1
PENINGKATAN KETERAMPILAN PRODUKSI DAN FINISHING PRODUK KERAMIK HIAS DAN SOUVENIR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA DI INDUSTRI KERAMIK TUNAS ASRI YOGYAKARTA1 Oleh: Kasiyan Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak Tujuan dari program kegiatan magang kewirausahaan ini adalah untuk memberikan bekal pengalaman praktis berupa pengetahuan, keterampilan, serta motivasi dan sikap, kepada para mahasiswa peserta magang secara objektif, berkaitan dengan kinerja dalam bidang industri keramik hias secara menyeluruh. Lebih jauh juga diharapkan akan mampu menanamkan nilai-nilai enterpreneurship, yang akan bermanfaat bagi mahasiswa pasca kuliah di masa mendatang. Metode dan pola pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah dengan pembekalan teori dan konsep tentang kewirausahaan dan manajemen uasaha kecil menengah, serta praktik langsung di industri. Hasil pelaksanaan kegiatan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Semua mahasiswa peserta program magang kewirausahaan ini telah mengikuti kegiatan sebagai berikut. a) Pembekalan materi kewirausahaan di kampus; b) Praktik langsung pra produksi, berupa pengolahan bahan baku keramik, yakni tanah liat; c) Praktik produksi, yang terdiri atas kegiatan: pembuatan desain, pembuatan cetakan produk, pembuatan produk keramik dengan berbagai teknik, prakik pengeringan dan pembakaran produk, serta finishing produk dengan berbagai teknik; e) Praktik pascaproduksi, yang terdiri atas, pembelajaran pergudangan, pembuatan packing produk, dan pengelolaan show room; dan f) Pembelajaran perihal manajemen usaha dan pembuatan proposal pendirian usaha baru. Kata-kata kunci: magang kewirausahaan, produksi, finishing, keramik hias, manajemen usaha.
1
Tulisan ini Dimuat di Jurnal INOTEKS (Jurnal Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni), Volume 6 No: 2 November 2003. Terbitan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta.
2
Abstract Program intention of this activity, which named job training on entrepreneurship, is giving the practical experience stock in the form of knowledge, skill, also motivation and attitude objectively, to all student as participant while having a job training, doing together the performance totally in the field of ceramic decorated industry. Further is also expected, that the participant will be able to apply the values of entrepreneurship, to be a benefit to the student after finishing their lecture in a period to coming. Method and execution pattern used in this job training’s activity is, within the theory of stock purchasing, conception about entrepreneurship, and the management of medium small enterprise, and also direct practice in industry. Result of this activity execution is inferential as follows. All of the participant from this job training on entrepreneurship have done the following activities. a) Stock phase in purchasing which located in campus; b) Practising of preproduce phase directly, in the form of ceramic raw material processing, namely clay; c) Practising the production, which consists of these activities: design making, making of product printing; mould, ceramic products making by various techniques, practising in draining and will product, and also finishing product by various techniques, e) Practice or application the experience on postproduction phase, which consists as follow; study of the warehousing, making of packing products, and management of show room; and f) The study of managing an enterprise and making of new proposal which aims to effort a new enterprise. Key words:
job training in entrepreneurship, production, finishing, ceramic decorated, managing an enterprise.
