ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
Laporan Penelitian
Mometasone furoate topikal menurunkan kadar IL3, IL9-serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung penderita rinitis alergi Agus Kurniawan, Stephani Linggawan, Endang Retnoningsih, Rus Suheryanto, Edi Handoko, Soehartono Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Latar belakang: Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE, sering berhubungan dengan banyak ko-morbid dan berdampak pada kualitas hidup. Interleukin (IL)3 dan IL9 berperan dalam proses pembentukan eosinofil, sedangkan eosinofil diketahui berperan penting dalam menyebabkan keluhan hidung buntu dan kerusakan epitel mukosa hidung penderita rinitis alergi. Mometasone furoate merupakan kortikosteroid topikal generasi terbaru yang jarang menyebabkan efek samping. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kadar IL3, IL9-serum, dan jumlah eosinofil mukosa hidung sesudah pemberian semprot hidung mometasone furoate pada penderita rinitis alergi. Metode: Penelitian observasional analitik ini melibatkan 38 penderita rinitis alergi yang diberi semprot hidung mometasone furoate selama 2 minggu dengan dosis 200 µg/hari. Kadar IL3, IL9-serum, dan jumlah eosinofil mukosa hidung diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil: Data dianalisis dengan uji t-berpasangan dan uji Wilcoxon. Kadar IL3, IL9serum, dan jumlah eosinofil mukosa hidung menurun secara bermakna (p <0,001) sesudah pemberian mometasone furoate topikal selama 2 minggu. Kesimpulan: Mometasone furoate semprot hidung terbukti berpengaruh terhadap penurunan kadar IL3, IL9-serum, dan jumlah eosinofil mukosa hidung pada penderita rinitis alergi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh mometasone furoate topikal terhadap sitokin lain yang berperan pada rinitis alergi, pengukuran kadar IL3 dan IL9-mukosa hidung, dan hubungan kadar IL3 dan IL9-mukosa hidung dengan IL3 dan IL9-serum. Kata kunci: Rinitis alergi, IL3, IL9, eosinofil, mometasone furoate. ABSTRACT Background: Allergic rhinitis is a chronic inflammatory disease which is mediated by IgE, closely related to various comorbids, and affects the patient’s quality of life. Interleukin3 and IL9 are cytokines which play rolein the formation ofeosinophils, while eosinophilsare known to have an important role in causing nasal obstruction and nasal epithelial mucous damage. Mometasone furoate is the new generation of topical corticosteroid which has minimal side effects. Purpose: To evaluate the changes of serum levels of IL3, IL9, and nasal mucous eosinophils after taking mometasone furoate nasal spary. Methods: An analytic observational study which involved 38 allergic rhinitis patients treated with mometasone furoate nasal spray 200 µg daily for 2 weeks. The serum levels of IL3, IL9, and nasal mucous eosinophils were evaluated before and after treatment. Results: T-paired test and Wilcoxon test were used to analyze the data. The serum levels of IL3, IL9 and nasal mucous eosinophils decreased significantly (p < 0,001) after using mometasone furoate nasal spray for 2 weeks. Conclusion: Topical mometasone furoate influence the decrease of IL3, IL9 serum levels and nasal mucous eosinophils. Further research is needed to evaluate the effect of topical mometasone furoate on other cytokines in allergic rhinitis, to evaluate IL3 and IL9 of nasal mucosa, and correlation between IL3 and IL9 serum with IL3 and IL9 nasal mucosa. Key words: Allergic rhinitis, IL3, IL9, eosinophils, mometasone furoate. Alamat korespondensi: Agus Kurniawan,e-mail:
[email protected], Stephani Linggawan, e-mail
[email protected]. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher, Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang, 65122.
