PEMANFAATAN PENASIHAT AKADEMIK OLEH MAHASISWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Suhardi FBS Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract This study described the consultation opportunity, consultation materials, reasons, academic advisors’ (AAs) responses, students’ responses, and effects of AAs’ guidance on students’ achievement. The research subjects comprised students of the Faculty of Languages and Arts, the Yogyakarta State University, consisting of two groups, namely those who were interviewed (selected by the snow ball technique) and those who were given an open questionnaire (selected by the stratified random technique). The data were analyzed using the qualitative descriptive technique. The data credibility was enhanced by the participation lengthening, interview details, triangulation, and peer checking. The results were as follows. (1) In general, the students consulted with their AAs during the consultation period. (2) On the average, the consultation frequency was once or twice a semester. (3) They consulted with not only their AAs but also other lecturers. (4) They consulted with their AAs when they needed their AAs and the AAs responded to them; they consulted with other lecturers when they found it difficult to see their AAs, they felt scared and hesitant, and the AAs did not respond to them. (5) Most consultation materials were academic in nature. (6) Most AAs gave the students positive responses and only few AAs were not responsive or indifferent. (7) Most of the AAs’ suggestions were positive and only few were useless and irrelevant. (8) The students suggested that AAs should be easy to see, have schedules, and conduct the consultation not in public. (9) Constraints in the consultation included the difficulty to see AAs because they were busy, the relationship which was not close, the students who were not open, shy, scared and hesitant to see their AAs, and the large number of students. (10) Most students realized the contribution of the consultation with their AAs to their achievement. Keywords: Academic Advisor, academic consultation
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Keberadaan PA bagi mahasiswa sangat diperlukan, terutama dalam kaitannya dengan bimbingan akademik mahasiswa. Dalam hal ini tugas PA tidak hanya sekedar memberikan persetujuan dengan membubuhkan tanda tangan pada kartu rencana studi (KRS)
mahasiswa sekali dalam satu semester, tetapi lebih jauh dari itu. PA memiliki tugas dan tanggung jawab membimbing mahasiswanya sejak mereka masuk di perguruan tinggi agar para mahasiswa bimbingannya dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya (jika memungkinkan dapat selesai
189
190 secepatnya) dan memperoleh hasil studi yang optimal. Berdasarkan hasil survai pandahuluan terhadap sejumlah mahasiswa FBS, pada umumnya mereka sudah mengetahui hakikat PA. Namun, kesadaran untuk memanfaatkan PA dalam proses studinya masih kurang. Penyebab kebelummaksimalan masalah ke-PA-an tersebut dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu peraturan, mahasiswa, dan PA. Dilihat dari segi peraturan ke-PA-an, UNY telah membuat sejenis buku pedoman yang berupa “Peraturan Akademik”. Secara teoretik hal ini tidak menemui kendala, tetapi dalam pelaksanaan ke-PA-an ini belum maksimal. Mengapa hal itu masih terjadi dan faktor apa yang menyebabkannya? Dilihat dari sisi dosen PA, secara teoretik para PA harus memahami peraturan akademik agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai PA. Namun, dalam pelaksanaan ke-PA-an sering dijumpai berbagai persoalan, baik yang berkaitan dengan masalah akademik maupun nonakademik. Misalnya, masalah keterlambatan pemasukan nilai hasil ujian akhir semester, masalah sikap PA yang kurang respon terhadap mahasiswa bimbingnnya, jadwal konsultasi yang tidak ditepati, berbagai kesibukan PA, dan sebagainya. Mengapa hal itu terjadi dan bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap hal-hal tersebut? Dilihat dari sisi mahasiswa, secara teoretik pada umumnya mahasiswa telah mengetahui mekanisme, hak, dan kewajiban dalam pemanfaatan PA. Namun, pada umumnya para mahasiswa masih enggan memanfaatkan PA secara maksimal, mahasiswa hanya menemui PA pada saat perwalian untuk mengesahkan KRS. Faktor apa yang menyebabkan dan mengapa hal itu terjadi?
Persoalan ini tidak dapat hanya dijawab dengan data formal, tetapi diperlukan pengkajian dengan pendekatan persoanal dan informal sehingga halhal yang bersifat individual dapat diungkap. Bertitik tolak dari hal tersebut, masalah pokok yang terkait dengan pemanfaatan PA bagi mahasiswa adalah (1) kapan saja mahasiswa berkonsultasi kepada PA dan mengapa demikian; (2) materi apa saja yang dikonsultasikan dan mengapa materi tersebut; (3) faktor apa yang menyebabkan mahasiswa berkonsultasi atau tidak mau berkonsultasi; (4) bagaimana tanggapan PA atas konsultasi mahasiswa; (5) bagaimana tanggapan mahasiswa atas bimbingan PA-nya; dan (6) sejauh mana pengaruh bimbingan PA terhadap waktu dan prestasi studi mahasiswa. 2. Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang (1) kesempatam yang dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berkonsultasi kepada PA dan alasannya; (2) materi yang dikonsultasikan kepada PA dan alasannya; (3) faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa mau atau tidak mau berkonsultasi kepada PA; (4) tanggapan PA atas konsultasi mahasiswa; (5) tanggapan mahasiswa atas bimbingan yang diberikan oleh PA; dan (6) pengaruh bimbingan PA terhadap waktu penyelesaian dan prestasi studi mahasiswa. 3. Pertanyaan Fokus Kajian Pertanyaan fokus untuk menggali data kajian ini adalah sebagai berikut. a. Kapan saja Anda (mahasiswa) berkonsultasi kepada PA? b. Mengapa Anda berkonsultasi atau tidak berkonsultasi kepada PA?
