perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU (Tinjauan Sosiologi Sastra)
SKRIPSI
Oleh: MARIA CAHYANING KESUMA X 1204019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Oleh: MARIA CAHYANING KESUMA X 1204019
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Maria Cahyaning Kesuma. X 1204019. NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU (Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April. 2012 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik, nilai-nilai sosial dan tanggapan komunitas pembaca tentang novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang ditinjau dari aspek struktural dan sosiologi sastra. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, profil pengarang yang berisi perjalanan hidup dan latar belakang sosial pengarang, buku-buku dan artikel yang berhubungan dengan penelitian juga beberapa pendapat komunitas pembaca tentang novel yang dikaji. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan meneliti unsur-unsur intrinsik novel Nayla yang meliputi tema, latar, penokohan, dan plot/alur. Peneliti kemudian mengkajinya dengan pendekatan sosiologi sastra dengan didasarkan pada teori yang ada untuk mengetahui nilai-nilai sosial dalam novel tersebut serta merangkum pendapat dari beberapa komunitas pembaca tentang novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Hasil yang didapatkan adalah (1) Novel ini bertema tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak, yang diceritakan dengan alur majumundur, dengan beberapa tokoh yang mendominasi cerita antara lain: Nayla, Juli, Ayah dan Ibu Ratu, Ibu, dan Ben. Latar atau setting yang digunakan adalah kota Jakarta pada kisaran tahun 1980-an sampai dengan 2005 yang dilatarbelakangi kehidupan masyarakat kelas atas. (2) Nilai-nilai sosial pada dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yaitu nilai material; vital; kerohanian; berdasarkan sifatnya nilai yang terdapat pada novel tersebut antara lain: nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan; berdasarkan cirinya, nilai yang terdapat pada novel tersebut yaitu nilai yang tercernakan (internalized value) dan nilai dominan; berdasarkan tingkat keberadaannya, nilai yang terdapat pada novel tersebut yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri. (3) Komunitas pembaca mengemukakan tanggapannya terhadap novel Nayla. Pembaca mengemukakan bahwa novel Nayla begitu khas dengan cerita-cerita Djenar Maesa Ayu mengangkat Nayla sebagai tokoh utamanya. Seorang perempuan yang mengalami perlakuan keras dari ibunya, pelecehan seksual, perkosaan, kriminalitas, dunia diskotek, broken home, suka mabuk, lesbian, biseks, dan hidup terlunta-lunta mencari cinta. Pengarang dalam novel ini menggunakan bahasa yang vulgar. Secara garis besar, novel ini menarik untuk dibaca layak dikoleksi. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Maria Cahyaning Kesuma. X 1204019. Nayla, a novel by Djenar Maesa Ayu (Literary Sociology Analysis). Undergraduate Thesis. Surakarta: Teachers Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta, April. 2012) This thesis aims at describing the intrinsic elements, social values and readers’ responds about the Nayla novel by Djenar Maesa Ayu. This analysis applies descriptive qualitative approach using content analysis methodology observed from literary structural and sociological view. The sources of data analyzed in this research are Nayla novel by Djenar Maesa Ayu, the writer’s biography including her life and social background, books, articles related to the analysis and communal readers’ responds toward the novel. The analysis is set up with analyzing intrinsic elements Nayla novel including theme, background, characters and plot. Then the researcher analyses them using literary sociology approach based on applicable theory to understand social values found in the novel and concludes communal readers’ responds about Nayla novel by Djenar Maesa Ayu. The results of analysis are: (1) The main theme of Nayla novel is the distorted love on humans’ relationship between man and woman and mother and children, written with chronological-flashback plot with some dominated characters such as Nayla, Juli, Ratu’s Father and Mother, Mother and Ben. The setting of place and time used in the novel is Jakarta from 1980s till 2005 of high class society’s life. (2) The social values found in Nayla novel by Djenar Maesa Ayu are material; vital; spiritual; while according to behavior, the values are personality, materialistic, biology, law obedience, knowledge, religion and beauty; according to the characteristic, the values are internalized value and dominated value; according to the existence, the values are independent value and nondependent value. (3)The communal readers act in response to Nayla novel by giving opinion that the novel is identical with Djenar Maesa Ayu’s stories lifting Nayla as the main character representing a woman who is tortured by her mother, sexually abused, raped, trapped in crime, night club, broken home, drunk addict, lesbian, bisexual and yearning for love in her life. The writer employs vulgar language but overall, the novel is worth to read and collect.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Korintus 10: 13)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: · Bapak Frans Kiat dan Ibu Ester Kartini. Terima kasih yang tak terhingga atas segala doa, dukungan, perhatian, dan kesabaran yang tiada henti. · Kakak-kakaku tersayang , Sari, Indra, Siska. Kalianlah saudara terbaik yang Allah
beri.
Janjiku
adalah
membahagiakan kalian. · Sahabat-sahabatku Ika, Ajeng, Jaguar, Indah, Erma, Pipit, Sari, Zhie, Eni, Buyung, Cipo, Indra(ys), Angga, Joko. Terima kasih telah menjadi pelangi di hidupku. Kalian sahabat terbaik. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan, karena atas kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin mengadakan penelitian; 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP-UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi; 3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin untuk menyusun skripsi ini; 4. Dr. Suyitno, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi; 5. Drs. Purwadi, selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberi masukan positif bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan; 6. Dr. Rr. Nugraheni Eko W, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa; 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus menularkan ilmunya kepada penulis; 8. Narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan memberikan pendapatnya sebagai salah satu data penelitian. 9. Keluarga besar ku yang tak pernah lelah dalam memberikan doa dan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini; 10. Almamater BASTIND 2004 atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan; commit to user 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga segala bantuan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan limpahan berkat dari Tuhan. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena penulis hanya manusia yang serba terbatas. Berawal dari itu saran dan kritik yang dapat memberikan masukan senantiasa penulis harapkan untuk menambah wawasan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL..............................................................................................................
i
PENGAJUAN ..................................................................................................
ii
PERSETUJUAN...............................................................................................
iii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
ABSTRACT ………………………………………………………………….
vi
MOTTO ...........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................
7
C.
Tujuan Penelitian ...................................................................................
7
D.
Manfaat Penelitian .................................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
9
A.
9
Tinjauan Pustaka .................................................................................... 1.
Hakikat Novel ...............................................................................
10
2.
Hakikat Struktur Novel .................................................................
12
a. Unsur Intrinsik ………………………………………………..
13
b. Unsur Ekstrinsik ………………………………………………
22
Hakikat Sosiologi Sastra …………………………………………
27
a. Pengertian Sastra…………………………………………….
27
b. Pengertian Sosiologi……………………………………...…...
29
Hakikat Nilai-Nilai Sosial ………………………………………. commit to user Penelitian yang Relevan... ......................................................................
35
3.
4.
B.
xi
39
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Kerangka Berpikir ..................................................................................
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
43
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
43
B.
Bentuk dan Strategi Penelitian ..............................................................
43
C.
Sumber Data ..........................................................................................
43
D.
Teknik Pengumpulan Data.....................................................................
44
E.
Teknik Validitas Data .............................................................................
44
F.
Teknik Analisis Data ..............................................................................
45
G.
Prosedur Penelitian .................................................................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................
47
A.
Deskripsi Data ........................................................................................
47
B.
Analisis Unsur Intrinsik Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu ...........
49
C.
Analisis Nilai Sosial dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu .....
72
D.
Analisis Tanggapan Komunitas Pembaca tentang Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu…………………………….………………………..
83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.........................................
88
A.
Simpulan .................................................................................................
88
B.
Implikasi .................................................................................................
89
C.
Saran ....................................................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
91
LAMPIRAN
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Kerangka Berpikir..........................................................................
42
Gambar 2: Flow Model of Analysis .................................................................
46
commit to user xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian hidup sebagian besar pencipta dan penikmat karya sastra. Oleh sebab itu, pada zaman modern ini kedudukan sastra dianggap mempunyai peran penting. Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya manusia dan kehidupan dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Hasil dari sastra berupa karya sastra dan karya sastra sebagai potret kehidupan bermasyarakat berupa karya sastra yang dapat dinikmati, dipahami dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra juga dapat berupa luapan pemikiran dari sikap dan perasaan pengarang, pengalaman batin pengarang mengenai kehidupan dirinya maupun masyarakat di mana pengarang itu berada. Sebuah karya sastra tercipta dari adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau masalah dunia yang menarik, sehingga muncul gagasan dan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Karya sastra diciptakan pengarang memang untuk dinikmati dan dipahami masyarakat (pembaca) dengan mengambil nilai-nilai penting dalam karya satra tersebut. Karya sastra adalah sebuah karya yang bersifat imajinatif, tetapi cerita ini bersumber dari kehidupan nyata sehari-hari, sehingga tidak jarang apa yang diceritakan dalam karya sastra memiliki kesamaan cerita dalam kehidupan nyata. Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ikatan suatu masyarakat. Dalam masyarakat itu manusia yang satu selalu berhubungan dengan manusia yang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat yang paling sempurna jika dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain. Persamaan sebagai alat komunikasi yaitu mewujudkan ide dalam pemikiran manusia. M. Atar Semi (1993:12) menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial tentu tidak semuanya dapat diterima sebagai seni sastra. commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata sastra dalam Bahasa Indonesia menurut A. Teeuw (1998:23) berasal dari bahasa Sansekerta, akar kata sas- dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau intruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat untuk mengajar, buku intruksi, alat, sarana, buku, dan pengajaran. Sastra sebagai pengungkapan baku dari apa yang disaksikan orang dalam kehidupan, yang dialami, direnungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. M. Atar Semi (1993: 8) membahas karya sastra ada beberapa permasalahan yang muncul, antara lain kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra yang brsifat kompleks dan tidak langsung dalam bentuk pengungkapannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiantoro (1995: 3233) menyatakan ‘’suatu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, serta mengungkapkan
sesuatu tidak secara langsung, oleh karena itu perlu
dilakukan suatu usaha terhadap karya sastra untuk menjelaskan nya dengan disertai bukti-bukti hasil kerja analisis’’. George Santarya (dalam Suyitno, 1986:4) menjelaskan bahwa sastra dapat berperan sebagai penuntun hidup. Novel merupakan karya sastra yang fiksional yang menggambarkan realitas kehidupan manusia dari sudut pandang sastra. Kehidupan fiksional tidak dapat lepas dari fakta sosial sehari-hari. Fakta yang pernah dilihat, dirasakan,dialami dan dicita-citakan pengarang atau orang lain yang ada disekitar pengarang. Cita-cita pengarang biasanya
tergambar jelas
dalam karyanya. Novel merupakan perpaduan antara fakta, imajinasi dan idealisme pengarang. Pengarang selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan sebuah karya sastra yang mampu menggugah emosi pembacanya. Terdapat nilai-nilai imajinasi yang menghiasi bahasa yang komunikatif dan dinamis, imajinasi yang menghiasi dan mewarnai setiap karya penciptanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Karya sastra adalah karya seni yang mempersoalkan kehidupan manusia dari berbagai segi kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, budaya, agama dan berbagai sendi kehidupan manusia lainnya,antara lain: 1. Mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia. (suka menolong, berbuat baik, beriman dan bertaqwa) 2. Memberi pesan kepada manusia, khususnya pemimpin, agar berbuat sesuai dengan harapan masyarakat. (mencintai keadilan, kebenaran dan kejujuran) 3. Menggajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan diri dan kepentingan bersama. 4. Merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat. Dibutuhkan satu metode untuk mengoperasikan
sebuah karya sastra
untuk menilai secara obyektif. Metode tersebut adalah metode struktural genetik, karena dengan metode tersebut karya sastra dinilai dari berbagai aspek, baik dari dalam dari luar karya sastra itu sendiri atau intrinsik unsur dari luar karya sastra, yang juga mempengaruhi karya sastra ekstrinsik mupun aspek genetik. Aspek genetik sastra yaitu asal usul karya sastra, yaitu pengarang dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah karya sastra (Iswanto, 2001: 5). Dikemukakan oleh Goldman (dalam Faruk,1994: 31), terdapat suatu kolerasi atau hubungan yang kuat antara bentuk novel dengan keseharian antar manusia dengan komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antar manusia dengan sesamanya dalam masyarakat. Mencermati perkembangan karya sastra, khususnya prosa Indonesia, ada 2 hal yang menarik yang diutarakan oleh (Faruk, 1994: 1) 1. Munculnya beberapa karya sastra yang mengungkapkan latar jawa sebagai elemen pembentukan cerita. 2. Di dalam prosa Indonesia yang mengungkapkan latarJawa tersebut terlibat adanya usaha pengarang untuk mendukung tokoh wanita dalam porsi besar sebagai tokoh utama atau tokoh pengerak cerita. Karya sastra yang bertemakan seks, pornografi dan hal yang sebenarnya tidak sesuain dengan budaya bangsa Indonesia, dapat djumpai dengan mudah di userakses lain ke dunia sastra. Hal ini toko-toko buku, persewaan buku,commit internettodan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
sangat memprihatinkan karya sastra yang dapat dinikmati siapa saja tanpa membedakan usia. Anak-anak dengan dapat mudah mendapatkan bacaan tanpa melalui kontrol dari orangtua. Karya sastra yang semula dapat mendidik manusia ke arah peraddaban yang humanistis menjadikan manusia yang santun dan bermoral tidak bisa terwujud karena karya sastra yang tidak bernilai. Karya sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga,yaitu, prosa, puisi dan drama. Dalam karya sastra prosa terdapat bentuk yang disebut cerita rekaan. Cerita rekaan hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran dan penilainnya mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi serta pengolahan tentang peristiwa yang berlaku hanya berdalam khayalan saja. Rachmat Djoko Pradopo, (1994: 26), memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utamayang dikenakan pada karya sastra adalah ‘kebenaran’ penggambaran atau apa yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap penggambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya Sastra pada hakikatnya sengaja menampilkan gambaran kehidupan. Kehidupan itu digambarkan karya sastra salah satunya adalah novel. Unsur karya sastra berupa intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi, alur cerita, penokohan, setting, amanat, dan tema. Sedangkan unsur ekstrinsik terkait dengan lingkungan budaya, sosial, dan hal-hal yang lain yang mendukung terciptanya karya sastra. Karya sastra dapat diberikan bimbingan kepada manusia untuk mencari nilai-nilai kehidupan agar menemukan hakikat manusia untuk berpribadi yang baik. Dalam berkarya pengarang tidak hanya mengunggapkan segi kehidupan, tetapi menekan pada penggunaan cipta sastra memang bersifat dulce et utile, menyenangkan dan bermanfaat. Karya sastra yang dipilih sebagai objek kajian dalam pendekatan sosiologi sastra ialah novel, karena novel itu sendiri digambarkan sebagai genre yang paling memadai untuk menerjemahkan kompleksitas struktur sosial (Nyoman Kutha Ratna, 2003:104). Memberikan medium yang paling luas dan lengkap untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
mengungkapkan masalah-masalah sosial, khususnya melalui kapasitas bahasa dan peralatan formal lainnya. Salah satu novel yang dianggap mempunyai syarat yang dipaparkan di atas adalah novel yang berjudul Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Novel tersebut menceritakan kehidupan individual, sosial, budaya, ekonomi. Penulis mangkaji melalui sosiologi sastra, untuk dapat menanggapi novel Nayla secara ilmiah. Pengkajian sosiologi sastra dilakukan karena novel ini diperkirakan mempuyai latar belakang sosiolisme Indonesia, moral dan suasana. Penampakan gejala jiwa dapat ditemui di dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Tokoh utama Nayla adalah seorang perempuan muda yang harus meninggalkan ibunya sejak berumur 13 tahun untuk belajar hidup mandiri. Nayla dalam tokoh utama cerita, mengalami rasa kecewa ketika ia teringat dengan sosok ibunya yang menjebloskan dirinya ke tempat perawatan anak nakal dan narkotika, sejak itu ia menjadi frustasi. Nayla meninggalkan ibunya dan belajar hidup mandiri dalam menjalani kehidupan. Nayla mulai berhadapan dengan berbagai konflik pertentangan batin, baik pertentangan terhadapan dirinya sendiri maupun reaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Di dalam diri tokoh kadang-kadang timbul persepsi negatif tentang makna kehidupan. Dariberbagai fenomena yang dialami oleh tokoh cerita, muncul kekuatan mental dan pemahaman baru tentang cara memaknai kehidupan. Karena terus dirundung berbagai konflik, akhirnya terjadi perubahan sikap pada sang tokoh cerita. Ia akhirnya larut pada kehidupan malam, bekerja sebagai penata lampu di sebuah club. Apa yang dilakukan oleh Nayla sang tokoh cerita adalah sebagai bentuk pelarian dari lingkungan keluarga sehingga lama kelamaan hanyut dalam lingkungan yang baru yang serba gemerlapan yang kini selalu menghantui hidupnya. Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu sangat menarik jika dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra. Novel ini mempunyai kelebihan diantaranya adalah tokoh utama cerita ternyata mempunyai sikap tegar dalam menghadapi berbagai fenomena hidup, meskipun di dalamnya terjadi konflik. Di lain pihak, mempunyai tokoh cerita pengarang ingin menyampaikan pesan moral kepada to user pembaca bahwa pentingya orangcommit tua memberikan pendidikan yang baik pada
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anaknya. Hanya saja pada akhir cerita pengarang tidak memberikan penilaian bahwa apa yang diperbuat oleh sang tokoh cerita merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap susila agama sehingga apa yang diperbuat oleh sang tokoh semata-mata akibat dari rasa frustasi dan kecewa yang berat dengan kedua orang tuanya. Dari hasil kajian di atas, penulis mengkaji Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Pengarang Djenar Maesa Ayu adalah salah satu pengarang yang sangat produktif dalam karya sastranya. Ia dilahirkan di Jakarta, 14 Januari 1973. Hasil karyanya kebanyakan berupa cerpen yang tersebar di berbagai media massa dalm negeri. Karya pertama Djenar berjudul Mereka Bilang Saya Monyet telah dicetak ulang delapan kali dan masudalam nominasi k 10 besar terbaik Khatulistiwa Literary award 2003, selain itu juga diterbitkan dalam bahasa Inggris. Masih banyak lagi karya Djenar yang masuk ke dalam kaegori cerpen terbaik 2003 yang semua itu dapat disejajarkan dengan pengarang sastra lainnya. Nayla adalah novel pertama Djenar yang sekarang ini sedang diangkat dalam film layar lebar.
B. Rumusan Masalah Berdasar uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah berikut ini: 1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu? 2. Bagaimana nilai sosial yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu? 3. Bagaimana tanggapan komunitas pembaca tentang novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini, memiliki tujuan sebagai berikut: commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. 2. Mendeskripsikan nilai sosial yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. 3. Mendeskripsikan tanggapan komunitas pembaca tentang novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
D. Manfaat Penelitian Penelitian maupun praktis. Adapun manfaat itu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi analisis novel Indonesia sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan karya sastra Indonesia. b. Penelitian ini dapat menjadi titik tolak untuk memahami dalam mendalami karya sastra pada umumnya dan karya sastra Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu pada khususnya. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran apresiasi dalam sekolah tingkat SMA mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini mendeskripsikan unsur intrinsik Novel Nayla sehingga dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai unsur intrinsik prosa. 2) Meningkatkan
dan
mendorong
guru
untuk
melaksanakan
pembelajaran yang inovatif kreatif. b. Bagi Siswa dan Mahasiswa 1) Bagi Siswa-siswa dapat belajar banyak hal dari Novel Nayla mulai dari belajar tentang berbagai aspek kebahasaan belajar tentang pergaulan sehari-hari dengan teman, dapat membantu dalam memahami sekaligus melakukan praktek apresiasi sastra yang ditugaskan oleh guru.commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis novel dalam usaha peningkatan daya apresiasi mahasiswa dalam sebuah novel, terutama apresiasi mengenai novel dengan pendekatan sosiologi sastra. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan perbandingan
bagi
peneliti
lain
yang
akan
melakukan
mengembangkan penelitian sastra dengan permasalahan sejenis. d. Bagi Peneliti 1) Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti. 2) Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
commit to user
dan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. 1.