A. Pendahuluan Mempelajari kehadiran dan keberadaan industri kecil dari waktu ke waktu akan dapat memberi bukti-bukti tentang kemampuannya untuk hidup, terutama di tengah-tengah krisis ekonomi yang tengah melanda negeri ini. Kehadiran itu menunjukkan perkembangan, tidak saja dalam kuantitas, tetapi juga kualitas, yang menurut Jusmaliani dan Hasibuan (1999:19) lebih disebabkan oleh aspek utama “motivasi” dan “fleksibilitasnya”. Aspek “motivasi” menunjuk pada kenyataan, bahwa unsur kepemimpinan dalam usaha kecil dan menengah biasanya belum
3
terfragmentasi, sedangkan aspek “fleksibilitas” berkaitan dengan kemampuan usaha kecil dan menengah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Namun demikian, industri kecil tidak akan mampu bersaing dengan produkproduk impor, yang salah satunya merupakan akibat dari keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam penguasaan ipteks dan manajemennya. Lulusan perguruan tinggi cenderung diadopsi dan diperuntukkan bagi industri besar daripada untuk industri kecil dan mandiri. Kondisi ini dipertajam pula oleh terlampau sedikitnya upaya menyisipkan pemahaman kewirausahaan dalam pendidikan di perguruan tinggi (DPPPM,1993:3). Dengan kata lain, terpuruknya industri-industri besar antara lain disebabkan oleh para pelakunya atau sumber daya manusia yang ada tidak memiliki karakter sebagai seorang wirausahawa (enterpreneur) sejati. Namun sebaliknya, mereka berkarakter sebagai industriawan atau wirausahawan yang semu karena fasilitas, kolusi, korupsi, nepotisme, berpendidikan rendah dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk menghadapi era perdagangan bebas tahun 2003 dan guna kepentingan mendorong upaya economy recovery (pemulihan ekonomi) bangsa, pendidikan tinggi merasa terpanggil untuk menciptakan sumebr daya manusia (human resources) yang memiliki karakter enterpreneur dan mandiri serta menguasai ipteks, yang selanjutnya akan mampu mendorong tumbuh mekarnya industri kecil dan menengah yang sanggup menghasilkan barang produksi atau jasa yang berkualitas tinggi, memenuhi standar nasional dan internasional.
4
Dalam mewujudkan misi tersebut, maka sangatlah strategis kiranya upaya yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
(Ditbinlittabmas)
Dirjen
Dikti
Depdiknas,
sejak
tahun
1997
mengeluarkan kebijakan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PBKPT), yang satu di antaranya adalah Program Magang Kewirausahaan (MKU). Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai sangat banyak industri kecil dan menengah, terutama yang bergerak pada sektor manufaktur, yakni yang berbasis pada seni dan kerajinan (art and craft). Salah satu di antaranya yang sangat dikenal luas dan cukup besar keberadaannya adalah industri keramik, terutama berada di sentra industri Kasongan, Bantul. Keberadaan industri keramik di Yogyakarta sangat ditopang oleh ketersediaan bahan baku (tanah liat) lokal yang sangat melimpah, sumber daya manusia yang banyak dan terlatih, di samping faktor kota Yogyakarta itu sendiri sebagai salah satu kota tujuan wisata yang sangat dikenal (nomor dua setelah Pulau Bali) baik tujuan wisatawan domestik maupun manca negara, yang senantiasa memerlukan dukungan penunjang, seperti barang-barang sovenir seni dan kerajinan dalam skala besar. Wisatawan manca negara Daerah Istimewa Yogyakarta dari data tahun 2001 menunjukkan jumlah angka 1.052.048 orang. Jumlah itu mengalami peningkatan 45.378 dari tahun sebelumnya (Dinas Pariwisata DIY, 2002). Sebagai catatan, meskipun semenjak adanya tragedi 11 September, yakni berupa pengeboman gedung World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat dan tragedi pengeboman di
5
Kuta Bali, sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia (termasuk juga di Yogyakarta), akan tetapi kunjungan wisatawan domestik di Yogyakarta, rerlatif tetap banyak, terutama wisatawan domestik pada masa liburan sekolah. Di samping itu, ternyata ekspor barang-barang seni kerajinan, meskipun mengalami penurunan, akan tetapi juga masih menunjukkan data yang cukup signifikan, untuk kemungkinan pengembangan pada masa mendatang. Implikasi dari meningkatnya keberadaan wisatawan domestik maupun manca negara, memiliki konsekuensi logis pada penyediaan salah satu elemen pendukung, yakni cendera mata. Berkaitan dengan hal ini, industri keramik Yogyakarta sudah sejak lama mampu menghasilkan berbagai produk keramik hias dengan kualitas dan kuantitas yang terus meningkat seiring dengan semakin pesat dan luasnya permintaan pasar. Bahkan sebagian besar pemasaran produk keramik Yogyakarta berorientasi ekspor dengan negara-negara tujuan di Eropa, Timur Tengah, Jepang, Hongkong serta Australia. Hal ini menunjukkan betapa keberadaan industri kerajinan keramik di Yogyakarta sangat potensial strategis bagi peningkatan pendapatan devisa negara dan juga bagi makna pengembangan ekonomi kerakyatan secara luas pada masa mendatang. Pada sisi yang lain, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta memiliki Program Studi Pendidikan Keterampilan Kerajinan di bawah Jurusan Seni Rupa. Program Studi Pendidikan Keterampilan Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta memiliki beberapa program spesialisasi keahlian, salah satunya yakni bidang keramik.
