, Yogyakarta, maka jenis penelitian adalah penelitian kualitatif (studi kasus), yaitu penyajian data dengan perspektif emic, yaitu data dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian.19 Maka data penelitian ini diungkapkan berdasarkan ungkapan bahasa dan cara berpikir, sesuai dengan subjek penelitian. Sedangkan sifat dari
18
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 145. 19 Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press, 2007), hlm. 72.
12
penelitian ini adalah deskriptif, yaitu memaparkan secara sistematis fakta-fakta dan karakteristik objek penelitian secara faktual dan akurat. 1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Keluarga Ndalem20 PPSPA b. Orang-orang yang mengetahui seluk-beluk tradisi Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah c. Perwakilan Pengurus Pondok Pesanren Sunan Pandanaran. d. Sebagian santri PPSPA Komplek H}uffa>z}, yaitu beberapa perwakilan dari santri yang murni menghafal al-Qur’an dan yang menghafal alQur’an sambil kuliah. Subjek penelitian di atas adalah orang-orang yang akan diwawancarai langsung untuk memperoleh data dan informasi. Informan bisa saja bertambah sesuai dengan apa yang diterima dan dialami peneliti selama proses pengumpulan data. Sedangkan objek penelitian ini yaitu Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah, merupakan salah satu tradisi di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Sebagai penelitian studi kasus, maka objek penelitian dan subjek penelitian (informan) ini lebih pada wilayah yang sempit, kasus yang dipilih pun terjadi pada wilayah yang relatif kecil, yaitu studi kasus yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Komplek 1 (h}uffa>z} putra) dan Komplek 2 (h}uffa>z putri). Jumlah informan dan
20
Ndalem (Bhs. Jawa), artinya keturunan dari pendiri pesantren yang meneruskan perjuangannya.
13
cakupan wilayah objek penelitian tidak menjadi hal yang penting dalam penelitian, melainkan lebih menekankan pada kedalaman penelitian itu sendiri.21 Dalam melakukan penelitian pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah, peneliti dibantu oleh beberapa pihak dalam mengamati proses pembacaan al-Qur’an pada h}uffa>z} putra. Walaupun praktik pembacaan ini dilakukan dalam satu majlis, peneliti tidak bisa secara langsung mengamati proses pembacaan oleh h}uffa>z} putra, karena jarak antara putra dan putri lumayan jauh dan santri putri di serambi masjid sedangkan putra di dalam masjid. Jarak atau satir (pembatas) antara putra dan putri dalam dunia pesantren adalah sesuatu yang wajib, maka peneliti bekerja sama dengan pengurus h}uffa>z} putra. 2. Metode Pengumpulan Data Sebagai penelitian kualitatif, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode observasi (pengamatan terlibat), interview (wawancara mendalam), dan dokumentasi. a. Observasi (pengamatan) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomenafenomena yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi, yang bertujuan mengadakan suatu pengamatan terhadap pelaksanaan Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah di Komplek Huffadz Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Penelitian ini merupakan penelitian insider bagi peneliti sendiri artinya, penelitian ini dilakukan di tempat sendiri dan peneliti biasa melaksanakan praktik 21
Moh Soehadha, Metode Penelitian Kualitatif untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA Press, 2012), hlm. 119.
