I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta yang merupakan pusat budaya dan dikenal sebagai kota pelajar di Indonesia yang selalu ramai dikunjungi. Sebagai akibatnya eningkatkan jumlah populasi maka jumlah mobilitas kendaraan yang terjadi di kota Yogyakartajuga semakin meningkat. Beberapa ruas jalan mengalami kemacetan khususnya jalan untuk akses dari jalan luar kota menuju jalan perkotaan. Data dari Badan Pusat Stastistik (BPS, 2017) bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar 121.394.185 meliputi, sepeda motor 98.881.267 (81,45%), mobil penumpang sebesar 13.480.973 (11,11%), mobil bis sebesar 2.420.917 (1,99%), dan mobil barang sebesar 6.611.028 (5,45%). Salah satu simpang dengan permasalahan tersebut adalah simpang APILL Ketandan Bantul Yogyakarta. Simpang tersebut merupakan jalan lingkar kota Yogyakarta dan menjadi penghubung antar provinsi dari luar DIY menuju ke kota Yogyakarta atau sebaliknya keluar dari kota Yogyakarta. Simpang APILL Ketandan menjadi pertemuan antara Jalan Ring Road Timur dengan Jalan Wonosari sehingga masyarakat Wonosari Gunung Kidul sering memanfaatkan simpang ini untuk aktifitasnya. Sehingga memerlukan evaluasi dan analisis ulang untuk dapat memaksimalkan kinerja simpang tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan analis kinerja simpang menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014) dan pemodelan lalu lintas menggunakan program Software VISSIM 9.00-03 (Student) sehingga dapat ditemukan solusi terbaik untuk meningkatkan kinerja simpang APILL Ketandan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, sehingga dapat dibuat suatu perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi saat ini pada simpang APILL Ketandan Yogyakarta ? 2. Bagaimana karakteristik arus lalu lintas disimpang APILL Ketandan Yogyakarta ? Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
3. Bagaimana alternatif rekomendasi yang dapat dilakukan untuk menghasilkan kinerja simpang APILL Ketandan Yogyakarta ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja simpang di jalan perkotaan khususnya simpang APILL Ketandan Yogyakarta. 2. Memodelkan dan membandingan PKJI dan Software VISSIM Version 9.00-03 (Student) pada simpang APILL Ketandan Yogyakarta. 3. Menentukan alternatif solusi yang berupa rekomendasi terbaik untuk meningkatkan kinerja simpang APILL Ketandan Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pemecahan masalah lalu lintas di Yogyakarta pada umumnya dan khususnya pada ruas simpangan empat bersinyal Wonosari. Manfaat yang diperoleh antara lain : 1. Meningkatkan kinerja simpang, dengan melakukan perbaikan yang diperlukan, untuk memperlancar arus lalu lintas pada simpang APILL Ketandan Yogyakarta. 2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam upaya setrategi peningkatan pelayanan lalu lintas sehingga memberikan tingkat pelanyanan yang terbaik pada APILL Ketandan Yogyakarta. 3. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi referensi bagi penulis lain yang berminat di masa yang akan datang. E. Batasan Masalah 1. Lokasi penelitian berada disimpang APILL Ketandan Yogyakarta. 2. Penelitian menggunakan metode traffic counting. 3. Kendaraan yang ditinjau merupakan kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), kendaraan sepeda montor (MC), dan kendaraan tak bermotor. 4. Perhitungan arus lalu lintas dilakukan pada pukul 06.00-18.00 WIB.