6
Program spesialisasi keramik ini didukung oleh kompetensi sumber daya manusia, yakni dosen serta teknisi serta laboran yang professional dan berpengalaman,
serta
sarana
dan
prasarana
pendukung
perkuliahan
yang
komprehensif, berupa studio serta laboratorium beserta peralatannya yang mendukung, dan juga perangkat kurikulum dan hal lain yang menunjang. Harapan tujuan atau muara out put dari mahasiswa yang mengambil spesialisasi program di bidang keramik ini, adalah kelak menjadi keramikus professional yang mampu mengembangkan diri dan lingkungannya, yang akan berdampak positif bagi keseluruhan wacana pembangunan ekonomi bangsa. Oleh karena itu upaya sinergi kerja sama dari dua institusi yakni antara Perguruan Tinggi dan Industri, yang sama-sama visi komitmennya dalam bidang keramik, merupakan sebuah potert akan “simbiose mutualisme” positif yang amat strategis maknanya, yakni akan semakin mendekatkan idealisasi konsep link dan match antara lembaga Pendidikan Kerajinan Keramik dengan pihak industri keramik. Pada satu sisi, mahasiswa akan mempunyai pengalaman langsung berkaitan dengan dunia usaha bidang keramik, mulai dari pra produksi, produksi, finishing, dan manajemen usaha secara holistik. Dari pengalaman langsung ini diharapkan, selain akan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara menyeluruh perihal totalitas kinerja dalam industri keramik hias, maka juga diharapkan mampu merancang motivasi untuk menjadi wirausaha baru pada masa mendatang, sedangkan dari sisi mitra usaha, berpotensi untuk adaptasi inovasi, berbagai ipteks yang
7
mendukung bagi pengembangan industrinya, sebagai hasil dari sharing informasi dengan pihak perguruan tinggi. Berdasarkan
hal-hal
tersebut,
maka
Program
Kegiatan
Magang
Kewirausahaan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Keterampilan Kerajinan FBS UNY di industri keramik ini sangat strategis dan karenanya penting sekali keberadaannya untuk diselenggarakan. Industri mitra yang dipilih dalam kegiatan magang kewirausahaan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan ini adalah “Perusahaan Keramik Tunas Asri Yogyakarta”. Perusahaan Keramik Tunas Asri Yogyakarta adalah perusahaan kategori menengah dengan sistem manajemen modern dan perkembangannya sangat maju dan pesat. Adapun tujuan khusus magang kewirausahaan bidang industri, khususnya di industri kerajinan keramik hias untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Keterampilan Kerajinan, adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalah hal produksi, finishing, packing dan manajemen usaha pada industri kerajinan keramik hias. b. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
dalamm
hal
kewirausahaan di bidang industri kerajinan keramik hias, baik secara keilmuan maupun pengalaman praktis. c. Memacu minat dan motivasi mahasiswa untuk menjadi wirausaha baru. Target luaran magang kewirausahaan di bidang usaha kerajinan keramik hias untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan SeniKerajinan, adalah sebagai berikut.
