MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP GAYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG (PBL) VARIASI DENGAN TALKING STICK DI KELAS VA SDN ALALAK TENGAH 3 BANJARMASIN Muhammad Saleh Mukmin Kurniawan e-mail:
[email protected] Abstract: This research is Classroom Action Research (CAR) which is conducted in two cycles. Setting of this research is fifth grade’s students of Alalak Tengah 3 elementary school Banjarmasin in second semester academic year 2013/2014, with the number of students 28 persons and consist of 17 persons male and 11 person female students. The type of data in this research is the quantitative and qualitative. Quantitative data is collected with the evaluation test, the qualitative data is collected with observe the students during the learning process. Results of the research, students’ activity in the first cycle show that from 60.38 percent with active category improve to 87.39 percent with very active category in the second cycle. Students learning completeness in the first cycle improve from 75 percent to 89.29 percent in the second cycle exceeds the criteria of classical completeness more than 80 percent. It means that the success indicator has been achieved by using the model Problem Based Learning (PBL) variation with Talking Stick. Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setting penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN Alalak Tengah 3 Banjarmasin pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 28 orang yaitu terdiri dari 17 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan tes hasil belajar sedangkan data kualitatif diambil dengan cara mengobservasi siswa pada saat proses pembelajaran. Hasil penelitian aktivitas siswa pada siklus I 60,38% kategori aktif menjadi 87,39% kategori sangat aktif pada siklus II. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I 75% menjadi 89,29% pada siklus II melebihi kriteria ketuntasan klasikal ≥80%. Hal ini menunjukkan bahwa telah tercapainya indikator keberhasilan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) variasi dengan Talking Stick. Katakunci: Hasil Belajar, Konsep Gaya, Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Variasi Dengan Talking Stick.
Seiring
dengan
semakin
tajamnya
lembaga/organisasi
membutuhkan
sumber
persaingan akibat perkembangan teknologi
daya manusia yang berkompeten. Salah satu
dan lingkungan yang begitu drastis pada
cara
seluruh aspek kehidupan manusia, maka setiap
manusia yang berkompeten adalah dengan
untuk
menghasilkan
sumber
daya
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19
12
memberikan pemerataan pendidikan terhadap
membuat suatu karya melalui penerapan
seluruh aspek lapisan masyarakat.
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah
DalamUndang-Undang Tahun
2003
Nomor
tentang Sistem
20
Pendidikan
Nasional, pada Bab I Pasal 1 menyatakan
secara
bijaksana
dalam
proses
pembelajarannya (Mulyasa, 2010: 110). Dalam hal pembelajaran IPA di SD
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
tersebut,
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
memegang peranan yang sangat krusial demi
dan proses pembelajaran agar peserta didik
terciptanya proses belajar yang kondusif,
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
efektif dan efisien.
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
gurulah
Guru
pelaku
adalah
seorang
pendidik,
pembimbing,
akhlak
yang
kurikulum yang dapat menciptakan kondisi
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
dan suasana belajar yang kondusif, yaitu
negara (UU RI No. 54 Tahun 2005 dan
suasana
Permendiknas No. 11 Tahun 2004 Tentang
memberi rasa aman, memberikan ruang pada
Guru dan Dosen, 2012: 60-61).
siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif
serta
keterampilan
Pendidikan di SD bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup
mandiri
dan
pendidikan lebih lanjut (Tim
belajar
dan
yang
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, mulia,
pelatih
utama
pengembang
menyenangkan,
menarik,
dalam mengeksplorasi dari mengelaborasi kemampuannya (Rusman, 2011: 19). Tetapi hal diatas bertolak belakang
mengikuti
dengan fakta yang terjadi di lapangan,
Direktorat
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
Pembinaan Sekolah Dasar, 2011: 5).
