Pengaruh return on equity (roe), cash ratio (cr), debt to equity ratio (der) dan earning per share (eps) terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di bei Periode 2008-2012 Oleh: Junaidi¹⁾, H. Azwir Nasir²⁾, Meilda Wiguna³⁾ Email :
[email protected] ABSTRACT This study aimed to examine the effect of the return on equity (ROE) , cash ratio (CR) , debt-to- equity ratio (DER) and earnings per share (EPS ) affect the dividend payout ratio simultaneously and partially to the company's dividend payout ratio (DPR) in jakarta islamic index IDX listings in the period 2008-2012 . The sample in this study is a company Jakarta Islamic Index are listed on the Stock Exchange from 2008 - 2012sebanyak 23 companies . The analytical method used is regression analysis.Priod to the statistical t-test againts multiple rergression equation, the test is done first classical assumption of normality of the data, autocorrelation, multicollinearity and heteroscedasticity The results of this study stated partially ROE significantly affect Parliament variable with a P value 0.029 . While the cash ratio ( CR ) , debt-to- equity ratio ( DER ) and earnings per share ( EPS ) does not affect the dividend payout ratio .Adjusted R Square shows the value of 0.024 . This indicates that 2.4 % of DPR influenced by determinant variables in the model while the rest is explained by other variables not included in the model , it is necessary to add other variables that influence the House so as to have maximum results and adequate . Keywords : Return On Equity (ROE), Cash Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
A. Latar Belakang Masalah Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik (Stice, Stice, & Skousen, Intermediate Accounting, 2009). Menurut Baridwan (2010), terdapat 5 jenis dividen yaitu dividen kas, dividen properti/dividen asset selain kas, dividen saham, dividen likuidasi dan dividen skrip/wesel. Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham adalah dividen kas. Kebijakan dividen merupakan hal yang penting, karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan dimasa yang akan datang. Peningkatan nilai perusahaan JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
merupakan tujuan utama perusahaan. Pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai perusahaan, tetapi pembayaran dividen yang semakin besar akan mengakibatkan semakin berkurangnya sisa dana yang tersedia untuk investasi dan hal ini akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang pada akhirnya akan menurunkan harga saham. Berdasarkan hal tersebut nampak bahwa kebijakan dividen menimbulkan dua efek yang saling bertentangan. Apabila semakin besar tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin kecil saldo laba yang ditahan dan sebagai akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan.
Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan agar tetap didalam perusahaan, berarti jumlah yang tersedia untuk membayar dividen semakin kecil. Selain itu, kepentingan kreditur juga dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibayarkan. Hutang yang meningkat akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Oleh karena itu, manajemen harus memperhatikan kesejahteraan para pemegang saham, selain harus menjaga pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menentukan kebijakan dividen. Indikator kebijakan dividen yaitu Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield. Penggunaan Dividend Payout Ratio sebagai indikator kebijakan dividen dalam penelitian ini dikarenakan DPR merupakan rasio keuangan yang lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui hasil dari investasinya dan penggunaannya yang lebih sederhana dibandingkan Dividend Yield. Secara umum, penetapan kebijakan dividen dipengaruhi faktorfaktor yang dibedakan dalam dua kelompok yaitu faktor financial yang meliputi prospek pertumbuhan, biaya modal, profitabilitas, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan meminjam, kebutuhan pelunasan hutang, stabilitas dividen, serta tingkat ekspansi aktiva dan faktor non financial yang meliputi peraturan perpajakan, pembatasan perjanjian hutang, peluang ke Pasar Modal, kendali perusahaan, posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak. Banyak faktor/variabel yang mempengaruhi tingkat DPR sebuarh perusahaan, diantaranya pada penelitian ini adalah return on equity yang kemudian akan disingkat dengan ROE, cash ratio yang kemudian akan disingkat dengan CR , debt to equity ratio yang kemudian akan disingkat dengan DER dan earning per share yang kemudian akan disingkat dengan EPS. Return on equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi para pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE akan semakin baik karena nilai ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi untuk menghasilkan keuntungan dari setiap unit ekuitas. ROE menunjukkan seberapa JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