Tinjauan Pustaka Hakikat Novel
Berdasarkan asalnya kata novel berasal dari bahasa latin novellus yang diturunkan pula dari novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis satra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel muncul setelahnya. Menurut (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164) novel Inggris yang pertama kali lahir adalah Famela pada tahun 1740. Novel dalam The American College Dictionary dimasukkan ke jenis fiksi. Berikut ini keterangan dalam The American College Dictionary yang dikutip oleh Henry Guntur Tarigan (1993: 120): “Fiksi adalah (1) cabang dari sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatif, terutama dalam bentuk prosa; (2) karyakarya dari jenis ini, seperti novel atau dongeng-dongeng; (3) sesuatu yang diadakan, dibuat-buat atau diimajinasikan, suatu cerita yang disusun. Kata fiksi dikenal masyarakat sebagai karya hasil imajinasi. Jackob Sumardjo dan Saini (1991:29) menggolongkan novel (prosa) ke dalam sastra imajinatif. Sementara itu, Clenth Brooks (dalam Henry Guntur Tarigan,1989:120) menyatakan bahwa fiksi adalah penyjian cara seseorang memandang hidup ini. Jadi karya sebagai fiksi memang bukan suatu yang nyata, tetapi karya sastra juga bukan kebohongan karena fiksi salah satu jenis karya sastra yang menekakan kekuatan kesastraannya pada daya papar penceritaan. Di Indonesia istilah novel disamakan dengan istilah roman. Ukuran luas unsur cerita antara keduanya hampir sama, meskipun berdasarkan asal usul istilah sedikit berbeda. Kata novel berasal dari bahasa Itali yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat, sedangkan istilah roman berkembang di Jerman. Belanda, Perancis, dan bagian-bagian Eropa Daratan lain. Istilah roman, seperti commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tercantum dalam Ensiklopedi Indonesia,yang berarti
“dulu sekali”, berasal
darigenre romance dari abab pertengahan, merupakan cerita panjang tentang kepahlawan dan percintaan. Dilihat dari segi jumlah katanya, novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 kata hingga tidak terbatas jumlahnya. Jika dihitung pula kecepatan rata-rata orang membaca ialah 300 kata per menit, maka waktu yang dipergunakan untuk membaca novel yang paling pendek adalah kurang lebih dua jam (Henry Guntur Tarigan,1989:165). Arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran luas di sini dapat berarti cerita dengan plot/alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang komplels, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula (Jackob Sumardjo dan Saini, 1991:29). Unsur-unsur tersebut kemudian secara intern menjadi unsur intrinsik pembangun novel. Goldman (dalam Faruk, 1994:29) mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang terdegradasi pula. Lebih jauh beliau mengungkapkan bahwa novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Sebagai karya yang kompleks, novel memiliki karakteristik yang menjadi ciri novel tersebut. Herman J. Waluyo (2002:37) mengungkapkan bahwa di dalam novel terdapat perubahan nasib dari tokoh cerita, ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, dan biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Henry Guntur Tarigan (1989:165) memberikan kesimpulan dari uraian yang disampaikan Brooks berkenaan dengan identifikasi novel. Identifikasi novel tersebut yaitu: a) novel bergantung pada tokoh; b) novel menyajikan lebih dari satu impresi; c) novel menyajikan lebih dari satu efek; dan d) novel menyajikan lebih dari satu emosi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Novel dapat dibedakan dengan melihat karakteristik jenisnya. Herman J. Waluyo (2002:38-39) membedakan jenis novel menjadi dua, yaitu novel serius dan novel pop. Novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra (tinggi), sedangkan novel pop adalah novel yang nilai sastranya diragukan(rendah) karena tidak ada unsur kreativitasnya. Senada dengan pendapat tersebut Burhan Nurgiyantoro (1995:16-22) pun mengklasifikasikan jenis novel menjadi novel populer dan novel serius. Menurutnya, novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya para remaja. Novel serius adalah novel yang memerlukan daya konsentrasi tinggi dan disertai dengan kemmauan dalam memahaminya (membacanya). Lebih dijelaskannya memang tujuan novel populer semata-mata menyampaikan cerita agar memuaskan pembaca, sedangkan tujuan novel serius disamping memberikan hiburan, juga secara implisit memberikan pengalaman yang berharga pada pembaca. Sesuai dengan teori Lukacs, Goldmann (dalam Faruk, 1994:31) membagi novel dalam tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologi, dan novel pendidikan. Novel jenis pertama menampilkan sang hero yang penuh optimisme dalam peluangan tanpa menyadari kompleksitas dunia. Dalam novel jenis yang kedua sang hero cenderung pasif karena keluasan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia fantasi. Dalam novel jenis ketiga sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang otentik. Sebagai sebuah karya sastra novel memiliki banyak kelebihan. Kelebihan novel yang khas adalah dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan banyak berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Itu merupakan pernyataan Burhan Nurgiyantor(1995:10-12) terhadap kelebihan novel menilik dari aspek panjang cerita yang dimiliki novel. Oleh karena itu, unsur-unsur pembangun sebuah novel, seperti plot, tema, penokohan, dan latar secara umum dapat dituangkan secara penuh untuk mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di pihak lain Goldmann (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003:126), yang memandang karya sastra dalam kapasitas sebagai manifestasi aktivitas kultural, mengungkapkan bahwa novellah karya sastra yang berhasil merekontruksi mental dan kesadaran sosial secara memadai, yaitu dengan cara menyajikannya melalui tokoh-tokoh dan peristiwa. Penggunaan tokoh-tokoh imajiner juga merupakan salah satu keunggulan novel dalam usaha untuk merekontruksi dan memahami gejala sosial, perilaku impersonal termasuk peristiwa-peristiwa histori(Nyoman Kutha Ratna, 2003:127). 2. Hakikat Struktur Novel Kita harus membedah struktur yang dimiliki suatu karya sastra untuk memahaminya, khususnya novel A. Teeuw (dalam Heman J. Waluyo, 2002:5960) menyebutkan bahwa sebuah sistem sastra memiliki tiga aspek: pertama eksterne strukturrelation, yaitu struktur yang terikat oleh sistem bahasa pengarang terikat bahasa yang dipakainya; kedua intern strukturrelation, yaitu struktur dalam yang bagian-bagiannya saling menentukan dan saling berkaitan; dan ketiga model dunia sekunder, yaitu model dunia yang dibangun oleh pengarang, dunia fantasi atau dunia inajinasi. Berdasarkan uraian A. Teeuw tersebut, Herman J. Waluyo (2002:60) memberikan pandangan pada karya sastra terdapat adanya faktor ekstrinsik, faktor intrinsik, dan dunia pengarang. Dunia pengarang dapat dimasukkan juga ke dalam faktor ekstrinsik, yaitu di luar faktor objektif karya sastra itu sendiri. Pengertian unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik juga diberikan Burhan Nurgiyantoro (1995:23). Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita karya sastra itu sendiri. Unsurunsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur ekstriksik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
mempengaruhi bangun sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Penelitian terhadap novel bertolak pada unsur yang terdapat di dalam novel itu. Berkenaan dengan unsur intrinsik, Burhan Nurgiyantoro (1995;23) menyebutkan beberapa, yaitu peristiwa,cerita, plot, penokohan,tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan bahasa atau gaya bahasa. Meskipun tidak menjadi bagian di dalam novel, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, sebenarnya banyak faktor yang menjadi unsur ekstrinsik novel. Rene Wellek dan AustinWarren (1989:75-130) menyebutkan adanya empat faktor ekstrinsik yang saling berkaitan dengan makna karya sastra yaitu, biografi pengarang, psikologis, sosial budaya masyarakat, dan filosofis. Berikut ini akan dijabarkan beberapa unsur intrinsik dan ekstrinsik novel yang berkaitan erat dengan pengakajian novel melalui pendekatan strukturalisme genetik. a. Unsur intrinsik Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur di dalam novel yang secara langsung membangun cerita novel itu sendiri, mencakup: 1) Tema Secara umum tema diartikan sebagai inti cerita novel. Cerita yang dirangkai melalui peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel semuanya berpusat pada tema. Definisi yang disampaikan Stanson dan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 67) memaknai tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema adalah masalah hakiki manusia, misalnya cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya (Herman J. Waluyo, 2002:142). Masalah hakiki manusia tersebut berasal dari rasa kejiwaan dengan manusia secara pribadi maupun sebagai manifestasi interaksi dengan manusia lain. Karena itu, gagasan utama dari suatu novel biasanya berisi pandangan tertentu atau perasaan tertentu mengenai commit to user kehidupan.
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Hartoko dan Rahmanto, tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaanpersamaan
dan
pebedaan-perbedaan
(dalam
Burhan
Nurgiyantoro
1995:68). Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema merupakan magma keseluruhan yang didukung cerita dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya. Berhubung tema tersembunyi di balik cerita, pencarian terhadapnya haruslah berdasarkan fakta yang ada yang secara keseluruhan membangun cerita itu. Hal itu dapat diawali dengan memahami cerita, mencari kejelasan ide-ide perwatakan, peristiwa-peristiwa konflik, dan latar. Para tokoh utama biasanya “dibebani’ tugas membawakan tema, maka kita perlu memahami keadaan itu (Burhan Nurgiyantoro,1995:85). Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro 1995:87-88) mengemukakan adanya sejumlah kriteria yang dapat diikuti dalam usaha menemukan tema sebuah novel. Pertama, yaitu mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. Kedua, yaitu mendasarkan diri pada bbukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan cerita. Berkenaan
dengan
tema,
Burhan
Nurgiyantoro
(1995:77-84)
menggolongkan tema tradisional yang menunjuk pada tema yang “itu-itu” saja dan tema nontradisional yang bersifat tidak lazim. Ia juga mengungkakan adanya tema pokok atau tema mayor sebagai makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umu karya, dan tema tambahan atau tema minor. Burhan Nurgiyantoro (1995:77-84) menggolongkan tema tradisional juga mengutip tingkatan tema menurut Shipley, yaitu: (1) tema tingkat fisik, yaitu manusia sebagai (atau dalam tingkatan kejiwaan) molekul; (2) tema tingkat organik, yaitu manusia sebagai protoplasma; (3) tema tingkat commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial, yaitu manusia sebagai makhluk sosial; dan (4) tema tingkat egoik, manusia sebagai individu. 2) Alur cerita Alur cerita disebut juga plot. Plot merupakan jalan cerita yang dirangkaikan pada peristiwa-peristiwa yang memiliki hubungan sebabakibat.
Sebagaimana
dikemukakan
oleh
Stanton
(dalam
Burhan
Nurgiyantoro, 1995:113) bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun urutan kejadian itu hanya dihubungkan secara sebabakibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Pendapat senada disampaikan Kenney (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:113) bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Berdasarkan uraian banyak tokoh Herman J. Waluyo (2002:140) mengemukakan pengertian tentang plot. Menurutnya plot mengandung indikator-indikator sebagai berikut: a) Plot adalah kerangka atau struktur cerita yang merupakan jalinmenjalinnya cerita dari awal hingga akhir; b) Dalam plot terdapat hubungan kausalitas (sebab-akibat) dari peristiwaperistiwa, baik dari tokoh, ruang, maupun waktu; c) Jalinan cerita dalam plot erat kaitannya dengan tempat dan waktu kejadian cerita; d) Konflik batin pelaku adalah sumber terjadinya plot yang berkaitan dengan tempat dan waktu kejadian cerita; e) Plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh antagonis dengan tokoh protagonis. Plot memegang peranan penting dalam cerita. Fungi plot memberikan penguatan dalam proses membangun cerita. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 146-147) plot memiliki fungsi untuk membaca ke arah pemahaman cerita berikutnya. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagaimana unsur intrinsik lainnya, plot terkandung di dalam cerita novel. Peristiwa-peristiwa cerita dapat diketahui dengan mengamati penokohan peran yang ada. Hal ini seperti dikemukakan Burhan Nargiyantoro (1995: 114) bahwa peritiwa-peristiwa cerita (dan atau plot) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh utama cerita. Bahkan pada umumnya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tak lain dari perbuatan dan tingkah laku para tokoh, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal, baik yang bersifat fisik maupun batin. Plot merupakan cerminan, atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap menhadapi berbagai masalah kehidupan. Tidak dengan sendirinya semua tingkah laku kehidupan manusia boleh manusia bersifat plot. Apabila melihat kenyataan kehidupan yang begitu kompleks dan sering tidak berkaitan. Kejadian, perbuatan, atau tingkah laku kehidupan mannusia bersifat plot. Secara teoritis plot biasanya dikembangkan dalam urutan-urutan tertentu. Herman J. Waluyo (2002: 147-48) membedakan plot menjadi tujuh tahapan: (1) eksposisi, yaitu paparan awal cerita; (2) inciting moment,yaitu peristiwa mulai adanya problem-problem yang ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau ditingkatkan; (3) rising action, yaitu penanjakan konflik; (4) complication, yaitu konflik yang semakin ruwet; (5) klimaks, yaitu puncak dari seluruh cerita dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat klimaks cerita tersebut; (6) falling action, yaitu konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya; (7) denovement, yaitu penyelesaian. Plot ada dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan
kriteria
tertentu.
Burhan
Nurgiyantoro
(1995:153-163),
mengemukakan pembedaan plot yang didasarkan pada tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, kepadatan, dan isi. Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dibedakan menjdi dua kategori, yaitu: kronologis dan tak kronologis. Kategori koronologis userprogresif, sedangkan kategori tak disebut sebagai plot lurus;commit maju;toatau
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
kronologis disebut sebagai plot sorot balik; mundur; flashback; regresif. Plot sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat ideologis, peristiwa pertama diikuti oleh (atau; menyebabkan) terjadinya peristiwa yang kemudian. Jika cerita tidak dimulai dari tahap awal cerita dikisahkan, dikatakan berplot sorot balik atau flashback. Istilah plot tunggal dan subplot digunakan menilik pada plot berdasarkan kriteria jumlah. Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis sebagai hero. Namun, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dn konflik yang dihadapinya. Alur semacam itu menandakan adanya sub-subplot. Plot berdasarkan kriteria kepadatan dibagi menjadi plot padat atau rapat dan plot longgar atau renggang. Novel yang berplot padat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain tidak dapat dipisahkan atau dihilangkan salah satunhya. Dalam novel yang berplot longgar antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain disertai dengan berbagai peristiwa tambahan atau berbagai pelukisan tertentu seperti penyesuaian latar dan suasana. Perbedaan plot berdasarkan kriteria isi dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu, plot peruntungan (plot of fortune), plot tokohan (plot of character) dan plot pemikiran (plot of thought). Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib peruntungan yang menimpa tokoh cerita yang bersangkutan. Plot tokohan mengarah adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjai fokus perhatian. Sedangkan plot pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, dan kehidupan manusia. 3) Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam commit to user untuk menunjuk pada orangnya cerita novel. Istilah ”tokoh” digunakan
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
atau pelaku cerita. Istilah “penokohan” untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Herma J. Waluyo (2002:150) mengungkapkan bahwa novel-novel Indonesia adalah novel tokohan; segala persoalan berasal, berpijak, dan berujung pada sang tokoh. Herman J. Waluyo (2002:165) menyatakan bahwa penokohan berarti cara pandang pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak ttokoh-tokoh itu. Dengan penggambaran watak-watak pada pelaku maka cerita tersebut bertingkah laku seperti halnya manusia hidup. Dari interaksi antar tokoh dengan penokohannya memunculkan konflik yang kemudian berkembang menjadi peristiwa. Klasifikasi tokoh terdapat beberapa jenis penamaan berdasrkan dari sudut pandang tertentu. Berikut ini beberapa jennis penamaan dalam cerita novel beserta penjelasannya: a) Tokoh utama dan tokoh tambahan Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali dalam porsi cerita yang relatif pendek karena fungsinya hanya sebagai pelengkap. b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Tokoh protagonis adalah tokoh sentral atau tokoh yang mendukung jalannya cerita sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang mempunyai konflik dengan tokoh protagonis. c) Tokoh Datar atau Tokoh Bulat Tokoh datar atau tokoh sederhana adalah tokoh yang mudah dikenali dan mudah diingat sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang wataknya tidak segera dapat dimaklumi pembaca. d) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Tokoh statis adalah tokoh cerita yang esensial tidak mengalami commit to user perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adannya
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan (dan perubahan)peristiwa dan plot yang dikisahkan. e) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitanya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau edangkan tokoh netral adalah tokoh yang hidu demi cerita itu sendiri. Seorang peneliti harus mengetahui cara pengarang menampilkan tokoh jika ingin menganalisis penokahan dalam sebuahh cerita novel. Berdasarkan penyebutan Hudson dan Kenney, Herman J. Waluyo (2002:165-166) menyatakan bahwa pada prinsipnya ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita yang diciptakannya.
Ketiga
analisi/deskripsif/langsung,
cara yaitu
tersebut
adalah:
pengarang
(1)
scara
metode langsung
mendeskripsikan keadaan tokoh itu secara rinci; (2) metode ltidak langsung/dramatik, yaitu pengarang tidak membeberkan tersendiri tokoh yang diciptakan, tetapi memberikan fakta tentang kehidupan tokohnya dalam suatu alur cerita; dan (3) metode konteksual, yaitu metode yang menggambarkan watak tokoh melalui konteks bahasa atau bacaan yang digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh tersebut. Berkenaan dengan pengarang untuk menggambarkan watak tokohtokohnya, Robert Humpre menyebutkan ada empat cara, yaitu: (1) teknik monolog interior tak langsung; (2) teknik monolog interior langsung; (3) teknik pengarang serba tahu; dan (4) teknik solilokui. Teknik monolog interior artinya cerita yang kehadirannya tidak ditujukan kepada siapa pun, baik pembaca maupun tokoh lain. Teknik “pengarang serba tahu” artinya pengarang menjelaskan semua tentang diri tokoh-tokoh dan mencampuri segala tindakan seolah-olah pada diri setiap tokoh, pengarang ada di dalamnya. Teknik solilokui atau percakapan batin artinya commit to user tokoh itu sendiri. penggambaran watak melalui percakapan
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Latar Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:216) mengatakan selain tema, alur, dan penokohan, latar juga memiliki pengaruh dalam karya novel. Latar berperan dalam menghidupkan gambaran yang diceritakan oleh pengarang. Latar itu sendiri didefinisikan sebagai landas tumpu yang mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar yang disebut juga setting, memiliki fungsi yang penting karena kedudukannya tersebut berpengaruh dalam cerita novel. Berkaitan dengan ini, Kenney (dalam Herman J. Waluyo,2002:198) menyebutkan tiga fungsi, yaitu: a) Sebagai metafora (seting spiritual) yang dapat dihayati pembaca setelah membaca keseluruhan dari cerita. Setting ini mendasari waktu, tempat, watak pelaku, dan peristiwa yang terjadi. b) Sebagai atmosfer atau kreasi yang lebih memberi kesan, tidak hanya sekedar memberi tekanan kepada sesuatu. Penggambaran terhadap sesuatu dapat ditambahkan dengan ilustrasi tertentu. c) Sebagai unsur yang dominan yang mendukungplot dan perwatakan, dapat dalam hal waktu dan tempat. Pada hakikatnya unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Latar, tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwayang diceritakan dalam novel. Sedangkan latar sosial masyrakat di suatu tempat yang diceritakan dalam novel, mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 1995:227-235 ) commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Sudut Pandang Sudut pandang, atau disebut dengan point of view, merupakan salah satu unsur novel yang digolongkan sebagai sarana cerita. Sudut pandang dalam novel mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Pada cerita novel, posisi novel diwakili oleh pengarang sebagai orang yang berkuasa. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:248) mendefisikan sudut pandang itu sendiri sebagai cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentukcerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sementara itu, Booth (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:249) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Genette (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:250) berpendapat bahwa sudut pandang menyangktu teknis bercerita, karena pada dasarnya penggunaan sudut pandang merupakan masalah pilihan. Artinya, dengan proses itu akan mengarah soal bagaimana pandangan pribadi pengarang akan bisa diungkapkan sebaik-baiknya. Pengarang harus mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya atau oleh seorang narator yang di luar cerita itu sendiri. Percy Lubbock (dalm
Nyoman
Kutha Ratna, 2003:113)
mengatakan bahwa dalam pengertian ilmu sastra modern, sudut pandang dianggap sebagai cara yang paling halus untuk memahami hubungan antara penulis dengan struktur narativitas, yaitu dengan memanfaatkan mediasi-mediasi variasi narator. Sudut pandang menyangkut tempat berdirinya pengarang dalam sebuah cerita, sekaligus menentukan struktur gramatikal naratif. Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak pakar sastra. Pandangan para pakar tersebut pada dasarnya memiliki commit to userposisi pengarang sebagai orang pendapat yang sama, berkisar pada
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran. Sebagaimana penggolongan yang dikemukakan Herman J. Waluyo (2002:184-185), yaitu (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai “aku”, dan disebut teknik acuan, (2) pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai “dia”, dan disebut sebagai teknik dia: (3) teknik yang disebut omniscient narratif atau pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bebas, pengrang tidak memfokuskan kepada satu tokoh cerita di dalam bercerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. b.Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik novel adalah unsur-unsur di luar novel yang mempengaruhi bangun cerita novel, mencakup: 1) Biografi Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri, yaitu pengarang. Novel merupakan bentuk ungkapan seorang pengarang. Oleh karena itu keadaan subjekvitas individu pengarang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Artinya unsur biografi pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 24) Biografi adalah genre yang sudah kuno, dan sesungguhnya merupakan bagian dari penulisan sejarah sebagai historigrafi. Berger dan Luckmann (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 199) berpendapat bahwa biografi sebagai pendekatan dokumenter dan alegoris berasal dari
sedimentasi
berbagai
pengalaman
individu,
pengalaman-
pengalaman yang tersimpan di dalam kesadaran yang pada saat-saat tertentu muncul kembali ke dalam ingatan. Pendapat tersebut diinterprestasiksn Nyoman Kutha Ratna (2003: 199-200) bahwa biografi harus dipahami sebagai referensi-referensi personalitas yang commit to user dikondisikan secara personal.
