Panduan Pelaksanaan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Jagung
Departemen Pertanian 2008
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
PENGANTAR Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional. Kebutuhan terhadap komoditas ini terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan dan industri, apalagi dengan berkembangnya usaha peternakan di Indonesia akhir-akhir ini. Pada saat produksi dalam negeri tidak mendukung, pemerintah harus mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional dan menekan volume impor, pemerintah telah mencanangkan program peningkatan produksi jagung sejak 2007 dengan sasaran swasembada. Salah satu strategi dalam peningkatan nasional jagung adalah meningkatkan produktivitas yang hingga baru mencapai 3,6 t/ha, sementara di tingkat penelitian dapat mencapai 5-10 t/ha. Dalam hal ini inovasi teknologi memegang peranan penting. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) mampu meningkatkan produksi jagung dan efisiensi input produksi. Pengalaman menunjukkan pula bahwa Sekolah Lapang Pengendalian Hama secara Terpadu (SL-PHT) dengan sistem belajar langsung di lahan petani dapat mempercepat alih teknologi. Keberhasilan SL-PHT yang ditindaklanjuti oleh i
pengembangan SL-Iklim (SL-I) memberi inspirasi bagi pengembangan PTT melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan mensinergikan dan memperluas cakupan SL-PHT dan SL-I dengan sasaran peningkatan produksi dan efisiensi usahatani. Agar berdaya guna dan berhasil guna, SL-PTT dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi yang kompeten, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan, dan bahkan tingkat desa. Buku panduan pelaksanaan SL-PTT Jagung ini disusun berdasarkan pengalaman penyelenggaraan SL-PHT dan diperkaya dengan pengalaman dalam pengembangan inovasi teknologi jagung dengan pendekatan PTT di berbagai lokasi di Indonesia. Saya berharap buku panduan ini dapat dijadikan acuan oleh institusi terkait di lingkup lingkup Departemen Pertanian, narasumber, pelatih, dan fasilitator atau pemandu lapang dalam pelaksanaan SL-PTT Jagung dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Mudah-mudahan upaya kita untuk meningkatkan produksi beras nasional mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT. Jakarta, Februari 2008 Menteri Pertanian,
Dr. Ir. Anton Apriyantono
ii
TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Ketua
Anggota
: Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian : Prof. Dr. Ir. Suyamto Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan : Ir. Zubachtirodin, MS Dr. Mappaganggang S. Pabbage Dr. Sania Saenong Dr. Ir. I Nyoman Widiarta
Panduan Pelaksanaan SL-PTT ini telah dibahas bersama dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, untuk itu Tim Penyusun menyampaikan terima kasih atas saran-saran yang konstruktif untuk penyempurnaan panduan ini. Badan Litbang Pertanian Jl. Ragunan No. 29 Pasarminggu, Jakarta Selatan Telp. : (021) 7806202 Faks. : (021) 7800644 Email :
[email protected] Pusat Litbang Tanaman Pangan Jl. Merdeka No. 147 Bogor, Jawa Barat Telp. : (0251) 334089 Faks. : (0251) 312755 Email :
[email protected];
[email protected] Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi, Kotak Pos 173 Maros 90514 Telp. : (0411) 371529 Faks. : (0411) 371961 Email :
[email protected] iii
DAFTAR ISI halaman
PENGANTAR .......................................................... i TIM PENYUSUN .............................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................ iv BAB I. APA ITU PTT ........................................... 1 A. Pendahuluan ................................................. B. Pengertian dan Tujuan ................................. C. Prinsip PTT .................................................. D. Komponen Teknologi .................................. E. Pemilihan Rakitan Teknologi ....................... F. Contoh Kasus Penerapan PTT ......................
1 1 2 3 3 4
BAB. II. APA ITU SL-PTT......................................
6
A. Definisi Sekolah Lapang PTT ...................... 6 B. Sasaran dan Tujuan Kegiatan SL-PTT ......... 7 C. Azas-Azas SL-PTT ...................................... 8 D. Prinsip-prinsip Pendidikan dalam SL-PTT .. 10 E. Proses Belajar Melalui Pengalaman ............. 10
BAB. III KOORDINASI SL-PTT........................... 11 A. Peningkatan Produksi Jagung Nasional........ B. Pola SL-PTT ................................................ C. Matrik Manajemen ....................................... D. Tahapan Pelatihan ........................................
11 11 13 15
BAB. IV PROSES SL-PTT ..................................... 16 A. Persiapan SL-PTT ........................................ B. Pelaksanaan SL-PTT .................................... C. Temu Lapang Petani .................................... D. Pengorganisasian SL-PTT ........................... E. Sarana dan Prasarana .................................... F. Evaluasi ........................................................ G. Laporan ........................................................
16 17 22 22 23 24 25
BAB. V. PENUTUP ................................................. 26 iv
LAMPIRAN ............................................................. 27 Lampiran 1. Daftar Publikasi Penunjang ......................... 27 Lampiran 2. Daftar topik khusus SL-PTT Jagung ........... 28 Lampiran 3. Acuan analisis agroekosistem penanda adopsi komponen teknologi ...................................... 30 Lampiran 4.Matrik kualitas untuk kegiatan latihan SL-PTT 33
v
BAB I INOVASI TEKNOLOGI JAGUNG Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan dan pakan maupun sebagai bahan baku industri. Pada saat produksi dalam negeri tidak memadai, impor terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi nasional tidak segera dipacu. Luas areal panen jagung nasional dewasa ini baru sekitar 3,60 juta hektar dengan produktivitas 3,45 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 4,0-10,0 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang diterapkan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produksi jagung masih dapat ditingkatkan melalui inovasi teknologi.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, di antaranya varietas unggul yang sebagian di antaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas jagung dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. Panduan SL-PTT jagung ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaan SL-PTT jagung dalam upaya peningkatan produksi nasional; (2) pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan produksi jagung melalui SL-PTT Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________
1
antara di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT jagung oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani jagung.
2
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
BAB 2 PTT: PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PRINSIP
PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. PTT jagung dirancang berdasarkan pengalaman implementasi berbagai sistem intensifikasi yang pernah dikembangkan di Indonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lahan telah mengalami kemunduran kesuburan, dan adopsi filosofi Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification) yang semula dikembangkan di Madagaskar. Tujuan penerapan PTT jagung adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu. Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi, dinamis, dan partisipatif. Integrasi Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani. Interaksi PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau lebih komponen teknologi produksi. Dinamis PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________
3
teknologi dan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. Oleh karena itu, PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologi yang dikembangkan melalui pendekatan PTT senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat. Partisipatif PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain.
