BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses produksi/operasi merupakan salah satu fungsi pokok dalam kegiatan bisnis dan manajemen, selain fungsi marketing, sumber daya manusia dan keuangan. Dengan demikian, dalam usaha bisnis dan manajemen lokal, nasional maupun internasional, produksi/operasi sangat berperan penting dalam lingkungan pemasaran yang berbeda-beda. Meluasnya operasi bisnis dari kegiatan operasi lokal ke nasional dan ke internasional dewasa ini memerlukan perilaku khusus bagi kegiatan atau fungsi produksi. Seperti pada lingkungan bisnis yang semakin luas dan lingkungan ekonomi yang semakin interdependen, kegiatan produksi dan bisnis tidak terbatas lagi pada kegiatan lokal. Perkembangan perekonomian yang maju, kegiatan sektor industri jasa semakin berperan tinggi. Menurut Peter F. Drucker mengatakan bahwa di semua negara maju, bertumbuh industri padat pengetahuan yang semakin memperkerjakan jumlah tenaga berpengetahuan. Industri sektor jasa terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan industri teknologi tinggi dan informasi. Dimana pertumbuhan ini akan mempengaruhi pada manajemen dan bisnis mikro sebagai unsur ekonomi yang penting. Ekonomi di Indonesia yang sedang bertumbuh pesat dan berorientasi keluar mendorong pertumbuhan industri jasa. Industri jasa keuangan, pariwisata dan perbankan jelas mengalami pertumbuhan yang luar biasa pesatnya begitu juga dengan
perkembangan industri jasa di sektor lain seperti transportasi dan telekomunikasi. Dengan pertumbuhan industri jasa pariwisata sangat membuka peluang pendirian usaha jasa disub bidangnya berupa industri makanan seperti restoran, bakery dan katering. Industri bakery sangat relevan dengan pemanfaatan pesatnya sektor pariwisata. Selain impac dari sektor pariwisata, industri bakery dapat berkembang di masyarakat umum. Perubahan pola makan membuka peluang bagi masyarakat luas, karena bisnis industri bakery tersebut bisa digarap oleh industri besar maupun sekala menengah Perusahaan bakery dapat memberikan andil bagi masyarakat luas dalam pembuatan roti yang harganya dapat dijangkau konsumen lapisan menengah kebawah, tentu saja dengan kreativitas dan naluri bisnis yang dimiliki cukup kompeten. Umumnya industri bakery tersebut akan berkembang diwilayah perkotaan, sekitar daerah industri atau daerah pinggiran kota yang jumlah penduduknya cukup padat. Peluang pengembangan usaha industri bakery tidak terlepas dari analisis permintaan dan penawaran produk. Permintaan produk tampak mengalami peningkatan sejak 2-3 daswarsa yang lalu terutama daerah perkotaan. Dari tahun ke tahun permintaan itu meningkat yang diketahui dari pertumbuhan usaha roti dan kue yang juga meningkat mulai usaha kecil dan besar. Munculnya usaha besar dan prestisius, seperti bread talk, sari roti dan holland bakery
tidak akan menghambat
dan mematikan produsen kelas kecil dan menengah, karena mempunyai konsumen yang berbeda. Produsen skala industri besar dapat membidik konsumen kelas berduit dengan produknya yang berkualitas prima. Sementara industri bakery kecil hingga
menengah, dapat membidik masyarakat kelas menegah kebawah dengan produk yang berkualitas yang lebih inferior. Industri bekery besar dan menengah sama-sama mempunyai peluang berkembang yang sama baik secara produk jasanya, pemasaran, kepuasan pelanggan dan manajerial. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam industri bakery adalah pemanfaatan
perkembangan
teknologi
(hard
ware
/
soft
ware),
product
quality,pemasaran dan manajerial (intrinsik/ekstrinsik). Fasilitas fisik atau hard ware adalah sesuatu yang membantu kelancaran proses produksi mulai dari bahan mentah hingga menjadi makanan matang atau roti yang siap di pasarkan. Fasilitas fisik berupa bangunan, ruangan, peralatan masak merupakan aset yang harus di support seluruh karyawan juga pihak pengelola (gugus atas). Namun rasionalisasi dalam sektor jasa sebenarnya menunjukkan bahwa ekonomi pasar akan melakukan seleksi alamiah terhadap industri bakery. Hanya perusahaan-perusahaan yang berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi akan mampu bertahan. Untuk meningkatkan efisiensi di bidang jasa, manajemen perlu menerapkan beberapa langkah strategik baik manajerial teknologi, produk, sumber daya manusia dan tingkat relevansi lainnya. Menurut Theodore Levitt ada beberapa perangkat teknologi yang bisa dipakai dalam proses produksi untuk menigkatkan pelayanan jasa yakni : a) teknologi keras (hard tecnoloies), substitusi pekerjaan yang padat karya dengan mesin, peralatan atau benda fisik lainnya. b) teknologi lunak (soft tecologies), substitusi sistem perencanaan yang terorganisir untuk operasi pelayanan perorangan.
