MODEL PENGEMBANGAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH Ilham Mashuri1 Abstract: Information literacy as continuing agenda has given school library to develop its facilites. This article tries to describe how school libraries develop IL models. With IL, librarians will study more how to use informations resources increasing fast. For user’s, IL will give skills to study for long life, he will be able to understand the need of information, how to find, manage, dan use for daily life. Key word: Information Literacy Models, Information Literacy, School library. A. Pendahuluan Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB) memiliki peran penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sebuah sekolah atau lembaga pendidikan. Dukungan teknologi informasi—otomasi perpustakaan, perpustakaan digital—menjadikan perpustakaan semakin mudah diakses, dan dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar, penelitian, dan rekreasi intelektual. Hadirnya teknologi informasi dengan segala kemudahannya menjadikan perpustakaan—dalam arti konvensional—mendapatkan tantangan baru, di antaranya: perpustakaan banyak ditinggalkan karena harus bertemu secara fisik dengan prosedur yang kadang sangat panjang dan jlimet, kondisi ini mendorong pemustaka lebih memilih internet daripada perpustakaan konvensional. Kemudahan akses, melimpahnya jumlah dan ragam informasi yang dimiliki oleh TI (internet), menjadikan internet semakin digemari. Keadaan yang demikian meniscayakan para pengelola perpustakaan untuk terus belajar. Melimpahnya jenis dan format sumber informasi—dengan karakternya masing-masing—juga mengharuskan adanya sosialisasi, pelatihan, workshop atau kegiatan lain, sehingga sumber informasi 1 Perpustakaan STAIN Kediri
119
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
yang terus meningkat bisa bermanfaat bagi user dan masyarakat untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan memenuhi kebutuhankebutuhan informasi mereka. Kegiatan-kegiatan ini sering disebut dengan literasi informasi. B.
Seputar IT, Otomasi dan Literasi Informasi Teknologi Informasi adalah kombinasi teknologi computer (hardware dan software) untuk mengolah dan menyimpan informasi dengan teknologi komunikasi untuk melakukan transmisi2. Jadi dalam teknologi informasi ada dua istilah penting, teknologi computer dan teknologi komunikasi yang berfungsi untuk mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi. Penerapan TI informasi di perpustakaan menjadikan perpustakaan berkembang sebagaimana tabel berikut:3 Dengan teknologi pustakawan dan pemustaka (users) semakin dimanjakan dengan variasi dan tata cara pelayanan yang sudah tidak lagi konvensional. Transaksi (sirkulasi), penelusuran (katalog), admininistrasi, pengolahan, semuanya sudah terintegrasi. Teknologi informasi membantu mempercepat pemustaka dalam memperoleh kebutuhan informasi dan membuat sistem agar layanan perpustakaan tersistematis. Perubahan demikian mendorong perpustakaan untuk terus berbenah sehingga perpustakaan mampu mengikuti perkembangan teknonologi. Hadirnya teknologi telah membantu perpustakaan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya mulai yang sederhana sampai pada pekerjaan yang rumit, berikut adalah fungsi TI bagi perpustakaan:
Fungsi TI di perpustakaan adalah: 1. Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Dengan TI bidangbidang pekerjaan di perpustakaan diintegrasikan, pengadaan,
2 M. Suyanto, Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005), 10 3 Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), 30-31
120
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistic dan lain sebagainya terintegrasi, fungsi ini diistilahkan dengan otomasi perpustakaan. Penerapan TI dalam system informasi perpustakaan akan meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. Perbandingan antara perpustakaan dengan layanan konvensional dengan perpustakaan yang sudah menerapkan layanan berbasis IT bisa dilihat pada supermarket dengan pasar tradisional. 2. Sebagai sarana menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital. 3. Meningkatkan citra perpustakaan Kesan bahwa perpustakaan adalah tumpukan buku dan jajaran katalog kusam bisa diubah dengan hadirnya IT di perpustakaan. 4. Mengembangkan jaringan dan kerjasama perpustakaan Sejumlah software telah dilengkapi dengan Sistem Katalog Induk, sehingga kerjasama dan jaringan perpustakaan bisa semakin mudah dilakukan. Jika diperhatikan perpustakaan-perpustakaan yang besar, mereka tidak hanya menggunakan TI untuk kepentingan lembaganya saja tetapi juga untuk menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain, misalnya: • Perpustakaan Library of Congress yang memiliki gateway untuk perpustakaan lain di dunia, http://www.loc.gov/z3950/, • Malaysian Univesity Libraries & National Library Networkshttp:// perpun.upm.edu.my/myTO/, • Jaringan perpustakaan pengguna Senayan di Indonesia, http:// www.indolib.web.id/?p=129, Keempat fungsi tersebut bisa terpisah maupun terintegrasi dalam suatu system informasi, tergantung pada kemampuan software yang digunakan, SDM dan infrastruktur peralatan TI yang mendukung keduanya.4 Dengan hadirnya TI, jenis perpustakaan banyak diukur 4 Wahyu Suprianto, Ahmad Muhsin, Teknologi Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Perpustakaan Digital, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 19
121
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
dari penerapan TI, tidak lagi dari ukuran lain seperti luas gedung, jumlah koleksi, atau jumlah penggunanya.