131
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
PENDAHULUAN
Eosinofil melepaskan beberapa mediator
Rinitis alergi merupakan masalah ke-
inflamasi yang berperan pada inflamasi
sehatan global yang dapat terjadi di semua
mukosa dan kerusakan epitel hidung, yang
negara, semua golongan dan etnik, semua
mengakibatkan keluhan terutama hidung
usia dengan puncaknya pada usia produktif.
buntu, dan timbulnya gejala hipereaktif atau
Rinitis alergi bersifat kronis dan berhubungan
hiperesponsif hidung penderita rinitis alergi.4
erat dengan banyak ko-morbid sehingga ber-
Adanya eosinofil pada mukosa hidung
1
pengaruh pada kualitas hidup penderita.
menunjukkan dugaan kuat sedang terjadi
Interleukin-3 merupakan sitokin yang
reaksi alergi pada mukosa hidung. Pening-
dominan pada diferensiasi sel mastosit dan
katan jumlah eosinofil dalam hapusan
basofil, dimana keduanya sangat berperan
mukosa hidung merupakan indikator yang
2
pada rinitis alergi. Kay et al seperti dikutip
lebih sensitif dibandingkan darah tepi, dapat
3
oleh Veldhuis et al melaporkan adanya
membedakan rinitis alergi dari rinitis akibat
peningkatan kadar IL3 pada reaksi alergi fase
penyebab lain, juga dapat menilai respon
lambat. Interleukin-3 bersama IL5 dan GM-
terapi semprot hidung kortikosteroid.8
CSF berperan dalam hematopoiesis, pematangan, proliferasi eosinofil, dan juga meningkatkan masa hidup eosinofil di jaringan.2,3 Eosinofil dapat bertahan dalam jaringan selama 12 sampai 14 hari karena apoptosisnya dihambat oleh IL3, IL5, dan GM-CSF, sedangkan bila tidak ada IL3, IL5, dan GM-CSF, masa hidup eosinofil kurang dari 48 jam.4 Interleukin-9 merupakan sitokin multifungsi dan pleiotropik. IL9 diproduksi oleh banyak sel, selain sel Th2. IL9 berperan aktif pada berbagai sel yang berhubungan dengan respon imun alergi, terutama pada sel mastosit dan eosinofil.5,6 IL9 telah terbukti berperan penting dalam patofisiologi asma dan anti-IL9 sedang diteliti perannya sebagai salah satu target terapi asma. Hal tersebut juga akan membuka peluang antiIL9 sebagai salah satu target terapi rinitis alergi, mengingat konsep “one airway one diseases”.7
132
Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma - World Health Organization (ARIAWHO)
merekomendasikan
kortikosteroid
topikal sebagai pengobatan lini pertama untuk rinitis alergi intermiten sedang-berat, persisten ringan, dan persisten sedang berat.1 Kortikosteroid semprot hidung mempunyai efek anti inflamasi sangat kuat dengan menurunkan jumlah sel Th2 dan produksi sitokinnya, juga secara langsung menurunkan eosinofil dan sel mastosit, sehingga sangat efektif untuk pengobatan rinitis alergi.9 Mometasone furoate merupakan kortikosteroid topikal generasi terbaru yang bersifat lipofilik, afinitas tinggi terhadap reseptor (GR),
bioavailabilitas
rendah,
absorpsi
sistemik kecil, metabolisme hepatic first pass clearance cepat, dan eliminasi sistemik cepat, sehingga jarang menyebabkan efek samping sistemik.10,11
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
dengan dosis 200µg/hari, dan dilakukan
tahui kadar IL3, IL9 serum dan jumlah
pengambilan kembali darah vena dan bahan
eosinofil mukosa hidung penderita rinitis
dari mukosa hidung. Darah disentrifus, di-
alergi sebelum dan sesudah pemakaian
ambil serumnya, dan disimpan pada suhu
semprot hidung mometasone furoate. Per-
-20OC sampai dilakukan pemeriksaan kadar
bandingan kadar IL3, IL9 serum dan jumlah
IL3 dan IL9-serum secara ELISA. Bahan
eosinofil mukosa hidung sebelum dan se-
dari mukosa hidung diambil dengan cara
sudah pemberian semprot hidung mometasone
kerokan bagian depan konka inferior sedalam
furoate akan memperjelas peran IL3 dan
mukosa menggunakan pengait bundar, kemu-
IL9 pada rinitis alergi dan memperjelas
dian dihapuskan dikaca objek, dilakukan pe-
pengaruh mometasone furoate topikal ter-
warnaan May-Grunwald-Giemsa, dilihat
hadap penurunan kadar IL3, IL9 serum dan
dengan mikroskop pembesaran 1000, dan di-
jumlah
eosinofil
mukosa
hidung
pada
penderita rinitis alergi.