14
pembacaan al-Qur‘an pada Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha se-obyektif mungkin dalam mengungkapkan data yang di dapat dalam praktik tersebut. Walaupun peneliti telah terbiasa melaksanakan praktik pembacaan alQur’an pada Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah, peneliti tetap melakukan observasi dan lebih mendalam, karena sebelum melaksanakan penelitian pada tradisi ini, peneliti hanyalah makmum / jama’ah biasa yang kurang begitu memperhatikan sekitar (jama’ah lain). Juga, peneliti berusaha mengungkap keunikan-keunikan yang terdapat pada praktik pembacaan al-Qur’an pada Muja>hadah S}abi>h}ah
Jumu’ah. Keunikan-keunikan pada tradisi tersebut akan terlihat karena pengalaman peneliti sebelumnya. Yaitu pengalaman-pengalaman yang didapat dari luar sebelum mengikuti praktik tersebut. b. Interview (wawancara) Interview adalah pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada informan untuk mendapatkan data dan informasi. Adapaun interview dalam penelitian ini, peneliti tujukan kepada informan yang mengikuti tradisi Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah secara langsung maupun yang diasumsikan mengetahui selukbeluk tradisi tersebut. Metode wawancara yang peneliti lakukan adalah metode wawancara etnografi dan wawancara terstruktur. Wawancara etnografi adalah wawancara yang tak ubahnya sebuah percakapan persahabatan, sehingga informan yang sedang diwawancarai tidak menyadari jika sebenarnya peneliti sedang mengambil atau menggali informasi. Wawancara etnografi dianggap penting untuk
15
memperoleh informasi di bawah permukaan dan menemukan apa yang orang pikirkan dan rasakan mengenai peristiwa tertentu.22 Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang sudah dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara nantinya.23 c. Dokumentasi Selanjutnya adalah tahap dokumentasi. Pada tahap ini peneliti akan mengambil gambar-gambar yang ada hubungannya dengan pelaksanaan
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah. Metode ini digunakan untuk menyempurnakan data-data yang diperoleh dari metode observasi dan interview. 3. Metode Analisa Data Setelah data-data terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis datadata tersebut, dalam hal ini peneliti melakukan tiga tahapan. Pertama, tahap reduksi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan dan trasformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Proses reduksi data ini dimaksudkan untuk lebih menajamkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.24 Kedua, display data atau penyajian data. Maksudnya adalah pemaparan data yang diperoleh, sebagai persiapan untuk melakukan analisis dan kemudian
22
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 181. 23 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: UII Press, 2007), hlm. 137. 24 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: UII Press, 2007), hlm. 145.
16
pada akhirnya melakukan penyimpulan data.25 Pada tahap ini, peneliti melakukan organisasi data, mengaitkan hubungan-hubungan tertentu antara data yang satu dengan yang lainnya. Ketiga, proses verifikasi dan juga penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti dari data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti, dan intepretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama dan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan lainnya.26 G. Sistematika Pembahasan Secara garis besar pembahasan dalam skripsi ini terbagi dalam tiga bagian yaitu; pendahuluan, isi, dan penutup. Setiap bagian dalam bab mesing-masing memuat sub-sub bab. Bab pertama adalah pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupan pengantar untuk memahami pembahasan penelitian yang akan dikaji. Bab kedua berisi gambaran umum Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang memuat tentang letak geografis, sejarah singkat berdiri dan berkembangnya Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, kegiatan Komplek H}uffa>z} Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.
25
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif , hlm146. 26 Ibid., 146.
17
Bab ketiga berisi tradisi membaca al-Qur‘an dan tradisi Mujahadah Shabihah Jumu‟ah, memuat tentang pembacaan al-Qur‘an secara umum dan pembacaan al-Qur‘an dalam pandangan Pondok Pesanten Sunan Pandanaran. Serta tentang sejarah, motivasi dan makna pelaksanaan Muja>hadah Shabi>h}ah
Jumu’ah. Bab keempat berisi tradisi pembacaan ayat-ayat al-Qur‘an dalam
Muja>hadah Shabi>h}ah Jumu’ah memuat tentang ayat-ayat/surah al-Qur‘an yang dibaca dalam tradisi Muja>hadah Shabi>h}ah Jumu’ah, alasan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran membaca ayat-ayat tersebut dan memaparkan berlangsungnya prosesi tersebut pada tradisi Muja>hadah Shabi>h}ah Jumu’ah. Bab kelima merupakan bab terakhir (penutup) yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dikaji dan saran-saran untuk penelitian yang dikaji.