baik suatu perusahaan menggunakan dana investasi untuk menghasilkan laba. ROE yang semakin tinggi menandakan semakin baik kinerja perusahaan, karena meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dengan modalnya. (sawir:2008:56). Dengan demikian, bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat kembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi daripada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri (menerbitkan saham atau tambahan modal dari pemiliknya). Dengan demikian kegunaan ROE adalah untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing. Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. (Brigham, 2004). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Mollah, Sobur dan Keason (2000) menunjukkan bahwa posisi cash ratio merupakan variabel penting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam dividend payout ratio. Namun posisi cash ratio menunjukkan variabel yang lebih penting daripada investasi dalam pengambilan keputusan dividen. Perusahaan yang menunjukkan kendala pembayaran (Kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan dividen (Sharaks, 2005). Dengan kata lain, meningkatnya posisi cash ratio juga akan meningkatkan pembayaran dividen. Debt to Equity Ratio merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty : 2008 : 84). Berdasarkan penelitian terdahulu penulis
memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan cenderung untuk melakukan tindakan perataan laba, karena rasio leverage menggambarkan aktiva perusahaan yang dijaminkan untuk hutangnya. Jadi, jika pihak eksternal perusahaan melihat terlalu banyak aktiva perusahaan yang dijaminkan untuk membiayai hutangnya, maka perusahaan tersebut cenderung berisiko. Perusahaan yang mempunyai rasio hutang tinggi menghadapi risiko rugi yang tinggi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan juga lebih tinggi pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio hutang yang rendah tidak berisiko besar, tetapi peluangnya untuk melipat gandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman kreditor jika terjadi kerugian (Halim, 2007:163). Dengan kata lain, semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan. Jika perusahaan masih membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, dan akibatnya para investor akan cenderung menghindari sahamsaham yang memiliki DER tinggi. Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada parapemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki Irham Fahmi (2011:138). Earning per share menunjukkan besarnya laba yang diperoleh investor dalam penanaman modalnya (Widiyanti & Indarto, 2011). Bagi investor rasio EPS sangat diperlukan untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dalam menghasilkan laba tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada kemampulabaan perusahaan yang merupakan sumber dana untuk membayar dividen. Sehingga semakin tinggi nilai EPS akan menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Beberapa penelitian tentang pengaruh kinerja perusahaan terhadap dividen tunai atau
JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
DPR (Dividend payout ratio) telah dilakukan oleh para akademisi, diantaranya adalah : Sutrisno (2004) melakukan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia. Menggunakan sampel dari perusahaan go public selama periode 1991-1996, diperoleh sebanyak 148 observasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Hanya posisi kas, dan rasio hutang dengan modal (kelompok perkiraan neraca) saja yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan earnings yang merupakan proksi dari kelompok rugi-laba berpengaruh kurang signifikan terhadap DPR. Hartadi (2006) melakukan analisa faktorfaktor yang mempengaruhi deviden payout ratio pada perusahaan go public yang listing di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2001-2003. Hanya satu (1) variable independent yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable dependen yaitu variable cash position (CP). Sedangkan untuk variable lainnya yaitu profitabilitas (ROA), debt to equity ratio (DER), dan ukuran perusahaan (SIZE), hasil regresi yang diperoleh bahwa variabel independent tersebut tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividen payout ratio (DPR). Darmawan (2008) meneliti pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, return on equity dan total asset turnover terhadap dividend payout ratio pada perusahaan sektor manufaktur periode 2002-2005. Berdasarkan hasil penelitan uji F menunjukan bahwa rasio likuiditas diukur dengan CR, rasio leverage diukur dengan DER, rasio profitabilitas diukur dengan ROE, dan rasio aktivitas diukur dengan TATO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan sektor manufaktur selama periode penelitian 2002-2005. Sedangkan uji t untuk hipotesis parsial rasio likuiditas diukur dengan CR dan rasio profitabilitas diukur dengan ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan sektor manufaktur selama periode penelitian. Satari (2008) melakukan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada industri manufaktur yang listed di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 2004 – 2006 yang secara kontinyu membagi dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa cash position
