UJI TANAH DAN ANALISIS DAUN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN JERUK (Soil Testing and Leaf Analysis for Citrus Cultivation) M. Al-Jabri BALAI PENELITIAN TANAH
ABSTRAK Penelitian rekomendasi pemupukan berimbang untuk tanaman jeruk berdasarkan konsep uji tanah dan analisis tanaman (diagnostic recommendation integrated system atau DRIS) spesifik lokasi di Indonesia belum banyak terdokumentasi. Rekomendasi pemupukan berimbang untuk tanaman jeruk masih tergantung hasil penelitian dari luar negeri. Padahal keadaan tanah dan iklim dari negara eksportir ilmu pengetahuan dan teknologi sangat ekstrim berbeda bila dibandingkan dengan keadaan tanah dan iklim di Indonesia sebagai negara importir ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena bila rekomendasi pemupukan untuk tanaman jeruk tidak dimantapkan secara spesifik lokasi, maka jumlah pupuk yang berlebihan serta cara pemupukan yang tidak benar dapat mengakibatkan kerusakan tanah sehingga produksi buah segar jeruk sangat rendah dan kualitasnya menurun. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian perlu membentuk Tim Nasional untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Berimbang. Kerjasama penelitian terpadu lintas instansi antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat untuk penetapan rekomendasi pemupukan tanaman jeruk perlu segera direalisasikan. Kata kunci : Uji tanah, analisis tanaman, DRIS, rekomendasi pemupukan. ABSTRACT Balanced fertilizer recommendation research for citrus based on soil testing and plant analysis (diagnostic recommendation integrated system or DRIS) specific location in Indonesia has not many documented. Balanced fertilizer recommendation research for citrus still depends on the research of foreign countries. Whereas the soil and climate condition of foreign countries as exporter of the science and technology are extremely different compared to the Indonesian soil and climate condition as an importer of the science and technology. These problem could not be ignored, because if fertilizer recommendation for citrus is not developed in a specific location manner, the fertilizers could be over dosage and incorrectly fertilization methods affects the decrease of soil fertility, and that of the yield and the quality of fresh citrus fruit. Therefore, the Agricultural Research and Development Institute should develop A National Team to conduct Balanced Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
221
Fertlizer Researches. As join integrated research collaboration of Indonesian Center for Horticulture Research and Development and Indonesian Center for Soil and Agroclimate Research and Development needs to be carried out very soon. Keywords : Soil testing, plant analysis, DRIS, fertilizer recommendation. PENDAHULUAN Program uji tanah dalam hubungannya dengan rekomendasi pemupukan untuk tanaman jeruk dan tanaman buah-buahan lainnya di Indonesia belum dimantapkan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana penelitian dan tidak adanya kerjasama penelitian antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Pada masa depan, program uji tanah dan analisis tanaman untuk tanaman jeruk dan tanaman buah-buahan lainnya sangat beralasan untuk lebih dikembangkan melalui kerjasama penelitian dari dua instansi terkait tersebut. Uji tanah adalah analisis kimia tanah untuk mengukur ketersediaan hara dan erat hubungannya dengan rekomendasi pemupukan. Analisis daun adalah analisis jaringan tanaman untuk mendeteksi kemampuan akar tanaman menyerap unsur hara dari pupuk dan tanah. Konsentrasi hara yang diserap akar tanaman biasanya diolah secara statistik yang dikenal dengan “diagnostic recommendation integrated system” (DRIS). DRIS merupakan sistem diagnosis terpadu dengan memperhatikan aspek tanah, tanaman dan pengelolaan yang dikembangkan oleh Beaufils tahun 1957-1973 (Beaufils dan Sumner, 1976). Prinsip konsep DRIS adalah menilai hara dalam daun tanaman untuk menentukan komposisi unsur hara yang paling berimbang agar diperoleh produksi dan kualitas hasil optimal berdasarkan nilai nisbah unsur hara. Oleh karena itu, pendekatan diagnosis kekahatan unsur hara sangat tergantung pada seberapa jumlah unsur hara yang akan didiagnosis kekahatannya karena ada interaksi antara hara satu dengan hara lainnya, jadi urutan keseimbangan hara dalam tanaman sangat tergantung pada jumlah unsur hara yang akan didiagnosis. Disamping diagnosis kualitatif melalui pendekatan diagram DRIS, dikenal pula diagnosis kuantitatif yang dikemukakan oleh Sumner (1977) dengan memakai indeks hara untuk menentukan secara kuantitatif urutan prioritas hara apa yang lebih diutamakan diberikan untuk memperbaiki keseimbangan hara dalam tanaman melalui pemupukan. Apabila hasil perhitungan diperoleh nilai indeks negatif berarti kekurangan hara, indeks positif berarti kelebihan hara sedangkan indeks hara mendekati nol atau nol berarti mendekati keseimbangan atau seimbang.
