MUJIZAT TERJADI KARENA IMAN! Obyek keyakinan yang nyata maupun khayal akan memberikan efek yang sama. Maka tidak ada bedanya apakah saya percaya kepada patung St Peter atau kepada St Peter pribadi, karena saya bisa memperoleh hal yang sama. Keyakinan memberikan keajaiban. Tidak peduli apakah keyakinan itu salah atau benar, ia akan selalu memberikan keajaiban yang sama.” (Paracelsus)1 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.2 Apakah Mujizat itu? Sewaktu penulis mengadakan penelitian bersama dengan LIPI di salah satu desa di daerah Rembang pada tahun 1999, berkaitan dengan daya tahan masyarakat dalam menghadapi krisis yang terjadi saat itu, ada cerita menarik yang disampaikan oleh dokter puskesmas yang menjadi salah satu subjek untuk pengambilan data. Begini cerita dokter tersebut. Suatu saat ada seorang bapak, usia sekitar 60 tahunan. Dia datang ke puskesmas ditandu oleh 4 orang kerabatnya. Biasa, masyarakat desa, kalau tidak sakit parah, mereka tidak akan datang ke puskesmas karena jauh, masih merasa asing dan takut dengan situasi puskesmas yang serba putih maupun biaya, meskipun untuk yang terakhir ini sebenarnya biayanya tidaklah mahal. Bapak ini telah mengalami sakit beberapa waktu dan tidak lagi bisa berjalan. Ini yang menyebabkan dia datang dengan ditandu. Sesampai di sana dokter memeriksa penyakitnya dan dia diagnosa mengalami sakit fisik (penulis lupa apa nama penyakit yang disebutkan oleh sang dokter). Kemudian dokter memberikan obat – obatan yang biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Namun bapak ini menolak. Dia mengatakan dia tidak mau kalau diminta meminum obat, katanya tidak menyakinkan. Dia lebih suka disuntik karena suntik menurutnya lebih mujarab. Dokter ini bingung karena serum yang berisikan obat yang dimaksud sudah habis. Dia pun tidak kehabisan akal, dia kemudian mengambil vitamin dan disuntikan ke tubuh pasiennya ini. Tak berapa lama kemudian si pasien mulai bangkit dari tempat tidurnya, duduk dan kemudian pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Dokter hampir – hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat, mengingat kondisi pada saat bapak ini datang pertama kali dengan perubahan tiba – tiba yang terjadi. Ajaib! Kisah lain berasal dari cerita korban – korban gempa di Yogyakarta dan Klaten. Sinar Wahyuni, anak usia 7 tahun asal Dusun Gempol, Kadilanggon, Wedi, Klaten, tertimpa reruntuhan rumahnya akibat gempa selama dua hari. Namun ajaib, dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia mengisahkan, pagi itu setelah membeli bubur dia kembali ke rumah. “Aku malah ketiban lawang (kejatuhan pintu) dan tembok. Ya diam saja tidak bisa gerak dan gelap. Setelah itu tidak ingat lagi. Tiba – tiba sudah bisa keluar, ndak tahu bagaimana,” ujarnya. Kisah lain berasal dari Bantul yang dialami oleh Sunardi yang berusia 66 tahun. Dia sudah sebulan lebih mengalami lumpuh. Waktu itu dia habis berjalan – jalan. Malamnya dia tiduran di kamar, “mendadak badan saya lemas. Saya tidak berdaya untuk bangun. Dua kaki dan dua tangan saya serentak tak bisa digerakkan.” Sunardi menjadi stres dan bingung. Dia kemudian dibopong tiga orang untuk berobat ke dokter spesialis syaraf. “Menurut dokter, kedua kaki dan tangan saya lumpuh total. Karena obat – obatan saja tidak cukup menolong, dokter merujuk saya untuk berobat ke RS Sardjito. Setelah pemeriksaan, saraf saya terinfeksi virus lebih dari 50 persen sejak lama. Bisa jadi lumpuh ini akan tahunan,” ungkapnya.
