PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Irawadi Jamaran dan Tun Tedja Irawadi Dewan Kelapa Indonesia
Peluang pengembangan industri kelapa nasional masih sangat besar. Hal ini ditandai dengan: • Potensi besar, tersebar luas sudah eksis • Keunggulan komperatif (tropis kepulauan, diperbarui dan penggandaan) • Peluang diversifikasi produk luas • Sumber pangan dan energi terbarukan • Sumber pendapatan • Pasar terbuka luas • Sustainable industrial used • Bersahabat dengan lingkungan Pada sisi yang lain, pengembangan industri kelapa nasional juga menghadapi tantangan dalam bentuk: • Memenuhi kebutuhan konsumsi akan kelapa segar untuk konsumsi (muda dan kelapa sayur) • Memasok kebutuhan pasar (agroindustri) akan bahan baku kelapa • Memenuhi pasar domestik dan internasional akan produk agroindustri kelapa sebagai pangan dan komoditi produk agroindustri • Mensejahterakan pelaku secara berkeadilan • Membangunan dukungan bisnis (manajemen, kapital, angkutan, peraturan dlsb.) • Implementasi teknologi diversifikasi produk • Dukungan pemasaran domestik dan ekspor • Distribusi profit dan resiko yang berkeadilan • Melestarikan lingkungan hidup • Harga jual kelapa murah di daerah terpencil • Bisnis kelapa dan turunan belum dioptimalkan Industri kelapa nasional ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: • Tanaman kelapa tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia, • Lintang plus minus 5 derajat merupakan daerah yang sangat sesuai untuk tumbuh berkembangnya tanaman kelapa dengan baik. • Hal ini merupakan keunggulan komperatif Indonesia, keunggulan ini • Diperkuat dengan wilayah tropis, kepulauan, maritim, dikelilingi air dan mendapat cukup cahaya matahari sepanjang tahun. • Ukuran kebun petani kelapa kecil ini salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani kelapa. • Pada sisi lain umur tanaman kelapa sudah tua, pohonnya tinggi dan buahnya relatif sedikit.
Irawadi J. dan Tun Tedja I.: Peluang dan Tantangan Pengembangan Bioindustri Kelapa Nasional 25
25
• •
• • • • • •
Tidak mudah mendapatkan tenaga pemanen di beberapa daerah, sehingga ditunggu saja sampai buah kelapa jatuh dengan sendirinya. Buah kelapa yang jatuh sendiri ini sudah tidak optimum untuk diolah, misalnya menjadi kopra. Pada buah ini sudah terjadi “makan diri”, embrio bakal tanaman sudah tumbuh dan memakan daging buah kelapa tersebut. Buah ini hanya dapat menghasilkan kopra yang tipis. Umur panen yang baik adalah antara 11-12 bulan sejak tandan bunga keluar. Produksi kelapa per hektar Indonesia 0,8 – 1,0 ton kopra ekivalen. Hasil ini termasuk rendah di lingkungan Asia – Pasifik. Luas kebun per petani kurang dari 0,5 hektar. Luas kebun petani di Pulau Jawa umumnya kurang dari 0,5 hektar. Dukungan sistem irigasi, terutama di daerah pasang surut, sudah tidak memadai. Banyak sudah parit dan pintu air yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Kondisi ini menurunkan produktivitas kebun.
Dalam pengembangannya, industri kelapa nasional menghadapi berbagai permasalahan pada berbagai aspek. Beberapa permasalahan yang terjadi antara lain: • Areal kebun kelapa per petani sempit dan tanaman kelapa pada umumnya sudah tua, tidak terawat baik, dan produksi per hektar rendah. Peremajaan kebun ataupun penanaman kembali akhir-akhir ini hampir tidak dilaksanakan lagi. • Pengolahan kelapa pada tingkat petani tidak memberikan nilai tambah yang tinggi dan berada pada posisi nilai tawar lemah pada tataniaga. • Hasil samping belum dimanfaatkan dengan baik. • Petani kelapa pada umumnya berpenghasilan kecil. Kondisi ekonomi petani kelapa ini perlu diperbaiki menuju sejahtera. • Perlu dilakukan konsolidasi lahan dan berproduksi bersama sehingga dapat dicapai ukuran layak dalam tata niaga. • Konsolidasi lahan berproduksi ini memungkinkan terjadinya akumulasi kelapa, melakukan pengolahan produk bersama, memakai alat bersama dan bermitra dengan pengolah besar untuk proses lanjut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah pengolahan kepada petani. Paragdigma perkelapaan dengan pendekatan nilai tambah dapat dijelaskan sebagai berikut: • Bisnis Perkelapaan dapat dipilah menjadi 3 Generasi Pertanian yaitu, Pembibitan, Budidaya dan Agroindustri. • Harga kelapa yang paling stabil adalah harga jual produk olahan kelapa, misalnya minyak goreng, sedangkan harga komodi antara (kopra: bahan baku PMK) pada tingkat petani produsen rendah & sangat labil, sering merugikan petani, • Bertanam kelapa memanen hasil produk agroindustri. • Pendekatan nilai tambah maksimum, nirlimbah dan berkelanjutan. • Distribusi keuntungan dan resiko berkeadilan. • Aliansi strategis hulu hilir, kepemilkan bersama. • Investasi ranah dan rantau • Maksimum produktivitas tanaman dan kebun.
26
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII
Gambar 1. Konfigurasi Pertanian (Kelapa)
Basis pemilahan antar generasi didasarkan atas: (1) Kesinambungan Proses atau Kegiatan, (2) Saling Mendukung, (3) Bukan Dipertentangkan (On dan Off Farm), serta (4) Mengoptimumkan Sumber Daya (Sinergi). Konfigurasi pertanian dipetakan pada kelapa yaitu sebagai berikut: Produk Generasi ke 3 Kelapa (Agroindustri) adalah: • Minyak kelapa, minyak goreng • VCO, margarin, softening • Sabun, ditergen, plastik • Biodiesel, minyak pelumas, rolling oils • Arang aktif, arang, bahan bakar tungku, asap cair • Kayu, papan kayu, papan partikel, ornamen • Jok kursi, kasur, tali • Media tumbuh, penstabil, baju anti peluru, dll. Peluang sebagai sumber energi terbarukan didasarkan atas kondisi: • Minyak bumi akan habis • Alternatif pengganti yg sustainable atau renewable • Masalah lingkungan hidup • Kualitas cocodiesel baik (cetan number >60) Kelapa merupakan sumber energi potensial yang bersumber dari: • Minyak kelapa: dibakar (nyala & panas), Cocodiesel • Ampas kelapa: dibakar, etanol (biofuel). • Nira kelapa: etanol (biofuel) • Air kelapa: etanol (biofuel) • Tempurung kelapa: dibakar, aditif cocodiesel (asap cair)
Irawadi J. dan Tun Tedja I.: Peluang dan Tantangan Pengembangan Bioindustri Kelapa Nasional
27
• • • •
Sabut kelapa: dibakar (panas) Debu kelapa: dibakar (panas) Daun kelapa: dibakar (nyala) Batang kelapa: dibakar (panas)
Selain itu kelapa juga sangat berpotensi sebagai bioenergi. Hal ini ditunjukkan oleh potensi bahan bakar yang diperolah dari kelapa (Tabel 1) Tabel 1. Potensi Bioenergi Berbasis Kelapa di Indonesia Bahan Berbasis Kelapa Minyak kelapa Ampas kelapa Nira kelapa Air kelapa Sabut kelapa Sabut kelapa Tempurung
satuan
ton ton Kilo liter Kilo liter ton ton ton
Jumlah Potensi
1.450.265 1.186.580 9.500.000 4.645.267,5 7.742.113 7.742.113 2.580.704
Konversi ke Bahan Bakar Biodiesel Etanol Etanol Etanol Etanol Arang Sabut Arang Tempurung
Konversi per satuan bahan 0,9800 0,0846 0,0705 0,0235 0,2150 0,3500
Potensi bahan Bakar (dalam ton) 1.421.259 100.385 534.461 87.113 1.664.554 1.664.554 903.246
Terdapat minimal 4 teknologi proses yang dapat diterapkan dalam konversi bahan berbasis kelapa untuk menjadi energi, yaitu: (1) Teknologi Fermentasi (Ethanol), (2) Proses Esterifikasi atau Filtrasi (Biodiesel), (3) Gasification Process & Synthesis (Diesel/gasoline), dan (4) Pirolisis (Pengarangan). Secara grafis hal ini dijelaskan pada Gambar 2. Untuk karakteristik minyak diesel, minyak kelapa, cochol, dan minyak bunga matahari disajikan pada Tabel 2.
Gambar 2. Konversi Agroindustri Kelapa
28
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII
Tabel 2. Karakteristik Minyak Diesel, Minyak Kelapa, Cocohol , Minyak Bunga Matahari Karakteristik K viskositas 40oC mm2/detik Cetane Number Cloud Point 0oC Calori (MJ) Flash Point (0oC) Abu (%)
Minyak Diesel 2–4 40 – 60 -9 38 60 – 70 0,02
Minyak kelapa
Cocohol*
24 – 28 > 60 25 35 150a 0,05 -0, 15
3–4 > 60 2–6 33 130 0,001
Bunga Matahari 30 – 34 30 – 40 -6 36 320 0,05 - 4
Secara ekonomi, pendapatan dari pengusahaan kelapa realtif tinggi. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Pendapatan Per Ha Kebun Kelapa No. A B C
Hasil Kebun Nira Kelapa Nira Kelapa Buah Kelapa Buah Kelapa
D E
Buah Kelapa Muda Batang Kelapa
Produk Gula Kelapa Etanol buah Bulat Kopra Minyak Kelapa Air untuk nata Sabut (serat+peat) Arang Tempurung Biodiesel Minyak+Air+sabut+arang Cocodiesel+Air+sabut+arang
Unit Kg Lt butir Kg Liter lembar Kg Kg Liter
Buah Kelapa Muda Kayu Kelapa
butir m3
Jumlah Produk 4,200 2,143 5000 1000 600 1500 2500 294 600
5000 48
Pendapatan 29,400,000 8,571,429 2,500,000 3,000,000 4,800,000 1,500,000 896,875 735,294 2,700,000 7,932,169 5,832,169 7,500,000 9,600,000
Terkait dengan pengembangan daerah terpencil, pada daerah terpencil, Energi Cocodiesel memiliki keunggulan yaitu: • Cocodiesel bersahabat dengan lingkungan hidup. • Kilang cocodiesel sesuai untuk daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang ada kelapa dan nelayan yang butuh solar. • Kilang cocodiesel dirancang untuk dimiliki oleh petani kelapa & nelayan, atau juga ditambah dgn kerjasama pihak ketiga. • Cocodiesel bisa menjadikan desa mandiri energi.
Irawadi J. dan Tun Tedja I.: Peluang dan Tantangan Pengembangan Bioindustri Kelapa Nasional
29
Konfigurasi bisnis kilang cocodiesel (company own by farmers and fishermen) ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Konfigurasi Bisnis Kilang Cocodiesel
• • • • • • •
Manajemen bisnis yang dapat dipilih dalam pengembangan industri kelapa yaitu: Manajemen produksi dilakukan bersama dihimpun sebagai perusahaan bersemangat koperasi Kepemilikan individu, Kolaborasi berkeadilan hulu hilir Strategi aliansi antara hulu dan hilir Investasi ranah rantau (Home away investment) Berkesinambungan Maksimunkan nilai tambah (utama & samping)
Berdasarkan berbagai potensi, peluang pengembangan, permasalahan, dan tantangan yang ada, maka pengembangan kelapa nasional ke depan ditujukan untuk: (1) Memakmurkan petani kelapa, (2) Mencari nilai tambah maksimum melalui diversifikasi produk yang optimum, (3) Mencukupi kebutuhan konsumen akan kelapa segar dan hasil olahan. Hal ini membutuhkan: (1) Fair profit and risk distribution dalam, (2) hubungan bisnis usaha hulu hilir, pemilikan dan pembagian keuntungan, (3) Stabilitas harga sampai tingkat petani pekebun, yang dialirkan dari produk agroindustri yang berharga stabil, (4) Dukungan kebijakan peraturan perundangundangan, moneter dan fiskal serta dari pelaku ekonomi, serta (5) Bersahabat dengan lingkungan hidup, sustainable industrial used
30
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII
PENUTUP • • • • • •
Tanaman kelapa sudah tersedia luas di Indonesia, tinggal dipilih usaha yang paling sesuai dengan pelaku dan pengguna. Diversikasi produk olahan bahan utama dan hasil samping sangat terbuka, dengan pendekatan nilai tambah optimum Perlu dikembangkan nilai tambah produk hasil olahan yang dapat dipakai sebagai standar(kelapa ke minyak goreng, nilai tambah budaya). Perlu dukungan pemerintah dan pelaku ekonomi bagi bisnis perkelapaan (Indonesian Incoorporate). Peremajaan dgn biibit unggul dan tumpang sari memaksimumkan produktivitas tanaman dan lahan. Pasar domestik dan ekspor terbuka luas
Irawadi J. dan Tun Tedja I.: Peluang dan Tantangan Pengembangan Bioindustri Kelapa Nasional
31