4
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
BAB 3 KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI Komponen Dasar Komponen teknologi dasar (compulsory) adalah komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain: 1) Varietas unggul, baik dari jenis hibrida maupun komposit atau bersari bebas, 2) Bibit bermutu dan sehat (perlakuan benih), 3) Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, benih ditanam dua biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 4) Pemupukan berimbang, pupuk N diberikan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dan menggunakan bagan warna daun (BWD) untuk menentukan waktu dan takaran pemupukan. Pupuk P dan K diberikan berdasarkan hasil analisis tanah, 5) Saluran drainase (lahan kering) atau irigasi (lahan sawah). Komponen Pilihan Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi yang lebih bersifat spesifik lokasi, antara lain: 1) Penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau teknologi pengolahan tanah, bergantung pada tekstur tanah setempat, 2) Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran, 3) Penyiangan dengan herbisida atau secara manual, 4) Pengendalian hama dan penyakit yang tepat sasaran, 5) Penanganan panen dan pascapanen.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________
5
Rakitan Teknologi Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA (Participatory Rural Appraisal). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat. Alur perakitan komponen teknologi PTT dapat dilihat berikut ini. PRA
Identifik asi masalah
Pemilihan komponen teknologi
PTT (Rakitan teknologi spesifik lokasi)
Contoh Kasus Penerapan PTT PTT jagung untuk pertama kalinya diterapkan pada tahun 2005 di beberapa lokasi dalam program peningkatan produktivitas lahan, di antaranya pada lahan sawah tadah hujan di Desa Mandalle, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Dari PRA teridentifikasi masalah yang berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas jagung pada lahan sawah tadah hujan, kemudian diintroduksikan komponen teknologi untuk memecahkan masalah tersebut yang 6
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
merupakan rakitan PTT spesifik lokasi di Pangkep seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Prioritas masalah dan introduksi komponen teknologi untuk memecahkan masalah di Pangkep, Sulawesi Selatan. Solusi/introduksi komponen Ranking Masalah teknologi Petani menggunakan Introduksi varietas unggul dan I varietas lokal dan benih benih bermutu seadanya Kesuburan lahan belum Analisis tanah I diketahui Cara bertanam belum Perbaikan cara tanam dengan II baik, jarak tanam tidak jarak tanam 75 cm x 40 cm, teratur dua tanaman per lubang Pemupukan tidak Pemupukan berimbang dilakukan atau seadanya II saja tergantung kemampuan dan biasanya hanya pupuk N saja. Pengelolaan air tidak Pembuatan sumur gali atau efisien, sumber air dari sumur bor dangkal di lahan sumur gali yang ada di pertanaman dan III pendistribusian air dengan rumah sekitar lahan dan pendistribusian air dengan menggunakan pompa. ember Ternak sapi tidak Ternak sapi dikandangkan dikandangkan sehingga berdasarkan kesepakatan IV mengganggu pertanaman masyarakatan dengan perangkat desa Sistem sewa lahan atau Musyawarah dalam penetapan bagi hasil antara pemilik sistem sewa atau bagi hasil lahan dan penggarap tidak antara pemilik lahan dan jelas sehingga penggarap yang difasilitasi V menimbulkan masalah oleh aparat kecamatan dan ketika hasil yang desa. diperoleh penggarap tinggi
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________
7
BAB 4 SL-PTT: DEFINISI, TUJUAN, DAN AZAS
Definisi SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajarmengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani peserta sebagai murid dan pemandu lapang (PL I atau PL II) sebagai guru. Namun pada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dan murid, karena aspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara “guru dan murid” saling memberi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pascakegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan, pembukaan, dan studi banding atau kunjungan lapang (field trip). 1. 2. 3. 4. 5. 6. 8
Penciri SL-PTT adalah sebagai berikut: Peserta dan pemandu saling memberi dan menghargai Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan) Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil PRA yang dilakukan oleh petani peserta Pemandu tidak mengajari petani, tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri pemandu sebagai fasilitator memberikan bimbingan Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam periode tersebut diharapkan terdapat 10-14 kali pertemuan antara peserta dengan pemandu. ___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Sasaran dan Tujuan Pada tahun 2008 diharapkan telah terselenggara 65.000 unit SL-PTT jagung. Satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan di tiap desa dengan luas areal 15 ha, 14 ha di antaranya untuk SL-PTT dan 1 ha untuk laboratorium lapang. Berdasarkan jumlah unit SL-PTT diperkirakan PTT akan diterapkan pada lahan seluas 975 ribu ha. Strategi ini diharapkan dapat mempercepat penyebaran PTT jagung yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program peningkatan produksi jagung. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Narasumber memberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkan kepada pemandu lapang I (PL I) sebagai Training of Master Trainer (TOMT). PL I terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat provinsi yang telah dilatih di tingkat nasional (Balai Penelitian Tanaman Serealia -- BB-Serealia). Selanjutnya PL I menurunkan IPTEK tersebut kepada PL II yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota. Pelatihan bagi PL II diselenggarakan di tingkat provinsi dan materinya diberikan oleh narasumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapang diselenggarakan di kabupaten/kota. Peserta pelatihan adalah penyuluh pertanian, POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihan diberikan oleh narasumber dan PL II. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SLPTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PHT, petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan. Keuntungan yang diperoleh pemberi dan penerima dalam kegiatan ini adalah:
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________
9