8
a. Minimal 50% dari peserta magang siap menjadi wirausaha baru dalam bidang industri kerajinan keramik hias, baik usaha secara keseluruhan, maupun khusus pada sisi produksi maupun finishing produk. b. Minimal 50% dari peserta magang menghasilkan proposal wirausaha baru dalam bidang industri kerajinan keramik hias, baik usaha secara keseluruhan, maupun khusus pada sisi produksi maupun finishing produk. c. Terciptanya keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan tinggi, khususnya Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, dengan usaha kecil dan menengah, khususnya di bidang industri kerajinan keramik hias. Indikator pencapaian tujuan dari kegiatan program magang kewirausahaan peningkatan keterampilan produksi, finishing, packing dan manajemen usaha produk keramik hias, yakni sebagai berikut. a. Mahasiswa
peserta
magang
mengalami
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan dalam hal prouksi, finishing dan packing keramik hias. b. Mahasiswa
peserta
magang
mengalami
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan dalam manajemen usaha dari industri kerajinan keramik hias.
B. Landasan Teori 1. Keberadaan Seni Kerajinan Keramik di Indonesia Pembuatan keramik di buat dengan menggunakan bahan baku berupa tanah liat, yang fungsi awalnya adalah untuk keperluan peralatan rumah tangga, seperti
9
cobek dan kuali. Keberadaannya di Indonesia telah ada dan tumbuh sejak zaman Neolithicum, yang ditandai dengan ditemukannya pecahan periuk belanga di Sumatera, serta bukit-bukit pasir pantai selatan Jawa, antara Yogyakarta dan Pacitan, serta di Melolo Sumba (Sukmono, 1993:56-57). Oleh karena terkait dengan wujud produk dan nilai fungsionalnya yang masih sangat sederhana tersebut, maka seni kerajinan keramik pada zaman dahulu sering diistilahkan lain yakni sebagai seni pembuatan gerabah (istilah Jawa: barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat). Berdasarkan bukti keberadaan tersebut, menunjukkan bahwa seni kerajinan gerabah aytau keramik ini tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan peradaban, berkembang pula seni kerajinan keramik di Indonesia, dengan menggunakan peralatan produksi yang berteknologi modern, serta produk yang dihasilkannya pun sudah tidak lagi hanya berfungsi sebatas untuk peralatan rumah tangga sederhana, melainkan sudah berkembang untuk kepentingan benda hias, souvenir wisatawan, bahkan untuk resistor elektronik. Bahkan produk keramik untuk fungsi sebagai benda hias dan souvenir itu, pada saat ini demikian mendominasi pemasaran yang ada. Sebagai salah satu bagian dari kelompok di bidang manufaktur, keberadaan industri keramik merupakan sebuah usaha yang cukup memerlukan jumlah tenaga kerja (SDM) yang cukup banyak, sejalan dengan realitas usaha ini yang terdiri atas rangkaian proses produksi yang cukup panjang, mulai dari proses: pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
10
2. Pembuatan Seni Kerajinan Keramik: Proses Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi Pertama, proses pra produksi dalam industri keramik, mencakup beberapa kegiatan, yakni: proses desain, pengolahan bahan baku, serta pengadaan alat dan atau cetakan. Desain, berasal dari bahasa Inggris ‘design’ atau bahasa Yunani ‘designare’, yang artinya membuat rancangan baru berupa gambar atau sketsa yang melibatkan unsur-unsur visual, seperti garis, bentuk, warna, tekstur. Senada dengan makna tersebut, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:87), desain adalah kerangka bentuk atau rancangan. Kerajinan keramik termasuk benda tri matra (tiga dimensi), maka dalam proses pendesainannya juga harus mempertimbangkan tiga arah utama, yakni: panjang, lebar, dan tinggi (Wong, 1997). Sedangkan Djelantik (1999) serta Petrussumadi, 1991:17-25) menyarankan diperhatikannya prinsip pendesainan, di antaraya adalah: kesederhanaan, keselarasan, irama, kesatuan, dan keseimbangan. Pada proses desain ini juga diharapkan mempertimbangkan aspek ornementalnya, yang tujuan keberadaannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan nilai pada setiap benda seni (Susanto, 2002:82). Untuk elemen bahan utama keramik adalah tanah liat. Tanah liat merupakan anasir yang berasal dari erosi batuan granit yang berkembang menjadi partikel-partikel kecil dalam berbagai ukuran. Proses erosi ini terjadi karena adanya hanyutan air, angin, dan perubahan suhu. Pemaknaan lain menyebutkan bahwa tanah liat merupakan bahan mineral bumi yang sebagian besar susunannya dari alumina, silica, dan air, menjadi plastis apabila basah, dan keras apabila dibakar. Tanah liat dibagi dalam dua kategori, yakni tanah liat primer dan tanah liat skunder.