BAB V PENUTUP
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah adalah salah satu muja>hadah yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Mujahadah ini dilaksanakan pada hari Jum‘at setelah shalat subuh. Pondok Pesantren Sunan Pandanaran terdiri dari beberapa komplek, dan dalam pelaksanaan mujahadah tersebut dilaksanakan pada komplek masing-masing, kecuali Komplek 1 dan Komplek 2. Kedua komplek ini disebut dengan Komplek H}uffa>z} karena dihususkan untuk para penghafal alQur‘an. dalam pelaksnaan Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah, kedua komplek ini melaksanakannya bersama-sama dalam satu majlis di Masjid Nurul Qur‘an (masjid komplek 1). Fokus kajian yang peneliti kaji adalah Muja>hadah S}abi>h}ah
Jumu’ah yang dilaksanakan di Komplek H}uffa>z.} Muja>hadah tersebut telah berlangsung lama, diawali dari bermunculannya santri di Pondok Pesantren Sunan Panadaran sampai sekarang dan muja>hadah tersebut telah menjadi tradisi pesantren ini. Karena mujahadah tersebut dianggap sebagai kegiatan yang baik dan memiliki dampak positif maka mujahadah tersebut tetap dilestarikan. Dalam Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah terdapat praktek pembacaan alQur‘an syrat dan ayat-ayat pilihan. Surat yang dibaca dalam muja>hadah tersebut adalah surat al-Kahfi (dari ayat pertama sampai terakhir) dan ayat-ayat pilihannya adalah surat Ali Imran ayat 8,16, 23, 53, 147, dan 193, surat Ibrahim ayat 41, surat, dan surat Thaha ayat 25-26, ayat-ayat pilihan tersebut dinamakan juga
90
91
dengan do‟a rabbana>. Surat dan ayat-ayat tersebut dibaca dalam Muja>hadah
S}abi>h}ah Jumu’ah karena merupakan perintah dari KH. Mufid Mas‘ud dan sudah menjadi tradisi sejak dulu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktik pembacaan al-Qur‘an pada mujahadah tersebut, yaitu: pertama, mengharap keberkahan dan keselamatan. Kedua, karena peraturan pesantren. Ketiga, karena
ta’z}i>m kepada kyai. Dan keempat, karena sudah menjadi tradisi. Saran peneliti untuk para imam Muja>hadah S}abi{>h}ah Jumu’ah agar lebih lagi dalam mempelajari dan mempraktikkan nada bacaan yang sudah menjadi ciri has mujahadah tersebut. Untuk para jama’ah diusahakan lebih giat lagi melaksanakan muja>hadah tersebut dan lebih khusyu’.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Zulfa. ―Simaan al-Qur‘an dalam Tradisi Rasulan: Studi Living Qur‟an di Desa Dlingo, Bantul, Yogyakarta‖. Skripsi Fakultas Ushuluddin IN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2011. Al-Baihaqi, Abu Bakr Ahmad bin Al Husain bin Ali. al-Sunan al-Kubra. Makkah al-Mukarramah : Maktabah Dârul Bâz, 1994. Al-Baihaqi, Ahmad bin al-Husain bin Ali. Ma‟rifah al-Sunan wa al-A tsar. Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah. Baum, Gregory. Agama dalam Bayang-bayang Relativisme. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya ,1999. Al-Darimi, Abdullah Abdurrahman. sunan al-Darimi. Beirut : Darul Kitab alArabi, 1407 H Darwazah, Muhammad Kutub, 1383 H.
Izzat al-Tafsir al-Hadits. Al-Qahirah : Dar Ihya‘ul
Departemen Agama, al-Qur‟an al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok). Kudus: Menara Kudus, 2006). El-Sultha, Saiful Hadi. Do‟a-do‟a Dahsyat dan Mustajab dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. Banten: 2013, Shuhuf Media Insani. Fathurrohim. ―Tradisi Membaca Surah al-Jinn Sebelum Menempati Rumah Baru pada Masyarakat Margasari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap: Studi Living Qur‟an. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2010. Hidayah, Aida. ―Penggunaan ayat-ayat al-Qur‘an Sebagai Metode Pengobatan bagi Penyakit Jasmani: Studi Living Qur‟an di Kabupaten Demak, Jawa Tengah‖. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Klijaga. Yogyakarta, 2011. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: UII Press, 2007. Kurniawan, Edi. ―Bacaan al-Qur‘an Pada Ayyamul Bid: Studi Living Qur‟an di Kmpung Sudimoro, Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul‖. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2012.