hitung jumlah eosinofil per 100 sel secara zigzag. Perbedaan perubahan kadar IL3 serum dianalisis dengan uji t-berpasangan,
METODE
sedangkan perubahan kadar IL9 serum dan
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang melibatkan 38
jumlah eosinofil mukosa hidung dianalisis dengan uji Wilcoxon.
subjek yang didiagnosis rinitis alergi berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tes
HASIL
cukit kulit. Pasien yang positif rinitis alergi
Karakteristik umum subjek penelitian
mengisi kusioner mengenai lama dan berat
meliputi jenis kelamin, kelompok usia,
keluhan, kemudian dikelompokkan berdasar-
pendidikan, dan pekerjaan (tabel 1). Jumlah
kan ARIA-WHO. Kriteria inklusi penelitian
perempuan lebih banyak (65.8%) diban-
ini adalah penderita rinitis alergi derajat
dingkan laki-laki (34.2%). Kelompok usia
intermiten sedang berat, persisten ringan,
berdasarkan demografi didapatkan paling
atau persisten sedang berat yang berusia >3
banyak pada usia dewasa lanjut (25-35
tahun, dan bersedia ikut dalam penelitian.
tahun) 47,3% diikuti usia dewasa awal (19-
Rinitis
tidak
24 tahun) dan usia separuh baya (36-50
diikutkan dalam penelitian ini karena bukan
tahun) masing-masing 15,8%. Distribusi
indikasi penggunaan kortikosteroid topikal.
pendidikan paling banyak adalah S1 (50%)
alergi
intermiten
ringan
Pada subjek dilakukan pengambilan darah
diikuti SMA (29%). Distribusi jenis pekerja-
vena 5ml dan pengambilan bahan dari mukosa
an paling banyak adalah pelajar dan maha-
hidung, kemudian diberi semprot hidung
siswa (29%), diikuti tenaga kesehatan
mometasone furoate selama 2 minggu
(21%).
133
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
Karakteristik klinis subjek penelitian me-
Riwayat keluarga atopi 68,4%. Pemeriksaan
liputi keluhan, ko-morbid, riwayat keluarga
fisik THT didapatkan gendang telinga retraksi
atopi, pemeriksaan fisik THT, derajat rinitis
50%, mukosa hidung edem 100%, dan
alergi, dan jenis alergen (tabel 2).
dinding posterior faring granuler 89,5%. Derajat rinitis alergi paling banyak adalah
Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, pendidikan, dan pekerjaan Karakteristik umum Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok usia (tahun) Balita (< 5) Anak (6-12) Remaja awal (13-15) Remaja lanjut (16-18) Dewasa awal (19-24) Dewasa lanjut (25-35) Separuh baya (36-50) Tua (51-65) Pendidikan SD SMP SMA AK / Diploma S1 Pekerjaan Ibu rumah tangga Pelajar & mahasiswa Guru Pegawai perhutani Tenaga kesehatan Atlet Pedagang Tenaga administrasi Buruh pabrik
n
%
13 25
34,2 65,8
0 0 2 2 6 18 6 4
0 0 5,3 5,3 15,8 47,3 15,8 10,5
1 3 11 4 19
2,6 7,9 29 10,5 50
7 11 3 1 8 1 3 2 2
18,4 29 7,9 2,6 21 2,6 7,9 5,3 5,3
persisten
sedang
berat
(65,8%)
diikuti
intermiten sedang berat (21%) dan persisten ringan (13,2%). Hasil tes cukit kulit positf terbanyak adalah debu rumah (81,5%), bulu anjing (71%), dan kapuk (47,3%). Perubahan kadar IL3, IL9-serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung pada penelitian ini dianalisis dengan melihat perbedaan kadar IL3, IL9-serum dan jumlah eosinofil mukosa
hidung
sebelum
dan
sesudah
pemberian semprot hidung mometasone furoate. Perubahan kadar IL3-serum diuji dengan uji t-berpasangan, sedangkan perubahan kadar IL9-serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung diuji dengan uji Wilcoxon (tabel 3). Hasil uji t-berpasangan menunjukkan penurunan kadar IL3-serum yang bermakna (p <0,001), sedangkan hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan penurunan kadar IL9 serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung yang bermakna (p <0,001).