c) teknologi campuran (hybrid tecnologies), campuran teknologi keras dan lunak untuk menghasilkan efisiensi, pesanan, dan kecepatan dalam proses pelayanan. Untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi ini, industri bakery membutuhakn tenaga kerja profesional untuk memenangkan persaingan dengan dengan industri jasa ang sejenis guna mendapatkan pasar yang luas. Dengan adanya kemajuan teknologi merupakan salah satu sumber keunggulan komparatif pada tingkat nasional dan keungulan kompetitif pada tingkat bisnis mikro. Kemajuan teknologi bisa meningkatkan kuantitas sumber alam yang tersedia dengan dimungkinkannya penemuan-penemuan sumber baru. Dengan kemajuan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja ataupun barang modal dengan meningkatkan produktivitasnya. Dalam persaingan bisnis dan industri, banyak pelaku ekonomi atau bisnis memanfaatkan peralatan teknologi yang maju sebagai senjata bersaing. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pawitra :”pemenang persaingan dalam suatau industri adalah perusahaan yang berhasil meraih dan memanfaatkan teknologi sebagai senjata strategis”. Selain perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup menjadi faktor pemicu terjadinya perubahah pola konsumsi. Dengan semakin bertambah waktu bekerja, masyarakat semakin bertambah sibuk sehingga mendorong pemilihan makanan dengan penyajian lebih praktis, tetapi beragam. Perkembangan konsumsi roti sangat cepat karena kedudukan roti yang berasal dari negeri barat menjadi makanan yang sangat prestisius. Namun, dengan perkembangan industri makanan dalam hal ini bakery yang berkembang cepat dan harga relatif terjangkau maka perubahan itu menjalar kemasyarakat kelas menengah-kebawah. Oleh karena itu perubahan perilaku
konsumen tersebut membuat industri bakery semakin berkembang kompetitif di Indonesia khususnya. Sehubungan dengan pencapaian resault yang di misi maupun visikan idustri bakery terkait dengan product maka tidak lain diperlukan sumber daya atau kemampuan secara afektif ( mentalitas dan sikap ), psikomotorik ( Improvisasi ) dan kognitif dalam hal manajemen administratif yang baik. Ketiga komponen tersebut harus di manajemen untuk menjalankan fungsi sumberdaya pada sebuah industri bakery. Rendahnya tingkat efisiensi dan produktivitas organisasi perusahaan yang banyak disoroti dewasa ini tidak lepas dari kelemahan–kelemahan organisasi dibidang manajerial dan ketenagakerjaan. Manajemen perusahaan bakery pada umunya masih sangat rapuh, terutama karena tidak ditunjang dengan tenaga-tenaga manajer profesional dan tenaga-tenaga kerja terampil. Banyak perusahaan merekrut tenaga kerja yang terampil dan bahkan tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Selain itu seorang manager bakery yang profesional harus memiliki hard skill yang merupakan kemampauan atau keterampilan untuk menghasilakan sesuatu yang visibel dan immediate dan soft skill keterampilan yang ada dalam dirinya serta bersifat invisibel. Kemampuan hard skills dan soft skills harus dimiliki oleh setiap orang untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, gabungan dari dua kemampuan hard skills dan soft skills akan menghasilkan tenaga yang profesional. Tenaga profesional dapat dihasilkan oleh lembaga yang mempersiapkannya yaitu lembaga pendidikan. Salah satu lembaga yang didirikan untuk mempersiapkan tenaga profesional adalah Lembaga Pendidikan Teknik Kejuruan (LPTK). LPTK merupakan lembaga yang bertujuan mempersiapkan tenaga kerja yang profesional
baik sebagai tenaga kependidikan ataupun tenaga profesional yang terjun langsung di dunia industri. Salah satu LPTK yang bertujuan menghasilkan tenaga profesional dibidang tata boga adalah jurusan Teknik Boga Universitas Negeri Yogakarta. LPTK ini didirikan dengan tujuan untuk mempersiapkan guru-guru profesional jurusan tata boga dan tenaga kerja setingkat dengan manajer di dunia industri jasa boga (Agus Dharma :2000). Manajer merupakan seseorang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi (Hani Handoko:2003). Manajer dibidang industri jasa boga harus mempunyai kemampuan profesional dan kesiapan kerja yang matang agar mampu berkompetensi dengan tenaga kerja yang lainnya. Kemampuan profesional dapat diperoleh dengan pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh LPTK secara maksimal. Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara LPTK dengan pihak industri jasa boga agar terjadi kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan yang dipersiapkan oleh LPTK dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh pihak industri. Sering terjadinya kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kesiapan kerja yang ditetapkan oleh dunia industri dengan materi kurikulum yang diberlakukan oleh pihak LPTK mengaharuskan relevansi oleh kedua belah pihak untuk menjebatani perbedaan tersebut. Upaya ang dapat dilakukan oleh pihak industri adalah dengan melakukan pendekatan yang paling efektif dan tepat perlu dilakukan perusahaan melalui program-program pendidikan manajerial dan teknis yang ada dan relevan dengan kebutuhan organisasi. Pendekatan ini mempercepat proses profesionalisme kerja dan juga menambah nilai bagi sumber daya manusia sehingga dapat mengelola sumbersumber daya perusahaan lainya secara lebih efektif dan efisien.Dalam rangka itu,