11
Tanah liat primer mempunyai partikel yang tidak begitu kotor, memiliki warna keputihan, serta tahan panas, sedangkan tanah liat skuneder adalah tanah liat yang sudah bercampur dengan kotoran. Sebelum pembuatan keramik, bahan baku tanah liat tersebut diolah dahulu dengan menggunakan campuran pasir dan bahan-bahan lainnya, hingga menjadi tanah ‘lempung’ (liat, palstis) yang siap dibentuk. Adapun penyiapan alatnya, dalam hal ini terutama terkait dengan pembuatan cetakan serta peralatan produksi yang lainnya. Kedua, proses produksi benda-benda keramik, mencakup beberapa kegiatan, yakni proses pembentukan, pengeringan, pembakaran, dan finishing (pewarnaan). Karnawan (1995:27) membedakan teknik pembentukan benda-benda keramik menjadi 5 jenis, yakni: teknik putar, teknik pilin, teknik pijit, teknik lempengan, dan teknik cetak. Setelah selesai dibentuk, proses selanjutnya adalah pengeringan dan pembakaran. Untuk pewarnaan (finishing), biasanya menggunakan bahan cat tembok, juga dikenal dengan beberapa teknik di antaranya yakni: teknik washed, teknik cocoh dan saput, teknik spon atau uyel, teknik percik, dan pewarnaan dengan prodo emas. Ada juga pewarnaan keramik sesudah dibakar yang tidak menggunakan cat tembok, melainkan dengan menggunakan air asam yang disiramkan pada keramik yang baru keluar dari tungku pembakaran sewaktu panas, yang dikenal dengan istilah dengan warna tamarin. Juga ada pewarnaan yang dihasilkan dari daun-daun basah yang ditutupkan di seluruh permukaan keramik yang baru keluar dari tungku pembakaran selagi masih panas, yang disebut dengan warna black tamarin. Namun sebenarnya, warna keramik juga dapat memanfaatkan warna alami atau asli tanah dari hasil
12
pembakaran. Warna asli tanah dari hasil pembakaran ini biasanya berwarna coklat kemerahan, yang lazim disebut warna terracotta. Adapun untuk tahapan yang ketiga, yakni proses pasca produksi dalam industri keramik, mencakup kegiatan penyimpanan di gudang, penataan di show room, packaging, packing, serta pengiriman produk kepada konsumen, yang semuanya itu membutuhkan sistem manajemen yang baik dan terpadu.
C. Metode Pelaksanaan Program Pola Pelaksanaan
program magang kewirausahaan di bidang industri
kerajinan keramik untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan ini dilaksanakan sebagai berikut. 1) Pembekalan tentang proses produksi, finishing, pengepakan (packing), serta manajemen pemasaran, dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2003. 2) Peserta melaksanakan praktik magang di tempat industri mitra, mulai tanggal 4 Agustus 2003 sampai dengan 30 September 2003. 3) Dosen pembimbing melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan magang tersebut secara berkala, yakni tiap 2 minggu sekali. 4) Monitoring dan evaluasi dari tim Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 9 September 2003.
13
5) Monitoring dan evaluasi dari tim Dikti dan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2003. Kegiatan magang kewirausahaan Mahasiswa Program studi Pendidikan Seni Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, tahun 2003 di industri keramik Tunas Asri Yogyakarta ini dapat secara operasional dirinci sebagai berikut. 1. Magang Proses Pra Produksi Pertama, mahasiswa terjun langsung membantu kegiatan pengolahan bahan baku pembuatan benda keramik, berupa tanah liat. Kedua, mahasiswa terlibat langsung membantu dan praktik membuat cetakan keramik, mulai dari proses pembuatan desain, membuat model atau prototipenya. 2. Magang Proses Produksi a. Mahasiswa praktik langsung dalam pembuatan benda-benda keramik hias dengan berbagai teknik, yakni: cetak padat, cetak tuang, slab/lempengan, teknim pijit, dan teknik putar. b. Mahasiswa praktik langsung dalam proses pengeringan produk keramik hias. c. Mahasiswa praktik langsung dalam proses pembakaran benda-benda keramik. d. Mahasiswa praktik langsung dalam proses finishing karya.