Keluhan hidung paling banyak adalah
Hasil ini menunjukkan semprot hidung
pilek encer (97,3%), diikuti bersin (94,7%)
mometasone furoate berpengaruh terhadap
dan hidung buntu (86,8%). Ko-morbid paling
kadar IL3, IL9-serum dan jumlah eosinofil
banyak adalah keluhan di mata (60,5%),
mukosa hidung.
diikuti kulit (28,9%) dan asma (26,3%).
134
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
Tabel 2. Karakteristik klinis subjek penelitian berdasarkan keluhan, ko-morbid, riwayat keluarga atopi, pemeriksaan fisik, derajat rinitis alergi, dan jenis alergen.
DISKUSI
Karakteristik klinis Keluhan Bersin Pilek encer Hidung buntu Ko-morbid Asma Keluhan di mata Keluhan di kulit Riwayat keluarga atopi Ada Tidak ada Pemeriksaan fisik Telinga Normal Retraksi gendang Perforasi gendang Hidung Normal Mukosa edem Mukosa livid Tenggorok Normal Faring granuler Derajat rinitis alergi Intermiten sedang berat Persisten ringan Persisten sedang berat Jenis alergen inhalan Debu rumah Kapuk Bulu anjing
n
%
Jumlah subjek penelitian menunjukkan lebih banyak perempuan (65.8%) daripada laki-laki (34.2%). Li et al12 juga melaporkan penderita
rinitis
alergi
lebih
banyak
36 37 33
94,7* 97,3* 86,8*
perempuan.
10 23 11
26,3* 60,5* 28,9*
didapatkan paling banyak pada usia dewasa
26 12
68,4 31,6
Kelompok usia berdasarkan demografi lanjut (25-35 tahun) 47,3%, diikuti usia dewasa awal (19-24 tahun) dan usia separuh baya (36-50 tahun) masing-masing 15,8%. Wahyudiono13 melaporkan penderita rinitis alergi yang menjadi subjek penelitiannya
18 19 1
47,4 50 2,6
0 38 37
0 100* 97,3*
adalah S1 (50%), diikuti SMA (29%).
4 34
10,5 89,5
adalah pelajar dan mahasiswa (29%), diikuti
8 5 25
21 13,2 65,8
31 18 27
81,5** 47,3** 71,0**
Keterangan: * = 1 subjek bisa didapatkan lebih dari 1 gejala dan tanda ** = 1 subjek bisa didapatkan lebih dari 1 jenis alergen yang positif .
Tabel 3. Hasil uji statistik kadar IL3, IL9 serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung sebelum dan sesudah pemberian semprot hidung mometasone furoate
52,6% berusia 21-30 tahun. Distribusi pendidikan paling banyak Distribusi jenis pekerjaan paling banyak tenaga kesehatan (21%). Bousquet et al14 melaporkan dari 3052 penderita RA didapatkan 51,6% pekerja eksekutif dan intelektual. Teori hygiene hypothesis menjelaskan dengan semakin tinggi kesadaran akan kebersihan, semakin jarang terinfeksi, akan mengganggu keseimbangan sel Th1 dan sel Th2, respon bergeser ke arah sel Th2, sehingga meningkatkan produksi IgE. Li et al12 melaporkan prevalensi rinitis alergi di Cina lebih tinggi pada penduduk kota metropolitan, hal tersebut dipengaruhi faktor gaya hidup dan status sosial ekonomi.
Kadar IL3 serum sebelum dan sesudah terapi Kadar IL9 serum sebelum dan sesudah terapi Jumlah eosinofil mukosa hidung sebelum dan sesudah terapi
T 6,388 Z -5,344 Z -4,363
p 0,000 p 0,000 p 0,000
Keluhan hidung paling banyak adalah pilek encer (97,3%), diikuti bersin (94,7%) dan hidung buntu (86,8%). Bousquet et al14 dan Sugiarto et al15 melaporkan penderita
135
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
rinitis alergi lebih sering mengeluh bersin
gambaran gendang telinga retraksi, air fluid
dan pilek encer dari pada hidung buntu.
level, air bubbles, atau perforasi akibat
Bersin dan pilek encer biasanya muncul pada
gangguan fungsi tuba Eustachius.1,9
reaksi alergi fase cepat, sedangkan hidung buntu pada reaksi alergi fase lambat. Ko-morbid
paling
banyak
Derajat rinitis alergi paling banyak adalah persisten sedang berat (65,8%) diikuti
adalah
intermiten sedang berat (21%) dan persisten
keluhan di mata (60,5%), diikuti kulit
ringan
(28,9%) dan asma (26,3%). Rinitis alergi
berdasarkan waktu munculnya gejala dan
dapat disertai gejala selain di hidung dan
beratnya
1,9
banyak ko-morbid.