Page 1
5. Indikator kinerja simpang yang diteliti meliputi kapasitas, derajat kejenuhan, kendaraan terhenti, panjang antrian,, dan tundaan yang terjadi. 6. Pemodelan dari hasil akhir analisis menggunakan Software VISSIM Version 9.0003 (Student) (Kondisi eksiting dan alternatif terbaik). II. TINJAUN PUSTAKA A. Pengertian Transportasi Transportasi adalah bentuk system yang terbentuk dari prasarana atau sarana dan system pelanyanan sehingga memungkinkan adanya pergerakan keseluruhan wilanyah yang terakomodasi pergerakan penduduk, maka dengan adanya pergerakan barang dan dimungkinkannya sebagai akses ke semua wilayah (Tamin, 1997). B. Pemodelan Transportasi Pemodelan bertujuan untuk menggambarkan suatu bentuk kejadian yang mendakti kenyataan sebenarnya dan penyederhanaan suatu realita lingkungan dengan maksud tertentu, seperti memberi masukan, pengertian, dan memperkiraan sesuatu yang akan terjadi dengan pendekatan. Secara umum model dapat dijadikan ilustrasi model maket (model fisik) dapat dipakai dalam bidang arsitektur untuk menganalisis dan mempelajari dampak suatu pembangunan sehingga dapat dilihat dalam model itu kelebihan dan kekurangan pembangunan yang akan dibangun. C. Software VISSIM Version 9.00-03 (Student) Pada pemodelan lalu lintas menggunakan Aplikasi yang digunakan dalam mengolah data lalu lintas yaitu Program software VISSIM 9.00-03 (Student). Adapun pengertian dari VISSIM 9.00-03 (Student) Menurut PTV-AG (2016), “Verkehr Stadten – SIMulationsmodell” atau yang lebih dikenal dengan VISSIM adalah perangkat lunak simulasi aliran mikroskopis untuk model lalu lintas perkotaan. Pemodelan ini pertama kali dikembangkan oleh Planung Transportasi Verkehr AG (PTV) di Karlsruhe, Jerman. VISSIM dimulai pada tahun 1992 dan saat ini menjadi pemimpin pasar global. VISSIM model simulasi telah dipilih untuk mengkalibrasi kondisi jalan. Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
D. Simpang (Intresection) Simpang merupakan suatu rangkaian jaringan jalan sebagai tempat titik konflik dan tempat kemacetan disebabkan oleh bertemunya dua ruas atau lebih. Simpang sebagai tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka sangat diperlukan pengaturan dan pemodelan pada daerah simpang bersinyal sehingga menghindari dan meminimalisir terjadinya konflik dan beberapa permasalahan yang muncul dari simpang tersebut. Di kota-kota yang memiliki aktifitas yang padat dan memiliki banyak sekali persimpangan dimana pengemudi kendaraan memiliki tujuan yang berbeda, sehingga mereka harus memutuskan akan lurus atau berbelok di simpang tersebut, untuk mencapai tujuanya masing-masing E. Variabel Penentu Kinerja Simpang Variabel penentu kinerja simpang pada lalu lintas menyatakan bahwa ukuran kuantitas yang mengambarkan kondisi keadaan lalu lintas yang di dapat oleh pembuatan jalan yang kurang signifikan. Perilaku pada simpang bersinyal antara lain yaitu : a) kapasitas, b) panjang antrian, c) rasio kendaraan henti, d) tundaan, e) derajat kejenuhan, f) waktu siklus, g) arus dan kecepatan. III.
LANDASAN TEORI
Proses Analisis Data Dari proses analisa data, pada saat pengamatan dikumpulkan danselanjutnya akan dilakukan proses analisa perhitungan dengan menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014). Dan dibantu dengan aplikasi yang mendukung proses analisa data tersebut. Kondisi arus lalu lintas Dlam lalulintas terdapat data lalu lintas yang dibagi dalam beberapa tipe kendaraan antara lain kendaraan tidak bermotor (UM), sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV). Menurut (PKJI 2014), kendaraan tidak bermotor dapat dikategorikan sebagai hambatan samping. Perhitungan arus lalu lintas digunakan satuan smp/jam yang dibagi dalam dua tipe yaitu : a. Arus terlindungi (protected traffic flow ) b. Arus berlawanan arah ( opposed traffic flow ) Dua tipe tersebut tergantung pada fase sinyal dan gerakan belok kanan. Nilai konversi ini dijelaskan dalam Tabel 3.2.
Page 2
Tabel 3.1 Tabel Klasifikasi Kendaraan No Klasifikasi Jenis Kendaraan Sedan, jeep, oplet, 1 Light Vehicle (LV) microbus, pick up Bus standar, bus Heavy Vehicle 2 besar, truk sedang, (HV) truk berat Sepeda motor dan 3 Motor Cycle (MC) sejenisnya Becak, sepeda, Unmotorised 4 andong, dan Vehicle (UM) sejenisnya (Sumber : PKJI, 2014) Tabel 3.2 Tabel Nilai Kendaraan ringan untuk KS dan SM Jenis Kendaraan Kendaraan ringan (KR) Kendaraan Sedang (KS) Sepeda Motor (SM)
emp untuk tiap-tiap tipe kendaraan Terlindung Terlawan
= Faktor penyesuaian S0 yang di kaitkan oleh ukuran kota = Faktor penyesuaian S0 yang diakibat HS lingkungan jalan = Faktor penyesuaian S0 yang diakibat oleh kelandaian memanjang approach = Faktor penyesuaian S0 yang diakibatkan oleh adanya jarak garis henti pada mulut approach terhadap kendaraan yang parkir pertama = Faktor penyesuaian S0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kanan = Faktor penyesuaian S0 yang diakibatkan oleh arus lalu lintas yang membelok ke kiri Factor koreksi ukuran kota ( ) Untuk factor koreksi ukuran kota ( ) ditentukan pada table 3.2 Tabel 3.2 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FUK)
1,3
Penduduk kota (juta jiwa)
Faktor penyesuaian ukuran kota ( )
0,4
.> 3,0
1,05
1,0 – 3,0
1,00
0,5 – 1,0
0,94
0,1 – 0,5
0,83
< 0,1
0,82
1,0
1,0
1,8 0,2
(Sumber : PKJI, 2014) Kapasitas Kapasitas simpang bersinyal untuk tiaplengan simpang dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : ................................................... (3. 1) Keterangan : Kapasitas simpang bersinyal, skr/jam Arus jenuh, skr/jam Total waktu hijau dalam satu siklus, detik waktu siklus, detik Perhitungan analisis arus jenuh Arus jenuh (S, skr/jam) yaitu hasil kali antara arus jenuh dasar (So), dan dengan bebrapa factor penyesuaian untuk penyimpangan kondisi eksiting terhadap kondisi ideal. Pengertian So adalah kondisi lalu lintas dan geometric yang ideal, maka factor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk So adalah satu, jadi S diformulasikan sebagai berikut :
(Sumber : PKJI, 2014) Factor penyesuaian hambatan samping ( ) Factor penyesuaian hambatan samping ( ) merupakan fungsi dari tipe lingkungan jalan, tingkat hambatan samping dan rasio kendaraan tak bermotor. Namun jika terdapat gangguan hambatan samping tidak diketahui dapat diasumsikan nilai yang tinggi agartidak terjadi estimate untuk kapasitas.
Keterangan : Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Page 3
Gambar 3.3 Penetuan Tipe Approach (Sumber : PKJI, 2014)
1. Derajat kejenuhan (DJ) Derajat kejenuhan (DJ) dapat dihitung dengan persamaan (3.8)
Gambar 3.8 Penetapan waktu siklus sebelum penyesuaian, (cbp) (Sumber : PKJI, 2014) Waktu silkus yang akan dihasilkan diharapkan sesuai dengan batasan yang disarankan oleh PKJI 2014, sebagai acuan teknik lalu lintas dan dijelaskan pada tabel berikut :
DJ =Q/C………… (3.8) Keterangan : Q C
= Arus lalu lintas (skr/jam) = Kapasitas simpang bersinyal, (skr/jam)
Waktu Siklus dan Waktu Hijau a. Penentuan waktu siklus sebelum penyesuaian, (cbp) Tahap pertama adalah penentuan waktu siklus (c) untuk sistem kendali waktu tetap yang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini, rumus ini bertujuan untuk meminimumkan tundaan total. Selain dengan rumus (3.9), nilai (c) juga dapat ditentukan dengan menggunakan gambar (3.8). ( (
) ∑
………..(3.9) )
Keterangan : c
= Waktu siklus, (detik)
HH = Jumlah waktu hijau hilang per siklus, (detik) RQ/S = Rasio arus, yaitu arus dibagi arus jenuh (Q/S) RQ/Skritis = Nilai RQ/S yang tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada fase yang sama. ΣRQ/S kritis= Rasio arus simpang (sama dengan jumlah RQ/S kritis dari semua fase) pada siklus tersebut. Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Tabel 3.4 Waktu siklus yang layak Tipe Pengaturan
Waktu siklus yang layak (detik)
Pengaturan 2 fase
40 – 80
Pengaturan 3 fase
50 – 100
Pengaturan 4 fase
80 – 130
(Sumber : PKJI, 2014) Waktu siklus yang besar akan menyebabkan meningkatnya tundaan rata-rata. Waktu siklus yang besar terjadi jika nilai ∑ (
) mendekati satu,
lalu biasanya pada simpang dengan ukuran dan lebarnya lebih kecil dari 10 m, sedangkan pada simpang yang lebarnya lebih dari 10 m, biasanya mempunyai waktu siklus yang lebih besar pula. Waktu siklus yang lebih rendah dari yang disarankan akan menyebabkan lebih sulit bagi pejalan kaki untuk menyebrang jalan, hal ini dapat menjadi pertimbangan. Sedangkan waktu siklus yang lebih besar (> 130 detik) harus dihindarkan, kecuali untuk kasus yang sangat
Page 4
khusus. Waktu siklus ini akan menghasilkan kapasitas simpang yang cukup besar. a. Waktu hijau (H)
fase hijau sebelunya (NQ1) lalu ditambah jumlah kendaraan yang datang dan terhenti dalam antrian selama fase merah (NQ2) dengan rumus daan gambar 3.9 Untuk DJ > 5 NQ1 = ) √( ) [(
Perhitungan waktu hijau (H) untuk tiap fase dijelaskan dengan mengunakan persamaan dibawah ini : (
)
.... (3. 10) ∑ (
)
Keterangan : Waktu hijau pada fase i, (detik) I = Indeks untuk fase ke i Waktu hijau yang lebih pendek kurang dari 10 detik harus dihindarkan . karena , hal ini memicu banyak pengemudi yang mecoba melawan arah setealah lampu merah. Sehingga pejalan kaki mengalami kesulitan ketika menyebrang jalan.
(
)
]............ (3. 12)
Untuk DJ ≤ 5 NQ1 = 0 Keterangan: NQ1 = jumlah smp yang tesisa dari fase hijau sebelumnya DJ = derajat jenuh RH = rasio hijau C = kapasitas (smp/jam) = S x GR
) Perhitungan arus (Q) dengan arus jenuh (S) untuk tiap approach dengan menggunakan persamanan dibawah ini.
2. Arus dengan Arus Jenuh (
............................................................................ .......... (3. 11) Perbandingan arus kritis (RQ/S) yaitu nilai perbandingan tertinggi dalam tiap fase. Jika nilai perbandingan arus kritis untuk tiap fase dijumlahkan, maka akan didapat perbandingan arus simpang.
3. Tingkat Kinerja Simpang APILL Dari data hasil hitungan sebelumnya maka diketahui tingkat perfomansi suatu samping, antara lain: panjang antrian kendaraan terhenti dan tundaan. Dalam perhitungan ini beberapa persiapan antara lain persiapan waktu yang semula jam diganti detik dan dihitung nilai perbandingan hijau yang didapat dari perhitungan sebelumnya. a. Panjang Antrian Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) pada awal isyarat lampu hijau (NQ) dihitung dari jumlah kendaran terhenti yang tersisa dari Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Gambar 3.9 Jumlah antrian kendaraan (skr) (Sumber : PKJI, 2014) Lalu menghitung jumlah antrian (skr) total yang datang saat fase merah, dengan rumus sebagai berikut .... (3. 13) Keterangan : NQ2 = jumlah smp yang datang selama fase merah Q = volume lalulintas yang masuk di luar (smp/detik) C = waktu siklus (detik) DJ = derajat jenuh RH = rasio hijau (detik) Untuk menghitung jumlah antrian total dengan menjumlahkan kedua hasil diatas. Page 5
NQ = NQ1+ NQ2 ....................(3.14)
Keterangan :
Untuk menentukan NQMAX dapat dicari dari gambar 3.10 di bawah ini, dengan menghubungkan nilai NQ dan probabilitas overloading POL (%). Untuk perencanaan dan desain nilai POL ≤ 5% sedangkan untuk operasional POL 5 – 10%
TL = tundaan lalulintas rata-rata (detik/skr) C = waktu siklus yang disesuaikan (detik) RH = rasio hijau (g/c) DJ = derajat jenuh NQ1= jumlah skr yang tersisa dari fase hijau sebelumnya C = kapasitas (skr/jam) Tundaan geometri rata-rata pada suatu approach (TG) akibat perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan atau dihentikan oleh lampu lalulintas dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut. ( ) ( ) Keterangan : PB = Porsi kendaraan membelok pada suatu approach Tundaan pada suatu simpang APILL terjadi karena dua hal yaitu tumdaan lalu lintas (TL) dan tundaan geometrik (TG). Tundaan rata-rata pada suatu approach dihitung dengan rumus sebagai berikut. TI = TLi + TG Mengetahui tingkat pelayanan suatu simpang APILL dapat disimpulkan dari besarnya nilai tundaan yang terjadi. Dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan tabel 3.5 sebagai berikut:
Gambar 3. 10 Perhitungan Jumlah Antrian Maksimum (NQmax) dalam skr (Sumber : PKJI, 2014) Perhitungan panjang antrian (PA) didapat dari perkalian antara NQ dengan luas area rata-rata yang digunakan oleh satu kendaraan ringan (skr) yaitu 20 m2, lalu dibagi lebar masuk (m) yang dirumuskan dibawah ini. ...................(3. 15) Kendaraan Terhenti (RKH) adalah rasio kendaranan terhenti pada suatu approach yang harus berhenti akibat isyarat merah atau sebelum melewati simpang terhadap jumlah arus pada faseyang sama antara approach tersebut, kendraan terhenti dapat dihitung berdasar rumus berikut. ...(3. 16) Keterangan : NQ = Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) C = Waktu siklus, (detik) Q = Arus lalu lintas dari approach Tundaan Tundaan lalulintas rata-rata pada approach i ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Akcelik, 1988). ( (
) )
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Tabel 3.5 Tingkat pelayanan berdasarkan Tundaan (D) Tingkat Pelayanan
Tundaan (det/skr)
Keterangan
A
<5
Baik Sekali
B
5,1 – 15
Baik Sekali
C
15,1 – 25
Sedang
D
25,1 – 40
Kurang
E
40,1 – 60
Buruk
F
>60
Buruk Sekali
(Sumber : Peraturan Mentri Perhubungan No. 96 Tahun 2015) IV.
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan dilakukan pemodelan lalulintas dengan sistem komputer. Bagan alir yang menerangkan metodologi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Page 6
lalu lintas. Untuk penjelasan proses penelitian secara keseluruhan bisa dilihat pada bagan alir dibawah. Proses Analisa Data Untuk penjelasan proses analisa perhitungan data pada penelitian secara keseluruhan bisa dilihat pada bagan alir di bawah. Data-data yang digunakan untuk analisis didapatkan dengan cara pengumpulan data primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang diperlukan antara lain: a. Pengumpulan data primer untuk analisis dilakukan dengan survei pengamatan langsung di lapangan di area studi sebagai berikut: 1) Data kondisi geometrik 2) Arus lalulintas (survei pencacahan arus lalulintas) 3) Kondisi lingkungan jalan 4) Waktu siklus eksisting
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Penelitian Metodologi yang digunakan pada studi kasus kali ini adalah metode survei dan percobaan pemodelan
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Page 7
Daerah Studi Penelitian pada kasus ini berlokasi di persimpangan bersimyal Giwangan Yogyakarta, lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2. Lokasi berada pada pertemuan jalan Ring Road Timur dengan jalan Wonosari, Bantul D.I.Yogyakarta.
B. 1.
Data Lalu Lintas Volume jam puncak (VJP) Volume jam puncak pada jam 06:45- 07:45 dengan volume 14.844 kendaraan/jam. Arus lalulintas di wilayah penelitian dirangkum pada gambar 5.4. dan dihalaman lampiran.
Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan survey dalam kasus penelitian ini dilaksanakan paha hari selasa, tanggal 7 Maret 2017. Penelitian dilaksanakan selama 12 jam di mulai dari jam 06.00 sampai dengan jam 18.00 WIB yang mewakili dijam sibuk.
A. 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Masukan Kondisi geometrik dan lingkungan simpang APILL
Hasil survei lapangan pada kondisi penelitain dan geometrik persimpangan Ketandan Ring Road Timur dilakukan dengan pengamatan visual dan dilakukan secara langsung pengukuran geometrik simpang pada lokasi penelitian. Kondisi geometrik simpang didaerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.4 Grafik lalu lintas pada penelitian C.
Analisis Data Nilai Arus Jenih (S) dapat ditentukan dengan mengalikan Arud Jenuh Dasar dengan faktor koreksi/penyesuaian. Faktor penyesuai tersebut yaitu, faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FUK), faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FHS), faktor penyesuaian akibat kelandaian jalur pendekat (FG), faktor penyesuaian akibat gangguan kendaraan parkir pada jalur pendekat, faktor penyesuaian akibat lalu lintas belok kanan (RBKa) khusus untuk pendekat tipe (P) dan faktor penyesuaian akibat arus lalu lintas belok kiri (RBKi), dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : S = S0 × FHS × FUK × FG × FP × FBKi × FBka (skr/jam)
D.
Gambar 5.1 Kondisi geometrik simpang
a. Lebar lengan A bagian Utara b. Lebar lengan B bagian Selatan c. Lebar lengan C bagian Timur d. Lebar lengan D bagian Barat Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Pembahasan Hasil analisa perhitungan menggunakan rumus Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014 bahwa pada kondisi eksisting simpang Ketandan : 12,1 m Ringroad Timur, Bantul, Yogyakarta menunjukan : 11,4 m hasil yang tidak memenuhi persyaratan pada rumus peraturan PKJI. Kapasitas jalan yang terlalu sedikit : 8,7 mdan tidak sebanding dengan volume kendaraan yang menyebabkan meningkatnya derajat kejenuhan, : 7 m menambah panjang antrian dan tundaan.
Page 8
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada kondisi eksisting nilai derajat kejenuhan tinggi (DJ ≤ 0.85), untuk mengurangi atau meminimalisir nilai derajat kejenuhan, tundaan, dan meningkatkan tingkat pelayanan maka dibutuhkan beberapa alternatif. Antara lain : 1. Alternatif I (Pengaturan ulang waktu siklus) 2. Alternatif II ( Perencanan pelebaran jalan) 3. Alternatif III ( Gabungan antara alternatif I dan alternatif II) Tabel 5.1 Perbandingan antara Kondisi Eksiting, Alternatif I, Alternatif II, dan Alternatif III
Gambar 5.7 Pemodelan VISSIM 9.00 Pada program VISSIM 9.00 terdapat pilihan dalam menjalankan simulasi, yaitu single simulasi run dan multiple simulasi run dari dua pilihan tersebut yang membedakan pada parameter random seed. Random seed adalah satu parameter yang disediakan oleh program VISSIM 9.00 sebagai faktor penggerak pemodelan yang diberikan secara acak. Menggunakan nilai random seed yang berbeda pada saat menjalankan simulasi akan menyebabkan perbedaan profil dari lalu lintas kendaraan yang akan dimasukkan kedalam jaringan pemodelan sehingga hasil yang di tampilkan pemodelan akan berbeda antara nilai random seed yang satu dengan yang lainnya. Tabel 5.2 Perbandingan antara Kondisi Eksiting, Alternatif I, Alternatif II, dan Alternatif III dengan Softwere VISSIM 9
E.
Pemodelan dengan Menggunakan Softwere VISSIM 9.00 Pada pembahasan ini ingin mencoba membahas mengenai hasil dari keluaran (out put) pemodelan pada program VISSIM 9.00 untuk mengetahui kondisi simpang APILL Ketandan Ring Road Timur, Bantul, Yogyakarta. Pemodelan VISSIM 9.00 dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Page 9
A.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja pada simpang empat Ketandan Ring Road Timur, Bantul, Yogyakarta berdasarkan Pedoman Kapasitas Jalan Indonseia (PKJI, 2014), maka dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja simpang ini adalah kondisi geometrik, kondisi lingkungan, volume lalu lintas, arus lalu lintas, kapasitas simpang, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan. Sehingga volume lalu lintas tinggi sedangkan kapasitas simpang rendah maka akan berpengaruh pada nilai derajat kejenuhan menjadi tinggi yang mengakibatkan tundaan dan panjang antrian yang besar. Volume lalu lintas tertinggi pada simpang APILL Ketandan Ring Road Timur, Bantul, Yogyakarta terjadi pada jam kerja dengan jam puncak pagi pada interval jam 06.45 – 07.45 WIB dengan jumlah kendaraan sebesar 14.844 kendaraan/jam, niai tundaan total sebesar 1786123.1dtk/skr dan tundaan simpang ratarata 470.96.42 dtk/skr sehingga tingkat pelayanan simpang pada kondisi jam puncak masuk dalam kategori F/buruk sekali ( > 60 dtk/skr). Hasil analisis dan evaluasi menunjukan kinerja operasi pada simpang kajian telah melebihi batas dari kondisi yang ditetapkan yaitu nilai derajat kejenuhan (DJ) yang terjadi pada simpang Giwangan Ring Road Selatan, Bantul,Yogyakarta untuk lengan Utara, Selatan, Timur, dan Barat adalah sebesar 0.66, 0.89, 1.06, dan 0.82 . Nilai derajat kejenuhan (DJ) pada lengan Utara, Selatan, dan Barat (DJ > 0.85). Nilai panjang antrian rata-rata 109 meter. Kinerja operasi pada simpang Ketandan Ring Road Timur, Bantul, Yogyakarta perlu segera diberikan alternatif solusi dan upaya perbaikan manajemen lalu lintas, dalam analisis ini digunakan beberapa alternatif dan didapat
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
alternatif terbaik untuk meningkatkan kinerja simpang APILL Ketandan Ring Road Timur, Bantul, Yogyakarta pada alternatif ini menghasilkan nilai derajat kejenuhan (DJ) dan tundaan (TL) lebih rendah dari kondisi eksisting serta sudah memenuhi standar dari PKJI (Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia) jadi alternatif yang terbaik sebagai berikut : a. Alternatif I yaitu Menghitung Waktu Siklus Baru didapat nilai derajat kejenuhan (DJ) dilengan Utara, Selatan, Barat, Timur adalah sebesar 0.85, 0.85, 0.85, 0.85 dtk/skr, pada lengan Timur Laut mengalami penurunan (DJ). Nilai tundaan rata-rata pada lengan Utara, Selatan, Timur, Barat, Timur Laut sebesar 124.40, 124.48, 111.14, dan 109.75 dtk/skr. Nilai tundaan simpang rata-rata sebesar 117.51 dtk/skr mangalami penurunan dari kondisi eksisting. b. Alternatif II yaitu Pelabaran Jalan Pada Seluruh Lengan didapat nilai derajat kejenuhan (DJ) dilengan Utara, Selatan, Barat, Timur adalah sebesar 0.48, 0.59, 0.68, 0.49 dtk/skr telah memenuhi syarat kurang dari 0.85 dtk/skr, pada setiap lengan mengalami penurunan nilai DJ di banding dari kondisi eksisting. Nilai tundaan ratarata pada lengan Utara, Selatan, Timur, dan Barat sebesar 74.56, 80.00, 83.80, dan 68.80 dtk/skr, setiap lenganya mengalami penurunan niai. Dan nilai tundaan simpang rata-rata sebesar 78.60 dtk/skr mengalami penurunan dari kondisi eksisting. c. Alternatif III yaitu perubahan waktu siklus baru dan pelebaran jalan pada setiap lengan di simpang APILL Ketandan Ring Road Timur yaitu didapat nilai derajat kejenuhan (DJ) dilengan Utara, Selatan, Barat, Timur adalah sebesar 0.69, 0.69, 0.69, dan 0.69 dtk/skr setiap
lenganya sudah sesuai
dengan syarat standar DJ < 0.85 dtk/skr. Nilai tundaan rata-rata pada lengan Utara, Selatan, Timur, dan Barat sebesar 61.20,
Page 10
59.96, 56.71, dan 55.72 dtk/skr, dan nilai tundaan simpang rata- rata sebesar 58.46 dtk/skr mengalami penurunan yang cukup signifikan dan tingkat pelayanan menjadi E dari kondisi eksisting. B.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1.
2.
3.
4.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan peraturan yang lebih baru selain Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI, 2014) mengingat peraturan harus menyesuaikan dengan kondisi dan teknologi pada saat ini dan perlunya pembaharuan. Perlu segera dilakukan evaluasi kinerja simpang oleh instansi terkait mengingat kondisi simpang yang sangat padat sering terjadi tundaan yang cukup besar khusunya pada lengan Selatan. Perlu dilakukan survey lalu lintas yang lebih akurat dengan tidak hanya survey 1 hari kerja, seperti dilakukan dalam survey saat hari libur atau survey selama satu minggu penuh, sehingga data lalu lintas yang didapatkan lebih merepresentasikan kondisi lalu lintas yang sebenarnya. Untuk lebih meningkatkan tingkat pelayanan pada simpang perlu dilakukan sebuah skenario atau alternative yang sudah disarankan pada simpang tersebut sehingga tingkat pelayanan simpang Giwangan jauh lebih baik dan bekerja lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA 5. BPS, (2016), Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta. 6. Dephub. 2006. Undang – Undang RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan . Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta. 7. Dephub. 2009. Undang – Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
8. Dephub. 2015. Undang – Undang RI Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. 9. Direktorat Jendral Bina Marga (2014). Pedoman Kapasitas Jalan Indonseia (PKJI). Jakarta. 10. Haryadi, Deka Bayunagoro. 2016. Pemodelan Lalu Lintas Pada Simpang Bersinyal Jalan Perkotaan Di Yogyakarta (Studi Kasus : Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta). Laporan Tugas Akhir. Teknik Sipil UMY. 11. Hobbs, F.D, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah Mada. University Press, Yogyakarta. 12. Liliani , T. (2002). Catatan Kuliah Rekayasa Lalu Lintas. Bandung: ITB. 13. Munawar, Ahmad. 2004. Manjemen Lalu Lintas Perkotaan. Beta Offset. Yogyakrta. 14. Morlok, E.K., 1998, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. 15. Oglesby, Clarkson. H. 1999. Teknik Jalan Raya. Penerbit Erlangga, Jakarta. 16. PTV Group. (2016). PTV Vissim 9.0 User Manual. Germany. 17. Rohman, Anas Miftachur. 2016. Pengaruh Karakteristik Parkir dan Kebutuhan Luas Parkir Terhadap Kinerja Terminal Giwangan sebagai Terminal Bus Tipe A. Laporan Tugas Akhir. Teknik Sipil UMY. 18. Sukirman, S, 1994, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Nova, Bandung. 19. Sukarto, Haryono. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Jurusan Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan. Banten. 20. Setijadji, Aries. 2006. Studi Kemacetan Lalu Lintas Jalan Kaligawe Kota Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang. 21. Tamin, Ofyar Z. (1997). “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”, Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. 22. Utomo, Irwan Rifki. 2016. Pemodelan Lalu Lintas pada Simpang Bersinyal Jalan Perkotaan di Yogyakarta (Studi kasus :
Page 11
Simpang Bersinyal Ring Road Utara, Monumen Jogja Kembali, Yogyakarta). Laporan Tugas Akhir. Teknik Sipil UMY. 23. Widarto, Pipit Candra. 2016. Analisis simpang bersinyal menggunakan software Vissim (Studi Kasus : Simpang Bersinyal Pelemgurih Yogyakarta). Laporan Tugas Akhir. Teknik Sipil UMY.
Naskah Seminar Tugas Akhir Wiwit Kurniawan 20130110383
Page 12