14
3. Magang Proses Pasca Produksi Dalam hal ini, mahasiswa mempelajari dan praktik langsung, mulai dari proses penyimpanan barang dalam rak-rak di gudang, sampai pada pembuatan bungkus atau kemasan untuk menyimpan produk, baik dari karton maupun kayu, untuk kepentingan packing, agar barang tersebut aman dan tidak pecah, sewaktu proses pengiriman. 4. Magang Manajemen Usaha Magang di bagian ini dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui secara komprehensif kegiatan manajemen perusahaan secara keseluruhan, mulai dari manajemen sumber daya manusia, keuangan,
pemasaran, administrasi, dan
pembukuan.
D. Hasil dan Permbahasan 1. Manfaat dan Ketercapaian Tujuan Program Dengan dikembangkannya kegiatan magang kewirausahaan dalam program pengembangan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi ini, memberikan manfaat yang besar, baik bagi mahasiswa peserta magang, industri mitra, maupun pihak Universitas Negeri Yogyakarta sendiri. Beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya program magang kewirausahaan ini adalah sebagai berikut.
15
a. Nilai Tambah bagi Peserta Magang Dalam program magang kewirausahaan bidang produksi hasil industri, khususnya industri kerajinan keramik hias untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan, mahasiswa peserta magang memperoleh manfaat sebagai berikut. 1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dalam hal produksi keramik hias. 2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal finishing produk keramik hias. 3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengepakan (packing) produk keramik hias. 4) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengelolaan usaha industri kerajinan keramik hias. b. Nilai Tambah bagi Industri Mitra Dalam program magang kewirausahaan bidang produksi hasil industri, khususnya industri kerajinan keramik hias ini untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan ini, industri mitra yakni Perusahaan Keramik Tunas Asri Yogyakarta, akan memperoleh manfaat sebagai berikut. 1) Dengan adanya jalinan kerjasama dengan perguruan tinggi, berupa sebagai tempat untuk kegiatan magang kewirausahaan, secara tidak langsung akan semakin memperkuat dan mempertegas referensi brand images masyarakat, bahwasannya perusahaan keramik Tunas Asri Yogyakarta adalah sebagai sebuah perusahaan
16
yang berkualitas, sehingga lebih jauh akan berdampak positif pada dimensi trust masyarakat kepada perusahaan. 2) Optimalisasi penggalian potensi industri untuk kepentingan akses pengembangan usaha karena adanya sharing dan masukan-masukan dari nara sumber dan tim pelaksana perguruan tinggi tentang ipteks yang terkait, relevan, dan mutakhir. Terkait dengan hal ini, maka salah satu sumbangan secara langsung, selama kegiatan magang, di samping membantu proses bekerja di perusahaan tersebut, juga sewaktu ada Pameran Produksi Indonesia tahun 2003 yang diselenggarakan di Jakarta, dua buah desain keramik yang dibuat oleh mahasiswa peserta magang ternyata mendapatkan sambutan yang sangat positif dari pembeli (buyer) Jepang, bahkan ditindaklanjuti dengan transaksi yang cukup tinggi jumlahnya.
c. Manfaat bagi Universitas Negeri Yogyakarta Dengan adanya krgitan magang kewirausahaan bidang produksi hasil industri, khususnya industri kerajinan keramik hias ini untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan ini, pihak Universitas Negeri Yogyakarta memperoleh manfaat baik langsung maupun tak langsung sebagai berikut. 1) Dapat menciptakan sarjana yang bukan saja siap kerja, tetapi juga siap untuk menciptakan lapangan kerja. 2) Sebagai ajang untuk membina dan meningkatkan hubungan kerja sama antara lembaga perguruan tinggi, khususnya Universitas Negeri Yogyakarta dengan dunia industri, dalam rangka implementasi kebijakan link and match.