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Herman J. Waluyo (2003: 68) menyatakan bahwa proses penciptaan cerita fiksi bersifat individual, artinya cara yang digunakan oleh pengarang yang satu dengan yang lainnya. Dalam penjelasannya, yang bersifat individual bukan hanya metodenya, tetapi juga munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apayang ada dalam diri pengarang itu. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Rene Wellek dan Austin Warren (1989: 82) bahwa biografi dapat jg dianggap sabagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif. Goldman (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 198) pada dasarnya memandang struktur psikologis yang berkaitan dengan kehidupan penulis sehari-hari sebagai memiliki relevansi terhadap pemahaman karya. Hal ini sekaligus menjawab pertayaan tentang sejauh mana boigrafi itu relevan dan penting untuk memahami karya sastra. Menurut Goldmann (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003:89) karya sastra yang valid adalah karya sastra yang didasarkan atas keseluruhan kehidupan manusia, yaitu pengalaman subjek kreator sebagai warisan tradisi dan konvensi. Konvensi yang dipakai jelas berdasarkan pengalaman dan hidupnya sendiri. Dalam hubungan ini intensi-intensi penulis, didasari atau tidak, dipahami melalui referensi eksistensi penulis secara aktual yang pada umunya dikaitkan dengan unsur-unsur biografinya (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 202). Pada karya sastra, novel khususnya studi biografi bermanfaat menjelaskan aktivitas sebagai penjelasan makna-makna individualitas, terutama mengenai hakikat psikologis pengarang (Nyoman Kutha Ratna 2003:198). Biografi juga mengumpulkan bahan untuk menjawab sejarah sastra seperti bacaan pengarang, persahabatan pengarang dengan sastrawan lain, serta daerah dan kota-kota yang pernah dikunjungi dan ditinggalinya (Rene Wellek dan Austin Warren, 1989:88). Maka itu, keterlibatan sosial, sikap, dan ideologi pengarang commit to user biografi. dapat juga dipelajari melalui dokumen
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di samping itu, biografi sebagai pernyataan-penyataan data mentah sebagai manifestasi fisikal struktur dan personalitas merupakan aspek inheren, artinya selalu menampakkan diri dalam proses pemahaman sastra (Nyoman Kutha Ratna 2003:202). Manfaat lain dari pendekatan biografi dalam konteks konvensi yang dipakai berguna untuk menjelaskan makna alusi dan kata-kata yang dipakai dalam novel. Kerangka biografi pun dapat membantu dalam mempelajari masalah pertumbuhan kedewasaan dan merasa kreativitas pengarang (Rene Wellek dan Austin Warren, 1990:288). 2) Sosial Budaya Masyarakat Pandangan mengenai sastra adalah ungkapan
masyarakat
(literature is an expression of society) memberikan asumsi bahwa sastra sebagai cermin masyarakat. George Lukacs (dalam Sangidu, 2004:440 mengengkapkan
teorinya
sebagai
pencerminan
masyarakat.
Ia
mengatakan bahwa seni, (sastra) yang sejati tidak hanya merekam kenyataan bagaikan sebuah tustel foto tetapi melukiskan dalam keseluruhannhya. Maksud mencerminkan berarti menyusun sebuah struktur mental. Sebuah novel tidak hanya mencerminkan realits, tetapi lebih dari itu, lebih lengkap, lebih hidup dan lebih dinamik yang mungkin melampaui pemahaman umum. Kemudian Goldmann (dalam Faruk, 2003:43) mengukuhkan adanya hubungan antara sastra dan masyarakat melalui pandangan dunia, ideologi yang diekspresikannya. Ia meyakini bahwa karya sastra memiliki titik tolak yang kuat dalam menjelaskan aspirasi-aspirasi masyarakat tertentu (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 60). Pendekatan
sosiologi
sastra
memiliki
pandangan
terhadap
keterkaitan aspek sastra dengan sosio budaya. Mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra. Aspek pertama tersebut terkait masalah refleksi sastra sedangkan aspek kedua berhubungan konsep commit to user93). pengaruh (Suwardi Endraswara, 2003:
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu, Grebstein (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 92) memberikan asumsi dasar kajian konteks sosiobudaya. Asumsi dasar tersebut diantaranya : a)
Karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau perubahan atau yang telah mengahsilkannya. Ia harus dipealajari dalam konteks yang seluas-luasnya dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil pengaruh timbal balik yang rumit antar faktorfaktor sosial kultural, dan karya itu sendiri merupakan obyek nkultural yang rumit. Bagaimanapun karya sastra bukanlah gejala yang tersendiri.
b)
Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk dan tekhnik penulisanny; bahkan boleh dikatakan bahwa bentuk dan tekhnik ditentukan oleh gagasan tersebut. Tidak ada karya besar yang diciptakan berdasrakan gagasan sepele dan dangkal; dalam pengertian ini sastra adalah kegiatan yang sungguhsungguh.
c)
Setiap karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakikatnya suatu moral, baik dalam hubungannya dengan kebudayaaan sumbernya maupun dalam hubungannya dengan orang-seorang. Karya sastra bukan moral dalam arti sempit, yakni yang sesuai dengan suatu kode atau sistem tindak tanduk tertentu, melainkan bahwa ia terlibat dalam kehidupan dan menampilkan tanggapan evaluatif. Dengan demikian sastra adalah eksperimen moral.
d)
Masyarakat dapat mendekati sastra dari dua arah: pertama, sebagai suatu kekuatan atau faktor material istimewa; dan kedua sebagai tradisi,
yakni kecnderungan-kecerendungan spiritual maupun
kultural yang bersifat kolektif. Bentuk dan isi dengan sendirinya dapat mencerminkan perkembangan sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang to halus commit userdalam watak kultural.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika mengacu pada teori Taine (dalam Umar Yunus, 1985:19) karya sastra memang dapat dipengaruhi oleh kondisi sosiobudaya masyarakat, yaitu ras, waktu, dan lingkungan. Dalam hal ini, sastra akan dipengaruhi oleh kondisi sejarah dan kelas masyaratkat yang akan tampak dalam gaya maupun bentuk sasta. Bahkan lebih jauh lagi, superstruktur masyarakat
kadang-kadang
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
kehidupan sastra. Karya sastra khususnya novel, menamplikan latar belakang sosial budaya masyarakat. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 51) latar belakang yang ditampilkan melliputi : tata cara kehidupan, adat istadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan masyarakat, dalam cara berfikir, cara memandang sesuatu dan sebagainya. Latar belakang sosial budaya tersebut menjadi deskripsi permasalahan yang diangkat dalam cerita novel. Uraian dalam karya sastra tentang latar belakang sosial budaya dan kenyataan berhubungan erat denagan warna lokal. Cerita rekaan akan senantiasa menampilkan warna lokal agar ceritanya kuat dan meyakinkan. Warna lokal dapat berupa keadaan alam, jalan, perumahan, paparan tentang kesenian, upacara adat, dan dialog (cakapan) yang diwarnai dengan dialek (Herman J. Waluyo, 2002: 54). Faktor sosiologis sering pula dikaitkan dengan faktor historis karena setiap
perkembangan
sejarah
menunjukkan
perbedaan
situasi
masyarakat. Oleh karena itu, cerita yang ditampilkan oleh pengarang mengandung
permasalahan
masyarakat
yang
sesuai
dengan
permasalahan masyarakat pada zaman tertentu. Hal ini disebabkan oleh adanya tuntutan untuk menjawab masalah mendasar masyarakat. Karya sastra angkatan 20-an misalnya merupakan cermin keadaan masyarakat 1920-an, demikian pula kara sastra 1930-an, 1945-an, dan seterusnya. Konteks karya sastra yang cenderung memantulkan keadaan user sebagai saksi zaman (Suwardi masyarakat menjadikancommit karya tosastra
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Endraswara, 2003:89). Dalam kaitan ini sebenarnya karya sastra, melalui kreatif pengarang, ingin berupaya untuk mendokumentasikan zaman sekaligus sebagai alat komunikasi dengan pembacanya (masyarakat itu sendiri). Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya berkaitan dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Hal tersebut juga mengacu pada fungsi yang berbeda-beda dari zaman di berbagai masyarakat. Di suatu zaman dan masyarakat tertentu sastra dapat berfungsi sebagai alat penyebarluas ideologi; atau di zaman dan masyarakat lain sastra mungkin dianggap sebagai tempat pelarian yang aman dari kenyataan sehari-hari yang tidak tertahankan. Bahkan sastra
dapat
digunakan
menggambarkan
peristiwa
kemanusiaan
(Suwardi Endraswara: 2003,91). Sastra adalah bagian dari masyarakat yang dihasilkan oleh pengarang yng notabene merupakan anggota kelompok masyarakatnya. Karya sastra dengan hakikat rekaannya memampukan manusia, baik manifestasi individualitas maupun kolektivitas untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah sosial yang berbeda dengan cara yang sama (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 99). Dengan demikian, karya sastra bersumber dalam kehidupan masyarakat dalam konfigurasi status dan peranan yang berbentuk dalam struktur sosial dan dengan sendirinya menerima pengaruh sosial (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 33). Dalam istilah Sangidu (2004: 41) sastra dipandang sebagai gejala sosial.
3. Hakikat Sosiologi Sastra a. Pengertian Sastra Rene Wellek dan Austin Warren memberikan pengertian sastra sebagai berikut: “Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknikteknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial merupakan konvensi dan commit norma masyarakat. Lagi pula sastra menyajikan to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra meniru alam dan dunia subjektif kehidupan manusia.” (Rene Wellek dan Austin Warren, 1993: 109) Jackob Sumardjo (1982: 12) berpendapat bahwa sastra merupakan produk masyarakat yang berada di tengah-tengah masyarakat karena dibentuk oleh anggota-anggota masayarakat berdasarkan desakan-desakan emosional dan rasional masyarakat. Bertalian dengan istilah sastra, M. Atar Semi (1993 8) menjelaskan sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Jackob Sumardjo dan Saini K. M. (1994: 3) menjelaskan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra yang baik, kata Kayam bukanlah tiruan langsung kehidupan. Novel seperti sering diucapkan para ahli sastra, tidaklah memberikan
rumus-rumus
berharga bagi intelek, tetapi lebih menyarankan berbagai kemungkinan moral, sosial dan psikoogis mendorong kemampuan pikiran untuk merenung, bermimpi, membawa pikiran ke semua macam situasi dan dibentuk oleh pengalamanpengalaman imajinatif. Novel membantu kita membentuk sikap yang umum terhadap kehidupan. Melalui karya sastra yang menyarankan berbagai kemungkinan moral, sosial dan psikologis itu orang dapat lebih cepat mencapai kemantapan bersikap, yang terjelma dalam perilaku dan pertimbangan pikiran yang dewasa. Dengan memasuki “segala macam situasi” dalam karya sastra, orang pun akan dapat menempatkan diri pada kehidupan yang lebih luas daripada situasi dirinya yang nyata. (http://www.geocities.com/paris/perc/2713/esai 4.html) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif kehidupan manusia melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan manusia atau kemanusiaan. b. Pengertian Sosiologi Soerjono Soekanto (1990: 4) merumuskan “secara etimologis sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti kawan dan logos dari kata Yunani yang berarti ilmu”. Lebih lanjut Soekanto menjelaskan: Secara singkat sosiologi adalah ilmu sosial yang objeknya adalah keseluruhan masyarakat dalam hubungannya dengan orang-orang di sekitar masyarakat itu. Sebagai ilmu sosial, sosiologi terutama menelaah gejala-gejala di masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembagalembaga kemasyarakatan, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya. Selain itu sosiologi sastra juga mengupas gejala-gejala sosial yang tidak wajar dan gejala abnormal atau gejala patologis yang dapat menimbulkan masalah sosial. (Soerjono Soekanto, 1983: 395) Dalam sosiologi novel, ilmu sosiologi berhubungan dengan suatu seni. Adalah benar, fiksi naratif termasuk dalam bahasa dan membentuk karakternya sendiri paling banyak dari bahasa itu; bentuk dan isi novel mengambil lebih dekat fenomena sosial dibanding bentuk kesenian lain kecuali, film mungkin; novel seringkali terlihat punya hubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu dalam sejarah manusia (Sapardi Djoko Damono 1979: 71). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat serta gejala-gejala sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan” dan logos dari kata Yunani yang berarti “kata” atau “berbicara”. Sosiologi berarti, “berbicara mengenai masyarakat” (Soerjono Soekanto, 1984: 4). commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan sebagai berikut. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (normanorma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial. Jadi, sosiologi dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tadi. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dan masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Sastra diciptakan oleh anggota masyarakat (pengarang) untuk dinikmati dan dimanfaatkan juga oleh masyarakat. Dalam hal ini, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Perbedaan antara sosiologi dan sastra adalah sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya. Akibatnya hasil penelitian bidang sosiologi cenderung sama, sedangkan penelitian terhadap sastra cenderung berbeda sebab cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya itu berbeda-beda menurut pandangan orang-seorang (Sapardi Djoko Damono, 1979: 7). Rachmat Djoko Pradopo (1989: 47) mengatakan bahwa, “Pendekatan sosiologi sastra selalu mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Dalam memahami permasalahan di dalam karya sastra commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
secara sosiologi sastra mau tidak mau akan berhubungan dengan permasalahan yang nyata di dalam struktur masyarakat”. Swingewood mendeskripsikan berbeda, mengenai masalah sosiologi sastra tersebut. Ia mengklasifikasikannya sebagai berikut. 1. Sosiologi dan sastra yang membicarakan tentang tiga pendekatan. Pertama, melihat karya sastra sebagai dokumen sosial budaya yang mencerminkan waktu zaman. Kedua, melihat segi penghasil karya sastra terutama kedudukan sosial pengarang. Ketiga, melihat tanggapan atau penerimaan masyarakat terhadap karya sastra. 2. Teori-teori sosial tentang sastra. Hal ini berhubungan dengan latar belakang sosial yang menimbulkan atau melahirkan suatu karya sastra. 3. Sastra dan strukturalisme. Hal ini berhubungan dengan teori strukturalisme. 4. Persoalan metode yang membicarakan metode positif dan metode dialektik. Metode positif tidak mengadakan penelitian terhadap karya sastra yang digunakan sebagai data. Dalam hal ini karya sastra yang dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur sosio budaya, sedangkan metode dialektik hanya menggunakan karya yang bernilai sastra. Yang berhubungan dengan sosio budaya bukan setiap unsurnya, tetapi keseluruhannya sebagai satu kesatuan (dalam Umar Yunus). Dari sekian banyak telaah sosiologi terhadap sastra, dapat disimpulkan oleh Sapardi Djoko Damono menjadi dua kecenderungan utama, yakni: Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan commitdalam to usersosiologi sastra ini adalah analisis penelaahan. Metode yang dipergunakan
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra. Lebih jauh lagi, Sapardi Djoko Damono (1979: 19) menyatakan bahwa pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda dengan pengertian sosiosastra, pendekatan sosiologi, atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra. Pendekatan sosiologi ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukkan suatu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial, yang diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat. Tujuan penelitian sosiologi sastra adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, utuh, dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat. Gambaran yang jelas tentang hubungan timbal balik antara ketiga anasir itu sangat penting artinya bagi peningkatan pemahaman dan penghargaan manusia terhadap sastra itu sendiri. Sapardi Djoko Damono (1979: 97) membedakan sejumlah pendekatan sosiologi sastra ke dalam beberapa macam, yaitu: 1. Sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra sebagai dokumen sosial budaya. 2. Sosiologi sastra yang mengkaji penghasilan dan pemasaran karya sastra. 3. Sosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadap karya sastra seorang penulis dan apa sebabnya. 4. Sosiologi sastra yang mengkaji pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra. 5. Sosiologi sastra yang mengkaji mekanisme universal seni, termasuk karya sastra. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
6. Strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann dari Perancis. Berdasarkan pendapat diatas, pendekatan sosiologi sastra adalah suatu pendekatan sastra yanng menelaaah karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan sosiologi sastra mempunyai hubungan yang erat dengan sastrawan dan karya sastra. Wollf (dalam Suwardi Endraswara, 2003:77) menyatakan sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu yang tanpa bentuk, tidak terdefisikan dengan baik terdiri dari sejumlah studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang lebih umum, yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal
yang
berhubunngan antara sastra dengan masyarakat. Faruk (1994:1) berpendapat bahwa sosiologi merupakan gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosiologi, proses belajar secara kultural, yang dengan individuindividu dialokasikan pada peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu. Adapun secara singkat Garbstein (dalam Faruk, 1994: 32) mengungkapkan konsep tentang sosiologi sastra, yaitu: a. Karya sastra tidak dapat dipahami selengkapnya tanpa dihubungkan dengan kebudayaan dan peradaban yang menhasilkannya. b. Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk penulisasnnya. c. Karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah suatu prestasi. d. Masyarakat dapat mendekati sastra dari dua arah. 1) Sebagai faktor material istimewa 2) Sebagai tradisi e. Kritik sastra seharusnya lebih dari sekedar perenungan estetis yang tanpa pamrih. f. Ktitikus bertanggung jawab baik kepada sastra masa silam maupun sastra masa depan. Secara epitemologis (dari sudut teori keilmuan) tidak mungkin mebangun commityang to user suatu sosiologi sastra yang general meliputi seluruh pendekatan.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Uraian berikut dipusatkan pada sosiologi sastra Marxis yang memang sangat menonjol atau dominan. Garis besarnya adalah sebagai berikut: 1) Manusia harus hidup dulu sebelum dapat berpikir 2) Struktur sosial masyarakat ditentukan oleh kondisi-kondisi kehidupan khususnya sistem produksi ekonomi. Dibedakan antara infrastruktur dan suprastruktur. h. Walaupun Marxis sadar bahwa hubungan sastra dan masyarakat itu rumit, para pengikut Marxis tetap menganggap bahwa sastra merupakan gejala kedua yang ditentukan oleh yaitu infrastruktur. Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan penjelasan yang dibuat oleh Ian Watt dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra dan masyarakat. Suwardi Endraswara (2003:77) menyatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak dinikmati oleh peneliti yang ingin menelliti sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat karena sifatnya yang reflektif itu. Asumsi dasar penelitiaan sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses adalah karya sastra uang mampu merefleksikan zamannya. Itulah sebabnya, sangatlah beraalaskan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Pendekatan sosiologi sastra memiliki pandangan terhadap keterkaitan aspek sastra dan sosial budaya: pertama, hubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi sosiobudaya. Kedua, mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra aspek peertama tersebut terkait masalah refleksi sastra. Aspek kedua berhubungan
dengan
konsep
pengaruh
(Suwardi
Endraswara
2003:93).
