PIRAMIDA Vol. XII No. 2 : 72 - Kelas 79 Menengah Dalam Pengentasan Partisipasi Wayan Windia Kemiskinan Perdesaan di Kabupaten Gianyar
ISSN : 1907-3275
PARTISIPASI KELAS MENENGAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERDESAAN DI KABUPATEN GIANYAR
1Jurusan
Ni Made Tisnawati1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
[email protected]
ABSTRAK Partisipasi masyarakat desa sangat menentukan keberhasilan perencanaan dan realisasi program penurunan kemiskinan perdesaan. Tokoh masyarakat yang terlibat dalam perencanaan program penanggulangan kemiskinan, biasanya berasal dari kalangan masyarakat yang berpendidikan, mempunyai keahlian khusus, dan mandiri secara ekonomi. Karakteristik tokoh masyarakat seperti itu dalam sosiologi ekonomi disebut kelas menengah. Keberadaan kelas menengah dalam upaya penanggulangan kemiskinan juga dilihat dalam berbagai wadah non-formal. Seperti komunitas- komunitas sosial yang didirikan dengan program khusus penanggulangan kemiskinan diperdesaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor apa yang membedakan partisipasi kelas menengah di Kabupaten Gianyar. Dari 150 responden yang diteliti dengan mempergunakan teknik analisis kuantitatif multivariate diskriminan, ditemukan hasil bahwa variabel persepsi pentingnya partisipasi dalam program pengentasan kemiskinan, penilaian potensi diri, pentingnya organisasi/wadah, lokasi tempat tingga (status migran), umur, jumlah tanggungan keluarga, dan persepsi bentuk bantuan yang diberikan, mampu membedakan bentuk aktivitas sosial yang merupakan bentuk partisipasi kelas menengah di Kabupaten Gianyar. Kata kunci: kelas menengah, pemberdayaan, kemiskinan ABSTRACT The participation of rural communities will determine the success of the planning and realization of the program of poverty reduction in rural areas. Villagers, is currently represented in formal and non-formal institutions. Formal institutions such as the Village Representative Body, and sabha Welaka in traditional institutions. Community leaders involved in planning poverty reduction programs, usually from the community are educated, have specialized expertise, and become economically independent. The characteristics of such a society in economic sociology is called the middle class. The existence of the middle class poverty reduction was also seen in a variety of non-formal container. As established social communities with a special program of poverty reduction in rural. The purpose of this study is to identify what distinguishes the middle class participation in Gianyar. Of the 150 respondents surveyed by using quantitative analysis technique multivariate discriminant, found the result that the place of residence of respondents (migrants, indigenous peoples and migrant risen), age, number of dependents, and the respondents’ perception of the importance of the participation of the middle class have a significant effect as a differentiated factor form middle-class participation in poverty reduction in Gianyar regency. The high potency and caring attitude of the middle class in Gianyar regency should be noted that further enhanced its role in poverty reduction in Gianyar district in particular. Keywords: middle class empowerment, poverty, Gianyar Regency PENDAHULUAN Berbagai program berbasis penanggulangan kemiskinan dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya menyasar perdesaan. Berbagai instansi mengkoordinir penanggulangan kemiskinan tersebut dengan berbagai nama program antara lain IDT, pembentukan Tabungan Kesejahteraan Keluarga
72
(Takesra), Koperasi Usaha Kesejahteraan Keluarga (Kukesra), sampai pada Proyek Jaring Pengamanan Sosial (JPS), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan lain lain. Tujuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dari dua sisi yaitu, peningkatan pendapatan
PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ni Made Tisnawati
melalui peningkatan produktivitas, dimana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil karya yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Kedua, penanggulangan kemiskinan melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kabupaten Gianyar sebagai salah satu kabupaten yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai the leading sector juga masih memiliki Rumah Tangga Miskin (RTM) relatif cukup banyak. Tercatat pada tahun 2009, di Kabupaten Gianyar terdapat 7.509 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di tujuh kecamatan. Jumlah RTM terbanyak terdapat di Kecamatan Gianyar dengan RTM sebanyak 1.384 KK atau 18,43 persen. RTM miskin di Kabupaten Gianyar juga mendapat bantuan community based development (CBD), yang merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis komunitas daerah. Bentuk penanggulangan kemiskinan dilakukan secara partisipatif dengan mempergunakan pendekatan bottom-up. Program CBD dilakukan dengan menyasar langsung desa-desa di Kabupaten Gianyar, dimana tercatat pada tahun 2009 telah menyasar lebih dari seribu desa di Kabupaten Gianyar, sebagaimana terangkum dalam Tabel 1. Partisipasi masyarakat juga sangat ditentukan oleh penggerak dalam masyarakat, yang umumnya dilakukan para tokoh masyarakat baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat sipil. Penanggulangan kemiskinan perdesaan berbasis partisipatif sangat penting untuk dilakukan, mengingat tingginya potensi kesalahan penyaluran bantuan kemiskinan akibat kekurang akuratan data. Tokoh masyarakat yang berperan dan terlibat dalam program penanggulangan kemiskinan perdesaan umumnya berasal dari kelompok masyarakat yang diklasifikasikan dalam kelompok kelas menengah. Kelas menengah dalam pendekatan sosiologi ekonomi ditandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki penghasilan dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan menabung dan perencanaan masa depan, serta memiliki minat yang tinggi untuk dilibatkan dalam kegiatan komunitas. Kelas menengah yang terlibat dalam program dan upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan umumnya terbagi menjadi tiga berdasarkan lokasi tempat tinggal. Pertama, kelas menengah yang berdiam di perdesaan. Mereka diidentifikasi sebagai kelas menengah yang penghasilan utamanya dari sektor pertanian, industri dan jasa yang berlokasi di perdesaan. Kedua, kelas menengah yang tergolong migrant commuting (penglaju), umumnya terdiri dari masyarakat yang karena berbagai alasan memilih sebagai migrant commuter dalam kesehariannya. Mereka tetap tinggal di perdesaan, namun bekerja di kota.