222
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
Tanaman jeruk dapat tumbuh baik pada semua tipe tanah selama oksigen di daerah perakaran dapat disuplai ke akar. Tanah bertekstur berat dengan pori-pori tanah yang sangat sedikit kurang sesuai untuk ditanami jeruk, sebab suplai oksigen sangat sedikit. Sebaliknya, tanah berpasir halus sampai berdebu atau light sandy to medium loam soils sangat sesuai untuk ditanami jeruk. Tanah berpasir dengan tingkat kesuburan sangat rendah dapat ditanami jeruk, selama status kelas nilai uji tanah dari dua belas unsur (N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo) ditingkatkan dengan pemberian pupuknya untuk pertumbuhan dan perkembangan normal agar dicapai tingkat produksi tinggi. NITROGEN Nitrogen sebagai unsur hara makro penting yang diperlukan tanaman jeruk, sebab sangat signifikan berkorelasi dengan produksi buah. Informasi uji tanah N untuk jeruk di Indonesia belum terdokumentasi dengan baik. Pupuk N yang direkomendasikan di Lower Rio Grande Valley Texas adalah 450 gr, 900 gr, dan 1.350 gr N/pohon/tahun, masing-masing untuk tanaman umur kurang dari 5 tahun, 5-10 tahun, > 10 tahun (de Geus, 1973). Agar efisiensi serapan unsur N cukup tinggi, maka takaran pupuk N setiap tahunnya dari saat tanam sampai umur 5 tahun: 50 gr, 100 gr, 200 gr, 300 gr, 400 gr N/pohon/tahun; Takaran pupuk N dari tanaman umur 510 tahun: 500 gr, 600 gr, 700 gr, 800 gr, 900 gr N/pohon/tahun; Takaran pupuk N dari tanaman umur > 10 tahun: 1.000 gr, 1.100 gr, 1.200 gr, 1.300 gr, 1.400 gr N/pohon/tahun (Tabel 1).
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
223
Tabel 1. Takaran Pupuk N untuk Tanaman Umur Kurang dari 5 Tahun, 5 - 10 Tahun, dan Lebih dari 10 Tahun yang Diberikan Setiap 4 Bulan Sekali. (Dosage of N Fertilizer for Crops Less than 5 Years, 5-10 Years and More than 10 Years which is Given Once Every 4 Months)
Tahun
2005 s/d 2009
2010 s/d 2014
2015 s/d 2019
Takaran Pupuk N/pohon/tahun (gr)
Takaran Pupuk N/pohon (gr)
50
4 Bulan Pertama Pada Bulan Januari 15
15
4 Bulan Ketiga Pada Bulan September 20
100
25
35
40
200
50
75
75
300
75
100
125
400
125
125
150
500
150
150
200
600
200
200
200
700
200
250
250
800
250
250
300
900
300
300
300
1 000
300
350
350
1 100
350
350
400
1 200
400
400
400
1 300
400
450
450
1 400
450
450
500
4 Bulan Kedua Pada Bulan Mei
Takaran pupuk N tersebut adalah tidak final karena sangat tergantung pada jenis tanah, varietas tanaman, dan iklim. Sebelum bibit tanaman jeruk ditanam dalam lubang ukuran 60 cm x 60 cm 60 cm yang telah dipersiapkan, maka tanah dan semua pupuk untuk 4 bulan pertama dicampur rata dan bersamaan dengan itu bibit ditanam. Agar kerusakan akar dapat dihindari maka pupuk diberikan untuk setiap 4 bulan berikutnya dengan menyebar secara merata melingkari tanaman, yaitu menutupi luas dua kali diameter canopy pohon. Pupuk jangan diberikan secara lokalisasi pada beberapa lubang disekitar pohon, karena akan berdampak negatif terhadap kerusakan akar karena konsentrasi garam dari pupuk yang sangat tinggi. Agar pupuk yang sudah disebar rata dipermukaan tanah tercampur rata sampai kedalaman 5 cm, maka dapat digunakan alat cangkul atau kored tanpa harus merusak akar. 224
