RESUME MATERI POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd.
Oleh: Nur Azizah (NIM. 16709251017)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
RESUME MATERI POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
A. Populasi 1. Pengertian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu. 2. Jenis-jenis Populasi Jika dilihat dari jumlah individu yang merupakan himpunan dalam populasi, dan kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan sebagai berikut ini. a. Populasi terbatas
atau
populasi terhingga,
yakni populasi yang
memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Berdasarkan
sifatnya,
Margono
(2004)
membedakan
populasi
menjadi dua sebagaimana berikut ini: a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki
sifat
yang
sama,
sehingga
tidak
perlu
dipersoalkan
jumlahnya secara kuantitatif. b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Selain itu, menurut Wagiran (2013), berdasarkan perencanaannya populasi juga dibedakan menjadi: a. Populasi yang direncanakan dalam penelitian disebut populasi target. Populasi target ini merupakan ojek pasti yang menetap atau termaksud dalam aggota suatu wilayah atau suatu golongan, atau organisasi. b. Populasi akses adalah populasi yang dapat ditemui ketika dalam penentuan jumlah berdasarkan keadaan yang ada. B. Sampel 1. Pengertian Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. 2. Alasan Penggunaan Sampel Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi (Margoino, 2004) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu: a. Ukuran populasi b. Masalah Biaya c. Masalah waktu d. Percobaan yang sifatnya merusak e. Masalah ketelitian f.
Masalah ekonomis
3. Sampling Size Menurut logika kita, semakin banyak jumlah sampel akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah sampel sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja tanpa aturan yang jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi
(representative)
akan
membingungkan
bagi
peneliti
untuk
menentukan ukuran sampel.Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah
sampel minimal bagi sebuah penelitian,
dimana
masing-masing metode digunakan untuk sifat dan ukuran populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal diantaranya adalah (Riyanto, 2010): a. Metode Slovin. Metode Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni jumlah anggota populasi dapat diketahui (sering dikatakan sebagai populasi yang teridentifikasi), menggunakan rumus sebagai berikut:
n
N 1 N .e2
Dimana: n adalah jumlah sampel minimal N adalah jumlah anggota populasi e adalah sampling error
b. Metode Gay Gay memberikan aturan penentuan jumlah sampel berdasarkan desain penelitian yang dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Untuk penelitian deskriptif, jika populasi berukuran besar dapat menetapkan sampel minimal 10 % dari populasi; dan jika populasi berukuran kecil maka sampel minimalnya 20 % dari populasi.
Sebuah
populasi dikatakan
berukuran
besar jika
memiliki jumlah elemen/anggota sebanyak 1000 elemen atau lebih, dan dikatakan berukuran kecil jika populasi itu memiliki elemen/anggota kurang dari 1000. 2) Untuk desain penelitian korelasional ditetapkan oleh Gay jumlah sampel minimalnya adalah sebanyak 30 subyek 3) Untuk penelitian expost vacto atau penelitian yang bersifat kausal komparatif,
ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15
subyek 4) Untuk
penelitian
eksperimental
ditetapkan
jumlah
sampel
minimal sebanyak 15 subyek. c. Metode Kracjie Berbeda
dengan
metode-metode
penentuan jumlah sampel
minimal yang diuraikan dimuka, Kracjie menawarkan sebuah metode penentuan jumlah sampel dengan sebuah tabel. Tabel yang disusun oleh Kracjie hanya untuk tingkat toleransi kesalahan atau sampling error sebesar 5 %.. Dengan tabel yang disajikan oleh Kracjie seorang peneliti dengan
mudah bisa mengetahui berapa jumlah sampel
minimalnya tanpa harus menghitung dengan rumus. d. Suharsimi Arikunto (2005) memberikan pendapat sebagai berikut jika peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun
apabila
peneliti
menggunakan
teknik
wawancara
dan
pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti. e. Frankel dan Wallen (1993) menyarankan besar sampel minimum untuk: Penelitian deskriptif sebanyak 100, Penelitian korelasional
sebanyak
50,
Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group,
Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group. f.
Roscoe (1975) juga memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu : 1) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian 2) Jika
sampel
dipecah
ke
dalam
subsampel
(pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat 3) Untuk
penelitian
eksperimental
sederhana
dengan
kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 4. Teknik Sampling a.