Keuntungan bagi pemandu, PPL, dan PHP Dengan motto “memberi lebih baik dari menerima”, pemandu (PPL atau PHP) memberikan pengetahuan dan pengalamannya kepada petani sehingga pemandu merasa bermanfaat bagi banyak orang, terutama petani. Dalam hal ini pemandu dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu pula menggerakkan petani mengembangkan dan memajukan usahatani di wilayah kerjanya. Keuntungan bagi petani Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide, rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri. Mereka dilatih agar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalam alih teknologi kepada petani lain. Melalui SL-PTT, petani peserta diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi padi dalam upaya mewujudkan swasembada beras. Kebersamaan semua pihak yang terlibat dalam SL-PTT merupakan faktor pendorong bagi petani dalam mengelola usahataninya. Azas Beberapa azas SL-PTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petani peserta SL-PTT adalah sebagai berikut: Sawah sebagai sarana belajar Keterampilan yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalam menerapkan PTT adalah keterampilan membawa PTT ke lahan usahataninya sendiri dan lahan petani yang lain. Oleh karena itu, petani peserta SL-PTT akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menerapkan teknologi di lapang dan hanya sebagian kecil waktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkait dengan usahatani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani, dan pemasaran hasil. 10
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Belajar lewat pengalaman dan penemuan sendiri Sesuai dengan motto petani SL-PTT “mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai”, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yang telah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan dan atau pengembangan teknologi. Pengkajian agroekosistem sawah SL-PTT dicirikan oleh adanya pertemuan petani peserta dalam periode tertentu, mingguan atau dua mingguan, bergantung kepada pengalaman mereka setelah mengamati perubahan ekosistem persawahan. Aktivitas mingguan berupa monitoring yang hasilnya diperlukan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, petani peserta SL-PTT perlu didorong untuk membiasakan diri menganalisis ekosistem dan mengkaji produktivitas dan efektivitas teknologi yang dicoba pada petak laboratorium lapang dan menerapkannya di lahan sendiri. Metode belajar praktis Aktivitas SL-PTT perlu dirancang sedemikian rupa agar petani mudah memahami masalah yang dihadapi di lapangan dan menetapkan teknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, bagaimana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurang pupuk, hubungan antara iklim dan keberadaan OPT, atau bagaimana mereka dapat mengetahui kesuburan tanah. Dalam memberikan panduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PTT harus mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mudah dipahami petani. Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 11
Kurikulum berdasar keterampilan yang dibutuhkan Kurikulum dirancang atas dasar analisis keterampilan yang perlu dimiliki petani SL-PTT, agar mereka dapat memahami dan menerapkan PTT di lahan sendiri dan mengembangkan kepada petani lainnya. Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PTT juga memperoleh kecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamika kelompok, pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal ini penting artinya bagi petani peserta SL-PTT untuk dapat menjadi fasilitator yang mampu memotivasi dan membantu kelompok tani. Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian: 1. Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuan Dalam SL-PTT, petani diberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager di lahan usahataninya sendiri, seperti analisis ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, analisis perubahan iklim, analisis kecukupan hara bagi tanaman, dan efisiensi penggunaan air dengan sistem pengairan berselang. 2. Aspek hubungan antarpetani: interaksi dan komunikasi SL-PTT mendorong petani untuk dapat berkerja sama, melakukan analisis secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengan santun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain. 12
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
3. Aspek pengelolaan: manager di lahan usahatani sendiri Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Proses Belajar melalui Pengalaman Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupun nonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim berikutnya. Petani merasa bangga setelah memahami dan menerapkan kajian sendiri di lahan sendiri dengan hasil di atas rata-rata, apalagi kalau menjadi yang terbaik di lingkungan sendiri. Karena itu, petani perlu didorong untuk berimprovisasi untuk mengasilkan karya yang lebih baik.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 13
BAB 5 KOORDINASI SL-PTT
Peningkatan Produksi Nasional Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mewujudkan swasembada, dan bahkan mengisi pasar internasional, pemerintah telah meluncurkan berbagai program peningkatan produksi jagung. Dalam hal ini inovasi teknologi jagung dijadikan andalan dalam meningkatkan produktivitas. Inovasi teknologi tersebut diimplementasikan dengan pendekatan PTT yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani jagung. SL-PTT diharapkan menjadi andalan dalam mempercepat pengembangan PTT jagung secara nasional. Pola SL-PTT Lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut areal SLPTT. Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 10-15 ha lahan sawah milik petani peserta SL-PTT (Gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTT dipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau areal percontohan (demplot) bagi petani peserta SL-PTT dengan pendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium lapang disediakan bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk urea, NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanya diberikan bantuan berupa benih unggul bermutu. Dengan adanya laboratorium lapang diharapkan dapat mempercepat alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SLPTT dengan petani nonpeserta SL-PTT. Agar mudah dan cepat terlihat, laboratorium lapang hendaknya menempati lahan di pinggir areal SL-PTT.
14
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Gambar 1. Skema akselerasi adopsi PTT dalam SL-PTT
Tiap unit SL-PTT terdiri atas petani peserta yang berasal dari satu kelompok tani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua peserta yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat dalam setiap pertemuan, dan seorang bendahara yang bertugas mengelola keuangan. Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan minimal satu orang dari kelompok tani sebagai motivator yang responsif terhadap inovasi dan mendorong anggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang sama. Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-sama di petak percontohan atau laboratorium lapang, mendiskripsikan, dan membahas berbagai temuan di lapangan. Pemandu lapang berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan diskusi kelompok. Petani peserta SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semua tahapan kegiatan di lapangan dan mengaplikasikan komponen teknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan tanah dan budi daya hingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan di lapangan, petani Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 15
peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditetapkan, baik di laboratorium lapang maupun di lahan usahatani sendiri. Agar SL-PTT dapat berdaya guna dan berhasil guna maka diperlukan: 1. Pemandu yang memahami potensi, masalah, kebutuhan, dan kekuatan yang ada di lapangan/desa. 2. Dinamisator yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta sehingga terdorong untuk mengikuti pelatihan. 3. Motivator yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat membangkitkan kepercayaan diri para peserta. 4. Konsultan bagi petani peserta sehingga memudahkan mereka menentukan langkah yang akan ditempuh setelah SL-PTT selesai. 5. Petugas yang mahir membuat laporan pelaksanaan SLPTT, baik laporan awal dan bulanan maupun laporan akhir kegiatan. Matrik Manajemen Pembagian tugas dan tanggung jawab eselon I lingkup Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian untuk pelaksanaan SL-PTT disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Matrik manajemen Institusi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Badan Litbang Pertanian
Badan SDM Pertanian 16
Tanggung jawab Perencanaan dan pengusulan dana Menyediakan teknologi, pedoaman umum, peneliti sebagai narasumber, pendamping teknologi, dan pelatih bagi pelatih inti. Mengorganisasikan dan melaksanakan pelatihan bagi
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
pemandu Dinas Pertanian Melaksanakan sekolah lapang Provinsi/Kabupaten/Kota
Di tingkat pusat, triparti antara Ditjentan, Badan Litbang Pertanian, dan Badan SDM Pertanian bekerja sama menyusun perencanaan SL-PTT. Pendamping teknologi dari Badan Litbang Pertanian disiagakan di tingkat provinsi sebagai narasumber teknologi dan membantu pemecahan masalah dalam penerapan teknologi (Gambar 2). PP
POSKO
PUSAT (TRIPARTI
PL I
POSKO
PROVINSI
Penyuluh Kabupaten
PL II
POSKO
KABUPATE
PPL/POPT/PB
PL
POSKO
BPP
SL
POSKO
Peneliti Jagung Penyuluh Provinsi dan Pendamping
• 1 ha • Paket Saprodi
• Kemitraan • Saprodi dan pemasaran hasil
KELOMPOK TANI . SL ± 15 LL ha
Bantuan 0. Pendampinga n oleh penyuluh dan POPT 2. Benih 3. Alsintan
Gambar 2. Bagan alur pelaksanaan SL-PTT Keterangan: PJ = Peneliti Jagung; PL-I = Pemandu Lapang-I; PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = Pemandu Lapang
Tahapan Pelatihan Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 17
Dalam pelaksanaan SL-PTT diperlukan pelatihan secara berjenjang, mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat provinsi sebagai training of master trainer (TOMT), PL II di tingkat kabupaten/kota sebagai training of trainer (TOT), hingga Pemandu Lapang yang terdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I diprakarsai oleh BB Padi di Sukamandi, pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkat provinsi, pelatihan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL II di tingkat kabupaten, pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang (Tabel 3). Tabel 3. Rencana pelatihan Jenis pelatihan/ peserta Pemandu lapang I (PL I) : Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT tingkat provinsi Pemandu lapang II (PL II): Penyuluh Pertanian, POPT, PBT tingkat kabupaten Pemandu lapang (PL): Penyuluh Pertanian, POPT, PBT tingkat kecamatan/desa SL-PTT: Petani dengan luasan 15 ha
Lokasi pelatihan/ lapangan Narasumber/ Balitsereal/KP Peneliti Padi Balitsereal di Maros Pelatih
Periode (waktu) 1 minggu
PL I
Provinsi/ Demplot PTT BPTP
1 minggu
PL II
Kabupaten/kota
1 minggu
PL
Kecamatan/desa (hamparan)/LL dan SL-PTT
1 musim tanam
PL-I = Pemandu Lapang-I; PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = Pemandu Lapang; LL = Laboratorium Lapang
18
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
BAB 6 MEKANISME PELAKSANAAN SL-PTT
Persiapan Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi pemilihan desa dan hamparan 15 ha, diselenggarakan beserta kelompok tani, pemilihan petani peserta, tempat, dan areal laboratorium lapang untuk proses pembelajaran seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi, dan waktu belajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkat desa/kecamatan dan di tingkat kelompok tani. Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan Pertemuan tingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperoleh dukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam hal penentuan lokasi, jumlah, dan nama calon peserta. Pada pertemuan ini juga ditentukan waktu pertemuan di tingkat kelompok tani. Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kecamatan mengikutsertakan Camat, KCD, POPT, dan penyuluh pertanian untuk menentukan desa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT. Pertemuan di tingkat desa mengikutsertakan perangkat desa, tokoh mayarakat, penyuluh pertanian, POPT, ketua gapoktan, ketua kelompok tani, ketua P3A, dan tokoh wanita tani. Pertemuan persiapan di tingkat desa dan kecamatan dilakukan 4-5 minggu sebelum SL-PTT dimulai. Pertemuan di tingkat kelompok tani Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kelompok tani merupakan upaya dalam menginventarisasi kelompok tani, nama, dan luas garapan masing-masing petani di kawasan SL-PTT seluas 25 ha. Dalam pertemuan dibicarakan waktu Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 19
pelaksanaan SL-PTT, kegiatan mingguan, lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran, dan PRA. Dalam pertemuan di tingkat kelompok tani juga dilakukan pembagian kelompok (unit SL-PTT) menjadi subkelompok yang terdiri atas 10-20 petani. Pertemuan di tingkat kelompok tani dilaksanakan paling lambat 3 minggu sebelum SL-PTT dimulai. Pelaksanaan Proses belajar dalam SL-PTT berlangsung secara periodik menurut stadia tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakit tanaman padi, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Untuk itu, pertemuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanam untuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pembuatan pesemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman padi dalam fase anakan maksimum, primordia, bunting, berbunga, pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Adakalanya diperlukan pertemuan iregular jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, misalnya kerusakan saluran irigasi atau serangan hama dan penyakit tanaman. Proses belajar mengajar pada SL-PTT dilakukan pada pagi hari selama 6 jam, agar petani peserta mempunyai waktu untuk mencari nafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman, pada Tabel 4 disajikan jadwal belajar mengajar dan alokasi waktu berbagai kegiatan dalam SL-PHT.