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
191
c. Materi/masalah apa saja yang Anda konsultasikan kepada PA? d. Mengapa Anda mengkonsultasikan masalah itu kepada PA? e. Bagaimana tanggapan atau pelayanan PA kepada Anda? f. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pelayanan PA? g. Bagaimana pengaruh pelayanan PA terhadap masa studi Anda? h. Bagaimana pengaruh pelayanan PA terhadap prestasi studi Anda? 4. Landasan Teori a. Konsep Bimbingan Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata guidance yang berarti pemberian pengarahan atau petunjuk kepada pihak lain. Pemberian pengarahan tersebut dalam konteks yang positif yaitu pembimbingan ke jalan yang baik. Dalam hal ini pembimbing berusaha memberikan pengarahan sebagai alternatif pemecahan problem yang dihadapi si terbimbing sehingga si terbimbing dapat mengatasi permasalahannya untuk mencapi tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, Miller (1961:15) menyebutkan bahwa bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk membuat perencanaan dan keputusan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi penerima bantuan. Selain itu, Mortensen dan Schmuller (1964:3) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan yang membantu penyediaan kesempatan kepada seseorang agar dapat mencapai kedudukan tertentu dan dapat mengembangkan kamampuan-nya sesuai dengan kebebasan yang ideal. Sementara itu, Badawi (1973:1) menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada indi-
vidu atau sejumlah individu yang memiliki problem agar terbimbing berkemampuan memecahkan problemnya sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik secara individual maupun sosial. Dari ketiga pengertian bimbingan tersebut, paling tidak ada lima aspek penting yang terdapat di dalamnya, yaitu pembimbing, si terbimbing, problem atau masalah, proses pembimbingan, dan tujuan bimbingan. Oleh sebab itu, dapat dinyatakan bahwa bimbingan merupakan upaya memberikan bantuan pengarahan kepada pihak lain yang menghadapi permasalahan sehingga mereka dapat memecahkan problem sesuai dengan kondisinya dan akhirnya mereka memperoleh kepuasan, baik secara individual maupun sosial. b. Aspek Bimbingan Secara umum pelayanan bimbingan kepada mahasiswa di perguruan tinggi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bimbingan akademik dan bimbingan nonakademik Bimbingan akademik, antara lain berupa penentuan mata kuliah, pengambilan jumlah SKS, pemerolehan buku referensi, penyelesaian tugas perkuliahan, pemilihan program tugas akhir, masalah perkuliahan, kesulitan belajar, dan sebagainya. Bimbingan nonakademik, antara lain berupa hubungan personal antara mahasiswa, masalah percintaan, hubungan personal antara mahasiswa dan orang tua, hubungan personal antara mahasiswa dan dosen wali, masalah kesulitan biaya perkuliahan, dan lainlain. Namun, dalam pelaksanaan bimbingan PA terhadap mahasiswanya masih cenderung terbatas pada bimbingan akademik. Tampaknya, hal ini disebabkan oleh penggunaan istilah
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
192 “penasihat akademik” yang pada umumnya diinterpretasikan sebagai “persoalan akademik”. Pada hal, persoalan akademik sangat dipengaruhi oleh persoalan nonakademik. Oleh sebab itu, konsep “penasihatan” yang terkandung dalam istilah PA perlu diterjemahkan sebagai “pembimbingan”, baik akademik maupun nonakademik. Agar tujuan bimbingan tercapai, Tidjan dkk. (1991:9-10) mengemukakan tujuh hal yang perlu diperhatikan, yakni (1) mengenal, merencanakan, dan melaksanakan tujuan hidupnya; (2) memahami kebutuhannya; (3) menanggulangi kendala yang dihadapi; (4) mengembangkan potensinya secara optimal; (5) mempergunakan kemampuannya; (6) menyesuaikan diri dengan lingkungan; dan (7) mengembangkan potensi yang dimilikinya. Atas dasar hal tersebut, pembimbingan merupakan proses memberikan bantuan kepada mahasiswa dalam bentuk alternatif pemikiran untuk memecahkan masalahnya. c. Peran Penasihat Akademik (PA) Peran utama PA sebagai wali mahasiswa bimbingannya sehingga PA memiliki tanggung jawab membimbing mahasiswanya sejak awal sampai akhir studi mahasiswa bimbingannya, sesuai aturan yang berlaku. Berkaitan dengan hal itu, Djohar (1991) mengungkapkan bahwa bimbingan mencakup lima hal, yaitu (1) pembimbingan dalam pembinaan watak, kepribadian, dan sikap calon pendidik; (2) pembimbingan pengisian KRS, pemilihan mata kuliah, dan jumlah SKS yang dapat ditempuh; (3) pembimbingan masalah akademik; (4) pembimbingan cara belajar yang efisien; dan (5) pembimbingan mengatasi hambatan studi.
Dari kelima hal tersebut, butir satu sampai empat mencerminkan bimbingan yang berkaitan langsung dengan masalah akademik, sedangkan butir lima berkaitan dengan masalah akademik dan nonakademik. Agar tanggung jawab PA terlaksana dengan baik, Badawi (1991) mengemukakan empat prinsip pembimbingan, yaitu prinsip kontinuitas, pencegahan, ilmiah, dan kerja sama. d. Hasil Kajian Terdahulu Gunardo (1989) dalam kajiannya tentang “Evaluasi Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Bimbingan Akademik oleh Penasihat Akademik di FPIPS IKIP Yogyakarta” menyimpulkan (1) sebagian besar PA telah melaksanakan pembinaan watak, dan sikap calon pendidik yang baik, tetapi PA mahal pujian; (2) bimbingan akadmik (pengisian KRS) dilaksanakan dengan baik; (3) ada 30% PA yang belum melaksanakan bimbingan akademik secara penuh; (4) bimbingan akademik (cara belajar yang efisien dan mengetasi hambatan studi) belum dilakukan dengan baik; (5) mahasiswa yang berkonsultasi ke PA sangat kecil; dan (6) mahasiswa menghendaki dapat memilih PA sesuai dengan keinginannya. Haryanto (1990) dalam kajiannya tentang “Interaksi PA dengan Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Pemecahan Masalah Akademik yang Dihadapi Mahasiswa KTP FIP IKIP Yogyakarta” menyimpulkan (1) interaksi PA dengan mahasiswa bimbingannya baik; dan (2) dalam pemecahan masalah, ada hubungan yang signifikan antara PA dan mahasiswa bimbingannya, Sofyan dkk. (1991) dalam penelitiannya tentang “Identifikasi Tugas Dosen Penasihat Akademik FPTK IKIP Yogyakarta” menyimpulkan (1) sebagi-
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
193
an besar PA telah melaksanakan perannya sebagai pembimbing akademik; dan (2) PA telah melaksanakan tugas sebagai konselor hal-hal yang nonakademik Supardo dkk, (1991) dalam penelitiannya tentang “Kajian Pelaksanaan Tugas Dosen Penasihat Akademik di FPBS IKIP Yogyakarta” menyimpulkan (1) sebagian besar mahasiswa hanya 1-2 kali menghadap PA; (2) mahasiswa menghadap PA tidak hanya minta pengesahan KRS, tetapi juga berkonsultasi masalah akademis; (3) pada umumnya PA telah membuat jadwal konsultasi; (4) pada umumnya mahasiswa tidak mengalami kesulitan menemui PA-nya. Titik tolak analisis keempat kajian terdahulu adalah deskriptif kuantitatif. Hal itu terlihat dari simpulan yang dikemukakan pada umumnya atas dasar persentase jawaban PA dan mahasiswa. Persoalan alasan mengapa mahasiswa
berkonsultasi atau tidak mau berkonsultasi; kendala apa saja yang dihadapi mahasiswa, mengapa mahasiswa enggan berkonsultasi, dan sebagainya, belum terlihat dalam hasil kajian terdahulu. B. Metode Penelitian 1. Subjek dan Setting Kajian Subjek kajian ini mahasiswa FBS UNY (dahulu FPBS IKIP Yogyakarta) yang minimal telah berada pada semester VI. Subjek kajian ini ada dua kelompok, yakni subjek yang diwawancari yang ditentukan dengan cara snow bowl dan subjek yang diberi angket terbuka yang ditentukan secara purposive random. Secara ringkas subjek kajian ini dapat diungkapkan dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Frekuensi Subjek Kajian No 1 2 3 4 5 6 7 8
Program Studi Pend. Bhs. & Sastra Ind. Pend. Bahasa Inggris Pend. Bahasa Daerah Pend. Bahasa Jerman Pend. Bahasa Prancis Pend. Seni Rupa Pend. Kerajinan Pend. Sendratasik Jumlah
Setting kajian ini setting terbuka, tetapi masih berada di lingkungan kampus. Latar situasinya nonformal. Hal ini dipilih agar mahasiswa tidak terpengaruh oleh figur yang mewawancarai dan memberikan angket terbuka.
