OLAHRAGA MEMBANGUN KARAKTER SUMBER DAYA MANUSIA Oleh Guntur Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstract National evelopment basically is directed to raise the quality Indonesian human resources sport is one of the important element to get this aim, because in sport, there are some positive values to build the character which is taken as foundation in raising the quality of the human resource Sport as one of the phenomenon of life in society and nation will be tried to be studied and related to the effort in building the character of the human resource. Question which emergelater is; is there any relation between the phenomenon of sport with the building of the character of human resource? Or with the other word is there any sport contribution to build the character of the human resources? How sport can be used as one of the vehicle to form the character of the human resource Key Word: sport, character, human resource
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia telah membawa kemajuan di segala bidang, termasuk kemajuan dalam bidang keolahragaan. Olahraga merupakan salah satu kebutuhan hidup karena melalui
kegiatan olahraga dapat
meningkatakan kualitas fisik dan mental seseorang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi olahraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, maka kegiatan olahraga dilakukan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani masyarakat Indonesia, tetapi lebih dari itu untuk mencapai prestasi optimal dalam olahraga, karena dengan prestasi olahraga akan dapat mengangkat citra bangsa Indonesia. Disadari bahwa pembangunan bangsa pada dasarnya mengarah pada peningkatan kualitas manusia Indonesia. Olahraga merupakan salah satu unsure penting dalam kontek peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber
1
daya manusia, olahraga diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental, dan rohani masyarakat harapnnya akan terbentuk karakter yang spesifik dari manusia indonesia
MEMAHAMI KONSEP OLAHRAGA Pemahaman yang utuh tentang, apa itu olahraga akan memberikan perspektif dan pemahaman yang utuh pula terhadap makna dan fungsi olahraga. Munculnya anggapan bahwa olahraga hanyalah sebagai fenomena fisik semata, hal ini disebabkan karena pandangan yang terlalu sempit terhadap pengertian olahraga itu sendiri. Definisi olahraga di tingkat internasional, para ahli masih dihadapkan dengan perumusan definisi yang berbeda-beda. Meskipun karakterisitik olahraga amat kompleks, dalam tulisan ini yang dijadikan acuan adalah pengertian sport (olahraga) yang disampaikan oleh Eyler dan Zakrasjek (Rusli Lutan, 2000: 5). Istilah sport berasal dari kata disport (kadang kala di eja dysporte) dan pertama kali muncul dalam kepustakaan, pada tahun 1303 yang berarti “ sport, past time, recreation and pleasure”, secara essensial pengertiannya berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik dan kompetisi. Menurut Komisi disiplin Ilmu Keolahragaan olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga termasuk waktu dan alokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sebagai bukti bahwa olahraga itu merupakan sebuah fenomena yang relevan dengan kehidupan sosial, olahraga juga ekspresi budaya berkarya pada manusia (2000:7). Menurut Cholik Mutohir T, ( 2002:152), mendefenisikan olahraga sebagai berikut:
2
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina potensipotensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan aktivitas jasmani yang berbentuk permainan, perlombaan atau pertandingan yang dilakukan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan kesenangan bagi yang melakukannya dan bertujuan untuk mencapai prestasi atau kesenangan serta rekreasi.
NILAI-NILAI POSITIF DALAM OLAHRAGA Nilai adalah keyakinan dasar yang berperan sebagai satu fondasi yang kukuh untuk pembentukan sikap yang berpengaruh dan melakukan kontrol terhadap perilaku. Nilai yang ada dalam olahraga banyak hal yang dapat dikembangkan sebagai pondasi bagi terciptanya tatanan masyarakat. Nilai-nilai dan keterampilan yang diperoleh melalui olahraga antaralain; kerjasama, komunikasi, taat pada aturan, pemecahan masalah, pemahaman/pengertian, keterkaitan dengan yang lain, kepemimpinan, peduli pada sesama, menghargai usaha, disiplin, bagaimana menyikapi kemenangan dan kekalahan, mengelola kompetisi, sportif, berbagi tanggung jawab, harga diri, kepercayaan, kejujuran, kepedulian diri, toleransi, adaptasi diri, dan percaya diri (United Nations dalam Wahjoedi, 2007: 205 ) Olahraga merupakan salah satu unsur penting pembangunan dalam rangka pembnaaan dan pembentukan karakter SDM. Olahraga akan mengajarkan pada seseorang kedisiplinan, membentuk jiwa sportifitas, tidak mudah menyerah, memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerjasama, mengerti akan adanya
3
aturan, berani mengambil keputusan, membentuk jiwa korsa yang mengandung aspek kesetiaan, kebanggaan dan kehormatan (Arismunandar, dalam Cholik Mutohir T, 2002:39).