92
93
Maliki, Zainuddin. Rekontruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012. Mannheim, Karl. Ideologi dan Utopia; Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj. F. Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius, 1991. Mattson, Ingrid. Ulumul Qur‟an Zaman Kita terj. R. Cecep Lukman Yasin. Jakarta: Zaman, 2013. Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. An-Nasai. Al-Sunan al-Kubra. Beirut : Darul Kutub al-Ilmiah, 1991. Rafi‘uddin. ―Pembacaan Ayat-ayat al-Qur‘an dalam Upacara Peret Kandung: Studi Living Qur‟an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2013. Shihab, M. Quraisy. Wawasan al-Qur‟an tentang Dzikir dan Do‟a. Jakarta: Lentera Hati, 2008. Shihab, M. Quraisy. Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2000. Soehadha, Moh. Metode Penelitian Kualitatif untuk Studi Agama. Yogyakarta: SUKA Press, 2012. Syamsuddin, Sahiron (ed). Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis. Yogyakarta: TH Press, 2007. Waisak, Moh Ali. ―Fenomena al-Qur‘an dalam Masyarakat Srumbung, Pleret, Bantul. Sripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2005. Weber, Max. Sosiologi terj. Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 4. Curriculum Vitae Nama
: Vitri Nurawalin
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Lampung, 30 November 1992
Alamat Asal
: Margajaya Kec. Metro Kibang Kab. Lampung Timur
Alamat di Yogyakarta
: Jl. Kaliurang 12,5 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Hp.
: 0857 4307 1636
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal: 1. TK al-Qur’an Sukadamai. Lampung Selatan 2. SDN 1 Margajaya. Metro-Kibang Lampung Timur 3. MTs N 1 di Batanghari. Metro. Lampung 4. MA Sunan Pandanaran Yogyakarta
Riwayat Pendidikan Non Formal: 1. Pon. Pes Darul A’mal Metro. Lampung 2. Pon. Pes Sunan Pandanaran Yogyakarta.
Lampiran 5. Daftar Informan 1. Nama
: Jazilus Sakho
Alamat
: PP. Sunan Pandanaran Yogyakarta
Umur
: Informan tidak menyebutkan
2. Nama
: Wiwik Fashihah
Alamat
: PP. Sunan Pandanaran Yogyakarta
Umur
: Informan tidak menyebutkan
3. Nama
: Bpk. Syarifuddin
Alamat
: Jl. Kaliurang 12,5. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
Umur
: Informan tidak menyebutkan
4. Nama
: Bpk. Ridwan
Alamat
: Malang
Umur
: Informan tidak menyebutkan
5. Nama
: Nur Rohmact
Alamat
: Bantul
Umur
: 26 tahun
6. Nama
: Abdul Haris
Alamat
: Majalengka
Umur
: 28 tahun
7. Nama
: Muhammad Allan
Alamat
: Bogor
Umur
: 22
8. Nama
: Mishbahul Munir Abadi
Alamat
: Kebumen
Umur
: 21 tahun
9. Nama
: Qira’ah
Alamat
: Wonosobo
Umur
: 24 tahun
10. Nama
: Silmi Nur Laili
Alamat
: Wonosobo
Umur
: 22 tahun
11. Nama
: Shofwatin Ni’mah
Alamat
: Purwodadi
Umur
: 23 tahun
12. Nama
: Ana Furaida
Alamat
: Demak
Umur
: 19 tahun
13. Nama
: Masyotoh Farah Lila
Alamat
: Temanggung
Umur
