PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI 19 BEKASI PROVINSI JAWA BARAT (Influence Of Family Communication toward Learning Creativity in Junior High School (SMPN) 19 Bekasi, West Java Province) Oleh Afrina Sari Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract The aims of this study are to: 1) analyze the form of student creativity in SMP Negeri 19 Bekasi in academic year 2009/2010. 2) analyze the influence of family communication on student creativity in SMP Negeri 19 Bekasi in academic year 2009/2010? 3) find factors affecting student creativity in SMP Negeri 19 Bekasi in academic year 2009/2010. Sampling technique using proportional stratified random sampling method produces 62 samples. Data were analyzed using frequency analysis, the percentage also use the regression test of inferential statistics, normality tests. The results showed that 1) the intensity communication of the student family who study in SMP Negeri 19 Bekasi in academic year 2009/2010 includes both categories with the percentage of 64.47%. 2) Student creativity in SMP Negeri 19 Bekasi in academic year 2009/2010 is categorized by percentage 62.29%. 3) There is a positive influence on the intensity of family communication creativity in SMPN 19 Bekasi in academic year 2009/2010. The amount of influence on the intensity of the family communication creativity lessons learning student of the academic year 2005/2006 amounted to 42.4%. Keywords: Studen Creativity, Family Communication PENDAHULUAN Kegiatan Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam suatu proses pendidikan. Melalui pendidikan di harapkan sekolah dapat menyiapkan generasi yang unggul dan mampu menghadapi segala persoalan yang di hadapinya serta memiliki mental yang kuat dan rasa percaya diri serta memiliki tugas mengembangkan kreativitas dengan tujuan dapat membentuk sumber daya manusia yang kreatif dan berkualitas. Pendidikan yang dilakukan dalam keluarga bisa muncul dalam bentuk penanaman nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Karena keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai moral yang bersifat positif maka anggota keluarga akan menjalankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. Pengungkapan diri pada seseorang disebut juga aktualisasi diri. Jika kita memiliki keinginan untuk maju (self actualization), maka keinginan itu perlu diungkapkan atau dikomunikasikan, agar orang lain dapat mengetahuinya (self disclose). Keinginan untuk menampakkan self disclose merupakan jendela atau etalase yang dibuat untuk memperlihatkan diri. Banyak orang memiliki kemampuan dan keinginan yang besar, tetapi karena ia tidak dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain, maka kemampuan atau keinginan itu tidak dapat dikembangkan atau terpenuhi. (Cangara, 2002). Fungsi komunikasi didalam keluarga adalah untuk meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi dan kepercayaan dari orang tua yang di rasakan oleh anak akan mengakibatkan
arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang di berikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan dan komunikasi keluarga akan efektif untuk menyadarkan dan melatih anak–anak untuk lebih mengamalkan nilai moral dasar dalam kehidupan sehari–hari dan membentuk pribadi yang mandiri, percaya diri, dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Kreativitas merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar yang bisa dipengaruhi dari berbagai faktor, diantaranya adalah faktor komunikasi keluarga. Atas dasar sikap saling mempercayai, saling membantu, membimbing anak dan berkomunikasi dalam keluarga, anak akan merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna mengembangkan diri masing-masing, sehingga bisa menggembangkan kreativitas dan mancapai keberhasilan dalam belajar (Munandar, 1992). Kreatifitas muncul karena banyaknya rangsangan yang didapat oleh individu. Dalam penelitian di asumsikan bahwa jika komunikasi didalam keluarga baik, maka suasana lingkungan yang kaya akan rangsangan mental akan terwujud, anak akan merasa tertarik dan tertantang untuk mewujukan bakat dan kreativitasnya, sehingga dapat mengembangkan ide / pemikirannya dan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar. Berdasarkan uraian diatas, penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 19 Bekasi bertujuan untuk: 1. Menganalisis bentuk kreatifitas Belajar Siswa SMP.Negeri 19 Bekasi pada tahun pelajaran 2009/2010. 