Olahraga
dapat
digunakan
untuk
mengajarkan
nilai-nilai
toleransi,
mengembangkan kepribadian dan perilaku yang baik (Arma Abdoelah, 1994:11) Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa nilai-nilai yang ada dalam olahraga banyak hal yang dapat dikembangkan sebagai pondasi bagi terciptanya kualitas sumberdaya manusia.
KONSEP MEMBANGUN KARAKTER Dari segi bahasa membangun karakter (Character Building) yang terdiri dari 2 kata yaiu; membangun (to build) dan (Character). Adapun arti “membangun” bersifat memperbaiki, membina, mendirikan, mengadakan sesuatu (Idup Suhady, 2003:53). Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dalam tulisan ini pengertian “membangun karakter” (Character Building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, budi pekerti, masyarakat sehingga menunjukan perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan norma yang ada Manusia mempunyai ciri bahwa ia dapat memiliki sifat-sifat manusia yang merupakan bagian dari lingkungan dimana ia hidup. Salah satu ciri itu adalah ia dapat berfikir yang memungkinkan ia mengambil keputusan, mengontrol perilaku dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Semenjak lahir seseorang berkembang sebagai mahkluk social dan juga sebagai satu individu yang mempunyai keinginan dan perhatian pribadi. Segera setelah lahir anak menunjukan kecenderungan menjadi mahkluk
4
social. Ia mempunyai kemampuan untuk bereaksi terhadap berbagai rangsang khususnya terhadap karakteristik wajah manusia. Sementara proses menjadi dewasa berlanjut, anak memperlihatkan perilaku yang bercirikan kerjasama dan hasrat untuk bersahabat, kooperatif, menyadari pentingnya bekerjasama, mengembangkan pendirian dan loyalitas dan menjadi tertarik kepada masyarakat dimana ia hidup dan merasa bertanggung jawab terhadap hidupnya. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa karakter seseorang mempunyai makna atau nilai yang sangat mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
OLAHRAGA MANUSIA
DALAM
PEMBENTUKAN
KARAKTER
SUMBER
DAYA
Relevansi olahraga dengan pembangunan tercermin dari upaya pembinaan dan pengembangan olahraga yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu membentuk watak dan kepribadian yang baik oleh karena itu tekad dan asklerasi pembangunan SDM melalui olahraga merupakan aset yang strategis bagi pembangunan indonesia. Olahraga memiliki fungsi sosialisasi dalam anti proses pembudayaan nilai-nilai. Dalam hal ini olahraga sebagai agen yang dapat menanamkan nialai-nilai kepada individu dan mengembagkan sifat-sifat kepribadian individu (Cholik Mutohir T,
2002:163).
Berbagai macam aktivitas yang diprogram dan dilaksanakan mempunyai potensi untuk mengembangkan nilai-nilai positif olahraga yang dapat memperluas perhatian individu dan pada waktu yang sama menekankan pada pembentukan karakter/watak yang
5
diperlukan bagi kehidupan manusia. Olahraga adalah salah satu unsur penting karena di dalamnya terdapat nilai-nilai positif untuk membangun watak yang dijadikan pondasi bagi terciptanya kualitas sumberdaya manusia. Berikut nilai-nilai positif yang tercermin dalam olahraga
Nilai Kerjasama Olahraga mampu menciptakan suasana kerjasama, karena semua aktivitas melibatkan interaksi social dengan orang lain, interaksi ini bisa terjadi antara satu tim, wasit, lawan, pelatih, dan penonton. Olahraga telah menjadi fenomena manusia sejagad tanpa memperhatikan perbedaan suku, agama, ras, dan aliran politik maupun gologan tertentu (SARA) sehingga olahraga merupakan wahana yang paling efektif untuk memperkokoh kerjasama persatuan dan kesatuan antar bangsa, pejabat dengan pejabat, pejabat dengan rakyat, antara bawahan dan atasan (Cholik Mutohir T, 2002:36). Sejarah telah membuktikan olahraga sanggup memelihara suasana persahabatan dalam hitungan abad, ketika dunia politik masih belajar demokrasi, olahraga sudah lumayan deokratis dan egaliter.