Sejak itu, Sunardi mengalami kelumpuhan. Ia harus memakai kursi roda. Dokter juga menyarankan Sunardi untuk menjalani fisioterapi sebanyak 13 kali. Hingga Sabtu pagi itu, seperti biasa Sunardi salat subuh dengan tubuh ditopang kursi di rumahnya. “Selesai itu saya tetap duduk – duduk sampai hari agak terang. Tiba – tiba saya melihat tembok seperti mau roboh. Entah kekuatan apa yang muncul dari bawah sadar, karena tidak ingin tertimpa tembok, saya langsung mengelak.” Saat itu Kardianti, istri Sunardi yang tengah mencuci berteriak – teriak “Ayo cepat lari, Pak!” Sunardi tak lagi memikirkan penyakitnya, ia langsung tergopoh – gopoh dan tiba – tiba saja berhasil menempuh jarak 50 meter. “Saya sampai terengah – engah.” Bahkan Sunardi malah sempat menolong tetangga. Tiba – tiba anak – anak dan warga kampung berteriak ke arah Sunardi. “Bapak bisa lari, bapak sembuh.” Barulah Sunardi sadar, “Saya bisa berdiri dengan kaki saya sendiri. Ini mujizat tak terkira dari Tuhan,” ungkapnya yang saat itu tidak merasakan sakit sedikitpun.3 Kisah – kisah di atas merupakan sebagian kecil berbagai kejadian yang terjadi di luar kewajaran yang sering disebut sebagai mujizat atau keajaiban. Sembuh dari sakit secara tiba – tiba, selamat dari peristiwa kecelakaan yang mematikan, mengalami suatu kejadian yang di luar nalar seperti mendapatkan kekuatan yang luar biasa, merupakan misteri yang lalu dikatagorikan sebagai mujizat. Lalu apakah sebenarnya mujizat itu? Pendapat pertama mengenai mujizat adalah kejadian supranatural, di luar hukum – hukum alam yang biasa, yang menerobos masuk ke dalam realita manusia. Ini terjadi karena ada kekuatan – kekuatan yang supranatural sifatnya yang memang menguasai alam ini. Menurut pendapat kelompok ini, mujizat dinyatakan supaya manusia tetap menyadari bahwa ada kekuatan lain di balik kekuatan alam yang sewaktu – waktu bisa menunjukkan keberadaannya. Nampaknya pendapat pertama inilah yang banyak diikuti oleh masyarakat saat ini. Lalu berkembanglah anggapan dan keyakinan mujizat terjadi karena ikut sertanya Tuhan dalam peristiwa mujizat tersebut.Anggapan tersebut biasanya lekat pada masyarakat yang menganut keyakinan kuat terhadap agama maupun kepercayaan leluhur. Pendapat kedua lebih melihat mujizat sebagai peristiwa yang sebenarnya masih tetap berada dalam hukum – hukum alam, namun keterbatasan pengetahuan manusia belum bisa menjelaskan peristiwa tersebut beserta hukum – hukum yang melatarbelakanginya. Dengan kata lain, mujizat tersebut sebenarnya bukanlah lagi menjadi mujizat ketika orang tahu hukum/pola – pola alam apa yang menyebabkan peristiwa tersebut muncul. Pendapat kedua ini agak kurang populer, namun di kalangan pemikir dan rasional, pendapat ini tentunya lebih banyak diterima. Sebagai contoh, ambillah gelas yang agak tinggi, sebatang korek api dan sepasang sendok dan garpu. Jepit sendok di sela – sela garpu, kemudian pasang sebatang korek api di tengah – tengah sela garpu. Selanjutnya dengan hati – hati tempatkan ujung batang korek api satunya di tepi bibir gelas. Ajaib, sendok dan garpu tersebut tidak jatuh, meskipun ujung batang korek api satunya tidak diberi beban apa – apa! Akal sehat dan logika awam menyatakan mestinya sendok dan garpu tersebut jatuh oleh gaya gravitasi bumi, apalagi di ujung batang korek satunya tidak ada beban lain yang bisa mengimbangi. Namun bagi mereka yang mengerti fisika beserta gaya – gaya yang menyekitarinya, bisa memahami mengapa sendok dan garpu tersebut tidak jatuh. Mereka yang hanya memahami hukum gravitasi saja tentunya menganggap sendok dan garpu yang tidak jatuh tersebut sebagai suatu keajaiban. Namun bagi mereka yang sudah mengerti adanya gaya – gaya lain (seperti gaya setripugal dan sentripetal) di luar gaya gravitasi, tentunya bisa menebak bahkan menghitung kekuatan yang mendorong sendok dan garpu supaya tetap melayang, mendapatkan keseimbangannya, dan melawan gaya gravitasi yang menariknya untuk
jatuh. Penulis lebih sependapat dengan pendapat kedua, yaitu bahwa mujizat tidak berarti ada kuasa lain di luar hukum alam yang menyeruak masuk dan melakukan intervensi berupa mujizat atau keajaiban. Tetapi lebih pada belum dimengertinya mekanisme hukum alam yang menyebabkan munculnya keajaiban tersebut. Apalagi ada pemahaman dan keyakinan bahwa sekalipun Tuhan itu Maha Kuasa, namun Dia juga memiliki sifat yang lain, yaitu Maha Teratur dan Maha Bijak. Tidak mungkin Allah mengingkari sifat – sifatNya sendiri dengan mengunggulkan sifat lainnya. Tidak mungkin, demi kemahakuasaanNya, Allah lalu mengalahkan kemahateraturanNya! Kalau Dia sudah menetapkan hukum –hukum alam, Dia tentunya juga berkepentingan menjaga keberlangsungan hukum – hukum tersebut dan tidak akan melakukan campur tangan yang nantinya akan merusak hukum yang telah ditetapkanNya sendiri. Allah tidak mungkin melawan kehendakNya sendiri!
Iman: Dasar dari Segala Sesuatu yang Kita Harapkan dan Bukti dari Segala Sesuatu yang Tidak Kita Lihat4 Sejak dulu orang sudah menghubungkan kaitan keyakinan/kepercayaan yang dimiliki dengan mujizat yang dialami. Orang percaya keajaiban terjadi: maka terjadilah keajaiban tersebut! Banyak kesaksian yang ditulis yang menceritakan mengenai hal – hal yang tidak masuk akal karena terjadi di luar kewajaran, yang dihubungkan dengan keyakinan yang dimiliki. Penyakit yang disembuhkan, terhindar dari bahaya di depan mata, atau peristiwa tidak biasa lainnya yang diyakini sebagai pengalaman iman. Orang lalu berusaha untuk hidup beriman, kemudian menggunakan imannya untuk menopang hidupnya. Namun banyak orang yang menjadi kecewa, karena meskipun mereka sudah “beriman”, namun apa yang diyakini, permintaan yang didoakan (meminta dan meyakini sembuh dari penyakit, mendapatkan rejeki, kesuksesan, kebahagiaan) tetap tidak terjadi. Lalu
mereka menjadi kecewa dan runtuhlah iman mereka. Tidak sedikit pula kita mendengarkan kisah – kisah serupa, meskipun sudah beriman, namun tetap tidak mengalami mujizat. Lalu apakah sebenarnya iman itu? Apakah sekedar keyakinan kepada kuasa tertinggi (Tuhan)? Bagaimana mengoperasikan iman itu sehingga menjadi kenyataan? Banyak buku bernuansa karismatik yang mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh orang percaya supaya doa/permintaannya terjadi sehingga dia bisa merasakan adanya mujizat. Salah satu yang penulis ingat betul adalah saran semacam ini: kalau Anda berdoa, sebutkan apa yang Anda minta secara spesifik dan mendetail, bahkan seolah – olah hal tersebut sudah nyata, sudah didapatkan. Kalau perlu sebutkan spesifikasinya. Jangan