(CP) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Satari (2008). Penelitian terdahulu menggunakan cash position atau cash ratio dan Profitabilitas (ROE) return on equity sebagai variabel independen. Sedangkan pada penelitian ini penulis menambahkan debt to eqity ratio dan earning per shares untuk menjadi variabel independennya. Kedua dari sisi sampel penelitiannya, peneliti terdahulu menggunakan sampel perusahaan manufaktur sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index yang dikarenakan perusahaan JII ini merupakan perusahaan yang akan berinvestasi dalam index ini harus melalui beberapa penyaringan (filter). Index ini memperdagangkan saham-saham perusahaan pilihan yang ketentuannya antara lain: operasinya tidak bertolak belakang dengan syari'at Islam dan kinerja perusahaan pun terbilang baik. Ketiga dari segi tahun penelitian, penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2004-2006 sedangkan penelitian ini menggunakan tahun 2008-2012, pada hal ini peneliti memperpanjang masa penelitian guna mendapatkan data yang lebih akurat dan terbaru yakni 5 tahun terakhir. Dengan memperhatikan kesamaan dan beberapa perbedaan yang ada pada penelitian terdahulu penulis memberi judul penelitian ini “PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), CASH RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX YANG LISTING DI BEI PERIODE 2008-2012”
B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian diatas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Apakah return on equity (ROE) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012? 2. Apakah cash ratio (CR) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012? JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
3. Apakah debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012? 4.Apakah earning per share (EPS) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk membuktikan return on equity (ROE) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 2. Untuk membuktikan cash ratio (CR) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 3. Untuk membuktikan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 4. Untuk membuktikan earning per share (EPS) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 2. Manfaat Penelitian a) Bagi Peneliti, Penelitian ini tidak hanya bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Riau, tetapi juga sebagai sarana mengimplementasikan teori-teori yang telah penulis dapat dari perkuliahan. b) Bagi Pasar Modal dan Para Investor, return on equity (ROE), cash ratio (CR), debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi karena menggambarkan kinerja perusahaan yang bersangkutan, yang tentunya mengarah pada pengembalian dividen (dividen payout ratio) yang diinginkan oleh investor. c) Bagi Peneliti Berikutnya Diharapkan skripsi ini dapat menjadi satu acuan dan
referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang membahas hal serupa. D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Variabel independent pada penelitian ini ada 4, yakni return on equity, cash ratio, debt to equity ratio dan earning per share yang akan mempengaruhi variabel dependennya yaitu Dividend Payout Ratio (DPR). 1. Pengaruh Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio Bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat kembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi daripada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri (menerbitkan saham atau tambahan modal dari pemiliknya). Dengan demikian kegunaan ROE adalah untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing. Dengan demikan akan mempengaruhi DPR. 2. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Cash ratio yaitu rasio yang menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan cash ratio karena kas adalah bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial, sedangkan hutang lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat biasanya kurang dari satu tahun. Dengan demikian, Cash ratio menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Rasio ini merupakan bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial. Dengan demikan akan mempengaruhi DPR. 3. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan. Jika perusahaan masih membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, dan akibatnya para investor akan cenderung menghindari saham-saham yang memiliki DER tinggi. 