20
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Tabel 4. Jadwal pertemuan dalam satu hari Alokasi waktu Kegiatan (menit) 07.00-07.15 15 Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu 07.15-08.00 45 Pengamatan agroekosistem di sawah SL dan di LL (komponen yang diamati tergantung kepada fase pertumbuhan tanaman) 08.00-09.00 60 Menggambar keadaan agroekosistem 09.00-10.00 60 Diskusi sub kelompok (proses analisis) 10.00-10.30 30 Diskusi pleno (pemaparan kesimpulan, dan keputusan tiap sub kelompok) 10.30-10.45 15 Rehat 10.45-11.15 30 Dinamika kelompok (mengakrabkan peserta) 11.15-11.45 30 Topik khusus 11.45-12.00 15 Evaluasi pencapaian hasil hari itu Waktu*
*Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT
Pengamatan pada agroekosistem Setiap subkelompok peserta SL-PTT diwajibkan melakukan pengamatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing-masing. Aspek yang diamati antara lain adalah kondisi cuaca, keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakan tanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan BWD, jumlah anakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamati disarankan paling sedikit 20 rumpun untuk memudahkan perhitungan tingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasil pengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan. Pengamatan pada petak laboratorium lapang Setelah mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing-masing, setiap subkelompok peserta SLPTT diharuskan pula melakukan pengamatan terhadap Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 21
agroekosistem dan pertumbuhan tanaman pada petak laboratorium lapang, dan hasil pengamatan dicatat. Menggambar keadaan agroekosistem Setiap subkelompok peserta SL-PTT dituntut untuk mampu menggambar keadaan agroekosistem yang digunakan pada dua lembar kertas gambar (karton manila). Lembaran pertama untuk mengambarkan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dan lembar kedua untuk agroekosistem laboratorium lapang. Gambar agroekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret pertanaman dan aspek yang mempengaruhi. Bagaimana dan apa yang akan digambar? • Tulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama subkelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman. • Gambarkan tanaman jagung, lebih baik menggunakan pensil berwarna, sesuai dengan warna tanaman, misalnya hijau, agak kekuningan, ada garis hijau di tulang daun, dsb. Jika tanaman menunjukkan gejala kekurangan hara, warnai bagian daun sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan. Beri catatan di sebelah kiri mengenai tinggi tanaman, umur setelah tanam, tanggal tanam, apa yang telah dilakukan pada minggu yang lalu. • Gambarkan serangga hama jika ada serangan, beri nama dan catat jumlahnya, dan tingkat kerusakan tanaman atau daun (%) dari 25 tanaman yang diamati. • Jika ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakit tanaman jagung dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakan (%) tanaman dari 25 tanaman yang diamati. • Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan gejala tanaman yang mengalami kekurangan hara • Gambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dan catat kondisi populasinya.
22
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
• Catat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklim lainnya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis, berawan, dsb. Diskusi kelompok Dua gambar agroekositem yang dibuat sesuai dengan hasil pengamatan pada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapang didiskusikan di subkelompok masingmasing. Intisari dari diskusi tersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagaimana dicontohkan pada Tabel 5. Data yang disajikan pada tabel tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada setiap peserta SLPTT di masing-masing subkelompok, sehingga tahu apa yang harus dilakukan pada lahan sawah mereka. Dalam diskusi, pemandu memberikan penjelasan dan menghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usahatani, misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untung rugi setiap kegiatan yang dilakukan. Formulir pada Lampiran 3 dapat digunakan oleh pemandu sebagai acuan dalam menandai ketuntasan adopsi komponen teknologi PTT oleh petani peserta SL-PTT. Diskusi pleno Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkan hasil analisis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas. Kesimpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh subkelompok, terutama yang terkait dengan pertanaman di lapang. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakil ketua subkelompok, terutama untuk mencegah pertanaman dari kerusakan. Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani peserta SL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 23
berbicara di depan umum. Bila di kemudian hari ada kunjungan aparat dari dinas pertanian dan institusi lainnya, mereka sudah mampu berbicara tentang kondisi usahataninya. Dalam hal ini, pemandu hanya berperan sebagai fasilitator. Tabel 5. Contoh analisis perbandingan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dengan laboratorium lapang dan tindak lanjutnya. Sub Keputusan Lahan SL Petak LL di lahan SL* Kelompok Populasi tanaman Populasi tanaman 66.600 + 66.000 tanaman tanaman Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk Tingkat serangan Tingkat serangan hama/ Kendalikan I hama/penyakit diatas dibawah ambang. ambang Daun menggulung Daun menggulung siang Lakukan pagi hari hari penyiraman Populasi tanaman Populasi tanaman 66.600 + 66.000 tanaman tanaman Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk Tingkat serangan Tingkat serangan hama/ Kendalikan II hama/penyakit diatas dibawah ambang. ambang Daun menggulung Daun menggulung siang Lakukan pagi hari hari penyiraman dst dst dst III dst *Catatan: Bila sama analisis agroekosistem di sawah SL dan LL, maka diberi nilai + pada keputusannya, sebagai penghargaan prestasi bagi kelompok tani
Topik khusus Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalah nonteknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya, dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahan khusus, pemandu hendaknya mengambil 24
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
inisiatif agar diskusi dapat berlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraan munculnya hama pada musim tertentu, field trip, rencana pembentukan organisasi, penangkaran benih, dsb. Dinamika kelompok Kegiatan dinamika kelompok diperlukan untuk menambah wawasan peserta SL-PTT tentang beberapa hal, seperti kerja sama, komunikasi, dan organisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau subkelompok, tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukung para peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri. Kegiatan dinamika kelompok juga dimaksudkan untuk menumbuhkan kekompakan dan keinginan perserta menjadi petani yang dinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberi pengalaman. Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut antara lain adalah: 1. Perkenalan dan pengakraban: permainan rantai nama, menggambar wajah, membuat barisan, kapal tenggelam, dan Samson-Delilah 2. Penyegar suasana: permainan tolong tangkap, pecah balon, dan ikuti saya 3. Kreatifitas: permaian sembilan titik, potong sebanyak mungkin, berapa bujur sangkar, dan penjepit kertas 4. Kerja sama: permainan menggambar rumah, bermain tali, saling percaya, dan membimbing tuna netra Studi khusus Agar peserta SL-PTT dapat memahami konsep, prinsip, dan implementasi teknologi PTT secara benar, maka perlu materi penunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana, mudah dilaksanakan, waktu relatif singkat, dan dapat cepat menjawab permasalahan petani. Studi khusus Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 25