Subjek Penelitian Wawancara Angket 9 12 4 6 6 8 3 5 4 5 3 3 2 2 6 8 37 49
Jumlah 21 10 14 8 9 6 4 14 86
2. Teknik Pengumpulan Data Data kajian ini dikumpulkan mlalui dua cara, yaitu wawancara dan angket terbuka yang dilakukan dalam situasi nonformal. Dalam wawancara disertai pencatatan jawaban mahasiswa. Data dari angket dan dari wawancara digabungkan sehingga diperoleh data
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
194 yang komprehensif. Selanjutnya, data tersebut diungkapkan dalam tabel secara deskriptif kualitatif. 3. Instrumen Kajian Instrumen untuk mendapatkan data kajian ini adalah instrumen yang berupa pertanyaan fokus dan angket terbuka. Kedua instrumen ini dikembangkan atas dasar kesempatan berkonsultasi, materi konsultasi, tanggapan PA dan mahsiswa, dan pengaruh proses/ hasil konsultasi terhadap prestasi dan masa studi mahasiswa. Instrumen yang berupa pertanyaan fokus untuk memperoleh data utama, sedangkan instrumen angket terbuka untuk mendapatkan data pelengkap. 4. Kredibilitas Data Kajian Yang dimaksud kredibilitas data kajian di sini adalah keabsahan data
kajian. Untuk memperoleh keabsahan data kajian ini dilakukan beberapa cara, yaitu perpanjangan keikutsertaan, kejelian wawancara, kecukupan referensi, triangulasi, pemeriksaan teman sejawat, dan pemeriksaan sesama subjek kajian. 5. Analisis Data Analisis data dilakukan secara terus-menerus, yakni sejak pengumpulan data tahap awal sampai setelah semua data terkumpul. Analisis data ini dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu reduksi data, presentasi data, dan penarikan simpulan atau inferensi (Miles dan Huberman, 1984:21-23). C. Hasil Kajian dan Pembahasan 1. Hasil Kajian a. Hasil Kajian yang Disajikan dalam Tabel
Tabel 2: Jumlah Semester, Jumlah SKS, dan IP Kumulatif Dilihat dari Frekuensi Konsultasi No Frekuensi Semester Jumlah SKS Konsultasi VI VIII X XII XIV JML 100-120 121-140 141-160 JML 1 1 s.d. 2 17 10 2 3 s.d. 4 - 8 3 5 ke atas 13 JUMLAH 30 18
26 28
8 8
4 4
65 8 13 86
15 8 23
11 11
43 9 52
58 17 11 86
2.002.50 4 4 8
IP Kumulatif 2.51- 3.01- JML. 3.00 3.50 42 16 62 8 8 4 8 16 54 24 86
Tabel 3: Saat Berkonsultasi Dilihat dari Frekuensi Konsultasi No. 1 2 3
Frekuensi Konsultasi 1 s.d. 2 3 s.d. 4 5 ke atas JUMLAH
Pengesahan KRS 62 8 16 86
Saat Berkonsultasi Menemui Masalah Akademik 6 3 5 3 8 9 16
Permintaan Rekomendasi
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
Menemui Masalah Nonakademik 8 8
Juml. 71 16 32 119
195
b. Hasil Kajian yang Disajikan dalam Matriks 1) Alasan Berkonsultasi Dilihat dari Frekuensi Konsultasi Matriks 1: Alasan Konsultasi Mahasiswa Dilihat dari Frekurnsi Konsultasi No.
Frekuensi Konsultasi
Alasan
Berkonsultasi
Jml
Inferensi
1
1 s.d. 2
(1) Syarat pengesahan KRS (2) Minta tanda tangan pengesahan KRS (3) Pewnentuan jumlah pengambilan SKS
7 33 7 47
Pengersahan KRS dan penentuan jumlah SKS
2
3 s.d. 4
(1) (2) (3) (4)
7 33 7 11
Pengesahan KRS dan penentuan jumlah SKS, serta berkonsultasi masalah akademis karena mahasiswa percaya bahsaran PA akan bermanfaat
Syarat pengesahan KRS Minta tanda tangan pengesahan KRS Penentuan jumlah pengambilan SKS PA sebagai wali mahasiswa di kampus (5) Keperluan akademis (6) Saya (mahasiswa) yakin bahwa saran PA bermanfaat
6 9 73
3
5 ke atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Syarat pengesahan KRS Minta tanda tangan pengesahan KRS Penenrtuan jumlah pengambilan SKS PA sebagai wali mahasiswa di kampus Keperluan akademis Sya (mahasiswa) yakin bahwa saran PA bermanfaat (7) Saya (mahasiswa) ingin memperoleh jalan keluar pemecahan masalah (8) Saya kebingungan dalam penentuan mata kuliah yang akan diambil (9) Saya memang memerlukan bimbingan PA dan untuk mendapatkan informasi baru (10) Konsultasi kepada PA akan dapat membantu pemecahan masalah bidang studi (11) Tugas dalam perkuliahan banyak
7 33 7 11 6 9
Pengesahan KRS, penentuan jumlah SKS, dan mahasiswa masih membutuhkan bimbingan akademis dari PA karena dosen PA sebagai wali mahasis wa di kampus
3 4 3
2
1 86
2) Alasan Minat Berkonsultasi Dilihat dari Subjek Konsultan Matriks 2: Alasan Minat Berkonsultasi Dilihat dari Subjek Konsultan No. 1
Konsultan PA SENDIRI
Alasan berkonsultasi (1) Saya (mahasiswa) memerlukan bimbingan PA (2) PA banyak membantu pemecahan masalah studi (3) PA mau menanggapi dengan baik
Jml. 5 5 2
Inferensi Mahasiswa memerlukan bimbingan dosen PA
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
196 No.
Konsultan
2
PA LAIN a. Dosen
Alasan berkonsultasi (4) PA mau memberikan alternatif pemecahan masalah
Jml. 4
Inferensi
16 (1) Jika saya (mahasiswa) ingin berkonsultasi, PA saya tidak selalu ada, katanya tugas luar, kalaupun ada kadang-kadang tampak “sok sibuk”. (2) Kadang-kadang PA saya sendiri memarahi saya karena IP yang saya peroleh kurang baik. (3) PA saya sendiri kurang respon “cuek” terhadap permasalahan mahasiswa. (4) Saya merasa takut pada PA saya sendiri. (5) PA saya sendiri sulit ditemui. (6) Seringkali tanggapan PA sendiri “menyakitkan”. (7) Saya merasa “malu” berkonsultasi kepada PA saya sendiri karena IP yang saya peroleh kurang baik. (8) Saya merasa “sungkan” berkonsultasi kepada PA saya sendiri karena beliau tampak “killer”. (9) Tanggapan PA saya sendiri sering kurang memuaskan (10) PA lain lebih mudah diajak berkomunikasi secara akrab. (11) Sya kurang akrab dengan PA saya sendiri. (12) PA saya sendiri tak pernah memberikan motivasi. (13) Saya tak sejalan dengan pola pikir PA saya sendiri
3
2 6
4 4 2 3
Kecuali hanya minta pengesahan KRS, para mahasiswa pada umum-nya kurang berminat kon-sultasi kepada dosen PA sendiri karena berbagai alasan.
2 2 6 1 2 1
38 b.
Pengurus Jurusan
(1) PA saya sendsiri sedang tugas luar/tugas belajar (2) PA saya sendiri sukar ditemui. (3) Saya ada keperluan mendesak.
4 3 3
10
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
Sebagian kecil mahasiswa tidak berkonsulta si kepada PA sendiri karena PAnya sedang tugas luar, tampak sangat sibuk, dan mahasis-wa memiliki keperluan lain yang mendesak se-hingga mahasiswa cende-rung mengingink
197 No.
Konsultan
Alasan berkonsultasi
Jml.
Inferensi an “jalan pintas” khususnya dalam hal pengesahan KRS.
3
TEMAN KULIAH
(1) Teman kuliah lebih memahami masalah saya (2) Tidak setiap masalah perlu dikonsultasikan kepada Dosen atau PA. (3) Tugas PA saya sendiri banyak sehingga saya merasa “kasihan” jika saya sering berkonsultasi.
2 3
Sebagian kecil mahasiswa memilahmilah persoalan yang perlu dikonsultasi -kan dan yang tidak perlu. Konmsultasi tidak selalu kepada PA, tetapi dapat juga dengan teman karena lebih akrab. Sebagian kecil mahasiswa merasa tidakj perlu berkonsultasi kepada dosen PA, kecuali persoalan pengesahan KRS.
1 6
4
ORANG TUA SENDIRI
(1) Hubungan dengan orang tua sendiri lebih dekat (2) Orang tua saya sendir mau memberikan motivasi. (3) Sya tidak memiliki problema akademis, kecuali masalah keperluan pengesahan KRS.
1 1 1 3
3)
Komponen Materi Konsultasi Matriks 3: Komponen Materi Konsultasi Dilihat dari Jenisnya
No. 1
Jenis Materi MATERI AKADEMIK a. KRS
Komponen Materi Konsultasi
(1) (2) (3)
Pengesahan KRS Jumlah SKS yang diambil Pemilihan mata kuliah
Jml
9 3 4 16
Inferensi
Masalah akademik yang paling banyak dikonsultasikan mahasiswa adalah pengesahan KRS dan penentuan jumalah SKS.
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
198 No.
Jenis Materi
Komponen Materi Konsultasi
Jml
b. TAS dan TABS
(4) (5)
Pembimbingan TAS Pembimbingan TABS
3 2 5
c. Rekomendasi
(6)
Surak keterangn untuk mengajukan permohonan biasiswa Surat keterangan izin penelitian Surat persetujuan selang studi
5
(7) (8)
Inferensi Masalah akademik lain yang juga sering dikonsultasikan adalah kesu-litan memahami materi perkuliahan, perminta-an rekomendasi, bim-bingan TAS dan TABS, dan pencapaian IP.
4 2 11
d. Kesulitan Belajar
(9)
Kesulitan memahami materi mata kuliah tertentu (10) Kesulitan memahami materi perkuliahan
8 5 13
e. Ketidakstabilan IP
(11) IP menurun (12) Hasil studi kurang baik atau merosot (13) Kiat meningkatkan IP
3 5 2 10
f. Perkuliahan
(14) Kegiatan kuliah di kelas (15) Perbedaan pendapat dengan dosen (16) Pemerolehan buku acuan
2 1 2 5 60
2 MATERI NONAKADEMIS a. Administrasi
(1)
Pengisian formulir
1
b. Kesehatan
(2)
Gangguan kesehatan fisik
3
c. Pekerjaan
(3)
Memiliki pekerjaan sambilan
2
d. Percintaan
(4)
Hubungan cinta dengan teman kos (5) Menjalin hubungan muda-mudi
5 6 11
e. Keluarga
(6) (7)
Ketidakharmonisan hubungan antara saudara (keluarga) Ketidakharmonisan hubungan dengan orang tua atau calon mertua
5 2 7
f. Sikap dosen
(8) Sikap dosen yang tampak “angkuh”
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
2
Persoalan nonakademik yang lebih banyak dikonsultasikan kepada dosen PA, termasuk pengurus jurusan, ada-lah masalah percintaan dan hubungan keluarga antara mahasiswa de-ngan saudara kandung, teman, atau orang tua/calon mertua. Di samping itu, ada juga masalah yang ber-kaitan dengan sikap dosen tertentu yang “angkuh” dan dosen yang sering mengguna-kan kata-kata yang menyinggung perasaan.
199 No.
Jenis Materi
Komponen Materi Konsultasi (9) Kata-kata dosen yang menyinggung perasaan mahasiswa
Jml 1
Inferensi
3 27
4) Tanggapan PA dan Mahasiswa terhadap Proses dan Hasil Konsultasi Matriks 4: Tanggapan PA dan Mahasiswa terhadap Proses dan Hasil Konsultasi Dilihat dari Subjek Mahasiswa No.
1
Penanggap dan Jenis Materi DOSEN PA a. Materi Akademik
Tanggapan
(1)
(2)
(3)
(4) (5)
(6)
b. Materi (1) Nonakademik (2)
Jml.
PA mau menanggapi konsultasi mahasiswa dan kadang-kadang memberikan motivasi belajar. PA menerima kehadiran saya begitu saja (tanpa komentari karena saya selalu mengambil SKS sesuai dengan perolehan IP yang ada. PA mempercayai dan menyerahkan pemecahan masalah pada saya sendiri. Seringkali PA menanggapi secara acuh tak acuh. PA mau menyetujui KRS yang saya ajukan jika pengambiulan SKS sesuai dengan IP yang diperoleh. PA merasa perlu memberikan saran pemecahan masalah kepada mahasiswa.
11
PA mau memperhatikan pula masalah nonakademik mahasiswa. Kadang-kadang PA “cuek”, tak memberikan respon, apalagi saran alternatif pemecahan masalah nonakademik mahasiswa.
7
3
4
4
Inferensi
Pada dasarnya PA mau dan siap menanggapi/ melayani konsultasian mahasiswa dan PA memiliki kepentingan untuk memberikan saran / bimbingan kepa-da mahasiswanya. Di samping itu, PA mempercayai mahasiswa untuk memecahkan masalahnya.
3
6 31
Sebagian PA ada yang mau menanggapi konsultasian masalah nonakademik, tetapi ada sebagian yang bersifat “cuek”.
3
10
2
TANGGAPA N MAHASISWA (1) Dalam pengisian KRS saya menyukai a. Materi saran PA karena hal itu baik dan positif Akademik buat saya. (2) Jawaban PA saya kadang-kadang menuaskan dan kadang-kadang tidak karena PA saya masih muda.
5
3
Sebagian nbesar mahasiswa menanggapi positif terhadap saran PA, baik saran yang dilaksanakan maupun yang tidak mungkin
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
200 Penanggap dan Jenis Materi
No.
Tanggapan
Jml.
Saran/jawaban PA bermanfaat dan sekaligus sebagai masukan buat saya. (4) Jika jawaban PA menurut saya baik dan berguna bagi saya, hal itu saya laksanakan. (5) Saya menyukai saran PA. (6) Saya termotivasi belajar dengan baik atas saran PA. (7) Sya mengikuti saja saran PA karena saya malu menanggapinya.
2
(3)
Inferensi dapat dilakukan. Namun, ada sebagaian kecil mahasiswa yang kurang tertarik pada saran PA karena hubungan antara kedua belah pihak kurang akrab.
6 2 2 3
Sebagian besar mahasiswa menanggapi positif saran PA tentang masalah nonakademik, meskipun saran itu kadang-kadang tak berbobot.
23
b. Materi
(1) Saya merasa puas atas saran PA karena PA saya ramah dan mau memberikan Nonakademik motovasi belajar. (2) PA saya cenderung tidak memahami persoalan yang saya kemukakan. (3) Jawaban PA saya sama saja dengan pendapat kebanyakan orang karena memang PA saya bukan psikolog. (4) Sya tak pernah konsultasi masalah nonakademik kepada PA.
7
3
2 2
14
5)
Keinginan Mahasiswa tentang Pelaksanaan Pelayanan PA
Matriks 5: Keinginan Mahasiswa mengenai Pelaksanaan Pelayanan PA kepada Mahasiswa No. 1
Aspek Pelayanan Waktu/ Kesempatan
Butir-butir Keinginan Mahasiswa
Jml.
Inferensi
(1) Hendaknya PA mudah ditemui (2) Hendaknya PA selalu siap melayani konsultasi mahasiswa. (3) PA memberikan porsi waktu konsultasi yang lebih banyak kepada mahasiswa yang ber-IP rendah/kurang. (4) PA memberikan waktu yang cukup untuk melayani konsultasi mahasiswa. (5) PA tak hanya melayani konsultasi pada saat perwalian.
4 12
Sebagian besar maha-siswa menghendaki agar PA selalu siap melayani konsultasi mahasiswa. Selain itu, PA menyediakan waktu yang cukup dan mudah dijumpai.
5
6 3
30
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
201 No.
2
Aspek Pelayanan
Butir-butir Keinginan Mahasiswa
Perlindungan/ (1) Hendaknya PA bertindak sebagai orang tua Pengayoman mahasiswa di kampus. (2) PA mau memperhatikan, menampung permasalahan, dan memberikan saran alternatif pemecahan. (3) PA mau berjuang demi keberhasilan studi mahasiswa-nya.
Jml.
4 4 2 10
3
Perhatian
(1) Hendaknya PA dapat memberikan pengarahan dan motivasi terhadap proses penyelesaian studi mahasiswanya. (2) PA hendaknya selalu mengikuti perkembangan prestasi mahasiswanya. (3) PA membantu pemecahan kesulitan studi mahasiswanya.
8
4 2
14
4
Hubungan Interpersonal
(1) Hubungan PA-Mahasiswa hendaknya akrab, terbuka, dan tidak terlalu formal. (2) Hendaknya PA bersikap ramah, fleksibel, akrab, dan penuh perhatian kepada mahasiswa. (3) PA mau meminjami buku acuan kepada mahasiswa. (4) Hendaknya PA tidak cepat marah jika mahasiswa berkonsultasi.
11 6
2 3
22
5
Khusus/Priba (1) Hendaknya pelaksanaan konsultasi di dilakukan secara pribadi, bukan di depan orang banyak. (2) Perlu ada ruangan khsus untuk melayani konsultasi mahasiswa. (3) Jika ada masalah yang perlu/sangat penting, hendaknya PA bersaedia melayani konsultasi mahasiswanya di rumah, bukan hanya di kantor/kampus.
3 2
2
7
Inferensi
Hendaknya PA bersikap mengayomi dan berperan sebagai ganti orang tua di kampus, penuh perhatian dan ikut memperjuangkan keberhasilan studi mahasiswanya. Mahasiswa menghen-daki agar PA mau memberikan penga-rahan dan motivasi, dan mengikuti perkembangan prestasi mahasiswa.
Dalam proses konsultasi hendaknya hubungan PAmahasiswa bersifat kekeluargaan, akrab, ramah, terbuka, tidak terlalu formal, dan tidak mudah marah.
Sebagian kecil maha-siswa menghendaki agar konsultasi ber-langsung secara pribadi, tidak di tempat umum, dan jika perlu PA bersedia melayani konsultasi di rumah.
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
202 6)
Kendala Pelaksanaan Konsultasi
Matriks 6: Kendala Pelaksanaan Konsultasi Mahasiswa kepada PA No. Komponen Kendala 1
Waktu/ Kesempatan
Butir Kendala yang Dihadapi
Jml.
Inferensi
(1) PA tidak memiliki jadwal konsultasi mahasiswa. (2) Waktu yang disewdiakan PA untuk konsultasi terbatas. (3) PA sukar menentukan waktu konsultasi yang leluasa. (4) Jika mau berkonsultasi, mahasiswa harus telepon lebih dahulu.
6
Dilihat dari segi kesempatan, waktu yang disediakan PA untuk berkansultasi sangat terbatas dan belum setiap PA memiliki jadwal konsultasi yang baik.
5 2 2
15
2
Kesibukan PA
(1) Kesibukan PA sehingga PA sukar ditemui. (2) Kadang-kadang PA tampak “sok sibuk” sehingga tidak mau ditemui. (3) PA tidak mau ditemui setiap waktu/kesempatan. (4) PA tidak mau ditemui selain waktu yang ditentukan oleh PA sendiri. (5) PA sedang tugas luar, tugas belajar. (6) PA jarang berada di kantor / di kampus.
9 2 15 2 5 6
39
3
Hubungan Interpersonal
(1) Mahasiswa merasa takut kepada PA. (2) Mahasiswa merasa “sungkan” menemui PA-nya. (3) Hubungan Mahasiswa-PA kurang akrab. (4) Hubungan Mahasiswa-PA selalu formal, kurang familier
6 4 4 3
17
4
Sikap Mahasiswa
(1) Saya sendiri kurang rajin berkonsultasi kepada PA. (2) Saya tergolong “agak tertutup” pada
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
4 2 1
Sebagian besar mahasiswa merasa kesulitan menemui PA setiap ada keperluan karena dosen jarang di kampus atau karena kesibukan PA.
Rasa takut, sungkan, hubungan dengan PA kurang akrab/dekat merupakan kendala yang dirasakan mahasiswa dalam proses konsultasi.
Mahasiswa kurang rajin, bersikap
203 No. Komponen Kendala
5
Butir Kendala yang Dihadapi orang lain. (3) Saya sering menunda penyelesaian masalah.
Kepedulian PA
Jml.
7
(1) PA bersikap “cuek” kepada mahasiswa. (2) PA sering tidak memahami persoalan yang dikemukakan mahasiswa. (3) PA kurtang serius dalam menanggapi mahasiswa.
2 3 3
8
6
Jumlah yang Dibimbing
7)
(1) Jumlah mahasiswa yang dibimbing setiap PA terlalu banyak.
3
Inferensi intrafer, dan suka menunda pemecahan persoalan menjadikan kendala proses konsultasi mahasiswa.
Sebagian kecil maha-siswa merasa perhatian PA kepada maha-siswa bimbingannya kuirang serius, bahkan kadang ada yang “cuek”. Karena jumlah bim-bingan setiap PA terlalu banyak, kesem-patan berkonsultasi menjadi terbatas.
Kontribusi Ke-PA-an terhadap Studi Mahasiswa
Matriks 7: Kontribusi Ke-PA-an terhadap Studi Mahasiswa No. Kontribusi 1
2
Ada Kontribusi
Tak Ada
Jenis Kontribusi
Jml.
(1) Menambah keberanian mahasiswa untuik melangkah. (2) Menambah keberanian dan percaya diri pada mahasiswa. (3) Memberikan kepuasan kepada mahasiswa. (4) Ketepatan pemilihan dan pengisian mata kuliah dalam KRS. (5) Menambah semangat belajar mahasiswa. (6) Meningkatkan kemampuan penguasaan materi bidang studi. (7) Menambah kelancaran studi mahasiswa.
3
(1)
Hanya sekedar pengesahan KRS
Inferensi
72
PA bagi sebagian besar mahasiswa memiliki kontribusi, terutama ketepatan pemilihan / pengisian mata kuliah Ke dalam KRS dan juga menambah semangat belajar mahasiswa.
14
Bagi sebagian
10 10 17 20 6 6
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
204 No. Kontribusi Kontribusi
Jenis Kontribusi
2. Pembahasan a. Waktu atau Kesempatan Berkonsultasi Berdasarkan data, ada empat kesempatan yang dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berkonsultasi, yaitu saat pengesahan KRS, permintaan surat rekomendasi, menemui masalah akademis, dan menjumpai persoalan nonakademis. Di antara keempat kesempatan tersebut, paling banyak dilakukan pada saat pengesahan KRS yakni 0,72%, sedangkan saat permintaan rekomendasi ada 0,08%, saat menemui masalah akademis ada 0,13%, dan saat menjumpai masalah nonakademis terdapat 0,07%. Apabila dilihat dari rata-rata frekuensi berkonsultasi selama satu semester, diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang berkonsultasi 1-- 2 kali sejumlah 0,60%, yang berkonsultasi 3 -- 4 kali sejumlah 0,13%, dan yang berkonsultasi 5 kali ke atas sebanyak 0,27%. Di samping itu, jika dilihat dari segi jumlah subjek kajian yang ada, terdapat 0,72% yang rata-rata berkonsultasi 1 -- 2 kali, yaitu pada saat perwalian (pengesahan KRS). Data tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3. Bertolak dari hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa berkonsultasi kepada PA ratarata 1--2 kali selama satu semester. Hal itu pada umumnya dilakukan pada saat
Jml.