Pendekatan yang mengungkapkan aspek sastra dengan refleksi dokumen sosiobudaya, mengimplikasikan bahwa karya sastra menyimpan hal-hal penting bagi kehidupan sosiobudaya. Pendekatan ini hanya bersifat parsial, artinya sekedar mencatat keadaan sosiobudaya masyarakat tertentu. Jadi, pendekatan ini tidak memperhatikan struktur teks, melainkan hanya penggalan-penggalan cerita yang terkait dengan sosiobudaya.commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sosiologi sastra oleh Rene Wellek dan Austin Warren (dalam Wiyatmi 2006:98) diklasifikasikan tiga tipe yaitu: a. Sosiologi pengarang yaitu pendekatan yang menelaah mengenai latar belakang sosial, status sosiala pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. b. Sosiologi karya yaitu pendekatan yang menelaah isi karya sastra, tujuan serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. c. Sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra yaitu pendekatan yangg menelaah mengenai sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial. Senada dengan pendapat di atas Suwardi Endraswara (2003:80) mengatakan bahwa sosiologi sastra dapat meneliti sastra sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif yaitu: a. Perspektif teks sastra, artinya peneliti meneliti karya sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan dan sebaliknya. b.
Perspektif biologis, yaitu peneliti menganalisis pengarang, latar belakang, penciptaan karya sastra itu sendiri, dan sebagainya.
c. Perspektif reseptif yaitu, menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks masyarakat. 4. Hakikat Nilai-nilai Sosial Secara umum nilai-nilai adalah keyakinan relatif kepada yang baik dan jahat, yang benar dan yang salah, kepada apa yang seharusnya ada dan seharusnya tidak ada. Nilai-nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan social. Kebanyakan hubungan-hunbungan social didasarkan bukan saja pada fakta-fakta positif. Akan tetapi juga pada pertimbangan-pertimbangan nilai. Woods menjelaskan nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Koentjaraningrat memaparkan bahwa nilai merupakan suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi commit to user kelakuan manusia.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Notonagoro
(dalam
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori%20jenis-
jenis%20nilai/ NILAI%20SOSIAL.htm) membedakan nilai menjadi tiga. Nilai dibedakan atas nilai material, vital, dan kerohanian. a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitasnya. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai berikut ini. 1.) Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta). 2.) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, estetis). 3.) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau keamanan (karsa, etika). 4.) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia. Di dalam masyarakat kita dapat menjumpai berbagai nilai yang dianut demi kebaikan bersama anggota masyarakat. Di samping beberapa jenis nilai sosial seperti yang diutarakan Notonagoro di atas, masih ada beberapa jenis nilai sosial dilihat dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya (dalam http://www.isidps.ac.id/teori%20jenisjenis%20nilai/Nilai%20Sosial%20%20%20Institut%20Se ni%20 Indonesia%20Denpasar.htm). a. Berdasarkan Sifatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya, yaitu nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan. 1) Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya. 2) Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis. 3) Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan. 4) Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undangundang atau peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar mengetahui hak dan kewajibannya. 5) Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai dengan konsep keilmuannya. 6) Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masingmasing ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat manusia. 7) Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan estetika (keindahan) sebagai salah satu aspek dari kebudayaan. b. Berdasarkan Cirinya Berdasarkan cirinya, kita mengenal dua jenis nilai, yaitu nilai yang commit to user tercernakan dan nilai dominan.
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
1) Nilai yang tercernakan atau mendarah daging ( internalized value ), yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang. Sebagai contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan menolong anaknya yang terperangkap api di rumahnya, meskipun risikonya sangat besar. 2) Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Mengapa suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut. a) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. b) Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai itu. c) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut. d) Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu. c. Berdasarkan Tingkat Keberadaannya Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya, yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri. 1) Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada dan memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan, dan lain-lain. 2) Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pandai karena bimbingan dan arahan dari para gurunya. Dengan kata lain nilai ini sangat bergantung pada subjeknya. Dari beberapa pendapatdi atas maka nilai-nilai social dapat dikategorikan menjadi (1) nilai material, (2) nilai vital, (3) nilai kerohanian, (4) nilai berdasarkan sifatnya, (4) nilai berdasarkan cirinya, dan (5) nilai berdasarkan tingkat keberadaannya B. Penelitian yang Relevan Peneliti yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Ernawati pada tahun 2007 berjudul “Analisis Novel Mantra Pejinak Ular karya Kuntowijoyo (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Hasil penelitian menunjukkan dan memaparkan keterjalinan antarantar unsur intrinsik dalam novel tersebut. Unsur itu adalah tema, penokohan, setting/latar, alur atau plot serta amanat yang terkandung dalam novel tersebut. Penelitian ini juga memberikan pandangan dan analisis dalam dunia pengarang. Maksudnya adalah pembahasan novel ini ditinjau dari sudut pandang pengarang novel tersebt. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ririh Yuli Atminingsih pada tahun 2007 yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi, yaitu: simile, metafora, personifikasi, hiperbola, ironi, paradoks, metonimia, alusio dan lain sebagainya. Novel Laskar Pelangi juga mengandung beberapa nilai didik yang meliputi nilai religius, nilai sosial, dan nilai moral. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pembelajaran bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI, menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai bahan ajar dan sesuai dengan kurikulum yang ada. 3. Penelitian yang dilakukan Maria Ika Asih pada tahun 2008 berjudul “Analisis Novel Langit dan Bumi Sahabat Kami (Tinjauan Sosiologis)”. Hasil penelitian commit to user yang menunjukkan beberapa masalah sosial yang ada dalam novel Langit dan
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Bumi Sahabat Kami karya NH.Dini tersebut antara lain adalah kehidupan yang terjadi pada waktu pengarang masih muda. Kemiskinan yang merajalela, pencurian dan kejahatan ada dimana-mana serta kelaparan yang menghantui serta penduduk, termasuk di dalamnya adalah pelanggaran terhadap normanorma yang ada dalam masyarakat. 4. Jurnal yang berjudul “Energy of Novels Saman, Nayla, and Petir in Literary Publishing Industry” karya Sugiarti, I Nyoman Kutha Ratna, I Nyoman Weda Kusuma, dan Ayu Sutarto pada tahun 2010. Jurnal ini menghasilkan (1) aspek tema dan energi yang terkandung dalam novel Saman, Nayla dan Petir mengacu pada perhatian wanita pada struktur sosial dan budaya, budaya patriaki, dan konflik antara struktur tradisional dan modern. Ada ekspresi yang vulgar dan meledak-ledak, diksi yang kontras, imajinasi dan bahasa yang simbolik, menggunakan gaya yang alami, narasi bebas, dengan teknik ilmiah dan mengejutkan. Kekuatan narasi, karakteristik, dan keunikan novel Saman, Nayla dan Petir memotivasi industri penebitan untuk menerbitkannya; (2) penerimaan pembaca terhadap tema pada novel Saman, Nayla, dan Petir ini berhubungan dengan perubahan sosial dan kebudayaan, dan industri penerbitan sastra di Indonesia, yang dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu pro dan kontra. Perubahan sosial dan budaya disebabkan nilai-nilai pada sastra tidak terikat ruang dan waktu. Demikian nilai-nilai itu akan tetap bertumbuh dan berubah. (3) relevansi industri budaya dan ekonomi praktis terhadap para pasar pembaca buku dan industri penerbitan sastra sejarah, ini dapat dilihat pada model yang menjadi kolektif, bisnis dan bukan berorientasi pada ideologi yang merupakan sesuatu yang lebih penting dari yang lainnya. Sejarah sastra Indonesia kurang berpengalaman menghasilkan pengembangan industri budaya, tanpa memperhatikan fakta bahwa itu masih berdasar pada standar estetika. 5. Thesis yang dilakukan oleh Dian Yunita Rahmawati mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berjudul Analisis Watak Tokoh Utama pada Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) commit to user pada tahun 2010 (http://www.researchgate.net/publication) Hasil dari
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian itu adalah (1) emosi: mudah marah, sering tertawa, tidak mempunyai perhatian yang mendalam, berpegang pada pendiriannya, benci mentolelir, jujur dalam batas rendah, tidak mau bangkit; (2)pembawaan/ fungsi kedua: kalem, tidak mudah menyerah, suka membantu, punya memori, berpikir bebas, konsekuen, tidak kalem, egois; dan (3) aktivitas: senang, menghindari hambatan, berwawasan luas, memperbaiki huungan ketika bertengkar, sering kehilangan harapan, semua dilihat sebagai masalah yang berat, bernafsu, sulit untuk membuka hatinya. Dalam hubungannya dengan kelima penelitian di atas, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mempunyai kesamaan dalam hal penggunaan objek dan pendekatan penelitian, yaitu novel Nayla karya Djenar Maesa dan pendekatan sosiologi sastra. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa pembelajaran sastra hakikatnya adalah apresiasi sastra. Pembelajaran sastra dalam prosesnya tentunya membutuhkan sebuah karya satra yang berkualitas. Salah satu karya sastra yang berkualitas itu adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang menceritakan tentang kehidupan yang dialami pengarang. Masalah sosial yang terdapat dalam novel tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu nantinya dapat dijadikan sebagai bahan ajar sastra di sekolah (apresiasi novel). Bertolak dari hal di atas, maka penulis bermaksud menelaah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sesuai dengan kajian teori yang telah dikemukakan oleh peneliti, untuk memahami sastra secara utuh, dalam pendekatan sosiologis sastra harus ditempuh dengan beberapa cara, pertama adalah menganalisis struktur dari novel itu sendiri, kedua adalah menganalisis masalah sosial dalam novel tersebut, ketiga adalah meneliti latar belakang penciptaan tersebut, dan terakhir adalah menganalisis resepsi masyarakat terhadap novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Tujuan yang commit user hendak dicapai dalam penelitian ini adalahtopemahaman pembaca terhadap struktur
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari novel ini, nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, dan tanggapan komunitas pembaca mengenai novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Simpulan alur berpikir adalah pemahaman novel Nayla
karya Djenar
Maesa Ayu kepada pembaca melalui pendekatan sosiologi sastra terdiri dari beberapa cara, yaitu mengetahui struktur novel, nilai-nilai sosial dalam sebuah novel, dan tanggapan komunitas pembaca terhadap novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Untuk mempermudah pemahaman alur berpikir ini, perhatikan bagan berikut
Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu
1. Struktur novel 2. Nilai-nilai sosial yang dikandung 3. Tanggapan pembaca
Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
Kesimpulan penelitian
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini tidak terikat oleh tempat dan waktu karena merupakan studi kepustakaan yang lebih banyak dipusatkan di perpustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai referensi. Penelitian ini bukan merupakan penelitian lapangan yang statis, tetapi merupakan analisis yang dinamis. Adapun waktu penelitian ini berlangsung selama delapan bulan, yaitu mulai bulan September sampai April 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, sedangkan strategi penelitian yang digunakan adalah pendekatan intertekstual, dan metode analisisnya berupa content analysis. Penelitian kualitatif deskriptif berarti penelitian tersebut terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar (jika diperlukan) bukan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Data dan hasil analisis penelitian deskriptif berbentuk deskripsi, fenomena, bukan berupa angka-angka atau hubungan antar variabel. Sementara itu, metode content analysis atau analisis isi adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis isi suatu dokumen.
C. Sumber Data Dalam penelitian ini, data diambil dari dua buah sumber, sebagai berikut: 1. Dokumen Dalam penelitian ini berupa novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu terbitan tahun 2005 oleh PT. Ikar Mandiri Abadi, Jakarta. Novel ini menceritakan pengalaman hidup seorang tokoh Nayla yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang keras. Pengalaman hidupnya ini membawa pertentangan batin dan konflik diri sehingga tokoh cerita menjadi frustasi. commit to user Novel ini terdiri dari 100 halaman. Tebalnya adalah 1 cm.
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Informan Yaitu seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang diteliti atau dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah para pembaca novel Nayla dan penikmat sastra di Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Dokumen Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini berupa novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Adapun langkah-langkahnya, yaitu: (a) membaca teks cerita dari awal untuk menemukan data yang menunjukkan keberadaan penyebab frustasi tokoh cerita, (b) Melakukan pencatatan (hand writing), (c) Memberikan deskripsi, baik secara eksplisit maupun implisit, dan (d) Melakuakan verifikasi (tindakan yang menguji keabsahan data primer) 2. Wawancara mendalam (in-depth interview) Wawancara dilakukan terhadap sastrawan atau pegiat dan penikmat sastra di Surakarta. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap novel tersebut dan hasil analisis peneliti.
E. Teknik Validitas Data Teknik yang digunakan untuk menguji kevalidan data adalah dengan menggunakan trianggulasi. Trianggulasi merupakan pengecekan kebenaran data dengan cara memperoleh data tersebut dari pihak atau sumber yang berbeda. Adapun tujuannya adalah membandingkan informasi mengenai hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan atau kevalidan data. Adapun trianggulasi yang digunakan: 1. Trianggulasi metode Merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan commitinformasi to user (dokumen dan informan). Data sesuatu di luar data itu, yaitu sumber
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil analisis di chek kebenarannya dengan informasi dari narasumber. 2. Trianggulasi teori Merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data hasil analisis dengan menggunakan teori yang berbeda, tetapi membahas masalah yang sama.
F. Teknik Analisis Data Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif menurut Lexy J. Moelong (2002: 16)
"analisis deskriptif kualitatif terdiri dari alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan dan koherensi, yaitu meliputi: kegiatan reduksi data (pengelompokan), penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berikut penulis jelaskan satu per satu langkah-langkah analisis tersebut: 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan mengelompok-kelompokkan data berdasarkan permasalahan yang dikaji. Data yang diambil berupa kata-kata tertulis dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang mengungkapkan informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan dan diambil tersebut kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang penting dan dicari tema atau polanya. Data yang telah direduksi memberi gambaran yang jelas dan tajam mengnai permasalahan yang dikaji, serta mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila sewaktu-waktu diperlukan. 2. Sajian data (display data) Data yang telah direduksi atau dirangkum tersebut dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan permasalahannya agar mudah untuk dianalisis. Data tersebut kemudian dijabarkan dan dibandingkan antara yang satu dengan yang lain untuk dicari persamaan dan perbedaannya. Display data juga merupakan bagian dari analisis. Analisis data dalam model analisis mengalir dilakukan sejak tahap pengumpulan data. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penarikan kesimpulan (conclution drawing) Hasil analisis terhadap novel Nayla tersebut kemudian disimpulkan. Kesimpulan merupakan tahap akhir atau hasil dari penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data
Reduksi Data Pra
Pasca Sajian Data
Analisis Pasca
Penarikan Kesimpulan Pasca Gambar 2. Flow Model of Analysis (Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1995: 18)
G. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini: 1. Pengumpulan data 2. Penyeleksian dan pemilahan data 3. Penganalisisan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Djenar Maesa Ayu merupakan salah satu pengarang yang banyak mengisahkan perempuan sebagai tokoh utama dalam karyanya. Buku pertama Djenar yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! telah cetak ulang sebanyak delapan kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003, selain juga akan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Saat ini cerpen dengan judul yang sama sedang dalam proses pembuatan ke layar lebar. Cerpen Waktu Nayla menyabet predikat Cerpen Terbaik Kompas 2003, yang dibukukan bersama cerpen Asmoro dalam antologi cerpen pilihan Kompas itu. Sementara cerpen Menyusu Ayah menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan judul Suckling Father untuk dimuat kembali dalam Jurnal Perempuan versi bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik Jurnal Perempuan. Buku keduanya, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga meraih sukses dan cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada bulan Februari 2005. Kumpulan cerpen berhasil ini meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award 2004. Nayla adalah novel pertama Djenar yang juga diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Bukunya yang terbaru berjudul Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek, yang merupakan kunpulan cerpen. Tokoh utama Nayla adalah seorang perempuan muda, yang harus meninggalkan ibunya sejak berumur 13 tahun untuk belajar mandiri. Nayla, demikian nama tokoh utama cerita, mengalami rasa kecewa ketika ia mengingat sosok ibunya yang menjebloskan dirinya ke rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Sejak itu ia menjadi frustasi. Ia meninggalkan ibunya dan belajar hidup mandiri. Dalam menjalani kehidupan, Nayla mulai berhadapan dengan berbagai to userterhadap dirinya sendiri maupun konflik/pertentangan batin, baik commit pertentangan
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
reaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Di dalam diri tokoh kadang-kadang timbul persepsi negatif tentang makna kehidupan. Dari berbagai fenomena yang yang dialami tkoh cerita, muncul kekuatan mental dan pemahaman baru tentang cara memaknai kehidupan. Karena terus dirundungberbagai konflik, akhirnya telah menghasilkan perubahan sikap pada tokoh cerita. Ia larut dalam kehidupan malam, bekerja sebagai penata lampu nite club. Pelarian ke dalam dunia malam membuatnya semakin larut dan semakin menghantui hidupnya. Sejak umur 2 tahun ayah dan ibunya bercerai. Nayla dibesarkan oleh ibunya. Nayla dididik ibunya dengan keras agar menjadi sosok yang tegar. Karena sakit hati ibunya terhadap ayahnya Nayla dilarang untuk mencari ataupun menemui ayahnya. Secara diam-diam Nayla berhasil menemukan ayahnya. Akibatnya, ibunya sangat marah dan memberikan pilihan pada Nayla untuk tinggal bersamanya atau ayahnya. Nayla pergi dari rumah ikut bersama ayahnya. Pertemuan dengan ayahnya tidak begitu lama. Ayahnya meninggal dunia. Sejak kematian itu Nayla mengalami goncangan yang hebat. Ia frustasi dan sering tertawa sendiri. Karena perubahan sikap tersebut, ibu tirinya memasukkannya ke tempat perawatan anak nakal dan narkotika,Nayla berhasil kabur. Hidup Nayla semakin tidak tentu arah. Ia bahkan berlaku kriminal dengan merampok sebuah taksi untuk memenuhi hidupnya. Nayla dan temantemannya tertangkap polisi. Semakin tidak menentu hidup Nayla hingga ia pun harus menjadi gelandangan dan tidur di terminal. Nayla mencoba melamar pekerjaan di sebuah nite club. Dia diterima sebagai penata lampu. Nayla mulai belajar hidup mandiri dan menyewa sebuah kamar kos dan memenuhi hidupnya sendiri. Di nite club inilah Nayla bertemu dengan Juli, seorang perempuan yang berprofesi sebagi DJ. Nayla dan Juli terlibat hubungan asmara sesama jenis. Nayla adalah seorang gadis yang sangat liar. Ia tidak hanya bercinta dengan Juli melainkan juga laki-laki lainnya. Akibatnya Juli yang pencemburu memutuskan untuk melepaskan Nayla. Nayla juga bertemu dengan Ben, mereka berpacaran namun tidak commit userbercinta dengan setiap orang yang bertahan dan harus putus. Nayla yang liartodan
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
diinginkannya dan Ben yang tidak betah akhirnya pun selingkuh menjadi penyebab putusnya jalinan asmara mereka. Kehidupan diskotek menjadikan Nayla semakin bebas. Berbagai konflik mulai muncul pada dirinya, baik pertentangan terhadap dirinya sendiri maupun reaksi terhadap lingkungan. Persepsi negatif terhadap kehidupan sering muncul dalam pikiran Nayla. Pengalaman yang banyak menjadi modal bagi Nayla untuk menulis. Berkat kegigihannya ia menjadi pengarang yang sukses.