Guru wali kelas VA SDN Alalak Tengah 3
Mata pelajaran IPA di SD dilakukan
Banjarmasin pada hari rabu, 18 Februari 2015
dengan penyelidikan sederhana dan bukan
bahwa nilai hasil belajar siswa pada mata
hapalan terhadap kumpulan konsep IPA
pelajaran IPA tergolong rendah. Hal ini
(Susanto, 2013: 170).Disamping itu, mata
terlihat dari hasil ulangan harian (tes formatif)
pelajaran
juga
siswa kelas VA tentang materi “Konsep Gaya”
pembelajaran
yang memiliki rata- rata nilai ketuntasan
salingtemas oleh guru (sains, lingkungan,
dibawah 70 (KKM). Pada tahun ajaran
teknologi dan masyarakat) yang diarahkan
2013/2014 dari 36 orang siswa hanya 17 orang
pada pengalaman belajar untuk merancang dan
siswa (47,22)% yang tuntas sisanya 19 orang
diharapkan
IPA ada
ditingkat penekanan
SD/MI
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19
13
siswa (52,77%) tidak tuntas, tahun ajaran
jika ia bekerja sama (berkelompok) dalam
2014/2015 dari 28 orang siswa hanya 13 orang
menjawab soal/memecahkan masalah yang
siswa tuntas (46,43%) sisanya 15 orang siswa
diajukan oleh guru, siswa bisa belajar untuk
(53,56%) tidak tuntas serta pada hasil pratest
mengahargai pendapat, saling mengemukakan
yang dilakukan oleh peneliti pada hari sabtu,
pendapat, saling bertukar pengalaman serta
21 Februari 2015 didapatkan hasil 11 orang
akan sedikit banyak akan membantu siswa
siswa tuntas (39,29%) sisanya 17 orang siswa
yang kurang pandai yang apabila proses
(60,70%)
pembelajaran berlangsung secara berkelompok
tidak
tuntas
ditahun
ajaran
2014/2015.
ini.
Permasalahan diatas terjadi karenasiswa
Apabila permasalahan diatas dibiarkan
tidak dibiarkan terlibat aktif secara langsung
terus menerus, maka akan berdampak bukan
dalam proses pembelajaran oleh guru. Pada
hanya
saat proses pembelajaran siswa cenderung
penerimaan siswa terhadap materi “Konsep
pasif karena proses pembelajaran masih
Gaya” saja tetapi juga kesulitan dalam
menekankan pada konsep-konsep hapalan dan
memahami pada penerimaan siswa terhadap
ingatan yang ada dalam buku pembelajaran
materi
IPA, siswa tidak mengalami, terlibat, serta
tentunya akan berdampak pada hasil belajar
berbuat langsung saat proses pembelajaran.
yang rendah. Selain itu juga akan membuat
Tentunya
tumbuhnya sikap apatis siswa terhadap muatan
hal
tersebut
akan
membuat
kesulitan
pokok
dalam
memahami pada
bahasan
Ilmu
pembelajaran
akan
mendatang karena IPA sangat penting, dimana
berkurang sehingga proses pembelajaran yang
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
dirasakan
terasa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam
membosankan dan menjadi kurang bermakna.
sekitar serta pengembangan lebih lanjut dalam
Selain itu juga, proses pembelajaran yang
menerapkannnya didalam kehidupan sehari-
hanya membiarkan siswa bekerja sendirian
hari.
oleh
diterimanya
siswa
akan
untuk menjawab soal atau memecahkan
Solusi
Alam
terbaik
untuk
(IPA)
yang
perhatian, motivasi dan minat siswa tehadap yang
Pengetahuan
berikutnya
dimasa
memecahkan
masalah tanpa menciptakan suasana iklim
permasalahan diatas adalah menggunakan
belajar
model
untuk
berdiskusi
atau
bekerja
pembelajarana
Problem
Based
kelompok, juga salah satu faktor penyebab
Learning (PBL) variasi dengan Talking Stick.
hasil belajar siswa menjadi rendah. Padahal
Alasan peneliti memvariasikan kedua model
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19
14
ini untuk memecahkan masalah tersebut
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
adalah model Problem Based Learning (PBL)
peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian
melibatkankeaktifan siswa dalam bentuk kerja
Tindakan
dalam tim karena memberikan kesempatan
:“Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Gaya
siswa untuk mengalami langsung dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Problem
mengkaitkan pembelajaran terhadap masalah
Based
yang dihadapi siswa sehari-hari, sehingga
Talking Stick Di Kelas VA SDN Alalak
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
Tengah 3 Banjarmasin”.