Inferensi kecil mahasiswa, PA dianggap tidak memiliki kontribusi karena PA sekedar memberikan tanda tangan dalam KRS pada saat perwalian.
perwalian atau pengesahan KRS. Sebagian kecil lain yang berkonsultasi 3 -4 kali sebanyak 0,09% dan yang berkonsultasi 5 kali ke atas sebanyak 0,19%. Dari simpulan tersebut, alasan-alasan berkonsultasi yang dikemukakan oleh mahasiswa dapat dilihat pada Matriks 3.
b. Materi Konsultasi Atas dasar data pada Matriks 3, materi konsultasi yang disampaikan mahasiswa kepada PA sendiri, PA lain, atau pengurus jurusan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu materi akademik dan materi nonakademik. Materi akademik ada enam macam, yaitu KRS, TAS/TABS, rekomendasi, kesulitan belajar, ketidakstabilan IP, dan materi perkuliahan. Sementara itu, materi nonakademik juga ada enam jenis, yaitu materi administrasi, kesehatan, pekerjaan, percintaan, keluarga, dan sikap dosen. Ditinjau dari jumlah informasi yang muncul, materi konsultasi yang akademis mencapai 0,69%, sedangkan materi yang nonakademik mencapai 0.31%. Hal ini menunjukkan bahwa materi akademis jauh lebih banyak daripada materi nonakademi. Namun, frekuensi kemunculan materi konsultasi yang lebih sedikit tidak berarti kurang penting atau yang banyak itu lebih penting, tetapi kedua materi konsultasi itu sama
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
205
pentingnya karena antara kedua hal itu berkaitan erat, bahkan saling mendukung. Di antara subkategori materi akademis, subkategori KRS paling dominan (0,27%), sedangkan di antara subkategori materi nonakademis, subkategori materi “percintaan” paling dominan (0,41%). Secara rinci kedua hal tersebut dapat dilihat pada Matriks 3. c. Tanggapan PA dan Mahasiswa terhadap Proses dan Hasil Konsultasi 1) Tanggapan PA menurut Mahasiswa Dalam kaitannya dengan materi akademik, tanggapan PA menurut penilaian mahasiswa, yakni PA mau dan siap melayani konsultasi mahasiswanya dan PA memang pemiliki kepentingan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa sesuai dengan tugas dan perannya. Hanya saja, masih ada sebagian kecil PA yang memiliki sikap acuh tak acuh terhadap mahasiswa yang akan berkonsultasi. Sementara itu, ada pula sebagian kecil PA yang bersikap tegas dan disiplin, bahkan sangat formal dalam proses pembimbingan. Dalam kaitannya dengan materi nonakademis, tanggapan PA menurut penilaian mahasiswa, yakni sebagian besar PA mau melayani atau menanggapi mahasiswanya yang berkonsultasi mengenai masalah-masalah nonakademis. Namun, masih ada sebagian kecil PA yang tidak mau memberikan respon, bahkan “cuek” terhadap persoalan nonakademis yang disampaikan oleh mahasiswa bimbingannya. 2) Tanggapan Mahasiswa atas Proses dan Hasil Konsultasi Tanggapan mahasiswa sehubungan dengan proses dan hasil konsultasi materi akademis, yakni pada prinsipnya mahasiswa menilai positif terhadap
saran-saran yang diberikan PA, baik saran yang dapat dilaksanakan maupun yang tak akan digunakan. Dalam hal ini sebagian besar mahasiswa cukup selektif dan bijaksana ketika menanggapi saran dari PA-nya. Namun, masih ada sebagian kecil mahasiswa yang bersikap kurang tidak kritis dalam menanggapi saran PA-nya sehingga mahasiswa hanya pasif karena merasa takut dan malu menanggapinya. Tanggapan mahasiswa sehubungan dengan proses dan hasil konsultasi materi nonakademis, bahwa pada prinsipnya mahasiswa menilai positif terhadap saran-saran PA terhadap masalah nonakademis yang dikonsultasikannya. Meskipun begitu, masih ada sebagian kecil mahasiswa yang menilai bahwa saran-saran yang disampaikan oleh PA kadang-kadang tak berbobot, bahkan tidak relevan dengan persoalan yang disampaikan oleh mahasiswa. c. Keinginan Mahasiswa tentang Pelayanan PA Idealisme mahasiswa sehubungan dengan pelayanan PA dalam pembimbingan ada lima bidang, yakni waktu/ kesempatan pelayanan, hubungan interpersonal, perhatian, perlindungan/ pengayoman, dan tempat bimbingan. Tentang waktu pelayanan bimbingan dari PA, mahasiswa menghendaki agar PA “selalu siap” melayani konsultasi, mudah dijumpai, dan menyediakan waktu konsultasi yang cukup, terutama untuk mahasiswa yang ber-IP rendah atau kurang baik. Dalam kaitannya dengan aspek hubungan interpersonal mahasiswa menghendaki agar ada hubungan yang familier dalam proses pelayanan konsultasi dan PA senantiasa membantu mahasiswa dalam pemerolehan buku-buku acuan. Sehubungan dengan aspek perhatian, ma-
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
206 hasiswa menginginkan adanya perhatian yang cukup dari PA dalam bentuk pengarahan, motivasi, dan pemantauan terhadap perkembangan prestasi mahasiswanya. Dalam kaitannya dengan aspek perlindungan, mahasiswa menghendaki agar PA bersikap melindungi, berperan sebagai orang tua, dan mau berjuang demi keberhasilan studi mahasiswanya. Di samping itu, dalam kaitannya dengan aspek lokasi/tempat pelayanan pembimbingan, mahasiswa menghendaki agar pelaksanaan pelayanan konsultasi dilakukan dalam tempat atau ruangan yang khusus, tidak dilakukan di tempat terbuka atau di depan orang banyak, bahkan jika memungkinkan PA bersedia melayani pembimbingan di rumah. d. Kendala Proses Pelaksanaan Konsultasi Kendala yang dirasakan mahasiswa dalam pelaksanaan konsultasi dengan PA ada enam komponen, yakni kesibukan PA, hubungan interpersonal PA-mahasiswa, waktu/kesempatan berkonsultasi, kepedulian PA, sikap mahasiswa, dan (6) jumlah bimbingan PA (lihat Matriks 6). Sehubungan dengan komponen kesibukan PA mahasiswa merasa mengalami kesulitan menemui PA karena kesibukan PA, dosen PA jarang berada di kampus, dan penentuan waktu konsultasi secara sepihak. Oleh sebab itu, diperlukan jadwal konsultasi untuk mahasiswanya. Sehubungan dengan komponen hubungan interpersonal PA-mahasiswa, mahasiswa memiliki rasa takut, sungkan, kurang akrab, kurang familier terhadap PA-nya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, yakni mahasiswa jarang berdialog dengan PA-nya, sifat intraver dan perasa bagi mahasiswa, mahasiswa
kurang percaya diri, PA kurang respon terhadap bimbingannya kurang, sikap PA yang terlalu saklek, pernyataan PA sering menyinggung perasaan dan harga diri mahasiswa. Untuk itu, hal yang penting adalah setiap PA tetap perlu “mawas diri” dan mahasiswa sering berdialog dengan PA-nya. e. Kontribusi Ke-PA-an terhadap Studi Mahasiswa Bertitik tolak dari data yang ada (lihat Matriks 6) ditemukan dua kelompok jawaban yang berkaitan dengan masalah kontribusi ke-PA-an terhadap studi mahasiswa, yaitu (1) sebagian besar mahasiswa menyebutkan ada kontribusi dalam hal pengembangan sikap dan kepribadian mahasiswa, peningkatan semangat belajar, percaya diri, keberanian melangkah, pemerolehan kepuasan batin, penguasaan dan pengembangan ilmu bidang studi mahasiswa yang bersangkutan, dan (2) sebagian kecil mahasiswa menyebutkan tidak ada kontribusi pelaksanaan kePA-an hanya sekedar pengesahan KRS mahasiswa. Dalam kaitannya dengan hasil studi nahasiswa, frekuensi berkonsultasi kepada PA sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap pencapaian IP kumulatif mahasiswa. Barangkali hal yang berpengaruh terhadap pencapaian IP kumulatif tersebut adalah isi dan kualitas materi konsultasi. Di samping itu, sangat dimungkinkan mahasiswa yang hanya berkonsultasi 1-2 kali kepada PA-nya selama satu semester, mereka justru lebih sering berkonsultasi kepada pihak lain yang dianggapnya lebih tepat, baik dari segi ilmu, kesempatan, sikap, dan hubungan interpersonal.