lupa, Anda percaya bahwa Anda sudah menerimanya! Dan Anda pasti akan menerimanya. Ini lalu menjadi kontroversi teologis karena seolah – olah doa dan iman semacam itu mendikte otoritas Tuhan. Namun cerita – cerita mengenai kebenaran cara berdoa semacam itu terus berkembang. Orang – orang yang mendapatkan apa yang mereka cari dengan cara berdoa (beriman) semacam itu terus disaksikan dari mimbar ke mimbar, dari mulut ke mulut. Itu menjadi mujizat, setidaknya bagi yang bersangkutan. Meskipun pada kenyataannya, banyak juga yang tidak mendapatkan apa yang diinginkan meskipun sudah mempraktekkan cara berdoa seperti yang dianjurkan. Lalu, pertanyaan sebelumnya tetap belum terjawab, apakah sebenarnya iman itu? Apakah keyakinan itu? Dan bagaimana mengoperasionalkannya sehingga kita sanggup “memindahkan gunung”? Psikologi Memahami Iman Sekarang ini psikologi sebagai suatu ilmu, sedikit demi sedikit namun pasti, dengan bantuan ilmu – ilmu lain mulai memahami misteri manusia dengan segala pernak – perniknya. Penemuan mengenai gelombang otak beserta fungsinya, berbagai macam senyawa kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan ke otak, sampai pada terapi – terapi hasil akumulasi dari terapi – terapi sebelumnya seperti Neurolinguistik Programming (NLP), membawa psikologi semakin mendekati ilmu yang dulunya dikenal sebagai parapsikologi5. Ritual –ritual keagamaan maupun berbagai kebijakan kuno yang berakar dari budaya lokal, mulai mendapatkan pembenarannya dalam penelitian psikologi. Misalnya, didapatkan persamaan yang begitu nyata antara metode hipnosis dengan ritual kesembuhan yang dilakukan oleh berbagai agama. Atau kebiasaan menidurkan anak dengan membisikkan kata – kata positif yang sering dilakukan oleh ibu – ibu kepada batitanya6, ternyata berkaitan dengan bawah sadar manusia yang tidak mengenal negasi beserta dengan gelombang otak yang memiliki pengaruh kuat dalam perubahan tingkah laku. Psikologi menemukan, ternyata keyakinan (iman dalam bahasa agama) bila dilakukan dengan teknik tertentu akan membuat apa yang diimani/diyakini menjadi kenyataan. Memecahkan keramik lantai dengan bolam lampu, berjalan di atas bara api yang dulunya dianggap sebagai pelakunya memiliki kekuatan supranatural, sekarang bisa dan bahkan biasa dipraktekkan dalam seminar – seminar motivasi. Didapatkan suatu bukti, bahwa ternyata iman/keyakinan/kepercayaan yang dimiliki manusia memang memiliki kuasa untuk menjadikan apa yang diyakini/dipercayai itu menjadi kenyataan! Hal ini kemudian bisa menjelaskan kebenaran kata – kata Yesus, "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”7
Kata – kata Yesus ini di kemudian hari sudah dibuktikan kebenarannya melalui hukum Fisika modern. Einstein menemukan bahwa massa (benda) ternyata bisa diubah menjadi energi yang dahsyat. Dengan kata lain, benda – benda itu sebenarnya merupakan kumpulan energi yang luar biasa. Lalu lahirlah bom atom, yang meskipun kecil bisa meluluh lantakkan kota! Manusia terdiri dari badan (benda/materi), sehingga terbukalah asumsi, apakah tidak mungkin manusia itu sendiri merupakan energi yang luar biasa! Sudah umum diketahui bahwa otak kita mengeluarkan energi listrik. Bahkan ada orang yang bisa mempertunjukkan bagaimana dia menghidupkan bola lampu dengan