Teknik Sampling Probability Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol. 1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Teknik ini adalah cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. 2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Langkah yang harus dilakukan antara lain: a) Tentukan jumlah sampel yang akan diambil b) Bagilah total populasi dengan jumlah yang diperlukan untuk menentukan interval pengambilan sampel. c) Tentukan anggota sampel.
3) Sampling Acak Berlapis Proporsional (Proportionate Stratified Random Sampling) Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (sampel sebanding dengan jumlah populasi). Metode ini merupakan proses dua langkah yang mana populasi menjadi sub populasi atau strata/tingkatan. Langkah-langkah: a) Identifikasi jumlah total populasi b) Tentukan jumlah sampel yang diinginkan c) Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi d) Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik strata yang dimiliki. e) Tentukan
dan
pilih sampel masing-masing strata dengan
menggunakan prinsip acak.
4) Sampling Acak Berlapis Tidak Proporsional (Disproportionate stratified Random Sampling) Teknik
digunakan
untuk
menentukan
jumlah
sampel,
bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional (sampel tidak sebanding dengan jumlah populasi). 5) Teknik Acak Berkelompok (Area/cluster Random Sampling) Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu Negara, propinsi, kabupaten. Dalam cluster, populasi target pertama dibagi ke dalam sub kelompok atau cluster yang ekslusif. Kemudian sampel acak dari cluster tersebut dipilih berdasarkan teknik
probability
random sampling.
sampling, Teknik
misalnya
dengan
menggunakan
ini digunakan bila kita memiliki
keterbatasan karena ketiadaan kerangka sampel (daftar nama
seluruh populasi), namun kita memiliki data yang lengkap tentang kelompok.
Ada dua jenis teknik penarikan acak berkelompok,
yaitu teknik penarikan acak berkelompok satu tahap ( a stage cluster random sampling) atau lebih dikenal dengan cluster random sampling dan banyak tahap (multistage cluster random sampling). Teknik penarikan acak satu tahap digunakan jika sifat/karakteristik kelompok adalah homogen. Sedangkan teknik penarikan sampel banyak tahap digunakan jika sifat/karakteristik kelompok pada populasi cenderung heterogen. b.
Teknik Non Probability Sampling Teknik sampling ini tidak memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini pada prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti. 1) Sampling Kuota (Quota Sampling) Menurut Margono (2004) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan kelompok.
akan
tetapi
diklasifikasikan
Sampel diambil dengan
dalam
memberikan
beberapa jatah atau
quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung
pada
unit
sampling.
Setelah
jatah
terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. 2) Sampling Aksidential (Convenience Sampling) Dalam teknik ini yang dijadikan sampel adalah orang/benda yang mudah ditemui atau yang berada pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau. 3) Sampling Menurut Tujuan (Purposive Sampling) Dalam teknik ini, sampel dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan dan maksud tertentu. Dengan syarat bahwa sampel harus representatif atau dianggap peneliti
telah
mewakili populasi yang
ditetapkan.
Misalnya
seorang peneliti memilih guru-guru tertentu untuk mendapatkan model pembelajaran yang sesuai. 4) Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus dimana setiap anggota populasi dijadikan sampel. 5) Sampling Snowball (Snowball Sampling) Tujuan
utama
karakteristik
snowball sampling adalah untuk
menafsirkan
yang jarang terjadi dalam populasi. Dikatakan
snowball karena seorang peneliti menentukan seseorang untuk menjadi sampel atas dasar rekomendasi orang yang telah menjadi sampel sebelumnya. Misalnya peneliti menentukan A sebagai sampel. Kemudian A merekomendasikan B dan C. B setelah ditanya merekomendasikan E dan F, demikian seterusnya. Teknik ini mirip dengan multi level marketing atau arisan berantai. Dalam
snowball
sampling,
jumlah
sampel mula-mula
kecil
kemudian menjadi besar karena sampel-sampel tersebut memilih teman-temannya untuk menjadi sampel.
Sumber: Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, (2010). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung. Wagiran, (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi). Penerbit Deepublish (CV BUDI UTAMA), Yogyakarta. https://teorionlinejurnal.wordpress.com/2012/08/20/menentukan-ukuran-sampelmenurut-para-ahli/, diakses pada tanggal 1 november 2016