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
Untuk mengetahui efisiensi serapan hara maka dilakukan analisis daun secara periodik. Jika hasil analisis N daun menunjukkan konsentrasi hara dibawah nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus ditambah. Sebaliknya jika konsentrasi hara jauh diatas nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus dikurangi, atau mungkin untuk sementara waktu tidak dipupuk sama sekali. Analisis daun sangat penting dan bagian dari penelitian nutrisi untuk jeruk dan merupakan petunjuk dalam pemupukan tanaman buah-buahan. Kriteria hasil analisis N daun kedalam 5 kelas masing-masing: sangat rendah (ekstrim kahat), rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (ekstrim berlebihan) dan ke dalam 3 kelas dicantumkan dalam Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Kriteria Hasil Analisis N Daun ke Dalam 5 Kelas Masing-Masing Sangat Rendah (Ekstrim Kahat), Rendah, Medium, Tinggi, dan Sangat Tinggi (Ekstrim Berlebihan) untuk Tanaman Jeruk (de Geus, 1973). (Criteria of Leaf N Analysis Result into 5 Classes; Very Low, Low, Medium, High and Very High for Citrus Plants (de Geus, 1973)) Sangat Rendah (Ekstrim Kahat)
Rendah
Medium
Tinggi
Sangat Tinggi (Ekstrim Keracunan)
< 1,8% N
1,8 - 2,2% N
2,2 - 2,6% N
2,6 - 3,5% N
> 3,5% N
Tabel 3. Kriteria Hasil Analisis N Daun ke Dalam 3 Kelas Masing-Masing Rendah, Sedang, Tinggi untuk Tanaman Jeruk (Dierolf et al., 2001). (Criteria of Leaf N Analysis Result into 3 Classes; Low, Medium, High for Citrus Plants (Dierolf et al., 2001)) Rendah
Medium
Tinggi
< 2,0% N
2,0 - 3,0% N
> 3,5% N
Kisaran kedalam 5 dan 3 kelas dari konsentrasi (% N) sangat tergantung varietas tanaman, umur daun waktu sampling, dan cabang pohon. Jika pupuk N yang diberikan lebih kecil dari kebutuhannya maka produksi buah turun sampai tingkat yang merugikan. Gejala khas dari tanaman yang kahat N ditandai dengan warna daun pucat atau hijau kekuning-kuningan, akar pendek, die-back pada ranting, buah kecil berkulit kasar dan keras serta matang sebelum waktunya. Sebaliknya, jika pupuk N yang diberikan melebihi dari kebutuhannya, maka kualitas buah turun. Rekomendasi N untuk tanaman jeruk pada tanah masam bertekstur berat (kandungan liat tinggi) lebih rendah dari pada tanah masam bertekstur ringan. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
225
FOSFOR Informasi uji tanah P untuk jeruk di Indonesia belum terdokumentasi dengan baik. Fosfor sebagai unsur hara makro penting yang diperlukan tanaman setelah N. Tanaman jeruk yang memperlihatkan kahat P ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman, warna daun hijau pudar yang tidak mengkilap, daun berukuran kecil serta daun tua memperlihatkan perubahan warna dari hijau menjadi merah tua atau bronze discolouration, pertumbuhan baru sangat sedikit. Akhirnya buah jeruk yang dihasilkan rendah dengan rasa sangat masam, serta kulit buah tebal dan kasar. Pemberian pupuk P pada tanah yang kahat P dapat meningkatkan pertumbuhan dan jumlah daun sepanjang tahun serta meningkatkan jumlah buah, memperbaiki warna daun dan kualitas buah. Jika status P tanah sangat rendah maka pupuk P harus diberikan