dapat dilakukan di petak sekolah lapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini, yang melakukan studi adalah petani sendiri. Praktek petani di lahan sekolah lapang Dengan adanya pertemuan mingguan, petani peserta SLPTT akan datang di petak laboratorium lapang untuk melakukan pengamatan dan menganalisis mengenai masalah yang terjadi. Mereka diharapkan dapat membandingkan masalah tersebut dengan kenyataan yang ada pada lahan sekolah lapang. Bila terdapat perbedaan penampilan tanaman antara di laboratorium lapang dengan di lahan sekolah lapang, misalnya, petani diharapkan sudah mampu mengatasinya. Oleh karena itu, petak laboratorium lapang harus dapat menjadi acuan bagi petani. Temu Lapang Petani Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakan temu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparat dari dinas terkait, peneliti, petani nonSL-PTT, dan masyarakat tani pada umumnya. Acara ini diperlukan dalam upaya memperkenalkan PTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar SL-PTT. Pada saat temu lapang, peserta sekolah lapang menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok tani, dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan di panen. Pengorganisasian SL-PTT Setiap desa SL-PTT dipandu oleh pemandu lapang (penyuluh pertanian, POPT, dan peneliti). Peserta adalah petani dalam kawasan 15 ha. Petani dibagi ke dalam beberapa subkelompok tani yang jumlahnya sekitar 20-30 orang per subkelompok. Dari 15 ha lahan SL-PTT, 14 ha di 26
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
antaranya dikelola oleh subkelompok tani dan sisanya 1 ha untuk laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapang atau petugas PL II dari Dinas Pertanian dan atau Balai Pengkajian Tenologi Pertanian setempat. Sarana dan Prasarana Kelompok tani Kelompok tani dipilih berdasarkan kriteria: • Sentra produksi padi • Respon terhadap inovasi baru • Luas hamparan adalah 15 ha • Air pengairan tersedia sepanjang musim • Memiliki anggota aktif • Hamparan dekat jalan yang mudah dilintasi kendaran roda 4, dan menjadi lalu lintas petani Petani peserta Petani peserta dipilih berdasarkan kriteria • Dapat membaca dan menulis • Usia produktif • Berasal dari satu hamparan 15 ha • Sanggup mengikuti SL-PTT selama 1 musim • Memiliki lahan garapan Tempat belajar Peserta SL-PTT menghabiskan hampir 85% waktunya untuk belajar di lapang, hanya 15% waktunya yang digunakan untuk belajar di ruangan atau di tempat lain (di pasar untuk diskusi harga dll). Lahan belajar Lahan belajar petani adalah di petak laboratorium lapang seluas 1 ha. Pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 27
laboratorium lapang diimplementasikan pada lahan sawah miliknya sebagai lahan sekolah lapang. Bahan dan alat belajar Bahan dan alat belajar yang digunakan harus bersifat praktis, sederhana, mudah didapat, terdiri atas alat tulis (kalau bisa berwarna), bahan praktek, petunjuk lapang, alat peraga, dll. Sertifikat Peserta yang berhasil menyelesaikan SL-PTT perlu diberi sertifikat dengan tingkat kelulusan yang berbeda, misalnya sangat memuaskan dan memuaskan, setelah melalui proses wawancara tentang keterampilan pelaksanaan penerapan PTT dan mengikuti pertemuan minimal sebanyak 80%. Evaluasi Evaluasi petani Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahui tingkat kehadiran, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materi yang dipelajari dalam SL-PTT, serta tingkat implementasinya di lahan sekolah lapang. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi dan matrik kualitas seperti disajikan pada Lampiran 3 dan 4. Evaluasi pelaksanaan SL-PTT Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilakukan berjenjang. Bagi pemandu lapang tingkat kecamatan/desa, evaluasi dilakukan oleh PL II, evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan bagi PL II dilakukan oleh PL I, sedangkan pelaksanaan pelatihan bagi PL I dievaluasi oleh narasumber/Balitsereal.
28
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Worskshop PL I melaporkan pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dalam suatu lokakarya yang dihadiri oleh narasumber dan peneliti Balitsereal. Laporan Laporan pelaksanaan SL-PTT dibuat oleh PL II, penyuluh pertanian, POPT, dan bersama PBT membuat laporan kegiatan mingguan dan laporan akhir musim. Laporan berisikan data dan informasi tentang analisis agroekosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi, dan masalah yang terkait dengan SL-PTT. Laporan tersebut disampaikan oleh PL II kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada PL I. Laporan diteruskan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dengan tembusan kepada Kepala BPTP setempat. Dari Dinas Pertanian Propinsi laporan diteruskan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 29
PENUTUP Peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi padi nasional. Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak, termasuk pemangku kepentingan baik di hulu, onfarm, mapun hilir, dan pelaksanaannya terkoordinasi secara sinkron dan sinergis di setiap tingkat, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke tingkat desa. Dengan pendekatan tersebut SL-PTT diharapkan tersosialisasi secara luas dalam upaya percepatan pengembangan PTT secara nasional. Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, seperti petunjuk teknis PTT jagung, deskripsi varietas jagung, dan masalah lapang hama, penyakit, dan hara jagung yang diterbitkan oleh Balitsereal
30
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar publikasi penunjang No.
Jenis Publikasi
1. 2. 3. 4.
Deskripsi Varietas Unggul Baru Jagung Petunjuk Teknis Produksi (Budi Daya) Jagung Petunjuk Teknis Lapang PTT Jagung Petunjuk Lapang Gejala Defisiensi Hara pada Tanaman Jagung Petunjuk Teknis Lapang Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Jagung Petunjuk Teknis Cara Penggunaan Bagan Warna Daun untuk Jagung (BWD) Omission Plot Cara Penanganan Prosesing Jagung
5. 6. 7. 8.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 31
Lampiran 2. Daftar topik khusus SL-PTT Jagung No. 1
2
Pertemuan Umur Kegiatan dan topik ke tanaman khusus M-3 ± 28 hari PRA dan penentuan sebelum waktu tanam. tanam Identifikasi masalah dan introduksi komponen teknologi M-2 ± 21 hari Penentuan varietas, sebelum penyiapan sarana tanam produksi, dll
4
M-1
5
1
6
7
32
2
3
± 7 hari sebelum tanam
0 hari
± 7 hari setelah tanam
± 14 hari setelah tanam
Penyiapan lahan (pengolahan tanah untuk pertanaman di lahan kering), pembuatan saluran drainase (untuk lahan sawah), Pengujian daya kecambah benih (jika diperlukan) Cara perlakuan benih, cara tanam, populasi, pengaturan pemberian air (lahan sawah). Konsep pupuk berimbang, Kondisi cuaca Pemupukan I (cara mencampur dan aplikasi) Cara penjarangan tanaman (jika tanaman tumbuh berlebih) Pengenalan jenis herbisida, cara aplikasi herbisida (penyiangan) Pengenalan hama/penyakit dan insektisida Pembumbunan tanaman
Buku sumber Petunjuk PRA
Diskripsi varietas jagung, Juknis PTT Juknis PTT, Juknis budidaya jagung
Juknis PTT Juknis PTT Permentan No 40 Juknis PTT Juknis PTT
PHT jagung PHT jagung Juknis PTT
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
No.