(13,2%).
Rinitis
keluhan.
alergi
Berdasarkan
dibagi waktu
munculnya gejala dibagi menjadi intermiten
Pada penelitian ini didapatkan subjek
dan persisten, sedangkan berdasarkan berat-
dengan riwayat keluarga atopi 68,4%.
nya keluhan dibagi menjadi ringan dan
15
Sugiarto et al
melaporkan 71% dari subjek
penelitiannya ada riwayat keluarga atopi, 16
sedangkan Kumar et al
juga melaporkan
sedang-berat.
Wahyudiono13
melaporkan
proporsi rinitis alergi persisten sedang berat 34,2%, intermiten sedang berat 28,9%, diikuti
hal tersebut sebesar 64%. Genetik berperan
persisten ringan
penting pada rinitis alergi. Bila salah satu
masing-masing 18,4%.
dan intermiten ringan
orangtuanya ada riwayat alergi kemungkinan
Jenis alergen inhalan paling banyak
anaknya akan menderita rinitis alergi 20-30%
yang positif saat dilakukan tes cukit kulit
dan meningkat menjadi 40-50% bila kedua
adalah debu rumah (81,5%), bulu anjing
9
(71%), dan kapuk (47,3%). Sugiarto et al15
orangtuanya ada riwayat alergi.
Pemeriksaan fisik THT didapatkan
melaporkan jenis alergen paling banyak
gendang telinga retraksi 50%, mukosa
adalah debu rumah (99%) dan bulu anjing
hidung edem 100%, dan dinding posterior
(67%). Alergen inhalan merupakan alergen
faring granuler 89,4%. Kumar et al
16
me-
utama penyebab rinitis alergi. Di negara
laporkan hasil pemeriksaan dari subjek
tropis, alergen yang sangat berperan adalah
penelitiannya didapatkan mukosa hidung
tungau debu rumah, bulu binatang, dan
pucat 84% dan edem 81%. Pada rinoskopi
kecoa. Tungau debu rumah hidup dan ber-
anterior penderita rinitis alergi didapatkan
kembang sangat baik di lingkungan yang
mukosa hidung edem, livid, dan terkadang
panas (temperatur 65-800F) dan lembab
disertai hipertrofi konka inferior. Pada
(kelembaban 60-70%) dan akan mati bila
tenggorok didapatkan dinding posterior
kelembaban dibawah 50%.9
faring granuler, dinding lateral faring me-
Hasil uji t-berpasangan menunjukkan
nebal, post nasal drip, dan gambaran
penurunan kadar IL3-serum yang bermakna (p
geographic tongue. Pada otoskopi didapatkan
< 0,001) sesudah pemberian semprot hidung
136
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
mometasone furoate. Hasil uji Wilcoxon juga
eosinofil terhadap IL5 dengan merangsang
menunjukan penurunan kadar IL9-serum
ekspresi IL5R di permukaan eosinofil.18
yang bermakna (p < 0,001) sesudah pem-
Ciprandi et al19 melaporkan kadar IL9-
berian semprot hidung mometasone furoat.
serum tergantung pada pajanan alergen dan
Hasil ini menunjukan adanya pengaruh
berhubungan dengan gejala penderita RA.
mometasone furoate topikal terhadap kadar
Mometasone furoate merupakan kortiko-
IL3 dan IL9-serum.
steroid topikal generasi terbaru yang ber-
IL3 merupakan hematopoietic growth
sifat lipofilik, afinitas tinggi terhadap GR,
factor yang merangsang proliferasi dan dife-
lebih mudah menembus membran sel, lebih
rensiasi multipoten dengan aktivitas rangsang-
cepat diabsorpsi oleh mukosa hidung, lebih
an multilineage. Interleukin 3 mempunyai
lama berikatan dengan GR, dan lebih lama
efek yang luas pada pematangan sel khusus-
berada dalam jaringan hidung.10 Kortiko-
nya selama proses alergi. Interleukin 3 me-
steroid topikal masuk ke dalam sirkulasi
rupakan progenitor beberapa sel yaitu mega-
sistemik melalui absorpsi langsung di hidung
kariosit, granulosit, makrofag, eritroid,
dan melalui absorpsi di saluran cerna. Tiga
eosinofil, basofil, dan sel mast.3 Penelitian
puluh
persen
dari
dosis
kortikosteroid
3
Kay et al seperti dikutip oleh Veldhuis,
semprot hidung bertahan di hidung, sedang-
melaporkan mRNA dari IL3 terdeteksi
kan sisanya 70% tertelan. Setelah disem-
setelah fase lambat. IL3 bersama IL5 dan
protkan, terjadi mekanisme pembersihan
GM-CSF akan meningkatkan masa hidup
nasosilia dari hidung ke tenggorok, tertelan,
eosinofil. IL3 selain diproduksi oleh sel
diabsorpsi di saluran cerna, dan mengalami
Th2, juga diproduksi oleh sel mastosit yang
metabolisme hepatic first pass clearance,
17
sedangkan absorpsi sistemik langsung di
IL9 merupakan sitokin multifungsi dan
hidung tidak melalui metabolisme tersebut.10,20
pleiotropik, diproduksi terutama oleh sel
Kortikosteroid mempunyai efek anti
Th2, dan berperan dalam proses pemben-
inflamasi sangat kuat, yang bekerja baik
tukan sel mastosit dan eosinofil, yang mana
pada tingkat molekul maupun sel. Pada tingkat
keduanya merupakan sel yang penting pada
molekul,
mengalami degranulasi.
5,6
patofisiologi rinitis alergi.
kortikosteroid
mempengaruhi
Interleukin 9
ekspresi gen di nukleus. Pada tingkat sel,
berperan dalam proses pembentukan eosinofil
kortikosteroid menghambat infiltrasi sel-sel
di sumsum tulang, infiltrasi eosinofil ke
inflamasi. Mometasone furoate berikatan
jaringan,
memperpanjang
hidup
dan mengaktifkan GR untuk membentuk
eosinofil,
mencegah
eosinofil
kompleks yang akan masuk ke dalam nukleus
dengan merangsang faktor kemotatik dan
dan bekerja dengan mengatur ekspresi gen
ekspresi IL5R, serta meningkatkan respon
dari sejumlah mediator proinflamasi dan
masa
apoptosis
137
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
anti inflamasi. Mometasone furoate meng-
Eosinofil dapat bertahan dalam jaringan
hambat fase cepat dan fase lambat respons
dalam 12 sampai 14 hari. Eosinofil me-
10,11
lepaskan beberapa mediator protein dasar,
alergi.
Penurunan kadar IL3 dan IL9-serum
metabolit asam arakidonat dan sitokin yang
sesudah pemberian semprot hidung mome-
berperan pada inflamasi mukosa dan timbul-
tasone furoate dapat menyebabkan terjadi
nya gejala hipereaktif atau hiperesponsif
efek anti inflamasi kortikosteroid yang
hidung.4
bekerja pada tingkat molekul dan sel, se-
Jumlah eosinofil mukosa hidung juga
hingga menyebabkan penurunan jumlah sel
dapat menentukan derajat hidung buntu
Th2 dan sel mastosit, yang mana keduanya
penderita rinitis alergi. Kumar et al16 me-
merupakan penghasil IL3 dan IL9. Lorenzo
laporkan ada hubungan bermakna antara
et al21 melaporkan penurunan kadar IL13-
eosinofil mukosa hidung dengan gejala dan
serum penderita asma sesudah pemberian
tanda rinitis alergi. Kumar et al16 melapor-
fluticasone propionate inhalan selama 2 hari.
kan ada hubungan antara eosinofil lokal di
22
melaporkan semprot hidung
mukosa hidung dengan sistemik di darah.