agar sistem perakaran dari tanaman muda yang pertumbuhannya terhambat menjadi normal kembali. Tiga kelas ketersediaan P dari uji tanah P masing-masing rendah, sedang, dan tinggi jika nilai P-Bray 1 adalah 15, 20, dan 25 ppm P (Dierolf et al., 2001). Pemberian pupuk P dengan takaran yang melebihi kebutuhan tanaman harus dihindari, sebab akumulasi P dalam tanah yang tinggi dapat menurunkan ketersediaan Cu dan Zn sehingga tanaman kahat Cu dan Zn, terutama pada tanah bertekstur ringan. Analisis daun sangat penting dan bagian dari penelitian nutrisi untuk jeruk dan merupakan petunjuk dalam pemupukan tanaman buah-buahan. Kriteria hasil analisis P daun kedalam 5 kelas masing-masing: kahat, rendah, medium, tinggi, dan sangat tinggi dan ke dalam 3 kelas dicantumkan dalam Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Kriteria Hasil Analisis P Daun ke Dalam 5 Kelas Masing-Masing Sangat Rendah (Ekstrim Kahat), Rendah, Medium, Tinggi, dan Sangat Tinggi (Ekstrim Keracunan) untuk Tanaman Jeruk (de Geus, 1973). (Criteria of Leaf P Analysis Result into 5 Classes; Very Low, Low, Medium, High and Very High for Citrus Plants (de Geus, 1973)) Sangat Rendah
Rendah
Medium
Tinggi
Sangat Tinggi
< 0,10% P
0,07 - 0,10% P
0,10 - 0,18% P
0,18 - 0,29% P
> 0,30% P
226
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
Tabel 5. Kriteria Hasil Analisis P Daun ke Dalam 3 Kelas Masing-Masing Rendah, Sedang, Tinggi untuk Tanaman Jeruk (Dierolf et al., 2001). (Criteria of Leaf P Analysis Result into 3 Classes; Low, Medium, High for Citrus Plants (Dierolf et al., 2001)) Rendah
Medium
Tinggi
< 0,15% P
0,20 - 0,30 % P
> 3,00% P
Pupuk P dapat diberikan pada saat pengolahan tanah terakhir melalui pendekatan kurva erapan P (Fox dan Kamprath, 1971) untuk mencapai P larutan tanah 0.02 ppm P. Pada umumnya takaran pupuk P yang diberikan melalui pendekatan kurva erapan P ini sangat tinggi sekitar 1.000 kg SP-36 ha -1. Namun efek residu P baru habis setelah tanaman jeruk sudah berumur 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu, pada saat tanaman berumur 3 tahun diambil contoh daun untuk mendeteksi apakah konsentrasi P daun dibawah batas kritisnya (< 0.15% P) atau masih diatas batas kritisnya (> 0.20% P). Untuk menghindari kahat Cu dan Zn sehubungan dengan pemberian pupuk P yang tinggi, maka Cu dan Zn harus diberikan masing-masing sebanyak 5 kg Cu dan 5 kg Zn ha -1. KALSIUM - MAGNESIUM - KALIUM - ALUMINIUM Kalsium dapat ditukar (Ca-dd), magnesium dapat ditukar (Mg-dd), kalium dapat ditukar (K-dd) adalah kation-kation dapat ditukar dengan 1 N NH 4OAc disangga pada pH 7.00, dan aluminium dapat ditukar (Al-dd) adalah kation dapat ditukar dengan 1 N KCl yang tidak disangga, adalah merupakan parameter tanah yang dapat mendeteksi tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang belum mengalami tingkat pelapukan lanjut mempunyai persen kejenuhan sekitar 65% Ca, 10% Mg, 5% K, dan < 1% Al (0%) terhadap KTK efektif. Bila tanah sudah mengalami tingkat pelapukan lanjut seperti tanah Ultisols dan Oxisols, maka persen kejenuhan Ca, Mg, dan K cenderung turun dengan nisbah kejenuhan Ca : Mg, Ca : K, Mg : K yang tidak proporsional, sebaliknya nisbah kejenuhan Al meningkat sampai tingkat kejenuhan >50%. Nisbah ideal diantara kation-kation dapat ditukar adalah Ca : Mg = 6.5 : 1, Ca : K = 13 :1, dan Mg : K = 2:1, namun untuk tanah-tanah di daerah tropis mungkin sulit diperoleh.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
227
Kalsium dapat ditukar (Ca-dd): Kandungan Ca-dd pada tanah masam berordo Ultisols dan Oxisols relatif sangat rendah, sehingga dapat diberikan dolomit sebagai bahan pembenah untuk mengendalikan pH tanah sapai 5.50, dan sumber nutrisi dari Ca dan Mg. Kandungan Ca-dd pada tanah berkapur seperti pada ordo tanah Vertisols relatif dapat mengakibatkan kahat K, jika pupuk K tidak diberikan. Magnesium dapat ditukar (Mg-dd): Kahat Mg sering dilaporkan dari berbagai tempat di dunia, dimana gejalanya disebabkan oleh cadangan mineral Mg relatif rendah, pupuk K diberikan dalam sangat tinggi terlepas dari tingkat Mg tanah, kandungan Ca tanah sangat tinggi seperti yang dijumpai di daerah berkapur atau calcareous soils. Ketika Mg tanah dan daun dinilai rendah, K dan Ca dinilai optimal, maka dijastifikasi pupuk Mg diberikan melalui tanah dan daun (foliar application). Sebaliknya, dalam kasus K tanah dan daun dinilai sangat tinggi sehingga sangat dimungkinkan terjadi kahat Mg, maka pemberian pupuk K dikurangi atau pupuk K untuk sementara tidak diberikan. Pada waktu gejala kahat Mg diasosiasikan dengan kandungan Ca tanah dan daun sangat tinggi, maka memperbaiki tingkat Mg yang rendah adalah sangat sulit. Magnesium adalah sebagai pesaing lemah atau weak competitor melawan Ca dan Mg, maka dolomit dapat digunakan sebagai pembenah tanah-tanah masam. Pemberian 45 - 90 gr MgO/tanaman/tahun dalam bentuk MgSO 4 sudah cukup memadai. Disamping itu, pemberian magnesium sulfat dalam bentuk kieserite (Epsom salt dengan konsentrasi 3% melalui daun) dapat mengatasi kahat Mg. Meningkatkan pemberian pupuk N sering menghilangkan kahat Mg. Grapefruit sangat sensitive terhadap tingkat Mg tanah rendah dibanding varietas tanaman jeruk lainnya. Bila analisis daun menunjukkan konsentrasi Mg < 0.30% maka dipastikan hasil buah jeruk segar turun. Kahat Mg dapat dicegah selama konsentrasi Mg daun > 3%. Gejala kahat Mg pertama ditandai dengan warna bercak-bercak warna kuning yang tidak saling berhubungan sepanjang ke dua sisi dari tulang daun tengah dari daun tua. Bercakbercak warna kuning melebar dan bersatu dan akhirnya seluruh daun berwarna kuning. Untuk mengetahui efisiensi serapan hara Mg maka dilakukan analisis daun secara periodik. Jika hasil analisis Mg daun menunjukkan konsentrasi hara dibawah nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus ditambah. Sebaliknya jika
228
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
konsentrasi hara jauh diatas nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus dikurangi, atau mungkin untuk sementara waktu tidak dipupuk sama sekali. Kriteria hasil analisis Mg daun kedalam 5 kelas masing-masing: sangat rendah (ekstrim kahat), rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (ekstrim berlebihan) dan kedalam 3 kelas dicantumkan dalam Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Kriteria Hasil Analisis Mg Daun ke Dalam 5 Kelas Masing-Masing Sangat Rendah (Ekstrim Kahat), Rendah, Medium, Tinggi, dan Sangat Tinggi (Ekstrim Berlebihan) untuk Tanaman Jeruk (de Geus, 1973). (Criteria of Leaf Mg Analysis Result into 5 Classes; Very Low, Low, Medium, High and Very High for Citrus Plants (de Geus, 1973)) Sangat rendah
Rendah
Medium
Tinggi
Sangat tinggi
< 0,15 % Mg
0,15 - 0,29% Mg
0,30 - 0,60% Mg
0,70 - 1,00% Mg
> 1,00 % Mg
Tabel 7. Kriteria Hasil Analisis Mg Daun ke Dalam 3 Kelas Masing-Masing Rendah, Sedang, Tinggi untuk Tanaman Jeruk (Dierolf et al., 2001). (Criteria of Leaf Mg Analysis Result into 3 Classes; Low, Medium, High for Citrus Plants (Dierolf et al., 2001)) Rendah
Medium
Tinggi
< 0,2% Mg
0,30 - 0,60% Mg
> 0,70% Mg
Kalium dapat ditukar (K-dd): Selama pembentukan buah dan perkembangannya, tanaman jeruk memerlukan K dalam jumlah tinggi. Jika cadangan hara K tanah dibawah nilai batas kritisnya, kemudian pupuk K tidak diberikan maka pertumbuhan buah tidak optimal sebagaimana ditandai dengan ukuran buah yang lebih kecil dari ukuran normal. Tidak ada gejala spesifik yang dapat dianggap untuk kahat K. Hanya kombinasi dari berbagai gejala dapat memberikan indikasi apakah K adalah kahat atau tidak. Gejala yang paling penting adalah daun mengeriting dan permukaannya kasar, khlorofil kehilangan warna, setelah pembunggan daun gugur, tanaman muda mati, ukuran buah kecil, konsentrasi K daun rendah sedangkan Ca dan Mg daun tinggi. Takaran pupuk K yang diberikan jangan terlalu tinggi, bukan hanya karena serapan Ca dan Mg menurun sehingga tanaman kahat Ca dan Mg, tetapi jika K diserap dalam jumlah tinggi dapat berpengaruh terhadap kualitas buah. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
229
Takaran pupuk K hampir sama banyaknya dengan pupuk N, yaitu dari 400 sampai 1 400 g K 2O/pohon/tahun (Tabel 8). Namun, yang harus dipertimbangkan adalah kandungan Ca dan Mg dapat ditukar dalam hubungannya dengan nisbah Ca/Mg, Ca/K, dan Mg/K yang ideal. Agar efisiensi serapan unsur K cukup tinggi, maka takaran pupuk K 2O setiap tahunnya dari saat tanam sampai umur 5 tahun masing-masing 50, 100, 200, 300, 400 gr K 2O/pohon/tahun; Takaran pupuk K dari tanaman umur 5 - 10 tahun masing-masing 500, 600, 700, 800, 900 gr K 2O/pohon /tahun; Takaran pupuk K dari tanaman umur > 10 tahun masing-masing 1 000, 1 100, 1 200, 1 300, 1 400 gr K 2O/pohon/tahun. Yang menjadi landasan pemberian pupuk K adalah berapa nilai K-dd sejak awal pertanaman. Jika batas kritis K-dd 0.30 cmol kg -1, maka Mg-dd minimal adalah 0.60 cmol kg -1 untuk mencapai nisbah Mg : K = 2/1 dan Ca-dd minimal adalah 3.90 cmol kg -1 untuk mencapai nisbah Ca : K = 13/1. Untuk mengetahui efisiensi serapan hara maka dilakukan analisis daun secara periodik. Jika hasil analisis K daun menunjukkan konsentrasi hara dibawah nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus ditambah. Sebaliknya jika konsentrasi hara jauh diatas nilai batas kritisnya, maka takaran pupuknya harus dikurangi, atau mungkin untuk sementara waktu tidak dipupuk sama sekali. Kriteria hasil analisis K daun kedalam 5 kelas: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dan kedalam 3 kelas dicantumkan dalam Tabel 9 dan 10.
230
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
Tabel 8. Takaran Pupuk K 2O untuk Tanaman Umur Kurang dari 5 Tahun, 5 - 10 Tahun, dan Lebih dari 10 Tahun yang Diberikan Setiap 4 Bulan Sekali. (Dosage of K 2O Fertilizer for Crops Less than 5 Years, 5-10 Years, and More than 10 Years which is Given Once Every 4 Months)
Tahun
2005 s/d 2009
2010 s/d 2014
2015 s/d 2019
Takaran Pupuk K2O/pohon/tahun (gr)
Takaran Pupuk K2O/pohon (gr)
50
4 Bulan Pertama Pada Bulan Januari 15
15
4 Bulan Ketiga Pada Bulan September 20
100
25
35
40
200
50
75
75
300
75
100
125
400
125
125
150
500
150
150
200
600
200
200
200
700
200
250
250
800
250
250
300
4 Bulan Kedua Pada Bulan Mei
900
300
300
300
1 000
300
350
350
1 100
350
350
400
1 200
400
400
400
1 300
400
450
450
1 400
450
450
500
Tabel 9. Kriteria Hasil Analisis K Daun ke Dalam 5 Kelas Masing-Masing Sangat Rendah (Ekstrim Kahat), Rendah, Medium, Tinggi, dan Sangat Tinggi (Ekstrim Berlebihan) untuk Tanaman Jeruk (de Geus, 1973). (Criteria of Leaf Mg Analysis Result into 5 Classes; Very Low, Low, Medium, High and Very High for Citrus Plants (de Geus, 1973)) Sangat Rendah
Rendah
Medium
Tinggi
Sangat Tinggi
< 0,40% K
0,40 - 0,90% K
0,90 - 1,80% K
1,80 - 2,30% K
> 2,30% K
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
231
Tabel 10. Kriteria Hasil Analisis K Daun ke Dalam 3 Kelas Masing-Masing Rendah, Sedang, Tinggi untuk Tanaman Jeruk (Dierolf et al., 2001). (Criteria of Leaf K Analysis Result into 3 Classes; Low, Medium, High for Citrus Plants (Dierolf et al., 2001)) Rendah
Medium
Tinggi
< 1% K
1 - 2% K
> 2% K
UNSUR MIKRO (Zn, Cu, Fe, Mn, B, Mo) Kahat Zn pada jeruk dikenal sebagai “mottle leaf ”, “little leaf “, dan “frenching “, kemungkinan disebabkan oleh akar jeruk tidak mampu menyerap Zn. Sehubungan dengan pemberian pupuk Zn yang melalui tanah sering tidak memuaskan, dan sebagai penggantinya maka diberikan melalui daun dengan larutan 0.5 - 1% ZnSO 4 dikombinasi dengan 0.25 - 0.50% hydrated lime. Tanaman jeruk yang kahat Zn ditandai dengan khlorotik berupa garis-garis hijau tidak beraturan sepanjang tulang di tengah-tengah daun dan urat-urat cabang. Ranting-ranting dengan internodes pendek, daun tegak dan cenderung die-back. Pupuk P yang diberikan dengan jumlah tinggi dapat mengakibatkan kahat Zn. Kahat Cu sering terlihat di buah yang ditandai dengan warna coklat kehitamhitaman, sedangkan pada daun dan ranting tidak terlihat. Tanaman jeruk yang ditanam pada tanah gambut dan tanah masam yang sangat miskin sering memperlihatkan gejala kahat Cu. Unsur Cu tidak harus diberikan untuk tanah yang mengandung 55 kg CuO ha -1 sampai kedalaman tanah 15 cm. Konsentrasi Cu yang sangat tinggi pada tanah masam mengakibatkan pertumbuhan akar tidak normal, menekan pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan iron chlorosis. Keracunan Cu dapat dikurangi dengan cara memberikan kapur sampai pH tanah 6.0. Tanah masam berpasir yang mengandung > 100 kg Cu ha -1 sampai kedalaman 15 cm sangat potensial keracunan. Tanaman jeruk yang ditanam pada tanah berkapur dan tanah organik dengan kandungan Cu tinggi toleran terhadap keracunan Cu. Kahat Cu lebih cepat dan mudah diperbaiki melalui foliar application (0.5% copper sulphate dengan 0.5% hydrated lime) dari pada melalui tanah. Ketidak-tersediaan Fe dalam tanah dapat mengakibatkan kahat Fe, terutama disebabkan pH tanah tinggi atau pengaruh antagonistic dari kandungan Cu tanah yang sangat tinggi. Tanaman jeruk yang menderita kahat Fe ditandai khlorosis, cabang dying back, warna daun kuning, produksi dan kualitas buah turun. Kahat Fe 232
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
pada tanah masam diperbaiki dengan 20 gram Fe (Fe EDTA) yang dicampur dengan pupuk. Mulsa dengan bahan organik dan menggunakan pupuk masam dapat meningkatkan konsentrasi Fe larutan tanah, sehingga kahat Fe dapat dikurangi. Kasus kahat Mn sering terjadi pada tanah alkaline dan tanah yang diberi kapur takaran tinggi dari pada tanah netral dan tanah masam, sebab pH tanah yang tinggi Mn tidak tersedia. Mangan sulphate umum digunakan untuk mengkoreksi kahat Mn melalui tanah dan daun (0.5% mangan sulphate + 0.25% hydrared lime). Jumlah Mn dalam jumlah tinggi bersifat toksik dan sering dijumpai pada tanah masam sehingga serapan unsur-unsur lainnya dihalangi. Daun jeruk yang kahat B ditandai dengan warna hijau kecoklat-coklatan dan cenderung menjadi layu, mengeriting dan mengerut, daun muda gugur sebelum waktunya, buah kecil dan keras. Borax dapat diberikan melalui tanah atau daun (0.1% B). Borax yang diberikan ke tanah bertekstur halus sekitar 10 - 15 kg B ha -1 dan 50 - 60 kg ha -1 pada tanah berkapur dan tanah bertekstur berat. Kisaran antara kahat dan kelebihan B sangat sempit, sehingga pemberian B dalam jumlah tinggi terutama pada tanah berpasir harus dihindari. Bila terjadi keracunan B maka diberi kapur, karena Ca menjadikan B tidak larut. Kahat Mo mengakibatkan gejala yellow spot, dimana kejadiannya diasosiasikan dengan tanah masam. Jika pH tanah masam dinaikkan sampai nilai 5.5-6.5 dan dipertahankan pada kisaran pH tersebut maka gejalanya hilang. Molybdenum dapat diberikan melalui daun dengan konsentrasi 0.0075% - 0.015% sodium molybdat harus diberikan untuk pohon yang memperlihatkan gejala yellow spot dari sedang sampai berat. KESIMPULAN 1. Rekomendasi pemupukan berimbang untuk tanaman jeruk sampai berumur kurang dari tiga tahun adalah berdasarkan uji tanah dengan cara menganalisis tanah dari contoh tanah komposit dari luasan tertentu; 2. Rekomendasi pemupukan berimbang untuk tanaman jeruk berumur lebih dari tiga tahun adalah berdasarkan analisis daun dengan konsep DRIS; 3. Kriteria hasil analisis unsur hara makro dan mikro daun kedalam beberapa kelas dari hasil penelitian di luar negeri untuk sementara masih dapat digunakan untuk pedoman umum rekomendasi pemupukan;
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005
233
4. Rekomendasi pemupukan berimbang untuk tanaman jeruk dimasa depan sangat bergantung kebijakan dari Badan Litbang Pertanian membentuk Tim Nasional untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Berimbang melalui kerjasama penelitian terpadu lintas instansi antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. DAFTAR PUSTAKA Beaufils, E. R. and M. E. Sumner. 1976. Application of the DRIS approach for calibrating soil and plant factor in their effect on yield of sugarcane. Proc. The South African Sugarcane Technologist Association. June 1976. De Geus, Jan G. 1973. Fertlizer guide for the tropics and subtropics. Centre d'Etude de l'Azote, Zurich. Second Edition. 774 p. Dierolf, T., T. Fairhurst, and E. Mutert. 2001. Soil fertility kit. A toolkit for acid, upland soil fertility management in Southeast Asia. Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH; FAO; PT Jasa Katom; and Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). Fox, R. L., and E. J. Kamprath. 1970. Phosphate sorption isotherm for evaluating the phosphate requirements of soils. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 34: 902-907. Sumner, M. E. 1977. Preliminary N, P, and K foliar diagnostic norms for soybeans. Agronomic J. 69: 226 230.Mubyarto. 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
234
Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia 2005