Puji Ningrum Pratiwi, et al.
ORIGINAL ARTICLE
PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU SWAMEDIKASI OBAT ANTI-INFLAMASI NON-STEROID ORAL PADA ETNIS THIONGHOA DI SURABAYA Puji Ningrum Pratiwi, Liza Pristianty1, Gusti Noorrizka V.A1, Anila Impian S.1 1
Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Jl. Dharmawangsa Dalam Surabaya 60286 Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, sarana dan prasarana kesehatan, keluarga. Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan (produk herbal maupun tradisional) oleh individu dalam pengobatan dari suatu penyakit atau gejala. Mayoritas masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) pada Etnis Tionghoa di Surabaya. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional, dengan menggunakan purposive sampling (N=100). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Responden adalah Etnis Thionghoa di Surabaya yang menggunakan obat anti-inflamasi non-steroid oral dalam 3 bulan terakhir dan berusia 18-59 tahun. Hubungan antara variabel penelitian dianalisis dengan koefisien korelasi Pearson, uji signifikan dan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup (41%) dan perilaku swamedikasi benar (99%). Analisis bivariat menjelaskan bahwa pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat AINS sangat rendah (R = 0,272) pada tingkat kepercayaan 95%. Persamaan regresi linear adalah y = 0,115 + 6,463 yang berarti jika satu nilai pengetahuan meningkat maka nilai perilaku swamedikasi akan meningkat menjadi 0,115 poin.
Abstract Health behavior are influenced by knowledge, attitudes, belief, value, facilities and health facilities, and family. Self-medication is the selection and use of medicines (medicines include herbal and traditional product) by individuals to treat self recognized illness or symptoms. Majority of East Java's society especially Surabaya was using self medication to overcome symptoms. The aim of this study was to observe the influence of knowledge on non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) self medication behavior of ethnic Chinese in Surabaya. The study used a cross-sectional survey design, using purposive sampling (N = 100). Data were collected using the structured questionnaire. Respondents was people of ethnic Chinese in Surabaya that have using non-steroidal anti-inflammatory drugs oral in the last 3 months and with age 18 to 59 years old. The relationship between the study variables was analyzed using Pearson’s correlation coefficient, significant test and linear regression analysis. The result of this study showed that 41% of respondent have enough knowledge on NSAID while 99% of respondents have appropiate NSAID self-medication behaviors. The bivariate analysis explained that knowledge has very low influence (7,4%) on NSAID self-medication behavior (R square = 0,074) and confidence level 95%. The linear equation is y = 0.115 x + 6.463 which means if one value of knowledge increases so the value of self medication behavior would increased to 0.115 point Key words: knowledge, non-steroidal anti-inflammatory drug oral, self-medication behaviors
36 Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40
Puji Ningrum Pratiwi, et al.
PENDAHULUAN Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kenyakinan, nilai-nilai (predisposing factor); fasilitas kesehatan, sarana kesehatan, sumber daya (enabling factor); dan tokoh masyarakat, pelayanan petugas kesehatan, teman, keluarga (reinforcing factor). Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian dari Supardi (2004) yang menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan pengetahuan maka jumlah individu yang memiliki sikap dan berperilaku pengobatan sendiri sesuai aturan juga meningkat. Penelitian di Ciputat mengatakan bahwa penggunaan obat AINS untuk mengatasi nyeri dengan pengobatan sendiri sebanyak 60,2% namun 71,4% individu tidak mengetahui efek samping obat (Syeima, 2009). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa 88,38% masyarakat perkotaan di Jawa Timur melakukan swamedikasi dengan obat modern sebagai tindakan pertama bila sakit (Dinkes, 2009). Kota Surabaya merupakan salah satu perkotaan di Jawa Timur Kota Surabaya memiliki masyarakat yang heterogen. Salah satu masyarakat di Surabaya adalah Etnis Thionghoa. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pada Etnis Cina (Tionghoa) dalam praktek kesehatannya masih berpedoman pada keyakinan mereka (filosofi kesehatan Yin-Yang) dalam diagnostik maupun pengobatan serta peran keluarga berperan penting dalam pemilihan pengobatan (Dipiro, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anti-inflamasi non-steroid oral terhadap perilaku swamedikasi pada Etnis Thionghoa di Surabaya. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian khususnya dalam swamedikasi pada masyarakat Etnis Tionghoa di Surabaya. Selain itu dapat menjadi masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang perilaku swamedikasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden tentang swamedikasi dan obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) oral, sedangkan variabel terikat adalah perilaku swamedikasi dengan obat anti-inflamasi non-steroid oral. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan lokasi kawasan Pecinan Kembang Jepun dan sekitarnya sebagai lokasi penelitian berdasarkan banyaknya masyarakat Etnis Tionghoa yang tinggal atau memiliki pekerjaan di tempat tersebut. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013. Penentuan jumlah sampel pada penelitian menggunakan rumus perhitungan besar sampel
dengan derajat tingkat kepercayaan 95% (Lwanga dan Lemeshow, 1991):
Keterangan : : jumlah sampel : perkiraan proporsi di populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50) d : derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,1), 5% (0,05) atau 1% (0,01) Z1-α/2 : nilai Z pada derajat kemaknaan atau tingkat kepercayaan tertentu biasanya 95% =1,96) n P
Sehingga didapatkan jumlah sampel 100 responden. Responden adalah Etnis Tionghoa di Surabaya yang menggunakan obat anti-inflamasi non-steroid oral dalam 3 bulan terakhir dan dengan usia 18 hingga 59 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner sebelumnya diuji validitas dengan korelasi product moment dan diuji reabilitas dengan teknik Alpha crohnbach pada 60 orang. Hubungan antara variabel penelitian dianalisis menggunakan koefisien korelasi Pearson, uji signifikan dan analisis regresi linier sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pengetahuan Swamedikasi Dan Obat AINS. Pengetahuan adalah hasil pengindaraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Berdasarkan hasil penelitian dari total nilai pengetahuan swamedikasi dan obat AINS, diketahui bahwa sebagian besar responden terkait pengetahuan swamedikasi dan obat AINS tergolong baik (40%) dan cukup (41%)(Tabel 1). Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Swamedikasi Dan Obat AINS Oral Nilai Jumlah Persentase Kategori Responden (Orang) (%) Baik 76-100% 40 40 Cukup 56-75% 41 41 Kurang ≤ 55%) 19 19 Jumlah 100 100
Pengetahuan swamedikasi dinilai dari beberapa subindikator yaitu pengertian swamedikasi, tujuan swamedikasi, waktu swamedikasi dan macam obat swamedikasi. Pada pengetahuan terkait pengertian swamedikasi dan tujuan swamedikasi tergolong cukup baik, namun pada pengetahuan terkait waktu
37 Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40
Puji Ningrum Pratiwi, et al.
swamedikasi dan macam obat swamedikasi tergolong kurang. Responden kurang mengetahui perbedaan macam obat swamedikasi maupun logo obat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden terkait macam obat swamedikasi dan logo obat masih terbatas. Pada pengetahuan terkait waktu swamedikasi, responden kurang mengetahui batasan waktu yang diperbolehkan dalam melakukan swamedikasi. Responden kurang mengetahui bahwa penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid dalam jangka panjang (setiap hari) akan menyebabkan tukak lambung dan atau pendarahan lambung. Pada pengetahuan obat AINS dinilai dari beberapa subindikator yakni indikasi obat, dosis obat, efek samping obat, dan aturan pemakaian obat. Dari beberapa indikator tersebut secara garis besar pengetahuan obat AINS responden tergolong baik dan cukup kecuali pada indikator kontraindikasi tergolong kurang. Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Obat AINS Respoden Pengetahuan Jumlah (orang) Kategori Indikator No Pertanyaan Benar Salah Indikasi Khasiat obat yang 19 84 16 Baik obat AINS digunakan Jumlah tablet 23 dalam sekali 64 26 Cukup minum Jumlah tablet ketika ingin 25 80 20 Baik mempercepat Dosis obat kesembuhan AINS Jumlah tablet yang 27 diminum ketika 89 11 Baik lupa Jumlah tablet 28 66 24 Cukup dalam sehari 29 Kondisi fisik obat 93 7 Baik Tanggal Efek 30 37 63 Kurang kadarluarsa Samping Efek samping obat Obat AINS 31 setelah tanggal 83 17 Baik kadarluarsa Waktu 26 penghentian 91 9 Baik Aturan minum obat Pemakaian Waktu obat dapat 24 84 16 Baik diminum Penggunaan pada 20 ibu hamil dan 53 47 Kurang menyusui Penggunaan pada 21 16 84 Kurang pasien asma Kontra indikasi Penggunaan pada 22 52 48 Kurang pasien ginjal Penggunaan pada 32 pasien alergi obat 90 10 Baik AINS