tangannya. Suara, teriakan, mengangkat benda, berlari, serta semua aktifitas yang dilakukan manusia membutuhkan dan mengeluarkan energi. Kalau kita akhirnya menemukan cara merubah materi yang kita miliki menjadi energi, serta sebaliknya mengembalikan energi tersebut menjadi materi kembali8, maka rahasia santet (memasukkan benda – benda ke dalam tubuh tanpa diketahui) akan terbongkar dan kita pun menjadi tahu bahwa ternyata manusia menggunakan kuasanya sendiri untuk melakukan tersebut, bukan karena kuasa lainnya. Sekarang ini fenomena kekebalan, tidur di atas senjata tajam atau paku, ditusuk tetapi tidak mengeluarkan darah, sudah bisa dipraktekkan tanpa harus (repot – repot) menggunakan berbagai macam jimat. Fenomena – fenomena tersebut mulai dapat dijelaskan secara ilmiah. Fenomena supranatural lainnya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan pencerahannya! Namun dibalik semua fenomena tersebut, faktor keyakinan dengan segala atributnya ternyata menjadi salah satu kunci pembuka. Oleh karena itu janganlah bermain – main dengan keyakinan yang dimiliki. Benson & Proctor berdasarkan riset mengenai faktor iman/keyakinan dalam proses penyembuhan maupun kejadian – kejadian yang sifatnya supranatural mulai mempertanyakan kemungkinan pikiran manusia mempengaruhi hal – hal di luar tubuhnya sendiri. “... mungkinkah pikiran juga mempengaruhi hal – hal di luar tubuh kita? Dapatkah pikiran kita menciptakan – atau ikut serta dalam menciptakan – gangguan dalam alam semesta yang tidak hanya mengubah tubuh kita sendiri, tetapi juga lingkungan fisik di luar tubuh kita? ...” Bahkan mereka mulai melihat kajian ahli fisika teoritis mengenai “teori penyatuan” materi dan energi yang menduga adanya gaya tunggal yang mendasari semua realitas fisik di alam semesta. Antara lain dinyatakan bahwa pada awalnya semua proton, netron dan beragam partikel sub atom dan gelombang energi yang telah berkembang ke seluruh galaksi dan membentuk fondasi realitas fisik adalah satu. Bahkan kini, partkel – partikel dan gelombang – gelombang ini menyimpan jejak gaya primordial tunggal tersebut dan hanya dapat dipahami sepenuhnya dalam hubungan tunggal dan fundamental yang mereka miliki satu sama lain.9 Bahkan James Redfield dengan trilogi novelnya yang terkenal dan menjadi best seller, The Celestine Prophecy (Manuskrip Celestine) dengan berani membenarkan asumsi bahwa pikiran manusia bisa menciptakan kenyataan sehingga mempengaruhi realita yang sudah ada. Bahkan dinyatakan bahwa teknologi yang sekarang ini dimiliki sebenarnya hanyalah membantu pikiran untuk mewujudkan apa yang diimajinasikan ke dalam kenyataan. Dicontohkan, dulu manusia hanya membayangkan dan berpikir untuk terbang bahkan sampai di bulan. Teknologi ternyata memungkinkan manusia untuk benar – benar bisa terbang dan sampai di bulan! Nanti, demikian dikisahkan dalam novel Rahasia Shambala, pikiran kita akan mampu menciptakan realitas tanpa harus menggunakan teknologi.10 1
Ahli kimia dan dokter kebangsaan Swiss (1493 – 1541), merupakan penyembuh besar pada masanya. Dikutip dari Murphy, Y. 2002. Membangkitkan Kekuatan Bawah Sadar. Bandung: Penerbit Pionir Jaya. Hal. 53 2 Markus 11:24
3