B. Analisis Unsur Intrinsik Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Analisis unsur-unsur intrinsik merupakan penelitian berdasarkan unsurunsur internal karya sastra. Unsur- unsur intrinsik yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: tema, alur atau plot, penokohan dan perwatakan, sudut pandang, latar, dan amanat. 1. Tema Tema merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Novel ini berkisah tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak. Pengarang menjadikan perempuan sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Nayla merupakan seorang gadis yang penuh dengan pengalaman pahit dalam hidupnya, karena kegigihannya pun ia mampu menjadi seorang penulis yang terkenal. Kisah Nayla bercerita seputar bullying, sex harassment, drugs, night life, dan bisexuality. Novel ini menceritakan perjalanan hidup Nayla, seorang perempuan yang tumbuh dalam keluarga broken home. Nayla tinggal bersama ibu kandungnya yang mendidiknya dengan kekerasan. Ibu Nayla adalah orang yang disiplin dan temperamental. Ibu akan menghukum Nayla dengan menusuki selakangan Nayla dengan peniti apabila ia mengompol. Begitu pula jika Nayla melakukan kesalahan-kesalahan lainnya, ibu tidak segan-segan untuk menyakiti Nayla. Tokoh ibu dalam novel ini bukanlah sosok ibu yang ideal bagi Nayla. Nayla ingin commit to user memiliki ibu yang menyayanginya, memperhatikannya, dan memperlakukannya
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
dengan lembut seperti layaknya ibu-ibu yang lain. Sikap ibu membuat Nayla merasa sangat kecewa. Satu hal yang tidak pernah dipahami oleh Nayla, Ibu bekerja keras membesarkan Nayla seorang diri karena suaminya meninggalkannya sejak ketika ia mengandung Nayla. Ibu Nayla adalah seorang pelacur. Namun dengan pekerjaannya itulah ia dapat membesarkan dan memberikan Nayla berbagai kemewahan hidup. Tidak sinergisnya hubungan antara Ibu dan Nayla menimbulakan beragam konflik bagi keduanya. Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang pun ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikit pun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu... (Nayla, 2005: 8). Ibu bukannya tidak menyadari akibat yang akan timbul karena tindakannya. Ibu merasa sedih ketika menyadari sikap Nayla semakin berubah, namun di sisi lain perubahan sikap Nayla tersebut dinilai ibu sebagai bentuk keberhasilannya menjadikan Nayla seseorang yang berani memilih jalan hidupnya sendiri. Dalam suratnya pada ibu, Nayla pun mengakui bahwa ia menjadi kuat karena ibu. Nayla yang selam ini banyak menunjukkan kebenciannya pada ibu, dalam suratnya juga menyampaikan rasa cinta dan rindunya pada sang ibu. ... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengengcengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005 : 55). Hanya ini yang ingin saya sampaikan, Ibu. Semoga bisa membuat Ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah Ibu ajarkan dan cinta yang Ibu berikan. (Nayla, 2005 : 55). Cara ibu mencintai, mendidik, dan membesarkan Nayla memang berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Sebagai orang tua tunggal ibu bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk Nayla. Nayla dapat menikmati berbagai commit to Sekalipun user kemewahan karena upaya kerja keras ibu. semuanya itu diperoleh ibu
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
dengan cara menjadi pelacur. Dengan menjadi pelacur itu pula ibu menunjukkan bahwa dirinya bukan perempuan yang lemah. Ibu adalah perempuan yang tangguh, yang mampu membuat banyak lelaki kaya tunduk dan takluk padanya, memberinya kehidupan yang sangat layak terutama dalam hal materi. Ibu tetaplah seorang ibu yang berjuang dan bertahan melawan kerasnya hidup demi cintanya terhadap Nayla. Ibu dapat teguh dan tegar menghadapi kenyataan bahwa ia harus kehilangan Nayla, satu-satunya yang ia miliki karena Nayla telah meninggalkannya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Nayla menemui ayahnya dan lebih memilih tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Kebersamaan dengan ayahnya hanya sesaat. Nayla mengalami goncangan jiwa dan sering tertawa sendiri setelah ayahnya meninggal. Hal demikian membuat keprihatinan ibu tirinya dan dengan persetujuan ibu Nayla memasukkan Nayla ke Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Berikut ini kutipan yang menunjukkan gambaran tersebut. Tapi begitu herannya ia ketika ternyata mereka tidak menuju ke Polda, melainkan Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Lebih bingung lagi ketika ia ditinggal terkunci dalam barak tanpa ada satu korban tabrak lari yang katanya harus ia kenali identitasnya (Nayla, 2005: 13) Kutipan di atas menceritakan bahwa setelah kematian ayahnya Nayla dimasukkan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Nayla merasa ditipu oleh orang yang menjemputnya. Melalui cara yang licik, ibu tiri Nayla berhasil memasukkan Nayla ke tempat perawatan tersebut. Pengarang mengisahkan petualangan hidup Nayla yang semakin kompleks. Setelah kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Nayla menjadi lebih liar. Bahkan sempat ditahan karena merampok sebuah taksi bersama teman-temannya. Hingga akhirnya Nayla mengenal kehidupan malam dan bekerja sebagai penata lampu di nite club. Bahkan bukan hanya mabuk menjadi aktivitas keseharian, melainkan juga kehidupan biseks Nayla semakin liar. Nayla menjalin kisah asmara dengan sesama perempuan yang berprofesi sebagai DJ di sebuah nite club bernama Juli. Berikut ini kutipan yang commit to user menunjukkan penggambaran tersebut.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aku yakin, kamu pasti protes baca suratku. Kamu pasti marah besar. Tapi yang kutulis ini kenyataan. Terserah kamu percaya atau enggak. Tapi aku bener-bener gak bisa terima semua ini. Besok kontrak kerjaku habis dan gak diperpanjang. Aku harus pulang. Aku bisa mati berdiri di Bandung kalau mikirin kamu gentayangan mabuk malam-malam. Berapa laki-laki yang bakalan kamu pelukin, ciumin, pangkuin. Di depan mataku aja kamu gak peduli (Nayla, 2005: 51). Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa Juli sangat mencintai Nayla. Namun ia memilih untuk menyerah. Akhirnya ia memutuskan Nayla. Selama berhubungan dengan Juli, Nayla juga melakukan seks dengan tamu-tamu nite club yang ia ingini. Pascaputus dengan Juli, nayla menjalin hubungan dengan Ben. Namun hubungan itupun juga gagal. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut: ....Jadi haruskah Nayla merasa bersedih karena putus dengan Ben? Hanya karena Ben tidak kuat dengan sikap Nayla, tidak kuat menerima kondisi baru ketika Nayla asyik dengan dunia barunya dengan penulis-penulis tanpa melibatkan Ben, dan oleh sebab itu Ben merasa layak mendapat pembenaran untuk main perempuan? (Nayla, 2005: 109). Berdasar kutipan di atas diketahui bahwa setelah Nayla putus dengan Juli, ia berpacaran dengan Ben, seorang laki-laki yang sebenarnya mau menerima keadaan Nayla. Sikap dan karakter Nayla yang liar juga keras membuat Ben tidak tahan. Hingga ia pun mencari perempuan lain. Alasan lain Ben memutuskan Nayla adalah ia tidak kuat menghadapi kondisi baru Nayla yang baru ketika asyik dengan dunia barunya bersama penulis-penulis tanpa melibatkan Ben. Keberhasilan Nayla bangkit dari masa lalunya yang suram dan menjadi seorang penulis perempuan yang terkenal. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut. “Langsung aja ya Mbak.” “Silakan.” “Tolong Mbak ceritakan sejak kapan mulai nulis?” “Sejak kecil.” “Karya-karya itu dipublikasikan?” (Nayla, 2005: 120) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla telah menjadi seorang penulis yang terkenal. Percakapan tersebut merupakan proses interview seorang wartawan dengan Nayla. Di sebuah kafe Nayla menerima wartawan yang ingin melakukan wawancara sambil meminum bir. Novel Nayla, selain di dalamnya terdapat jalinan cerita kehidupan Nayla pengarang juga menyisipkan artikel-artikel tentang perempuan dengan berbagai masalah seksualitasnya. Cerita kehidupan Nayla dikisahkan dalam fragmenfragmen yang tidak berurutan. Secara garis besar, melalui tokoh Nayla dalam novel tersebut pengarang mengisahkan tentang perempuan dan hak-haknya dalam kehidupan seksnya. 2. Alur atau Plot Peristiwa-peristiwa dalam novel Nayla dikisahkan dengan menarik oleh pengarang secara tidak berurutan. Pengarang tidak hanya mengisahkan cerita berjalan ke masa depan saja namun kadang juga kembali ke masa lalu. Diceritakan dengan alur maju-mundur (tidak kronologis) , pengarang membawa menyusuri kisah Nayla yang memiliki masalah dengan ibunya, hingga ia menjadi sakit dan dimaasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, lesbian, suka mabuk, dan hidup terlunta-lunta karena mencari cinta. Novel Nayla terbagi ke dalam tujuh bagian yang masing-masing bagian tersebut terbagi lagi dalam bab-bab tersendiri dan memiliki subjudul masingmasing dengan cerita yang tidak disusun secara kronologis. Hal ini ditunjukkakan misalnya melalui bagian kesatu romawi satu, awalnya mengisahkan waktu kecil Nayla yang sering ngompol, oleh karena itu ibunya sering menghukumnya dengan menindik vagina Nayla dengan peniti, pengarang memberi cerita ini dengan subjudul Memilih Peniti. Berikut kutipan yang menunjukkan kisah tersebut. Beberapa tahun lalu Nayla masih gemetar ketika tangan ibu menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti tersebut berukuran kecil tentunya. Dan ketika peniti yang menurut ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat-rapat kedua pahanya. Terisak. (Nayla, 2005: 1) commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Subjudul berikutnya pada bagian kesatu Romawi I adalah Memilih Juli atau Laki-laki. Bagian ini menceritakan kegundahan hati Nayla yang mulai tertarik dengan Juli, perempuan yang berprofesi sebagai DJ di sebuah nite club. Subjudul berikutnya adalah Memilih Ayah atau Aku yang mengisahkan keinginan ibu agar Nayla tetap bersama ibunya dan alasan mengapa ibu begitu keras terhadap Nayla. (Nayla, 2005: 1-8). Bagian kesatu romawi dua mengisahkan kepindahan Nayla yang memilih tinggal bersama ayahnya dengan subjudul Ke Rumah Ayah. Subjudul berikutnya adalah Ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika yang menceritakan Nayla dimasukkan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Subjudul berikutnya pada bagian ini adala Ke Rumah Ibu yang mengisahkan pertentangan batin Nayla untuk kembali ke rumah ibu. (Nayla, 2005: 9-17) Bagian kesatu romawi tiga berisi catatan-catatan harian di antaranya yakni: (a) Catatan Harian Ibu Lina, 5 Agustus 1987; (b) Catatan Harian Nayla, 19 Juli 1987; (c) Catatan Harian Nayla, 18 Juli 1987; (d) Catatan Harian Ibu Lina, 28 Oktober 1987; (e) Catatan Harian Ibu Lina, 27 Oktober 1987; dan (f) Catatan Harian Nayla, 30 Oktober 1987. (Nayla, 2005: 18-22) Fragmen-fragmen cerita novel Nayla dalam sistematika yang tidak berurutan apabila diurutkan secara kronologis dapat dipahami dan dianalisis alurnya secara teoritis berdasar kan
tahapan-tahapan alur seperti yang
dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (2002: 147-148). Tahapan-tahapan alur tersebut dalam jalinan cerita novel Nayla dapat dipaparkan seperti berikut ini. a. Eksposisi Paparan awal dalam cerita novel Nayla diawali dengan kisah masa kecil Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehidupan Nayla sewaktu kecil. Beberapa tahun lalu Nayla masih gemetar ketika tangan ibu menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti tersebut berukuran kecil tentunya. Dan ketika peniti yang menurut ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat-rapat kedua pahanya. Terisak. (Nayla, 2005: 1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Tapi kini, beberapa tahun kemudian tak ada satu penitipun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang besar. Membuka pahanya lebar-lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat ibu semakin murka. Tak hanya selangkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. (Nayla, 2005: 2) Kutipan-kutipan di atas menceritakan masa kecil Nayla yang sering ngompol. Karena itu, ibunya sering menghukumnya dengan menusuki selangkangan dan vagina Nayla dengan peniti. Nayla disuruh memilih penitinya sendiri. Awalnya Nayla gentar dan gemetar, namun beberapa tahun berlalu Nayla malah menantang dengan mimilih peniti yang besar. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sakit pada Nayla, melainkan perasaan kalut. b. Inciting moment Tahap inciting moment dalam novel Nayla adalah Nayla memilih tinggal bersama ayahnya. Terdapat kekecewaan ibu terhadap Nayla yang lebih memilih tinggal bersama ayahnya. Hal ini dikarenakan ibu Nayla sangat membenci ayah Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan kebencian Ibu terhadap ayah. Kamu tak pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian (Nayla, 2005: 6) Kutipan di atas menggambarkan bahwa ibu sangat membenci ayah Nayla. Ibu menilai bahwa ayah Nayla tidak bertanggung jawab terhadap dirinya dan Nayla. Ayah Nayla tidak mengakui Nayla sebagai anaknya dan meninggalkan Nayla bersama ibunya. Ibu Nayla harus menjadi single parent dengan membesarkan Nayla seorang diri. Ibu tidak ingin Nayla mencari ayahnya bahkan ikut ayahnya. Namun Nayla secara diam-diam mencari ayahnya. Hingga akhirnya Nayla memutuskan tinggal bersama ayahnya dan ibu tirinya. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut. Saya menyesal kita tidak punya waktu lebih banyak untuk saling mengenal. Tapi di sisi lain, saya bersyukur kita diberi kesempatan bersama selama dua bulan sebelum ayah meninggal. (Nayla, 2005: 56) commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla memilih tinggal bersama ayahnya. Meski demikian ternyata kebersamaan Nayla dengan ayahnya tidaklah lama, hanya dua bulan. Ayah Nayla pun meninggal. c. Rising action Peristiwa meninggalnya ayah Nayla merupakan awal munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan Nayla yang dapat dikategorikan dalam tahap rising action. Peristiwa meninggalnya ayah Nayla sangat berdampat
pada
aspek
kejiwaan
Nayla.
Berikut
ini
kutipan
yang
menggambarkan keadaan tersebut. Tiba-tiba saya ketakutan, Ayah. Saya tak tahu seperti apa masa depan saya tanpa ayah. Saya masih sekolah. Saya juga tak mau merepotkan istri ayah. Saya bingung. Linglung. Saya tak bisa menangis. Saya malah tertawa. Dan seluruh tamu serempak memandang saya. Mereka pikir saya gila. (Nayla, 2005: 57) Pascameninggalnya ayah, Nayla tampak mengalami depresi. Nayla sering tertawa sendiri, akibatnya ibu tiri Nayla menganggapnya stres dan menggunakan narkoba. Oleh karena itu ibu tiri Nayla dengan persetujuan ibu Nayla memasukkan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika menyeruak masuk ke dalam ruangan. Nayla merasa tak punya kasus. Ia bukan anak nakal. Bukan pula pengguna narkoba. Nayla panik. Tapi tak bisa berbuat apa-apa selain terpaksa hanyut dalam ritual yang dilakukan anak-anak perempuan lainnya (Nayla, 2005: 13). Kutipan di atas mmenggambarkan bahwa Nayla dimasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika tanpa mengetahui penyebabnya. Nayla panik dan tidak mampu berbuat apapun kecuali mengikuti kegiatan di rumah perawatan tersebut. Nayla dimasukkan ke tempat itu oleh ibu tirinya dengan persetujuan ibu kandungnya. d. Complication
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Permasalahan-permasalahan dalam novel Nayla semakin rumit. Nayla berhasil kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut. Aku merasa gagal. Merasa dikhianati. Kenapa Nayla harus melarikan diri? Padahal aku sudah meyakinkannya untuk bersabar. Keluarga besar ayahnya sudah mau datang (Nayla, 2005: 20) Pascakabur dari tempat perawatan tersebut kehidupan Nayla semakin liar.
Nayla sempat hidup di jalanan dan tinggal di tempat kos
temannya. Namun, karena belum membayar uang kos Nayla dan temantemannya merampok taksi untuk mendapatkan uang bayaran kos. Berikut ini kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut. Kemarin setelah berhasil kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Nayla langsung mencari alamat kos Luna. Ternyata Luna sudah tak membayar kosnya selama dua bulan. Luna mengemukakan rencananya kepada Nayla, kalau Maya, Yanti, dan dirinya sudah sepakat merampok taksi (Nayla, 2005: 690 Akhirnya, Nayla dan teman-temannya tertangkap polisi. Berikut ini kutipan yang menunjukkan tertangkapnya Nayla. Polisi dan sopir taksi diam saja. Polisi mengahalau Luna dari balik pintu dan memeriksa taksi. Di bawah karpet taksi ia menemukan belati (Nayla, 2005: 72) Kepala Nayla terjungkal ke belakang ketika sorang polisi yang sedang berdiri menjambak rambutnya (Nayla, 2005: 73). Kutipan-kutipan di atas menunjukkan peristiwa penangkapan Nayla dan teman-temannya. Mereka akhirnya dibebaskan setelah mendapat tebusan. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. Nayla terjaga. Tapi ia sebenarnya baru setengah terjaga. Nayla masih setengah bermimpi ketika melangkah keluar Polsek dan mengucapkan terima kasih atas uang tebusan yang dibayar untuknya oleh ibunya Maya. Dan Nayla masih setengah tertidur ketika ia benar-benar tidur di bangku terminal tanpa teman-temannya (Nayla, 2005: 75). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas menggambarkan keadaan Nayla pascabebas dari polsek. Nayla bebas setelah mendapat tebusan dari ibunya Maya. Setelah keluar, Nayla hidup di jalanan. Ia tidur di terminal tanpa teman-temananya. e. Klimaks Puncak konflik dalam novel Nayla adalah saat Nayla masuk ke dunia malam (diskotek). Nayla mendapat pekerjaan sebagai penata lampu pada sebuah diskotek. Pekerjaan tersebut mengantarkan Nayla menjadi lebih liar dan terjerumus ke pergaulan bebas. Tidak hanya mabuk, Nayla juga terlibat cinta sesama jenis dengan Juli, perempuan yang bekerja sebagai DJ di nite club yang sama. Berikut ini kutipan-kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut. Nayla kembali berdiri di balik tombol lampu-lampu. Memainkannya satu persatu sesuai irama lagu. Saat itu kesadaran Juli mulai pulih setelah diberi minum Coca Cola dengan garam oleh Nayla (Nayla, 2005: 61). Siang itu Nayla banyak memberi penjelasan. Bahwa setelah bersama Juli, ia bisa mengenali tubuhnya sendiri. Ia baru tahu, kalau bagian sensitif perempuan leetaknya ada di bagian luar, bukan di dalam. Karena ketika vagina mereka berdua bergesekan, klitoris menerima rangsangan lewat gesekan itu. Maka terjadilah orgasme (Nayla, 2005: 83) Kehidupan seks Nayla tidak hanya bersama Juli. Nayla menjadi gadis yang biseks. Bukan hanya dengan perempuan, Nayla juga melakukan hubungan seks dengan tamu-tamu nite club yang ia inginkan. “Ya, diperkosa satu laki-laki sejak umur sembilan tahun. Gue nyoba beneran sembilan laki-laki lainnya sejak umur tiga belas tahun. Berarti itu gue lakuin selama sama kamu!” (Nayla, 2005: 84) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla pernah diperkosa pada waktu berumur sembilan tahun. Berikutnya, Nayla melakukan hubungan seks lagi dengan laki-laki ketika bersama Juli. Yangku, bukan maksudku mutusin kamu sepihak. Dua thaun lebih ini aku bersyukur bisa dekat sama kamu (Nayla, 2005: 51) Yang aku butuhkan sekarang adalah hidup tenang. Aku mau tinggalin dunia malam, aku Cuma mau jadi pengajar. Hidup langgeng dengan kekasih yang commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bisa menerimaku. Dan itu semua, bukanlah hal yang kamu butuhkan sekarang I’m sorry, I love you (Nayla, 2005: 52). Kisah cinta Nayla dengan Juli akhirnya harus berakhir. Juli tidak bekerja di nite club lagi karena kontraknya habis. Maka, ia harus kembali ke kota asalnya. Karena merasa berhubungan jarak jauh akan menjadi sangat sulit, Juli memilih memutuskan Nayla. f. Falling action Nayla memiliki bakat menulis. Melalui tulisan ia tuturkan persepsinya terhadap berbagai masalah yang ada di sekelilingnya seperti masalah
pelecehan
seksual
dan
tentang
hak-hak
perempuan
dalam
berhubungan seks. Selain tulisan-tulisan tersebut, ia pun mengisahkan pengalaman hidupnya dalam cerita pendek. Tentang Seks Anda pasti pernah ditanya, “Mana yang lebih penting, kualitas atau kuantitas?” Anda mungkin menjawab kuantitas. Anda mungkin menjawab kualitas. Tapi bisa jadi Anda tak bisa menjawab. Karena Anda tidak tahu. Kenapa tidak tahu? Karena Anda perempuan. Kenapa kalau perempuan tidak tahu?.... (Nayla, 2005: 77-81) Tentang PelecehanSeksual ..... Bagaimana jika seorang perempuan mengalami pelecehan seksual, terutama yang sampai merusak keperawanan, sementara sejak kecil kepala sudah dibombardir dengan informasi bahwa perempuan mutlak perawan jika tidak berarti ia tak akan laku/ mereka tidak berani mengaku. Selain mendapat ancaman dari pelaku, meereka sudah terancam oleh informasi atau syarat perempuan ideal yang berlaku. Bagi yang mengaku, tak jarang yang didapat bukan dukungan melainkan penghinaan.... (Nayla, 2005: 84-86). Kutipan-kutipan di atas adalah beberapa tulisan yang dibuat oleh Nayla. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat diketahui bahwa Nayla sangat
apresiatif
terhadap
persoalan-persoalan
perempuan
dan
seks.
Berdasarkan kutipan di atas pula dapat diketahui bahwa banyak kaum perempuan yang mengalami pelecehan seksual. Yang paling menderita akibat pelecehan seksual adalah perempuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Pertemanan Nayla semakin luas. Ia menemukan dunia baru dan memiliki banyak teman penulis. Ia pun sering meminta tanggapan temanteman penulisnya tersebut terhadap setiap tulisannya. Berikut ini kutipankutipan yang menggambarkan hal tersebut. Aku habis nulis cerpen lagi niy.. kasih komentar yak! Thank’s! (Nayla, 2005: 43) Nay, coba aja kamu kirim kamu lagi ke koran kampus. Feelingku cerpen ini bisa diterima. Selamat ya! (Nayla, 2005: 44) Nay, oke kok cerpen luh. Pasti luh lagi sebel sama Ben ya? PS: kurang adegan seksnya! (Nayla, 2005: 45) Aku kok ngerasa cerpenmu menurun. Temanmu masih yang itu-itu juga. Sepertinya kamu masih belum bisa berdamai dengan keadaan atau diri kamu sendiri. (Nayla, 2005: 45) Menulis dan keakraban dengan teman-teman penulis Nayla, membuat Ben, pacar Nayla setelah putus dengan Juli merasa terabaikan. Berikut ini nutipan yang menunjukkan hal tersebut. Hanya karena Ben tidak kuat dengan sikap Nayla, tidak kuat dengan kondisi baru Nayla asyik dengan dunia barunya dengan penulis-penulis tanpa melibatkan Ben, dan oleh sebab itu Ben merasa layak mendapat pembenaran untuk main perempuan? (Nayla, 2005: 109) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ben tidak mampu lagi bertahan dengan Nayla. Sikap keras kepala dan kelakuan kasar Nayla mendorong Ben untuk mencari perempuan lain. Hingga akhirnya Nayla dan Ben putus. g. Denovement Penyelesaian dalam cerita novel Nayla diakhiri dengan Nayla menjadi seorang penulis. Pengalaman hidupnya yang pahit. Tindakan dan cara didik ibunya yang keras. Kesemua itu memberikan inspirasi bagi Nayla untuk menulis. “Langsung aja ya Mbak.” “Silakan.” “Tolong Mbak ceritakan, sejak kapan commit to mulai user menulis.” “Sejak kecil.”
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
(Nayla, 2005: 120) Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nayla menjadi seorang penulis yang terkenal. Ia banyak mendapat interview dari para wartawan. Mereka menanyakan sejak kapan Nayla menulis. 3. Penokohan dan Perwatakan Tokoh dalam novel Nayla antara lain: Nayla, Juli, Ayah dan Ibu Ratu, Ibu, dan Ben. Nayla merupakan tokoh utama yang sangat takut pada figur ibu karena dengan kesalahan yang saja ia disiksa oleh ibunya. Adapun uraian tentang penokohan dan perwatakan dalam novel Nayla dapat diuraikan seperti berikut ini. a. Nayla Nayla merupakan seorang perempuan yang sejak kecil mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. Berikut ini kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut. Mata Nayla menatap tajam ke arah rangkaian peniti yang teronggok di atas meja tepat di depannya. Beberapa tahun lalu, Nayla masih ge ntar setiap kali melihat rangkaian peniti itu. Ia akan terdiam cukup lama sebelum akhirnya terpaksa memilih satu. Itu pun harus dengan cara ditampar Ibu terlebih dahulu. Beberapa tahun lalu, Nayla masih gemetar ketika tangan Ibu menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti dengan ukuran terkecil, tentunya. Dan ketika peniti yang menurut Ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat -rapat kedua pahanya. Terisak. Meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tapi kini, beberapa tahun kemudian, tak ada satu pun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar. Membuka pahanya lebar -lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tak hanya se langkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. Tak ada sakit terasa. Hanya nestapa. Tak ada takut. Hanya kalut (Nayla, 2005:1 -2). Saya takut mengatakan apa yang pernah dilakukan Om Indra kepada saya. Padahal saya ingin mengatakan kalau Om Indra sering meremas -remas penisnya di depan saya hingga cairan putih muncrat dari sana. Bahkan ketika kami sedang sama -sama nonton televisi dan Ibu pergi sebentar ke kamar mandi, Om Indra kerap mengeluarkan penis dari dalam celananya commit to user hanya untuk sekejap menunjukkannya kepada saya. Om Indra juga sering dating ke kamar ketika saya belajar dan menggesek-gesekkan penisnya ke
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
tengkuk saya. Begitu ia mendengar langkah Ibu, langsung ia pura-pura mengajari saya hingga membuat Ibu memandang kami dengan terharu (Nayla, 2005:113). Kutipan di atas mendeskripsikan kekerasan seksual melalui pelecehan seksual pada anak - anak. Pelecehan seksual ini dilakukan oleh Om Indra (pacar Ibu Nayla) pada Nayla secara sembunyi-sembunyi. Sebagai korban pelecehan seksual, Nayla tidak segera mengatakannya pada siapapun, juga pada Ibunya. Hal ini biasa terjadi pada para korban pelecehan seksual. Mereka biasanya malu untuk menceritakannya pada orang lain, walaupun sebenarnya ia adalah korbannya, bukan pelakunya. Sebagai korban pelecehan seksual teman kencan Ibunya, Nayla tidak mengadukannya pada sang Ibu, bukan disebabkan ia seorang perempuan yang tidak bisa mengatakan kebenaran, tetapi karena ia anak-anak yang tidak diajari ibunya untuk berterus –terang dan selalu takut pada Ibunya yang keras. Pengalaman tersebut membawanya menjadi seorang pemabuk, pengguna narkoba, pekerja diskotek, pemuas nafsu laki-laki, lesbian, dan akhirnya menjadi seorang pengarang dengan nama Nayla Kinar. Berbagai penderitaan itu membentuk Nayla menjadi sesosok pribadi yang rapuh sekaligus mandiri. Ia sempat menggelandang sebelum akhirnya terdampar di sebuah diskotek. Di sana ia bekerja sebagai juru lampu. Di sana juga ia bertemu Juli, pasangan lesbiannya. Pengarang dalam menggambarkan tokoh Nayla adalah seorang wanita sebagai sosok pahlawan, sosok yang kuat, sosok yang ingin menikmati laki-laki bukan untuk dinikmati laki -laki. b. Ibu Ibu Nayla adalah orang yang disiplin dan temperamental. Ibu akan menghukum Nayla dengan menusuki selakangan Nayla dengan peniti apabila ia mengompol. Begitu pula jika Nayla melakukan kesalahan-kesalahan lainnya, ibu tidak segan-segan untuk menyakiti Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. Mata Nayla menatap tajam ke arah rangkaian peniti yang teronggok di atas meja tepat di depannya. Beberapa tahun lalu, Nayla masih ge ntar setiap kali melihat rangkaian peniti itu. Ia akan terdiam cukup lama sebelum akhirnya terpaksa memilih satu. Itucommit pun harus dengan cara ditampar Ibu terlebih to user dahulu. Beberapa tahun lalu, Nayla masih gemetar ketika tangan Ibu
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti dengan ukuran terkecil, tentunya. Dan ketika peniti yang menurut Ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat -rapat kedua pahanya. Terisak. Meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tapi kini, beberapa tahun kemudian, tak ada satu pun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar. Membuka pahanya lebar -lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tak hanya se langkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. Tak ada sakit terasa. Hanya nestapa. Tak ada takut. Hanya kalut (Nayla, 2005:1 -2). Kutipan di atas mempresentasikan tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang ibu pada anak kandungnya. Sosok ibu dalam novel Nayla ini dipresentasikan sebagai seorang single parent yang tega melakukan kekerasan pada anaknya, mulai dari bersikap kasar, menampar, menusuk selangkangan dengan peniti, sampai menusuk vagina dengan peneliti (yang menu rutnya sudah steril). Sikap tersebut ditegakkan dengan alasan untuk kedisiplinan. Nayla masih sering mengompol, untuk menghukumnya semula Ibu menusukkan peniti pada selangkangan Nayla, lama-kelamaan sang Ibu menusukkan peniti pada vaginanya. Tokoh ibu dalam novel ini bukanlah sosok ibu yang ideal bagi Nayla. Nayla ingin memiliki ibu yang menyayanginya, memperhatikannya, dan memperlakukannya dengan lembut seperti layaknya ibu-ibu yang lain. Sikap ibu membuat Nayla merasa sangat kecewa. Satu hal yang tidak pernah dipahami oleh Nayla, Ibu bekerja keras membesarkan Nayla seorang diri karena suaminya meninggalkannya sejak ketika ia mengandung Nayla. Ibu Nayla adalah seorang pelacur. Namun dengan pekerjaannya itulah ia dapat membesarkan dan memberikan Nayla berbagai kemewahan hidup. Tidak sinergisnya hubungan antara Ibu dan Nayla menimbulakan beragam konflik bagi keduanya. Ibu adalah seseorang yang memiliki sifat keras, disiplin, dan temperamental. Ibu sering menyakiti Nayla anak kandungnya sendiri karena ia tidak ingin Nayla tumbuh menjadi orang yang lemah, malas, dan tidak mandiri. Ia ingin membentuk Nayla menjadi perempuan yang kuat seperti dirinya. Meskipun tindakannya itu justru membuat Nayla terluka dan membenci dirinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang pun ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikit pun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu... (Nayla, 2005 : 8) Ibu bukannya tidak menyadari akibat yang akan timbul karena tindakannya. Ibu merasa sedih ketika menyadari sikap Nayla semakin berubah, namun di sisi lain perubahan sikap Nayla tersebut dinilai ibu sebagai bentuk keberhasilannya menjadikan Nayla seseorang yang berani memilih jalan hidupnya sendiri. Dalam suratnya pada ibu, Nayla pun mengakui bahwa ia menjadi kuat karena ibu. Nayla yang selam ini banyak menunjukkan kebenciannya pada ibu, dalam suratnya juga menyampaikan rasa cinta dan rindunya pada sang ibu. ... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengengcengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005: 55) Hanya ini yang ingin saya sampaikan, Ibu. Semoga bisa membuat Ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah Ibu ajarkan dan cinta yang Ibu berikan. (Nayla, 2005: 55) Cara ibu mencintai, mendidik, dan membesarkan Nayla memang berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Sebagai orang tua tunggal ibu bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk Nayla. Nayla dapat menikmati berbagai kemewahan karena upaya kerja keras ibu. Sekalipun semuanya itu diperoleh ibu dengan cara menjadi pelacur. Dengan menjadi pelacur itu pula ibu menunjukkan bahwa dirinya bukan perempuan yang lemah. Ibu adalah perempuan yang tangguh, yang mampu membuat banyak lelaki kaya tunduk dan takluk padanya, memberinya kehidupan yang sangat layak terutama dalam hal materi. Ibu tetaplah seorang ibu yang berjuang dan bertahan melawan kerasnya hidup demi cintanya terhadap Nayla. Ibu dapat teguh dan tegar menghadapi kenyataan bahwa ia harus kehilangan Nayla, satu-satunya yang ia miliki karena Nayla telah meninggalkannya untuk memilih jalan hidupnya sendiri commit to user c. Ayah
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tokoh Ayah dalam novel Nayla digambarkan sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini dikarenakan tidak mengakui anak dan meninggalkan Nayla bersama ibunya. Beriut ini kutipan yang menunjukkan penggambaran tersebut. Kamu tak pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian (Nayla, 2005: 6) Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa Ayah telah meninggalkan Nayla bersama ibunya. Tokoh Ayah tersebut tidak membahas perpisahannya dengan ibu Nayla. Ayah meninggalkan Nayla dan ibunya tanpa bercerai. Tokoh Ayah merupakaan seorang penulis. Berikut ini kuitpan yang menunjukkan hal tersebut. Saya yakin, pasti ia pikir kami hanyalah pelajar SMP yang ingin bertemu dengan sang penulis idola (Nayla, 2005: 11) Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa ayah Nayla adalah seorang penulis yang terkenal. Waktu itu Nayla mendatangi rumah ayahnya. Ia diterima oleh istri ayahnya. Nayla yakin, istri ayahnya mengira bahwa ia hanyalah seorang penggemar yang ingin menemui penulis idola. d. Ibu tiri, Mbak Ratu Ayah Nayla memiliki istri yang biasa dipanggil Mbak Ratu. Ibu tiri Nayla tersebut berprofesi sebagai seorang perancang busana. Berikut ini kutipan yang menunjukkan penggambaran tersebut. Bukan. Saya tak mencari ayah. Saya hanya menyebutnama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama, muncul di balik pintu (Nayla, 2005: 10) Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa ibu tiri Nayla berprofesi sebagai perancang busana. Ia termasuk sebagai perancang busana yang terkenal. Peristiwa dalam kutipan di atas terjadi ketika Nayla ingin menemui ayahnya. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nayla mendatangi rumah ayahnya dan yang membukakan pintu rumah itu adalah ibu tirinya. Mbak Ratu adalah seorang seniman yang memiliki sikap penuh toleransi. Berikut ini kutipan yang menunjukkan penggambaran tersebut. “Tidak ada. Anda tahu, saya perancang busana. Saya seniman. Jadi saya mengerti benar bahwa kreativitas seniman tidak bisa dibendung, apalagi seniman besar seperti beliau. Berkarya adalah hidupnya. Jika saya meredamnya, berarti saya mematikan soul-nya.” (Nayla, 2005: 132). “Anda masih muda, belum punya anak, sementara Nayla sudah beranjak dewasa, apakah tidak mengalami kesulitan?” (Nayla, 2005: 133) Peristiwa seperti kutipan di atas terjadi saat Mbak Ratu menerima interviw setelah meninggalnya ayah Nayla. Berdasar kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa ibut tiri Nayla memiliki rasa perhatian terhadap ayah Nayla, terutama ketika berkarya. Ia mengerti betul bahwa sebagai seorang seniman berkarya adalah hidupnya. Ibu tiri Nayla tersebut umurnya masih muda. Ia menikah dengan Bung Raja, ayah Nayla. Dari pernikahan mereka belum dikaruniai anak. Selama dua bulan, Mbak Ratu, Baung Raja dan Nayla hidup serumah. Mbak Ratu merasa senang ia punya teman, Nayla. e. Juli Juli adalah pasangan lesbian Nayla. Ia berprosfesi sebagai DJ di sebuah diskotek yang sama tempat Nayla bekerja. Kutipan berikut ini menunjukkan penggambaran tersebut. Sementara kalau aku minta kamu nunggu di dalam konsul DJ, kamu bilang bosan. Duduk di table kamu kelayapan ( Nayla, 2005: 51) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Juli adalah seorang DJ. Kutipan di atas merupakan isi surat Juli unutk Nayla. Juli merupakan pasangan lesbian Nayla yang tahu benar sifat-sifat Nayla. Ia merasa tidak sanggup lagi jika harus berpacaran jarak jauh dengan Nayla. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Aku yakin, kamu protes baca suratku. Kamu pasti marah besar. Tapi yang kutulis ini kenyataan. Besok kontrak kerjaku habis dan gak diperpanjang. Aku harus pulang. Aku bisa mati berdiri di Bandung kalau mikirin kamu gentayangan mabuk malam-malam. Berapa laki-laki yang bakalan kamu pelukin, ciumin, pangkuin. (Nayla, 2005: 51) Kutipan di atas menunjukkan bahwa kontrak kerja Juli habis dan ia mesti kembali ke Bandung. Ia memiliki rasa cemburu. Karena tidak ingin sakit hati maka ia memutuskan untuk berpisah dengan Nayla. Juli adalah orang yang sangat sayang terhadap Nayla. Ia punya perhatian dan selalu melindungi Nayla. Namun tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan Nayla karena takut hubungan jarak jauh mereka tidak akan berhasil. f. Ben Setelah putus dengan Juli, Nayla berpacaran dengan Ben. Laki-laki yang sangat mencintai Nayla dan mau menerima Nayla dalam keadaan apapun. Nayla bertemu dengan Ben di sebuah bar. Berikut kutipan yang menunggambarkan hal tersebut. Bukannya marah, laki-laki itu malah tersenyum ke arah Nayla. Menawari Nayla minuman. Dan berbincang-bincang seperti tidak ada apa-apa (Nayla, 2005: 143) Kutipan di atas menggambarkan peristiwa pertemuan pertama Nayla dengan Ben. Nayla yang datang dan mabuk sendirian awalnya marah terhadap Ben karena memperhatikannya. Namun, Ben malah memberikan senyum dan tidak membalas perlakuan kasar Nayla. Hal ini membuat Nayla berubah pikiran dan lebih bersikap manis kepada Ben. Rasa sayang Ben terhadap Nayla sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari cerita Ben yang memaafkan Nayla, meskipun ia telah diselingkuhi. Meskipun begitu, akhirnya Ben putus dengan Nayla. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut. “Kenapa kamu marah besar kalau aku jalan sama Cantik, sementara kamu sudah berulang kali jalan dengan laki-laki lain. Tapi aku maafin!” (Nayla, 2005: 148) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Peristiwa dalam kutipan di atas terjadi saat Ben dan Nayla ribut. Begitu sayangnya Ben terhadap Nayla membuatnya mau memaafkan kesalahan Nayla. Namun, akhirnya Ben putus dengan Nayla karena merasa sudah tidak sanggup lagi menerima perlakuan dan sikap kasar Nayla. 4. Latar/Setting Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana (keadaan sosial) terjadinya tindakan yang terdapat dalam karya sastra. Deskripsi mendasarkan pada fakta-fakta yang terdapat dalam novel Nayla. Jadi, di sini peneliti mendiskripsikan mengenai tempat, waktu, suasana/ keadaan tokoh, dan suasana/keadaan sosial. Analisis latar atau setting novel tersebut adalah sebagai berikut: a. Latar Tempat Latar tempat biasanya ditunjukkan dengan nama lokasi yang mendasari cerita tersebut. Ceritcerita di dalam novel Nayla terjadi di Jakarta. Pengarang mengisahkan dengan jelas dan menyebutkan nama kota tersebut beulang kali dalam setiap peristiwa pada cerita tersebut. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. Saya melayang di atas bus kota itu. Saya terbang melewati mobil-mobil yang merayap sepanjang Blok M, menuju Sudirman. Menelikung di bundaran patung api. Berhenti di sebuah halte bus bilangan Thamrin (Nayla, 2005: 10). Kutipan di atas menggambarkan Nayla yang sedang perjalanan menuju rumah ayahnya. Nayla ke rumah ayahnya dengan bus kota. Bus itu melewati Blok M kemudian menuju Sudirman. Berikutnya menelikung di bundaran patung api. Lalu, berhenti di halte bus Bilangan Thamrin. Nama-nama tempat dalam kutipan di atas adalah tempat-tempat yang berada di Jakarta. Nama Jakarta sebagai setting tempat peristiwa ini pun dapat dilihat dari surat-surat yang ditulis Nayla untuk orang-orang yang ia sayangi. Berikut ini kutipan-kutipan yang dimaksud. commit to user .....