Literasi Informasi Setelah era industri, kini kita memasuki era teknologi informasi, karena informasi—dengan bantuan teknologi—semakin melimpah dan massif. Setiap orang dihadapkan pada pilihan informasi yang berbeda-beda—informasi seputar sekolah, pekerjaan, rumah tangga sampai kehidupan sehari-hari. Informasi tersedia di pusat informasi, kantor berita, pusat data, media masa, perusahaan, perpustakaan dan internet. Karena melimpah, informasi-informasi tersebut tidak bisa difilter (disaring). Hal ini memunculkan masalah keaslian, keabsahan dan kepercayaan informasi tersebut. Di samping itu informasi muncul dalam berbagai media penyimpanan, mulai dalam bentuk teks sampai digital. Hal ini memunculkan tantangan baru, untuk mengevaluasi, memahami, dan menggunakan informasi dengan cara-cara yang sah (etis) dan legal.5 Kualitas informasi yang tidak menentu—sebagian besar sampah, negative—tidak menjadikan masyarakat cerdas (informed society), tetapi sebaliknya banyak orang yang tersesat, tertipu.Inilah pentingnya kita memahami seluk beluk informasi, bagaimana memilih, memanfaatkan, dan bagaimana kita memproduksi (mengkomunikasikan) informasi menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat.Kegiatan-kegiatan ini dikenal dengan literasi informasi. Literasi berarti “melek”, “paham”, “mengerti”. Secara rinci berikut adalah definisi literasi dari berbagai lembaga: CILIP menyatakan bahwa literasi informasi adalah mengetahui kapan dan mengapa kita membutuhkan informasi, dimana menemukannya, bagaimana mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya dengan cara-cara yang etis.6 Jadi literasi informasi menjadikan orang paham akan kebutuhan informasinya,
5 Alan Bundy (ed.), Autralian and New Zealand Information Literacy Framework: principles, standards and practice, (Adelaide: Australian and New Zealand Institute for Information Literacy, 2004), 3 6 Chartered Institute of Library dan Information Project (2004) sebagaimana dikutip dalam Welsh Information Literacy Project, Information Literacy Framework for Wales: Finding and using information in 21st century Wales, (Wales: Cardiff University, 2011), 4
122
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 bagaimana menemukannya, serta bagaimana mengelola hasil temuan untuk memecahkan masalah-masalah sehari-hari. Standar Nasional Perpustakaan (SNP) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan untuk mengenal kebutuhan informasi untuk memecahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan penting, menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan informasi yang relevan, cocok dan otentik.7 Definisi ini menunjukkan bahwa literasi dimaksudkan untuk menjawab atau kebutuhan informasi dalam rangkan memecahkan masalah, sehingga LI menjadi kebutuhan setiap orang. Literasi informasi adalah sebuah “skill” atau ketrampilan sehingga dalam pelaksanaannya bisa dikemas dalam bentuk kegiatankegiatan yang beraneka ragam. Sementara orang yang literate, menurut SCONUL adalah: Orang-orang yang memiliki kemampuan bagaimana mengumpulkan, menggunakan, mengelola, mensitesakan, dan menciptakan informasi dan data dengan cara-cara yang etis. Mereka memiliki skill untuk melakukan itu semua dengan sangat efektif 8 Orang yang literate adalah orang yang mandiri, ia sadar akan kebutuhan infomasinya dan bagaimana cara menemukannya bahkan ia mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan dan menerbitkannya dengan cara-cara yang sah (tidak menjiplak, dll). Orang yang literate dalam jangka panjang adalah akan mampu belajar seumur hidup.
Urgensi Literasi Informasi 1. Perkembangan atau peningkatan ragam dan format sumber informasi9, jika tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mencari, memilih dan mengelolanya, maka jumlah informasi tersebut, tidak banyak memberi manfaat bagi masyarakat, beapa
7 Perpustakaann Nasional, Standar Nasional Perpustakaan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2011), 12 8 http://www.informationliteracy.org.uk/information-literacy-definitions/sconulseven-pillars-of-information-literacy/ diakses tanggal 16 Mei 2013 9 Zorana Ercegovac, et.al, Information Literacy: Search Strategies, Tools & Resources For High School Students And College Freshmen, (Ohio: Lindworth Publishing, 2008), 15
123
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
banyak orang yang tertipu dengan halaman-halaman web (bisa blog, atau lainnya) yang ada di internet. 2. Masing-masing sumber informasi memiliki karakter (dikelola secara berbeda) dan cara penelusuran sendiri10. Setiap database memiliki ciri yang berbeda, sehingga cara menggunakannya juga berbeda. Kamus online dengan kamus manual, berbeda cara menggunakannya. Dampak dari Literasi Informasi 1. Literasi informasi adalah kegiatan yang berkelanjutan, karena informasi terus berkembang, sehingga ia harus terus dipelajari ditingkatkan dan dikembangkan11 2. Pustakawan harus terus meningkatkan kemampuan, sehingga sebelum melaksanakan kegiatan literasi informasi, atau sebelum membuat pelatihan-pelatihan skill literasi informasi pustakawan harus literate dahulu 3. Mengokohkan peran pustakawan sebagai orang-orang yang produktif, tidak hanya sebagai penjaga atau pengolah buku saja tetapi sebagai mitra pemustaka (sebagai pengajar, fasilitator) 4. Mengharuskan kerjasama antara guru dan pustakawan untuk mewujudkan pelaksanaan IL dalam kurikulum.
Model Pengehuan tentang model-model LI menjadi penting karena perpustakaan bisa mengembangkan model yang sesuai dengan lembaganya. Cukup banyak model literasi infomasi, namun dalam artikel ini hanya dipilih dua model, yaitu: 1. Society of College, National University Libraries (SCONUL) Modelnya dikenal dengan 7 pillars, yang terdiri dari:
10 Ibid. 11 Welsh Information Literacy Project, Information Literacy Framework for Wales: Finding and using information in 21st century Wales, (Wales: Cardiff University, 2011), 38
124
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 Pillars
Learning Objective
Break down of learning objective Level 1
Identify
Mengetahui kebutuhan informasi seseorang
“Memperjelas” informasi yang dibutuhkan Mulai dengan membuat pertanyaan sederhana dalam topik yang sedang dikerjakan Mengingat kembali pengetahuan yang telah diketahui tentang masalah tersebut
Scope
Menaksir pengetahuan yang dimiliki saat ini untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki
Menyadari bahwa informasi tersedia dalam berbagai bentuk Mencoba mengenali informasi yang bisa diakses secara lisan
125
Contoh: INDONESIA TA NAH AIRKU! Guru menjelaskan bahwa “BHINEKA TUNGGAL IKA” dibatasi dalam hal “Kemajemukan Budaya” Dengan didampingi guru siswa memahami bahwa keragaman budaya, bahasa, adat istiadat, agama, membuktikan bahwa Indonesia adalah Negara yang menganut prinsip bineka Tunggal Ika. TUGAS: Siswa kemudian diminta untuk membuat paper tentang Kebinekaan dalam bidang budaya Dari penjelasan guru siswa bisa mengembangkan pengetahuannya dengan bertanya kepada pustakawan, orang tua, tokoh masyarakat, dll perihal kebinekaan Di samping sumber lisan, siswa juga bisa mengidentifikasi (dengan bantuan guru/ pustakawan) bahwa sumbersumber informasi tentang “Bineka Tunggal Ika” bisa diperoleh dalam buku, ensiklopedi. Sumber-sumber dari internet.
Tugas Pustakawan
Menjadi konsultan siswa dalam memperjelas, memperluas atau mempersempit topic atau tema. Pustakawan bisa menggunakan kamus bahasa Indonesia atau juga bisa menggunakan http://badanbahasa. kemdikbud.go.id/ lamanbahasa/
Memperkenalkan berbagai format sumber informasi: TV, Radio, Koran, Majalah, Jurnal, Kamus, Internet, dan karakternya. mis. Ensiklopedi Budaya Indonesia Misalnya: Ensiklopedi Budaya Indonesia, Jakarta: Lentera Abadi, 2009 Ensiklopedi Adat Istiadat, Budaya Indonesia, Yogya: Panji Pustaka, 2007
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI... Plan
Menentukan strategi penelusuran atau pencarian
Menentukan kata kunci untuk menemukan sumber informasi tertulis Memilih beberapa opsi yang ada dimana menemukan informasi dan ide tsb Menentukan pertanyaan sederhana untuk menemukan informasi
Memastikan “kata apa” yang bisa digunakan untuk mencari “buku”, “ensiklopedi”, internet, misalnya: KERAGAMAN, KEMAJEMUKAN, PLURALITAS, BHINEKA + BUDAYA Opsi Sumber Informasi: BUKU SEJARAH ENSIKLOPEDI INDONESIA INTERNET Pertanyaan Sederhana: Bagaimana Kondisi Kemajemukan Budaya Indoesia Bagaimana Kemajukan itu diatur dan dikelola Apa manfaat kemajemukan itu bagi bangsa Indonesia
Mendampingi siswa bagaimana menggunakan Ensiklopedi, manfaatnya bagi pemustaka Mempernalkan “kata kunci” dalam penelusuran, penggabungan kata kunci dengan Operator Boolean, Memperkenalkan sejumlah situs di internet misalnya: http://budayaindonesia.org/ http://ceritarakya tnusantara.com/ http://indone siakaya.com/ search/result/ budaya/?utm_so urce=google&utm_ medium=cpc&utm_ campaign=budaya
Gather
Melakukan penelusuran atau pencarian
Menggunakan pertanyaanpertanyaan untuk menemukan informasi Menentukan informasi kunci dari teks-teks sederhana
Melakukan pencarian/ penelusuran Melalui Katalog, OPAC
Mendampingi siswa bagaimana menggunakan Katalog, OPAC
Evaluate
Mengevaluasi proyek/tugas (penelitian yang sedang dilakukan), memban dingkan de ngan hasil yang sudah ditemukan
Memastikan bahwa informasi yang ditemukan itu relevan
Setelah menemukan, memilih mana yang sesuai (relevan), mana yang tidak? Membandingkan dengan apa yang telah diketahui…
126
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 Manage
Mengatur, menggabung, dan meman faatkan informasi yang telah ditemukan
Mampu membuat keputusan dengan informasi yang telah ditemukan
Menyusun informasi yang telah ditemukan menjadi rangkaian kalimat yang logis dan sistematis, sehingga menjadi karya tulis, karya sastra, dll
Membantu siswa memahami model pengutipan, paraphrasing untuk menghindari plagiasi
Present
Mempre sentasikan hasil proyek (penelitian) dan menye barluaskannya
Menyadari bahwa ICT bisa digunakan untuk mengkomuni kasikan ide Mempresentasikan informasi yang telah ditemukan Menggunakan informasi tsb untuk kebutuhan khusus
Membuat presentasi hasil penelusuran tersebut, misalnya dengan power point, weblog, prezi dll.
Melatih siswa menggunakan power point, pembuatan web blog, dll
Setiap tahapan di atas bisa dikembangkan menjadi kegiatankegiatan yang sangat beragam, misalnya gather (mengumpulkan), bisa menjadi kegiatan-kegiatan penelusuran online dengan berbagai mesin pencari, database, atau lainnya. Kegiatan penelusuran online bisa dikembangkan lagi menjadi kegiatan-kegiatan yang bermacammacam. Contoh di atas menunjukkan bahwa pustakawan memiliki peran penting dalam pelaksanaan IL, bahkan dari hal-hal sederhana, ia bisa memperkenalkan bahan rujukan (kamus, ensiklopedi, indeks, abstrak baik manual maupun online), katalog (OPAC), strategi penelusuran, operator boolean, database jurnal, cara dan etika kutipan (footnote, endnote, plagiat), sampai bagaimana membuat prensentasi dengan power point, blog, wordpress, prize.com dll. 2.
Personal Capability Maturity Model (PCMM) Menurut teori Personal Capability Maturity Model (PCMM), level e-literacysetiap orang dapat dibedakan menjadi 5 level.
127
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
Level
Competency
Where is our position?
0
jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan.
?
1
jika seorang individu pernah memiliki satu dua kali pengalaman dimana informasi merupakan komponen penting untuk mencapai keinginan dan memecahkan masalah serta telah melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya.
?
2
jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu aktivitasnya seharihari dan telah memiliki pola perulangan dalam penggunaannya.
?
3
jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman informasi maupun teknologi yang diperlukannya serta konsisten mempergunakan standar sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari.
?
4
jika seorang individu telah sanggup meningkatkan ? secara signifikan kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi.
5
jika seorang individu telah mengganggap informasi dan teknologi sebagai bagian tidak terpisahkan dari aktifitas sehari-hari serta secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya (bagian dari information society).
?
Level-level yang dibuat oleh Personal Capability Maturity Model akan memudahkan kita--sebagai pekerja informasi--untuk merancang kegiatan-kegiatan pendidikan, pelatihan. Namun sampai hari ini di Indonesia belum pernah dilakukan survei yang representatif, sehingga belum diketahui pada level mana masyarakat Indonesia berada. Penelitian kecil yang dilakukan oleh Roy Suryo sebagaimana dikutip
128
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 Rodliyah, menyimpulkan bahwa 60% masyarakat Indonesia belum mengenal telematika, sedangkan yang sudah memanfaatkannya 0,89%, sehingga terjadi kesenjangan sekitar 60:1.12 Literasi Informasi dan Teknologi Informasi Kalau kita perhatikan skill-skill dalam literasi informasi memiliki hubungan yang erat dengan TI. Bahkan literasi infomasi itu digagas karena melimpah ruangnya informasi akibat perkembangan TI. Sehingga bisa dikatakan skill dalam bidang IT adalah bagian dari skill literasi informasi. Skill dalam TI adalah kemampuan seseorang dalam bidang software dan hardware, database, atau kemampuan seseorang dalam bidang computer. 13 C. Manfaat Literasi Informasi bagi Perpustakaan Sekolah Pelaksanaan IL di sekolah sesungguhnya akan semakin meneguhkan peran penting perpustakaan yang selama ini nyaris tidak diperhatikan. Bagi perpustakaan literasi informasi akan memiliki manfaat sebagai berikut:
Manfaat bagi Pustakawan 1. Pustakawan Kreatif Pustakawan sejatinya tidak hanya sebagai pengolah, penjaga buku, tetapi juga sebagai manajer informasi di perpustakaan. Sebagai manajer ia harus selalu belajar, sehingga sebelum melaksanakan IL, seharusnya pustakawan harus literate dulu. Hal ini mengharuskan dia untuk selalu kreatif, terus belajar, ada ribuah database ilmu pengetahuan yang belum dipelajari oleh pustakawan. 2. Pustakawan Mengajar Selama ini pustakawan tidak pernah membekali dirinya dengan ilmu-ilmu kependidikan, padahal dengan IL pustakawan harus menguasai teknik-teknik mengajar. Dengan mengajar, pustakawan sejajar dengan guru atau dosen, bahkan dia bisa lebih unggul dari
12 Ummi Rodliyah, “Literasi Informasi dan Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan SDM”, dalam Pustakaloka: Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2012), 55 13 The Association of College and Research Libraries, Information Literacy Competency Standards for Higher Education, (Illionis: ALA, 2000), 5
129
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
mereka, pustakawan lebih dulu tahu dari mereka.