mometasone furoate dosis tunggal 200µg
Peningkatan jumlah eosinofil dalam hapusan
selama 4 minggu menyebabkan perbaikan
mukosa hidung merupakan indikator yang
gejala dan kualitas hidup penderita rinitis
lebih sensitif dibandingkan darah tepi, dapat
alergi.
membedakan rinitis alergi dari rinitis akibat
Zhang et al
Hasil uji Wilcoxon menunjukan penurunan kadar eosinofil mukosa hidung yang bermakna (p<0.001) sesudah pemberian
penyebab lain, juga dapat menilai respon terapi semprot hidung kortikosteroid.8 Kortikosteroid
menurunkan
jumlah
semprot hidung mometasone furoate. Hasil ini
eosinofil secara langsung dengan meng-
menunjukan adanya pengaruh mometasone
induksi apoptosis eosinofil serta melalui
furoate topikal terhadap kadar eosinofil
penurunan jumlah sel Th2 dan produksi
mukosa hidung.
sitokinnya.9,11 Nielsen et al23 melaporkan
Eosinofil akan dilepaskan dari sumsum
semprot hidung fluticasone propionate me-
tulang ke sirkulasi darah terutama oleh IL5.
nyebabkan efek lokal penurunan ECP dan
Eosinofil yang berada dalam sirkulasi darah
EPO bilasan hidung dan juga efek sistemik
akan menempel pada endotel dengan peran-
penurunan eosinofil, ECP dan EPO serum.
tara faktor adhesi dan akan berikatan dengan
Keterbatasan penelitian ini adalah mengguna-
ICAM-1 dan VCAM-1. Eosinofil akan
kan pemeriksaan kadar IL3 dan IL9-serum
mengalami diapedesis dan terjadi migrasi
bukan dari mukosa hidung, sehingga kemung-
trans-endotel menuju ke jaringan. Migrasi
kinan belum mewakili kadar IL3 dan IL9
tersebut dipengaruhi oleh faktor kemotaktik.
mukosa hidung. Kim et al24 melaporkan
138
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
sulitnya prosedur bilas hidung menyebabkan hanya 7 dari 29 subjek penelitiannya yang bersedia diperiksa bilasan hidung dan serum sehingga tidak dapat dianalisis hubungan antara sitokin di mukosa hidung dengan di serum. Karaki et al25 membandingkan kadar IL16 penderita rinitis alergi dari serum secara ELISA dan dari mukosa hidung secara imunohistokimia,
didapatkan
keduanya
sama-sama meningkat, sehingga disimpulkan sitokin tersebut berperan dalam reaksi alergi baik secara lokal di hidung dan juga di sistemik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semprot hidung mometasone furoate terbukti berpengaruh terhadap penurunan kadar IL3, IL9-serum dan jumlah eosinofil mukosa hidung. Ditinjau dari peran IL3 dan IL9 terhadap eosinofil dan peran eosinofil terhadap gejala rinitis alergi, semprot hidung mometasone furoate dapat menjadi salah satu pilihan terapi penderita rinitis alergi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
semprot
hidung
mometasone
furoate terhadap sitokin lain yang berperan pada rinitis alergi, pengukuran kadar IL3 dan IL9-mukosa hidung, dan hubungan kadar IL3 dan IL9-mukosa hidung dengan IL3 dan IL9-serum. DAFTAR PUSTAKA 1. Bousquet J, Khaltuev N, Cruzz AA, Denburg J, Fokkens WJ, Togias A, et al. Allergic rhinitis and its impact on asthma (ARIA) 2008 Update (in colaboration with the World Health Organization). Allergy 2008; 63:8-160. 2. Asquith KH, Ramshaw HS, Hansbro PM, Beagley KW, Lopez AF, Foster PS. The IL-3/
IL-5/GM-CSF common B receptor plays a pivotal role in the regulation of Th2 immunity and allergic airway inflammation. J Immunol 2008; 180:1199-206. 3. Veldhuis GJ, Bereends HS, Kauffman HF, Willemse PHB, Vries EG. Interleukin 3: its role in the physiopathology of allergy and clinical use in oncology. Forum 1994:17-29. 4. Rothenberg ME. Eosinophilia. Eng J Med 1998; 338:1592-1600. 5. Noelle RJ, Nowak EC. Cellular sources and immune functions of interleukin-9. Nat Rev Immunol 2010; 10:683-6. 6. Mahajan S, Mehta AA. Role of cytokines in pathophysiology of asthma. Iran J Pharmacol Ther 2006; 5:1-14. 7. Zhou Y, McLane M, Levitt RC. Th2 cytokines and asthma interleukin-9 as a therapeutic target for asthma. Respir Res 2001; 2:80-4. 8. Sudewi NP, Kurniati N, Suyoko EMD, Munasir Z, Akib AAP. Berbagai teknik pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyakit alergi. Sari Pediatri 2009; 11:174-8. 9. Naclerio RM, Yilmaz AS. Allergic rhinitis. In: Snow JB, Wackym PA, editors, editors. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17 ed. New York: BC Decker Inc; 2009. p. 531-47. 10. Berlucchi M, Pedruzzi B. Intranasal mometasone furoate for treatment of allergic rhinitis. Clin Med Insights Ther 2010; 2:761-9. 11. Okano M. Mechanisms and clinical implications of glucocorticosteroids in treatment of allergic rhinitis. Clin Exp Immunol 2009; 158:164-73. 12. Li F, Zhou Y, Li S, Jiang F, Jin X, Yan C, et al. Prevalence and risk factors of childhood allergic diseases in eight metropolitan cities in China: A multicenter study. BMC Public Health 2011; 11:437. 13. Wahyudiono AD. Hubungan kadar leptin serum dengan rinitis alergi. Tesis. Malang: Universitas Brawijaya; 2010. p.56 14. Bousquet PJ, Combescure C, Neukirch F, Klossek JM, Mechin H, Daures JP, et al. Visual analog scales can assess the severity of rhinitis graded according to ARIA guidelines. Allergy 2007; 62:367-72. 15. Sugiarto J, Takumansang D, Pelealu M. Eosinofil mukosa hidung sebagai uji diagnostik rinitis alergi pada anak. Sari Pediatri 2006; 7:194-9. 16. Kumar N, Bylappa K, Ramesh AC, Reddy S. A Study of eosinophil count in nasal and blood smear in allergic respiratory diseases in a rural setup. Internet J Medical Update 2012; 7:40-6. 17. Galli SJ, Tsai M, Piliponsky AM. The development of allergic inflammation. Nature 2008; 56:445-55.
139
ORLI Vol. 43 No.2. Tahun 2013
Mometasone-furoate topikal menurunkan IL3, IL9-serum
18. Louahed J, Toda M, Jen J, Hamid Q, Renauld JC, Levitt RC, et al. Interleukin-9 upregulates mucus expression in the airways. J Respir Cell Molecular Biology 2000; 22:649-56. 19. Ciprandi G, Amici MD, Castellazzi AM, Tosca MA, Marseglia G. Serum IL-9 levels depend on allergen exposure: preliminary study. Int Arch Allergy Immunol 2011; 154:246-8. 20. Derendorf H, Meltzer EO. Molecular and clinical pharmacology of intranasal corticosteroids clinical and therapeutic implications. Allergy 2008; 63:1292-1300. 21. Lorenzo GD, Pacor ML, Pellitteri ME, Gangemi S, Blasi PD, Candore G, et al. In vitro effects of fluticasone propionate on IL-13 production by mitogen stimulated lymphocytes. Mediators Inflamm 2002; 11:187-90.
22. Zhang L, Xu G, Wang X, Liu S, Li Y, Wang S. Mometasone furoate nasal spray reduces symptoms and improves quality of life in chinese patients with moderate to severe allergic rhinitis: A multicenter open-label study. Acta Oto Laryngologica 2009; 129:1463-68. 23. Nielsen LP, Bjerke T, Christensen MB, Skamling M, Peterson CGB, Mygind N, et al. Eosinophil markers in seasonal allergic rhinitis. Allergy 1998; 53:778-85. 24. Kim HY, Park CS, Jang TY. Immunologic properties and clinical features of local allergic rhinitis. J Otolaryngol Head Neck Surg 2012; 41:517. 25. Karaki M, Dobashi H, Kobayashi R, Tokuda M, Ishida T, Mori N. Expression of interleukin-16 in allergic rhinitis. Intl Arch Allergy Immunol 2005; 138:67-72.
140