:21 tahun
14. Nama
: Majidah Nurul Afifah
Alamat
: Magelang
Umur
: 19 tahun
15. Nama
: Yuyun Yulia Dewi
Alamat
: Cirebon
Umur
: 19 tahun
16. Nama
: Nur Vita Umarah
Alamat
: Wonosobo
Umur
: 24 tahun
17. Nama
: Hasna
Alamat
: Batam
Umur
: 12 tahun
18. Nama
: Ulfa Fauziah
Alamat
: Wonosobo
Umur
: Informan tidak menyebutkan
Gedung TK (RA)
Rumah Pengasuh (KH. Mu’tashim)
Komplek 1 (Huffaz Putra)
Komplek 2 (Huffaz Putri)
SME’Sco Mart
SME’Sco Mart
Khotmil Qur’an Putri
Khotmil Qur’an Putri
Khotmil Qur’an Putra
Khotmil Qur’an Putra
Sima’an Puncak 30 Juz
Sima’an Puncak 30 Juz
Lampiran 2. Dokumentasi (foto-foto sarana fisik) PPSPA
Logo PPSPA
Masjid Nurul Qur’an
Gedung STAISPA
Gedung MASPA
Gedung MTs SPA
Gedung MI SPA
Makam KH. Mufid Mas’ud
Makam KH. Mufid Mas’ud
Lampiran 1. Panduan Wawancara: A. Wawancara dengan keluarga ndalem 1. Bagaimana Sejarah tradisi Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah? 2. Apa itu upacara Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah? 3. Mengapa surat al-Kahfi dan ayat-ayat tertentu dibaca dalam tradisi
Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah? 4. Dari mana sumbernya? 5. Mengapa memilih waktu tersebut? 6. Apakah makna yang terkandung dalam al-Qur’an surat dam ayat-ayat pilihan tersebut? 8. Apakah ada kriteria untuk memimpin pembacaan al-Qur’an? 9. Mengapa Muja>hadah S}abi>h}ah Jumu’ah perlu ada bacaan al-Qur’an? 11. Bagaimana memaknai al-Qur’an secara umum? B. Wawancara dengan imam 1. Mengapa terdapat perbedaan jumlah bacaan atara imam yang satu denga lainnya? 2. Apa makna dari jumlah tersebut? 3. Pada pembacaan al-Kahfi mengapa hanya sampai pada ayat 1-20 saja yang dibaca menggunakan pengeras suara? 4. Mengapa nada bacaannya tidak sama dengan imam yang lainnya (dulu)? 5. Apa yang harus dibawa dalam mengikuti kegiatan tersebut? C. Wawancara dengan pengurus 1. Apakah tradisi tersebut merupakan peraturan pesantren? 2. Jika iya, apa hukuman jika tidak menjalankan kegiatan tersebut? 3. Mengapa tradisi ini masuk dalam peraturan pesanen? 4. Apa manfaat dari pembacaan al-Qur’an pada mujahadah tersebut bagi para santri? 5. Apa yang dilakukan ketika para jama’ah tidur ketika prosesi pembacaan al-Qur’an? 6. Apa makna pembacaan al-Qur’an pada Mujahadah Sabihah Jumu’ah bagi para pengurus sendiri? D. Wawancara dengan para santri 1. Apa yang memotivasi melaksanakan pembacaan al-Qur’an pada Mujahadah Sabihah Jumu’ah? 2. Apa makna dari pembacaan tersebut? 3. Apakah sebelumnya mengetahui fadilah dari surat al-Kahfi dan do’a rabbana? 4. Dari mana pengetahuan tersebut? 5. Apa yang dirasa ketika melaksanakan tradisi tersebut?
6. Apakah sebelumnya pernah melaksanakan tradisi tersebut di luar PPSPA? 7. Jika iya, tradisi yang seperti apa? 8. Apakah pernah ditakzir karena tidak mengikuti Mujahadah Shabihah Jumu’ah?