4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Dividend Payout Ratio Earning per share menunjukkan besarnya laba yang diperoleh investor dalam penanaman modalnya (Widiyanti & Indarto, 2011). Bagi investor rasio EPS sangat diperlukan untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dalam menghasilkan laba tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada kemampulabaan perusahaan yang merupakan sumber dana untuk membayar dividen. Sehingga semakin tinggi nilai EPS akan menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Berdasarkan kerangka pemikiran (teoriteori dan penelitian terdahulu) maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Return on equity (ROE) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 H2 : Cash ratio (CR) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 H3 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 H4 : Earning per share (EPS) berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada perusahaan jakarta islamic index yang listing di BEI periode 2008-2012 E. Metode Penelitian 1 Populasi dan Sampel Penelitian Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100. Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian 2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat 3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian 4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan Jakarta Islamic Index pada tahun 2008-2012. Dalam penelitian ini pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan criteria-kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index 2. Perusahaan mempunyai laporan keuangan secara continue selama tahun 2008-2012 di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan tersebut memiliki profit dan membagikan dividen secara kontiniu pada 5 tahun penelitian. 4. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Faktor tersebut turut dipertimbangkan, karena emiten yang sahamnya tidak aktif akan mengganggu proses analisis. 5. Perusahaan yang menjadi sampel merupakan peruasahaan yang data nya setiap tahun muncul. Atas dasar kriteria tersebut di atas maka terdapat sampel perusahaan yang akan diteliti adalah sebanyak 23 sampel. 2. Jenis dan Sumber Data Menurut Rohana (2004) jenis data terbagi 2 yakni, data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan, sedangkan data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary Data) yaitu data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung (Indriantoro; 2002:124). Data diambil dari Indonesian Capital JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
Market Directory tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan penelitian melalui literatur-literatur terkait. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai variabel yang diteliti pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter sekunder yang memuat transaksi historis keuangan perusahaan perbankan yang listing di BEI. 4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Menurut Moh. Nazir (2005:123) yang mengungkapkan bahwa “Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel independen adalah Return on equity(ROE), cash ratio (CR), debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) dan variable dependen adalah DPR. Definisi operasional masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Dividend payout ratio (DPR) (Y) Dividend Payout Ratio (DPR) yang ditentukan perusahaan untuk membayar dividend kepada para pemegang saham setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak 2. Return on Equity (ROE) (X1) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin:2009:64). 3. Cash Ratio (CR) (X2) Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya. (Kasmir, 2008:134). 4. Debt to equity ratio (DER) (X3) DER dapat juga didefinisikan sebagai bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (Agustin, 2006:69). 5. Earning per share (EPS) (X4)
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada parapemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki Irham Fahmi (2011:138).Pengertian laba per lembar saham (EPS) menurut Larson, et.all. (2001:579) menyatakan Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock. Artinya laba per lembar saham bisa disebut juga pendapatan bersih per lembar Tabel 2 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DPR N
115
Normal
Mean
ROE
CR
DER
115
115
.514 35.93
8.700
a,,b
Parameters
EPS
115
115
.881 605.90
8 Std.
1
.6168 24.56 32.826
Deviati
52
9
.150
.438
.6100 892.34 64
on Most Extreme
Absolut
Differences
e Positive Negativ
.297
.297
.117
.150
.438
.117
.218
-.235 -.099
-.396
-.115
-.241
Asymp. Sig. (2-tailed)
3.183 1.604 .000
.012
4.692
1.257
2.585
.000
.085
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
saham yaitu jumlah pendapatan yang didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa yang disetorkan perusahaan. Besley dan Brigham (2010:83) mengemukakan Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the income statement. Artinya laba per lembar saham disebut garis bawah, yang menyimpulkan semua bagian-bagian dari laporan keuangan.
5. Analisis Regresi Linier Berganda Adapun bentuk model regresi yang digunakan sebagai dasar penentuan profitabilitas adalah bentuk fungsi linear yakni : JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
N
Minim Maxim Std. um um Mean Deviation
ROE
115
-7.8
CR
115
DER
115
EPS
115
Valid N (listwise)
115
.241
e Kolmogorov-Smirnov Z