Kelas
(PTK)
Learning
(PBL)
dengan
Variasi
judul
Dengan
dapat meningkatkan hasil belajar (Rusman,
Rumusan masalahnya adalah sebagai
2011: 232)serta saat divariasikannya model
berikut: (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam
Problem Based Learning (PBL) dengan model
mempelajari
pembelajaran Talking Stick, akan bermanfaat
model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap
hasil
(PBL) variasi dengan Talking Stick dikelas VA
pembelajaran juga karena model Talking Stick
SDN Alalak Tengah 3 Banjarmasin? (2)
ini akan memberikan motivasi yang lebih
Apakah
besar, siswa menjadi lebih percaya diri dalam
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
hal
dalam
dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil
pembelajaran serta dapat menarik motivasi,
belajar konsep gaya pada siswa kelas VA SDN
minat serta perhatian siswa pada saat proses
Alalak Tengah 3 Banjarmasin?
peningkatan
mengemukakan
pembelajaran pembelajaran
pemerolehan
pendapat
berlangsung akan
terasa
konsep
dengan
gaya
menggunakan
divariasikannya
model
karena
menyenangkan
METODE
melalui model Talking Stick ini (Huda, 2011: 66).
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan Peneliti menggunakan variasi kedua
model
tersebut
permasalahan
diatas,
untuk tentu
kuantitatif.Pendekatan
digunakan
memecahkan
peneliti
saja
pembelajaran dan kinerja peneliti sebagai
dengan
untuk
kualitatif
tenaga
hasil
kuantitatif digunakan untuk memperbaiki hasil
siswa
tetapi
juga
akan
siswa.Jenis
sedangkan
kualitas
harapan tidak hanya mampu memperbaiki belajar
pendidik
memperbaiki
menjadikan proses kegiatan belajar mengajar
belajr
berlangsung secara optimal.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
pendekatan
penelitiannya
adalah
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19 Dalam penelitian tindakan kelas ini ada
observasi,
15
(2)
Indikator
keberhasilan
4 tahapan sederhana, yaitu: perencanaan,
penelitian ini adalah apabila ketuntasan hasil
pelaksanaan,
belajar siswa memperoleh nilai ≥70 secara
pengamatan
dan
refleksi
(Arikunto: 2010: 16). Dari
ke
empat
individual tahapan
penelitian
serta
memperoleh
ketuntasan
klasikal ≥80%.
tersebut akan terbentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan secara berurutan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
akan kembali dilakukan ke siklus selanjutnya
Perbaikan ini terjadi karena guru sudah
apabila indikator belum tercapai/terpenuhi,
mampu mengaplikasikan penggunaan model
baik indikator aktivitaas guru, aktivitas siswa
Problem
Based
maupun hasil belajar.
dengan
Talking
Learning
(PBL)
Stickdengan
baik
variasi serta
Penelitian dilaksanakan di SDN Alalak
pengkajian refleksi yang dilakukan oleh guru
Tengah 3 Banjarmasin pada mata pelajaran
setiap kali pertemuannya, dengan begitu guru
IPA kelas VA semester II tahun ajaran
mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja
2014/2015.Jumlah seluruh siswanya adalah 28
selama pemebelajaran dan memperbaikinya
orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan
pada pertemuan berikutnya.
11 orang perempuan. Jenis
data
yang
Model pembelajaran kelompok sangat digunakan
dalam
diperlukan untuk memandu proses belajar
penelitian ini berupa data kualitatif dan
secara efektif. Salah satu model pembelajaran
kuantitatif. (1) Data kualitatif berupa aktivitas
kelompok
siswa. Instrumennya berupa lembar observasi
meningkatkan
kegaiatan belajar-mengajar guru dan lembar
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
observasi belajar siswa. (2) Data kuantitatif
adalah
berupa nilai tes hasil belajar. Instrument untuk
(Haryati, 2013: 141).
teknik pengukuran ini berupa tes tertulis yang
yang
dapat
motivasi
Problem
Based
mendorong
serta
dan
serta
minat
Learning
(PBL)
Ketika guru mengorientasikan siswa
berisi tentang soal-soal mengenai konsep
pada
gaya.
masalah yang berkaitan dengan kehidupan Indikator keberhasilan (1) Indikator
keberhasilan
aktivitas
siswa
masalah dengan menyajikan suatu
sehari-hari
siswa
sehingga
akan
dalam
membangkitkan minat dan keinginan siswa
pembelajaran secara klasikal minimal berada
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
pada kriteria aktif diukur melalui lembar
(Trianto, 2010: 99). Model Problem Based
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19
16
Learning (PBL) akan mendorong rasa ingin
juga akan membantu siswa yang kurang
tahu siswa sehingga memunculkan bermacam-
pandai menjadi terbantu. Siswa juga bukan
macam pertanyaan. Bila pertanyaan tersebut
lagi dijadikan sebagai objek, melainkan siswa
telah muncul dalam diri siswa maka motivasi
akan bergerak aktif untuk memecahkan sendiri
intrinsik siswa untuk belajar akan tumbuh
permasalahan/bebas mengeluarkan kreativitas
(Hamdayama, 2014: 210-211).