Nilai Disiplin Disiplin berasal dar kata “disiple” yang artinya orang belajar dari pemimpinnya atau secara suka rela mengikuti pemimpinnya (Hurlock, 1991:99) dalam hal ini orang yang berinteraksi dengan kita. Imam Barnadib (1992:25) mengemukakan disiplin berasal dari kata “dis codicici” yang berarti belajar dan belajar berarti menambah ilmu atau pengethuan untuk memperluas pandangan dan mempertinggi martabat oaring yang bersangkutan. Disiplin adalah pemahaman nilai-nilai internal yang memberikan
6
kemampaun seseorang untuk bersikap terampil dan tepat dalam menjalankan tugas kewajiban yang bersifat mulia. Dalam olahraga pada hakikatnya memiliki aturan yang berisi kode etik yang dianut oleh pengikutnya. Siapapun apakah itu pelatih, atlet, atau penonton apabila dallam suatu komunitas olahraga tersebut harus tunduk pada aturan tersebut. Pelatih misalnya, sebagai oarang yang dijadikan salah satu contoh dalam hal ini harus berperilaku yang sesuai dengan norma yang ditetapkan sehingga proses sosialisasi berlangsung. Tampak disini bahwa dalam olahraga itu secara alami mengandung proses perkuatan dan percontohan dan sekaligus mengandung nilai-nilai yang menuntut para pelakunya berperilaku yang dapat diterima sesuai dengan tata nilai masyarakat sehingga logis apabila olahraga dapat digunakan sebagai wahna pembudayaan nilai-nilai seperti disiplin (Cholik Mutohir T, 2002:164). Disimpulkan bahwa disiplin dapat diartikan sebagai perilaku moral yang baik dan benar.
Nilai Kejujuran Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Dalam dunia olahraga nilai kejujuran akan selalu ditemui dalam setiap aktivitas, nilai kejujuran disini sangat berkaitan dengan sebuah kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya
7
dalam pertandingan. Kejujuran akan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindakan dan perkataan. Misalnya skenario tentang sepakbola; semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran
Nilai Tanggung Jawab Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab adalah “siap menerima kewajiban atau tugas”. Arti tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta untuk melakukannya sesuai dengan definisi tanggung jawab tadi, maka seringkali masih merasa sulit, merasa keberatan, bahkan ada orang yang merasa tidak sanggup jika diberikan kepadanya suatu tanggung jawab. Kebanyakan orang mengelak bertanggung jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” tanggung jawab, daripada “menerima” tanggung jawab. Kita akan mengatakan wasit itu sama sekali tidak bertanggung jawab sebab keputusannya semena-mena. Ia membuat keputusan tanpa fakta yang meyakinkan dan cenderung berdasarkan interpretasi yang tidak cermat. Dalam konteks lain seorang atlet tentu harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada pemain itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga (Rusli Lutan, 2000: 55).
Nilai Percaya Diri (self confidence) Percaya diri adalah salah satu bentuk sikap yang sangat kita butuhkan dalam pengembangan diri kita melalui aktivitas. Definisi percaya diri (self confidence) adalah
8
sejauh mana anda punya keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan dan sejauh mana anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence merupakan kombinasi dari selfesteem dan self-efficacy (James Neill dalam Cholik Mutohir, 2002:153 ). Self esteem adalah sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri; sejauh mana Anda punya sesuatu yang dirasakan bernilai atau berharga dari diri Anda; sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam diri Anda. Sedangkan self efficacy adalah sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauh mana Anda meyakini kapasitas pada bidang Anda dalam menangani urusan tertentu. Olahraga sesungguhnya dapat mengubah dan memberdayakan manusia sebagai individu dan masyarakat, dari tidak berdaya karena ketergantungan menjadi tidak tergantung (mandiri), dari rendah diri menjadi percaya diri (Cholik Mutohir, 2002:160).
Nilai Pengambilan keputusan (decision making) Secara sederhana pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang senantiasa terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan kehidupan yang senantiasa berubah dan bersifat sangat kompleks. Dalam konteks ini, proses pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respon manusia terhadap lingkungannya. Keputusan yang diambil oleh manusia akan menjadi awal bagi penentuan kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya terjalin secara dialektis antara proses pengambilan keputusan dengan lingkungan kehidupan
9
manusia yang luas dan kompleks. Pengambilan keputusan merupakan siklus kegiatan yang ada dalam olahraga yang melibatkan pelatih, atlet dalam pemikiran rasional baik secara individu maupun kelompok atau klub dalam semua tingkat dan bentuk organisasi. Pendapat ini menyebutkan pemikiran rasional sebagai hal yang penting. Pemikiran yang rasional merupakan landasan dalam membuat keputusan, karena pilihan terhadap berbagai alternatif yang tersedia didasarkan pada pertimbangan plus-minus, atau manfaat dan konsekwensi yang menyertai setiap pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekwensi. Dan rasionalitas berperan utama dalam menemukan konsekwensi tersebut sebelum keputusan diimplementasikan. Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas, terdapat satu kata kunci yang penting untuk memahami makna pengambilan keputusan yakni memilih (choice). Memilih berarti menentukan satu hal dari beberapa hal yang ada atau tersedia. Sesuatu yang dipilih ditentukan oleh pertimbangan selera dan rasionalitas individu. Biasanya, selera dan rasionalitas tersebut merujuk pada hal-hal yang menyenangkan atau menguntungkan pelaku olahraga.