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e F. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Hasil Penelitian Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisa variabel independen, yaitu Return on equity(ROE), cash ratio (CR), debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) terhadap variabel dependen, yaitu Dividend Payout Ratio (DPR) Sampel penelitian adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 sebanyak 23 perusahaan. Proses pengujian statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17. Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel IV.1 Tabel 1 : Descriptive Statistics
151.5 35.938
24.5652
.0
236.1
8.700
32.8269
.2
3.1
.881
.6100
-42.0 5273.3 605.90 1
892.3464
Sumber: Data Olahan tahun 2014 2. Hasil Pengujian Normalitas Data Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). Bila nilai signifikan > 0.05 data berdistribusi normal tetapi jika nilai signifkan < 0.05 data tidak berdistribusi normal. 3. Hasil Pengujian Asumsi Klasik a. Hasil Pengujian Multikolinearitas Tabel 3 : Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Model Statistics Keterang Tolera VIF an nce 1
ROE
0.901
1.110
Bebas
2
CR
0.956
1.047
dari
3
DER
0.945
1.058
multikoli
4
EPS
0.873
1.145
nearitas
Std. Error R of the Squar Adjusted Estim Durbine R Square ate Watson
Sumber: Data Olahan tahun 2014 Model
Hasil pengujian pada awal persamaan regresi diolah dengan bantuan SPSS sudah memperlihatkan tidak ada terjadinya multikolinearitas, yang diperlihatkan oleh nilai VIF dari semua variabel lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance dari kesemua variabel juga lebih besar dari 0.01. b. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil analisis dengan program komputasi SPSS for Window release 17 diperoleh scatter plot yang tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi tidak memiliki gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:101)
1
R .242
a
.059
.024 .6092
1.787
a. Predictors: (Constant), EPS, CR, DER, ROE b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data Olahan tahun 2014 Tabel diatas memperlihatkan tidak adanya autokorelasi karena nilai D-W (1.787) yang terletak diantara -2 sampai + 2. (Priyanto, 2009) 4. Hasil Analisis Regresi linier Berganda Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui suatu persamaan regresi yang dihasilkan adalah baik untuk mengestimasi nilai variabel terikat. Tabel 5 :
Coefficients
a
Standar Unstandardi dized zed Coeffici Coefficients ents
Sumber: Data Olahan tahun 2014 Gambar 2 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot diatas menunjukkan bahwa data menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu, dengan demikian, tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini. c. Hasil Pengujian Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. (Ghozali, 2005:95). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan α=5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2005:95) Tabel 4 : Hasil Pengujian Autokorelasi JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics Tole ranc Sig. e
Model
B
1
(Cons tant)
.398
.143
2.775
ROE
.005
.002
.216 2.218
.029 .901
1.110
CR
-.002
.002
-.080 -.847
.399 .956
1.047
DER
-.011
.096
-.011 -.116
.908 .945
1.058
EPS
-
.000
-.134
.180 .873
1.145
9.241
t
-
VIF
.006
1.351
E-5 a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data Olahan tahun 2014 Maka persamaan regresi yang baru adalah : Y = 0.398 + 0.005 (ROE) - 0.002 (CR) -0.011 (DER) - 9.241 (EPS) Dimana : Y = DPR α = Konstanta X1 = ROE X2 = Cash Ratio X3 = DER X4 = EPS β1β2β3 β4 = koefisien regresi e = kesalahan pengganggu 6. Pembahasan 4.6.1. Pengaruh Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio
Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin:2009:64).
Tabel 6 : Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Model P Value α Keterangan ROE 0.029 0.05 Berpengaruh Sumber: Data Olahan tahun 2014 Berdasarkan tabel IV.10 dapat diketahui bahwa nilai P Value untuk variabel ROE adalah 0.029, dibandingkan dengan α sebesar 0.05 maka 0.029 < 0.05 = p value < α Jika p value < α, maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, secara parsial variabel ROE mempengaruhi variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara signifikan. Hal ini sejalan dengan teori yang Efek dari penambahan modal asing atau modal sendiri terhadap kinerja perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau dari kepentingan pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanya dibenarkan kalau penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan memberi efek menguntungkan terhadap modal sendiri apabila Rate of Return (ROR) dari tambahan modal asing tersebut lebih besar daripada biaya modalnya. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek yang merugikan terhadap modal sendiri apabila ROR dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil daripada biaya modal atau bunganya. Dengan demikian, bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat kembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi daripada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri (menerbitkan saham atau tambahan modal dari pemiliknya). Dengan demikian kegunaan ROE adalah untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing. Dengan demikan akan mempengaruhi DPR. 4.6.2. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2008:134). Perusahaan yang memiliki cukup kas untuk membayarkan hutang jangka pendek tentunya juga memiliki kecukupan kas untuk dibagikan dalam bentuk dividen pada setiap periodenya. Tabel 7 : Hasil Pengujian Hipotesis Kedua P Model α Keterangan Value Tidak CR 0.399 0.05 Berpengaruh Sumber: Data Olahan tahun 2014 Berdasarkan tabel IV.11 dapat diketahui bahwa nilai P Value untuk variabel CR adalah 0.399 dibandingkan dengan α sebesar 0.05 maka 0.399 > 0.05 = p value > α Jika p value > α, maka Hipotesis H0 diterima dan H2 ditolak. Artinya, secara parsial variabel CR tidak mempengaruhi variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara signifikan. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan Cash ratio yaitu rasio yang menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan cash ratio karena kas adalah bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial, sedangkan hutang lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat biasanya kurang dari satu tahun. Dengan demikian, Cash ratio menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Rasio ini merupakan bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial. Dengan demikan akan mempengaruhi DPR. 4.6.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio DER dapat juga didefinisikan sebagai bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (Agustin, 2006:69). DER biasa digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Tabel 8 : Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Model
P Value
α
DER
0.908
0.05
Keterangan Tidak Berpengaruh
Sumber: Data Olahan tahun 2014 Berdasarkan tabel IV.12 dapat diketahui bahwa nilai P Value untuk variabel DER adalah 0.908dibandingkan dengan α sebesar 0.05 maka 0.908 > 0.05 = p value > α Jika p value > α, Hipotesis H0 diterima dan H3 ditolak. Artinya, secara parsial variabel DER tidak mempengaruhi variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara signifikan. Hal ini bertolak belakang dengan teori Semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan. Jika perusahaan masih membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, dan akibatnya para investor akan cenderung menghindari saham-saham yang memiliki DER tinggi. 4.6.4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Dividend Payout Ratio Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada parapemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki Irham Fahmi (2011:138). Tabel 9 : Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Model P Value α Keterangan Tidak EPS 0.180 0.05 Berpengaruh Sumber: Data Olahan tahun 2014 Berdasarkan tabel IV.13 dapat diketahui bahwa nilai P Value untuk variabel EPS adalah 0.180 dibandingkan dengan α sebesar 0.05 maka 0.180 > 0.05 = p value > α Jika p value > α, Hipotesis H0 diterima dan H4 ditolak. Artinya, secara parsial variabel EPS tidak mempengaruhi variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara signifikan. Hal ini bertolak belakang dengan teori Earning per share menunjukkan besarnya laba yang diperoleh investor dalam penanaman modalnya (Widiyanti & Indarto, 2011). Bagi investor rasio EPS sangat diperlukan untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dalam menghasilkan laba tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
kemampulabaan perusahaan yang merupakan sumber dana untuk membayar dividen. Sehingga semakin tinggi nilai EPS akan menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Dengan demikan akan mempengaruhi DPR. 4.7. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel-variabel bebas (independent variables) dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas (dependent variables) secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Hasil SPSS dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut : b
Tabel 10 :
Model Summary
Model
Adjuste Std. Error R dR of the Square Square Estimate
1
R .242
a
.059
.024
DurbinWatson
.6092
1.787
a. Predictors: (Constant), EPS, CR, DER, ROE b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data Olahan tahun 2013 Adjusted R Square menunjukkan nilai 0.024. Hal ini menunjukkan bahwa 2.4% DPR dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. G. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Objek penelitian adalah seluruh perusahaan di Jakarta Islamic Index. JII merupkaan parameter perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dipilih menjadi sampel dalam penelitiani ni karena setiap investor atau emiten yang akan berinvestasi dalam index ini harus melalui beberapa penyaringan (filter). Index ini memperdagangkan saham-saham perusahaan pilihan yang ketentuannya antara lain: operasinya tidak bertolak belakang dengan syari'at Islam dan kinerja perusahaan pun terbilang baik tahun 2008, 2009, 2010,2011 dan 2012 sebanyak 23 perusahaan. Variabel independent pada penelitian ini ada 4, yakni return on equity, cash ratio, debt to equity ratio dan earning per share yang akan mempengaruhi variabel dependennya yaitu Dividend Payout Ratio (DPR).