8 9
10 11 12 13
14 15
16
17
Pertemuan Umur Kegiatan dan topik ke tanaman khusus dan pembuatan saluran distribusi air (lahan sawah) 4 ± 21 hari Pemberian air dan cara setelah pendistribusian air tanam (lahan sawah) 5 ± 28 hari Pemupukan II (takaran setelah dan cara aplikasi) tanam Pengelanan kahat hara Pencegahan OPT 6 ± 35 hari Pengendalian gulma setelah Ambang ekonomi OPT tanam 7 ± 42 hari Cara penggunaan BWD setelah tanam 8 ± 49 hari Anatomi bunga betina setelah dan jantan tanam 9 ± 56 hari Perkembangan bunga setelah jantan dan betina tanam Fase penyerbukan bunga 10 ± 63 hari Fase pengisian biji setelah Pemberian air tanam 11 ± 70 hari Fase pengisian biji setelah Panen daun di bawah tanam tongkol (untuk pakan ternak dan pengendalian penyakit busuk batang) 12 ± 77 hari Fase pengerasan biji setelah Panen daun di bawah tanam tongkol (untuk pakan ternak dan pengendalian penyakit busuk batang) 13 ± 85 hari Fase masak fisiologi setelah (bergantung varietas) tanam Pengenalan ciri tanaman
Buku sumber
Juknis PTT Juknis PTT PHT jagung Juknis PTT PHT jagung Juknis PTT Buku Jagung Buku Jagung Buku Jagung Juknis PTT Buku Jagung PHT Jagung Buku Jagung PHT Jagung Diskripsi varietas Juknis PTT
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung _______________________________ 33
No. 18
34
Pertemuan Umur Kegiatan dan topik ke tanaman khusus dapat dipanen 14 Panen Fase masak penuh (dicirikan dengan adanya titik hitam pada ujung biji + 50% biji dalam baris) Perhitungan hasil
Buku sumber Buku Jagung
Buku Jagung
___________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Jagung
Jagung
35 ____________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Lampiran 3. Acuan analisis agroekosistem sebagai penanda pencapaian adopsi komponen teknologi Area Pengelolaan
Komponen teknologi
Perencanaan sebelum tanam
Penggunaan varietas unggul hibrida atau komposit Penggunaan benih bermutu
Perlakuan benih Pemeliharaan Pengelolaan Tanaman tanaman untuk mendapatkan
Manfaat
Kriteria penanda pencapaian adopsi komponen teknologi Varietas unggul jagung yang digunakan disesuaikan dengan lingkungan setempat. Benih bermutu dalam kemasan standar dan daya tumbuh tinggi.
Anjuran Budidaya
Varietas unggul baru berpeluang dapat mencapai target peningkatan produktivitas. Benih bermutu akan tumbuh serentak dalam + 4 hari dan menghasilkan tanaman yang sehat akan tumbuh lebih cepat, merata. Tanaman tumbuh merata dan populasi + Benih bermutu dengan daya 66.600 tanaman/ha kecambah >95% dapat memenuhi populasi tanaman, tidak perlu penyulaman
Pilih salah satu varietas unggul yang sesuai keinginan dan kondisi setempat Gunakan benih bermutu dengan daya kecambah >95%, sehingga populasi + 66.600 tanaman/ha.
Mencegah serangan penyakit utama jagung yaitu bulai. Pertumbuhan yang seragam berperan besar untuk pencapaian target
Perlakuan benih dengan metalaksil 2 g/1 kg benih. Pertumbuhan seragam ditentukan oleh benih bermutu, jarak tanam,
Tanaman tidak terserang penyakit bulai. Jarak tanam 75 cm x 40 cm dengan 2 tanaman/lubang atau
Tidak dianjurkan melakukan penyulaman terhadap benih yang tidak tumbuh.
Jagung
36 ____________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Area Pengelolaan
Komponen teknologi
Manfaat
pertumbuhan tanaman yang seragam.
hasil tinggi
Pemupukan berimbang
Pemupukan nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman dan pemupukan P dan K sesuai dengan status hara akan meningkatkan efisiensi input dan membuat tanaman sehat dan tumbuh seragam Saluran drainase untuk mencegah kelebihan air sehingga tanaman tidak mati (jagung peka kelebihan air). Saluran distribusi air untuk mengefisienkan pemberian air (lahan sawah). Sekaligus pembumbunan dapat dilakukan Saat periode kritis
Pembuatan saluran drainase atau distribusi air
Pengendalian
Kriteria penanda pencapaian adopsi komponen teknologi 75 cm x 25 cm dengan 1 tanaman perlubang. Populasi + 66.600 tanaman/ha Warna daun tanaman diatas ambang dari pembacaan BWD tidak terilihat kahat/keracunan. Keseragaman tumbuh tanaman tercapai
Anjuran Budidaya dan jumlah tanaman/lubang Pemupukan efisien dengan takaran dan waktu aplikasi tepat sesuai umur tanaman, menggunakan BWD
Saluran drainase atau distribusi air dibuat bersamaan dengan pembumbunan tanaman
Pada pertanaman di lahan sawah saluran drainase dibuat sebelum tanam (penanaman akhir musim hujan) setiap 4 barisan tanam. Saluran distribusi air dibuat berasamaan dengan pembumbunan tanaman
Pastikan tidak ada
Terapkan berbagai
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
____________________________________37
Area Pengelolaan
Panen dan Pasca panen
Komponen teknologi
Manfaat
OPT terpadu sesuai sasaran
tanaman jagung pada 1/3 awal umur tanaman pertanaman bersih dari gulma sehingga pertumbuhan optimal. Penekanan serangan hama penggerek batang penting saat periode sampai 30 hari setelah tanam untuk mencegah penurunan hasil
Penanganan panen dan pasca panen
Panen terlalu awal menyebabkan biji tidak tahan disimpan dan keriput. Panen terlambat saat curah hujan masih tinggi menyebabkan biji tumbuh di lapangan. Untuk mendapatkan mutu hasil yang lebih baik dan harga yang lebih tinggi, pengeringan harus
Kriteria penanda pencapaian adopsi komponen teknologi kehilangan hasil karena gulma, hama dan penyakit
Panen dilakukan saat kelobot telah mengering dan berwarna coklat, pada biji telah terbentuk black layer Pengeringan tongkol langsung dilakukan setelah panen dan pemipilan dilakukan setelah kadar air biji +
Anjuran Budidaya teknik pengendalian bertahap sesuai stadia tanaman. Lakukan pengamatan, kendalikan dengan pestisida apabila kondisi melebihi ambang kendali. Kendalikan gulma saat periode sampai lewat periode kritis (sebelum 1/3 umur tanaman) Panen dilakukan tepat waktu dan langusng pengeringan tongkol
Jagung
38 ____________________________________Panduan Pelaksanaan SL-PTT
Area Pengelolaan
Komponen teknologi
Manfaat secepatnya dilakukan. Penundaan pengeringan dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang menghasilkan racun (aflatoksin).