2. Menganalisis pengaruh komunikasi keluarga terhadap kreatifitas Belajar Siswa SMP.Negeri 19 Bekasi tahun 2009/2010? 3. Menemukan Faktor yang mempengaruhi Kreatifitas Belajar Siswa SMP.Negeri 19 Bekasi pada Tahun 2009/2010. METODE PENELITIAN Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Negeri I9 Bekasi yang terdiri dari kelas VII sebanyak 200 siswa, kelas VIII sebanyak 210 siswa, dan kelas IX sebanyak 214 siswa. Jadi jumlah keseluruhan populasi adalah siswa 624 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling menghasilkan 62 sampel. Validitas dan reliabilitas dan analisis data. Intrumen penelitian telah di uji dan dilakukan perbaikan untuk intrumen yang tidak memenuhi skor validitas. Rata skor diambil menunjukkan validitas cukup dan baik yaitu berkisar antara 0.400 s/d 0.500. Uji reliabilitas berkisar antara 0.600 – 0.900. Data dianalisis menggunakan analisis frekuensi, presentase juga menggunakan statistik inferensial uji regresi, uji normalitas, PEMBAHASAN Menurut Supratiknya (1995) komunikasi adalah adanya dialog dan kerjasama dalam segala hal dan hubungan timbal balik antara anggota keluarga, misalnya antara orang tua dan anaknya. Hubungan timbal balik yang terjadi antara anggota keluarga bersifat terus menerus. Anak membutuhkan orangtua, begitu juga sebaliknya, keduanya saling membutuhkan dan saling punya kepentingan. Menurut Liliweri (1997) mengatakan keterbukaan adalah kemampuan untuk membuka atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain. Kita harus melihat bahwa diri kita dan pembukaan diri yang akan kita lakukan tersebut diterima orang lain, kalau kita sendiri menolak diri kita (self rejectimg), maka pembukaan diri kita
akan kita rasakan terlalau riskan. Selain itu, demi penerimaan diri kita maka kita harus bersikap tulus, jujur, dan authentic dalam membuka diri. Pada hakekatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatakan dua orang yang mempunyai hubungan yang erat. Kedekatan antar pribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Keterbukaan di sini adalah bersikap terbuka dan jujur mengenai perasaan/pemikiran masing-masing, tanpa adanya rasa takut dan khawatir untuk mengungkapkannya. Lebih lanjut Liliweri (1997) mengatakan bahwa empati merupakan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan menjadikan anak merasa dihargai sehingga anak akan merasa bebas mengungkapkan perasaan serta keinginannya. Hal ini dapat dijalankan dengan membuat komunikasi dalam keluarga sportif dan penuh kejujuran, setiap pernyataan yang di utarakan realistis, masuk akal dan tidak dibuat-buat, selain itu komunikasi di dalam keluarga harus diusahakan jelas dan spesifik, setiap anggota keluarga benar-benar mengenal perilaku masing-masing, dan semua elemen keluarga harus dapat belajar cara tidak menyetujui tanpa ada perdebatan yang destruktif. Untuk membangun dan melestarikan hubungan dengan sesama anggota keluarga, kita harus menerima diri dan menerima orang lain. Semakin besar penerimaan diri kita dan semakin besar penerimaan kita terhadap orang lain, maka semakin mudah pula kita melestarikan dan memperdalam hubungan kita dengan orang lain tersebut. Cangara (2002) merangkum pendapat para ahli, beberapa unsur komunikasi yang dapat diterapkan untuk komunikasi dalam keluarga, yang pertama adalah sumber komunikasi, maksudnya adalah pembuat atau pengirim informasi dalam komunikasi keluarga. Dalam komunikasi keluarga sumber bisa berasal dari ayah, ibu, adik, bahkan lebih luas lagi kakek, nenek, bibi, paman, dan sebagainya. Kedua adalah pesan. Pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi dalam keluaraga dapat disampaikan dengan cara tatap muka di dalam rumah atau melalui media komunikasi bila tidak bertemu di rumah. Isi pesan bisa berupa ilmu pengetahuan (misalnya ketika anak menanyakan isi PR), hiburan (misalnya orang tua menyanyikan lagu untuk si kecil), informasi (misalnya tentang berbagai berita lokal maupun nasional), atau nasehat yang berguna (misalnya dalam memilih teman bergaul). Ketiga, adalah media. Media yang di maksud ialah alat yang digunakan umtuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa saluran atau media komunikasi. Media komunikasi utama untuk komunikasi dalam keluarga adalah pancaindra manusia, pada saat anggota keluarga dapat bertemu langsung. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi yang dapat digunakan pada saat anggota keluarga tidak dapat bertemu muka, yaitu melalaui surat, telepon, telegram, ponsel, hingga internet. Keempat adalah penerima. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan. Di dalam keluarga, penerima pesan adalah semua anggota keluarga. Unsur lain adalah pengaruh atau efek pesan baik dari pengetahuan, sikap atau tingkah laku seseorang. Liliweri (1997) menjelaskan ruang lingkup komunikasi keluarga terdiri atas unsurunsur : (a) bentuk, (b) sifat (c) metode, ( d) fungsi, (e) tujuan. Unsur-unsur tersebut dalam kaitannya dengan komunikasi keluarga diuraikan bahwa bentuk komunkasi dalam keluarga adalah personal communication yaitu komunikasi antar pribadi. Sifat komunikasi dalam keluarga dapat verbal maupun non verbal. Secara verbal yaitu dengan ucapan dan tulisan, adapun secara non verbal yaitu dengan tindakan atau gerak mimik. Metode komunikasi dalam keluarga adalah informasi, persuasif, dan instruktif. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan. Tujuan komunkasi dalam keluarga
adalah perubahan sosial, partisipasi sosial, perubahan sikap, perubahan opini dan juga perubahan tingkah laku. Menurut Gordon dalam Lestira (1991) ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam mendukung komunikasi keluarga, sehubungan komunikasi antar orang tua dengan anak-anak. a) Bersedia memberikan kesempatan kepada anggota keluarga yang lain sehingga pihak lain berbicara. b) Mendengarkan secara aktif apa yang dibicarakan pasangan bicara. c) Mengajari anak-anak untuk mendengarkan. d) Menyelesaikan konflik secara dini sehingga terjalin komunikasi yang baik. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita pun akan berpikir positif tentang orang lain, sebaliknya bila kita menolak diri kita, maka kitapun akan menolak orang lain. Hal-hal yang kita sembunyikan tentang diri kita, seringkali adalah juga hal-hal yang tidak kita sukai pada orang lain. Bila kita memahami dan menerima perasaan-perasaaan kita, maka biasanya kitapun akan lebih mudah menerima perasaan-perasaan sama yang ditunjukkan orang lain. (Supratiknya, 1995) Sebuah komunikasi akan dikatakan sukses kalau komunikasi tersebut menghasilkan sesuatu yang diharapkan yakni kesamaan pemahaman. perselisihan dan perbedaan paham akan menjadi sumber persoalan bila tidak ditangani dengan bijaksana, sehingga memerlukan usaha-usaha komunikatif antara anggota keluarga. Dalam usaha untuk menyelesaikan persoalan maka pemikiran harus dipusatkan dan ditujukan ke arah pemecahan persoalan, supaya tidak menyimpang dan mencari kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan masing-masing. Oleh karena itu sebuah komunikasi harus dilakukan secara konstruktif dan dengan dasar kasih sayang. Keakraban dan kedekatan antara orang tua dengan anak-anaknya membuat komunikasi dapat berjalan secara efektif dalam meletakkan dasar-dasar untuk berhubungan secara akrab dan dekat. Kemampuan orang tua dalam melakukan komunikasi akan efektif karena orang tua dapat membaca dunia anaknya (selera, keinginan, hasrat, pikiran, dan kebutuhan). Munandar (1992) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban (Munandar, 1992). Ketiga ,secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancara, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, Penguarian (elaboration) yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) yaitu kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berdeda dengan apa yang sudah lazim. Ciri-ciri kreativitas dapat dilihat pada orang yang kreatif. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan oleh Munandar (1999) sebagai berikut : (1) berani dalam pendirian/keyakinan, (2) ingin tahu, (3) mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, (4) menyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya, (5) intuitif, (6) ulet, (7) tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja.