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2
207
D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Kesempatan yang dimanfaatkan mahasiswa untuk berkonsultasi kepada PA adalah saat perwalian, meminta rekomendasi, menemui persoalan akademis dan/atau nonkademis. Di antara keempat kesempatan tersebut yang paling dominan adalah saat perwalian, yakni pengesahan KRS. Rata-rata frekuensi konsultasi mahasiswa selama satu semester ada tiga kelompok, yaitu (1) berkonsultasi 1-2 kali, (2) berkonsultasi 3-4 kali, dan (3) berkonsultasi 5 kali atau lebih. Alasan umum yang dikemukakan oleh ketiga kelompok tersebut adalah “sekedar mendapatkan pengesahan KRS”. Minat berkonsultasi mahasiswa tidak selalu kepada PA sendiri, tetapi kepada PA lain, pengurus jurusan, teman kuliah, atau orang tua sendiri. Alasan mahasiswa yang berkonsultasi kepada PA sendiri adalah PA mau menanggapi, mahasiswa membutuhkan, dan PA mau membatu mencari alternatif pemecahan masalah. Alasan mahasiswa yang berkonsultasi kepada PA lain adalah PA sendiri kurang memberikan respon, sukar ditemui, suka marah, pernyataannya sering menyinggung perasaan, PA lain lebih akrab dan mudah diajak komunikasi. Menurut mahasiswa, tanggapan PA terhadap bimbingannya cukup baik. Namun, masih ada sebagian kecil PA yang kurang memberikan respon yang positif terhadap mahasiswanya. Untuk itu, sebagian kecil PA inilah yang harus mau “mawas diri”. Dalam kaitannya dengan proses dan hasil konsultasi, mahasiswa menilai saran-saran yang disampaikan sebagian besar PA sangat positif. Namun, saran dari sebagian kecil PA kurang berbobot dan tidak relevan.
Kendala yang dirasakan mahasiswa berkonsultasi kepada PA ada enam faktor, yaitu kesibukan PA, hubungan interpersonal PA-mahasiswa tidak familier, kesempatan konsultasi sedikit, (4) kepedulian PA kurang optimal, (5) mahasiswa malu, takut, dan tertutup (6) jumlah bimbingan setiap PA cukup banyak. Kontribusi ke-PA-an terhadap studi mahasiswa ada dua pendapat yaitu (1) sebagian besar mahasiswa merasakan pelaksanaan ke-PA-an memiliki kontribusi cukup besar; (2) sebagian kecil mahasiswa merasakan pelaksanaan kePA-an tidak begitu berkontribusi. Sementara itu, frekuensi konsultasi mahasiswa kepada PA sendiri tidak begitu berpengaruh terhadap pencapaian IP kumulatif mahasiswa.
2. Saran-saran Pertama, PA hendaknya benarbenar memahami hakikatnya sebagai wali mahasiswa di kampus. Artinya, PA tidak sekedar melayani mahasiswa dalam pengesahan KRS, tetapi juga mau memperhatikan perkembangan prestasi mahasiswanya dan bersedia membimbing pemecahan problem mahasiswa. Kedua, agar para mahasiswa tidak merasa malu, takut, dan sungkan berkonsultasi, hendaknya PA lebih bersikap demokratis, simpatik, familier, ada jadwal konsultasi, dan penuh perhatian terhadap permasalahan mahasiswa. Daftar Pustaka Badawi, Ahmad. 1991. Ikhtisar Strategi dan Komunikasi dan Kepenasihatan Akademika Mahasiswa IKIP Yogyakarta. Yogyakarta: UPBK IKIP Yogyakarta.
Pemanfaatan Penasihat Akademik oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
208 Djohar. 1991. Beban dan Mekanisme Kerja Penasihat Akademik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, PO Box 83.
Gunardo. 1989. “Evaluasi Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Bimbingan Akademik oleh Penasihat Akademik.” (Laporan Penelitian) Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta.
Sofyan, Herminarto dkk. 1991. “Identifikasi Tugas Dosen Penasihat Akademik FPTK IKIP Yogyakarta.” (Laporan Penelitian). Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta.
Haryanto. 1990. “Interaksi Penasihat Akademik dengan Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Pemecahan Masalah Akademik yang Dihadapi Mahasiswa FPTK IKIP Yogyakarta.” (Laporan Penelitian). Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta.
Supardo, Susilo dkk. 1991. “Kajian Pelaksanaan Tugas Dosen Penasihat Akademik di FPBS IKIP Yogyakarta.” (Laporan Penelitian). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
IKIP Yogyakarta. 1988. Peraturan Akademik Tahun 1988. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Tidjan dkk. 1991. Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta UNY. 2004. Peraturan Akademik 2004. Yogyakarta: UNY.
-----------. 1997. Peraturan Akademik Tahun 1997. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Martenson & Schumuller. 1966. Guidance in Today’s Schools. New York: Har-peron. Miller, Corral H. 1961. Faundation of Guidance. New York: Harperon. Miles, Matthew B. and Huberman, Nichael A. 1984. Qualitative Data Analysis. Baverly Hills: Sage Publication. Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Pendidikan Tinggi.
Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2