Volume XII No. 2 Desember 2016
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) menurut Desa Pakraman Yang Memperoleh Bantuan Program Community Based Development (CBD)- Bali Sejahtera di Kabupaten Gianyar Tahun 2009 No
Desa Pakraman
Kecamatan
Jumlah
%
1
Tegal Suci
Tegallalang
91
6,54
2
Sebali
Tegalalang
93
6,68
3
Perean
Tegalalang
99
7,11
4
Singaperang
Payangan
75
5,39
5
Selat
Payangan
64
4,60
6
Marga Tengah
Payangan
76
5,46
7
Temen
Tampaksiring
44
3,16
8
Tarukan
Tampaksiring
54
3,88
9
Eha
Tampaksiring
49
3,52
10
Tebongkang
Ubud
47
3,38
11
Silungan
Ubud
39
2,80
12
Nyuh Kuning
13
Mantring
Ubud
10
0,72
Gianyar
97
6,97
14
Tulikup Kaler
Gianyar
85
6,11
15
Purna Desa
Gianyar
78
5,60
16
Saba
Blahbatuh
91
6,54
17
Pasdalem
Blahbatuh
85
6,11
18
Antugan
Blahbatuh
85
6,11
19
Singapadu
Sukawati
59
4,24
Lantangidung
Sukawati
71
5,10
1.392
100
20
TOTAL Sumber : Konsultan CBD-Bali Sejahtera Th 2009
Ketiga adalah kelas menengah yang berdomisili di kota lain, namun tetap memberikan kontribusi bagi upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Bentuk kegiatan dan kontribusi yang dilakukan kelas menengah dalam upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan ini, masih dilakukan secara sporadis. Ada yang berperan langsung dalam struktur pemerintahan formal yang ada, namun banyak yang berjuang sendiri dengan caranya untuk membantu masyarakat miskin. Identifikasi eksistensi kelas menengah beserta partisipasi yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan di perdesaan Gianyar ini perlu dilakukan untuk memaksimalkan potensi dan peran penting kelas menengah sebagai penggerak pembangunan perdesaan. Kelas menengah perlu diberikan ruang yang jelas untuk memaksimalkan upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan yang berbasis partisipasi komunitas. Jika dilihat berdasarkan pendekatan ekonomi regional, maka peran kelas menengah merupakan modal sosial yang sangat penting dalam pelaksanaan perencanaan penurunan kemiskinan di daerah, khususnya perdesaan sebagai nadi perekonomian Indonesia. Seiring makin pentingnya pembangunan perdesaan, khususnya dalam perguliran dana bantuan pemerintah tiap desa, maka partisipasi kelas menengah semakin menjadi penting. Di Provinsi Bali khususnya, peran kelas menengah sangat penting dalam berbagai program penurunan
73
Partisipasi Kelas Menengah Dalam Pengentasan Kemiskinan Perdesaan di Kabupaten Gianyar
kemiskinan pedesaan. Partisipasinya dibuktikan dalam rentang sejarah semakin banyaknya putra dan putri daerah yang mengenyam pendidikan formal tinggi, dan membawa arus perubahan dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat Bali. Tingginya pendidikan tidak hanya berimbas pada kesempatan rumah tangga miskin menjadi kelas menengah, namun juga pada penyebaran perubahan sosial dan budaya yang lebih egaliter dan mengutamakan kemanusiaan. Kabupaten Gianyar sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki potensi warga dengan kemampuan seni yang tinggi, sangat digerakkan dengan tingginya partisipasi masyarakat khususnya kelas menengah dalam pembangunan ekonomi. Tingginya partisipasi masyarakat dalam program pengentasan kemiskinan sangat menentukan keberlanjutan program tersebut. Tujuan Khusus dan urgensi penelitian ini terletak pada identifikasi potensi dan klasifikasi partisipasi dan peran kelas menengah dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan (studi kasus Kabupaten Gianyar). Mengingat keberadaan kelas menengah sebagai penggerak utama, memiliki posisi kunci dalam penanggulangan kemiskinan perdesaan secara partisipatif. Penelitian ini menjadi sangat penting sebagai langkah awal untuk membuat semacam rekayasa sosial yang dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi kelas menengah dalam upaya percepatan pengentasan kemiskinan di perdesaan, khususnya di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah apakah eksistensi kelas menengah di Kabupaten Gianyar yang ditunjukkan dalam aktivitas sosial yang dilakukan, mampu dibedakan oleh variabel bebas jumlah tanggungan, umur, lokasi tempat tinggal, persepsi responden tentang pentingnya kepedulian kelas menengah, potensi diri, pentingnya organisasi/komunitas, dan bentuk kontribusi yang diberikan? Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk megetahui apakah eksistensi kelas menengah di Kabupaten Gianyar yang ditunjukkan dalam aktivitas sosial yang dilakukan, mampu dibedakan oleh variabel bebas jumlah tanggungan, umur, lokasi tempat tinggal, persepsi responden tentang pentingnya kepedulian kelas menengah, potensi diri, pentingnya organisasi/komunitas, dan bentuk kontribusi yang diberikan. METODE PENELITIAN Alat analisis yang dipergunakan adalah analisis multivariat diskriminan. Teknik ini berguna pada situasi di mana sampel total dapat dibagi menjadi grup-grup berdasarkan karakteristik variabel yang diketahui dari beberapa kasus. Tujuan utama dari analisis multiple diskriminan adalah mengetahui perbedaan antargrup
74
(Anderson dalam Yamin dan Kurniawan (2014). Analisis statistik multivariate merupakan metode statistik yang memungkinkan kita melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan (Narimawati, 2008). Dengan menggunakan teknik analisis ini maka dapat dianalisis pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Teknik analisis multivariate secara dasar diklasifikasi menjadi dua yakni analisis dependensi dan analisis interdependensi. Analisis dependensi berfungsi untuk menerangkan atau memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis diskriminan, analisis multivariat (MANOVA), dan analisis korelasi kanonikal. Metode dependensi diklasifikasikan didasarkan pada jumlah variabel tergantung, misalnya satu atau lebih dan skala pengukuran bersifat metrik atau non metrik. Tujuan utama menggunakan analisis diskriminan adalah melihat kombinasi linier. Artinya untuk mempelajari arah perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam suatu kelompok sehingga diketemukan adanya kombinasi linier dalam semua variabel bebas. Klasifikasi dilakukan melalui prosedur analisis diskriminan. Tujuan melakukan klasifikasi tersebut adalah dapat mengetahui apakah pengelompokan tersebut signifikan atau tidak. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ; Data kuantitatif, adalah data yang berupa angkaangka yang akan disusun serta diinterprestasikan. Berupa; data hasil penyebaran kuisioner. Data kuantitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini seperti jumlah kemiskinan dan data ekonomi lainnya. Data kualitatif adalah data berupa deskripsi atau uraian yang tidak berbentuk angka-angka, yang merupakan hasil dari wawancara pengamatan lapangan, seperti kebijakan pemerintah dan historis perkembangan kelas menengah khususnya di Bali. Teknik analisis multivariat diskriminan dalam penelitian ini mempergunakan variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah klasifikasi dua bentuk aktivitas sosial yang dilakukan responden. Nilai 1 untuk aktivitas sosial langsung (memberi materi langsung kepada masyarakat miskin), nilai 2 untuk aktivitas sosial tidak langsung (memberi non materi kepada masyarakat yang membutuhkan). Variabel independen terdiri dari P1 (persepsi responden terhadap keharusan untuk berpartisipasi dalam pengentasan kemiskinan). Variabel bebas kedua adalah P2 (tingginya potensi yang dimiliki responden untuk berpartisipasi dalam program pengentasan kemiskinan). Variabel bebas ketiga adalah umur responden. Variabel bebas keempat adalah P3 (persepsi responden tentang pentingnya didirikan satu wadah/organisasi untuk menggalang partisipasi kelas menengah dalam program pengentasan kemiskinan).
PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ni Made Tisnawati
Variabel bebas ke lima adalah lokasi tempat tinggal yang terdiri dari nilai 1 untuk migran risen dan lifetime migrant, 2 untuk migran commuting, dan 3 untuk non migran (penduduk asli). Variabel bebas keenam adalah jumlah tanggungan keluarga.Variabel bebas ke tujuh adalah P4 (persepsi responden tentang bentuk partisipasi yang dilakukan bisa dalam bentuk non-materi). HASIL DAN PEMBAHASAN Seiring peningkatan jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan formal tinggi, didukung kondisi beberapa kecamatan seperti Ubud, yang sangat multikultur dan akrab bersinggungan dengan wisatawan manca negara. Akses informasi dan transportasi yang semakin maju, membuat beberapa kelompok masyarakat yang teridentifikas sebagai kelas menengah, semakin menunjukkan kepedulian dan keberaniannya untuk melakukan gerakan perubahan. Gerakan yang sangat beraneka bentuk, namun memiliki tujuan yang sama yakni menurunkan kemiskinan di perdesaaan Kabupaten Gianyar. Beberapa kelompok masyarakat ada yang bergerak secara sporadis, ada juga yang memilih untuk berbuat secara pribadi/individu. Beberapa kecamatan di Kabupaten Gianyar seperti Kecamatan Ubud, Tegallalang, Tampaksiring, Sukawati, dan Gianyar, memiliki kelompok masyarakat kelas menengah yang sangat peduli pada kemiskinan. Beberapa kelompok masyarakat kelas menengah bergabung dan membentuk yayasan dan organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau Non-governmental Organization (NGO), bergerak dalam upaya pengentasan kemiskinan di perdesaan, antara lain: 1. Yayasan Senang Hati ((Jl. Banjar Teruna Desa Siangan Gianyar Bali). Yayasan ini bergerak atas dasar kemanusiaan untuk memperhatikan kelompok masyarakat marginal yang berada dalam kondisi disabilitas. Yayasan ini bertujuan untuk menjalankan program pemberdayaan kaum disabilitas. Berdasarkan sema ngat untuk berbagi kasih, yayasan ini mengkoordinir bantuan material dan tenaga secara berkelanjutan untuk meningkatkan rasa percaya diri, psikis dan kemandirian ekonomi para penyandang disabilitas. Kesadaran masyarakat juga ditingkatkan melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan. Tersedia berbagai macam fasilitas untuk penyandang disabilitas, seperti kursi roda, rumah tempat tinggal, dan berbagai kegiatan produksi seperti melukis, menenun dan kerajinan kayu. Melalui latihan ketrampilan dan kemandirian, para penyandang disabilitas ini tidak lagi menjadi kelompok miskin yang terisolir dan tergantung pada pihak lain, namun menjalani kehidupan dengan mandiri, gembira dan menghasilkan pendapatan sendiri. 2. Program Volunteer Ubud Bali (www.volunteer-
Volume XII No. 2 Desember 2016
programs-bali.org). Program ini didirikan sejak tahun 2009, dengan gerakan utama meningkatkan kemampuan berbahasa inggris dan kegiatan lain yang meningkatkan kemampuan anak-anak yang tidak mampu dan berada di perdesaan. Lokasi tempat diadakannya kegiatan oleh tenaga sukarela (volunteer) ini berlokasi di Penestanan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Volunteer yang sebagian besar berkebangsaan asing yang sedang berlibur, namun ingin membantu masyarakat lokal, memanfaatkan program ini. Sambil berwisata, mereka juga dapat membantu anak-anak di pedesaan mengajarkan bahasa inggris, komputer, daur ulang sampah, pertanian organik, perbaikan infrastruktur sekolah. 3. Yayasan Bumi Sehat/ Healthy Mother Earth Foundation (Nyuh Kuning Ubud Bali); Ibu Robin seorang bidan asing dibantu para volunteer asing yang sebagian besar berprofesi sebagai dokter, bidan dan perawat, bahkan healer bergabung bersama di Banjar Nyuh Kuning Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Gerakan utamanya adalah membantu ibu yang akan melahirkan namun memiliki keterbatasan biaya. Tidak hanya menolong ibu melahirkan, yayasan ini juga memberikan pelayanan kepada pasien umum dengan biaya yang sesuai kemampuan pasien. Tahun 2007, pendiri yayasan yang juga peraih CNN Award Heroes ini mendirikan lembaga pendidikan khusus generasi muda usia 12-20 tahun. Berbagai ketrampilan gratis seperti bahasa inggris, komputer, dan teknik pertanian organik diberikan oleh para volunteers asing. Hingga kini, lembaga pelatihan ini telah memberikan kesempatan kepada 240 siswa berbagai ketrampilan tersebut. 