Adapun ciri-ciri kreativitas dalam belajar maupun aktivitas lainnya dapat dirinci dalam kemampuan berpikir kreatif (aptitude) dan afektif (non aptitude) Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif (Aptitude) 1) Keterampilan berpikir lancar, maksudnya (a) mencetuskan banyak gagasan, (b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, (c) selalau memikirkan lebih dari satu jawaban. Perilaku siswa yang tampak ialah : (a) mengajukan banyak pertanyaan, (b) menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, (c) lancar mengemukakan gagasan, (d) bekerja lebih cepat dan malakukan lebih banyak kegiatan daripada anak-anak lainnya, (e) dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu masalah.(Munandar, 1992) 2) Ketermpilan berpikir luwes (fleksibel) maksudnya : (a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran, Perilaku siswa yang tampak adalah : (a) memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek, (b) memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, (c) menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda, (d) memberikan pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain, (e) dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok, (f) jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk memeahkannya, (g) menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda, (h) mampu mengubah arah berpikira secara spontan (Munandar, 1992). 3) Keterampilam berpikir rasional, maksudnya : (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsurunsur. Perilaku siswa yang tampak adalah : (a) memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan orang lain, (b) mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha untuk memikirkan cara-cara yang baru, (c) memiliki asimetri dalam menggambar atau membuat desain, (d) memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain, (e) mencari pendekatan yang baru (f) setelah membaca atau mendengar gagasan, bekerja untuk penyelesaian yang baru, (g) lebih senang mensintesis daipada menganalisa situasi (Munandar, 1992) 4) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, maksudnya : (a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b) menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. Perilaku siswa yang tampak adalah : (a) mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, (b) mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, (c) mencoba atau menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh, (d) mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosang atau sederhana, (e) menambah garis-garis atau warna dan detail-detail terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain (Munandar, 1992). 5) Keterampilan menilai (evaluasi), maksudnya : (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya. Perilaku siswa yang tamapak ialah : (a) memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangannya sendiri, (b) menentukan pendapatnya sendiri tentang suatu hal, (c) menganalisi masalah atu penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa”, (d) mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan, (e) merancang suatu
rencana kerja dari gagasan yang tercetus, (f) pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan, tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, (g) menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya (Munandar, 1992) Ciri-ciri Afektif (Non Aptitude) 1) Rasa ingin tahu, maksudnya : (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan orang, objek dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti. Perilaku siswa yang tampak adalah : (a) mempertanyakan segala sesuatu, (b) senang menjajagi buku-buku, peta-peta gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan baru, (c) tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal, (d) menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, (e) tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, (f) ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian, (g) ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik (Munandar, 1992) 2) Bersikap imajinatif, maksudnya: (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. Perilaku siswa yang tampak adalah : (a) memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, (c) meramalkan apa yang akan dikatakan dan dilakukan orang lain, (d) mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi, (e) melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak pernah dilihat orang lain, (f) membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau kejadian-kejadian yang belum pernah dialami (Munandar, 1992). 