manajemen perlu melaksanakan secara kontinu kegiatan latihan dan pendidikan, baik di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Disamping itu sangat dipandang perlu untuk melakukan proses evaluasi terhdap materi kurikulum sehingga materi kurikulum yang diberikan oleh LPTK mampu menjawab kebutuhan dunia industri. Pelaksanaan peoses relevansi dan evaluasi materi yang ada di dalam kurikulum LPTK akan membantu LPTK untuk survive sebagai lembaga yang mempersiapkan calon tenaga kerja yang profesional. Hal ini terkait dengan kepercayaan masyarakat untuk bergabung di lembaga tersebut. Matei yang diberikan oleh LPTK harus melihat pada tuntutan kesiapan kerja yang dibutuhkan oleh industri. Cara ang dapat dilakukan antara lain dengan mendatangkan pengusahan atau pekerja industri untuk mengevaluasi isi kurikulum yang diterapkan LPTK atau dengan meminta persepsi dari manajer industri terkait. Persepsi manajer industri mutlak diperlukan sebagai salah satu dasar untuk membenahi isi kurikulum yang diberlakukan LPTK. Melihat pentingnya kesiapan kerja profesional lulusan LPTK ang sesuai dengan tuntutan ang diberlakukan oleh industri, maka penulis ingin mengetahui Persepsi Manajer tentang Kesiapan Kerja Manajer Bakery.
B. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara kesiapan tenaga kerja yang dibutuhkan industri dengan kesiapan tenaga kerja yang tersedia. Hal ini yang menyebabkan adanya kesenjangan, dikarenakan kompetensi tenaga yang
tersedia kurang memenuhi syarat. Permasalahan yang dialami manajer bakery dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk kepemimpinan yang harus di siapkan untuk menyikapi variabel – variabel dalam industri bakery? 2. Bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global? 3. Bagaimana menangani ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengaguran khususnya sarjana? 4. Bagaimana tuntutan industri terhadap kemampuan kerja seorang manajer bakery ? 5. Bagaimana persepsi manajer tentang kesiapan kerja lulusan perguruan tinggi? C. Batasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang berhubungan dengan persepsi manajer tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja profesional, maka perlu adanya pembatasan masalah agar permasalahannya terfokus sehingga lebih jelas dan tepat. Sesuai topik sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini di batasi pada “Persepsi Manajer Tentang Kesiapan Kerja Yang Dibutuhkan Sebagai Manager Bakery”, dengan pertimbangan bisnis bakery
bisa menjadi
primadona dan adanya trend di masyarakat kita yang bersifat konsumtif, praktis sehingga industri ini harus dikelola dengan baik melalui SDM yang memenuhi kriteria perusahaan (industri).
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang ada diatas, maka rumusan masalah dapat diajukan sebagai berikut : bagaimana persepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manager bakery? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajer industri bakery tentang kesiapan kerja yang dibutuhkan sebagai manager bakery. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Industri a. Memberikan manfaat yang layak bagi industri tentang kesiapan kerja manajer bakery profesional. b. Sebagai bahan informasi yang positif bagi industri tentang cara pemilihan tenaga kerja yang terampil dan profesional. 2. Bagi Jurusan PTBB Program Studi Pendidikan Teknik Boga a. Memberikan informasi pada dunia pendidikan, bidang keahlian Teknik Boga FT UNY tentang penerapan disiplin ilmu, khususnya tentang kesiapan kerja seorang manajer bakery. b. Masukan bagi peneliti yang lain yang berminat untuk meneliti tentang persepsi manajer terhadap kesiapan kerja. 3. Bagi Mahasiswa a. Penelitian ini sebagai sarana bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah.
b. Penelitian ini sebagai referensi bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga dalam upaya memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kesiapan kerja di industry bakery. c. Penelitian ini sebagai referensi bagi mahasiswa Program Studi Teknik Boga yang ingin menjadi seorang pemimpin dengan menjadi seorang manajer di industry .