Menurut Goodman & Gilman (2006), obat AntiInflamasi Non-Steroid (AINS) secara umum memiliki efek samping pendarahan lambung, nefrotoksisitas, bronkospasme terutama pada orang dengan riwayat penyakit asma, sehingga individu dengan riwayat gangguan ginjal, hati, asma dan hipersensitif terhadap obat AINS tidak
diperbolehkan meminum obat AINS. Selain itu pada ibu hamil dan menyusui perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Dari jumlah responden yang menjawab dengan benar, maka diketahui bahwa pengetahuan responden terkait kontraindikasi obat AINS tergolong kurang. Hal ini disebabkan responden kurang memperhatikan informasi pada kemasan primer obat. Selain itu, responden membeli obat AINS sejumlah yang mereka butuhkan (biji). Meskipun responden banyak yang menjawab dengan benar terkait pertanyaan individu yang memiliki riwayat alergi terhadap obat AINS (90%) namun pada pertanyaan kontraindikasi masih banyak yang tidak dapat menjawab dengan benar (Tabel 2). Gambaran Umum Perilaku Swamedikasi Obat AINS Oral. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kategori Swamedikasi Obat AINS Oral Kategori Tepat Tidak tepat Jumlah
Nilai Responden > 50 % ≤ 50%
Jumlah (Orang) 99 1 100
Perilaku Presentase (%) 99 1 100
Berdasarkan hasil penelitian dari total nilai perilaku swamedikasi, diketahui bahwa sebagian besar responden terkait perilaku pemilihan obat AINS dan perilaku penggunaan obat AINS dapat tergolong tepat (99%)(Tabel 3). Pada perilaku pemilihan obat AINS dinilai dari subindikator indikasi obat AINS dan kondisi responden saat sakit. Berdasarkan jawaban responden, dapat diketahui bahwa perilaku pemilihan obat AINS terkait pemilihan obat berdasarkan indikasi obat tergolong tepat (70%) dan perilaku pemilihan obat berdasarkan kondisi responden saat sakit juga tergolong tepat (69%) (Tabel 4). Hal ini disebabkan responden mencari informasi obat dan memperhatikan indikasi obat AINS sebelum memilih obat AINS, terutama terkait kontraindikasi. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pemilihan Obat AINS Jumlah Ketepatan Pemilihan Obat (Orang) Kategori Tidak Indikator No Pertanyaan Tepat Tepat Penggunaan 2 Tepat indikasi 1 obat AINS 70 30 Tepat bersamaan Pencarian Tepat Kondisi 2 69 31 Tepat informasi obat
Pada perilaku penggunaan obat AINS dinilai berdasarkan subindikator dosis obat dan waspada efek samping obat. Pada subindikator dosis obat AINS, dapat diketahui bahwa perilaku responden terkait aturan pemakaian, jumlah obat dalam sekali minum, dan lama pemakaian tergolong tepat. Hal ini disebabkan responden membeli obat AINS di
38 Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40
Puji Ningrum Pratiwi, et al.
Apotek (91%) sehingga mereka mengetahui tentang aturan pemakaian, jumlah obat dalam sekali minum dan lama pemakaian obat AINS (Tabel 5).
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Dan Perilaku Swamedikasi Perilaku Jumlah (Orang) Jumlah Pengetahuan Kategori (Orang) Kategori Tepat Tidak Tepat Baik 40 0 40 Sedang 41 0 41 Kurang 18 1 19
Tabel 5. Tempat Memperoleh Obat AINS Oral Tempat Memperoleh Obat AINS Oral Tempat Memperoleh Jumlah Persentase (%) (Orang) Apotek 91 91 Warung 2 2 Swalayan 2 2 Toko Obat 5 5
Jika dilihat dari hasil penelitian, maka sangat memungkinkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku swamedikasi obat AINS oral pada Etnis Tionghoa di Surabaya yaitu sebesar 92,6%. Hal tersebut dapat pula dilihat pada Tabel 7, dimana responden yang memiliki pengetahuan tergolong kurang pun dapat berperilaku swamedikasi obat AINS yang tepat.
Pada subindikator waspada efek samping obat AINS, dapat diketahui bahwa perilaku responden mengenai bentuk sediaan, warna, serta tanggal kadarluarsa tergolong tepat. Hal ini disebabkan responden memiliki pengetahuan terkait efek samping obat AINS yang tergolong cukup baik dan memperhatikan sediaan obat sebelum penggunaan obat AINS.
Tabel 8. Sumber Informasi Swamedikasi Sumber Informasi Kategori Jumlah Prosentase (%) (Orang) Keluarga 40 37,4% Pengalaman Sendiri 27 25% Tenaga Kesehatan 22 21% Media Informasi 12 11% Lain-lain (Teman) 6 6%
Analisis Regresi Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi. Tabel 6. Analisis Regresi Linear Sederhana Antara Variabel Pengetahuan Dengan Perilaku Swamedikasi Koefisien Konstanta Variabel R R square Sig regresi (a) (b) X Y 0,272 0,074 0,006 0,115 6,463 N = 100 R tabel = 0,195 Keputusan secara H0 = ditolak Persamaan regresi linier y = 0,115 x + 6,463
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku swamedikasi Etnis Tionghoa sebesar 0,272 dimana nilai tersebut lebih dari r hitung product moment (0,195) serta pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku swamedikasi. Dalam uji hipotesa didapatkan nilai signifikan pengetahuan sebesar 0,006 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat AINS pada Etnis Tionghoa di Surabaya). Hal ini berdasarkan nilai R square yang diperoleh (0,074), dimana memiliki nilai lebih kecil dari 0,20 pada tabel interpretasi koefisien korelasi product moment, sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap perilaku swamedikasi yakni sebesar 7,4%. Berdasarkan uji analisis bivariat (regresi linear sederhana) diperoleh bahwa nilai intersep (a) antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi sebesar 6,463 dan nilai b sebesar 0,115. Maka dapat dibuat persamaan regresi linear yaitu y = 0,115x + 6,463. Nilai b sebesar 0,115 memiliki arti bahwa semakin meningkat 1 (satu) nilai pengetahuan maka semakin meningkat pula perilaku swamedikasi sebesar 0,115.
Hal ini semakin mendukung hasil analisis statistik yang diperoleh bahwa terdapat faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap perilaku swamedikasi. Hal tersebut dapat dilihat pada profil swamedikasi responden. Dimana mayoritas Etnis Thionghoa memperoleh informasi obat berasal dari keluarga (37%) (Tabel 8), serta tempat memperoleh obat AINS oral di Apotek (91%)(Tabel 5). Keluarga dan Apotek merupakan salah satu wujud dari faktor pendorong dan faktor pendukung (Green, dalam Notoatmodjo, 2010). Tabel 9. Pembuat Keputusan Pengobatan Dalam Keluarga Pembuat Keputusan Pengobatan Dalam Keluarga Tempat Memperoleh Jumlah (Orang) Prosentase (%) Kepala Rumah Tangga 34 34 Ibu Rumah Tangga 38 38 Anak 5 5 Lain-lain (Pribadi) 23 23 Tabel 10. Profil Penggunaan Obat Tradisional Penggunaan Obat Tradisional Pengobatan Nama Jumlah Tradisonal Pengobatan Obat Herbal 26 Terstandar Jamu 10 Ya (Pernah) Akupuntur 4 Pijat/totok saraf 5 Tidak (Tidak Pernah) 55
Selain itu dapat juga dilihat dari profil swamedikasi Etnis Thionghoa dalam pembuat keputusan pengobatan dimana mayoritas pembuat keputusan adalah ibu rumah tangga (38%) serta penggunaan obat tradisional sebesar 45%. Pembuat
39 Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40
Puji Ningrum Pratiwi, et al.
keputusan dan penggunaan obat tradisional merupakan salah satu wujud dari adanya gambaran terkait Etnis atau sosial (demografi responden) (Glanz, 2008). KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup (41%) dan perilaku swamedikasi benar (99%). Analisis bivariat menjelaskan bahwa pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat AINS sangat rendah (R = 0,272) pada tingkat kepercayaan 95%. Persamaan regresi linear adalah y = 0,115 + 6,463 yang berarti jika satu nilai pengetahuan meningkat maka nilai perilaku swamedikasi akan meningkat menjadi 0,115 poin. REFERENCES Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa timur 2010. Dipiro, J., Walbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Weels, B.G., Posey, L.M., 2011. Pharmacothrrapy a Pathophysiologic Approach 8th ed. Mc Graw Hill Companies.
Glanz, K., Rimer, B. K., Viswanath K., 2008. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Fransisco: Jossey-Bass, John Wiley and Sons Inc. Goodman, Louis., Gilman, Alfred. 2006. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Theraupetic 11th Edition. United States : McGraw- Hill Companies. Lwanga, S.K., Lemeshow S., 1991. Sample Size Determination In Health Studies : A Practical Manual. Geneva: World Health Organization World Health Organization (WHO), 1998. Role of the pharmacist in the health care system. Netherlands Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoadmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Supardi, S., Sampurno, O.D., Notosiswoyo, M., 2004. Pengaruh Penyuluhan Obat Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan Sendiri Yang Sesuai Dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 32 nomer 4 page 178-187. Jakarta: Depkes RI. Syeima, C, N., 2009. Gambaran Pengetahuan Dan Karakteristik Masyarakat Rw 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan Sendiri Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Anti Nyeri. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
40 Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40