3) Merasa tertantang oleh kemajuan, maksudnya : (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi yang sulit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku siswa dalam hal ini adalah : (a) menggunakan gagasan atau masalahmasalah yang sulit, (b) tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, (c) melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk, (d) mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, (e) tida cenderung mencari jalan termudah, (f) berusaha terus menerus supaya berhasil, (g) mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki jalan yang lebih rumit (Munandar, 1992). 4) Sifat berani mengambil risiko, maksudnya : (a) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur. Perilaku yang tampak adalah : (a) berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritik, (b) bersedia mengakui kesalahankesalahannya, (c) berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, (d) berani mengemukakan pertanyaan atau mengajukan masalah yang tidak dikemukakan orang lain, (e) tidak mudah dipengaruhi orang lain , (f) melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang (Munandar, 1992 : 92) Secara garis besar Kreativitas dalam Belajar bisa di ketahui dan dapat di tunjukkan dengan ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptiude) yaitu : keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes dan dapat berpikir rasional, terampil memerinci dan mengelaborasi serta terampil menilai.sedangkan ciri-ciri afektif (Non Aptitude) dapat di tunjukkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, bersikap majinatif, merasa tertantang oleh kemajuan dan berani mengambil risiko. HASIL PENELITIAN Pendidikan orangtua SMP Negeri 19 Bekasi memiliki tingkat pendidikan terendah adalah SMA (47,76%), dan selebihnya yaitu 28,85% memiliki tingkat pendidikan Diploma,
17,95% memiliki tingkat pendidikan Starta satu (S.1) dan hanya sebagian kecil saja yang memiliki pendidikan Strata dua (5,45%). Hal ini di mungkinkan karena penduduk yang tinggal di Kota Bekasi sudah termasuk sadar dalam tingkat pendidikan tinggi, sehingga banyak pendidikan orangtua terutama pegawai negeri melanjutkan mengambil pendidika ke jenjang perguruan tinggi, hal ini termasuk dalam tuntutan kemajuan pegawai mengejar pangkat ataupun kesempatan di tingkat pemerintahan. Sebagian besar orang tua siswa di SMP. Negeri 19 Bekasi bekerja di BUMN (39,26%) dan Guru dan Dosen (20,99%), selebihnya yaitu 8,97% sebagai pegawai negeri, 14,74% swasta, 12,50% wiraswasta dan 3.35% dokter dan pengacara. Intensitas Komunikasi Keluarga Berdasarkan data yang terkumpul mengenai angket tentang intensitas komunikasi keluarga siswa SMP Negeri 19 Bekasi tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh rata-rata skor sebesar 49,0 dengan persentase 64,67% dan termasuk kategori sedang. Ditinjau dari intensitas komunikasi keluarga masing-masing siswa diperoleh hasil seperti terangkum pada Tabel 1 berikut Tabel 1. Distribusi Intensitas Komunikasi Keluarga Skor Kriteria F Persentase 61,76 – 76,00 Sangat tinggi 2 3,23% 47,51 – 61,75 Tinggi 28 45,16% 33,26 – 47,50 Sedang 31 50,00% 19,00 – 33,25 Rendah 1 1,61% Jumlah 62 100% Indikator untuk Intensitas Komunikasi keluarga yaitu keterbukaan, empati, perasaan positif dan kesamaan dapat dijelaskan dalam Tabel 2 berikut.
dukungan,
Tabel 2. Frekuensi dan persentase Indikator Intensitas Komunikasi Keluarga Skor 13,1 – 16,0 10,1 – 13,0 7,1 – 10,0 4,0 – 7,0 13,1 – 16,0 10,1 – 13,0 7,1 – 10,0 4,0 – 7,0 9,76 – 12,00 7,51 – 9,75 5,26 – 7,50 3,00 – 5,25 13,1 – 16,0 10,1 – 13,0 7,1 – 10,0 4,0 – 7,0 13,1 – 16,0 10,1 – 13,0 7,1 – 10,0 4,0 – 7,0
Keterbukaan Kriteria Frekuensi Sangat baik 3 Baik 9 Cukup baik 33 Kurang baik 15 Empati Keluarga Sangat baik 8 Baik 33 Cukup baik 20 Kurang baik 1 Dukungan Keluarga Sangat baik 4 Baik 17 Cukup baik 32 Kurang baik 9 Sikap Positif Sangat baik 11 Baik 36 Cukup baik 12 Kurang baik 3 Kesamaan Keluarga Sangat baik 15 Baik 36 Cukup baik 10 Kurang baik 1
Persentase 4,84% 14,52% 53,23% 27,42% 12,90% 53,23% 32,26% 1,61% 6,45% 27,42% 51,61% 14,52% 17,74% 58,06% 19,35% 4,84% 24,19% 58,06% 16,13% 1,61%
Rata-rata skor keterbukaan keluarga siswa SMP.Negeri 19 Bekasi adalah 7,9 dengan persentase 49,60% dan termasuk kategori cukup baik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 53,23% menyatakan tingkat keterbukaan keluarga termasuk kategori cukup baik, dan selebihnya yaitu 27,42% menyatakan tingkat keterbukaan keluarga termasuk kategori kurang baik, 14,52% menyatakan tingkat keterbukaan keluarga termasuk kategori kurang baik, 14,52% menyatakan tingkat keterbukaan keluarga termasuk termasuk kategori baik dan 4,84% menyatakan tingkat keterbukaan keluarga termasuk termasuk sangat baik. Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa keterbukaan keluarga siswa SMP.Negeri 19 Bekasi baru masuk dalam kategori cukup baik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga siswa yaitu 53,23% memiliki empati yang baik, sedangkan selebihnya yaitu 32,26% memiliki empati cukup baik, 12,90% memiliki empati sangat baik dan 1,61% memiliki empati kurang baik. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor dukungan keluarga adalah 7,2 dengan persentase 59,95% dan termasuk kategori cukup baik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 51,61% menyatakan bahwa dukungan keluarga masuk