Manfaat bagi Layanan Dari sisi layanan dengan adanya IL akan bermanfaat sebagai berikut: 1. Perpustakaan akan berkembang, dengan IL fasilitas perpustakaan harus terus dikembangkan, koleksinya, penelusurannya, komputernya, juga kerjasama dengan lembaga atau perpustakaan lain. Sehingga saat ada permintaan, materi ini ada dimana? pustakawan harus bisa memberikan jalan keluar, misalnya jika tidak ada harus mencari dimana, di lembaga mana, bagaimana caranya! 2. Akan semakin diminati, dengan IL perpustakaan akan semakin diminati, karena perpustakaan tidak hanya menyediakan fasilitas (koleksi, e-book), tetapi juga mengajari, memberikan pelatihan, bagaimana memanfaatkannya, bagaimana menuangkannya dalam karya tulis bahkan bagaimana menerbikannya dalam sebuah buku, web atau lainnya. Perpustakaan sekolah yang telah mengembangkan program literasi informasi akan menjadi perpustakaan “yang hidup”, karena ia terus berbenah sehingga berkembang. Perpustakaan tersebut menghasilkan Informasi dan Ilmu Pengetahuan yang akan sangat membantu peningkatan kualitas SDM. Hasil akhir dari proses IL adalah meningkatnya daya saing bangsa Indonesia, karena SDM yang berkualitas akan mampu menciptakan inovasi, temuan baru yang bermanfaat bagi manusia, dan inilah inti dari pembangunan. Proyek besar meningkatnya daya saing bangsa Indonesia ternyata bisa dimulai dari “perpustakaan”. Kalau hal ini bisa diwujudkan bisa dipastikan perpustakaan dan lembaga induknya akan terangkat citra (brand) nya.
D. Kesimpulan Literasi informasi sebagai ketrampilan yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan informasinya telah memberikan kesempatkan bagi perpustakaan sekolah untuk
130
Pustakaloka, Vol. 6. No.1 Tahun 2014 berkembang dan mengembangkan fasilitas dan layanannnya. Oleh sebab itu perpustakaan perlu mengetahui model-model literasi informasi yang telah dikembangkan di berbagai negara atau oleh sejumlah masyarakat. Pengetahuan tentang model itu penting karena perpustakaan bisa memilih model-model yang sesuai dengan kondisi lembaganya. Bagi pustakawan LI menjadikan mereka untuk terus belajar bagaimana menguasai sumber-sumber informasi yang terus berkembang tersebut, sehingga pustakawan akan menjadi instruktur pemanfaatan sumber-sumber informasi tersebut. Sedangkan bagi pemustaka IL memberikan bekal-bekal ketrampilan untuk belajar seumur hidup, karena ia mampu memahami kebutuhan informasi, bagaimana mendapatkan, mengolah, dan memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Bundy, Alan (ed.), Autralian and New Zealand Information Literacy Framework: principles, standards and practice, Adelaide: Australian and New Zealand Institute for Information Literacy, 2004 Chartered Institute of Library dan Information Project (2004) sebagaimana dikutip dalam Welsh Information Literacy Project, Information Literacy Framework for Wales: Finding and using information in 21st century Wales, Wales: Cardiff University, 2011 Education and Manpower Bureau, Information Literacy Framework fo Hongkong: Building the Capacity of learning to learn in the Information Age Ercegovac, Zorana, et.al, Information Literacy: Search Strategies, Tools & Resources For High School Students And College Freshmen, Ohio: Lindworth Publishing, 2008 http://www.informationliteracy.org.uk/information-literacy-definitions/ sconul-seven-pillars-of-information-literacy/ diakses tanggal 16 Mei 2013 Mashuri, Ilham, Mengelola Perpustakaan Sekolah: Problem & Solusinya, Yogyakarta: Naila Pustaka, 2012 Rodliyah, Ummi, “Literasi Informasi dan Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan SDM”, dalam Pustakaloka: Jurnal Kajian Informasi dan
131
Ilham Mashuri, MODEL PENGEMBANGAN LITERASI...
Perpustakaan, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2012 The Association of College and Research Libraries, Information Literacy Competency Standards for Higher Education, Illionis: ALA, 2000 Welsh Information Literacy Project, Information Literacy Framework for Wales: Finding and using information in 21st century Wales, Wales: Cardiff University, 2011
132