daya imajinasinya, berlangsungnya pertukaran
Dengan mempertahankan konsentrasi
pendapat antar sesama siswa lainnya yang
siswa akan membuat perhatian siswa menjadi
tentunya
akan
memperkaya
terpusat pada guru semata, sehingga apabila
pengetahuan siswa.
wawasan
siswa telah berkonsentrasi atau fokus maka
Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni
hasil pembelajaran akan maksimal (Sanjaya,
(2014: 23) bahwa dengan belajar secara
2014: 46). Guru yang mengajar dengan baik
berkelompok memungkinkan siswa untuk
akan
dan
mengembangkan pengetahuan, kemampuan,
membimbing siswa, baik secara perorangan
dan keterampilan secara penuh dalam suasana
maupun berkelompok dalam upaya untuk
belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa
memahami bentuk-bentuk pengalaman belajar
bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun
tertentu
juga bisa berperan sebagai tutor bagi teman
berusaha
yang
untuk
berguna
memahami
bagi
kehidupan
(Anshar, 2012:29). Pada
sebayanya.
aktivitas
siswa,
pelaksanaan
Rusman
(2011:
206)
bahwa
aktivitas siswa dalam mempelajari konsep
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
gaya menggunakan model Problem Based
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
Learning (PBL) variasi dengan Talking Stick
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
mengalami
setiap
pengetahuan dengan pengalaman.Ngalimun
pertemuannya serta aktivitas siswa telah
(2013: 90) menyatakan bahwa masalah yang
berhasil mencapai indikator yang ditetapkan.
dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat
perbaikan
pada
Terjadinya peningkatan keaktifan siswa
diselesaikan siswa melalui kerja kelompok
tersebut dikarenakan dorongan motivasi/rasa
sehingga
ingin
terhadap
pengalaman belajar yang beragam pada siswa,
permasalahan yang disampaikan oleh guru
seperti kerja sama dan interaksi dalam
untuk
kelompok, disamping pengalaman belajar
tahu
siswa
segera
yang tinggi
mereka
pecahkan
secara
berkelompok oleh siswa, saat berkelompok
dapat
memberi
pengalaman-
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19 yang
berhubungan
dengan
pemecahan
masalah.
peningkatan
17
prestasi
akademik
dan
pemahaman baik secara individu maupun
Nur (2008: 18) mengemukakan bahwa
secara berkelompok (Trianto, 2010: 57).
rasa ingin tahu yang dimiliki oleh siswa
Hal yang sama juga di kemukakan oleh
membuatnya mereka untuk aktif membangun
Rusman
gambaran-gambaran dalam benak mereka
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
dalam memecahkan masalah.
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
Aktivitas dan kreativitas siswa dapat
dapat
(2011:
205)
meningkatkan
bahwa
dengan
hubungan
sosial,
dikembangkan dan memberi kepercayaan,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan
komunikasi bebas dan pengawasan yang tidak
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan
terlalu
harga diri sendiri dan orang lain.
ketat
membuat
pembelajaran
berlangsung dengan bergairah dan tanpa tekanan (Mulyasa, 2009: 164).
Siswa belajar akan lebih bermakna apabila
Hasil belajar siswa, hasil belajar yang
anak
dipelajarinya,
mengalami bukan
apa
yang
mengetahuinya
dari
diperoleh siswa mengalami perbaikan dan
penjelasan guru semata (Kamil, 2009: 4-5).
peningkatan disetiap pertemuannya.