dalam kategori cukup baik, selebihnya yaitu 27,42% masuk kategori baik, 14, 52% masuk kategori kurang baik dan 6,45% masuk kategori sangat baik. Rata-rata skor perasaan positif keluarga adalah 11,4 dengan persentase 70,97% dan termasuk kategori baik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 58,06% menyatakan bahwa perasaan positif keluarga masuk dalam kategori baik, selebihnya yaitu 19,35% masuk kategori cukup baik, 17,74% masuk kategori sangat baik dan 4,84% masuk dalam kategori kurang baik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 58,06% menyatakan bahwa kesamaan dalam keluarga masuk dalam kategori baik, selebihnya yaitu 24,19% masuk dalam kategori sangat baik, 16,13% masuk dalam kategori cukup baik dan 1,61% masuk dalam kategori kurang baik. Kreativitas Belajar Siswa Berdasarkan data yang terkumpul mengenai angket tentang kreativitas belajar siswa SMP. Negeri 19 Bekasi tahun pelajaran 2009/2010 di ketahui bahwa sebesar 47,3 dengan persentase 62,29% dan termasuk kategori sedang. Ditinjau dari kreativitas belajar masingmasing siswa diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Distribusi Kreativitas Belajar Skor Kriteria F 61,76 – 76,00 Sangat tinggi 2 47,51 – 61,75 Tinggi 28 33,26 – 47,50 Sedang 31 19,00 – 33,25 Rendah 1 Jumlah 62
Persentase 3,23% 45,16% 50,00% 1,61% 100%
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 50,00% memiliki kreativitas belajar sedang, selebihnya yaitu 45,16% memiliki kreatifitas belajar tinggi, 3,23% memiliki kreativitas belajar sangat tinggi dan 1,61% memiliki kreativitas belajar rendah. Secara lebih rinci gambaran tentang kreativitas belajar siswa SMP. Negeri 19 Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010 ditinjau dari tiap-tiap indikator yaitu berpikir lancar, luwes dan rasional, terampil memperinci dan mengevaluasi, rasa ingin tahu tinggi dan imajinatif, serta tertantang oleh kemajuan dan berani mengambil risiko dapat disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4. Distribusi indikator Kreatifitas Belajar Berpikir lancar siswa Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76 – 12,00 Sangat tinggi 5 8,06% 7,51 – 9,75 Tinggi 26 41,94% 5,26 – 7,50 Sedang 21 33,87% 3,00 – 5,25 Rendah 10 16,13% Keluwesan dan kerasionalan 13,01 – 16,00 Sangat tinggi 9 14,52% 10,01 – 13,00 Tinggi 24 38,71% 7,01 – 10,00 Sedang 28 45,16% 4,00 – 7,00 Rendah 1 1,61% Keterampil Memperinci dan Mengevaluasi 13,01 – 16,00 Sangat tinggi 4 6,45% 10,01 – 13,00 Tinggi 26 41,94% 7,01 – 10,00 Sedang 27 43,55% 4,00 – 7,00 Rendah 5 8,06% Rasa ingin tahu tinggi dan imajinatif 13,01 – 16,00 Sangat tinggi 2 3,23% 10,01 – 13,00 Tinggi 30 48,39% 7,01 – 10,00 Sedang 24 38,71% 4,00 – 7,00 Rendah 6 9,68% Kemajuan dan berani mengambil risiko 13,01 – 16,00 Sangat tinggi 5 8,06% 10,01 – 13,00 Tinggi 27 43,55% 7,01 – 10,00 Sedang 27 43,55% 4,00 – 7,00 Rendah 3 4,84% Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor indikator berpikir lancar adalah 7,6 dengan persentase 63,58% dan termasuk kategori tinggi. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 41,94% memiliki kemampuan berpikir lancar yang tinggi, 33,87% masuk kategori sedang, 16,13% masuk kategori rendah dan 8,06% masuk kategori sangat tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor keluwesan dan kerasionalan siswa adalah 10,3 dengan persentase 64,62% dan termasuk kategori tinggi. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 45,16% memiliki keluwesan kerasionalan yang sedang, selebihnya yaitu 38,71% masuk dalam kategori tinggi, 14,52% masuk dalam kategori sangat tinggi dan 1,61% masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor keterampil memperinci dan mengevaluasi siswa adalah 9,8 dengan persentase 60,99% dan termasuk kategori sedang. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 43,55% memiliki keterampilan memerinci dan mengevaluasi yang sedang, selebihnya yaitu 41,94% masuk dalam kategori tinggi, 8,06% masuk dalam kategori rendah dan 6,45% masuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor rasa ingin tahu dan imajinatif siswa adalah 9,6 dengan persentase 59,88% dan termasuk kategori sedang. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 48,39% memiliki rasa ingin tahu dan