Nilai Kepemimpinan (leadership) Didalam olahraga nilai kepemimpinan akan terbentuk melalui interaksi yang ada dalam organisasi olahraga atau sering disebut klub. Kepemimpinan adalah tanggung jawab yang jatuh kepada manajer atau ketua menyangkut organisasi atau klub (Bucher & Krotee, 1993:10). Manajer harus memimpin secara positif, memotivasi, dan mempengaruhi individu anggota organisasi untuk bekerja sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan klub. Seorang pemimpin yang baik adalah mampu memimpin secara terstruktur dan organisatoris sehingga menimbulkan perilaku yang akan mendukung
10
prestasi sasaran organisasi. Seorang pemimpin yang baik, akan memelihara hubungan antar pribadi secara harmonis antar seluruh komponen klub. Dari penjelasan ini dapat dismpulkan bahwa kepemimpinan adalah sumbangan terhadap proses terwujudnya pencapaian tujuan, atau perbuatan yg menyebabkan anggota kelompok mempercayakan diri ke pada pemimpinnya dan bersedia menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam usaha mencapai tujuan.
Nilai Toleransi Ketika kedua kesebelasan yang sedang bertanding memasuki injury time suatu kesebelasan tentu akan berusaha ”mencuri” angka bahkan mempertahankan kemenangan yang telah diraih agar memenangkan pertandingan. Dalam saat-saat seperti itu para pemain diuji untuk membuktikan dirinya mereka harus tetap berjuang untuk bisa meraih kemenangan meskipun sampai titik keringat terahkir. Situasi seperti ini banyak sekali kita jumpai dalam olahraga, kemudian apa yang kita petik dari situasi seperti ini adalah bahwa setiap orang pasti akan mengalami masa-masa sulit, yang penting bagaimana orang tersebut mampu bertahan terhadap kesulitan untuk kemiudian berupaya bangkit kembali meraih kesuksesan. Apabila seseorang dalam dunia olahraga pernah mengalami kekalahan atau rasa kecewa, dan menerima hal itu sebagai peristiwa yang lumrah; maka lebih bisa menerima dan toleran (Cholik Mutohir T, 2002:166). Demikian pula seseorang yang mengalami kemenangan akan cenderung lebih bisa untuk solider terhadap lawan atau teman tanding yang mengalami kekalahan. Nilai-nilai yang terkandung dan melekat dalam olahraga dapat digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan rasa toleransi sesama teman
11
KESIMPULAN Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuannya tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang melimpah ruah akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya yang memiliki watak baik. Dengan mengamalkan nilai-nilai positif dalam olahraga maka diharapkan dapat membentuk sumberdaya manusia yang memiliki watak pemimpin, disiplin ,tanggung jawab, kerjasama, jujur, percaya diri, pengambil keputusan, toleransi
sehingga hal ini akan akan mencetak sumberdaya
manusia serta kader-kader bangsa yang baik
12
DAFTAR PUSTAKA Arma Abdoelah. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani: DIKTI, Jakarta Bucher, Charles.A & Krote, March.L. 1993. Management of Physical Education and Spor t. St. Louis, Missouri: Mosby Year Book. Inc. Cholik Mutohir, T. (2002). Gagasan-Gagasan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Surabaya; Unesa University Press Book G. inc Idup Suhady (2003) Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara-RI, Jakarta Fakry Gaffar, M (1996) High Tech& High Touch Dalam Pengembangan SDM untuk tahun 2020, Mimbar Pendidikan No 4 tahun XV 1996, UNESA Hurlock.BE. (1991) Perkembangan anak. Jilid I Jakarta: Airlangga Imam Barnadib (1993) Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Studying KDI. 2000. Ilmu Keolahragaan & Rencana Pengembangannya. Depdiknas. Jakarta Pusat; November Ruslian Lutan & Sumardianto. 2000. Filsafat Olahraga, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah; Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III
13