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
I’m sorry. I love you. Julimu Jakarta, 21 Juli 1991 Surat ini diselipkan di bawah bantal (Nayla, 2005: 52) .... Peluk, cium, dan cinta selalu. Nayla Jakarta, 11 November 1989 Surat initak pernah dikirimkan (Nayla, 2005: 55) Ayah, Saya menyesal kita tidak punya waktu lebih banyak untuk saling mengenal.... Nayla Jakarta, 18 Februari 1998 Surat ini ditanam di dalam kuburan (Nayla, 2005: 58) Berdasarkan pada kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar tempat peristiwa dalam novel Nayla adalah di kota Jakarta. Pengarang menceritakannya secara eksplisit dalam karyanya tersebut. Adapun tempattempat yang lebih spesifik lagi dalam novel tersebut antara lain: rumah ibu, rumah ayah, tempat peristirahatan ayah, diskotek, kamar kos, bar, hotel, restoran, dan kafe. b. Latar Waktu Latar waktu di sini merupakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar waktu dalam peristiwa cerita pada novel Nayla diceritakan secara jelas. Pengarang menyebutkan tanggal peristiwa dalam beberapa kisah dan melalui catatan harian, transkrip sms, maupun email. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. Catatan harian terlihat pada Bab 1 subbab III yang diawali dengan catatan harian Ibu lina tanggal 5 Agustus 1987. Catatan harian Ibu Lina juga tertanggal 27 dan 28 Oktober 1987. Catatan harian Nayla tertanggal 18 dan 19 Juli 1987 serta tanggal 30 Oktober 1987. (Nayla, 2005: 18-22). to user Transkrip SMS terlihatcommit pada bab 2 subbab II seperti berikut ini.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lu tau Ben deket sama cewek? Sender: Nayla 08169192 Sent: 21:03:45 11-01-2000 (Nayla, 2005: 31) Transkrip email terlihat pada bab 2 subbab IV From:
[email protected] To: wawan2kritematikus.com,
[email protected],
[email protected],
[email protected] 2 Subjek: cerpen Date: sat, 12 Januari 2000 3:03pm Dear guys! Aku habis nulis cerpen lagi niy..kasih komentar ya! Thank! Luv (Nayla, 2005: 43) 7 Saya mau minum bir: Ia melangkah menuju pintu keluar tanpa melihat belakang. Entah kapan dan entah siapa salah satu dari mereka yang akan datang kembali, untuk pertemuan kedelapan. Jakarta, Desember 2004-April 2005 (Nayla,2005: 178) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa di dalam novel Nayla terjadi kisaran tahun 1980-an hingga 2005. Hal ini dapat dilihat pada baik melalui catatan harian, transkrip SMS, email, suratsurat, maupun melalui peristiwa yang waktu peristiwanya dituliskan secara eksplisit. c. Latar Sosial Latar sosial pada novel Nayla adalah kehidupan masyarakat kelas atas. Pada kehidupan tersebut para tokohnya mengalami masa orde baru dan trnsisi reformasi. Latar tersebut tampak seperti uraian berikut ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
Sirna sudah harapan Juli. Yang ia bayangkan sebelumnya, Nayla akan gembira menginap satu malam di kamar suite yang sudah Juli pesan untuknya (Nayla, 2005: 67) Hari itu bukan hari Minggu. Bukan pula hari Sabtu. Dua hari di mana Nayla dan Ibu melakukan riutal keluarga. Pergi ke plasa, makan di restoran, atau menginap di hotel bintang lima (Nayla, 2005: 93). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar belakang sosial yang mendasari cerita dalam novel Nayla adalah kehidupan masyarakat kelas atas. Hal demikian tampak dari pola hidup tokoh-tokohnya. Tokoh ibu digambarkan sebagai seseorang yang memiliki kebiasaan suka bepergian ke plasa, makan di restoran, atau menginap di hotel. Hal demikian pun juga dilakukan oleh Nayla. Hal lainnya yang dapat dilihat di dalam novel tersebut adalah kebiasaan-kebiasaan, seperti: suka pergi ke diskotek, mabuk-mabukan, penggunaan obat-obatan terlarang, penggunaan mobil dan peralatan mewah lainnya, dan life style atau gaya hidup dari tokoh-tokohnya. 5. Sudut Pandang Pengarang dalam novel Nayla tidak konsisten menempatkan dirinya sebagai pencerita. Di dalam novel tersebut pengarang tidak hanya menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita yang serba tahu tetapi juga terkadang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku peristiwa. Berikut ini kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut. Semua cekikikan. Dan semakin tercekikiknya mereka ketika tak ada satu pun dari mereka yang sadar kalau lagu yang diputar sudah habis. Piringan hitam berputar dan mengulang lagu yang sama. Perhatian pengunjung di lantai dansa serta merta tersita ke arah konsul DJ yang terlihat kosong dari bawah karena para juru musik dan juru lampu semuanya sedang ngegelosor di lantai (Nayla, 2005: 60). Kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang sebagai pencerita yang serba tahu. Pengarang menceritakan peristiwa di diskotek. Saat itu, Nayla, Juli dan teman-temannya sedang mabuk berat. tertawa, hingga mereka tidak commit to Mereka user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
sadar kalau lagu yang diputar oleh Juli telah habis. Pengunjung diskotek pun mengetahui hal tersebut. Selain menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang juga menggunakan sudut pandang orang pertama, akuan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. Saya memejamkan mata. Masih ada bau Juli di udara yang saya hirup. Masih ada bau Juli mengendap di bantal yang tengah saya peluk. Masih ada barang–barang peniggalan Juli. Semua ada kecuali Juli. Kecuali rasa ama dan terlindungi (Nayla, 2005: 105). Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang memosisikan diri sebagai Nayla. Setelah ditinggal Juli, Nayla merasa sulit memejamkan mata. Masih ada bayang-bayang Juli di dalam kehidupan Nayla.
C. Analisis Nilai Sosial dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Karya sastra dianggap sebagai refleksi dari kehidupan nyata. Melalui karya sastra, pengarang menyampaikan nilai-nilai yang diyakininya. Hal demikian juga dapat dilihat dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Uraian tentang nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Nayla dapat dipaparkan seperti berikut ini. 1) Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Berikut kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut. Mereka masuk ke dalam sebuah rumah makan di lantai paling atas pertokoan. Sebenarnya tidak bisa disebut rumah makan. Suasananya terlalu remang untuk sebuah rumah makan keluarga, walaupun makanan yang disediakan memang sangat nikamat dan lengkap. (Nayla, 2005: 93) Ibu mengambil baju dari tangan Nayla lalu melangkah ke arah Om Deni. Om Deni segera membayar semua barang termasuk belanjaan Ibu. Setelah pembayaran selesai, Om Deni menghampiri Nayla. Sekali lagi menjabat tangannya dan tak lupa memasukkan sejumlah uang ke dalam tasnya sambil berbisik. (Nayla, 2005: 97) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Nayla terdapat nilai material. material yang tampak seperti pada commit Nilai to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
kutipan di atas adalah begitu pentingnya pakaian, makanan, dan uang untuk mencukupi kebutuhan jasmani manusia. Interaksi sosial dengan Om Deni bermanfaat dalam upaya pemenuhan kebutuhan jasmani bagi Ibu dan Nayla. 2)
Nilai vital merupakan segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitasnya. Berikut kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut. “Bantuan apa, solusi apa?” “Menandatangani surat persetujuan untuk mengirim Nayla ke rumah perawatan.” “Rumah perawatan apa? Rehabilitasi maksudmu?” (Nayla, 2005: 141) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa dalam novel Nayla
terdapat nilai vital. Peristiwa yang digambarkan pada kutipan tersebut adalah Mbak Ratu, ibu tiri Nayla meminta izin kepada ibu kandung Nayla untuk memasukkan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Terlihat bahwa usaha ibu tiri untuk memasukkan Nayla ke rumah perawatan tersebut tidak akan berhasil jika tanpa ada persetujuan dari ibu Nayla. Berdasarkan kutipan di atas tampak bahwa izin dan persetujuan begitu penting dalam melakukan suatu tindakan. Setelah mendapat persetujuan tersebut maka dimasukkanlah Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Jadi dapat dikatakan bahwa izin dan persetujuan seperti dalam novel tersebut merupakan contoh salah satu dari nilai vital. 3)
Nilai kerohanian merupakan segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis antara lain: a. Nilai kebenaran atau kenyataan Novel Nayla di dalamnya terdapat bukan hanya kisah hidup tokoh Nayla, melainkan tulisan-tulisan dari tokoh tersebut. Berikut ini kutipan yang diambil dari tulisan-tulisan Nayla. Banyak mitos-mitos yang berkembang tentang etnis-etnis tertentu yang alat commit to user kelaminnya terbukti mewakili atau tidak mewakili standar ideal yang diciptakan laki-laki. Biasanya perempuan berkulit putih kelebihan cairan.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tidak enak. Becek. Yang berkulit hitam, selain tidak kelebihan cairan, otot vaginanya pun lebih alot. Akhirnya perempuan berusaha keras mengatasi kelebihan cairan dan kelenturan otot vagina. Mereka minum jamu. Mereka ikut senam seks dan body language. Mereka memasukkan tongkat madura ke dalam vaginasebelum melakukan hubungan seksual selama lima menit. (Nayla, 2005:79). Kuitpan di atas merupakan bagian tulisan Nayla yang berjudul Tentang Seks. Tulisan tersebut mengupas masalah seks yang dialami perempuan, bahwa perempuan hanyalah sebuah objek yang dinikmati tanpa memiliki hak dalam menikmati seks itu sendiri. Oleh karena itu, wanita melakukan berbagai usaha agar pasangan seksnya merasa puas. Berdasar kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya yang dilakukan oleh perempuan untuk memuaskan laki-laki. Hal demikian dikarenakan berbagai hal termasuk salah satunya adalah faktor mitos yang coba dihadirkan di masyarakat. Anggapan bahwa perempuan berkulit putih itu kelebihan cairan sedangkan yang berkulit hitam selain tidak kelebihan cairan juga otot vaginanya lebih kencang menjadi alasan perempuan untuk minum jamu, melakukan senam seks, memakai tongkat madura, dan
merendam
vagina dengan daun sirih. Mitos-mitos tersebut dibangun oleh laki-laki berdasar kebiasaan dan dipercaya kebenarannya. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai kebenaran atau kenyataan dalam novel Nayla. Kebiasaan maupun kenyataan seperti dalam paparan di atas merupakan hasil logika dan rasionalitas. Dengan demikian kebiasaan yang dilakukan seperti perempuan dalam paparan tersebut benar adanya dan bukan asal-asalan dilakukan. Melainkan, didasari oleh pemikiran dan realitas yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. b. Nilai keindahan Nilai keindahan bersumber dari perasaan manusia (rasa atau estetis). Terdapat nilai keindahan dalam novel Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
“Ganti mode dong Nay..masak ampe tuak lu ngejins dan ngeboots mulu...” komentar Olin. “Poni lu dipotong retro deh Nay, biar keliatan muda. Rambut model poni lempar gitu udah gan jaman...” nasihat Lidya. (Nayla, 2005: 159) Kutipan di atas menggambarkan bahwa terdapat nilai keindahan di dalam novel Nayla. Tokoh utama dalam novel tersebut merupakan perempuan yang tidak terlalu memerhatikan penampilan. Oleh karena itu teman-temannya menasihatinya untuk ganti mode. Nayla yang suka ngejins dan bersepatu boots dengan rambut model poni dinilai teman-temannya kurang modis. Penilaian terhadap modis maupun tidak modis tersebut didasari oleh faktor keindahan atau estetis. c. Nilai kebaikan atau moral Nilai kebaikan atau moral didasari oleh karsa dan etika. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut. “Selamat siang, Mbak Ratu. Kami segenap staf dan karyawan Tabloid mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya.” (Nayla, 2005: 131) Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam novel Nayla terdapat nilai kebaikan atau moral. Kutipan di atas menggambarkan pascameninggalnya ayah Nayla. Mbak Ratu dan ayah Nayla merupakan orang terkenal. Sebuah tabloid mengucapkan bela sungkawa kepada Mbak Ratu yang ditinggal mati oleh suaminya. Ucapan bela sungkawa seperti dalam kutipan di atas merupakan hal yang sering dilakukan oleh masyarakat. Hal demikian didasari oleh karsa, etika, dan moralitas. Rasa simpati terhadap musibah yang dialami orang lain mendorong orang untuk turut berbela sungkawa. d. Nilai religius Nilai religius merupakan nilai ketuhanan. Nilai ini bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia. Dalam novel Nayla disebutkan secara eksplisit dengan menyebut nama Tuhan. Bukan hanya secara eksplisit,
secara tersirat juga dapat diketahui terdapat rasa percaya commit to user terhadap Tuhan. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saya tersadar, ternyata Tuhan punya selera humor yang tinggi. Begitu mudah Ia memberi dan dalam sekejap menariknya kembali. (Nayla, 2005: 57) Setengah bermimpi, Nayla bersyukur. (Nayla, 2005: 76). Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam novel
Nayla
terdapat
nilai
religius.
Kutipan-kutipan
di
atas
menggambarkan bahwa terdapat kepercayaan dan keyakinan tokoh Nayla terhadap Tuhan. Nayla menganggap Tuhan memiliki selera humor dikarenakan berbagai peristiwa yang dialaminya.
Selain hal tersebut,
Nayla juga merasa berterima kasih kepada Tuhan dengan rasa bersyukur. 4) Nilai-nilai Sosial Berdasarkan Sifatnya Terdapat tujuh jenis nilai sosial jika dilihat dari sifatnya. Berikut ini analisis nilai sosial berdasarkan sifatnya yang terkandung dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. a.
Nilai kepribadian Nilai kepribadian merupakan nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi, ide, dan gagasan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. ... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengengcengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005 : 55) Kutipan di atas menunjukkan adanya nilai kepribadian dalam novel Nayla. Peristiwa yang digambarkan dalam kutipan tersebut adalah Nayla merindukan ibunya. Namun demikian Nayla merasa tidak boleh cengeng. Nayla harus kuat dan bertahan terhadap semua terpaan kehidupan. Baginya tak ada waktu untuk meratapi keadaan dan bersedih. Sikap-sikap yang ditunjukkan Nayla dalam kutipan tersebut di atas merupakan hasil pola asuh ibunya yang keras sewaktu kecil. Ibu Nayla membekali anaknya untuk bersikap keras terhadap kehidupan meskipun commit to user dengan cara yang keras pula. Awalnya Nayla merasa marah terhadap
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ibunya dan memilih untuk tidak memiliki ibu seperti monster. Namun pada akhirnya, Nayla mampu memahami sikap keras ibu terhadapnya. Sehingga Nayla pun mampu bertahan dan gigih menghadapi segala permasalahannya. b. Nilai kebendaan Nilai kebendaan bersifat ekonomis. Yang termasuk dalam nilai ini adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Diskotek itu sering mengundang pengisi acara. Penyanyi lengkap dengan penari latar. Ternyata mereka kekurangan penari. Saya menawarkan diri. Saya pun diajari. Stelah beberapa kali latihan, saya resmi bergabung dengan mereka. Kami dapat kontrak menari tiap malam minggu di sebuah hotel berbintang lima. Setiap menari dibayar lima puluh ribu. Jadi saya mendapat uang ekstra dua ratus ribu dengan menari empat kali dalam sebulan. (Nayla, 2005: 54) Kutipan di atas menggambarkan usaha Nayla dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia bekerja pada sebuah diskotek sebagai penata lampu. Ketika ada lowongan penari latar ia menawarkan diri dan diterima. Profesinya sebagai
penari
mebuatnya
mendapat
uang
ekstra
untuk
mencukupi
kebutuhannya. Berdasarkan pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai kebendaan dalam novel Nayla. Hal ini didasarkan pada penggambaran tokoh-tokohnya dalam upaya mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka bekerja untuk mendapatkan uang dan hidup lebih mapan. c. Nilai biologis Nilai biologis merupakan nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan kebutuhan biologis manusia. Berikut ini kutipan yang menunjukan qadanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Nayla menggelitik Juli hingga keduanya terjatuh dari ranjang ke lantai karpet. Kulit telanjang mereka merapat. Mereka bergulat. Saling menyentuh dan meraba. Saling mengecup dan menjilat. Saling memberi dan menerima. (Nayla, 2005: 81-82). commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan di atas menggambarkan hubungan seks Nayla dengan Juli, pacar sejenisnya. Nayla merasa puas melakukan hubungan seks dengan Juli. Dia merasa lebih bisa mengenali tubuhnya sendiri setelah mengenal dengan Juli. Ia baru tahu, kalau bagian sensitif perempuan letaknya ada di bagian luar, bukan di dalam. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai biologis dalam novel
Nayla tersebut. Digambarkan bahwa Nayla adalah
perempuan yang menyukai seks. Ia menilai kenikmatan seks tidak hanya milik laki-laki. Menurutnya, perempuan pun berhak menikmati laki-laki dan bukan hanya dinikmati laki-laki. d. Nilai kepatuhan hukum Nilai kepatuhan hukum berkaitan dengan hukum dan perundangundangan yang berlaku. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Kepala Nayla terjungkal ke belakang ketika seorang polisi yang sedang berdiri menjambak rambutnya. “Kecil-kecil sok mau jadi preman kamu ya! Ngapain jalan-jalan bawa senjata tajam?!” (Nayla, 2005: 73). Kutipan di atas menggambarkan peristiwa Nayla tertangkap polisi ketika akan merampok sebuah taksi bersama teman-temannya. Sopir taksi yang akan dirampoknya meberhentikan taksi di sebuah Polsek. Nayla bersama teman-temannya kedapatan membawa belati. Mereka kemudian ditangkap dan diintrogasi. Akhirnya mereka dilepaskan setelah mendapat tebusan. Berdasarkan kutipan dan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Nayla terdapat nilai kepatuhan hukum. Hal ini ditunjukkan dengan tertangkapnya Nayla. Nayla dan teman-temannya harus ditahan karena melakukan tindak kriminal meskipun akhirnya mereka dibebaskan setelah mendapat tebusan dari orang tua mereka.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Nilai pengetahuan Nilai pengetahuan berkaitan dengan usaha memeroleh kebenaran berdasarkan konsep keilmuan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Djeng Nay, Saya pikir cerpen kamu ini stream of confuciousness. Virginia Wolf, penulis perempuan, pake gaya ini. Coba deh kamu baca bukunya. (Nayla, 2005: 44) Kutipan di atas menunjukkan adanya nilai pengetahuan dalam novel Nayla. Kutipan di atas merupakan isi dari sebuah email teman penulis Nayla. Dia menyarankan agar Nayla belajar dari Virginia Wolf. Hal ini dikarenakan tulisan karya Nayla memiliki kemiripan dengan karya Virgina Wolf. Nayla yang masih beajar dalam menulis disarankan untuk membaca bukunya Virginia Wolf. f. Nilai agama Nilai yang bersumber dari kepercayaan dan keyakinan disebut dengan nilai agama. Nilai ini bersumber dari ajaran agama masing-masing. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang pun ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikit pun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu... (Nayla, 2005 : 8) Kutipan di atas menggambarkan tentang rasa cinta dan sayang ibu terhadap Nayla. Meskipun ibu menghukum dengan cara yang keras, hal itu dilakukannya karena terpaksa. Tokoh Ibu percaya dan meyakini adanya Tuhan. Semua yang dilakukan oleh ibu untuk kebaikan Nayla diyakininya Tuhan akan memakluminya. g. Nilai keindahan Nilai ini bersumber atas kebutuhan akan keindahan sebagai hasil kebudayaan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Selama ini image penulis kan kau dan berjarak ya, Mbak. Sementara Mbak Nayla funky, modis, bahkan baru-baru ini saya melihat foto Mbak di majalah Pria dengan hanya memakai lingerie. Apa Mbak tidak takut merusak image selaku penulis?” (Nayla, 2005: 121) Kutipan di atas menggambarkan adanya nilai keindahan. Kutipan di atas merupakan pertanyaan wartawan kepada Nayla. Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa Nayla adalah seseorang yang funky dan modis. Nayla memiliki gaya berpakaian tersendiri. Nayla juga suka difoto. Ia menjadi model dengan mengenakan pakaian dalam untuk Majalah Pria. Nilai keindahan yang tampak pada kutipan tersebut mengenai cara berpakaian Nayla yang terkesan modis. 5) Nilai-nilai Sosial Berdasarkan Cirinya Berdasarkan cirinya, nilai dibedakan menjadi nilai yang tercernakan (internalized value) dan nilai dominan. Berikut ini uraian tentang adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. a. Nilai yang tercernakan (internalized value) Nilai yang tercernakan (internalized value) merupakan nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar, dengan kata lain mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. “Kamu tuh gak pernah ngaca diri sendiri. Begitu kamu ilang, aku langsung pannik. Aku mikir kamu pasti lagi asyik flirting sama cowok lain....” (Nayla, 2005: 150) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya nilai yang tercernakan (internalized value). Kutipan di atas menggambarkan Ben yang panik jika Nayla menghilang. Ben berpikiran Nayla sedang bercinta dengan laki-laki lain setiap kali menghilang. Penggambaran tersebut merupakan sikap atau reaksi Ben yang secara bawah sadar mendorongnya melakukan tindakantindakannya ketika Nayla menghilang. Rasa panik dan cemburu mendorong Ben memiliki rasa trauma.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
b. Nilai dominan Nilai dominan merupakan nilai yang dianut oleh mayoritas masyarakat. Tumbuhnya nilai tersebut melalui proses yang lama. Berikut ini kutipan yang menunjukkan adanya nilai tersebut dalam novel Nayla. Jika selaput dara robek, vagina mengeluarkan darah. Itulah bukti kesucian yang harus dijaga sampai saatnya tiba malam pertama. Padahal kenyataannya, banyak sekali perempuan yang vaginanya tidak mengeluarkan darah ketika pertama kali melakukan hubungan seksual. Selain itu, selaput dara tidak hanya robek akibat hubungan seksual. Hal-hal kecil seperti mengendarai sepeda atau menari ballet sekalipun bisa mengakibatkan selaput dara pecah. (Nayla, 2005: 78-79) Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai dominan dalam novel Nayla. Kutipan di atas menggambarkan tentang konsep keperawanan yang telah lama dianut oleh masyarakat. Perempuan yang masih perawan akan mengeluarkan darah saat pertama kali melakukan hubungan seks karena pecahnya selaput dara. Keperawanan dianggap sesuatu yang sakral dan harus dijaga oleh seorang perempuan. Sebegitu pentingnya maka tidak sedikit orang tua melarang anak-anak perempuannya untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pecahnya selaput dara. 6) Nilai-nilai Sosial Berdasarkan Tingkat Keberadaannya Berdasarkan tingkat keberadaannya, nilai sosial dapat dikategorikan sebagai nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri. Nilai yang berdiri sendiri merupakan nilai yang dimiliki manusia sejak manusia itu ada. Sedangkan nilai yang tidak berdiri sendiri merupakan nilai yang ada karena bantuan dari pihak lain. Terdapat nilai yang berdiri sendiri dalam novel Nayla. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut. Ia benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir dalam tubuhnya yang perempuan. Tapi Juli tak bisa membenci tubuh perempuannya karena ia mencintai tubuh perempuan. (Nayla, 2005: 102-103). commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan tersebut menggambarkan keadaan Juli. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan pula bahwa terdapat nilai yang berdiri sendiri dalam novel Nayla. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan Juli sebagai lesbian. Ia merasakan di dalam tubuhnya terdapat jiwa laki-laki dan ia mencintai wanita. Keadaan ini tidak ditimbulkan oleh faktor eksternal melainkan bersumber dari dalam dirinya sendiri. Terdapat nilai yang tidak berdiri sendiri dalam novel Nayla. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut. ... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengengcengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005 : 55) Hanya ini yang ingin saya sampaikan, Ibu. Semoga bisa membuat Ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah Ibu ajarkan dan cinta yang Ibu berikan. (Nayla, 2005 : 55) Kutipan-kutipan di atas menggambarkan bahwa Nayla memiliki sikap yang keras. Dia bertahan dari segala cobaan yang menerpa hidupnya. Ia menyadari kerinduannya pada ibunya yang telah mengajarkannya melawan arus kehidupan yang begitu keras. Ibunya pula yang mendidiknya dengan cara yang berbeda dan cenderung menyiksa Nayla. Meskipun demikian, akhirnya Nayla menyadari bahwa sikap dan ketangguhannya mengatasi masalah hidupnya adalah hasil didikan ibunya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam novel Nayla terdapat nilai yang tidak berdiri sendiri.
D. Analisis Tanggapan Komunitas Pembaca tentang Novel Nayla Karya Djenar Maaesa Ayu Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu merupakan sebuah cerita yang mengisahkan kehidupan seorang gadis bernama Nayla. Cerita dalam novel tersebut sangat khas dengan tema-tema yang biasa diangkat oleh Djenar Maesa Ayu. Tema-tema tentang sakit jiwa dan perempuan menjadi ciri khas karya-karya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Djenar Maesa Ayu. Hal demikian seperti yang diungkapkan oleh Ana dalam blognya, berikut ini kutipan dari blog tersebut. Membaca Nayla seperti membaca Djenar dengan jelas. Setipe dengan cerpen-cerpennya nya yang lain, aku perhatikan Djenar selalu konsen dengan tema yang sama : sakit jiwa dan perempuan. Entah perempuan muda, entah perempuan yang telah menajdi ibu, entah perempuan yang berumur 13 tahun seumur Nayla. Diceritakan dengan alur maju-mundur (tidak kronologis) , kita akan dibawa untuk menyusuri kisah Nayla yang memiliki masalah dengan ibunya, hingga ia menjadi "sakit", lesbian, suka mabuk, dan hidup terlunta-lunta karena mencari cinta. (Ana dalam www.goodreads.com/review/list/3650661//Ana%20(Jakarta,%2004,%20Ind onesia)'s%20review%20of%20Nayla.htm) Berdasarkan kutipan di atas digambarkan bahwa cerita yang diangkat dalam novel Nayla begitu khas dengan cerita-cerita Djenar Maesa Ayu. Novel Nayla mengangkat Nayla sebagai tokoh utamanya. Seorang perempuan yang mengalami perlakuan keras dari ibunya, pelecehan seksual, perkosaan, kriminalitas, dunia diskotek, broken home, suka mabuk, lesbian, biseks, dan hidup terlunta-lunta mencari cinta. Tanggapan senada dengan di atas juga disampaikan oleh Endah Sulwesi. Berikut ini pendapatnya: Melalui novelnya ini, Djenar mengusung masalah kehidupan masyarakat kota metropolitan, dunia yang akrab dan sangat dikenalnya. Anak-anak malang produk keluarga broken home seperti Nayla, banyak kita jumpai dalam masyarakat kita sehari-hari. Jika mereka lulus ujian itu, mereka akan menjadi sosok-sosok yang tegar, kuat dan mandiri menentang kerasnya kehidupan. Tetapi jika mereka kalah, tak mustahil kehancuranlah yang akan mereka alami. Djenar tampak menguasai betul permasalahan yang dihadapi tokoh-tokoh metropolisnya, bahkan sepintas saya sempat berpikir bahwa Nayla merupakan penggambaran diri Djenar. Penggunaan berbagai atribut kehidupan masyarakat kota modern dalam novelnya ini, seperti email, internet, sms, diskotek, minuman keras menandai kelas sosial tokoh-tokoh yang diceritakannya. (Endah Sulwesi dalam www.ruangbaca.com/ruangbaca/Komunitas%20Ruang%20Baca%20 Tempo. htm). Kutipan di atas menggambarkan bahwa cerita dalam novel Nayla dekat sekali dengan kehidupan nyata. Di masyarakat sering dijumpai berbagai kasus anak hasil broken home dengan berbagai nasibnya. Ada di antara mereka yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
berhasil. Namun, juga tidak sedikit di antara mereka yang gagal dalam hidupnya karena terjerembab dalam dunia pelarian mereka. Keunggulan pengarang dalam novel ini tampak pada penceritaan kisah dan karakter-karakter tokohnya yang begitu mendalam. Pengarang sangat memahami tiap permasalahan yang dialami oleh tokoh-tokoh ceritanya. Nayla sebagai anak produk broken home diceritakan sangat frustasi bahkan sempat dimasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Jalan kehidupan Nayla yang yang begitu berat. Pengalaman Nayla yang hidup, kekerasan seksual, pelecehan, cinta, dan diasuh oleh pola asuh ibunya yang keras sangat hidup digambarkan oleh pengarang. Hal lain yang dikisahkan dalam novel ini adalah kisah cinta dan kasih sayang tokoh ibu yang terdistorsi. Bentuk kasih sayang ibu yang dikenal dengan penuh kelembutan diputarbalikkan dalam bentuk kekerasan. Berikut kutipan dari blog Kiki Febriyanti yang menunjukkan hal tersebut. Nayla merupakan novel pertama Djenar Maesa Ayu. Novel ini menceritakan perjalanan hidup Nayla, seorang perempuan yang tumbuh dalam keluarga brokenhome. Nayla tinggal bersama ibu kandungnya yang mendidiknya dengan kekerasan. Ibu Nayla adalah orang yang disiplin dan temperamental. Ibu akan menghukum Nayla dengan menusuki selakangan Nayla dengan peniti apabila ia mengompol. Begitu pula jika Nayla melakukan kesalahan-kesalahan lainnya, ibu tidak segan-segan untuk menyakiti Nayla. Tokoh ibu dalam novel ini bukanlah sosok ibu yang ideal bagi Nayla. Nayla ingin memiliki ibu yang menyayanginya, memperhatikannya, dan memperlakukannya dengan lembut seperti layaknya ibu-ibu yang lain. Sikap ibu membuat Nayla merasa sangat kecewa. (Kiki Febriyanti dalam www.goodreads.com/review/list/3650661// Kiki%20Febriyanti%20(Indonesia)'s%20review%20of%20Nayla.htm) Tokoh Ibu dalam novel Nayla digambarkan seseorang yang memiliki sifat keras, disiplin, dan temperamental. Ibu sering menyakiti Nayla anak kandungnya sendiri karena ia tidak ingin Nayla tumbuh menjadi orang yang lemah, malas, dan tidak mandiri. Ia ingin membentuk Nayla menjadi perempuan yang kuat seperti dirinya. Meskipun tindakannya itu justru membuat Nayla terluka dan membenci dirinya. Tanggapan dari pembaca tersebut dapat dilihat pula dalam commit ini. to user novel Nayla seperti pada kutipan berikut
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang pun ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikit pun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu... (Nayla, 2005 : 8) Ibu bukannya tidak menyadari akibat yang akan timbul karena tindakannya. Ibu merasa sedih ketika menyadari sikap Nayla semakin berubah, namun di sisi lain perubahan sikap Nayla tersebut dinilai ibu sebagai bentuk keberhasilannya menjadikan Nayla seseorang yang berani memilih jalan hidupnya sendiri. Dalam suratnya pada ibu, Nayla pun mengakui bahwa ia menjadi kuat karena ibu. Nayla yang selam ini banyak menunjukkan kebenciannya pada ibu, dalam suratnya juga menyampaikan rasa cinta dan rindunya pada sang ibu. ... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengengcengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005 : 55) Hanya ini yang ingin saya sampaikan, Ibu. Semoga bisa membuat Ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah Ibu ajarkan dan cinta yang Ibu berikan. (Nayla, 2005 : 55) Cara ibu mencintai, mendidik, dan membesarkan Nayla memang berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Sebagai orang tua tunggal ibu bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk Nayla. Nayla dapat menikmati berbagai kemewahan karena upaya kerja keras ibu. Sekalipun semuanya itu diperoleh ibu dengan cara menjadi pelacur. Dengan menjadi pelacur itu pula ibu menunjukkan bahwa dirinya bukan perempuan yang lemah. Ibu adalah perempuan yang tangguh, yang mampu membuat banyak lelaki kaya tunduk dan takluk padanya, memberinya kehidupan yang sangat layak terutama dalam hal materi. Ibu tetaplah seorang ibu yang berjuang dan bertahan melawan kerasnya hidup demi cintanya terhadap Nayla. Ibu dapat teguh dan tegar menghadapi kenyataan bahwa ia harus kehilangan Nayla, satu-satunya yang ia miliki karena Nayla telah meninggalkannya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Keberhasilan commit to user Nayla bangkit dari masa lalunya yang suram dan menjadi seorang perempuan
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penulis yang terkenal saat dewasa pun sesungguhnya tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu pun berkat ibunya yang selama ini sering dibencinya. Pendapat lain tentang novel Nayla dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut ini. Novel dengan gaya penulisan "free style" yg pertama kali saya baca. Lebih bagus dari MBSM, walaupun temanya belum banyak berubah. Agak risih dengan beberapa kosa kata vulgar, tapi saya mengerti krn keluar dari mulut Nayla, seorg anak yg kurang pendidikan. Masih bercerita seputar bullying, sex harassment, drugs, night life, bisexuality. Saya tidak keberatan dgn tema khas Djenar. Buku ini cepat sekali habis dibaca. (Yuska Vonita dalam www.goodreads.com/ /Nayla%20by%20Djenar%20 Maesa%20Ayu%20% 20Reviews,%20Discussion,%20Bookclubs,%20Lists.htm). Pembaca diminta menyusun kepingan-kepingan puzzle yang berserakan sebab gaya penceritaan yang acak (tidak kronologis). Entah memang penulis senang dengan gaya seperti itu atau karena kurang mampu menyusun uruturutan yang apik. Novella ini juga terkesan disusun terburu-buru, padahal jika diendapkan dulu mungkin alur cerita dan tokoh-tokohnya dapat dikembangkan dengan lebih baik. Menurut saya, Djenar lebih piawai menulis cerpen dibanding novel (Neeta dalam www.goodreads.com//Nayla %20by%20Djenar%20Maesa%20Ayu%20% 20Reviews, %20Discussion ,%20Bookclubs,%20Lists.htm). Shockingly honest, this book reveals the women sexuality in the extreme way. domestic abuse, child molestation. Menurut gue terlalu banyak unsur sex di buku ini tapi disanggah dalam buku ini, karena hanya area itu lah yang dikuasai sang penulis. Banyak "kejutan" dalam ceritanya, yang gue suka adalah salah satu pendapat penulis bahwa kebanyakan wanita indonesia tidak mendapat porsi yang adil dalam hubungan sex. As for which part, please read this book by your self. (Windy Hapsari dalam www.goodreads.com//Nayla %20by%20Djenar%20Maesa%20Ayu%20% 20Reviews, %20Discussion ,%20Bookclubs,%20Lists.htm). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas terdapat berbagai pandangan dari pembaca. Dilihat dari penggunaan bahasa yang digunakan pengarang, dalam novel Nayla banyak terdapat istilah yang vulgar. Pengarang menyebutkan istilahistilah porno dengan apa adanya. Selain itu, pembaca juga menyoroti alur yang digunakan oleh pengarang dalam menceritakan kisah Nayla yang maju mundur tanpa adanya penanda kronologis waktu kejadian. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembaca juga mencermati muatan isi yang disajikan pengarang dalam novel Nayla tersebut. Peristiwa-peristiwa dalam novel tersebut tidak lepas dari cerita alat kelamin. Bahkan secara jelas disampaikan dengan terang-terangan. Terkait dengan masalah seks, disampaikan pula bahwa kebanyakan wanita di Indonesia tidak mendapat porsi yang adil dalam hubungan seks. Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan di atas disimpulkan bahwa novel Nayla mengisahkan seorang perempuan bernama Nayla yang mengalami tekanan batin dan frustasi karena didikan yang keras ibunya. Sampai akhirnya Nayla dengan gigih mampu menghasilkan suatu karya hingga membuatnya menjadi penulis terkenal. Banyak istilah yang vulgar dalam novel ini maka dapat dikategorikan bahwa novel ini merupakan novel dewasa. Penggunaan alur yang tidak kronologis mendapat tanggapan yang positif maupun negatif dari pembacanya. Secara garis bessar novel ini menarik untuk dibaca dan layak dikoleksi.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dari novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ini adalah sebagai berikut : 1. Unsur intrinsik pada novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu Unsur intrinsik yang dianalisis meliputi tema, alur, tokoh, latar, dan sudut pandang. Novel ini bertema tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak. Peristiwa-peristiwa dalam novel ini dikisahkan dengan alur maju-mundur (tidak kronologis). Beberapa tokoh yang mendominasi cerita dalam novel ini antara lain: Nayla, Juli, Ayah dan Ibu Ratu, Ibu, dan Ben. Nayla merupakan tokoh utama yang sangat takut pada figur ibunya. Cerita dalam novel ini mengambil latar atau setting di kota Jakarta pada kisaran tahun 1980-an sampai dengan 2005 yang dilatarbelakangi kehidupan masyarakat kelas atas. Di dalam novel tersebut pengarang tidak hanya menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita yang serba tahu tetapi juga terkadang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku peristiwa. 2. Nilai-nilai sosial dalam novel Nayla karya djenar Maesa Ayu Nilai-nilai sosial pada dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yaitu nilai material; vital; kerohanian; berdasarkan sifatnya nilai yang terdapat pada novel tersebut antara lain: nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan; berdasarkan cirinya, nilai yang terdapat pada novel tersebut yaitu nilai yang tercernakan (internalized value) dan nilai dominan; berdasarkan tingkat keberadaannya, nilai yang terdapat pada novel tersebut yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri. commit to user
88
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Tanggapan komunitas pembaca tentang novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu Komunitas pembaca mengemukakan tanggapannya terhadap novel Nayla. Pembaca mengemukakan bahwa novel Nayla begitu khas dengan cerita-cerita Djenar Maesa Ayu mengangkat Nayla sebagai tokoh utamanya. Seorang perempuan yang mengalami perlakuan keras dari ibunya, pelecehan seksual, perkosaan, kriminalitas, dunia diskotek, broken home, suka mabuk, lesbian, biseks, dan hidup terlunta-lunta mencari cinta. Pengarang dalam novel ini menggunakan bahasa yang vulgar. Secara garis besar, novel ini menarik untuk dibaca layak dikoleksi.
B. Implikasi Implikasi dalam penelitian ini dikaitkan dengan dunia pendidikan, khususnya dalam pengajaran sastra. Penelitian ini membahas mengenai unsurunsur intrinsik, nilai-nilai yang terkandung dalam novel Nayla, dan tanggapan pembacanya. Unsur-unsur intrinsik karya sastra pastilah dipelajari dalam sekolah baik itu berupa teorinya saja ataupun penerapannya. Novel Nayla ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan dalam pengajaran satra. Karena siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsiknya berdasarkan resensi novel tersebut dan itu bukan merupakan teori akan tetapi penerapan langsung dalam pengajaran sasra. Latar belakang penciptaan novel Nayla ini merupakan penggambaran keadan sosial masyarakat kelas atas. Melalui latar belakang penciptaannya, diharapkan guru dan siswa dapat lebih mengetahui karya satra itu dengan baik, bagaimana karya sastra itu diciptakan, dan apa yang membuat karya satra itu menjadi menarik serta apa yang sesungguhnya ingin disampaikan pengarag dalam novel tersebut, semuanya dapat dipelajari oleh guru dan siswa secara bersamasama. Tanggapan komunitas pembaca novel Nayla dapat dimanfaatkan sebagai cermin dalam kita menganalisis novel ini. Tanggapan tersebut membantu guru dan siswa untuk lebih mengerti apa yang sebenarnya isi dari novel tersebut, sehingga guru dan siswa dapat lebih mudah menganalisis novel. Selain mereka commit to user menjawab bahwa isinya menarik, mereka juga menjelaskan mengapa novel 89
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut menarik. Berdasarkan tanggapan pembaca akan mempermudah guru maupun siswa dalam memahami dan mengapresiasi karya sastra tersebut.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada Guru Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif bahan ajar dalam mengajarkan karya sastra, terutama dalam pelajaran menganalisis suatu karya sastra yang berupa novel bagi siswa SMA dan mahasiswa. 2. Kepada siswa/mahasiswa Diharapkan siswa atau mahasiswa mampu menganalisis novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ini dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran sastra ini dapat dimulai dengan menganalisis unsur intrinsik dari
resensi novel ini dan
kemudian diharapkan siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam resensi novel tersebut, dengan begitu siswa atau mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai isi novel tersebut.
commit to user
90