imajinasi yang tinggi, selebihnya yaitu 38,71% masuk dalam kategori sedang, 9,68% masuk dalam kategori rendah dan 3,23% masuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kemajuan dan berani mengambil risiko siswa adalah 10,0 dengan persentase 62,70% dan termasuk kategori tinggi. Data menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 43,55% memiliki kemajuan dan keberanian mengambil risiko yang tinggi dan 43,55% sedang, selebihnya yaitu 8,06% masuk dalam kategori sangat tinggi, dan 4,84% masuk dalam kategori rendah. Hubungan antara intensitas komunikasi keluarga dengan kreativitas belajar siswa dapat dilihat dari koefisien korelasi dan berdasarkan hasil analisis pada lampiran 11 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,651. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh t = 6,646 dengan hitung
probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hubungan antara intensitas komunikasi keluarga dengan kreativitas belajar siswa tersebut signifikan. Ditinjau dari besarnya koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,651 menunjukkan bahwa korelasi antara intensitas komunikasi keluarga dengan kreativitas belajar siswa tersebut cukup erat karena berada pada indek korelasi 0,6-0,8. Bentuk pengaruh dari intensitas komunikasi keluarga terhadap kreatifitas belajar dapat digambarkan dengan persamaan regresi = 14,382 + 0,673X. dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap terdapat kenaikan intensitas komunikasi keluarga 1 point, maka kreatifitas belajar dapat meningkat sebesar 0,673 point pada konstanta 14,382 point dan sebaliknya setiap ada penurunan intensitas komunikasi keluarga 1 point, maka kreatifitas belajar siswa akan menurun sebesar 0,673 point pada konstanta 14,382 point. Hubungan antara intensitas komunikasi keluagra dengan kreatifitas belajar siswa cukup besar yaitu 0,651 sedangkan kontribusi atau besarnya pengaruh intenitas komunikasi keluarga terhadap kreatifitas belajar juga relatif cukup besar yaitu 42,4%. Mengacu dari hasil penelitian tersebut, maka perlu disadari oleh orang tua siswa SMP Negeri 19 Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010 akan arti penting intensitas komunikasi dalam suatu keluarga. Orang tua hendaknya menyadari bahwa kreatifitas belajar anak-anaknya saat ini baru dalam kategori cukup khususnya pada aspek ketrampilannya memerinci dan mengevaluasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran di sekolah serta rasa keingintahuan dan imajinasinya, sebab menurut Utami Munandar (1992 : 12) sifat kreativitas merupakan bakat secara potensial yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana anak berada, dengan demikian perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Lingkungan keluargalah yang paling potensial untuk mengembangkan kreatifitas siswa dalam belajar. Melalui dukungan yang penuh dari anggota keluarga (orang tua) terhadap segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa dalam belajarnya, maka hal ini dapat menunjang motivasi anak dalam belajar. Perhatian keluarga terhadap segala permasalahan yang dihadapi anak juga diperlukan, karena melalui keterlibatan orang tua dalam permasalahan yang dihadapi anak, menjadikan anak lebih ringan dalam mencari pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut : 1. Intensitas Komunikasi Keluarga Siswa SMP.Negeri 19 Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010 termasuk kategori baik dengan persentase 64,47%. 2. Kreativitas Belajar Siswa SMP.Negeri 19 Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010 termasuk kategori sedang dengan persntase 62,29%.
3.
Ada pengaruh Positif Intensitas Komunikasi Keluarga terhadap Kreativitas Belajar Siswa SMP. Negri 19 Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010. Besarnya Pengaruh Intensitas Komunikasi Keluarga terhadap Kreativitas Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2005/2006 adalah sebesar 42,4%.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Gordon, Thomas. 1991. Menjadi Orang Tua efektif, Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang Bertanggung Jawab. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Istiwidiyanti.. Jakartas : Erlangga. Liliweri, Alo.1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta : PT. Grasindo . _________, 1999.
Kreativitas dan keberbakatan. Jakarta : Gramedia
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : PT. Rineka Cipta Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung Penerbit Tarsito Supratiknya, 1995. Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta : PT. Kanisius Wiharjo, Sihadi Darmo. 2001. Kreativitas. Jakarta : Grasindo