Dalam keadaan gembira dan senang siswa
Peningkatan hasil belajar siswa yang
akan dapat menggunakan potensinya yang
terjadi tersebut tidak terlepas dari pengaruh
terpendam dan rasa gembira merupakan
pembelajaran siswa sewaktu belajar secara
prasyarat bagi proses belajar mengajar yang
berkelompok, siswa juga di biarkan untuk
efektif dan cepat (Djaenali, 2007: 33). Dengan
mengalami sendiri dalam pembelajarannya,
menggunakan model Problem Based Learning
tidak semata-mata menunggu perintah dari
dalam
guru. Dan yang tidak kalah pentingnya proses
pembelajaran berlangsung secara
pembelajaran yang tidak berlangsung dengan
sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar
kaku, tetapi malah sebaliknya berjalan dengan
yang baik dan tuntas (Lestari, 2013: 185).
membelajarkan
siswa
membuat optimal
menyenangkan seperti contohnya pada saat model Talking Stick diterapkan, itu merupakan salah satu kunci terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Dengan secara
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas VA
pembelajaran
kooperatif
akan
berlangsung
memaksimalkan
SDN Alalak Tengah 3 Banjarmasin dapat disimpulkan sebagai berikut:
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19 Aktivitas konsep
siswa
gaya
dalam
mempelajari
menggunakan
siswa
untuk
18
memecahkan
permasalahan,
model
meningkatkan solidaritas dan kerjasama para
pembelajaran Problem Based Learning(PBL)
siswa, memberikan kepada siswa untuk saling
variasi dengan Talking Stick di kelas VA SDN
bertukar
Alalak Tengah 3 Banjarmasin mengalami
meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk
peningkatan di setiap pertemuannya dengan
berbicara di depan orang banyak serta
perolehan kategori sangat aktif.
menjadikan
Penggunaan
model
pembelajaran
pada
atau
masukan,
pembelajaran
menjadi
Kepala
Sekolah,
hendaknya
dapat
dapat
membantu guru dalam meningkatkan kualitas
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA
proses pembelajaran dengan memperkenalkan,
SDN Alalak Tengah 3 Banjarmasin. Ini
membimbing dan membina kepada guru
dibuktikan
tentang
dengan
konsep gaya
saran
menyenangkan.
Problem Based Learning(PBL) variasi dengan Talking Stick
pendapat,
adanya
peningkatan
berbagai
pembelajaran
ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal
khususnya
pada
Based Learning (PBL) variasi dengan Talking
hasil
belajar
siswa
di
setiap
pertemuannya.
model
model
pembelajaran
Problem
Stick. Peneliti pertimbangan
SARAN Berdasarkan
hasil
lain, bagi
sebagai
peneliti
bahan
lainnya
saat
penelitian,
memilih model pembelajaran dalam rangka
pembahasan dan kesimpulan yang telah
peningkatan kualitas proses pembelajaran di
diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran
dalam kelas pada mata pelajaran IPA,
sebagai berikut:
khususnya
Bagi guru, guru di Sekolah Dasar (SD) dapat
menjadikan
Problem
Based
model
Learning
pembelajaran (PBL)
untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA, karena model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) variasi
dengan
meningkatkan
Talking
kemampuan
Stick
pembelajaran
menggunakan
Problem
Based
model
Laearning
(PBL) variasi dengan Talking Stick.
variasi
dengan Talking Stick sebagai salah satu alternatif
dengan
dapat
berpikir kritis
DAFTAR RUJUKAN Anshar, Jumaidi. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Melalui ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (PBL) di Kelas IV SDN Berangas Timur 1
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari – Juni 2014, 11-19 Batola. Skripsi Diterbitkan.Banjarmasin: PGSDUNLAM Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak FKIP
Prosedur Praktik.
Djaenali, Sopeno. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran. Banjarmasin: Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Haryati, Mulia Ita (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Penggunaan Pecahan Dalam Masalah Perbandingan Dan Skala Menggunakan Model Problem Based learning (PBL) Kelas V SDN Jawa 5 Martapura Kabupaten Banjar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Banjarmasin: FKIP PGSD UNLAM. Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2014). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta. Kamil, M. Insanul. (2009). Meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas V SDN Sungai Jingah 6 Banjarmasin Pada Konsep Dampak Alih Fungsi Sungai Menggunakan Model Inkuiri. Skripsi Tidak Diterbitkan. Banjarmasin: FKIP PGSD UNLAM. Lestari, Citra Amalia. (2013). Meningkatkan Hasil Perkalian Siswa Tentang Pecahan
19
Menggunakan Model PBL Di Kelas V SDN Pangeran 2 Banjarmasin. Skripsi Tidak Diterbitkan. FKIP PGSD UNLAM. Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Ngalimun. (2013). Pembelajaran. Cendekia.
Strategi dan Model Banjarbaru: Scripta
Nur,
Mohammad. (2008). Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar: Model Kurikulum KTSP di SD. Jakarta: BSNP. Trianto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencan