Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
BAB II TINJAUAN HAKIKAT MUSEUM SENI KONTEMPORER
2.1 Tinjauan Museum 2.1.1 Pengertian Museum Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang berarti tempat para muse. Muse adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus yang memberikan inspirasi pada seniman. Yang kemudian mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi tersebut. Pada perkembangannya, mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah dan persembahan untuk dewa dari para umat (Encarta Researcher, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III, 2013), museum didefinisikan sebagai gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda – benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat permanen, melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan yang mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi (Schouten, 1992: 3).
2.Tinjauan Museum 2.1.2 Klasifikasi Museum Museum memamerkan berbagai koleksinya berdasarkan klasifikasi tertentu. Berdasarkan situs Museum Indonesia tahun 2013, terdapat beberapa jenis museum, yaitu museum arkeologi, museum benteng, museum biologi, museum militer, museum negeri / daerah, museum pribadi, museum sejarah, museum seni, museum tokoh, dan museum transportasi. Berdasarkan The International Council of Museum (ICOM), pengklasifikasian museum dibagi menjadi 6 kategori, yaitu: 1. Art Museum (Museum Seni)
15
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2. Archeologi and History Museum (Museum Sejarah dan Arkeologi) 3. Ethnographical Museum (Museum Nasional) 4. Natural History Museum (Museum Ilmu Alam) 5. Science and Technology Museum (Museum IPTEK) 6. Specialized Museum (Museum Khusus) Museum dapat dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan tingkatan koleksinya, yaitu: 1. Museum Nasional, yaitu museum yang memiliki benda koleksi dalamtaraf nasional atau dari berbagai daerah di Indonesia. 2. Museum Regional, yaitu museum yang benda koleksinya terbatasdalam lingkup daerah regional. 3. Museum Lokal, yaitu museum yang benda koleksinya hanya terbatas pada hasil budaya daerah tersebut. Menurut Josep Montaner (1990) jika museum ditinjau dari berbagai aspek secara bersama-sama, baik dari aspek program, ukuran, bentuk, maupun kompleksitasnya, tipe-tipe museum dapat dibagi menjadi 5, yaitu: 1. Kompleks Kebudayaan Kompleks kebudayaan merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat museum dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan pameran. Di dalam kompleks kebudayaan ini kegiatan museum merupakan bagian dari seluruh kegiatan yang ada. Selain itu, ada ruang-ruang seperti perpustakaan, auditorium, teater, pusat administrasi, lembagalembaga kebudayaan, pusat kegiatan komersial seperti restoran, pertokoan, dan sebagainya. 2. Galeri Seni Nasional Jenis galeri ini termasuk dalam kelompok tipe museum yang ada di dalamnya mewadahi koleksi-koleksi berbagai macam seni. Jenis seni yang diwadahi berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah setempat yang memiliki nilai historis. 3. Museum Seni Kontemporer
16
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Museum
difungsikan
sebagai
wadah
koleksi
benda-benda
seni
kontemporer. Benda-benda seni yang dipamerkan merupakan hasil perkembangan seni yang telah mulai meninggalkan kesan tradisionalnya. Contohnya aliran seni kubisme¹, romantisme², surealisme dan lain sebagainya yang semuanya berpengaruh pula pada karakteristik ruangruang pamernya, menjadi lebih fleksibel dengan penekanan pada aspekaspek kualitas pendukung visualisasi obyek-obyek yang dipamerkan. 4. Museum IPTEK dan Industri Karakteristik museum ini terdapat pada koleksinya yang berupa bendabenda yang berhubungan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil kemajuan industri. Museum ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan atau pusat penelitian. Secara umum ruang-ruang untuk kegiatan pameran dipergunakan juga sebagai ruang peraga, sehingga alat-alat yang digunakan sebagai sarana pameran biasanya berupa panelpanel,
foto-foto,
diorama,
slide,
presentasi
secara
audiovisual,
perlengkapan alat demonstrasi, model, dan hasil-hasil reproduksinya. 5. Museum yang bertemakan sejarah dan kebudayaan suatu kota Pada jenis museum ini karakteristik ruang-ruang pameran berhubungan erat dengan obyek-obyek yang bernilai sejarah. Selain itu, hal-hal berkaitan dengan bidang etnologi , antropologi , seni, dan kerajinan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta termasuk dalam tipologi museum seni kontemporer pada poin ke 3 yang menampilkan berbagai seni kontemporer, khususnya seni rupa yang semuanya berpengaruh pula pada karakteristik ruang-ruang pamernya, menjadi lebih fleksibel dengan penekanan pada aspek-aspek kualitas pendukung visualisasi obyek-obyek yang dipamerkan. 1
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk
geometri atau bentuk balok-balok untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picass.o 2
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini
berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
17
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Tugas dan Fungsi Museum Tugas Museum: 1. Definisi menurut ICOM (International Council of Museum), sebuah Organisasi Permuseuman Internasional dibawah Unesco menyatakan bahwa museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan. 2. Mengumpulkan
benda-benda
koleksi,
merawat
dan
mengawetkannya,
memamerkan benda-benda koleksi, serta menghubungkannya kepada pengunjung dengan berbagai cara, baik berupa buku terbitan, ceramah, seminar, diskusi, dan lomba yang berhubungan dengan museum serta mengadakan bimbingan edukatif cultural kepada siswa dan masyarakat. Fungsi Museum: Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008 museum memiliki 2 fungsi besar yaitu: 1.Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut: - Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi. - Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. - Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia. 2. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. -
Penelitian
dilakukan
untuk
mengembangkan
kebudayaan
nasional,
ilmu
pengetahuan dan teknologi. - Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
18
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Menurut Majalah Ilmu Permuseuman tahun 1998 (A Good Museum Includes These Basic Function) fungsi utama yang harus dimiliki sebuah museum meliputi 4 aspek yaitu: 1. Fungsi Kuraterial (Curatorial) 2. Fungsi Pameran (Display) 3. Fungsi Persiapan Pameran (Display Preparation) 4. Fungsi Pendidikan (Education) ICOM (International Council of Museeum) menegaskan bahwa fungsi museum ada 9, yang sering dikenal dengan sebutan Nawa Darma, yaitu: 1. Tempat pengumpulan dan pengaman warisan budaya dan alam. 2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi. 4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum. 5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Visualisasi warisan budaya dan alam. 7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
2.1.3 Kegiatan Museum Kegiatan pelayanan museum kepada pengunjung museum meliputi kegiatan pameran tetap dan temporer, bimbingan dan pemanduan keliling museum, ceramah, bimbingan karya tulis, pemutaran film dan slide, dan museum keliling.3 Menurut Sutaarga, 1989/1990 kegiatan yang terjadi di dalam museum secara garis besar meliputi 6 hal, yaitu: 1. Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain jual beli koleksi, peminjaman koleksi, pembuatan film dokumenter, dan kegiatan lainya. 2. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian, dan penggandaan (reproduksi). 3
Ayo Kita Mengenal Museum :2009
19
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
3. Preservasi, kegiatan ini antara lain meliputi: -
Reproduksi, sebagai cadangan koleksi untuk menyelamatkan koleksi aslinya.
-
Penyimpanan, untuk menyelamatkan koleksi asli dari faktor merugikan.
-
Registrasi, pemberian dan penyusunan keterangan menyangkut benda koleksi.
4. Observasi, penyeleksian koleksi untuk disesuaikan dengan persyaratan koleksi museum. 5. Apresiasi, kegiatan ini antara lain meliputi : -
Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal.
-
Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara yang menghibur.
6. Komunikasi, kegiatan ini antara lain meliputi : -
Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat / pengunjung dengan materi koleksi, yang dibantu dengan guide.
-
Pertemuan, antara pengelola dengan masyarakat sebagai penunjang kegiatan.
-
Administrasi.
2.1.4 Struktur Organisasi Museum Struktur organisasi museum merupakan poin penting keberhasilan suatu museum. Museum diharapkan mempunyai suatu struktur organisasi uang baik dan cocok dengan tema yang ingin diusung oleh suatu museum. Menurut Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen kebudayaan dan Pariwisata 2007, struktur organisasi museum nasional meliputi 7, yaitu: 1. Kepala/ Direktur Museum Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi museum. 2. Kepala Bagian Tata usaha Museum Memimpin penyelenggaraan urusan tata usaha, urusan rumah tangga dan ketertiban museum. 3. Kepala Bagian Kuratorial Memimpin penyelenggaraan pengumpulan, penelitian dan pembinaan koleksi. 4. Kepala Bagian Konservasi dan Preparasi Memimpin penyelenggaraan konservasi, restorasi dan reproduksi koleksi serta
20
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
preparasi tata pameran. 5. Kepala Bagian Bimbingan dan Publikasi Memimpin penyelenggaraan kegiatan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif kultural dalam rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan budaya dan ilmu pengetahuan serta menyelenggarakan publikasi tentang koleksi museum. 6. Kepala Bagian Registrasi dan Dokumentasi Memimpin penyelenggaraan registrasi dan dokumentasi seluruh koleksi 7. Perpustakaan Menyelenggarakan perpustakaan, dan menyimpan hasil penelitian dan penerbitan museum. 2.1.5 Organisasi Spasial Museum Museum akan berjalan baik dengan rencana tata denah yang simpel. Diagram organisasi utama harus berdasarkan akan 5 zona standar berdasarkan paparan publik dan kehadiran koleksi, yaitu4: 1. Public/ no collections 2. Public/ collections 3. Non Public/ no collections 4. Non Public/ collections 5. Collections storage
Gambar 2.1. Diagram Organisasi Museum Sumber: De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001.p.680 4
De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001
21
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Berdasarkan fungsinya, zona-zona dalam museum dapat dikelompokkan menjadi5:
Tabel 2.1. Pembagian Zona Museum Sumber: De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001.p.680
2.1.6 Desain Ruang dan Sirkulasi Museum Sebuah museum memiliki sebuah tatanan ruang yang terbagi menjadi tatanan ruang dan dalam. Tatanan ruang maupun dalam memiliki suatu penanganan yang berbeda dan khusus, terutama pada penanganan ruang dalam. Pada ruang pameran dalam,kondisi visual yang baik wajib dimiliki guna menunjang kualitas nilai maupun fisik suatu karya seni.Berikut adalah 6 poin penting dalm penciptaan kualitas ruang5: 1. Ruang pameran harus mampu mempromosikan serta memperkuat pengalaman tangkapan visual pengunjung dengan karya seni yang dipamerkan 4
De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001
22
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2. Ruang pameran sebaiknya berdekatan, untuk mempermudah kerja pengamanan dan pengkondisian lingkungan 3. Menerapkan prinsip sirkulasi bebas pada pengunjung untuk durasi kunjung yang dinamis 4. Tinggi dinding display minimal 12 kaki / 3,7 meter, dan tinggi plafon (pada galeri kontemporer) mencapai 12 meter 5. Pengelompokan karya materi dengan dinding temporer dengan jarak normal 12 meter hingga 15,25 meter 6. Perhatian khusus terhadap beberapa karya seni yang rentan dengan paparan cahaya alami
Gambar 2..2 Standar Jarak Pandang ke Dinding Sumber: De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001.p.684
Gambar 2.3. Standar Jarak Pandang ke Dinding Sumber: De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001.p.684
23
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Desain pola perencanaan sirkulasi perlu memperhatikan terlebih dahulu jenisjenis pola sirkulasi yang akan diterapkan pada ruang eksibisi. Pola sirkulasi mempengaruhi efektifitas pemaparan karya dengan kenyaman visual pengunjunga terhadap keberadaan ruang pameran. Terdapat 5 jenis pola sirkulasi pengunjung, yaitu5:
Gambar 2..4 5 Jenis Pola Sirkulasi Pengunjung Sumber: Susanto,M,2004.
Sebuah ruang pameran juga memiliki 5 jenis pola sirkulasi ruang pameran dalam bentuk persegi panjang, yaitu5:
Gambar 2.5. 5 Jenis Pola Sirkulasi Ruang pameran Sumber: Susanto,M,2004. 5
Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press.
24
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.2
Tinjauan Seni Kontemporer
2.2.1 Pengertian Seni Kontemporer Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisasi Barat”.
Ini sebagai pengembangan dari
wacana pascamodern
(postmodern art) dan pascakolonialisme yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indigenous art (seni pribumi). Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (Negara) para seniman. Seni kontemporer adalah satu cabang seni yang terpengaruh
dampak
modernisasi. Kontemporer berarti kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturanaturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada rennaissance,beegitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Menurut Yasraf Amir Piliang, seorang pemerhati seni, mengatakan bahwa pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat lebih mengarah pada masa kini atau bersifat modern. Pengertian tersebut berbeda dengan seni postmodern di mana seni kontemporer lebih bersifat modern atau kekinian, sedangkan seni postmodern lebih mengumpulkan atau menciptakan idiom-idiom baru selepas jaman modern, seperti halnya dalam seni lukis, lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui, contohnya adalah lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance, begitu pula dengan tarian, seni tari kontemporer lebih kreatif dan modern.
2.2.2 Sejarah dan Perkembangan Seni Kontemporer Pada perkembangannya, di zaman modern seni mengalami perubahan atau pembagian, menurut Theodor Adorno seorang tokoh pemerhati seni, seni dibagi menjadi seni murni (seni tinggi) dan seni terapan atau desain (seni rendah). Dikatakan seni murni merupakan seni tinggi karena seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
25
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
eksternal (kebutuhan pasar atau tujuan komresial) dalam menciptakan sebuah karya seni, karya seni yang diciptakan murni ekspresi. Seni rupa terapan (seni rendah) adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Theodor Adorno menganggap seni harus berbeda dengan benda atau barang lain, seni harus memiliki sesuatu, sesuatu yang tidak hanya menghasilkan komoditas semata, karena sebuah karya atau benda yang hanya menghasilkan komoditas akan menghancurkan semangat sosial, sebab pola produksi yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan oleh produsen atau tuntutan pasar. Pada jaman Postmodern/ kontemporer, pada jaman ini bentuk kesenian banyak berubah, baik secara kebendaan maupun kajian estetikanya, yang paling mendasar adalah landasan logika. Seni kontemporer mulai muncul di Indonesia awal 70-an, ketika Gregorius Sidharta menamai pameran seni patung pada saat itu dengan nama Seni Patung Kontemporer. Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang. Yustiono, seorang staf pengajar FSRD ITB, melihat perkembangan seni kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu postmodernisme pada akhir tahun 1993 dan awal tahun 1994, sepanjang tahun 1993 menyulut perdebatan dan perbincangan luas mengenai isu postmodernisme, baik di seminar-seminar maupun di media massa. 2.3
Tinjauan Seni 2 Dimensi dan 3 Dimensi
2.3.1 Seni Lukis Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang 2 dimensi (2 matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis. Beberapa aliran seni lukis yang menjadi dasar perkembangan seni lukis yaitu Surrealisme, Kubisme dan Romantisme. Beberapa aliran yang pernah berkembang di dunia seni lukis antara lain Ekspresionisme, Impresionisme, Fauvisme, Neo-Impresionisme, Realisme, Naturalisme dan De Stijl.
26
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Gambar 2.6. Seni Lukis Kontemporer Karya Semsar Siahaan Sumber: http://cemara6galeri.wordpress.com/event- 2008/mengenang-semsar
2.3.1.1 Metode Presentasi Seni Lukis
Seni lukis dan karya seni grafis berupa 2D cenderung mengikuti kaidah-kaidah kenyamanan visual pada penyampaian karyanya. Pengaturan media penyampaian seperti halnya dinding perlu diperhatikan dan diatur sedemikian rupa agar nyaman dipandang dan dinikmati oleh penikmat karya seni/ pengunjung. Menurut Susanto, terdapat 3 macam penempatan karya seni, yaitu:6
1. Linier, Meupakan suatu penataan dengan format menerus membentuk suatu garis lurus pada tiap-tiap karya.
Gambar 2.7. Penempatan Karya Seni Lukis format Linier Sumber: Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press
6
Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press.
27
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2. Up-Down Merupakan suatu penataan dengan naik turun pada setiap karya yang memiliki suatu ritme tertentu.
Gambar 2.8. Penempatan Karya Seni Lukis format Up-Down Sumber: Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press
3. Circular
Merupakan suatu penataan dengan pola yang melingkar/ cenderung melingkar dan mempunyai suatu poros.
Gambar 2.9. Penempatan Karya Seni Lukis format Circular Sumber: Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press
Sebuah aransemen dalam presentasi karya juuga patut diperhatikan, di mana aransemen presentasi adalah bagaimana cara sebuah karya lukisan diatur sedemikian rupa sehingga mampu mencapai komposisi yang nyaman bagi visual penikmat karya lukis/ pengunjung. Terdapat 2 jenis aransemen yang kerap digunakan, yaitu:
28
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Gambar 2.10. Aransemen Prensentasi Karya Lukis Sumber: Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press
2.3.2 Seni Grafis Seni 2 dimensional ini pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak mencetak, sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik gambar atau tulisan dengan cara tertentu pula. Seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna. Metode presentasi pameran seni grafis hamper sama dengan metode presentasi karya seni lukis. Berdasarkan dari teknik pembuatannya seni grafis dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu:
1. Cetak dalam ( Intaglio Print) Merupakan ragam jenis seni grafis yang dalam proses pembuatan nya dilakukan dengan tahap cetakan yang terbuat dari plat alumunium yang dibentuk menggunakan alat yang tajam sehingga akan membentuk goresan yang dalam. Teknik cetak dalam dapat digunakan dengan bahan alumuniun, tinta, dan juga kertas. Proses pembuatan karya ini dengan menggunakan tinta yang dituangkan didalam goresan yang dalam kemudian diatasnya diletakkan kertas yang sudah dibasahi dengan air biasa, yang kemudian tinta tersebut akan melekat pada kertas dan otomatis terbentuk menyesuaikan ukiran tadi. Alat yang digunakan adalh besi runcing atau paku.
29
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Gambar 2.11. Karya Seni Intaglio Print Sumber: http://s4.hubimg.com/u/3525927_f520.jpg
2. Cetak Saring (Screen Printing) Sebuah ragam karya seni grafis yang dibuat melalui tahap cetakan dari bahan screen atau kain yang dilapisi dengan bahan yang peka akan cahaya. Screen kemudian ditutup film dan akan dilakukan penyinaran. Tahap selanjutnya screen akan dicuci yang nantinya akan terbentuk cetakan yang berlubang (saring) sesuai dengan filmnya. Cat dirakel dan dituangkan diatas screen sehingga terbentuk gambar sesuai dengan cetakan yang dibuat. Alat yang digunakan untuk cetak saring ini adalah Screen, rakel, dan meja sablon. Bahan yang digunakan dalam cetak saring ini berupa afdruk seperti ulani, cromatine, film, dan cat sablon,
Gambar 2.12. Karya Seni Screen Printing Sumber: http://r-o-n-e.com/wpcontent/uploads/2012/05/RONE_SilverScreen_Dreams_StreetArtNews_Print_10.jpg
30
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388 3. Cetak Tinggi (Printing Hight) Cetak tinggi adalah ragam karya seni grafis yang pembuatannya melalui proses pembataan cetakan dari bahan yang di cuil atau dicungkil sehingga permukaannya akan menjadi tinggi dan juga rendah (relief). Bagian yang tinggi ini akan dilumuri dengan tinta cetak dan alat rol karet. Setelah itu dicetak lagi pada lembaran kertas sehingga nantinya akan membentuk gambar yang sesuai dengan cetakan yang telah dibuat tadi. Bahan yang digunakan untuk cetak tinggi ini adalah karetm hardboard, alumunium, kayu, cat minyak, tinta, kertas karton, kertas tela. Alat yang digunakan adalah pisau dan penggaris.
Gambar 2.13. Karya Seni Printing Hight Sumber http://www.jeffgardner.ca/ImagesJG/Canvas-Fire-Birches/Fire-Birches-0024644-PS.jpg
4. Cetak Foto (Printing Image) Cetak foto adalah ragam seni grafis yang pembuatannya melalui pemotretan dengan menggunakan Kamera, pencucian film, dan juga percetakan gambar foto. Teknik cetakan afdruk ini untuk fotografi menggunakan bahan kertas, film, dan bahan-bahan cuci film lainnya. Alat yang digunakan untuk cetak foto ini adlah kamera. Sedangkan bahannya adalah tinta dan kertas dengan alat komputer, kamera, dan juga printer.
Gambar 2.14. Karya Seni Printing Image Sumber http://gicleecanvasprinting.co.uk/wp-content/uploads/2010/08/Giclee-ArtPrints2.jpg
31
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.3.3 Seni Instalasi Seni instalasi dalam konteks fenomena perkembangan kesenian, merujuk pada perkembangan seni rupa kontemporer yang tumbuh di negara Barat sejak periode 1970an. Seni instalasi dalam sejumlah hal senantiasa dihubungkan dengan perkembangan filsafat dan teori pemikiran post-modern. Dapat dimengerti bahwa seni instalasi tumbuh berkembang di ranah post-modern hingga kontemporer. Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual 3 dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah rupa. Secara kebentukan seni instalasi masih merupakan sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti menggunakan efek teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu, musik, tarian, dan video sampai pada respon terhadap alam yang dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan. Secara garis besar medium seni instalasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu:7 1. Site Spesific Art Site specific art (site work) merupakan sebuah seni rupa instalasi yang ditampilkan secara khusus melalui pemanfaatan dan penggunaan suatu tempat atau ruang dengan berbagai karakter yang spesifik. Karya instalasi ini berkembang di Amerika sekitar tahun 1977. 2. Indigenouse Art Indigenouse art merupakan seni instalasi yang mempergunakan potensi lingkungan alam semesta yang tumbuh di suatu tempat, baik dalam keadaan yang alamiah maupun berupa material mentah yang dapat diproses menjadi karya seni. 3. Video Installation Video installation adalah seni intalasi yang memanfaatkan telivisi yang disusun menjadi sebuah patung dengan monitor yang banyak dengan berbagai bahasa televisi yang spontan. Seni instalasi ini muncul di Amerika pada tahun 1965. 6
Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press.
32
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.3.3.1 Metode Presentasi Seni Instalasi Suatu karya seni instalasi, khususnya seni instalasi kontemporer cenderung manggunakan suatu metode yang non-konvensional yang dapat dibilang unik. Metode-metode yang digunakan dapat melibatkan pengunjung galeri untuk berpartisipasi secara aktif, metode tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi 5 yaitu: 1. Active Guest, yang merupakan metode pengunjung aktif, dengan cara seperti
melibatkan
pengunjung
dengan
menekan
tombol
atau
menggerakkan sesuatu. 2. Physical Active, yang mengajak pengunjung untuk aktif secara fisik, misalnya melihat benda-benda dengan ukuran sangat kecil menggunakan bantuan mikroskop atau bantuan lensa tertentu. 3. Utilize, yang memanfaatkan berbagai permainan yang merangsang intelektual sekaligus keingintahuan. 4. Intellectual Guest, yang mengajak pengunjung untuk dapat berperan aktif secara intelektual 5. Live Demonstration, yang merupakan metode demonstrasi secara langsung oleh para seniman melalui performance art dengan atau tanpa melibatkan pengunjung. 2.3.3.2 Wujud Presentasi Seni Instalasi Presentasi karya instalasi diwujudkan dalam berbagai macam cara dan secara garis besar dapat digolongkan menjadi 6, yakni: 1. Fastened Object, cara ini mempertahankan benda seni pada suatu posisi tertentu dimaksudkan agar tidak berpindah tempat. 2. Unsecured Object, cara ini diterpakan untuk benda-benda yang tidak membutuhkan suatu pengamanan dan penanganan khusus. 3. Animed Object, cara pamer dengan menggerakkan benda-benda sehingga memunculkan suatu atraksi yang menarik bagi pengunjung. 4. Enclose Object, cara pamer dengan melindungi benda-benda dengan kaca atau pagar.
33
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
5. Teknik Simulasi, cara pamer dengan mengajak pengunjung untuk berpetualang dan mengalami suatu kondisi tertentu dalam atmosfer pameran 6. Diorama, cara pamer dengan meniru bentuk benda asli melalui miniatur atau seukuran benda aslinya dengan penampilan sesuai sekuen/ penggalan kisah tertentu.
2.3.4 Seni Patung Seni patung disebut juga dengan seni pahat. Seni ini adalah cabang dari hasil karya berwujud 3 dimensi. Biasanya diciptakan dengan teknik memahat, modeling (bahan tanah liat) atau kasting (pencetakan). Menurut G. Sidharta, media seni patung adalah berupa bahan, alat, dan teknik yang diperlukan dalam pembuatannya. Bahan terbagi menjadi 3 macam yaitu bahan lunak (tanah liat, lilin, sabun), bahan sedang (kayu), dan bahan keras (batu, semen, perunggu, emas). Masing-masing bahan tentunya akan memperngaruhi cara mempresentasikan dan perlakuannya. Menurut Mikke Susanto, seni patung adalah sebuah tipe karya 3 dimensi yang bentukanya dibuat dengan metode subtraktif dan aditif. Seni patung berkembang dari zaman ke zaman. Terdapat beberapa gaya seni patung, mulai dari Romawi Klasik , Yunani, hingga seni patung modern kontemporer.
Gambar 2.15. Karya Seni Patung Kontemporer Berjudul “Childhood-Horizon” Sumber http://foto.news.viva.co.id/read/5720/73632-pameran-seni-kontemporer-asia
34
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.4 Tinjauan Apresiasi, Edukasi, Rekreasi Pada Museum Sebuah museum selain merupakan sarana untuk apresiasi sebuah karya seni, diharapkan pula dapat menjadi sarana edukasi maupun rekreasi bagi seniman, pelajar, maupun khalayak umum menurut The International Council Of Museum. Ketiga aspek apresiasi, edukasi, serta rekreasi harus mampu saling mendukung (terintegrasi) satu dengan yang lain.
2.4.1.Tinjauan Apresiasi Apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sebuah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya, serta merupakan penilaian
maupun
penghargaan terhadapat suatu karya. Dalam hubungannya dengan seni, apresiasi merupakan sebuah poin penting yg harus dicapai agar para penikmat seni dapat menikmati dan menangkap suatu pesan dari karya seni yang disajikan. Menurut Soedarso (1990:77) apresiasi adalah mengerti Mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya.
2.4.2.Tinjauan Edukasi Edukasi
menurut Craven dan Hirnle merupakan suatu penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri serta aktif dalam pemberian informasi atau ide-ide baru. Edukasi pada museum dimaksudkan agar penyampaian tentang pengetahuan seni dapat secara maksimal diberikan kepada para seniman, pelajar, penikmat seni, maupun khalayak umum.
2.4.3.Tinjauan Rekreasi Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang, adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja. Menurut Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang.
35
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.5 Tinjauan Komparatif Terhadap Obyek Sejenis 2.5.1Jogja National Museum (JNM)
Gambar 2.16. Jogja National Museum Sumber http://photos.wikimapia.org/p/00/00/94/66/60_big.jpg
Jogja National Museum (JNM) merupakan sebuah museum seni kontemporer yang terletak di Jalan Prof. Kyai Amri Yahya Yogyakarta. Museum in dulunya merupakan bekas dari kampus Institut Seni Indonesia (ISI), yang kemudian dialih fungsikan menjadi sebuah museum dikarenakan
kmapus ISI yang berpindah
lokasi.Berbagai macam kegiatan seni kerap kali diadakan di JNM ini yang kebanyakan adalah acara kesenian kontemporer mengingat ketersediaan lahan luas yang tidak secara permanen digunakan oleh pihak pengelola JNM. Acara-acara kesenian
yang
sering
diselenggarakan
di
JNM
adalah
pameran
graffiti,
Bienalle,pameran foto, dan lain sebagainya. JNM memiliki berbagai ruang pameran yang cukup luas dan mudah di”customize” oleh pihak penyelenggara pameran. Ruang-ruang yang disediakan minim sekat bahkan ada yang tanpa sekat .Penggunaan ruang dengan sekat minim/ tanpa sekat akan memberi pemaksimalan kreasi dan ekspresi ruang dapat tercipta secara bebas oleh para seniman. Ruang pameran yang dapat dipakain di JNM terdiri dari 3 lantai, dengan sekat yang berbeda di tiap-tiap lantai.
36
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Gambar 2.17. Denah JNM Lantai 1 Sumber http://jogjanationalmuseum.com/venue-info/
Gambar 2.18. Denah JNM Lantai 2 Sumber http://jogjanationalmuseum.com/venue-info/
Gambar 2.19. Denah JNM Lantai 3 Sumber http://jogjanationalmuseum.com/venue-info/
37
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
Elemen pembentuk ruang pada bangunan JNM memiliki karakteristik polos dan kesan meruang yang terbilang cukup kuat. Sebuah ruang akan menjadi sangat mudahmenerima suatu perubahan baru karena fleksibilitas yang disediakan oleh pihak pengelola museum. Pemilihan warna yang cenderung tidak terlalu bercorak bertujuan untuk memberikan fokus terhadap karya yang ingin disampaikan.Konsep kebebasan yang disuguhkan oleh JNM memicu para seniman untuk dapat menuangkan kreasi kreatifitas terhadap layout ruangan maupun karya seni yang dingin dipamerkan. Tampilan wajah bangunan mencerminkan bangunan dari era kolonial Belanda. Wujud bangunan tua ini tetap dipertahankan mengingat bangunan JNM dulunya mempunyai nilai historis yang penting, maka Ketua Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara, KPH. Wironegoro, M.Sc berjuang untuk melestarikan kompleks bangunan bersejarah ini dengan tetap menampilkan karakter bangunannya.
No
1
Kajian
Bentuk,Tatanan,
Penjelasan &
Kesan &
Arsitektur
Ruang
Kualitas
Tanggapan
Ruang Pameran
-Layout ruang persegi
-Ruang pamer cukup luas
-Desain ruang pamer
-Ruang tanpa sekat/
-Menekankan fleksibilitas
konvensional
minim sekat
ruang pameran
-fleksibilitas
-Penerangan utama
-Pencahayaan alami sangat
ditekankan
berasal dari lampu
minim
memberikan
-Kesan ruang tertutup
-Elemen warna polos
kreativitas lebih
-Karakteristik ruang polos
dominasi puitih
-Kurangnya cahaya alami maupun penghawaan alami
2
Desain
-Desain kolonial Belanda
-Kesan masif tercipta dari
-Desain bangunan
bangunan
-Warna dominasi putih
tampilan bangunan
kurang memiliki
-Penggunaan ornamen
-Desain monoton dan
karakter kuat akan
bangunan
kurang ekspresif
sebuah museum seni kontemporer
Tabel 2.2. Tabel Analisis Bentuk, Tatanan, Kualitas,dan Tanggapan Bangunan JNM Sumber analisis penulis
38
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
2.5.2. Modern Museum Of Fort Worth
Gambar 2.20. Modern Museum Of Art Worth Sumber http://themodern.org/sites/default/files/night3_small.jpg
Modern Museum Of Fort Worth (MMOFW) didesain oleh Tadao Ando, seorang arsitek kondan berkebangsaan Jepang. MMOFW terletak Texas Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 2002. Berbagai kegiatan seni yang bersifat temporer sering diadakan di Museum OAW ini seperti halnya pameran seni kontemporer. Bangunan Museum ini mengadopsi langgam arsitektur modern dengan memperlihatkan bentuk-bentuk geometris yang sangat kuat. Dapat dilihat pengolahan bentuk menggunakan bidang persegi serta permaina garis horizontal dan vertikal yang kuat. Permainan bentuk geometris yang simpel juga menunjukkan aspek kejujuran dari sebuah museum yng merepresentasikan kejujuran akan karya seni. Penggunaan material didominasi akan beton, baja, alumunium, kaca, serta granit yang sengaja diekspose. Pemilihan ini juga merupakan bentuk tanggap dari
39
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
arsitektur yang tanggap
terhadap pemilihan material yang sedang berkembang.
Pemaksimalan penggunaan material kaca dimaksudkan agar bangunan juga dapat terintegrasi dengan lingkungan sekitar dan pemaksimalan cahaya alami.
Gambar 2.21. Denah Lantai 1 Modern Museum Of Fort Worth Sumber http://www.world-architects.com/pages/insight/between-earth-sky-piano-pavilion
Gambar 2.22. Denah Lantai 2 Modern Museum Of Fort Worth Sumber http://www.world-architects.com/pages/insight/between-earth-sky-piano-pavilion
40
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
No
1
2
Kajian
Bentuk,Tatanan,
Penjelasan &
Kesan &
Arsitektur
Ruang
Kualitas
Tanggapan
Ruang
-Layout ruang persegi dan
-Ruang pamer cukup luas
-Desain ruang pamer
Pameran
persegi panjang
-Menekankan fleksibilitas
ekspresif
-Ruang sekat dan minim
ruang pameran
-fleksibilitas
sekat
-Pencahayaan diperhatikan
ditekankan
-Penerangan utama
dengan permainan kaca
memberikan
berasal dari luar
-Elemen warna polos
kreativitas lebih
-Penghawaan alami
dominasi puitih
-Cahaya dan
diperhatikan
-Ekspresi tiap ruang yang
penghawaan alami
-Karakteristik ruang polos
berbeda yang memberikan
maksimal
-Ruang sarat akan makna
makna tersendiri
Desain
-Desain kontemporer
-Kesan ringan dan
-Desain bangunan
bangunan
menggunakan langgam
kompleks tercipta dari
mencerminkan
modern
permainan solid void
arsitektur modern
-Permainan transparan
material
masa kini dengan
dengan pemaksimlan kaca
-Penggunaan material masa
bentuk yang simple
-Geometri simple nan
kini berupa kombinasi
nan menarik.
kuat
beton, alumunium, kaca,
-Material yang tidak
dan baja
terlalu bercorak
Tabel 2.3. Tabel Analisis Bentuk, Tatanan, Kualitas,dan Tanggapan Bangunan MMOFW Sumber analisis penulis
2.6 Studi Komparasi Kajian komparasi yang disuguhkan akan membandingkan 2 buah museum seni kontemporer untuk mengetahui keunikan dari arsitektur yang ditawarkan. Hasil dari komparasi ini dapat memberikan arahan kepada penulis untuk menetapkan materi penekanan keunikan desain dan pendekatan arsitektur yang digunakan sebagai dasar penulisan landasan konseptual ini. Diharapkan temuan komparasi ini akan merujuk pada sebuah pemikiran landasan konseptual yang mampu memecahkan permasalahan
41
Museum Seni Kontemporer di Yogyakarta Tandean Jonathan/ 11011388
yang akan jadi rumusan. Berikut ini adalah tabel komparasi kedua preseden yang telah dijabarkan:
No
1
Obyek Studi
Gaya
Organisasi
Bentuk
Konfigurasi
Komparasi
Arsitektur
Ruangan
Ruangan
Sirkulasi
Jogja
Kolonial Linier
National
Belanda
Linier
Museum
Keunikan
Linier-
-Penggunaan sistem
Melewati
minim/tanpa sekat
ruang
untuk
(JNM)
memaksimalkan potensi fleksibilitas ruang pamer.
2
Modern
Modern
Museum Of Fort Worth
Linier
Linier
Linier-
-Pemaksimalan
Kontem
Melewati
pencahayaan dan
porer
ruang
penghawaan alami
(MMOFW)
-Ekspresi ruang pada ruang pamer yang sarat makna -Penggunaan material masa kini (kontemporer)
Tabel 2.4. Tabel Komparasi JNM dan MMOFW Sumber analisis penulis
42