17
3) Menambah pengkayaan wawasan dosen (tim pengbadi) tentang dunia praksis kewirausahaan, sehingga diharapkan dapat senantiasa mampu mensinergiskan keilmuan teri dengan praktiknya di masyarakat.
2. Penerapan Metode Pelaksanaan Program Pelaksanaan program kegiatan magang kewirausahaan di industri keramik bagi mahasiswa ini, metode dan pola pelaksanaannya dapat disebutkan dengan menggunakan dua pendekatan, yakni sebagai berikut. Pertama adalah dengan pembekalan, yang dilaksanakan di kampus dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, serta, pemberian tugas, dengan fokus materinya adalah kewirausahaan dan manajemen usaha kecil dan menengah. Kedua, adalah dengan menggunakan pendekatan praktik kerja langsung secara partisipatif di industri mitra, berkaitan dnegan segala hal menyangkut proses kinerja sebuah uasaha dalam bidang keramik hias, mulai dari sistem manajemen secara keseluruhan, proses pra produksi, produksi, serta pascaproduksi. Dalam pembelajaran langsung ini, para mahasiswa pserta magang, tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan industri keramik hias, melainkan yang jauh lebih penting adalah adanya proses yang semakin menyuburkan pemupukan apresiasi, minat, serta motivasi para mahasiswa untuk berwirausaha. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan magang secara keseluruhan, dari metode pelsakanaan yang dikembangkan dapat dikatakan, bahwa metode tersebut sudah cukup berhasil.
18
Hal tersebut dapat terlihat, dari semua agenda yang telah direncanakan secara keseluruhan dalam kegiatan magang dapat terlaksana dengan baik. Indikator lainnya adalah, semua mahasiswa sangat antusias, serius, serta termotivasi untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan magang tersebut. Demikian juga, dari pihak industri mitra, merasa senang dengan proses serta hasil kerja mahasiswa yang ada.
3. Luaran Program dan Perwujudan Indikator Keberhasilan Berdasarkan hasil yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa kegiatan program magang ini cukup berhasil dengan baik. Adapun perihal indikator keberhasilan ini, diantaranya dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni sebagai berikut. Pertama, motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan magang sangat tinggi. Kedua, proses kegiatan secara keseluruhan berjalan dengan lancar, sesuai dengan agenda kegiatan yang telah direncanakan dalam proposal. Ketiga, hasil kegiatan praktik mahasiswa berupa produk keramik hias, sudah sangat baik, dan keempat, seluruh mahasiswa mampu membuat proposal perihal pendidrian usaha baru dan juga proposal cara pengajuan kredit. Dengan kenyataan tersebut, diharapkan akan semakin mendekatkan tujuan magang dari dimensi mental para peserta magang, yakni memberikan motivasi jiwa enterpreneurship yang tinggi, yang disebabkan karena mahasiswa mempunyai gambaran dan referensi langsung yang sangat kompleks dan komprehensif perihal realitas kinerja sebuah usaha atau industri keramik, secara utuh mulai dari hulu sampai hilir.