Kisah lengkapnya bisa dibaca di tabloid Nova No.954/XIX 11 Juni 2006 hal. 38 – 39. Ibrani 11:1 5 Teolog kebanyakan masih mengakui psikologi dan tidak terlalu mempermasalahkan ilmu ini digunakan untuk pembinaan warga jemaat, namun untuk ilmu yang dikenal sebagai parapsikologi, sebagian besar merasa keberatan penggunaannya. Para psikologi lebih dikaitkan dengan klenik, okultisme dan kuasa gelap serta sudah menimbulkan prasangka yang demikian negative. Perkembangan psikologi sekarang, nampaknya mau tidak mau mulai menelanjangi praktek parapsikologi tersebut, sehingga yang tadinya dianggap menggunakan kekuatan di luar manusia, sekarang mulai diketahui ternyata juga menggunakan kemampuan manusia yang memang selama ini belum nyata dan baru berupa potensi karena belum tahu cara mengeluarkannya. Nampaknya orang – orang tertentu dengan latihan atau jimat atau kebetulan mengalami pengalaman tertentu atau yang diyakini sebagai karunia, kemudian mampu memunculkan dan menggunakannya secara sadar. 6 Ibu biasanya menyanyikan lagu lembut berisi pesan – pesan, atau kata – kata nasehat seperti, “Nak, kalau besar nanti jadi anak yang berguna, jadi anak yang taat orang tua, rajin, beribadah, pintar dsb”. Sampai anak tertidur. Penelitian menunjukkan, bahwa gelombang yang bekerja diantara ambang terjaga dan tidur adalah gelombang alfa dan theta, yang sangat berguna dalam proses belajar dan penyembuhan serta perubahan tingkah laku. Hipnosis pada dasarnya juga membawa otak subjek ke gelombang ini sehingga bisa melakukan hal – hal yang tidak mungkin dilakukan ketika subjek yang bersangkutan sadar. 7 Matius 17:20 8 Film – film yang bertema science – futuristik sering menggambarkan perjalanan manusia menggunakan semacam alat yang mampu memindahkan manusia dalam waktu sekejab ke tempat yang sangat jauh dengan menggubah tubuhnya menjadi energi, kemudian mengubah energi tersebut kembali menjadi tubuh kembali di tempat yang dituju. Bisa kita saksikan dalam film StarTrek misalnya. 9 Benson, H. & Proctor W., 2000. Dasar – dasar Respon Relaksasi: Bagaimana Menggabungkan Respons Relaksasi dengan Keyakinan Pribadi Anda. Penerbit Kaifa Hal. 53. Buku ini merupakan kelanjutan dari buku pertama, Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatasi Tekanan Hidup, yang ditulis oleh Benson & Klipper. Pembaca dapat menemukan banyak penjelasan maupun contoh – contoh yang berkaitan dengan praktek penyembuhan, kaitan antara badan dan jiwa serta teknik – teknik yang digunakan oleh agama sehingga memungkinkan terjadinya kesembuhan melalui ritual yang dimiliki. 10 Redfield, J. 2003. Manuskrip Celestine. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Buku lainnya yang menjadi trilogi adalah Wawasan Kesepuluh dan Rahasia Shambala, diterbitkan oleh penerbit yang sama. Novel ini menarik karena selain berisi gagasan si pengarang, namun juga di sana sini diberikan bukti – bukti dari penelitian mengenai kekuatan manusia serta praktek – praktek keagamaan yang relevan. Buku ini menjadi salah satu buku best seller. Mirip seperti novel fiksi Da Vinci Code (Kode Da Vinci), dalam buku ini ada campuran antara fakta dan fiksi (fakta karena mengambil bukti – bukti penelitian dan fiksi karena ada bagian – bagian yang murni merupakan gagasan penulisnya) sehingga pembaca perlu hati – hati mencerna dan membedakan antara mana yang fakta dan mana yang fiksi. 4