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisa variabel independen terhadap variabel dependen, maka hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan secara parsial variabel ROE mempengaruhi variabel DPR secara signifikan dengan nilai P value 0.029 2. Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya (Kasmir, 2008:134). Perusahaan yang memiliki cukup kas untuk membayarkan hutang jangka pendek tentunya juga memiliki kecukupan kas untuk dibagikan dalam bentuk dividen pada setiap periodenya. Hasil penelitian ini menyatakan secara parsial variabel CR tidak mempengaruhi variabel DPR secara signifikan dengan nilai P value 0.399 3. DER dapat juga didefinisikan sebagai bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (Agustin, 2006:69). DER biasa digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan secara parsial variabel DER tidak mempengaruhi variabel DPR secara signifikan dengan nilai P value 0.908 4. Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada parapemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki Irham Fahmi (2011:138). Hasil penelitian ini menyatakan secara parsial variabel EPS tidak mempengaruhi variabel DPR secara signifikan dengan nilai P value 0.180 5. Adjusted R Square menunjukkan nilai 0.024. Hal ini menunjukkan bahwa 2.4% DPR dipengaruhi oleh variabel-variabel JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
penentu dalam model sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. 5.2. Saran Hasil penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : a. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam perusahaan Jakarta Islamic Index yang listing di BEI periode 2008-2012. Hal ini mungkin akan berbeda jika dilakukan pada periode yang lebih panjang. b. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu mempertimbangkan periode penelitian yang harus ditambah lebih panjang untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan, sehingga dapat digunakan untuk analisa jangka panjang Variabel yang diuji hanya 4 yakni return on equity, cash ratio, debt to equity ratio dan earning per share, masih banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi DPR maka perlu menambah variabel lainnya yang mempengaruhi DPR sehingga mempunyai hasil yang lebih maksimal dan memadai. DAFTAR PUSTAKA Abdullah,
2011, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Agustin, 2006. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty. Algifari, 2010, Factors Influencing Dividend Policy. Jurnal Administrasi dan Bisnis Vol. I No. 2 , 110-122. Ang, 2007, Pengantar Akuntansi II. Jakarta: Bumi Aksara. Baridwan, 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan: Jakarta.Gramedia Pustaka Utama. Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2009). DasarDasar Manajemen Keuangan Buku 1 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). DasarDasar Manajemen Keuangan Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Darmawan, 2008. Pengaruh current ratio, debt to equity ratio, return on equity dan total asset turnover terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan sektor manufaktur periode 2002-2005. Jurnal Akuntansi Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2008, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Aanalisis Multvariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP : Semarang. Halim, 2008. Statistika Terapan Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta. Hanafi dan Halim, 2010, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hartadi, 2006, Faktor-faktor yang mempengaruhi deviden payout ratio pada perusahaan go public yang listing di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2001-2003, Jurnal Akuntansi Husnan, Suad, 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN. Indonesian Capital Market Directory 2010. Pusat Informasi Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia. Indriantoro, 2008, Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Irham Fahmi, 2011, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Kasmir, 2008. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta. Moh, Nazir, 2003. Metode Penelitiaan, Penerbit PT.Ghalia Indonesia, Jakarta. Mollah, Sobur dan Keason, 2010, Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit ANDI Mulyadi, 2011. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas, Yogyakarta, Liberty.
JOM FEKON VOL.1 NO. 2 Oktober 2014
Pratomo dan Ubaidilah Nugraha, 2004, Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Retno Miliasih:2010, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Rohana, 2004. Management Keuangan,Andi Offset: Yogyakarta. Satari, 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada industri manufaktur yang listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Sawir, 2008, Research Methods For Busines: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sharaks, 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 1 , 57-64. Singgih, 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, PT. Intan Sejati, Klaten. Slamet, 2004. Statistika Untuk Ekonomi & Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiri, 2008. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan tanya Jawab, Edisi Pertama, Salemba Empat. Jakarta. Sutrisno, 2004, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia, Jurnal Akuntansi Syamsuddin:2009, Financial Accounting. (J. A. Seputro, Trans.) Yogyakarta: Penerbit ANDI. Triyono dan Jogiyanto, 2004, Pokok Pokok Analaisis Laporan Keuangan. Jakarta: Harvarindo. Widiyanti & Indarto, 2011, Analisis FaktorFaktor yang Menpengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20082010). 50-63.