Kriteria penanda pencapaian adopsi komponen teknologi 20%
Anjuran Budidaya
Lampiran 4. Matrik kualitas untuk kegiatan latihan SL PTT Kegiatan APA INI? Dialog yang memperhatikan fungsi
Tahap Catatan Proses Pertanyaan dijawab pertanyaan dengan pertanyaan, jawaban menolong peserta menemukan fungsi. Mendorong munculnya analisa kritis
Hasil
Petani menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya.
AGROEKOSISTE Pelaksanaa Peserta dijelaskan M n PRA bagaimana Merupakan melakukan PRA kegiatan utama Peserta dan guna pemandu mengembangkan melakukan transek pemahaman Peserta mengamati tentang konsep dan mencatat PTT yang baik sumber daya yang dan benar, seperti tersedia, kendala misalnya: biofisik dan Pemilihan memikirkan komponen peluang Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
Petunjuk kualitas Pertanyaanpertanyaan yang diajukan tidak dijawab, akan tetapi dibalas dengan pertanyaanpertanyaan yang menyelidiki lebih jauh. Petanyaanpertanyaan yang ditanya oleh pemandu mengarah pada hubungan fungsional (mis. antara hama dan musuh alami atau antara hama dan tanaman) yang ada dalam agroekosistem. Para peserta mampu menyebutkan hubungan fungsional dalam agroekosistem. Sebelum kegiatan dimulai para peserta diberitahu tentang tujuan kegiatan dan proses yang harus diikuti dalam kegiatan tersebut. Selama melakukan kegiatan peserta memahami kondisi lapangan. Para peserta mencatat apa yang
39
Kegiatan teknologi. Pengamatan mingguan. Analisa keadaan lahan. Pengambilan keputusan.
Kegiatan TOPIK KHUSUS
Tahap
Petunjuk kualitas mereka amati. Peserta aktif berdikusi. Terpilih komponen teknologi yang sesuai Sebelum kegiatan dimulai, para peserta diberitahu tentang tujuan kegiatan dan proses yang harus diikuti dalam kegiatan tersebut.
Analisa gambaran agroekosiste m
Pertanyaan, permasalahan dan skenario-skenario diajukan oleh pemandu kepada para peserta. Maksudnya adalah untuk mendukung adanya diskusi dan analisa secara mendalam tentang keadaan lapangan dan memecahkan masalah. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ketrampilan pengambilan keputusan dan analisa. Pemandu membantu peserta mencapai tujuan tersebut.
Tahap Tujuanny a
Catatan Para peserta jelas mengenai maksud dan tujuan kegiatan ini.
Petunjuk kualitas Sebelum kegiatan berlangsung, pemandu menerangkan tujuan dan proses kegiatan topik khusus.
Proses
Para peserta jelas mengenai apa yang
Selama kegiatan berlangsung para
Untuk beberapa aspek OPT (biologi, ekologi dan ekonomi)
40
Catatan pemecahan.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
Kegiatan
Tahap
Catatan harus dilakukan, semua peserta aktif.
Petunjuk kualitas peserta terlibat dan berpartisipasi secara aktif. Kegitan kelompok tidak didominasi oleh satu orang peserta maupun pemandu.
DINAMIKA KELOMPOK Untuk memperbaiki ketrampilan bekerjasama dan pemecahan masalah
Hasil
Para peserta mencapai tujuan kegiatan. Peserta menganalisa kegiatan yang dilakukan dengan dibantu pertanyaanpertanyaan pemandu sehingga peserta tahu apa yang telah dilakukan.
Proses
Pemandu menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan sebelum kegiatan dimulai. Sarana belajar tersedia sebelum kegiatan dimulai.
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
Para peserta dapat menyajikan hasil kegiatan dan meringkas apa yang sudah dilakukan dalam kegiatannya. Peserta dapat menerangkan apa yang telah mereka pelajari dari kegiatan yang sudah dilakukan. Pemandu mengajuka pertanyaanpertanyaan untuk membantu peserta memahami kegiatan yang sudah dilakukan, menerapkan apa yang sudah mereka pelajari kedalam ”kehidupan nyata” Sebelum kegiatan berlangsung pemandu memberitahu peserta tentang tujuan dan proses kegiatan yang akan dilakukan.
41
Kegiatan
Tahap
Analisa
Hasil
BALLOT-BOX
Persiapan
Proses evaluasi yang dapat digunakan sebagai ”pretest” dan ”posttest” untuk menilai ketrampilan di lapangan
Hasil
42
Catatan Waktu kegiatan cukup Pemandu mengajukan pertanyaan untuk membantu para peserta dalam menganalisa kegiatan. Diskusi mengenai apa yang dilakukan dalam kegiatan, poin-poin yang penting, dan apa yang dipelajari oleh peserta. Para peserta benarbenar memahami kerjasama maupun pengambilan keputusan.
Petunjuk kualitas Semua peserta terlibat aktif dalam kegiatan. Pemandu mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk membantu peserta memahami kegiatan yang dilakukan dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari kedalam ”kehidupan nyata”. Para peserta dapat menerangkan apa yang telah mereka pelajari dari kegiatan yang sudah dilakukan.
Pertanyaan berdasarkan keadaan lapangan setempat memperhatikan fungsi-fungsi yang ada dalam ekologi lahan, bukan nama serangga atau produk. Apabila digunakan untuk pre-dan post-test maka kedua-duanya menilai tingkat keterampilan sama
Soal-soal benarbenar beradsarkan pengetahuan dan ketrampilan lapangan
Sebagai sarana pendorong belajar dan evaluasi
Pemandu menggunakan sebagai sarana
Nama-nama latin tidak digunakan
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
Kegiatan
Tahap
Catatan kegiatan
Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung
Petunjuk kualitas pendorong belajar dan memperhatikan serta mempertimbangkan isinya.
43