19
4. Kendala-kendala yang Dihadapi Deskripsi keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan program magang tersebut di atas, juga disertai dengan beberapa kendala, yang secara prinsip sebenarnya tidak terlalu mengganggu dan dapat diatasi. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan magang tersebut, di antaranya sebagai berikut. a. Dalam proses rekruitmen peserta magang, ada kesulitan untuk mendapatkan peserta magang dari mahasiswa yang sudah tingkat akhir atau hampir lulus, karena mahsiswa kelompok ini sebagian besar sudah jarang hadir di kampus, sehingga peserta magang yang ada, terpaksa diseleksi dari mahasiswa yang belum semester akhir. b. Proses rekruitmen juga sedikit menemui kendala, yakni berkaitan dengan informasi magang untuk mahasiswa tersebut, baru bisa disampaikan ketika mahasiswa sedang libur semester, sehingga informasi magang tersebut, tidak sempat tersampaiakan secara luas kepada seluruh mahasiswa. c. Pada waktu pembuatan proposal usaha baru, ada beberapa mahasiswa yang sedikit mengalami kesulitan berkaitan dengan pembuatan cash flow keuangan. Hal ini disebabkan, minimnya perihal materi tersebut yang dapat diakses oleh mahasiswa seni rupa, baik dalam kesempatan pembekalan maupun melalui forum atau media yang lain. Hal ini tidak terlalu bermasalah, dalam artian memang fokus interest-nya mahasiswa seni rupa dan kerajinan lebih pada dimensi produk/karya, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen, secara
20
realistis praksisnya dalam sebuah usaha, dapat di-sharing-kan/dimandatkan kepada yang profesional di bidangnya. d. Mahalnya bahan untuk praktik karya keramik, terutama untuk produk keramik dengan teknik glassur, sehingga jumlah karya mahasiswa dibatasi, dan karenanya mahasiswa mempunyai kesempatan yang terbatas untuk mengenal dan praktik secara langsung dari keseluruhan variasi dengan kekhasan karakteristiknya yang ada.
D. Kesimpulan dan Saran Kegiatan magang kewirausahaan di bidang industri keramik ini telah berjalan dengan baik, dengan hasil sebagai berikut. a. Program
magang
kewirausahaan
ini
telah
mampu
membekali
peserta
pengetahuan, keterampilan, dan apresiasi sikap serta motivasi mahasiswa dalam bidang bisnis usaha keramik hias. Semua mahasiswa mendapatkan penilaian yang baik dari pembimbing lapangan. b. Mahasiswa peserta magang secara keseluruhan (100%) mampu membuat proposal pendirian usaha baru dan proposal pengajuan kredit yang layak, dengan harapan dapat ditindaklanjuti sebagai bekal yang sangat berharga, ketika yang bersangkutan sudah mulai merencanakan mendirikan usaha baru. c. Industri mitra merasa puas dengan hasil kerja peserta magang, dan manyambut baik kegiatan magang yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu berharap kegiatan magang ini dapat dilanjutkan di kemudian hari. Hal ini ditunjukkan dengan
21
kesediaannya untuk bekerja sama kembali dalam kegiatan atau program-program mendatang. Untuk menindaklanjuti program magang kewirausahaan ini dapat dilakukan dengan rekomendasi sebagai berikut. a. Kegiatan magang kewirausahaan ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu mata kuliah yang terintegrasi dalam mata kuliah kewirausahaan. b. Melihat hasil positifnya kegiatan magang kewirausahaan bagi mahasiswa tersebut, hendaknya pihak lembaga Universitas Negeri Yogyakarta mampu lebih banyak lagi menjalin kerjasama dengan kalangan industri terkait.
22
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoni, N. Dan Suyitno, A. 1985. Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan. Bandung: Alumni. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Cetakan Pertama. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dirjen Dikti. 1999. Buku Panduan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ditbinlittabmas Dirjen Dikti. Jusmaliani dan Nurimansyah Hasibuan. 1999. “Kehadiran Usaha Kecil pada Struktur Oligopoli”, dalam Jusmaliani, (ed.) Peluang Usaha Kecil dalam Struktur Pasar Oligopolistik. Jakarta: Kantor Menristek Dewan Riset Nasional Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan-LIPI. “Penerapan Teknologi ke Desa Belum Usai”. Harian Kompas, 7 Agustus 1999. Susanto, Mike. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius. Karnawan. “Teknologi Produksi Keramik Hias”. Makalah Diklat Teknisi Peningkatan Mutu, Desain, dan Perbaikan Produksi Industri Kecil Keramik Hias. Bandung: Balai Besar Industri Keramik. Peorwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petrussumadi dan A. Sipahelut. 1991. Dasar-dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wong, Wucius. 1997. Beberapa Asas Merancang Trimatra. Bandung : ITB.