4. Yayasan IDEP Seralas Alam (Indonesian Development of Education & Permaculture); LSM ini berlokasi di Banjar Dauh Uma Desa Batuan Kaler Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Kegiatan utamanya adalah pada upaya pelestarian pembangunan yang melibatkan petani lokal dan sekolah untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Yayasan ini juga bekerjasama dalam produksi pertanian organik dengan sistem bagi hasil dengan petani lokal. Yayasan ini juga mengadakan sosialisasi, diskusi dan pelatihan kepada komunitas, sekolah atau pribadi yang ingin memperdalam pertanian organik dan pengelolaan lingkungan alam 5. Yayasan BAWA (Bali Animal Welfare Association), Jl. Monkey Forest 100X Ubud; Organisasi ini memiliki kepedulian tinggi terhadap keberadaan anjing lokal Bali. Banyak dokter hewan muda dari Bali yang tergabung dan berpartisipasi sebagai volunteer dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan Yayasan BAWA antara lain; Sterilisasi dan katrasi gratis, rawat inap, perawatan anjing terlantar, pemberian makan untuk
75
Partisipasi Kelas Menengah Dalam Pengentasan Kemiskinan Perdesaan di Kabupaten Gianyar
anjing terlantar. Barc Refugee di Banjar Lodtunduh Ubud Bali juga bergerak dalam kegiatan penyelamatan hewan terlantar. Organisasi ini melibatkan donatur dari mancanegara dan lokal. Sebanyak sekitar 150 anjing terlantar telah diselamatkan dan memperoleh perawatan. 6. Yayasan Masa Depan (Temesi, Gianyar); Yayasan ini bergerak dibidang pendidikan khusus untuk anak-anak dan generasi muda yang tidak mampu secara ekonomi. Tantangan globalisasi membuat sekelompok kelas menengah di Temesi Gianyar membuat semacam kursus gratis dengan materi bahasa inggris, komputer, manajemen pengelolaan limbah lingkungan. Meskipun dengan keterbatasan financial, yayasan ini tetap menerima sekitar 120 siswa, meskipun dengan kondisi tempat belajar yang sangat sederhana. 7. Yayasan Bali Hati (Jl. Raya Lodtunduh Br. Silungan Ubud Gianyar); Yayasan ini memperoleh hibah dari seorang warga negara Amerika Serikat, Ibu Nancy. Bergerak di bidang pendidikan dan penigkatan rasa percaya diri, yayasan ini memberikan beasiswa kepada warga lokal yang tidak mampu secara ekonomi. Pendidikan yang diberikan berbasis pendidikan internasional dan didukung pertumbuhan spiritual siswa, sehingga diharapkan siswa dapat memberikan perbaikan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. 8. Yayasan Sejuk Hati (Jl.Monkey Forest Ubud); Yayasan yang bertujuan untuk menyelamatkan anggota masyarakat yang mengalami keterbatasan fisik ini memiliki tujuan untuk menyelamatkan keterisolasian para penyandang cacat untuk berintegrasi secara aktif dengan masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri para penyandang cacat tersebut, melalui pelatihan ketrampilan seperti melukis, menjahit. 9. Sawah Bali; Yayasan ini hasil kerjasama dengan pemerintah (Bupati Gianyar), Pendidikan Tinggi (Unud dan Curtin University), UNESCO, Pekaseh subak Bunutan, Tanggayuda, dan petani lokal. Yayasan ini merupakan kelanjutan dari proyek yang merupakan adaptasi US Land Trust Model “Seeing is Believing” melibatkan petani lokal. Beberapa tahapan yang dijalankan proyek ini antara lain; peningkatan ekonomi petani melalui upaya meningkatkan kesehatan dan pendapatan petani, mengembalikan kesuburan lahan, menerapkan pertanian organik, ketersediaan pangan, agro wisata, dan pendidikan financial keluarga 10. Yayasan Manuaba; kegiatan yang dilakukan yayasan ini merupakan bentuk CSR dari CV Manuaba yang berlokasi di Desa Kenderan Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Yayasan ini merekrut sejumlah masyarakat lokal, diberikan pelatihan pengembangan
76
diri secara gratis, direkrut sebagai karyawan, perbaikan infrastruktur sekolah dan mendirikan bank sampah. Tabel 2. Partisipasi Responden dalam Kegiatan Sosial No
Jenis aktivitas
Jumlah
%
1
Menyumbang barang bekas,baju, makanan, dll ke panti asuhan
50
33,3
2
Orang tua asuh dan memberikan beasiswa
15
10
3
Menyumbang ke panti jompo
10
6,7
4
Mempekerjakan masyarakat lokal
25
16,7
5
Memberikan informasi tentang jaringan kerja
20
13,3
6
Menyumbang ke anak cacat Lainnya (membuat bank sampah, memberikan ceramah, kursus gratis, bedah rumah, mengajar gratis)
5
3,3
25
16,7
150
100
7
JUMLAH Sumber : Data Primer (2016)
Partisipasi kelas menengah dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten Gianyar dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua. Pertama aktivitas langsung, yakni aktivitas responden yang berupa kegiatan atau pemberian bantuan langsung kepada individu yang miskin. Sedangkan aktivitas tidak langsung yakni aktivitas responden yang tidak langsung memberikan materi kepada individu yang membutuhkan. Dari total responden yang ada, sebagian besar yakni 52,7 persen masih melakukan aktivitas sosial langsung yakni memberi bantuan materi. Sisanya yakni 47,3 persen melakukan aktivitas sosial tidak langsung. Selengkapnya mengenai bentuk aktivitas yang dilakukan responden, dinyatakan dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berpartisipasi dalam pengentasan kemiskinan di perdesaan dengan memberikan bantuan yang bersifat langsung dan bersifat jangka pendek seperti pemberian materi berupa uang, Hanya 30 persen responden yang memberikan bantuan bersifat jangka panjang dan tidak selalu berupa materi (benda), seperti memberikan ceramah, pelatihan langsung, memberikan informasi tentang jaringan kerja, membuat bank sampah, dan membantu membuat proposal untuk bedah rumah. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan mempergunakan program SPSS versi 13.0 dan teknik analisis multivariate diskriminan, diperoleh hasil sebagai berikut : Data yang diolah berjumlah 150 responden dibagi menurut kelompok 1 (rutin dan langsung), dan kelompok 2 (insidentil dan tidak langsung) dalam program penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Kelompok 1 adalah responden yang menunjukkan partisipasinya dalam program percepatan pengentasan kemiskinan di perdesaan dengan melakukan aktivitas sosial berupa pemberian materi langsung kepada individu yang miskin. Kelompok 2 adalah responden yang menunjukkan partisipasinya dalam program percepatan pengentasan
PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ni Made Tisnawati
kemiskinan di perdesaan dengan melakukan aktivitas sosial tidak langsung berupa pemberian materi langsung kepada individu yang miskin. Namun bentuk lain seperti memberikan motivasi, informasi lowongan kerja, tenaga, menyerap lapangan pekerjaan dan lain-lain. Group Statistics type.aktivitas 1,00
2,00
Total
P1 P2 Status Usia P3 P4 Tanggungan P1 P2 Status Usia P3 P4 Tanggungan P1 P2 Status Usia P3 P4 Tanggungan
Mean 1,6203 1,7595 2,0759 33,5190 2,0380 1,6329 1,5949 1,4085 1,6761 2,4225 43,7606 1,7887 1,5775 2,7324 1,5200 1,7200 2,2400 38,3667 1,9200 1,6067 2,1333
Valid N (listwise) Unweighted Weighted 79 79,000 79 79,000 79 79,000 79 79,000 79 79,000 79 79,000 79 79,000 71 71,000 71 71,000 71 71,000 71 71,000 71 71,000 71 71,000 71 71,000 150 150,000 150 150,000 150 150,000 150 150,000 150 150,000 150 150,000 150 150,000
Std. Deviation ,48842 ,43012 ,78073 13,64181 ,60855 ,53535 1,86409 ,49505 ,47131 ,76834 13,23789 ,50471 ,55193 2,28634 ,50127 ,45050 ,79157 14,35523 ,57370 ,54214 2,14466
Tabel Group Statistic menggambarkan rata-rata dan standar deviasi dari setiap kelompok per karakteristik. Kelompok 1 memiliki rata-rata persepsi dan penilaian potensi diri yang lebih tinggi untuk berperan langsung dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan dibandingkan kelompok 2 (tidak rutin dan tidak langsung melakukan kegiatan ke masyarakat miskin). Dari segi usia dan pendapatan, kelompok 2 memiliki rata-rata usia dan yang lebih besar dibandingkan kelompok 1. Sedangkan dari jumlah tanggungan, kelompok 1 memiliki rata-rata jumlah tanggungan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok 2. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang melakukan aksi memberikan bantuan/kegiatan sosial langsung ke masyarakat miskin umumnya berusia lebih muda, dengan jumlah tanggungan lebih sedikit. Namun kelompok 1 memiliki persepsi diri dan potensi untuk berpartisipasi langsung dalam penurunan kemiskinan perdesaan. Dilihat dari persepsi mengenai pentingnya keberadaan wadah/organisasi untuk mengkoordinir kegiatan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan responden, kelompok 1 memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok 2. Kelompok 1 memiliki rata-rata yang lebih tinggi dalam persepsi mengenai bentuk partisipasi yang diberikan tidak selalu harus berupa materi, dibandingkan kelompok 2. Tests of Equality of Group Means
P1 P2 Status Usia P3 P4 Tanggungan
Wilks' Lambda ,955 ,991 ,952 ,872 ,953 ,997 ,929
F 6,942 1,285 7,481 21,674 7,359 ,390 11,241
df1 1 1 1 1 1 1 1
df2 148 148 148 148 148 148 148
Sig. ,009 ,259 ,007 ,000 ,007 ,534 ,001
Tabel Tests of Equality of Group Means mengidentifikasikan faktor-faktor yang secara signifikan membedakan antara dua kelompok tersebut. Dalam hal
Volume XII No. 2 Desember 2016
ini digunakan dua satatistik uji, yaitu Wilks lamda dan F test. Nilai Wilks lamda berkisar antara 0 hingga 1. Nilai wilks lamda mendekati nol menunjukkan semakin signifikan karakteristik tersebut membedakan antara dua variasi kelompok. Sebaliknya nilai Wilk’s Lamda semakin mendekati angka 1 sehingga variasi data untuk karakteristik tersebut cenderung sama untuk dua kelompok tersebut. Untuk F test digunakan nilai p value pada kolom signifikannya dimana: Sig.> 0,05 berarti tidak ada perbedaan antara grup Sig.<0,05 berarti terdapat perbedaan antara grup Dari hasil analisis data (kolom Tests of Equality Group Means) dapat mengetahui informasi sebagai berikut : - Karakteristik persepsi pentingnya partisipasi kelas menengah dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value < 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian yang berbeda signifikan atas persepsi pentingnya partisipasi kelas menengah dalam pengentasan kemiskinan - Karakteristik persepsi potensi diri dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value > 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian yang relatif sama atas penilaian potensi diri dalam pengentasan kemiskinan - Karakteristik status dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value < 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian signifikan berbeda atas status (lokasi tempat tinggal) responden. - Karakteristik usia dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value < 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian signifikan berbeda atas usia responden terhadap aktivitas yang dilakukan. - Karakteristik persepsi pentingnya wadah dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value < 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian signifikan berbeda atas persepsi pentingnya wadah dalam aktivitas sosial yang dilakukan responden. - Karakteristik persepsi bentuk bantuan yang diberikan berupa materi dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value > 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian relatif sama atas bentuk bantuan yang diberikan. - Karakteristik jumlah tanggungan dalam pengentasan kemiskinan mempunyai nilai p value < 0,05 berarti kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki persepsi penilaian signifikan berbeda atas jumlah tanggungan terhadap aktivitas sosial yang dilakukan responden.
77
Partisipasi Kelas Menengah Dalam Pengentasan Kemiskinan Perdesaan di Kabupaten Gianyar
Box’s Test of Equality of Covariance Matrices Test Results Box's M F
35,073 Approx. 1,189 df1 28 df2 74522,685 Sig. ,225 Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis diskriminan adalah homogenitas varians. Nilai homogenitas varians dapat dilihat dari nilai statistic Box’s M. Hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut : Hipotesis: Ho : Varians antara dua kelompok data identik/homogen Hi : Varians antara dua kelompok data tidak identik/ heterogen Kriteris Uji: Dari hasil p value statistik uji Box’s M, diketahui bahwa p value 0,225 (>0,05) sehingga terima Hipotesis nol. Hal tersebut berarti varians antara kelompok 1 dan kelompok 2 sering homogen. Summary of Canonical Discriminant Functions Eigenvalues Function 1
Eigenvalue % of Variance ,285a 100,0
Cumulative % 100,0
Pada tabel Eigen Value, terdapat nilai Canonical Correlation yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara hasil diskriminan skor dan kelompok pelanggan atau besarnya variabilitas yang mampu diterangkan oleh variabel independen terhadap variable dependen. Dari tabel di atas diperoleh nilai canonical correlation sebesar 0,2218; artinya 22,18% varians dari variabel dependen (bentuk aktivitas sosial kelas menengah) dapat dijelaskan dari model diskriminan yang terbentuk. Wilks' Lambda Wilks' Lambda ,778
Chi-square 36,270
df 7
Sig. ,000
Pada tabel Wilk’s Lamda, terdapat signifikansi nilai statistik Chi square sebesar 0,000 (<0,05); artinya ada perbedaan yang signifikan tentang bentuk aktivitas sosial yang dilakukan antara kelompok 1 dan kelompok 2 pada model diskriminan.
78
Function 1 Usia ,716 Tanggungan ,516 Status ,421 P3 -,417 P1 -,405 P2 -,174 P4 -,096 Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.
Tabel Structure Matrix menunjukkan urutan karakteristik yang paling membedakan bentuk aktivitas kelas menengah dalam kegiatan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Gianyar. Karakteristik usia adalah karakteristik yang paling membedakan bentuk aktivitas sosial responden dalam program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Gianyar. Classification Resultsa
Original
Count %
type.aktivitas 1,00 2,00 1,00 2,00
Predicted Group Membership 1,00 2,00 54 25 21 50 68,4 31,6 29,6 70,4
Total 79 71 100,0 100,0
a. 69,3% of original grouped cases correctly classified.
Canonical Correlation ,471
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Test of Function(s) 1
Structure Matrix
Tabel Classification Result menggambarkan cross tabulation antara model awal dengan pengklasifikasian hasil model diskriminan (predicted group membership) adalah 69,3 persen. Dengan kata lain ketepatan model diskriminan yang dibentuk memiliki ketepatan prediksi sebesar 69,3 persen. Ini menunjukkan bahwa variabel persepsi pentingnya partisipasi dalam program pengentasan kemiskinan, penilaian potensi diri, pentingnya organisasi/wadah, lokasi tempat tingga (status migran), umur, jumlah tanggungan keluarga, dan persepsi bentuk bantuan yang diberikan, mampu membedakan bentuk aktivitas sosial yang merupakan bentuk partisipasi kelas menengah di Kabupaten Gianyar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Eksistensi kelas menengah sebagai penggerak pengentasan kemiskinan di perdesaan Kabupaten Gianyar dilihat dalam dua bentuk aktivitas sosial yang dilakukan responden. Aktivitas sosial secara langsung (pemberian materi langsung kepada masyarakat yang miskin) dan aktivitas sosial secara tidak langsung (pemberian nonmateri, informasi, pendidikan dan pemberian pekerjaan) kepada masyarakat miskin. Berdasarkan model analisis
PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ni Made Tisnawati
multivariate diskriminan, diperoleh hasil bahwa aktivitas sosial responden dibedakan secara signifikan oleh variabel dalam yang ditunjukkan dalam aktivitas sosial yang dilakukan, mampu dibedakan oleh variabel bebas jumlah tanggungan, umur, lokasi tempat tinggal, persepsi responden tentang pentingnya kepedulian kelas menengah dan persepsi pentingnya keberadaan organisasi/komunitas secara signifikan.
memungkinkan masyarakat miskin mampu keluar dari kemiskinan, seperti memberikan pendidikan gratis, informasi pekerjaan dan peningkatan kemampuan hidup. Pemerintah daerah, khususnya pemerintah desa, perlu melakukan sinergi dengan partisipasi yang diadakan kelas menengah, sehingga program pengentasan kemiskinan yang direncanakan lebih cepat dirasakan manfaatnya dan berkelanjutan.
Saran Eksistensi kelas menengah sebagai penggerak pengentasan kemiskinan perlu ditingkatkan peranannya sehingga bisa berlanjut dan mencapai tujuannya yakni mengentaskan kemiskinan di perdesaan. Untuk meningkatkan peranan kelas menengah, maka beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Perlu dibuatkan satu komunitas atau wadah di setiap kecamatan untuk memudahkan kelas menengah menyalurkan bantuan atau bentuk partisipasi lain. Informasi tentang individu atau masyarakat miskin yang memerlukan bantuan juga harus secara tetap disediakan, diperbaharui, sehingga tidak ada satu desa yang sama sekali tidak pernah menerima bantuan atau partisipasi lain. Kelas menengah yang berstatus migrant risen maupun lifetime migrant ternyata memiliki kepedulian yang tinggi dalam memberikan bantuan kepada masyarakat miskin di perdesaan. Perlu dimanfaatkan akses informasi untuk memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi. Untuk menjamin keberlanjutan pengentasan kemiskinan di perdesaan, partisipasi kelas menengah ini perlu ditingkatkan sehingga tidak hanya memberi bantuan materi saja namun juga memberikan iklim yang
DAFTAR PUSTAKA
Volume XII No. 2 Desember 2016
BUTSI (1974). Masuklah Ke Desa, Pedoman Kerja Pelopor Pembangunan. BUTSI dan YTKI. Jakarta BPS Gianyar (2016), Gianyar dalam Angka 2016 Erlangga (2014). Studi Kelas Menengah di Indonesia dalam Perspektif Ekonomi Politik : Kasus Kota Bandung. Diunduh dalam http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73215 Mulyadi, S (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. PT Rajagrafindo: Depok Haryanto, Sindung (2011). Sosiologi Ekonomi. AR-RUZZ Media, Yogyakarta Maryunani (2015). Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Makalah disampaikan dalam seminar nasional “Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah” Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Unud tanggal 12 November 2015. Narimawati, Umi (2008). Teknik-Teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. Graha Ilmu, Yogyakarta OECD (2015). OECD Economic Surveys : Indonesia 2015 World Bank (2011). Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia, Mengulang tahun 2008? Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan (2014). SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek : Jakarta Yustika, Erani Ahmad (2013). Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Erlangga, Jakarta
79